Laporan Akhir Dasar Dasar Perlindungan T
Laporan Akhir Dasar Dasar Perlindungan T
OLEH
MUHAMMAD SYUIB
1010211004
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011
i
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 37
5.2 Saran ...................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 38
LAMPIRAN ........................................................................................ 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Tanaman yang Terserang Jamur
2. Tanaman yang Terserang Virus
3. Pengamatan Makro dan Mikroskopis Pathogen Tanaman
4. Morfologi Serangga
5. Perkembangan dan Metamorphosis Serangga
6. Ordo Ordo Serangga
7. Antraknosa Pada Tanaman Cabai
iv
I. PENDAHULUAN
1
tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat
dan terdapat di lingkungan tanaman yang dapat menyebabkan kerusakan tanaman
baik secara kualitas dan kuantitas sehingga menyebabkan kerugian ekonomis.
Hama yang mengganggu tanaman seperti filum yang anggotanya diketahui
berpotensi sebagai hama tanaman adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca
(siput), Chordata (binatang bertulang belakang), dan Arthropoda (serangga,
tunggau, dan lain-lain).
1.2 Tujuan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Jamur
3
Ada empat kelas utama jamur, yaitu:
1. Phycomycetes
Dikenal juga dengan jamur ganggang, berbentuk tabung berisi protoplasma
dengan banyak inti. Hifa tidak bersekat.
2. Ascomycetes
Dikenal juag dengan jamur kantong, dengan spora seksual disebut askospora.
Hifa bersekat dan berpori (poralseptum).
3. Basidiomycetes
Dikenal juga dengan nama jamur ganda. Memiliki spora seksual yang disebut
basidiospora atau sporidia. Hifaberseket dan berinti.
4. Deuteromycetes
Dikenal juga dengan sebutan jamur imperfect karena setiap jamur yang belum
diketahui perkembangbiakannya secara seksual, kan dimasukkan kedalam
kelas ini. Hifa bersekat dan memiliki inti.
b. Bakteri
Ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk virus disebut dengan Virologi.
Virus berarti zat lendir yang dapat menimbulkan penyakit tumbuhan, mempunyai
satu tipe asam nukleat yang dikenal sebagai RNA atau DNA dengan mantel
protein. Sedangkan viroid adalah makromolekul asam nukleat telanjang yang
4
sangat kecil. Gejala yang ditimbulkan dengan berupa perubahan warna dari hijaun
menjadi kuning (klorosis) secara setempat atau menyeluruh.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-
sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal),
sementara istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang
jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel). Virus
sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang.
Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu,
baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu
burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV). Virus tidak
mempunyai alat untuk bergerak. Oleh karena itu untuk berpindah dia membuthkan
bantuan dari vektornya seperti serangga, manusia, hewan, air, dan angin.
d. Nematoda
5
membusuk, sebanyak 90.000 telah ditemukan dalam sebuah apel busuk tunggal,
sementara jutaan terjadi di atas 3cm (1 inci) dari satu meter persegi tanah yang
berkualitas baik. Walaupun ada sejumlah besar Nematoda hidup bebas ada juga
sejumlah besar spesies parasit, banyak yang menyebabkan penyakit manusia dan
hewan lainnya serta untuk tanaman, hampir setiap organisme hidup telah
ditemukan untuk menjadi parasitised oleh satu spesies nematoda atau yang lain.
Kebanyakan nematoda cukup kecil, mereka berbagai ukuran dari 100 mikrometer
panjang (1/10th mm atau 1/250th dari dalam) ke renale Nematoda Dioctophyme
Raksasa perempuan yang dapat mencapai 1 meter, atau 3 kaki panjang.
6
Gejala serangan penyakit dapat juga disebabkan karena terganggunya
proses fisologis pada tanaman. Dengan terganggunya proses fisiologis ini tanaman
memberikan respons dalam bentuk gejala. Adapungejala yang dimunculkan
sebagai respons tergangunya proses fisiologis adalah sebagai berikut :
a. Gejala Utama (Main Symptoms)
b. Gejala Lapangan (Field Symptoms)
Penyakit abiotik adalah faktor tak hidup (mati ) seprti suhu, kadar air
tanah, kelembaban udara, pH tanah dan bahan-bahan kimia di dalam tanah
(Agrios, 1996). Suatu faktor abiotik tertentu dapat menyebabkan pohon
mengalami tekanan hingga penyakit yang ditimbulkan oleh patogen menjadi lebih
berat dibandingkan dengan bila pohon hanya terserang oleh patogen. Faktor
lingkungan fisik atau kimia dapat bekerja sendiri dan menyebabkan pohon
menjadi sakit tanpa adanya serangan suatu patogen, dan dapat pula mempengaruhi
perkembangan penyakit yang ditimbulkan oleh pathogen (Agrios, 1996).
Tiap jenis tanaman memerlukan syarat mengenai faktor fisik atau kimia
tertentu untuk pertumbuhannya yang optimal, oleh karena itu suatu kondisi
lingkungan fisik atau kimia tertentu mungkin sekali cukup baik untuk
pertumbuhan jenis tanaman yang satu, tetapi tidak baik untuk pertumbuhan jenis
tanaman yang lain. Demikian pula pada suatu kondisi lingkungan fisik atau kimia
tertentu, suatu jenis tanaman yang semula pada umur tertentu tidak menunjang
gejala suatu penyakit, pada umur-umur lebih lanjut dapat menjadi sakit.
1. Pengaruh Suhu
7
• Pengaruh Suhu Tinggi
Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas
kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk
pertumbuhannya dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum.
Pengaruh suhu tinggi pada pertumbuhan berhubungan dengan pengaruh faktor
lingkungan yang lain, terutama kelebihan cahaya, kekeringan, kekurangan
oksigen, atau angin kencang bersamaan dengan kelembaban relatif yang rendah.
Suhu tinggi biasanya berperan dalam kerusakan sunsclad yang tampak pada
bagian terkena sinar matahari pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe,
apel, tomat, umbi lapis bawang dan umbi kentang.
2. Pengaruh Kelembaban
8
• Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi
3. Kekurangan Oksigen
Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat buah atau sayuran yang
berdaging di lapangan, terutama selama periode pernapasan cepat pada suhu
tinggi, atau pada penyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan yang besar
sekali. Contoh dari kasus ini adalah berkembangnya penyakit yang disebut
blackheart pada kentang, yang dalam suhu cukup tinggi merangsang pernapasan
dan reaksi enzimatik yang abnormal pada umbi kentang. Suplai (penyediaan)
oksigen sel pada bagian dalam umbi tidak mencukupi untuk mendukung
peningkatan pernapasan, dan sel tersebut mati karena kekurangan oksidasi. Reaksi
enzimatik yang diaktivasi oleh suhu tinggi dan kurang oksidasi berjalan sebelum,
selama dan sesudah kematian sel. Reaksi tersebut secara abnormal mengoksidasi
penyusun tumbuhan yang normal menjadi pigmen melanin hitam. Pigmen tersebut
menyebar ke sekitar jaringan umbi dan akhirnya menjadikan umbi tampak hitam.
4. Cahaya
9
Kelebihan cahaya agak jarang terjadi di alam dan jarang merusak tumbuhan.
Banyak kerusakan yang berhubungan dengan cahaya mungkin akibat suhu tinggi
yang menyertai intensitas cahaya tinggi (Agrios, 1996).
1. Kepala (caput)
Bentuk umum kepala serangga berupa struktur kotak yang terdiri dari
enam ruas. Dikepala terdapat sepasang maa majemuk yang terletak di kiri dan
kanan kepala yang berfungsi untuk menerima gambar (melihat), memungkinkan
serangga dapat melihat kesegala arah tanpa harus memutar kepala atau badan.
Diantara mata majemuk terdapat tiga mata tunggal (ada serangga yang memiliki
sampai 6 mata tunggal) yang disebut ocelli yang berfungsi untuk mengukur
intensitas cahaya.selain itu juga terdapat sepasang antena dan alat mulut.
Secara umum, alat mulut serangga terdiri dari mandibula, maxila, labium,
labial pulp, maxillary pulp. Tipe mulut serangga menentukan jenis makanan dan
10
kerusakan yang dapat ditimbulkan serangga terhadap tumbuhan. Alat mulut
serangga berdasarkan fungsi dan cara makan dapat dibedakan antara lain adalah :
• Mandibulata (alat mulut menggigit-mengunyah), Contoh : Ordo Orthoptera
Terdiri atas: Labrum, mandibel (untuk memotong, mengunyah, maksila
(untuk melembutkan makanan), labium (membantu memegang makanan)
• Haustelata (alat mulut menusuk-menghisap, merautmenghisap), contoh: ordo
Hemiptera
Terdiri atas labrum (cuping), rostrum (labium), dan stilet (modifikasi dari
mandibel dan maksila)
• Meraut-menghisap, contoh: Thrips; Alat mulut abnormal (hanya 1 stilet
mandibel yang berkembang)
Terdiri atas 1 stilet mandibel kiri, 2 stilet maksila, labrum, rostrum.
• Alat mulut tipe khusus (alat mulut mengkait menghisap), contoh: Bactrocera
dorsalis, larva ordo Diptera (lalat, nyamuk).
Terdiri atas: kait mulut dan otot penggerak kait mulut [pentingnya
mempelajari alat mulut karena berkaitan dengan kerusakan yang ditimbulkan
pada tanaman.
2. Dada (thorax)
Dada pada serangga adalah tempat melekatnya kaki dan sayap. Dada
terdiri atas tiga ruas yaitu prothoraks, mesothoraks dan metathoraks. Serangga
adalah binatang tidak bertulang belakang yang mempunyai sayap. Sayap
merupakan tonjolan integumen dari bagian permukaan atas dan bawah yang
terbuat dari bahan khitin tipisyang disebut tegmina pada belalang, dan elyta pada
kumbang. Umumnya serangga memiliki dua pasang sayap.
3. Perut (abdomen)
11
perut terdapat lobang cukup besar yang ditutupi oleh selaput tipis yang disebut
timpanum, berfungsi sebagai alat pendengar. Selain itu ada juga organ pernapasan
(spiracle) berupa lubang-lubang kecil berpasangan yang terdapat disetiap ruas.
Satu at dua pasang kadang-kadangterdopat pada thoraks.
12
3. Paurometabola (Metamorfosis tidak sempurna)
13
tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur.
Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa
(Periplaneta sp.), belalang sembah/mantis (Otomantis sp.) dan belalang kayu
(Valanga nigricornis Drum.).
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar
anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago).
Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan
tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada
yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada
bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap
belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian
kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut
pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat
pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut
muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas
memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran,
yakni saluran makanan dan saluran ludah.
Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah : Walang
sangit (Leptorixa oratorius Thumb.), kepik hijau (Nezara viridula L), bapak
pucung (Dysdercus cingulatus F).
14
tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota
Hemiptera.
Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan
kutu-kutuan, seperti : Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.), kutu putih daun
kelapa (Aleurodicus destructor Mask.), kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.).
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai
hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa
umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua
pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada
kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya
memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang
disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi
palpus labialis berkembang sempurna.
Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong ---> dewasa. Larva bertipe
polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe
obtekta. Beberapa jenisnya antara lain : penggerek batang padi kuning (Tryporiza
incertulas Wlk), kupu gajah (Attacus atlas L), ulat grayak pada tembakau
(Spodoptera litura).
15
2.4.6 Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang
dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan
pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar. Antenanya pendek, larva
hidup di air dan bersifat karnivora.
Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis
serangga kecil yang termasuk hama, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu
loncat serta ngengat penggerek batang padi.
16
2.5 GULMA
17
4. Menghambat aliran air dan merusak saluran pengairan
5. Mengurangi persediaan air di waduk (transpirasi)
6. mengurangi kapasitas air di saluran pengairan dan tempat penampungan
(sungai, selokan, waduk, dam, embung, kolam, dsb) akibat sedimentasi
7. Mengganggu dan mempersulit aktivitas manusia sanitasi kebun◊dalam
budidaya tanaman sejak pratanam sampai pascapanen / lahan budidaya
8. Sebagai inang pengganti bagi serangga hama dan patogen penyakit.
Peningkatan biaya untuk pengendalian hama dan penyakit tumbuhan.
Gulma diserang oleh penyebab hama dan penyebab penyakit tumbuhan
yang sama dengan yang menyerang tanaman. Scirpus maritimus
menghidupi Piricularia orizae, organisme yang menyebabkan penyakit
hawar (blast) padi. Kebanyakan gulma rumputan adalah tumbuhan inang
bagi penggerek daun hijau dan coklat (Nephotettix impiticepts dan
Nilaparvata lugens). Di antara musim pertanaman, gulma tersebut bertindak
sebagai tumbuhan inang serangga yang menjamin adanya serangga pada
musim tanam berikutnya
9. Menimbulkan ganguan kesehatan. Tepungsari beberapa spesies gulma
menyebabkan alergi dan beberapa spesies menyebabkan peradangan kulit.
Beberapa spesies gulma yang tepungsarinya menyebabkan alergi, antara lain
Cynodon dactylon, Eleusine indica, Imperata cylindrica, Amarantus
spinosus, Tridax procumbens, Mimosa pudica, dan Cyperus rotundus.
c. Klasifikasi Gulma
18
• Annual Weeds (Gulma semusim), Ciri-ciri: Umur < 1 tahun, organ
perbanyakannya biji, umumnya mati setelah biji masak, produksi biji
regenerasi. Contoh:◊melimpah Eleusine indica, Cyperus iria, Phyllanthus
niruri, dsb.
• Biennial Weeds (Gulma dwimusim), Ciri-ciri: Umur 1-2 tahun, tahun pertama
membentuk organ vegetatif dan tahun kedua menghasilkan biji. Contoh:
Typhonium trilobatum dan Cyperus difformis.
• Perennial Weeds (Gulma tahunan), Ciri-ciri: Umur > 2 tahun, perbanyakan
vegetatif dan atau generatif, organ vegetatif cenderung tumbuh pada ujung,
bila organ◊bersifat dominansi apikal vegetatif terpotong-potong semua
tunasnya mampu tumbuh. Contoh: Imperata cyllindrica, Chromolaena
odorata, dan Cyperus rotundus.
3. Berdasarkan Habitat
• Terrestrial Weeds (Gulma darat), Ciri-ciri: Tumbuh di lahan kering dan tidak
tahan genangan air. Contoh: Axonopus compressus, Ageratum conyzoides,
dan Cyperus rotundus.
• Aquatic Weeds (Gulma air), Ciri-Ciri:Sebagian / seluruh daur hidupnya di air,
umumnya bila kekeringan mati. Contoh: Pistia stratiotes (Floating Weeds),
Monochoria vaginalis (Emergent Weeds), Ceratophyllum demersum
(Submergent Weeds), dam Polygonum piperoides (Marginal Weeds).
• Areal Weeds (Gulmamenumpang pada tanaman), Ciri-ciri: Tumbuhnya selalu
menempel/menumpang pada tanaman lainnya dan biasanya mengganggu.
Contoh: Drymoglossum heterophyllum (Epifit), Loranthus pentandrus
(Hemiparait), dan Cuscuta campestris (Hiperparasit).
19
• Herba/tidak berkayu: Panicum repens
• Vines/Sedikit berkayu: Mikania micrantha
• Woody Weeds/berkayu: Melastoma affine.
20
pestisida setiap tahunnya dan sekitar 30% mengalami gejala keracunan saat
menggunakan pestisida Karena petani kurang tau cara menggunakan pestisida
secara efektif dan penggunaan pestisida secara berlebihan, dan berdasarkan hasil
penilitian Ir. La Ode Arief M. Rur.SC. dari Sumatera Barat tahun 2005
mengatakan penyebab keracunan pestisida di Riau akibat kurang pengetahuan
petani dalam penggunaan pestisida secara efektif dan tidak menggunakan alat
pelindung diri saat pemajanan pestisida,hasilnya dari 2300 responden yang peda
dasarnya para petani hanya 20% petani yang menggunakan APD (alat pelindung
diri), 60% patani tidak tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan mereka
mengatakan setelah manggunakan pestisida timbul gejala pada tubuh ( mual,sakit
tenggorokan, gatal - gatal, pandangan kabur, Dll.)dan sekitar 20% petani tersebut
tidak tau sama sekali tentang bahaya pestisida terhadap kesehatan,begitu tutur Ir.
La Ode Arief M. Rur.SC. beliau juga mengatakan semakin rendah tingkat
pendidikan petani semakin besar risiko terpajan penyakit akibat pestisida. Oleh
karena itu, adalah hal yang bijak jika kita melakukan usaha pencegahan sebelum
pencemaran dan keracunan pestisida mengenai diri kita atau makhluk yang
berguna lainnya.
21
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105
unsur. Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur.
Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen,
nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari logam atau
semi logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic.
1) Sifat pestisida Setiap pestisida mempunyai sifat yang berbeda. Sifat pestisida
yang sering ditemukan adalah daya, toksisitas, rumus empiris, rumus bangun,
formulasi, berat molekul dan titik didih.
2) Tata Nama Pestisida Pengetahuan pestisida juga meliputi struktur dan cara
pemberian nama atau dikenal dengan tata nama.
3) Cara Kerja Pestisida
• Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena
sasaran.
• Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran
terkena uap atau gas
• Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman
melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman.
• Pestisida lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran
memakan pestisida.
Kelebihan:
1. Degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari
2. Memiliki pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan napsu makan serangga
walaupun jarang menyebabkan kematian
22
3. Toksisitasnya umumnya rendah terhadap hewan dan relative lebih aman pada
manusia dan lingkungan
4. Memiliki spectrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan
bersifat selektif
5. Dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida kimia
6. Phitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman
7. Murah dan mudah dibuat oleh petani
Kelemahannya:
1. Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya harus
lebih sering
2. Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan bagi serangga)
3. Produksinya belum dapat dilakukan dalam jumlah besar karena keterbatasan
bahan baku
4. Kurang praktis
5. Tidak tahan disimpan.
23
4.7 KONSEP PENGENDALIAN HAMA TERPADU
24
pengganggu tanaman telah dikenal sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Racun
alami dari Arsen telah dikenal bangsa Cina dan Yunani sejak abad pertama
sebelum masehi (Anonim, 1959). Sejak ditemukan DDT (Dichloro Diphenyl
Trichloetan) sebagai senyawa sintetes di Eropa pada tahun 1939 oleh Paul Muller,
merupakan tonggak terjadinya revolusi perkembangan racun hama. Penggunaan
racun hama secara moderen dimulai sejak tahun 1967 di Amerika Serikat, ketika
Paris Green digunakan untuk mengendalikan epidemi (ledakan) hama kumbang
Colorado (Leptinotarsa decemliata) yang menyerang tanaman kentang. Di
Amerika Serikat sejak tahun 1945 sampai 1980 (35 tahun) jumlah pestisida yang
digunakan meningkat 10 kali lipat, sedangkan di Indonesia mengalami
peningkatan 6 kali selama 10 tahun, yaitu sejak tahun 1970 sampai 1980.
Penggunaan pestisida kimia untuk pengendalian hama dan penyakit sangat
jelas tingkat keberhasilannya. Penggunaan pestisida kimia merupakan usaha
pengendalian yang kurang bijaksana, jika tidak dikuti dengan tepat penggunaan,
tepat dosis, tepat waktu, tepat sasaran, tepat jenis dan tepat konsentrasi. Keadaan
ini yang sering dinyatakan sebagai penyebabkan peledakan populasi suatu hama.
Inokulasi Trichoderma
Sifat antagonis jamur Trichoderma sp telah diteliti sejak lama. Inokulasi
Trichoderma lignorum ke dalam tanah dapat menekan serangan penyakit layu
yang menyerang di pesemaian, hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh toksin
yang dihasilkan jamur ini yang dapat diisolasi dari biakan yang ditumbuhan di
dalam petri. Spesies lain dari jamur ini telah diketahui bersifat antagonistik atau
parasitik terhadap jamur patogen tular tanah yang banyak menimbulkan kerugian
25
pada tanaman pertanian Tahun 1972, Well dan kawan-kawan melaporkan bahwa
dengan pemberian inokulum Trichoderma harzianum dengan perbandingan
inokulum dengan tanah 1 : 10 v/v dapat mengendalikan penyakit busuk batang
dan busuk akar yang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii.
26
penghambatan BAL pada mikroflora yang terdapat dalam sayur siap olah
(Vescovo, et al., 1995), dan penggunaan BAL untuk meningkatkan keamanan
buah dan sayuran olah minimal (Breidt dan Fleming, 1995).
4.7.6 Eradikasi
Eradikasi pada tahun 1907 penyakit karat daun kopi (Hemilaeia vastatrix)
pernah terbawa masuk ke porto Rico bersama-sama dengan bibit kopi Arabika
dari Jawa. Tetapi dengan eradikasi yang dilakukan dengan cepat dan cermat
penyakit dapat dihilangkan sama sekali.
27
III. BAHAN DAN METODE
3.3 Pelaksanaan
a. Laboratorium
Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum telah disiapkan sebelum
praktikum dimulai kemudian asisten menerangkan tentang objek yang akan
dipraktikumkan dengan tampilan slide-slide pedukung. Setelah itu, praktikan akan
menggambar bahan yang dibawa saat praktikum juga bisa juga melalui slide-slide
yang di tampilkan oleh asisten apabila pada objek yang dipraktikumkan tidak
membawa bahan.
b. Moist Chumber
Pada praktikum penyakit antraknosa pada tanaman cabai menggunakan
metode Moist chumber dimana pelaksanaan yang dilakukan yaitu praktikan
membawa cabai yang terserang penyakit anatraknosa. Bagian cabai yang
terserang jamur dipotong sepanjang 0.5cm dan 0,5cm juga yang sehat jadi
28
panjangnya 1 cm. lembabkan tissue dengan aqudest dan letakkan pada cawan
petri. setelah itu, potongan cabai tadi rendam dalam aquadest selama 2-3 menit,
pindahkan untuk di rendam dalam alcohol selanjutnya di rendam untuk yang
terakhir pada aquadest sekitar 3 menit. Angkat dan letakkan pada cawan petri
yang telah diletakkan tissue yang lembab. Inkubasi selama 2 x 24 jam.
c. Lapangan
Pengamatan yang dilakukan dilapangan menggunakan metode observasi
yaitu praktikan langsung mengamati objek yang di praktikumkan di lapangan.
Setelah mengamati maka praktikan menggambar atau mengambil foto dengan
kamera dari tanaman yang terserang hama dan mendeskripsikan secara morfologi
terserang tersebut pada kertas pengamatan yang telah dibagikan oleh masing-
masing asisten.
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gejala yang tampak pada tanaman yang terserang oleh penyakit antara
lain:
• Pada daun terdapat bercak coklat dan hifa dari jamur yang menyerang
• Terdapatnya jaringan tanaman yang mati diakibatkan oleh jamur
a. Bakteri
Makroskopis
Adapun ciri koloni yang diamati adalah sebagai berikut
Warna Koloni : Kuning
Bentuk Permukaan : Cembung
Diameter Koloni : 1mm (0,1cm)
Bentuk Koloni : Reguler
Mikroskopis
Secara mikroskopis koloni bakteri ini tidak dapat untuk diamati
sebab bahan yang disgunakan adalah bahan penelitian dari salah seorang
senior mahasiswa hama dan penyakit tanaman fakultas pertanian
b. Jamur
Secara makroskopis jamur yang diamati memiliki warna ungu yang mana
jamur yang dikenal dengan nama Fusarium sp yang dapat menyebabkan
penyakit pada benih cabai
30
c. Nematoda
Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah preparat
nematode pada tanaman padi. Secara mikroskopis nematoda ini memiliki
stilet pada bagian mulut yang dapat menusuk akar tanaman sehingga
menyebabkan kerugian.
Nematoda ini memberikan hormone-hormon merangsang
pertumbuhan melalui stiletnya sehingga sel-sel yang menerima suntikan
nematoda ini akan bengkak.
31
c. Tungkai
- Coxa, bagian melekat langsung dengan thoraks
- Trochanter, ruas kedua dan penghubung dengan ruas ketiga
- Femur
- Tibia,
- Tarsus
- Pretarsus
d. Abdomen
- Spiracle
- Kapulatori
- Ovipori
- Apodema
32
c. Paurometabola (Metamorfosis tidak sempurna)
Bentuk umum serangga pra-dewasa (nimfa) dengan imago serupa, hanya
terjadi perubahan bentuk secara bertahap. Nimfa dan imago memiliki tempat
hidup dan makanan yang sama. Urutan perkembangbiakannya adalah: Telur –
nimfa –imago. Contoh: Belalang – Ordo Orthoptera.
d. Holometabola (Metamorfosis sempurna)
Disebut juga dengan metamorfosis sempurna dimana serangga pra-dewasa
(larva dan pupa) memiliki bentuk yang sangat berbeda dengan imago. Larva
merupakan fase aktif untuk makan, sedangkan pupa merupakan bentuk
peralihan yang dicirikan dengan terjadinya perombakan atau penyusunan
kembali alat-alat tubuh bagian luar dan dalam serangga. Fase pupa
merupakan fase instirahat bagi serangga. Habitat dan makanan serangga fase
larva, pupa dan imago sangat berbeda. Urutan perkembangbiakannya adalah:
Telur – larva – pupa/kepompong – imago. Metamorfosis ini merupakan ciri
khas serangga: Ordo Lepidoptera, Coleoptera, dan ordo Diptera.
33
Mata besar majemuk
Dua pasang sayap memanjang, membraneous, transparan dengan vena
menyilang sangat kompleks dan bernodus ditepi depan
Imago terbang sangat kuat, merupakan pembunuh, kaki digunakan
untuk menangkap mangsa
Kawin diudara, bertelur di air atau di tanaman air, naiad hidup di air
dan bernafas dengan insang
Cercus tidak beruas, sebagai organ pendekap pada capung jantan
Mengalami 11 – 15 kali pengelupasan kulit.
Ex: Capung
34
Kebanyakan hama yang didapatkan dalam bentuk larva sehingga
kerugiaan yang ditanggung petani sangat tiggi untuk dapat memabsmi hama
tersebut. Sebagian dari petani ada yang melakukan penamanan secara polikultur
dan tumpang sari untuk dapat mengurangi serangga hama pada lahan pertanian
mereka
b. Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat dan waktu yang
tidak dikehendaki oleh petani, dimana kerugian yang ditimbulkan lebih besar dari
keuntungan
35
Gulma Tahunan (pirennial weeds)
Gulma yang satu siklus hidupnya > 2 tahun
Contoh: Mimosa pudica (Putri malu)
Berdasarkan habitatnya
Gulma darat
Gulma yang tumbuh di tanah/lahan kering
Contoh:Eleusine indica
Gulma air (aquatic weeds/hydropyte)
Gula air dibagi tiga:
1. Gulma air yang terapung (floating)
Daun dan batangnya berada di permukaan air sedangkan akarnya
melayang dan tidak menyentuh dasar air
Contoh: Eichornia crassipes (enceng gondok)
2. Gulma air yang tenggelam (submersed)
perakaran tidak menyentuh dasar air, daun serta batang melayang-
layang di dalam air dan tidak muncul ke permukaan
Contoh: hydrilla verticillata
3. Gulma yang akarnya tumbuh di dasar air daunnya muncul di
permukaan (emersed)
Contoh: Leersia hexandra (rumput banto)
36
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan tujuan dari praktikum
dapat tercapai, maka diharapkan kepada praktikan agar lebih serius dan teliti lagi
dalam melaksanakan praktikum.
37
DAFTAR PUSTAKA
D. Foth, Henry. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi Keenam Ahli Bahasa Dr.
Soenartono Adisoemarto, Ph.D. Erlangga. Jakarta.
Guntur, Nova Dwi. Dkk. 2010. Pengaruh Atraktan Nabati Ekstrak Selasih
(Ocimum sanctum l.) Dan Daun Wangi (Melaleuca bracteata l.)
Terhadap Lalat Buah Jantan (Diptera: trypetidae) pada Tanaman
Mentimun. Universitas Lampung. Lampung
Suhaendah, Endah. Dkk. 2008. Uji Ekstrak Daun Suren Dan Beauveria Bassiana
Terhadap Mortalitas Ulat Kantong Pada Tanaman Sengon. Balai
Penelitian Kehutanan Ciamis. Jawa Barat
38
Yakup, Y.S. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Faperta Unsri .
Palembang.
Zulfitriany, D.M. dkk. 2004. Pemanfaatan Minyak Sereh (Andropogon nardus l.)
Sebagai Atraktan Berperekat Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.)
Pada Pertanaman Mangga. J. Sains & Teknologi, Desember 2004,
Vol. 4 No.3: 123-129
39