PDF Case Otomikosis
PDF Case Otomikosis
OTOMIKOSIS
PEMBIMBING :
PENULIS :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME, atas
segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Otomikosis”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB V KESIMPULAN 17
DAFTAR PUSTAKA 18
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Otomikosis
2.3.1 Definisi
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga.Otomikosis
adalah infeksi akut, subakut atau kronis jamur yang melibatkan pinna dan
meatus auditori eksternal, namun dengan adanya perforasi membran
timpani, juga dapat melibatkan telinga tengah. Otomikosis adalah kasus
yang sering dihadapi oleh otolaryngologis dan biasanya dapat didiagnosis
dengan pemeriksaan klinis. Infeksi ini biasanya unilateral dan ditandai
oleh peradangan, pruritus, scaling dan ketidaknyamanan berat seperti
nanah dan nyeri.3
2.3.2 Epidemiologi
Meskipun otomikosis dapat dijumpai di berbagai tempat di dunia,
akan tetapi pada umumnya prevalensi otomikosis terkait dengan wilayah
geografis dengan tingkat kelembaban yang lebih tinggi di daerah tropis
dan subtropis. Negara tropis dan subtropis mempunyai derajad
kelembaban yang tinggi sekitar 70 – 80% dengan suhu udara sekitar 15
– 30o C. Di berbagai tempat di Indonesia banyak didapatkan kondisi
lingkungan yang sesuai dengan yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur
termasuk Yogyakarta dengan suhu rata-rata 29o C dan kelembaban 90%.
Di RS Sardjito Yogyakarta didapatkan penderita otomikosis sebanyak
1,87% dari seluruh pasien rawat jalan di poliklinik, dan didapatkan
kecenderungan yang semakin meningkat setiap tahunnya dengan angka
kekambuhan yang tinggi.3
2.3.3 Etiologi dan faktor risiko
Otomikosis disebabkan oleh beberapa jenis jamur saprofit, seperti
jamur dan ragi, terutama Aspergillus. Agen etiologi penyebab otomikosis
meliputi: A. niger, A. flavus, A. fumigatus, Allescheria boydii,
Scopulariopsis, Penicillium, Rhizopus, Absidia dan Candida. Identifikasi
jamur didasarkan pada morfologi kolonial dan pemeriksaan mikroskopis
struktur jamur.3
Faktor predisposisi dari otomikosis adalah infeksi telinga kronis,
penggunaan minyak, obat tetes telinga, steroid, renang (telinga basah
merupakan predisposisi infeksi jamur), infeksi jamur lain yang ada di
dalam tubuh seperti dermatomikosis atau vaginitis, status
immunocompromised, kekurangan gizi pada anak-anak dan perubahan
hormonal menimbulkan infeksi seperti yang terlihat selama menstruasi
atau kehamilan.3
2.3.4 Patofisiologi Otomikosis
Serumen memiliki bahan antimikotik, bakteriostatik, dan
perangkap serangga. Serumen terdiri dari lipid (46-73%), protein, asam
amino bebas, dan ion mineral yang juga mengandung lisozim,
imunoglobulin dan asam lemak. Asam lemak rantai panjang terdapat pada
kulit yang tidak rusak dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Karena ia
memiliki komposisi hidrofobik, serumen memiliki kemampuan
menghambat air, membuat permukaan kanal tidak permeabel dan
mencegah maserasi dan kerusakan epitel. Pada hasil penelitian didapatkan
C. Albicans dan C. parapsilosis dan jamur mycelia yang lainnya adalah
bagian dari flora normal dari MAE dan terkadang bergeser ke status
patogen dibawah pengaruh beberapa faktor. 4
Mikroorganime normal ditemukan pada MAE seperti
Staphylococcus epidermis, Corrynebacterium sp, Bacillus sp, Gram-
positive cocci (Staphylococcus aureus, Streptococcus sp, non-patogen
micrococci), Gram negative bacilli (Pseudomonas aeruginosa, Escheria
coli, Haemophilus influenza, Moraxella catharalis, dll) dan jamur mycelia
dari genus Aspergillus dan Candida sp. Mikroorganisme komensal ini
tidak patogen hingga keseimbangan antara bakteri dan jamur terjaga.5
Beberapa faktor yang menyebabkan transformasi jamur saprofit
menjadi patogen antara lain:5
Jamur tidak pernah menonjol keluar dari MAE, bahkan pada kasus
kronis sekalipun. Hal ini dikarenakan jamur tidak menemukan kebutuhan
nutrisinya di luar MAE. Hasil penelitian terbaru didapatkan pertumbuhan
Aspergillus ditemukan paling banyak pada temperatur 37 0C , sebuah fakta
bahwa kondisi klinis ini didukung oleh predileksi dari jamur untuk tumbuh
di sepertiga dalam dari MAE.5
2.3.7 Tatalaksana
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering
,jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga
dengan barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau
kapas.8
Pengobatan yang dapat diberikan yaitu larutan asam asetat 2%
dalam alkohol, larutain iodium povidon 5% atau tetes telinga yang
mengandung campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan ke lian
telinga biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga
obat anti jamur (sebagai salep) yang diberikan secara topikal yang
mengandung nistatin, kotrimazol.9
2.3.8 Komplikasi
Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah
perforasi dari membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal
tersebut sangat jarang terjadi, dan cenderung sembuh dengan pengobatan.
Patofisiologi dari perforasi membran timpani mungkin berhubungan
dengan nekrosis avaskular dari membran timpani sebagai akibat dari
trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya perforasi
membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar antara 12-16 %
dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk
memprediksiterjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani
sepertinya merupakan konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial dari
telinga luar ataupun merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari
kulit sekitarnya.10
2.3.9 Prognosis
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada
saat terapi dengan anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses
resolusi ( penyembuhan ) yang baik secara imunologi. Bagaimanapun
juga, resiko kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan
infeksi sebenarnya tidak dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari
kanalis auditorius eksternus masih terganggu. 10
BAB III
LAPORAN KASUS
Pupil Isokor.
Telinga : Normotia. Sekret (-) Nyeri tekan -/-
Nyeri penarikan -/-
Hidung :Bentuk normal, Sekret (-) Deviasi
septum (-) Discharge (-) Deformitas (-
)Pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : Bentuk normal, oral hygiene baik. Pucat
(-) Sianosis (-).
Lidah : Normoglossia, warna merah muda dan
ikterik di bawah lidah, kelainan bentuk (-)
Leher Bentuk normal. Kelenjar getah bening dan
kelenjar tiroid tidak membesar. JVP normal (5+3
cm H2O)
Toraks Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan napas
simetris, tipe pernapasan torakoabdominal, sela
iga normal, sternum datar, retraksi sela iga (-)
Palpasi : pernapasan simetris, vocal fremitus
simetris, tidak teraba thrill.
Perkusi : Hemitoraks kanan dan kiri sonor, batas
paru dan hepar setinggi ICS 5, batas paru dan
jantung kanan setinggi ICS 3-5 garis sternalis
kanan suara redup, batas paru dan atas jantung
setinggi ICS 3 garis parasternal kiri suara redup,
batas paru dan jantung kiri setinggi ICS 5 ±1 jari
medial garis midklavikula kiri suara redup, batas
paru dan lambung setinggi ICS 8 garis aksilaris
anterior kiri dengan suara timpani.
Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, rhonki -
/-, wheezing -/-, Bunyi jantung I dan II reguler,
gallop (-), murmur (-).
Inspeksi: Bentuk rata, mendatar
Abdomen dan simetris,
efloresensi bermakna (-), pernapasan torakoabdominal, tidak tampak peristaltik usus. Auskultasi: bising
Perkusi: Timpani 4 kuadran, shifting dullness (-) Palpasi: Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar tidak
membesar, ballottement ginjal (-), undulasi (-).
Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Simetris kanan dan kiri Turgor kulit baik Bentuk proporsional Akral hangat +/+ Oedem -/
Deformitas -/- Ptekie -/- Ekstremitas Bawah
Simetris kanan dan kiri Turgor kulit baik Bentuk proporsional Akral hangat +/+ Oedem -/
Deformitas -/-
Ptekie -/-
Tabel 1. Pemeriksaan fisik
TELINGA Kanan Kiri
Liang telinga Sempit, tertutup spora Lapang
Serumen + -
Sekret - -
Membran timpani Tidak dapat dievaluasi intak
Nyeritekan tragus - -
HIDUNG
Cavum nasi lapang Lapang
Sekret - -
Konka Eutrofi eutrofi
TENGGOROKAN
Uvula Di tengah
Dari hasil anamnesis yang dilakukan pada Ny. S, 45 tahun datang ke poli
THT RSUD Kota Bekasi pada tanggal 11 April 2017 dengan keluhan telinga
kanan berdengung sejak 1 hari yang lalu. Telinga kanan berdengung timbul tiba-
tiba dan hilang timbul. Selain merasa telinga berdengung, telinga kanan terasa
gatal.
Telinga berdengung atau tinitus adalah salah satu bentuk gangguan
pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya ranngsangan dari luar berupa
bunyi berdenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lain. Gejala
tinitus pada pasien dapat disebabkan karena ada sumbatan pada telinga tengah
oleh karena serumen. Sedangkan keluhan gatal pada telinga dapat disebabkan
karena serumen yang penuh pada liang telina atau kemungkinan adanya infeksi
pada telinga.
Ny. S menyangkal telinga terasa gatal, adanya gangguan pendengaran,
keluar cairan dari telinga, pusing berputar, dan demam. Ny. S merasa tidak pernah
bersin bersin pagi hari dan gatal pada hidung serta tidak pernah merasa mencium
bau busuk pada hidung. Ny. S juga menyangkal adanya nyeri tenggorokan dan
sulit menelan.
Ny. S mengaku tidak menderita penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus
dan Hipertensi, tidak memiliki alergi, serta tidak pernah merasa menderita
amandel.
Pada pemeriksaan fisik pada telinga, didapatkan hasil pada telinga kanan
liang telinga sempit tertutup spora berwarna putih dan ada titik hitam, sehingga
tidak dapat melihat membran timpani dengan jelas. Serumen yang tampak massa
putih keabu-abuan, menyempit, lapisan seperti kertas basah berbintik-bintik
mengisi liang telinga merupakan gambaran dari infeksi jamur. Sedangkan pada
telina kiri, liang telinga tampak lapang, tidak ada serumen ataupun sekret, serta
membran timpani intak.
Pemeriksaan fisik pada hidung, tidak tampak kelainan pada cavum nasi
kanan dan kiri terlihat lapang, tidak ada sekret, dan konka berukuran eutrofi. Pada
pemeriksaan tenggorokan, uvula terletak di tengah dan tidak hiperemis, dinding
faring tidak hiperemis, serta tonsil berukuran T1/T1, tidak ada dentritus, dan tidak
tampak hiperemis.
BAB V
KESIMPULAN
Ny. S, 45 tahun datang ke poli THT RSUD Kota Bekasi pada tanggal 11
April 2017. Berdasarkan anamnesis, dengan keluhan utama telinga kanan
berdengung sejak 1 hari yang lalu. Telinga kanan berdengung timbul tiba-tiba dan
hilang timbul. Pasien juga mengeluh telinga kanan terasa gatal. Keluhan nyeri
pada telinga, gangguan pendengaran, keluar cairan dari telinga pusing berputar
dan demam disangkal oleh pasien. Riwayat keluhan yang sama, alergi, otitis,
tonsilitis, hipertensi, diabetes melitus disangkal oleh pasien. Pemeriksaan fisik
secara genelaris didapatkan dala batas normal. Pada pemeriksaan fisik, telinga kiri
dalam batas normal, telinga kanan didapatkan adanya spora sehingga liang telinga
kanan tampak sempit dan membran timpani tidak dapat di evaluasi, terdapat
serumen pada liang telinga kanan. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
penunjang, diagnosis kerja untuk kasus ini yaitu otomikosis telinga kanan.
Tatalaksana yang diberika pada pasien antara lain membersihkan liang telinga,
larutan asam asetat 2% dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes
telinga campuran antibiotik dan steroid, anti jamur (salep) secara topikal yang
mengandung nistatin, klotriazol.
DAFTAR PUSTAKA