Anda di halaman 1dari 9

A. Analisa Sperma Dasar (Rutin).

1. Pemeriksaan Makroskopis.

Segera setelah sperma diejakulasikan, hendaknya diamati dalam

wadah penampung :

a. Ada/tidaknya koagulum.

b. Warna sperma.

c. Bau sperma.

d. Proses likuefaksi sperma.

Setelah proses likuefaksi selesai, ditentukan parameter sebagai berikut

a. Volume sperma.

b. pH sperma.

c. Kekerasan dan warna sperma.

d. Viskositas sperma.

Adapun interpretasi hasilnya secara makroskopis, sperma yang baik

jika:

a. Volumenya lebih dari 2 ml (2-5 ml) dalam sekali ejakulasi,

b. Jika volumenya kurang dari 2 ml saat ejakulasi, mungkin, itu karena

ejakulasi yang tidak sempurna, misalnya, karena cemas.

c. Namun, bila volume saat ejakulasi selalu sedikit (kurang dari 2 ml),

mungkin ada masalah hormonal, yaitu kadar testoteron yang rendah atau

kurang.

d. Berwarna agak keputihan.

Jika sperma berwarna kemerahan, mungkin ada perdarahan.


e. Terdapat gumpalan seperti jelly yang disebut koagulum.

f. Baunya khas seperti kaporit.

Sperma yang berbau tidak seperti seharusnya, misalnya, jadi amis,

mungkin karena ada infeksi.

2. Pemeriksaan Mikroskopis.

Pemeriksaan mikroskopis sperma dilakukan setelah proses likuefaksi

selesai. Pemeriksaan ini meliputi :

a. Motilitas/Pergerakan spermatozoa.

b. Kepadatan spermatozoa.

c. Morfologi spermatozoa.

d. Ada/tidaknya aglutinasi spermatozoa

e. Adanya sel bundar (Round cells).

f. Mikroorganisme.

g. Partikel lepasan dan kristal.

Adapun cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut :

a. Cara Penilaian Molititas/Pergerakan Spermatozoa.

1) Cara Kerja.

 Taruh stetes sperma yang sudah mencair di objek gelas, tutup

dengan deckglass.

 Amati di mikroskop dengan lensa objektif 40x.

 Amati berapa % spermatozoa yang bergerak aktif, lalu catat.

2) Interpretasi Hasil.
 Dikatakan normal jika 40% atau lebih sperma dapat bergerak normal.

Tetapi, adapula beberapa laboratorium mengatakan bahwa nilai

normal adalah 60% atau lebih.

b. Cara Membedakan Spermatozoa yang Mati dengan yang Tidak

Bergerak.

1) Cara Kerja.

 Campur setetes sperma dengan Eosin 0,5 %.

 Amati di mikroskop dengan lensa objektif 40x.

2) Interpretasi Hasil.

 Berwarna kemereh-merahan : Spermatozoa yang mati.

 Tidak berwarna : spermatozoa yang aktif.

c. Hitung Jumlah Spermatozoa.

 Alat : Pipet Leukosit & Kamar Hitung Improved Neubauer.

 Bahan : Aquadest sebagai larutan pengencer dan Cairan Sperma.

1) Cara Kerja.

 Isi pipet Leukosit sampai tanda 0,5 dengan sperma yang sudah

mencair.

 Pipet Aquadest sampai tanda 11.

 Hitung jumlah spermatozoa dalam Kamar Hitung pada Kotak Eritrosit

(5 Kotak Sedang).

 Hasil yang diperoleh dikalikan 200.000 untuk mendapatkan jumlah

spermatozoa dalam 1 ml sperma.


Gambar 2. Kamar Hitung Improved Neubauer.

2) Interpretasi Hasil.

 Jumlah spermatozoa 20 – 250 juta/ml sudah dianggap masuk dalam

batas-batas yang normal.

 0 Juta/ml disebut azoospermia.

 0 - 5 Juta/ml disebut ekstrimoligozoospermia.

 < 20 juta disebut oligozoospermia.

 > 250 Juta/ml disebut polizoospermia.

Catatan :

 Perlu kehati-hatian untuk mengambil kesimpulan.

 Biasanya hasil yang diperoleh jauh berbeda dari hasil sebelumnya atau

sesudahnya.

 Sikap yang baik : mengulangi pemriksaan di waktu lain.

d. Penilaian Morfologi Spermatozoa.

1) Cara Kerja.

 Buat apusan apus sperma seperti cara membuat sediaan apus

darah.

 Keringkan, lalu fiksasi dengan Methanol selama 5 menit.

 Warnai dengan Giemza 1 : 3 (selama 3 – 5 menit) atau 1 : 9 (selama

10-15 menit).

 Periksa apusan sperma dengan objektif 100x (oil immersi).


 Nilailah berapa % kelainan bentuk dari spermatozoa, misalnya :

kepala terlalu besar/kecil, terlalu memanjang, inti terpecah, ekor tidak

ada, ada 2 ekor, ekor amat pendek, dsb.

2) Interpretasi Hasil.

Pemeriksaan ukuran, bentuk, dan gambaran sperma biasanya

melalui pemeriksaan sampel yang telah diwarnai di mikroskop.

Hasil pemeriksaan dikelompokkan ke dalam empat kelompok,

yaitu :

 Bentuk normal.

 Kepala tidak normal.

 Ekor tidak normal.

 Sperma belum matang (immature germ cells, IGC).

B
A
Gambar 3. (A) Spermatozoa Normal.
(B) Sperma belum matang (immature germ cells, IGC).
Tabel Spermiogram

NILAI
HASIL SATUAN
NORMAL
MAKROSKOPIS
1. Volume 2,5 ml           2-5 ml
2. pH 8 7,2 - 7,8
3. Warna Putih Putih
kekuningan kekuning-
kuningan
4. Kekentalan Kental Kental
5. Bau Khas (Chlor) Khas (Chlor)
6. Pencairan 20 menit 10 – 20 menit
MIKROSKOPIS
1.Uji Motilitas
         Pergerakan Aktif 70 > 50 %
         Pergerakan Lemah 20 < 30 %
         Tak Bergerak 10 < 20 %
2. Jumlah Sperma 65.650.000 60 - 150 Juta ml
3. Morfologi
Spermatozoa
    a. Normal
       - Kepala 70 > 60 %
       - Ekor 65
    b. Abnormal:    
       - Kepala 30 < 40 %
       - Ekor 35
4. Jumlah Lekosit 85 100 ul
5. Aglutinasi Negatif NEGATIF +/-

3. Pemeriksaan Kimia.

Karbohidrat yang ada dalam semen/sperma ialah fruktosa, fruktosa

mempunyai korelasi positif dengan kadar testosterone dalam tubuh.

Penetapan kadar fruktosa memakai reaksi Selivanoff sebagai dasar, pada


reaksi itu fruktosa bereaksi dengan resorcinol dengan menyusun warna

merah.

Gambar 4. Rumus Bangun Fruktosa.

a. Parameter : Penetapan fruktosa.

b. Tujuan Pemeriksaan : Untuk mengetahui dan menentukan kadar frukstosa

dalam semen yang bertalian dengan kadar testosterone.

c. Prinsip : Fruktosa akan berubah menjadi furfural oleh pengaruh HCl dan

pemanasan, furfural yang terjadi akan berkondensasi dengan resorcinol

menyusun senyawa yang berwarna merah.

d. Alat dan Reagensia :

1) Alat :

 Tabung reaksi.

 Klinipet.

 Tips Biru.

 Tips Kuning.

 Pipet Volume.

 Bejana Air.

 Spekrofotometer.

2) Bahan dan Reagensia.

 Laruran Ba (OH)₂ 0,3 N.

 Larutan ZnSO₄ 0,175,m.
 Larutan Resorcinol 0,1% dalam 100 ml alkohol 95%

 Standar Fruktosa stock 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml asam

benzoate 0,2 %.

Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan

H2O 100ml (Konsentrasi 200 mg fruktosa/dalam sperma).

3) Cara Kerja.

 Lakukan diproteinsasi sperma yang akan diperiksa dengan terlebih

dulu mengencerkan  mengencerkan 0,1 ml sperma dengan 2,9 ml

air. Kemudian tambah 0,5 ml larutan Ba(OH)₂, campur, tambah 0,5

ml lar.ZnSO₄, campur lagi dan centrifuge.

 Sediakan 3 tabung, beri label T (test), S (standard) dan B (blanko).

 Tabung T diisi 2 ml cairan pada langkah 1, tabung S diisi 2 ml

standard fruktosa larutan kerja dan tabung B diisi 2 ml aquadest.

 Kepada tabung T, S dan B masing-masing ditambah 2 ml resorcinol

dan 6 ml HCl.

 Campur isi tabung masing-masing, panasilah dalam bejana air 90°C

selama 10 menit.

 Baca absorbansi T dan S terhadap B pada 490 nm dengan

Spektrofotometer.

 Hitung kadar fruktosa dengan rumus AT/AS x 200.

4) Interpretasi Hasil.

Fruktosa sperma normal : 120 – 450 mg/dl.

Anda mungkin juga menyukai