Laporan KKP Ahmad Badrudin
Laporan KKP Ahmad Badrudin
AHMAD BADRUDIN
4443140519
ii
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 4443140519
Jurusan : Perikanan
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Tanggal Penyerahan :
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya sehingga laporan KKP ini dapat tersusun dengan baik. Setelah
melaksanakan kegiatan KKP selama satu bulan, Alhamdulillah kegiatan KKP
yang dilaksanakan di PT. SURI TANI PAMUKA berjalan dengan lancar sehingga
laporan KKP ini dapat saya selesaikan dengan baik. Kegiatan KKP yang
dilakukan sangat memberikan manfaat bagi kami maupun Karyawan di tempat
KKP.
Laporan KKP ini disusun untuk memenuhi persyaratan akademik dari
program KKP Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah
dilaksanakan selama satu bulan. Selain itu, laporan KKP ini merupakan bentuk
pernyataan tertulis atas terlaksananya kegiatan KKP di bidang budidaya
perikanan. Banyak pengalaman berharga yang kami peroleh ketika melaksanakan
kegiatan KKP ini. Semoga pengalaman yang diperoleh menjadi modal penting
bagi lulusan fakultas pertanian untuk mengembangkan dan memajukan perikanan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iii
RINGKASAN .......................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................2
1.3 Manfaat.........................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1 Udang Vaname.............................................................................................3
2.2 Pembenihan Udang Vaname.......................................................................6
BAB III. KEADAAN UMUM LOKASI...............................................................8
3.1 Keadaan Umum Lokasi KKP......................................................................8
3.2 Struktur Organisasi ....................................................................................8
3.3 Visi dan Misi.................................................................................................9
BAB IV. PELAKSANAAN KKP ......................................................................10
4.1 Unit Larva.................................................................................................10
4.2 Unit Induk.................................................................................................10
4.3 Unit Water Treatment..............................................................................11
4.4 Unit Quality Control.................................................................................11
4.5 Unit Pakan Alami.....................................................................................12
BAB V. PEMBAHASAN.....................................................................................13
5.1 Water Treatment......................................................................................13
5.2 Unit Induk.................................................................................................15
5.3 Unit Larva.................................................................................................18
5.4 Unit Quality Control.................................................................................23
5.5 Unit Pakan Buatan...................................................................................26
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Kuliah Kerja Profesi (KKP) merupakan salah satu program yang di usung
oleh Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Program ini
bertujuan untuk menambah pengalaman mahasiswa Fakultas Pertanian di bidang
yang telah di pilih. Melalui KKP ini diharapkan mahasiswa memperoleh
pengalaman tentang apa yang sudah dilakukan di tempat KKP.
KKP yang saya laksanakan bertempat di PT. Suri Tani Pamuka Cabang
Carita. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pembenihan dan pemeliharaan
udang Vanamei (Litopenaeus vaname). KKP dilaksanakan pada tanggal 8 januari-
8 februari 2018. KKP ini bertujuan untuk mengetahui cara pembenihan udang
vanamei dan pemeliharaan larva udang vanamei serta untuk mengetahui treatment
air yang digunakan dalam pembenihan dan pemeliharaan larva udang vanamei.
Di PT. Suri Tani Pemuka terdapat 5 unit bagian yang dapat di pelajari yaitu
Unit larva, unit induk, unit water treatment, unit quality control dan unit pakan
alami. Kegiatan yang di lakukan di unit larva yaitu pemberian pakan larva,
pindahan larva stadia PL4, panen dan pengeringan. kegiatan yang dilakukan di
unit induk yaitu sampling induk matang gonad, pemberian pakan induk, panen
naupli, sampling induk yang sudah di buahi, persiapan pakan induk, sterilisasi
lantai ruang maturasi. Kegiatan yang dilakukan di unit water treatment yaitu
pemberian tiosulfat, pengecekan kenetralan air, pencucian bak, pemberian kaporit.
Kegiatan yang dilakukan di unit QC yaitu skoring telur dan naupli, persiapan
media kultur bakteri, PCR dan FHM dan kegiatan yang dilakukan di unit pakan
alami yaitu kulture algae Chaetoceros amami.
BAB 1. PENDAHULUAN
Bagian dada terdiri dari delapan ruas yang masing-masing ruas mempunyai
sepasang anggota badan yang disebut Thoracopoda. Thoracopoda pertama
sampai dengan ketiga dinamakan maxilliped yang berfungsi sebagai pelengkap
bagian mulut dalam memegang makanan. Thoracopoda lainnya (ke-5 s/d ke-8)
berfungsi sebagai kaki jalan yang disebutpereipoda. Pereipoda pertama sampai
dengan ketiga memiliki capit kecil yang merupakan ciri khas dari jenis udang
penaeid.
c. Perut
Bagian perut atau abdomen terdiri dari enam ruas. Ruas yang pertama
sampai dengan ruas kelima masing-masing memiliki sepasang anggota badan
yang dinamakan pleopoda. Pleopodaberfungsi sebagai alat untuk berenang oleh
karena itu bentuknya pendek dan kedua ujungnya pipih dan berbulu (setae) pada
ruas yang keenam pleopoda berubah bentuk menjadi pipih dan melebar yang
dinamakan uropoda, yang bersama-sama dengan telson berfungsi sebagai kemudi.
Warna dari udang Vannamei ini putih transparan dengan warna biru yang terdapat
dekat dengan bagian telson dan uropoda (Lightner et al., 1996).
Alat kelamin udang jantan disebut petasma, yang terletak pada pangkal kaki
renang pertama. Sedangkan alat kelamin udang betina disebut juga
dengan thelicum terbuka yang terletak diantara pangkal kaki jalan ke empat dan
ke lima (Tricahyo, 1995; Wyban dan Sweeney, 1991).
Pada stadia larva, udang putih mamiliki enam stadia naupli, tiga stadia zoea,
dan tiga stadia mysis dalam daur hidupnya (Elovaara, 2001). Setelah perkawinan
induk betina mengeluarkan telur-telurnya (spawning), yang segera di buahi
sperma tersebut, selesai terjadi pembuahan, induk betina segera ganti kulit
(moulting). Pada pagi harinya dapat dilihat kulit-kulit dari betina yang selesai
memijah. Jadi perkawinan pada udang open telikum terjadi setelah gonad matang
telur. Telur-telur yang telah dibuahi akan terdapat pada bagian dasar atau
melayamg-layang di air (Wyban dan Sweeney, 1991). Cara ini berbeda dengan
udang windu yang merupakan close telikum, dimana perkawinan terjadi sebelum
gonad udang betina berkembang atau matang.
2.2 pembenihan Udang Vaname (Litopanaeus Vaname)
Gambar 1. Larva
Gambar 2. Bak pemeliharaan larva
Pada tanggal 14-19 januari 2018 saya pindah ke unit induk. Kegiatan yang
saya lakukan ketika di unit induk yaitu seterilisasi lantai ruang maturasi.
Sterilisasi lantai ruang maturasi dilakukan setiap pagi yaitu pada jam 07:00.
Kegiatan lain di ruang induk yaitu sampling induk matang gonad dan pemberian
pakan induk udang vaname yang dilakukan setiap pagi hari. Untuk siang hari
kegiatan di induk yaitu panen naupli. Panen naupli dilakukan setiap hari pada jam
14:00, persiapan pakan induk udang vanamei, persiapan yang dilakukan yaitu
memisahkan kepala cumi dari badannya kemudian di potong kecil-kecil.. Pada
malem hari kegiatan yang saya lakukan di unit induk yaitu sampling induk udang
vanamei yang sudah di buahi, sampling ini dilakukan setiap hari pada jam 18:30.
Pada tanggal 20-25 januari 2108 saya pindah ke unit water treatment.
Kegiatan yang dilakukan di unit ini yaitu pemberian tio sulfat ke bak yang berisi
air untuk menghilngkan kandungan kaporit, mengencrkan kaporit bertujuan untuk
mentreatment air yang akan digunakan supaya bakteri yang terdapat pada air mati,
mencuci bak tandon siap pakai, pencucian dilakukan ketika air dalam tandon siap
pakai habis. Ngecek kenetralan air menggunakan autotest, pengecekan kenetralan
air dilakukan untuk mengetahui kandungan klorin masih ada atau tidak.
Pada tanggal 29-31 januari 2018 saya pindah ke unit pakan buatan algae
indoor. Algae indoor merupakan tempat kulture algae skala laboratorium. Pada
unit ini kegiatan yang saya lakukan yaitu memberi tiosulfat ke air untuk persiapan
kulture algae kemudian cek kenetralan air yang sudah di beri tiosulfat setelah itu
memberi pupuk ke air yang sudah netral kemudian algae yang mau di kulture di
tuangkan kedalam toples yang sudah di beri pupuk. Kegiatan lainnya yaitu
mencuci toples yang kotor untuk disterilisasi. Pada siang hari kegiatan di algae
indoor yaitu menyiapkan air untuk kultur algae selanjutnya.
Pada tanggal 1-6 januari 2018 saya pindah ke unit algae outdoor. Kegiatan
yang dilakukan di unit algae outdoor tidak berbeda jauh dengan kegiatan yang
dilakukan di algae indoor. Perbedaannya yaitu di algae outdoor kulture algaenya
lebih banyak dibandingkan di algae indoor. Untuk cara kulture algae di outdoor
sama seperti kulture algae di indoor.
Unit induk memiliki tugas utama yaitu menghasilkan telur dari indukan
yang kemudian di tetaskan menjadi naupli untuk selanjutnya di tranfer ke unit
larva. Dalam Unit induk terdapat beberapa tugas yaitu kedatangan induk,
perawatan induk, dan pemeliharaan telur
5.3.6 Pengeringan
Tahap keenam yaitu pengeringan. Pengeringan adalah proses pengeringan
bak pemeliharaan larva yang sudah di panen. Pengeringan dilakukan setelah
proses panen selesai hal ini bertujuan untuk mensterilisasi bak dan peralatan yang
digunakan untuk pemeliharaan larva untuk persiapan penebaran larva yang baru.
Pengeringan dilakukan dengan cara mencabut semua aerasi, T aerasi, selang
aerasi, penutup outlite yang ada di bak pemeliharaan kemudian rendam batu aerasi
dengan EDTA, T aerasi dengan klorin dan selang aerasi dengan formalin, setelah
itu dengan air tawar kemudian semprot semua bak dengan air kaporit kemudian
diamkan selama 1 minggu.
Unit Laboratorium Quality Control terdiri dari tiga sub unit yang masing-
masing unit nya memilii tugas berantai dari pengujian media kualitas air,
pengujian bakteri pada air yang dikultur pada media agar Marine Agar (MA) dan
Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS), lanjut kepemeliharaan larva
memonitoring pertumbuhan dan kesehatan larva serta identifikasi kecacatan dini
pada perkembangan larva sampai pada pengujian DNA dan RNA untuk menguji
gen pembawa pathogen pada benur yang akan dipanen.
Unit Monitoring Kesehatan Larva, bertugas mengawasi perkembangan
pertumbuhan dan identifikasi dini kecacatan telur hingga post larva. Sampel telur
di cek fertilitasnya secara mikroskopis dengan cara mengambil sampel pada setiap
tank hatching kemudian di lihat perkembangan telurnya pada pukul 08.00 jika
perkembangan telur secara mikroskopis terlihat pada fase 8 jam atau dengan ciri
cabang-cabang pertumbuhan akan berkembang membentuk organ-organ bakal
nauplii maka dapat dikatakan bahwa telur tersebut fertile dan jika berada pada
fase perkembangan telur dibawah 8 jam maka dapat dikatakan telur tersebut non
fertile atau tidak berkembang, pengecekan fertilitas minimal 40 telur pada setiap
sampel nya kemudian di hitung telur yang fertile dibagi jumlah sampel yang
diambil (%).
Selain melihat fertilitas telur, Unit monitoring kesehatan larva juga
mengestimasikan jumlah telur pada tank hatching dimana ada pengulangan tiga
kali pada masing-masing tank-nya, penghitungan dilakukan secara manual dibantu
dengan alat kalkulator, cawan petri dan gelas plastic. Rrumus yang digunakan
untuk mengestimasi jumlah telur yaitu rata-rata sampel dibagi volume sampel (%)
Sampel nauplii di ambil dari tank holding untuk melihat aktifitas nauplii
secara visual dan mengukur fase dan ukuran nauplii secara mikroskopis, keaktifan
nauplii dilihat dengan cara memasukan 100 nauplii kedalam testube kemudian
berikan cahaya tunggu sampai 5 menit, jika 95% nauplii bergerak kearah cahaya
maka dapat dikatakan keaktifan nauplii memiliki skor 10. Secara mikroskopis
nauplii diamati panjang badannya dan dilihat apakah ada kecacatan pertumbuhan
pada mata, spina dan setae serta melihat adanya stress karena pakan dan kualitas
air yang ditandai dengan benjolan warna merah pada badan nauplii atau yang
sering disebut reddish maupun gangguan dari bakteri berupa necrosis. Selain itu
juga nauplii dihitung secara manual dibantu dengan alat kalkulator dan cawan
petri, kemudian dihitung menggunakan rumus estimasi rata-rata sampel dibagi
vulome sample (%).
Monitoring kesehatan larva dilakukan pada fase Post Larva (PL1) atau
ketika masa pemeliharaan larva 9 hari. Monitoring kesehatan larva dimulai
dengan cara mengambil sampel pada bak larva berdasarkan nomor bak
pemeliharaan kemudian diambil sampel sekitar 100 larva pada gelas, kemudian
sampel dibawa di laboratorium quality control untuk dilihat nafsu makan pada
larva dengan cara pengecekan isi usus dan lipid pada larva dilihat secara
mikroskopis, selain itu juga dilihat apakah ada kecacatan akibat handling atau
stress akibat adanya bakteri yang menempel pada badan larva biasanya berupa
necrosis. Setelah itu benur di letakan pada kaca preparat sebanyak 30 ekor untuk
diukur panjang larva dari stadia PL1-PL9, data tersebut digunakan sebagai data
pendukung yang dilampirkan pada pembeli benur.
Stressor test merupakan pengujian stress pada benur stadia PL7, stress test
salinitas dilakukan dengan cara memasukan sampel benur sekitar 100 larva
kedalam media air bersalinitas 0 ppt selama 30 menit, kemudian dikembalikan
pada salinitas semula 30 ppt dan lihat tingkat kelangsungan hidup dari jumlah
sampel.
Laboratorium Mikrobiologi yang bertugas mengawasi kualitas air media
dalam kolam treatment, kolam maturasi, tank hatching, tank spawning dan tendon
siap pakai serta control terhadap adanya bakteri yang terkandung dalam media
yang akan digunakan seperti pada air, pada pipa masuk, pipa keluar dan dinding
bak dari sampel tersebut kemudian di kultur bakteri menggunakan media agar
Marine Agar (MA) dan Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS). Kemudian
hasil dari kultur bakteri dapat dilihat setelah 24 jam.
Pembuatan media agar untuk kultur bakteri dari sampel air dan media
laiinya serta larva, timbang Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS) 4,4 gr
TCBS/ 100 ml aquades atau Marine Agar (MA) sebanyak 5,5 gr/100 ml aquades
kemudian di aduk hingga homogen dan panaskan pada autoclave 110˚C tunggu
hingga dingin dan tuangkan ke dalam cawan petri.
Media agar Marine Agar (MA) dan Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose
(TCBS) digunakan untuk mengkultur bakteri, biasanya bakteri yang di deteksi
jenisnya bakteri vibrio harveyi, bakteri ini yang menjadi patokan parameter
kesehatan larva. Untuk mengetahui ada tidaknya bakteri pada media pemeliharaan
maka pengujian sampel air dan swab pipa dilakukan setiap 3 hari sekali, sampel
air diambil dan swab pipa masuk, dinding dan pipa keluar pada microtube
kemudian sampel air dikultur pada media agar TCBS sedangkan swab pada TCBS
dan MA, hasil kutur dapat dilihat setelah 24 jam setelah itu hitumg koloni bakteri
yang terbentuk pada cawan petri.
Selain itu, sampel air yang telah diambil dapat digunakan untuk menguji
dan mengontrol kualitas air dengan parameter salinitas dengan alat refractometer,
menguji pH dengan pH meter, uji nitrit, ammonium dan alkalinitas dengan test
kit.
Selain uji kualitas air, lab mikrobiologi menguji kualitas telur, larva maupun
post larva dengan cara melihat apakah ada bakteri yang menempel pada badan
larva sehingga pengontrolan kesehatan larva dapat juga diketahui dengan
pengujian body gerus dan body temple. Body gerus merupakan salah satu
pengujian penempelan bakteri pada fase telur, nauplii, zoea dan mysis, sampel
tersebut di gerus dan dikultur kedalam media agar TCBS kemudian lihat apakah
ada koloni bakteri yang terbentuk, kemudian hitung. Body temple merupakan
pengujian penempelan bakteri pada fase post larva, pengujian dilakukan pada
stadia PL2, PL4, PL6, PL8 menggunakan media tissue steril yang dimasukan
kedalam cawan petri kemudian lihat apakah ada koloni bakteri yang terbentuk.
Algae laut merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan sebagai
makannya, ada makro algae dan juga mikro algae, salah satu yang dapat
digunakan sebagai pakan alami adalah Chaetoseros mueleri, mikro algae ini
digunakan untuk pakan alamai larva udang dalam usaha budidaya benur udang,
merupakan jenis fitoplankton yang artinya dapat berfotosintesis, dan merupakan
algae diatom yakni lagae yang memliki 2 atom pada selnya. Chaetoseros mueleri
memiliki pigmen warna kuning keemasan, dan berukuran 10 µm.
Dalam penggunaan algae sebagai pakan alami larva, perlu diperhatikan
kualitas dan densitasnya, pada aplikasinya algae diberikan kepada larva udang
pada stadia zoea 1 sampai dengan mysis 3, karena pada saat larva telah berubah
menjadi zoea 1, kuning telur (yolk egg) atau cadangan makanan telur mereka telah
habis dan harus mengambil makanan dari lingkungannya. Itulah mengapa algae
sangat dibutuhkan dalam budidaya perikanan.
PT. Suri Tani Pemuka hatchery udang unit Carita merupakan salah satu
pembenuran udang yang menggunakan algae Chaetoseros mueleri sebagai pakan
alami larva. Di sini mereka mengkultur algae dan memproduksinya sendiri. Cara
mengkultur algae dengan skala labaoratorium dan dilakukan perbanyakan di bak
outdoor.
Algae dikultur dengan cara mengambil sampel dari alam atau produk yang
telah ada, lalu di isolasi di media Marine Agar (MA), lalu inkubasi algae pada
suhu 20° C, alage akan non aktif, dan bila sudah dibutuhkan maka pindahkan
kultur algae tersebut ke wadah berisi air laut yang telah ditreatment. Pada proses
pemindahan algae untuk perbanyakan dilakukan pada wadah yang berbeda- beda
ukuran, dari ukuran 2 L sampai dengan bak ukuran 6 ton. Sebelum pemindahan
dilakukan, treatment air laut terlebih dahulu pada wadah, dengan menggunakan
klorin untuk membunuh patogen lalu beri thiosulfate untuk menetralkan klorin.
Setelah itu lakukan pemberian pupuk, Chaetoseros merupakan fitoplankton
sehingga pupuk yang diberikan mirip dengan pupuk pada tanaman, seperti npk,
lalu beri tambahan vitamin, zat besi, dan silikat, silikat diberikan karena algae ini
merupakan algae diaotom, untuk memaksimalkan nutrisi yang diberikan harus
ditambahkan silikat agar dapat memcah didning sel nya sehingga algae dapat
menyerap nutrisi dengan baik.
Setelah air laut di treatmen pada wadah, maka algae siap untuk
dipindahkan, dari cawan petri tempat isolasi ke labu Erlenmeyer 300 mL, lalu
setelah 2 hari lakukan pemindahan ke wadah 2 L, setelah 2 hari pindahkan ke
wadah 10 L, setelah 2 hari kultur siap diliris ke bak outdoor, di bak outdoor
ukuran 1 ton (intermediet) pemupukan diberikan seperti halnya di wadah
sebelumnya di laboratorium, lalu ketika 2 hari pindahkan lagi ke wafdah 6 ton,
pada wadah ini pemupukan yang dilakukan sedikit berbeda, yaitu tidak perlu
ditambahkan vitamin. Pemindahan dilakukan agar algae dapat bertambah
densitasnya serta untuk memudahkan siklus produksi. Ketika algae sudah 2 hari di
bak 6 ton, barulah algae siap ditransfer ke bak larva.
6.2. Saran
Saran yang dapat berikan selama KKP di PT. Suri Tani Pamuka adalah
dalam waktu satu bulan KKP kita tidak bisa memahami semua kegiatan yang ada
di PT.Suri Tani Pemuka melainkan hanya bisa sedikit mengerti apa yang sudah
dilakukan pada saat KKP. Agar bisa lebih banyak memahami kegiatan pada saat
KKP sebaiknya waktu KKP untuk kedepannya di tambah lagi karena waktu 1
bulan tidak cukup untuk bisa memahami semuanya dan diharapkan supaya lebih
bersungguh-sungguh lagi dalam melaksanakan KKP.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K dan I. Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Batuparan, D.S. 2001. Kerangka Kerja Risk Management. BEI news edisi 5.
Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar 28. pengecekan kenetralan air Gambar 29. pencucian bak algae