Anda di halaman 1dari 5

TUJUAN KOMUNIKASI

oleh:

Kelompok 1C

Novitasari (142310101003)

Juwarti (142310101007)

Yunizar Firda Alfianti (142310101013)

Intan Dwi Arini (142310101016)

Faizah Wahyuningprianti (142310101025)

Ayik Yudi Ardianto (142310101080)

Musrifah (142310101088)

Nilam Ganung P.M. (142310101129)

Eka Putri Fajariyati (142310101135)

Yogie Bagus Pratama (142310101137)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014
TINJAUAN KASUS

          Peristiwa ini dialami oleh perawat S ketika  bertugas di sebuah daerah yang
cukup terpencil. Pada suatu hari perawat S yang sedang berdinas di Puskesmas A
dijemput dengan sebuah mobil oleh enam orang yang tidak dikenalnya. Perawat S
dimintai pertolongan untuk datang ke rumah seorang kepala suku di daerah
tersebut. Perawat S segera menyiapkan alat dan bergegas ikut ke lokasi .

          Setibanya di lokasi keluarga pasien mempersilakan perawat untuk masuk. 


Disisi lain rumah, perawat melihat ada seorang anggota keluarga yang agak
mabuk (menurut persepsi perawat). Di ruang tamu terdapat cukup banyak orang
(warga), sehingga ruangan menjadi sesak dan ribut. Perawat menanyakan siapa
yang sakit, kemudian perawat diantar oleh istri pasien masuk ke kamar. Setelah
berada di dalam kamar,  terjadilah dialog antara perawat dan istri pasien, akan
tetapi di kamar tersebut ternyata dipenuhi oleh beberapa orang anggota keluarga
sehingga perawat merasa terganggu oleh keadaan itu.

          Perawat meminta keluarga yang lain untuk keluar kecuali istri pasien, tetapi
mereka tidak mau keluar. Sekali lagi perawat mengulangi permintaannya tetapi
tidak ada tanggapan dari keluarga pasien sehingga perawat menjadi agak kesal
dan emosi.

 Untunglah ada keluarga pasien yang bisa memberi pengertian, sehingga mereka
mau keluar juga meskipun disertai omelan.

          Setelah situasi di kamar tenang, perawat segera melakukan tindakan


keperawatan sesuai prosedur. Perawat menanyakan kepada pasien, mengapa tidak
memeriksakan diri ke Puskesmas tetapi pasien marah dan menjawab dengan nada
tinggi. Pada saat yang bersamaan perawat mendengar perkataan yang tidak
menyenangkan dari keluarga pasien yang berada di pintu.

          Setelah semua prosedur dilakukan, perawat S membuat kesimpulan bahwa


pasien  menderita usus buntu  kronis. Perawat hanya bisa memberikan obat untuk
mengurangi rasa sakit dan menyarankan agar pasien segera dibawa ke rumah sakit
untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Tetapi pasien menolak sambil
marah-marah. Perawat S berusaha memberikan penjelasan sekali lagi tentang
kemungkinan terburuk yang bisa tejadi sambil membuat surat rujukan. Akhirnya
pasien bersedia untuk dirujuk ke rumah sakit.
Pembahasan:

Menurut Mundakir (2006) komunikasi dalam keperawatan tujuan dari


komunikasi yang sebenarnya adalah:

1. Perubahan sikap (attitude change)


2. Perubahan pendapat (opinion change)
3. Perubahan perilaku (behaviour change)
4. Perubahan sosial ( social change)

Dalam tinjauan kasus tersebut, kami dapat menyimpulkan mengenai beberapa


tujuan komunikasi. Yaitu :

1. Supaya pesan yang disampaikan komunikator (perawat) dapat dimengerti


oleh Komunikan (keluarga pasien)
“Perawat meminta keluarga yang lain untuk keluar kecuali istri pasien,
tetapi mereka tidak mau keluar. Sekali lagi perawat mengulangi
permintaannya tetapi tidak ada tanggapan dari keluarga pasien sehingga
perawat menjadi agak kesal dan emosi.”
Dalam tinjauan kasus tersebut perawat S mengharapkan situasi yang
kondusif, sehingga perawat S tersebut menyarankan keluarga pasien
untuk meninggalkan ruangan. namun, keluarga pasien tidak berkenan
meninggalkan ruangan. Proses komunikasi tidak dapat berlangsung
dengan baik, bila perawat tidak dapat memahami kondisi lingkungan
sekitar. Perawat harus mampu menenangkan dan meyakinkan lingkungan
sekitar bahwa dia tidak akan bisa melakukan tugasnya jika lingkungan
sekitarnya ramai atau tidak tenang. Sehingga muncul kesalahpahaman
yang terjadi antara keluarga pasien dan perawat S. Seharusnya, dalam
masalah ini perawat S dapat berkomunikasi secara asertif (suatu
kemampuan untuk mengomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan,
dan dipikirkan kepada orang lain secara efektif), menyampaikan pesan
dengan tutur kata yang lembut dan sopan tanpa emosi tentang diagnosa
penyakit yang dialami pasien dengan jelas dan lengkap serta memastikan
respon pasien dan keluarga sesuai dengan prosedur pemeriksaan. Sehingga
pesan dapat disampaikan dan diterima oleh pasien maupun keluarga pasien
tanpa adanya kesalahpahaman.
2. Memberikan anjuran agar dapat diterima orang lain.
“Perawat S berusaha memberikan penjelasan sekali lagi tentang
kemungkinan terburuk yang bisa tejadi sambil membuat surat rujukan.
Akhirnya pasien bersedia untuk dirujuk ke rumah sakit.”
Memang menjadi tugas seorang perawat untuk memberikan pendidikan
tentang kesehatan kepada pasien, betapa pentingnya segara
menyembuhkan penyakit agar penyakit tersebut tidak sampai kronis.
Dengan memberikan anjuran disertai alasan yang kuat sehingga pasien
ataupun keluarganya dapat memahami dengan jelas anjuran yang
dikomunikasikan oleh perawat S.

3. Membantu memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran


pasien

Perawat S meyakinkan pasien dengan menjelaskan maksudnya agar


keluarga pasien mempercayai perawat S untuk melakukan pemeriksaan
sesuai dengan prosedur keperawatan.
4. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang
ada Perawat meyakinkan keluarga pasien untuk segera merujuk pasien ke
puskesmas atau rumah sakit, agar segera mendapatkan penanganan medis
lebih lanjut.
5. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.
“Untunglah ada keluarga pasien yang bisa memberi pengertian, sehingga
mereka mau keluar juga meskipun disertai omelan.”
Jika perawat benar benar tidak bisa meyakinkan lingkungan sekitar,
perawat bisa mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu
sesuai dengan keinginan kita, yang tentunya bermanfaat bagi pasien.
Dalam hal ini perlu adanya pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan
dengan komunikasi interpersonal.

Anda mungkin juga menyukai