KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga Modul Praktikum
Analisis Bahan 2020 ini dapat terselesaikan. Modul ini bertujuan membantu praktikan, asisten,
serta semua pihak yang bersangkutan demi kelancaran pelaksanaan Praktikum Analisis Bahan
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada tahun 2020.
Isi modul ini disusun berdasarkan urutan kode mata praktikum secara terpisah satu
dengan yang lain agar lebih mudah dibaca dan dipahami. Pada edisi kali ini, terdapat penjelasan
setiap mata praktikum yang telah diperbaiki dan disempurnakan dari edisi sebelumnya sehingga
diharapkan terdapat peningkatan kualitas dari Praktikum Analisis Bahan secara keseluruhan.
Uraian terdiri dari tujuan, dasar teori, dan langkah kerja setiap mata praktikumnya.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan buku ini antara lain:
1. Himawan Tri Bayu Murti Petrus, S.T., M.E., D.Eng. selaku Kepala Laboratorium Analisis
Bahan.
2. Himawan Tri Bayu Murti Petrus, S.T., M.E., D.Eng., Yano Surya Pradana, S.T., M.Eng.,
Muhammad Mufti Azis, S.T., M.Sc., Ph.D., Yuni Kusumastuti, S.T., M.Eng., D.Eng., Dr.-Ing.
Teguh Ariyanto, S.T., M.Eng., Ir. Suprihastuti Sri Rahayu, M.Sc., Ir. Agus Prasetya,
M.Eng.Sc., Ph.D., Lisendra Marbelia, S.T., M.Sc., Ph.D.. selaku dosen pembimbing mata
Praktikum Analisis Bahan.
3. Hariyanto dan RismaWati selaku Laboran Laboratorium Analisis Bahan.
4. Seluruh asisten Praktikum Analisis Bahan 2020.
5. Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada serta semua pihak
terkait.
Penyusun menyadari masih terdapat kekurangan baik materi maupun penulisan. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan selanjutanya.
Semoga buku ini memberikan manfaat dalam perkembangan pendidikan di Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
DAFTAR DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKUM DAN ASISTEN ............................... 1
FORMAT PENULISAN LAPORAN RINGKAS ............................................................. 2
KETENTUAN PENGUMPULAN LAPORAN RINGKAS .............................................. 4
FORMAT PENULISAN LAPORAN RESMI ................................................................... 5
KETENTUAN PENGUMPULAN LAPORAN RESMI ................................................... 8
FORMAT PENULISAN LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... 9
TATA CARA PENULISAN LAPORAN ........................................................................ 10
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM ........................................................ 12
PENGUKURAN SUHU DAN KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN ....................... 14
PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA ........................................................ 28
PENGUKURAN RAPAT MASSA DAN KONDUKTANSI .......................................... 39
MODULUS PATAH DAN KUAT DESAK BAHAN PADAT ...................................... 56
PENGUKURAN TEGANGAN MUKA DAN VISKOSITAS ZAT CAIR..................... 75
ANALISIS VOLUMETRI ............................................................................................... 96
ANALISIS GRAVIMETRI............................................................................................ 111
SPEKTROFOTOMETRI ............................................................................................... 121
1:
DAFTAR DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKUM DAN ASISTEN
1. ....
2. ....
(Tujuan disajikan dalam bentuk poin jika terdapat lebih dari satu tujuan)
II. CARA KERJA
Cara kerja berupa uraian secara lengkap dan rinci mengenai tahap-tahap
dalam percobaan.Uraian tersebut dituliskan dalam bentuk narasi menggunakan
kalimat pasif.
Setiap kalimat yang diawali dengan angka atau rumus senyawa tertentu,
maka harus dituliskan dalam kata-kata. Contoh: 5 gram ….. ditulis Lima
gram…., H2SO4 …. Ditulis Asam sulfat (H2SO4) …..
III. ANALISIS DATA
Berisi persamaan-persamaan yang digunakan untuk perhitungan, lengkap
dengan nomor persamaan dan keterangan dari variabel-variabel yang
digunakan, dilengkapi dengan perhitungan. Sebelum melakukan perhitungan,
tuliskan asumsi-asumsi yang digunakan untuk menyederhanakan perhitungan.
Penulisan angka di belakang koma:
1. Untuk data percobaan, ditulis berdasarkan ketelitian alat.
2. Untuk hasil perhitungan persen, 2 angka belakang koma.
3. Untuk hasil perhitungan dengan ketelitian alat kurang dari 4 abk, maka
ditulis 4 angka belakang koma.
4. Gunakan format scientific jika angka sangat
kecil. Contoh: 0,0345 (diperbolehkan)
0,0046 (tidak diperbolehkan), harus ditulis 4,6242 x 10-3
IV. PEMBAHASAN
Berisi penjelasan mengenai hasil percobaan yang diperoleh serta penjelasan
mengenai grafik yang dibuat (jika ada).
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan
ini adalah:
3:
1. ....
2. ....
(Kesimpulan harus menjawab tujuan percobaan).
VI. SARAN
Berisi saran untuk kemajuan Praktikum Analisis Bahan (bukan saran untuk
asisten secara pribadi, maupun untuk praktikan selanjutnya).
Yogyakarta, 2020
Asisten, Praktikan,
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah:
1. ....
2. ....
(Tujuan disajikan dalam bentuk poin-poin jika terdapat lebih dari satu tujuan)
II. DASAR TEORI
Berisi teori-teori yang berhubungan dengan praktikum terkait. Sumber dari
dasar teori yang digunakan harus dicantumkan. Contoh: …dikenal sebagai
‘pektin’(Kertesz, 1951).
B. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini ditunjukkan oleh gambar
rangkaian alat berikut:
C. Cara Percobaan
Cara kerja berupa uraian secara lengkap dan rinci mengenai tahap-tahap
dalam percobaan. Uraian tersebut dituliskan dalam bentuk narasi
menggunakan kalimat pasif.
D. Analisis Data
Berisi persamaan-persamaan yang digunakan untuk perhitungan, lengkap
dengan nomor persamaan dan keterangan dari variabel-variabel yang
digunakan. Tuliskan juga asumsi yang digunakan untuk menyederhanakan
perhitungan.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. ....
2. ....
(Kesimpulan harus menjawab tujuan percobaan)
VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
Identifikasi hazard terdiri dari:
Identifikasi hazard proses selama praktikum, merupakan identifikasi
kegiatan yang memiliki potensi bahaya selama praktikum beserta
penanganannya. Contoh: mengambil H2SO4 di lemari asam.
C. Manajemen Limbah
Berisi poin-poin limbah yang dihasilkan dalam percobaan disertai
dengan penanganannya. Contoh: Sisa larutan NaOH.
D. Data Percobaan
Semua data yang ada di laporan sementara ditulis kembali di bagian ini.
E. Perhitungan
Berisi perhitungan yang diperoleh dari hasil percobaan.
Catatan:
- Setelah cover laporan resmi disertakan lembar pengesahan
- Laporan sementara dan poin-poin penilaian harus disertakan di akhir
laporan.
- Dilampirkan resume
8:
KETENTUAN PENGUMPULAN LAPORAN RESMI
1. Laporan resmi yang ditulis tangan dikumpulkan kepada asisten jaga sebelum
mengikuti praktikum selanjutnya. Setiap praktikan membuat satu laporan.
2. Laporan dikumpulkan dalam bentuk sudah dijilid rapi.
3. Laporan akan dikoreksi oleh asisten dan dikembalikan kepada praktikan
maksimal 1 (satu) minggu setelah tanggal pengumpulan laporan untuk direvisi
oleh praktikan.
4. Laporan yang telah direvisi dikembalikan kepada asisten dengan waktu sesuai
dengan kebijakan asisten.
5. Laporan yang telah di-acc oleh asisten dikembalikan lagi kepada praktikan untuk
diketik.
Setiap kelompok membuat satu laporan ketik.
6. Laporan yang telah diketik kemudian dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing masing- masing mata praktikum.
7. Batas waktu pengumpulan laporan resmi yang sudah dikonsultasikan kepada
dosen pembimbing adalah 4 (empat) minggu setelah praktikum dilakukan.
8. Kartu acara dan kartu kontrol laporan resmi harus selalu dibawa pada saat
pengambilan dan pengumpulan laporan.
9:
FORMAT PENULISAN LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS GRAVIMETRI
disusun oleh:
Nama Praktikan NIM Tanda Tangan
Yogyakarta, 2020
Dosen pembimbing praktikum, Asisten,
1. Laporan yang ditulis tangan ditulis dengan tinta berwarna hitam di kertas
folio bergaris dan TIDAK bolak-balik.
2. Laporan yang diketik dicetak pada kertas HVS ukuran A4 dengan line spacing
1,5 dan
margin: Atas : 4 cm Bawah : 3 cm Kiri : 3 cm Kanan : 3 cm.
3. Menggunakan bahasa Indonesia yang baku, sesuai Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI).
4. Tidak diperbolehkan menyingkat kata.
5. Menggunakan tanda baca yang tepat.
6. Tidak diperbolehkan menggunakan kata penghubung untuk memulai kalimat.
7. Permulaan kalimat yang berupa bilangan, lambang, atau rumus kimia
ditulis dengan kata-kata. Contoh: NaOH dibuat.... ditulis Natrium
hidroksida dibuat....
8. Menggaris bawahi setiap istilah asing (jika ditulis tangan) atau dicetak
miring (jika diketik). Contoh: aquadest atau aquadest.
9. Penulisan sumber dijadikan satu dengan
kalimat. Contoh: dikenal sebagai ‘pektin’
(Kertesz, 1951).
10. Penulisan pada cover menggunakan huruf kapital.
11. Judul mata praktikum ditulis dengan huruf
kapital. Contoh: ANALISIS KADAR
PATI
12. Judul bab ditulis dengan huruf kapital dan digaris bawah (jika ditulis
tangan) atau
huruf kapital dan dibold (jika diketik). Contoh:
I. TUJUAN PERCOBAAN (jika ditulis tangan).
I. TUJUAN PERCOBAAN (jika diketik).
13. Tabel tidak boleh dipenggal kecuali lebih dari satu halaman. Nomor dan
judul tabel diletakkan di atas tabel.
14. Hal yang termasuk gambar adalah gambar alat, bagan serta grafik. Gambar
alat merupakan gambar penampang depan alat utama dan rangkaian alat.
Keterangan dituliskan di tempat yang kosong pada gambar, penulisan
keterangan diberi garis bawah jika ditulis tangan dan digaris bawah serta di-
bold jika diketik, dan nomor dan judul gambar ditempatkan di bawah
11:
gambar.
15. Penomoran daftar, gambar, persamaan:
Daftar/ tabel diberi nomor urut dengan angka romawi besar. Jika
ditulis tangan tulisan diberi garis bawah, sedangkan jika diketik tulisan
dibuat bold. Contoh: Tabel I. Data Hasil Titrasi (jika ditulis tangan)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui prinsip kerja dan peneraan termometer berisi zat alir dan thermocouple
digital.
2. Menerapkan hasil peneraan untuk pengukuran kenaikan titik didih larutan.
3. Menentukan pengaruh konsentrasi zat terlarut elektrolit atau non elektrolit terhadap
kenaikan titik didih air.
Tampilan data
Pencetak data
Perekam data
Tb m K b 1 n 1 (2)
D. Analisis Data
Sebelum melakukan perhitungan, tuliskan asumsi yang diambil dalam melakukan
percobaan. Asumsi merupakan dugaan yang digunakan sebagai landasan berpikir
karena dianggap benar.
1. Peneraan Alat Ukur Suhu
Hubungan antara suhu yang ditunjukkan termometer raksa (T1, K) dengan suhu yang
ditunjukkan alat ukur yang ditera (T2, K) dinyatakan dengan persamaan :
T2 AT1 B (3)
Dengan regresi linier (least-square method) diperoleh :
n T1 T2 T1 T2
A (4)
n T12 T1
2
B
T 2 A T1
(5)
n
21:
Data untuk perhitungan regresi linier disajikan dalam tabel :
No T1 T2 T12 T1 x T2
Σ
Dari nilai A dan B, diperoleh persamaan linier hubungan suhu termometer raksa
dengan suhu termometer yang ditera.
Kesalahan relatif persamaan terhadap data percobaan dihitung sebagai berikut:
T2 persamaan T2 percobaan
Kesalahan relatif 100 o o (6)
T2 persamaan
Suhu yang telah ditera inilah yang kemudian digunakan untuk menghitung kenaikan
titik didih atau ΔTb pada bagian kenaikan titik didih larutan.
Molalitas larutan dihitung dengan persamaan berikut
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000
𝑚= 𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
× 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (9)
𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
373
353
333 Keterangan :
T2 percobaan
313 T2 persamaan
293
273
273 293 313 333 353 373 393
Suhu Termometer Raksa (T1), K
5 ΔTb Percobaan
thermocouple
4
ΔTb persamaan
3
2 ΔTb percobaan t.
Alkohol
1
0
0 2 4 6
Molalitas Larutan Gula, molal
V. KESIMPULAN
Buatlah kesimpulan yang sesuai dengan tujuan percobaan dan hal-hal yang anda temukan
dalam pelaksanaan praktikum. Jangan menulis ulang tujuan, cara kerja, dan dasar
teori di bagian kesimpulan.
NAMA :
NIM :
1 TUJUAN 5
2 CARA KERJA 10
3 ANALISIS DATA 30
4 PEMBAHASAN 40
Grafik hasil peneraan termometer alkohol dan
thermocouple terhadap termometer raksa. Bahas
persamaan yang paling mewakili data percobaan 10
berdasarkan kesalahan relatif dan jika ada hasil yang
menyimpang.
5 KESIMPULAN 10
6 SARAN 5
Format laporan
TOTAL 100
28:
PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA
(B)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Membuat kurva standar hubungan antara tinggi pelampung dalam rotameter cairan
dengan laju alir air
2. Membuat kurva standar hubungan antara tinggi pelampung dalam rotameter gas dengan
laju alir udara.
Gambar 3. Rangkaian Alat Percobaan Pengukuran Laju Alir Zat Alir Cairan
30:
Keterangan:
1. Pressure gauge
2. Kran overflow
3. Kompresor
4. Kran pengatur aliran
5. Rotameter
6. Float (Pelampung)
7. Pipa pengeluaran
8. Botol penampung air
9. Statif
10. Kran overflow
11. Kran pengatur aliran gas
Tabung pengaman
Gambar 2. Rangkaian Alat Percobaan Pengukuran Laju Alir Zat Alir Gas
C. Cara Kerja
Peneraan Laju Alir Zat Cair
1. Ukur suhu air ledeng di gelas ukur dengan termometer alkohol 110 o C.
2. Buka kran pemasukan untuk mengisi bak penampungan air hingga penuh dan
terjadi aliran overflow.
3. Pastikan knob rotameter dalam keadaan terbuka sebelum mengalirkan fluida ke
dalam rotameter
4. Atur ketinggian float pada ketinggian 6,0 cm.
5. Ukur debit cairan yang mengalir dalam rotameter pada selang waktu 5 ± 0,20
detik dengan menggunakan stopwatch dan gelas ukur 50 mL atau 100 mL.
6. Catat volume air tertampung dan waktu pada stopwatch
7. Lakukan pengambilan data sebanyak 5 kali berurutan untuk ketinggian float
yang sama.
8. Debit untuk ketinggian float yang lain 5,5; 5,0; 4,5; 4,0; 3,5; 3,0; 2,5; 2,0; 1,5
cm.
Peneraan Laju Alir Zat Gas
1. Ukur suhu udara dengan termometer ruangan.
2. Siapkan rangkaian alat dan tutup semua kran pada rangkaian alat.
3. Isi botol penampung dengan air hingga tanda batas.
4. Atur ketinggian cairan pada selang pengeluaran akhir dengan tinggi cairan
pada penampung gas agar sejajar.
5. Nyalakan kompresor dan isi kompresor dengan udara hingga tekanan 5 kg/cm²
untuk Batch 1 dan 4,5 kg/cm2 untuk Batch 2.
6. Buka kran penghubung tabung pengaman dan kompresor, sehingga tabung gas
pengaman terisi udara.
31:
7. Pastikan knob rotameter dalam keadaan terbuka sebelum mengalirkan fluida
ke dalam rotameter
8. Catat tekanan udara di kompresor dan buka kran penghubung tabung gas dan
rotameter.
9. Atur ketinggian float rotameter pada 10,0 cm dengan menggunakan kran pada
tabung pengaman, dan dijaga agar tetap konstan.
10. Ukur debit cairan yang mengalir dalam rotameter pada selang waktu 3 ± 0,20
detik dengan menggunakan stopwatch dan gelas ukur 50 mL.
11. Catat volume air tertampung dan waktu pada stopwatch. Lakukan pengambilan
data sebanyak 5 kali untuk ketinggian float rotameter yang sama.
12. Debit untuk ketinggian float yang lain 8,0 ;6,0 ; 4,0 ; 2,0 cm.
13. Catat tekanan akhir udara yang tersisa di kompresor.
14. Keluarkan udara yang tersisa di dalam kompresor dan tabung pengaman.
D. Analisis Data
Pada percobaan ini untuk memudahkan perhitungan perlu diambil beberapa
asumsi. Sebelum data hasil percobaan di analisis, asumsi yang diambil pada
percobaan dijelaskan telebih dahulu.
Analisis yang ditulis hanya dua pendekatan terbaik dari tiga pendekatan.
1. Menghitung nilai debit fluida (Q) dengan membuat tabel ketinggian (h), volume
(V), waktu (t), dan debit fluida (Q). Pada laporan, cukup tuliskan 5 data pertama
kemudian titik-titik dan diisi satu data terakhir.
h, cm V, cm3 t, s Q, cm3/s
h1 V1 T1 Q1
h2 V2 T2 Q2
…...
…...
…...
…...
Hn Vn tn Qn
2. Menentukan Hubungan Debit Fluida Cair dan Gas Q dengan Ketinggian Float
(h)
a. Penentuan Hubungan Debit Fluida Cair dan Gas Q dengan Ketinggian Float
(h) dengan Pendekatan Linear
𝑄 = 𝑎ℎ + 𝑏 (1)
Penyelesaian dilakukan dengan regresi linear hingga didapatkan nilai
32:
konstanta a dan b untuk persamaan (1)
𝑛 𝛴ℎ 𝑄− 𝛴ℎ 𝛴𝑄
𝑎= (2)
𝑛𝛴ℎ2 −(𝛴ℎ)2
𝛴𝑄−𝑎𝛴ℎ
𝑏= (3)
𝑛
𝛴𝑄 = 𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3 + ⋯ + 𝑄𝑛 (4)
𝛴ℎ = ℎ1 + ℎ2 + ℎ3 + ⋯ + ℎ𝑛 (5)
𝛴ℎ2 = ℎ12 + ℎ22 + ℎ32 + ⋯ + ℎ𝑛2 (6)
𝛴𝑄ℎ = 𝑄1 ℎ1 + 𝑄2 ℎ2 + 𝑄3 ℎ3 + ⋯ + 𝑄𝑛 ℎ𝑛
(7)
b. Penentuan Hubungan Debit Fluida Cair dan Gas Q dengan Ketinggian Float
(h) dengan Pendekatan Logaritmik
𝑄 = 𝑎ℎ𝑏 (8)
c. Penentuan Hubungan Debit Fluida Cair dan Gas Q dengan Ketinggian Float
(h) dengan Pendekatan Eksponensial
𝑄 = 𝑎. 𝑒 𝑏ℎ (11)
ln 𝑄 = ln 𝑎 + 𝑏. ℎ (12)
𝑦 = 𝐴 + 𝐵𝑥 (13)
Penyelesaian dilakukan dengan regresi linear seperti cara di poin (a)
(16)
b. SSE (Sum of Square Due to Error)
𝑆𝑆𝐸 = 𝛴(𝑄ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑄𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 )2
(17)
𝑆𝑆𝐸 = (𝑄ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 1 − 𝑄𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛1 )2 + (𝑄ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 2 −
𝑄𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛2 )2 + ⋯ + (𝑄ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 𝑛 − 𝑄𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛𝑛 )2
(18)
6,0000 Q Persamaan
4,0000
2,0000
0,0000
0 2 4 6 8
Ketinggian Float, cm
V. KESIMPULAN
Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil percobaan. Jangan menulis ulang tujuan, cara
kerja, dan dasar teori di bagian kesimpulan.
VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
Semua bahan yang digunakan untuk praktikum ini diidentifikasi tingkat ke-
hazard-annya sesuai dengan MSDS dan proses praktikum yang berbahaya
diidentifikasi dan disertakan cara penanganannya.
B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri
1. Jas laboratorium lengan panjang
2. Masker
3. Sarung tangan
35:
4. Sepatu tertutup
C. Manajemen Limbah
Setiap limbah yang dihasilkan dalam praktikum dijelaskan dibuang kemana dan
disertai alasan. Limbah praktikum ini berupa air ledengdan udara bertekanan.
D. Perhitungan
36:
LAPORAN SEMENTARA
PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA
(B)
DATA PERCOBAAN
1. Peneraan Laju Alir Zat Cair
h(cm) 6,0 5,5 5,0
T (°C) °C °C °C
Q=V/t V
(cm3/s) t
1,5
°C
37:
2. Peneraan Laju Alir Gas
P awal : kg/cm3
P akhir : kg/cm3
o
T udara : C
6,0 4,0
°C °C
2,0
°C
Yogyakarta, 2020
Asisten jaga, Praktikan,
1.
2.
3.
38:
POIN-POIN PENILAIAN
NAMA:
NIM:
No. Penilaian Nilai Max
1 TUJUAN 5
2 CARA KERJA 10
3 ANALISIS DATA 30
4 PEMBAHASAN 40
Penjelasan singkat mengenai tujuan dan prosedur 3
percobaan setiap tahapnya
Penjelasan umum flowmeter, prinsip kerja rotameter, 5
dan fungsi float pada rotameter
Pembahasan hubungan / trend debit fluida dengan 3
ketinggian float berdasarkan data percobaan
Penjelasan pengertian R-square 3
Pembahasan setiap metode pendekatan yang dilakukan 5
berdasarkan hasil perhitungan
Kurva standar, tujuan dibuat kurva tersebut, dan 10
pembahasannya
Penjelasan nilai R-square percobaan 2
Penjelasan umum alat-alat ukur fluida lainnya. 4
Pemahaman mengenai persamaan Bernoulli pada 5
beberapa alat
5. KESIMPULAN 10
6. SARAN 5
FORMAT LAPORAN
TOTAL 100
39:
PENGUKURAN RAPAT MASSA DAN KONDUKTANSI
(C)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan pengukuran rapat massa dan konduktansi adalah :
1. Memahami serta mempraktikkan cara pengukuran rapat massa dan konduktansi
dengan alat ukur.
2. Menentukan konsentrasi larutan sampel dengan cara mengukur konduktansinya
dengan bantuan kurva standar.
I. DASAR TEORI
A. Rapat Massa
Rapat massa atau densitas didefinisikan sebagai massa persatuan volume yang
biasa dilambangkan dengan dan dapat dirumuskan dengan persamaan :
m
(1)
v
Rapat massa umumnya mempunyai satuan kg/m3 atau gram/ml. Massa (m) dan
volume (V) adalah sifat ekstensif, artinya nilainya tergantung pada jumlah bahan yang
sedang diselidiki, sedangkan densitas adalah sifat intensif yang nilainya tidak
tergantung pada jumlah bahan yang diselidikiatau nilainya tetap untuk suatu kondisi
yang tetap pula.
Disamping rapat massa ada istilah specific gravity yang didefinisikan sebagai
perbandingan antara rapat massa yang diukur dengan rapat massa pembanding
(referensi). Specific gravity tidak mempunyai satuan karena merupakan suatu
perbandingan. Umumnya yang dijadikan rapat massa referensi adalah rapat massa
aquadest murni pada suhu 4 °C dan pada tekanan atmosferik (1 atm) karena pada suhu
dan tekanan tersebut rapat massa dari air adalah 1 gram/mL. Specific gravity
dilambangkan dengan Sg yang dapat dirumuskan dengan persamaan :
c ai r a n
Sg (2)
a qu a d e st
Keterangan:
1. Gelas Ukur 250 mL
2. Hidrometer
3. Fluida cair yang diukur
4. Beban pemberat hidrometer
Keterangan :
1. Gelas Beker
2. Konduktometer
3. Probe
Penyangga probe
Steker
D. Analisis Data
Sebelum menuliskan perhitungan tulis terlebih dahulu asumsi-asumsi yang digunakan
dalam masing-masing poin.
1. Penentuan Rapat Massa Berbagai Cairan pada Suhu Percobaan
a. Penentuan volume piknometer
ma qu a mp a mpo (7)
ma q u a
Va qu a (8)
r e f
Vp Va qu a (9)
3. Pembuatan Kurva Standar Rapat Massa Larutan NaCl pada Suhu Percobaan dengan
Menggunakan Piknometer dan Hidrometer
Persamaan hubungan antara konsentrasi larutan NaCl dengan rapat massa tiap
larutan pada suhu lingkungan adalah :
y = A.x + B (14)
B
y A x (16)
n
48:
Untuk menghitung kesalahan relatif, persamaan yang digunakan adalah :
rapat massa persamaan−rapat massa percobaan
Kesalahan relatif=| | x 100% (17)
rapat massa persamaan
∑ kesalahan relatif
Kesalahan relatif rata-rata = (18)
n
5. Pembuatan Kurva Standar Rapat Massa Larutan NaCl pada Berbagai Suhu Tiap
Konsentrasi dengan Menggunakan Hidrometer
Persamaan hubungan antara suhu dengan rapat massa tiap larutan adalah :
y = A.T + B (21)
B
y A T (23)
n
B
K A N (26)
n
𝑇−𝑇20 𝐾−𝐾20
= (29)
𝑇40 −𝑇20 𝐾40 −𝐾20
V. KESIMPULAN
Berisi tentang kesimpulan berdasarkan tujuan dan hasil percobaan.
N.B. Apabila hasil perhitungan kesalahan relatif yang diperoleh dibawah 10% maka
dapat disimpulkan bahwa persamaan yang diperoleh untuk menghitung konsentrasi suatu
larutan berlaku umum untuk larutan tertentu*)
*)Larutan tertentu apa yang dimaksud dijelaskan di pembahasan
VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
Hazard proses dari praktikum ini diantaranya adalah penggunaan alat-alat yang
rentan pecah, penggunaan kompor listrik dan penggunaan alat konduktometer.
Hazard bahan kimia pada praktikum ini adalah garam NaCl.
52:
B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri
Alat perlindungan diri yang dipakai adalah : jas lab, masker, sarung tangan karet.
Jas lab digunakan untuk melindungi tubuh dari bahan-bahan kimia yang digunakan
selama praktikum.
(Tulislah alat perlindungan diri lain yang dirasa penting pada praktikum ini
beserta alasan pemakaiannya).
C. Manajemen Limbah
Tuliskan limbah apa saja yang dihasilkan pada praktikum ini, tuliskan juga
analisis kandungannya dan tempat pembuangannya.
D. Perhitungan
53:
LAPORAN SEMENTARA
PENGUKURAN RAPAT MASSA DAN KONDUKTANSI
(C)
DATA PERCOBAAN
A. Pengukuran Rapat Massa
Suhu percobaan = ................... oC
Massa NaCl = ................... gram
Volume larutan NaCl = ................... mL
Massa piknometer kosong = ................... gram
1. Pengukuran Rapat Massa Berbagai Cairan dengan Piknometer dan Hidrometer pada Suhu
Percobaan:
Berat piknometer + Densitas cairan dengan
No Cairan
cairan, gram hidrometer, gram/mL
1 Aquadest
2 Air Ledeng
3 Larutan NaCl Pengenceran 1x
4 Larutan NaCl Pengenceran 5 x
5 Larutan NaCl Pengenceran 25 x
6 Larutan Sampel
54:
2. Pengukuran rapat massa larutan NaCl dengan hidrometer pada berbagai suhu dan
konsentrasi
Densitas larutan NaCl, gram/mL
No Suhu, oC
Pengenceran 1x Pengenceran 5 x Pengenceran 25 x
1
2
3
B. Pengukuran Konduktivitas
Pembuatan kurva standar
Yogyakarta, 2020
Asisten jaga, Praktikan,
1.
2.
3.
55:
POIN-POIN PENILAIAN
NAMA :
NIM :
No Penilaian Nilai Max
1. TUJUAN 5
2. CARA KERJA 10
3. ANALISIS DATA 30
4. PEMBAHASAN 40
Penjelasan singkat mengenai rapat massa dan specific 4
gravity beserta prinsip kerja piknometer dan hidrometer
Hasil pengukuran rapat massa berbagai cairan dengan
piknometer dan hidrometer
Grafik hubungan antara rapat massa dengan konsentrasi
7
larutan NaCl dengan piknometer
Grafik hubungan antara rapat massa dengan konsentrasi
larutan NaCl dengan hidrometer
Hasil pengukuran rapat massa menggunakan hidrometer
pada berbagai suhu dan konsentrasi
6
Grafik hubungan antara rapat massa dengan suhu untuk
berbagai konsentrasi
Penjelasan singkat mengenai konduktansi beserta prinsip
3
kerja konduktometer
Hasil pengukuran konduktansi larutan NaCl berbagai
konsentrasi, aquadest, air ledeng pada berbagai suhu
Grafik hubungan antara konduktansi dengan konsentrasi
7
larutan NaCl pada suhu 20oC
Grafik hubungan antara konduktansi dengan konsentrasi
larutan NaCl pada suhu 40oC
Penjelasan mengenai pengaruh konsentrasi dan suhu
4
terhadap konduktansi (fenomena yang terjadi)
Penjelasan perbedaan rapat massa antara aquadest dengan
3
air ledeng
Grafik hubungan suhu dan konduktansi larutan NaCl pada
suhu percobaan
Hasil konsentrasi larutan sampel dan penjelasan mengenai 6
persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung
konsentrasi suatu larutan
5. KESIMPULAN 10
6. SARAN 5
FORMAT LAPORAN
TOTAL 100
56:
MODULUS PATAH DAN KUAT DESAK BAHAN PADAT
(D)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk:
1. Mengukur modulus patah dan kuat desak komposit beton.
2. Mencari hubungan antara rasio semen:pasir dengan nilai modulus patah beton.
3. Mencari hubungan antara rasio semen:pasir dengan nilai kuat desak beton.
II. DASAR TEORI
Bahan padat penting perannya dalam kehidupan manusia, termasuk dalam industri
kimia. Bahan padat dijumpai sebagai bahan konstruksi, katalis, maupun adsorben dalam
industri kimia. Bahan padat secara umum dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu metal,
keramik, dan polimer. Komposit adalah campuran dari dua atau lebih ketiga kategori
bahan padat tersebut. Komposit terdiri dari dua fase, yaitu fase matriks yang mengelilingi
fase terdispersi.
Gambar 2. Rangkaian Alat Penguji Modulus Patah Bahan Padat dengan Metode (a) Three
Point Bending Strength, (b) Four Point Bending Strength
Gambar 4. Penampang Padatan yang Menerima Gaya F, (a) Gambaran Keseluruhan, (b)
Potongan Area yang Terkena Gaya
Ketika benda mengalami beban seperti pada gambar 3, area yang dekat pada
titik pengenaan gaya cenderung mengalami kompresi, dan area yang jauh dari
titik pemberian gaya cenderung mengalami penarikan. Titik dimana gaya
kompresi dan tarikan ini setimbang disebut sumbu netral. Gambar 4(b)
menunjukkan sumbu netral benda berada di pertengahan tebal benda (t) dan
membujur searah dengan lebar benda (w). Besaran A (luas) merujuk pada
penampang yang menerima gaya. Titik patahan adalah melintang pada padatan,
sehingga luas penampang penerima gaya didefinisikan seperti pada gambar 4(a).
Momen inersia terhadap luasan tertentu (second moment of an area),
menurut Beer d.k.k (2009) didefinisikan sebagai:
Ix = ∫ y 2 dA (4)
Detail penampang melintang patahan komposit pada gambar 4(b)
ditunjukkan oleh Gambar 5
59:
𝑤 𝑡3 𝑡3
𝐼𝑥 = ( − (− 8 )) (8)
3 8
1
𝐼𝑥 = 12 wt 3 (9)
Dari Gambar 5, dapat dijelaskan pula bahwa nilai c, yaitu jarak sumbu netral
ke tepi benda didefinisikan sebagai berikut:
1
𝑐= 𝑡 (10)
2
3FL
σb = (11)
2wt2
Persamaan (11) diatas telah sesuai dengan tertera dalam Callister (2006).
Percobaan pada Praktikum Analisis Bahan menggunakan dongkrak hidrolik
untuk menghasilkan gaya. Nilai F dapat ditentukan dari tekanan piston yang
terukur dari pengukur tekanan sebagai berikut:
F = P. Apiston (12)
P.π.𝑑2
F= (13)
4
60:
dengan:
P = Tekanan hidrolik pembacaan, kg/cm2
D = Diameter piston, cm
Apabila persamaan (13) disubstitusikan ke persamaan (11), maka akan
menghasilkan persamaan (14). Persamaan (14) merupakan modifikasi dari
persamaan (11) menurut Callister (2006) agar semua variabel dalam persamaan
(11) bisa terukur dengan baik.
3𝑃𝜋𝑑2 𝐿
𝜎𝑏 = (14)
8𝑤𝑡 2
3FL
σb = (16)
4wt2
Persamaan (16) adalah sesuai dengan yang diberikan oleh ASTM C1161-13
(n.d.).
Gaya F dapat dihitung berdasarkan data tekanan yang terbaca pada piston.
Persamaan yang digunakan adalah sama dengan metode three-point bending
strength, dan dituliskan kembali sebagai berikut.
F = P. Apiston (12)
P.π.𝑑2
F= (13)
4
dengan:
P = Tekanan hidrolik pembacaan, kg/cm2
D = Diameter piston, cm
Apabila persamaan (13) disubstitusikan ke persamaan (16), maka akan
menghasilkan persamaan (17).
3𝑃𝜋𝑑2 𝐿
𝜎𝑏 = (17)
16𝑤𝑡 2
B. Kuat Desak
Kuat desak adalah tegangan desak (σc) maksimum yang mampu ditahan
benda agar tidak mengalami keretakan. Tegangan desak didefinisikan sebagai
nilai gaya desak (F) per satuan luas permukaan penahan benda (A).
Gaya F dihasilkan oleh tekanan hidrolik dari piston. Luas A adalah luasan
penampang penerima gaya. Gaya penekan dapat dihitung dari tekanan piston
yang terukur. Substitusi persamaan (13) ke (18), menghasilkan persamaan (19)
sebagai berikut.
𝑃𝜋𝑑2
𝜎𝑐 = (19)
4𝐴
dengan,
σc = kuat desak padatan (N/cm2), atau biasa ditulis sebagai kg/cm2
A = luas penampang penerima gaya, cm2
d = diameter piston, cm
P = tekanan hidrolik pembacaan, kg/cm2
Simbol N pada Gambar 8 melambangkan gaya normal yang diberikan
permukaan penahan benda. Jika N tidak ada, benda tidak akan mengalami
pendesakan tetapi justru bergerak ke bawah.
Rangkaian alat percobaan kuat desak dapat dilihat pada Gambar 9.
Keterangan:
1. Rangka alat uji kuat desak
2. Plat penekan atas
3. Sampel/plester padatan
4. Plat penekan bawah
5. Piston
6. Kaca pelindung
7. Dongkrakhidrolik
8. Indikator tekanan
9. Valve pelepas tekanan
10. Tuas pengungkit.
Gambar 9. Rangkaian Alat Percobaan untuk Mengukur Kuat Desak Komposit Beton
Prinsip kerja alat uji percobaan kuat desak adalah memberikan gaya pada
permukaan uji, melalui kompresi dengan piston secara kontinyu hingga sampel
mengelami keretakan. Permukaan atas sampel dipilih yang paling rata agar
terjadi pendistribusian gaya secara merata. (ASTM C109, n.d.).
63:
III. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Sampel A (semen : pasir = 1:3)
2. Sampel B (semen : pasir = 1:5)
3. Sampel C (semen : pasir = 1:7)
4. Sampel D (semen : pasir = 1:9)
5. Sampel E (semen : pasir = 1:10)
6. Sampel F (semen : pasir = 1:12)
7. Sampel G (semen : pasir = 1:14)
8. Sampel H (semen : pasir = 1:16)
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Alat uji modulus patah (Gambar. 5)
2. Alat uji kuat desak (Gambar. 7)
3. Penggaris 30 cm
4. Jangka sorong
5. Kaca pembesar atau lup
Keterangan:
1. Rangkaian alat uji modulus
patah
2. Pisau pematah
3. Mur
4. Sampel/plester padatan
5. Pisau-pisau penumpu
6. Piston
7. Kaca pelindung
8. Dongkrak hidrolik
9. Indikator tekanan
10. Valve pelepas tekanan
11. Tuas pengungkit
Gambar 10. Rangkaian Alat Uji Modulus Patah dengan Metode Three-Point Bending
Strength (a) dan Four-Point Bending Strength (b)
64:
Keterangan:
1. Rangkaian alat uji kuat desak
2. Plat penekan atas
3. Sampel/plester padatan
4. Plat penekan bawah
5. Piston
6. Kaca pelindung
7. Dongkrak hidrolik
8. Indikator tekanan
9. Valve pelepas tekanan
10. Tuas pengungkit
C. Langkah Praktikum
1. Modulus Patah
Metode pengujuan modulus patah mengacu pada ASTM C1161-13,
Standard Test Method for Flexural Strength of Advanced Ceramics at
Ambient Temperature. Cara kerjanya dijelaskan sebagai berikut:
a. Persiapkan alat uji modulus patah dengan memasang tuas pengungkit pada
dongkrak hidrolik, dan memastikan valve pelepas tekanan tertutup rapat.
b. Ukur dimensi sampel A, yakni lebar sampel (w) dan tebal sampel (t)
menggunakan jangka sorong.
c. Ukur jarak kedua ujung pisau penumpu (L) dan diameter piston (d)
menggunakan jangka sorong.
d. Letakkan sampel di atas kedua pisau penumpu pada posisi simetris, posisi
pisau pematah tepat berada diatas sampel.
e. Naikkan posisi sampel dengan cara mengungkit tuas sampai permukaan
atas sampel menyentuh pisau pematah.
f. Amati indikator tekanan dan lanjutkan pengungkitan secara perlahan dan
kontinyu sampai sampel patah.
g. Catat angka tertinggi yang ditunjukkan indikator pada saat sampel tepat
patah.
h. Turunkan posisi pisau penumpu dengan membuka valve pelepas tekanan.
i. Lakukan lagi percobaan untuk sampel A sebanyak 2 kali.
j. Lakukan hal yang sama untuk sampel B,C, dan D (masing-masing 3 kali).
65:
2. Kuat Desak
Metode pengujuan modulus patah mengacu pada ASTM C109: Standard
Method for Compressive Strength of Hydraulic Cement Mortar, dimana cara
kerjanya dijelaskan sebagai berikut:
a. Persiapkan alat uji kuat desak dengan memasang tuas pengungkit pada
dongkrak hidrolik, memastikan valve pelepas tekanan tertutup rapat
memastikan plat penekan atas dan bawah dalam kondisi bersih.
b. Ukur panjang sisi – sisi permukaan sampel E yang akan menerima gaya
menggunakan penggaris. Pilih permukaan penerima gaya dari sampel E
yang paling halus, paling datar dan bentuknya beraturan.
c. Ukur diameter piston (d) menggunakan jangka sorong.
d. Letakkan sampel pada plat penekan bawah.
e. Naikkan posisi sampel dengan cara mengungkit tuas sampai permukaan
atas sampel menyentuh plat penekan atas.
f. Amati indikator tekanan dan lanjutkan pengungkitan secara perlahan dan
kontinyu sampai sampel menunjukan keretakan, amati keretakan dengan
bantuan kaca pembesar.
g. Turunkan posisi plat penekan bawah dengan membuka valve pelepas
tekanan
h. Catat angka tertinggi yang ditunjukkan indikator pada saat sampel tepat
retak.
i. Lakukan lagi percobaan untuk sampel E sebanyak 2 kali.
j. Lakukan hal yang sama untuk sampel F, G, dan H (masing-masing 3 kali).
1
𝑆𝐷 = √ Σ(𝜎𝑏,𝐴𝑖 − ̅̅̅̅̅)
𝜎𝑏,𝐴 2 (32)
𝑛
1
𝑆𝐷 = √ Σ(𝜎𝑐,𝐸𝑖 − ̅̅̅̅̅)
𝜎𝑐,𝐸 2 (45)
𝑛
Dengan, σc,Ei : Kuat desak bahan kode E, percobaan ke –i, dengan i = 1, 2, dan 3
𝜎𝑐,𝐸 : Kuat desak bahan E rata rata
̅̅̅̅̅
* Perhitungan diulangi untuk kode sampel F,G, dan H
VIII. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
Jelaskan jenis hazard proses dan bahan yang digunakan serta lengkapi juga dengan
cara penanganannya.
B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri
Alat perlindungan diri yang harus dipakai dalam percobaan ini dan dijelaskan
kegunaan dan penggunaannya.
C. Manajemen Limbah
Limbah-limbah yang dihasilkan dari praktikum ini dijabarkan masing-masing
penanganannya. Limbah praktikum ini meliputi limbah produk utama ataupun hasil
samping dan bahan yang bersisa.
D. Data Percobaan
E. Perhitungan
72:
LAPORAN SEMENTARA
MODULUS PATAH DAN KUAT DESAK BAHAN PADAT
(D)
Data Percobaan :
1. Percobaan Modulus Patah
Diamater silinder piston (d) = cm
Jarak ujung-ujung pisau penumpu (L) = cm
Umur sampel = hari
Metode = three / four - point bending strength
No. Sampel w, cm t, cm P, kg/cm2
1
2 A
3
4
5 B
6
7
8 C
9
10
11 D
12
73:
2. Percobaan Kuat Desak
Diamater silinder piston (d) = cm
Umur sampel = hari
Yogyakarta, 2020
Asisten jaga, Praktikan,
1.
2.
3.
74:
POIN-POIN PENILAIAN
NAMA :
NIM :
No. Penilaian Nilai Max
1 TUJUAN 5
2 CARA KERJA 10
3 ANALISIS DATA 30
4 PEMBAHASAN 40
Pengantar (penjelasan umum mengenai percobaan Kode D) 1
a. Modulus Patah
Penjelasan mengenai modulus patah 3
Penjelasan metode percobaan (ringkas) 3
Pembahasan hasil percobaan 3
Pembahasan hubungan antara komposisi pasir dengan 3
nilai modulus patah rata-rata dengan pendekatan linear
dan eksponensial
Pembahasan terkait penyimpangan dari teori (jika ada) 3
Pembahasan standar deviasi 3
b. Kuat Desak
Penjelasan mengenai kuat desak 3
Penjelasan metode percobaan (ringkas) 3
Pembahasan hasil percobaan 3
Pembahasan hubungan antara komposisi pasir dengan 3
nilai kuat desak rata-rata dengan pendekatan linear dan
eksponensial
Pembahasan terkait penyimpangan dariteori (jika ada) 3
Pembahasan standar deviasi 3
Peranan dalam industri/kehidupan sehari-hari 3
5 KESIMPULAN 10
6 SARAN 5
FORMAT LAPORAN
TOTAL 100
75:
PENGUKURAN TEGANGAN MUKA DAN VISKOSITAS ZAT CAIR
(E)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan Pengukuran Tegangan Muka dan Viskositas Zat Cair adalah:
1. Memahami pengertian dasar tegangan muka dan viskositas.
2. Menentukan tegangan muka zat cair menggunakan Kenaikan Pipa Kapiler.
3. Mengetahui pengaruh jenis larutan dan konsentrasi larutan terhadap nilai tegangan
muka zat cair.
4. Menentukan viskositas dengan viskosimeter Ostwald
5. Mengetahui pengaruh suhu terhadap viskositas zat cair.
A. Molekul pada
Permukaan Zat Cair
PA
A PB
Nilai θ tergantung pada jenis cairan. Bila cairan yang digunakan adalah air
sehingga membasahi dinding kapiler dengan sempurna, maka θ dianggap 0
sehingga cos θ = 1. Persamaan diatas menjadi:
𝜌𝑔ℎ𝑟
γ= (7)
2
Keterangan :
Gelas beker
Penggaris
Pipa kapiler
Keterangan:
1. Arah aliran penghisap
2. Arah aliran fluida
3. Batas atas
4. Batas bawah
Untuk aliran zat cair yang laminer dalam suatu tabung, Poiseuille menemukan
bahwa volume (V) yang dialirkan keluar pipa per satuan waktu (t) untuk jari-jari (r)
dan panjang pipa (l) dengan beda tekanan (P) adalah : (Sutera and Skalak, 1993)
𝜋 𝐷4 𝑃
𝑄= (10)
128 𝜇 𝑙
𝑉 𝜋 𝑃 𝑟4
= (11)
𝑡 8𝜇𝑙
𝜋 𝜌0 𝑔 ℎ 𝑟0 4 𝑡0 𝜋 𝜌 𝑔 ℎ 𝑟4 𝑡
𝑉= = (12)
8 𝜇0 𝑙 8𝜇𝑙
Pengukuran viskositas yang tepat dengan persamaan diatas sukar dicapai. Hal
ini disebabkan nilai r dan l sukar ditentukan secara tepat. Untuk menghindari hal ini
dalam praktiknya digunakan suatu cairan pembanding.
Dengan Viskosimeter Ostwald, dapat diukur waktu untuk cairan sampel dan
cairan pembanding yang mengalir melalui pipa kapiler yang sama. Tekanan
(P)berubah-ubah tetapi selalu berbanding langsung dengan rapat massa zat
pembanding (ρ0) dan rapat massa zat sampel (ρ) sehingga :
𝜇 𝜌 𝑟4 𝑡
𝜇𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = 𝜇 = 𝜌 4 (13)
0 0 𝑟0 𝑡0
dengan:
ρ : rapat massa zat sampel, g/cm3
ρ0 : rapat massa zat pembanding, g/cm3
79:
r : jari-jari kapiler viskosimeter untuk zat sampel, cm
r0 : jari-jari kapiler viskosimeter untuk zat pembanding, cm
t : waktu alir zat sampel, s
t0 : waktu alir zat pembanding, s
B. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini ditunjukkan oleh gambar
rangkaian alat berikut:
Keterangan :
1. Gelas beker 250 mL
2. Pipa kapiler
3. Penggaris
4. Larutan sampel
5. Termometer alkohol 110°C
C. Cara Percobaan
1. Tegangan Muka Zat Cair
i) Pembuatan Larutan NaCl 10%, 15%, dan 20%
a. Timbang garam NaCl seberat 10 gram, 15 gram, 20 gram diatas gelas arloji
menggunakan neraca analitis digital.
b. Larutkan NaCl pada 50 mL aquadest dalam gelas beker. Masukkan ke
dalam labu ukur 100 mL, kemudian tambahkan aquadest hingga tanda
batas. Gojog labu ukur hingga larutan homogen.
c. Tuangkan larutan NaCl yang sudah dibuat ke dalam gelas beker.
ii) Metode Kenaikan Pipa Kapiler
a. Ukur diameter dalam dari tiga buah pipa kapiler dengan penggaris.
b. Isi gelas beker dengan aquadest.
c. Masukkan pipa kapiler dan penggaris ke dalam gelas beker.
d. Tarik pipa kapiler ke atas, sampai tinggi cairan dalam pipa kapiler konstan.
e. Ukur tinggi kenaikan aquadest dalam pipa kapiler terhadap permukaan
cairan aquadest di dalam gelas beker (meniskus cekung cairan).
f. Ulangi percobaan sehingga didapatkan tiga data.
g. Ulangi percobaan dengan dua pipa yang lain.
h. Lakukan percobaan yang sama dengan larutan NaCl 10%, 15%, 20% dan
larutan K2SO4 10%, 15%, 20%.
i. Kembalikan larutan K2SO4 ke botol penyimpanan serta bersihkan alat-alat.
81:
2. Viskositas Zat Cair
a. Hidupkan waterbath dan atur knop suhu pada suhu 30 oC.
b. Isi minyak ke dalam Viskosimeter Ostwald berdiameter 1.0 mm dan aquadest
ke dalam Viskosimeter Ostwald berdiameter 0.6 mm.
c. Letakkan Viskosimeter Ostwald (dengan bantuan penjepit kayu), dan
termometer alkohol ke dalam waterbath. Tunggu 15 menit agar suhu fluida
mendekati atau sama dengan suhu waterbath.
d. Setelah suhu 30 ºC tercapai, zat cair dinaikkan lebih tinggi dari tanda paling
atas pada Viskosimeter Ostwald dengan bola penghisap.
e. Lepaskan bola penghisap pada ujung Viskosimeter Ostwald dan hidupkan
stopwatch saat zat cair tersebut melewati tanda paling atas. Stopwatch
kemudian dimatikan saat zat cair tersebut melewati tanda paling bawah. Catat
waktu yang diperlukan oleh zat cair tersebut, catat pula suhu pada termometer
alkohol sebagai suhu waterbath.
f. Ulangi langkah pada poin e sebanyak tiga kali, masing-masing untuk minyak
dan aquadest.
g. Naikkan suhu waterbath menjadi 40 oC (kira-kira lima menit). Tunggu lima
menit agar suhu fluida sama dengan suhu waterbath.
h. Ulangi langkah pada poin d,e, dan f.
i. Ulangi percobaan untuk suhu 50, 60, dan 70 oC.
j. Isi gelas ukur 250 mL dengan minyak dan masukkan hidrometer ke dalamnya.
k. Catat rapat massa yang terbaca pada skala hidrometer serta ukur suhu minyak
menggunakan termometer alkohol.
l. Matikan waterbath setelah semua percobaan selesai dan kembalikan minyak
ke botol penyimpannya serta bersihkan alat-alat.
3. Penimbangan
a. Bersihkan kemudian timbang piknometer kosong 25 mL beserta tutupnya
dengan neraca analitis digital dan catat hasilnya.
b. Timbang piknometer 25 mL yang berisi aquadest sampai penuh dengan neraca
analitis digital dan catat hasilnya.
c. Keluarkan aquadest dari piknometer dan keringkan piknometer.
d. Ulangi percobaan dengan larutan NaCl 10%,15%,20%, larutan K2SO4 10%,
15%,20%.
82:
D. Analisis Data
1. Asumsi
Menuliskan asumsi-asumsi percobaan yang berhubungan dengan perhitungan
disertai dengan alasan pengambilan asumsi tersebut.
2. Menentukan Rapat Massa Zat Cair
Massa cairan = (massa piknometer+tutup+cairan) – (massa piknometer
kosong+tutup) (16)
dengan,
ρminyak : rapat massa minyak pada berbagai suhu percobaan (g/mL)
ρminyak mula-mula : rapat massa minyak yang diukur pada suhu ruang dengan
hidrometer (g/mL)
T : Suhu percobaan di thermometer alcohol (ºC)
To : Suhu minyak mula-mula (ºC)
3. Menentukan Tegangan Muka Zat Cair
a. Metode Kenaikan Pipa Kapiler
Pertama, tentukan rata-rata hasil pengukuran ketinggian cairan di dalam
pipa kapiler dengan menggunakan persamaan (20). Selanjutnya, hitunglah
jari-jari masing-masing pipa kapiler dengan persamaan (21). Kemudian,
tentukan tegangan muka zat cair pada masing-masing diameter pipa kapiler,
dengan persamaan (22). Terakhir, tentukan tegangan muka rata-rata zat cair
83:
tersebut dengan persamaan (23).
∑ℎ
ℎ= (20)
𝑛
𝐷
𝑟= (21)
2
1
𝛾 = 2 . 𝑔. 𝜌. 𝑟. ℎ (22)
1
𝛾𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝛾) = 2 . 𝑔. 𝜌. 𝑟. ℎ (23)
Pipa 1 r = cm
Pipa 2 r = cm
Pipa 3 r = cm
Rata-Rata
𝐷 𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑂𝑠𝑡𝑤𝑎𝑙𝑑
𝑟= (26)
2
dengan,
r: jari-jari Viskosimeter Ostwald (cm)
D: diameter Viskosimeter Ostwald (cm)
Massa jenis aquadest pada berbagai suhu dapat diketahui dengan data yang
berasal dari referensi. Selanjutnya, waktu rata-rata percobaan untuk masing-masing
minyak dan aquadest dihitung dengan persamaan (27). Terakhir, viskositas relatif
ditentukan dengan persamaan (28).
1
𝑡 = 3 𝑥 (𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3) (27)
𝜇 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝜌 𝑟4𝑡
𝜇 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = =𝜌 4 (28)
𝜇 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 0 𝑟0 𝑡0
dengan,
μ : viskositas (cp)
ρo : rapat massa aquadest (g/mL)
ρ : rapat massa minyak (g/mL)
ro : jari – jari Viskosimeter Ostwald untuk aquadest (cm)
r : jari – jari Viskosimeter Ostwald untuk minyak (cm)
A
ln ln B (31)
T
y = b + ax (32)
dengan,
y = ln μ
b = ln B
a=A
1
x=𝑇
𝑛 ∑(𝑥𝑦)−∑ 𝑥 ∑ 𝑦
a= (33)
𝑛(∑ 𝑥 2 )−(∑ 𝑥)2
∑ 𝑦−𝑎 ∑ 𝑥
b= (34)
𝑛
No T Xy
1
2
3
4
5
Dengan bantuan informasi tabel diatas, maka nilai A dan B dapat ditentukan.
𝐴
𝜇 = 𝐵 𝑒𝑇 (35)
dengan,
A=a
b
B=e
Gambar 10. Grafik Hubungan Tegangan Muka dengan Konsentrasi Larutan K2SO4
6. KESIMPULAN
Pada bagian kesimpulan, poin-poin yang dijabarkan adalah sebagai berikut.
1. Definisi tegangan muka dan viskositas zat cair.
2. Hasil percobaan pengukuran tegangan muka dengan Kenaikan Pipa Kapiler dan
kesalahan relatif yang diperoleh.
3. Pengaruh jenis larutan terhadap nilai tegangan muka zat cair.
4. Pengaruh konsentrasi terhadap nilai tegangan muka zat cair.
5. Hasil percobaan pengukuran viskositas zat cair dan persamaan hubungan viskositas
dengan suhu beserta kesalahan relatif persamaan tersebut.
6. Pengaruh suhu terhadap viskositas zat cair.
7. SARAN
Saran yang dipaparkan pada bagian ini dalam bentuk poin-poin dan bertujuan
memberi masukan atas proses praktikum Pengukuran Tegangan Muka dan Viskositas Zat
Cair agar lebih baik untuk ke depannya.
8. DAFTAR PUSTAKA.
Bird, R.B., Stewart W.E., and Lightfoot E.N., 2001, ”Transport Phenomena”, 2nd ed.,
pp.50-52., John Wiley & Sons, Inc., New York
Sutera, S.P and Skalak, R, 1993, “The History Of Poiseuille’s Law”, Annual Review of
Fluid Mechanics Vol. 25: 1-20, Annual Reviews Inc.
Welty, J.R., Wicks, C.E., Wilson, R.E., and Rorrer G., 2007., “Fundamentals of
Momentum, Heat, and Mass Transfer”, 5th ed., pp.86-88, John Wiley & Sons, Inc.,
91:
New York
Wiratni, Diktat Materi Kuliah Fisika 2, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada
Membrane materials. (2006). Membrane Science and Technology, 40–
104. doi:10.1016/s0927-5193(05)80003-8
9. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
Paparkan bahaya dari bahan yang digunakan dan juga bahaya yang dapat
timbul dari penggunaan alat dan juga unsafe act. Lengkapi juga dengan cara
mengatasinya.
B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri
Paparkan alat perlindungan diri yang perlu digunakan saat praktikum beserta
alasan.
C. Manajemen Limbah
Bahas setiap limbah yang dihasilkan dari praktikum ini, dan jelaskan
penanganannya.
D. Data Percobaan
E. Perhitungan
(Grafik hasil perhitungan diletakkan di pembahasan, sedangkan nomograph
diletakkan di perhitungan)
92:
LAPORAN SEMENTARA
DATA PERCOBAAN
A. Pengukuran Tegangan Muka
1. Metode Kenaikan Kapiler
o
Aquadest, T= C
No.
Pipa 1,d= cm Pipa 2,d= cm Pipa 3,d= cm
1.
2.
3.
o
massa NaCl 10% , T= C
No.
Pipa 1,d= cm Pipa 2,d= cm Pipa 3,d= cm
1.
2.
3.
o
massa NaCl 15% , T= C
No.
Pipa 1,d= cm Pipa 2,d= cm Pipa 3,d= cm
1.
2.
3.
93:
o
massa NaCl 20%, T= C
No.
Pipa 1,d= cm Pipa 2,d= cm Pipa 3,d= cm
1.
2.
3.
o
K2SO4 10%, T= C
No.
Pipa 1,d= cm Pipa 2,d= cm Pipa 3,d= cm
1.
2.
3.
o
K2SO4 15 %, T= C
No.
Pipa 1,d= cm Pipa 2,d= cm Pipa 3,d= cm
1.
2.
3.
o
K2SO4 20 %, T= C
No.
Pipa 1,d= cm Pipa 2,d= cm Pipa 3,d= cm
1.
2.
3.
2. Penimbangan
No Objek yang ditimbang Massa,gram
1. Piknometer kosong
2. Piknometer + Aquadest
3. Piknometer + Larutan NaCl 10%
4. Piknometer + Larutan NaCl 15%
5. Piknometer + Larutan NaCl 20%
6. Piknometer + Larutan K2SO4 10%
7. Piknometer + Larutan K2SO4 15%
8. Piknometer + Larutan K2SO4 20%
Yogyakarta,
Asisten Jaga, Praktikan,
1.
2.
3.
95:
POIN-POIN PENILAIAN
NAMA :
NIM :
No Penilaian Nilai Max
1 TUJUAN 5
2 CARA KERJA 10
3 ANALISIS DATA 30
4 PEMBAHASAN 40
Tegangan Muka Zat Cair 20
a. Definisi tegangan muka 3
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan muka 3
c. Macam-macam metode pengukuran tegangan muka 3
d. Metode Kenaikan Pipa Kapiler
Prinsip kerja metode kenaikan pipa kapiler 2
Kelebihan dan kekurangan metode kenaikan pipa kapiler 2
Data hasil perhitungan dan penjelasan yang dihubungkan 4
dengan teori yang ada
Penyebab adanya kesalahan relatif ataupun penyimpangan hasil 3
terhadap teori
Viskositas Zat Cair 20
a. Definisi viskositas 4
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas 3
c. Prinsip kerja viskositas Ostwald 4
d. Data hasil perhitungan beserta grafik dan penjelasan yang 5
dihubungkan dengan teori yang ada
e. Penyebab adanya kesalahan relatif ataupun penyimpangan hasil 4
terhadap teori
5 KESIMPULAN 10
6 SARAN 5
FORMAT LAPORAN
TOTAL 100
96:
ANALISIS VOLUMETRI
(F)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Analisis volumetri adalah analisis kimia kuantitatif dengan mengukur volume larutan
standar yang dapat bereaksi dengan suatu senyawa dalam larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya. Analisis dilakukan dengan cara titrasi, yaitu menambahkan larutan standar
tetes demi tetes melalui buret ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya. Titrasi dihentikan saat reaksi sempurna tercapai, yang disebut
juga titik ekivalen. Meskipun tercapainya titik ekivalen kemungkinan dapat diketahui
dengan adanya perubahan pada larutan yang dititrasi (misalnya timbul endapan, atau
terbentuk senyawa kompleks), namun untuk memperjelas, kadang diperlukan indikator
yang sesuai yang memberikan perubahan (warna) yang jelas, sehingga akhir titrasi dapat
diketahui (titik akhir titrasi). Titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik ekivalen.
Larutan standar adalah larutan suatu zat yang konsentrasinya atau normalitasnya
sudah diketahui dengan pasti. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa besaran,
antara lain molaritas, normalitas, dan molalitas. Molaritas menyatakan jumlah mol zat
terlarut dalam setiap liter larutan, normalitas menyatakan banyaknya mol ekivalen (grek)
zat terlarut dalam setiap liter larutan. Sedangkan molalitas menyatakan jumlah mol yang
terlarut dalam 1000 gr terlarut. Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol
ion H+. Dan untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-. Sehingga,
dapat dituliskan persamaan yang menghubungkan normalitas dengan molaritas sebagai
berikut.
N = M x valensi (1)
Berdasarkan reaksi yang terjadi dalam proses titrasi, analisis volumetri / analisis
titrimetri digolongkan menjadi :
1. Asidi-alkalimetri (netralisasi)
2. Oksidimetri-reduksi (redoks)
3. Pengendapanp
4. Pembentukan kompleks
Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan titrasi Asidimetri-alkalimetri dan
Oksidimetri-reduksi (redoks).
Terbentuknya asam lemah H3BO3 membuat pH larutan pada titik akhir titrasi <
7. Oleh karena itu digunakan indikator methyl orange yang memiliki trayek pH 3,1 - 4,4.
Indikator ini memberikan perubahan warna dari orange menjadi merah bata pada saat titik
ekivalen tercapai. Berdasarkan berat (yang tepat) boraks yang dilarutkan dan volum HCl
(yang tepat) yang diperlukan sampai perubahan warna terjadi, konsentrasi HCl dapat
diketahui. Selanjutnya larutan standar HCl digunakan untuk menentukan
98:
konsentrasi larutan NaOH. Pada saat titik ekivalen, seluruh NaOH bereaksi sempurna
dengan HCl membentuk garam NaCl, sebagai berikut:
Karena NaCl adalah garam netral, maka pH larutan pada titik ekivalen sekitar 7,
maka digunakan indikator phenolphtalein yang memiliki trayek pH 8,3-10 dan
memberikan perubahan warna dari merah muda menjadi tidak berwarna.
2. Titrasi Redoks
Titrasi Redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah
reaksi oksidasi dan reduksi. Pada reaksi redoks terjadi perubahan bilangan oksidasi.
Bilangan oksidasi adalah muatan yang akan dimiliki oleh suatu atom jika suatu
senyawa tersusun atas ion-ionnya. Reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi
interaksi dari senyawa/unsur/ion yang bersifat oksidator dengan senyawa/unsur/ion
yang bersifat reduktor. Jadi kalau larutan standarnya oksidator, maka analit harus
bersifat reduktor atau sebaliknya. Berdasarkan jenis oksidatornya maka titrasi redoks
digolongkan antara lain: permanganometri (bila larutan standar primer yang digunakan
KMnO4), dikhrometri (larutan standar primer yang digunakan K2Cr2O7),
iodimetri/iodometri (larutan standar primer I2 langsung/tidak langsung). Larutan
standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodimetri/ iodometri adalah natrium
thiosulfat (biasanya berbentuk pentahidrat Na2S2O3.5H2O). Pada praktikum ini
dilakukan penentuan konsentrasi vitamin C (asam askorbat) dengan oksidator berupa
iodine. Iodine mempunyai kelarutan yang rendah dalam air, sehingga perlu
ditambahkan kalium iodida (KI) sebagai penyuplai ion I-. Larutan KI dalam air akan
terionisasi menjadi kation K+ dan anion I-. Anion I- akan bereaksi dengan I2 mebentuk
I3- yang lebih larut didalam air dengan reaksi sebagai berikut:
I2 + I- I3- (4)
larutan standar I2 ditentukan konsentrasi secara pasti dengan titrasi iodometri
secara langsung, menggunakan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3). Larutan
Na2S2O3 untuk jangka panjang masih kurang stabil sehingga perlu ditambahkan
natrium karbonat (Na2CO3) untuk menjaga kestabilannya. Reaksinya dapat dilihat
sebagai berikut:
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62- (5)
a. Pada saat titrasi larutan Iodine menggunakan campuran larutan Na2S2O3 dan Na2CO3 ,
terjadi perubahan warna dari coklat gelap menjadi kuning. Perubahan ini menunjukkan
terjadinya reaksi berikut:
2S2O32-(aq) + I2(g) S4O62-(aq) + 2I-(aq) (6)
b. Setelah amilum diteteskan, terjadi perubahan warna dari kuning menjadi hijau
kebiruan. Hal ini disebabkan oleh amilum yang mengikat iod menjadi iodamilum
sehingga terjadi perubahan warna.
c. Pada titik akhir titrasi terjadi perubahan warna dari hijau kebiruan menjadi bening.
B. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini ditunjukkan oleh gambar rangkaian alat
berikut:
100:
Keterangan :
1. Buret 50 mL
1
2. KranBuret
3. Erlenmeyer
4. Titran
4 5. Titrat
Iodimetri
1. Pembuatan larutan standar I2
a. Timbang 2 gram KI dan 1,3 gram I2 alam gelas arloji menggunakan neraca analitis
digital.
b. Larutkan KI terlebih dahulu kemudian I2 dengan air suling pada gelas beker.
m = massa NaOH, mg
𝑁𝐻𝐶𝑙 𝑉𝐻𝐶𝑙
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑋 𝑁 = (12)
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
Iodimetri
I. Standardisasi I2
Normalitas Na2S2O3 sebenarnya
0.5 𝑚Na2S2O3
𝑁Na2S2O3 = 𝑚𝑟 (16)
Na2S2O3 𝑉Na2S2O3
n = banyak data
106:
III. Menghitung konsentrasi vitamin C
Normalitas vitamin C
𝑁𝐼2 𝑉𝐼2
𝑁 𝑣𝑖𝑡 𝐶 = (20)
𝑉𝑣𝑖𝑡𝐶
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diambil, terutama terkait dengan perbedaan konsentrasi larutan
yang diharapkan (hasil hitungan) dengan kenyataan (hasil percobaan)
Skoog, A.D., West, D.M., and Holler, F.J., 1994, “Analytical Chemistry An
Introduction”, 6ed., pp. 150-153, Sounders College Publishing, Orlando.
Vogel, A.I, 1958, “Text Book of Quantitative Inorganic Analysis”, 2ed., pp. 43-45,
52, 150-160, 229-233, Longman, Green and Co., London.
VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
a. Hazard Bahan Kimia
Berisi sifat-sifat fisis maupun sifat kimia dari bahan-bahan yang dipakal dalam
praktikum ini.
b. Hazard Proses
Penjelasan tentang potensi bahaya dari proses-proses yang terjadi selama
praktimum berlangsung misalnya saat pengambilan HCl, penimbangan baham,
dan proses titrasi.
C. Manajemen Limbah
Berkaitan dengan pembuangan limbah hasil praktikum sesuai kandungan senyawa
yang ada dalam limah tersebut
D. Data Percobaan
E. Perhitungan
108:
LAPORAN SEMENTARA ANALISIS VOLUMETRI
(F)
Iodometri
a) Peneraan larutan Na2S2O3:
Massa Na2S2O3 = gram
Volum larutan Na2S2O3 = mL
Massa I2 = gram
Massa KI = gram
Volume I2 + KI = mL
Massa Na2CO3 = gram
Volum larutan Na2CO3 = mL
1
2
3
Yogyakarta,
Asisten jaga, Praktikan,
1.
2.
3.
110:
POIN-POIN PENILAIAN
NAMA :
NIM :
No. Penilaian Nilai Max
1 TUJUAN 5
2 CARA KERJA 10
3 ANALISIS DATA 30
4 PEMBAHASAN 40
5 KESIMPULAN 10
6 SARAN 5
FORMAT LAPORAN
TOTAL 100
111:
ANALISIS GRAVIMETRI
(G)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kemurnian pupuk ZA [(NH4)2SO4]
dengan menggunakan metode analisis gravimetri.
a. Tahap Pengendapan
Tahap ini merupakan tahap pembentukan inti dari ion-ion molekul yang akan
diendapkan. Pada proses pengendapan ini digunakan pupuk ZA [(NH4)2SO4] dan
BaCl2 yang bereaksi membentuk endapan BaSO4. Reaksi yang terjadi adalah :
(NH4)2SO4(aq) + BaCl2(aq) BaSO4(s) + 2NH4Cl (aq) (1)
b. Tahap Penyaringan
Penyaringan bertujuan untuk memisahkan cairan dan endapan dalam larutan.
Kertas saring yang digunakan adalah kertas saring Whatman 42 agar setelah pemijaran,
endapan yang diperoleh berupa garam sulfat murni dan bebas abu.
c. Tahap Pencucian
Tahap pencucian berfungsi untuk menghilangkan kotoran yang teradsorpsi pada
endapan BaSO4, jika tidak dihilangkan maka akan mempengaruhi hasil penimbangan.
112:
Selain itu, tahap pencucian berfungsi untuk mengambil endapan BaSO4 yang melekat
di gelas beker agar endapan BaSO4 tidak ada yang tertinggal.
Setelah tahap pencucian, perlu dilakukan pengetesan menggunakan larutan
AgNO3 1% pada filtrat terakhir. Pengetesan bertujuan untuk memastikan apakah
endapan masih mengandung zat pengotor atau tidak. Reaksi antara AgNO3 dengan zat
pengotor ion Cl- dinyatakan oleh persamaan berikut :
AgNO3(aq) + Cl- (aq) → AgCl(s) + NO3-(aq) (2)
Bila ion Cl- sudah tidak ada, maka hasil penambahan larutan AgNO3 tidak menyebabkan
kekeruhan sehingga pencucian tidak diperlukan lagi.
d. Tahap Pemijaran
Pada tahap pemijaran digunakan muffle furnace sebagai pemijarnya bukan oven
biasa. Hal inidikarenakan, oven tidak bisa mencapai suhu tinggi yang mencapai
800oC sedangkan untuk memijarkannya harus mencapai 800oC. Sehingga dipilih
muffle furnace yang dapat mencapai suhu tersebut.
e. Tahap Penimbangan
Penimbangan dilakukan setelah krus yang telah berisi endapan didinginkan
dalam eksikator agar suhu krus sama dengan suhu lingkungan. Penyeimbangan suhu
dimaksudkan agar suhu krus yang masih tinggi tidak dimasukkan ke neraca, sebab
suhu tinggi dapat merusak neraca.
2. Tahap Penyaringan
a. Lipat kertas saring Whatman 42 (kertas saring bebas abu) hingga seperempat
lingkaran.
b. Pasang ke dalam corong gelas.
c. Basahi kertas saring menggunakan aquadest hangat sambil ditekan-tekan
dengan sendok besi hingga menempel sempurna di corong gelas (tidak ada
rongga). Hati-hati saat menekan kertas saring.
d. Tuangkan larutan ke corong gelas, sedikit demi sedikit dengan bantuan gelas
pengaduk hingga semua larutan habis.
3. Tahap Pencucian
a. Panaskan 400 mL aquadest dalam gelas beker 500 mL menggunakan kompor
listrik sampai suhu 50oC dan masukkan ke dalam botol semprot.
b. Lakukan pencucian dengan menyemprotkan aquadest hangat dari botol semprot
pada gelas beker yang dipanaskan untuk larutan ZA berulang-ulang.
c. Lakukan pengetesan terhadap filtrat terakhir dengan cara meneteskan AgNO3
1% pada tetesan terakhir pada gelas arloji.
d. Apabila larutan menjadi keruh, lakukan pencucian hingga filtrat terakhir hingga
saat dilakukan pengetesan dengan AgNO3 1% tidak keruh.
D. Analisis Data
Pada analisis data, tuliskan asumsi dalam bentuk poin-poin yang diambil dalam
melakukan percobaan sebelum melakukan perhitungan. Asumsi adalah
dugaan/batasan yang digunakan sebagai landasan berpikir karena dianggap benar.
Asumsi yang dituliskan kemudian juga dijelaskan dengan akibat dari pengambilan
asumsi tersebut.
Analisis data yang digunakan sebagai berikut:
1. Perhitungan jumlah endapan BaSO4 dari Percobaan Tiap Sampel
Untuk menganalisis beratendapan BaSO4 hasil percobaan digunakan rumus:
𝑀𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 = 𝑀𝑘𝑟𝑢𝑠+𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝+𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 − 𝑀𝑘𝑟𝑢𝑠 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔+𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝 (3)
dengan, M = massa, gram
C. ManajemenLimbah
Dalam poin ini, praktikan menjelaskan tindakan apa saja yang dilakukan untuk
mengatasi atau membuang limbah yang terbentuk saat praktikum analisis gravimetri.
Misalnya, limbah campuran ZA dan BaCl2 mengandung apa saja, dibuang kemana/ke
jirigen limbah apa disertai alasannya.
D. Data Percobaan
Data hasil percobaan ditulis ulang.
E. Perhitungan
Menulis perhitungan dari percobaan.
119:
LAPORAN SEMENTARA
ANALISIS GRAVIMETRI
(G)
DATA PERCOBAAN
Berat Pupuk ZA : 1. gram
2. gram
1. Penambahan Larutan BaCl2
No. Tahap Pengendapan, mL Tahap Pengetesan , mL
1
2
2. Berat Endapan
No. Berat krus kosong, g Berat krus + endapan, g Berat endapan, g
1
2
Rata-Rata
Yogyakarta, 2020
Asisten, Praktikan,
1.
2.
3.
120:
POIN-POIN PENILAIAN
NAMA :
NIM :
No. Penilaian Nilai Max
1 TUJUAN 5
2 CARA KERJA 10
3 ANALISIS DATA 30
4 PEMBAHASAN 40
Pembahasan mengenai analisis gravimetri. 3
Penjelasan tahapan percobaan: 30
1. Pengendapan
a. Fungsi kontrol suhu (pemanasan dan pendinginan) berulang
b. Fungsi penambahan BaCl2 dan reaksinya
c. Pembahasan tahap pengetesan BaCl2
2. Penyaringan
a. Alasan pemilihan kertas saring Whatman 42
b. Fungsi pembasahan kertas saring
3. Pencucian
a. Alasan menggunakan aquadest hangat
b. Pembahasan tahap pengetesan dengan AgNO3 1% dan reaksinya
4. Pemijaran
a. Fungsi pencucian, pengovenan dan peng-eksikatoran krus
b. Pembahasan tahap pemijaran pertama
c. Pembahasan tahap pemijaran kedua
Pembahasan hasil percobaan 1
Perbandingan dengan referensi 1
Alasan perbedaan hasil dengan referensi 5
5 KESIMPULAN 10
6 SARAN 5
FORMAT LAPORAN
TOTAL NILAI 100
121:
SPEKTROFOTOMETRI
(H)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan dapat menggunakan spektrofotometer UV visible untuk:
1. Menentukan panjang gelombang optimum pada larutan pewarna merah dan
pewarna biru.
2. Membuat kurva kalibrasi absorbansi versus konsentrasi untuk larutan encer
pewarna merah dan pewarna biru pada panjang gelombang optimum.
3. Menentukan konsentrasi larutan pewarna merah dan pewarna biru yang tidak
diketahui dengan menggunakan persamaan hasil kurva kalibrasi.
l. Buang larutan pewarna 2.500 ppm dari cuvet, cuci cuvet dengan larutan
yang akan diuji kemudian isi kembali cuvet dengan larutan yang akan
diuji.
m. Lakukan pengukuran absorbansi untuk larutan standar yang telah dibuat
mulai dari konsentrasi yang terendah.
n. Buatlah kurva kalibrasi absorbansi terhadap konsentrasi di Microsoft
Excel dengan absorbansi sebagai sumbu y (ordinat) dan konsentrasi
sebagai sumbu x (absis).
o. Tampilkan Trendline Linier Equation beserta R-Square.
126:
p. Ulangi langkah 2.a-o untuk larutan pewarna lain.
0,4 Keterangan :
0,3 Larutan Standar Caffein
0,1
0
0 20 40 60 80
Konsentrasi, ppm
VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
Berisi mengenai penjelasan bagian-bagian dari kegiatan selama praktikum
dan karakteristik bahan-bahan kimia secara rinci (aquadest dan pewarna) yang
dapat membahayakan baik praktikan maupun orang lain selama proses praktikum
berlangsung.
B. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri yang dipakai adalah jas laboratorium standar, goggles,
masker, sarung tangan lateks, dan safety shoes. Pada subbab ini, diberikan
pemaparan rinci mengenai alat pelindung diri yang dikenakan tersebut dan alasan
pemakaiannya.
130:
C. Manajemen Limbah
Informasi mengenai limbah yang dihasilkan secara rinci dan alasan
pembuangan limbah tersebut.
D. Data Percobaan
Penulisan kembali data percobaan dari laporan sementara yang telah diisikan
selama praktikum.
E. Perhitungan
Proses perhitungan yang jelas, rapi, dan sistematis. Pada proses kalkulasi
yang mirip, maka dapat dituliskan sekali sebagai contoh perhitungan. Tabel yang
digunakan juga harus dilengkapi dengan satuan.
131:
LAPORAN SEMENTARA
SPEKTROFOTOMETRI
(H)
Hari / Tanggal :
Nama Praktikan : 1. NIM : 1.
2. 2.
3. 3.
Asisten : Ganang Dino Utama / Priskila Natalia
Data Percobaan
1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Pewarna Merah
Konsentrasi larutan awal : ppm | Panjang gelombang optimum : nm
No Konsentrasi, ppm Absorbansi
1
2
3
4
5
2. Penentuan Konsentrasi Larutan Pewarna Merah X ppm
Pengenceran : kali | Absorbansi :
3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Pewarna Biru
Konsentrasi larutan awal : ppm | Panjang gelombang optimum : nm
No Konsentrasi, ppm Absorbansi
1
2
3
4
5
4. Penentuan Konsentrasi Larutan Pewarna Biru, Y ppm
Pengenceran : kali | Absorbansi :
Asisten jaga, Yogyakarta,
Praktikan
1.
2.
3.
132:
POIN-POIN PENILAIAN
PRAKTIKUM KODE H (SPEKTROFOTOMETRI)
Nama :
NIM :
No Penilaian Nilai Max
1 TUJUAN PERCOBAAN 5
2 CARA KERJA 10
3 ANALISIS DATA 30
4 PEMBAHASAN 40
Penjelasan prinsip spektrofotometri, absorbansi, dan
5
transmitansi.
Prinsip kerja alat spektrofotometer UV-visible. 5
Pemaparan Hukum Lambert-Beer yang dikaitkan dengan
6
absorbansi pada larutan dengan konsentrasi rendah (encer).
Penjelasan mengenai gelombang optimum dan spektrum warna
5
komplemen.
Penjelasan singkat mengenai larutan blanko yang digunakan 2
Pemaparan ringkas hasil panjang gelombang optimum yang
diperoleh untuk larutan merah dan larutan biru (berbeda/sama) 5
dan warna spectrum apa yang terserap.
Pemaparan hasil percobaan berupa nilai absorbansi yang
diperoleh pada berbagai konsentrasi larutan larutan merah dan
5
larutan biru (dilengkapi dengan grafik dengan format
sebagaimana terlihat pada Gambar 2 dan persamaannya).
Hasil konsentrasi larutan merah X ppm dan larutan biru Y ppm
4
yang dilengkapi cara memperolehnya (persamaan/grafik).
Aplikasi penggunaan prinsip spektrofotometri di dunia industri
3
(3 contoh)
5 KESIMPULAN 10
6 SARAN 5
FORMAT LAPORAN
TOTAL 100