7 Reaktif 2 Tahap
7 Reaktif 2 Tahap
1.2 TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk dapat melakukan proses pencapan
pada pada kain kapas dengan zat warna reaktif panas (Novacron Golden
Yellow P-2RN – Novacron Blue P-3R) 2 tahap dengan variasi metoda
fiksasi (pad steam – wet fixation – pad batch – alkali pretreatment)
sehingga dapat mengetahui pengaruh dari variasi tersebut terhadap
persentase ketajaman warna dan ketuaan warna hasil pencucian.
Gugus –OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan
untuk mengadakan ikatan dengan zat warna direk berupa ikatan hidrogen.
Serat selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan suasana
asam,
sehingga pengerjaan proses persiapan penyempurnaan dan
pencelupannya lazim dilakukan dalam suasana netral atau alkali.
Oksiselulosa
Pengerjaan selulosa dengan oksidator menyebabkan terjadinya
oksiselulosa, dimana oksidator akan menyerang cincin glukosa dari
selulosa
(III) dan pengerjaan lebih lanjut dengan alkali akan memutuskan rantai
molekul (V). Apabila proses oksidasi terjadi dalam suasana alkali, dan
berhubungan dengan udara, maka akan terjadi pemutusan cincin molekul
glukosa yang lebih hebat sehingga terjadi penurunan kekuatan serat
selulosa (VI). Dengan reaksi:
Gambar 3.7 Reaksi Oksiselulosa
Sumber: Yolanda Istiqomah. LKP. Bandung. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2011. Hal 11
Golongan zat warna yang digunakan untuk pencapan sama seperti golongan
zat warna untuk pencelupan kain. Selain itu pada pencapan, bermacam-
macam golongan zat warna dapat dipakai bersama-sama dalam pencapan
satu kain, tanpa saling mempengaruhi warna aslinya.
Sesuai dengan alat/ mesin yang digunakan dalam pencapan, maka dikenal :
Pencapan semprot ( spray – printing )
Pencapan blok ( Block – printing )
Pencapan perrotine ( Perrotine – printing )
Pencapan rambut serat ( Flock – printing )
Pencapan kasa/sablon ( Screen – printing )
Pencapan rol ( Roller – printing )
Pencapan transfer ( Transfer – printing )
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat digunakan untuk
mewarnai serat selulosa. Zat Warna reaktif mengadakan reaksi dengan
serat dan membentuk ikatan kovalen sehingga zat warna tersebut menjadi
bagian dari serat ikatan kovalen terbentuk dari hasil reaksi antara sistem
reaktif pada zat warna reaktif dengan gugus -OH, -SH. -NH2, dan NH.
Pada proses pencapan dengan zat warna reaktif dimana zat warna yang
telah terhidrolisa dapat menimbulkan masalah serius. Ketika kain dicap
dengan zat warna reaktif cara langsung, kebanyakan zat warna bereaksi
dengan serta pada bagian yang dicap dan sebagian dari zat warna
terhidrolisa, tentunya zat warna yang terhidrolisa ini harus dihilangkan.
Selain itu, pengental yang digunakan pada pasta cap juga harus
dihilangkan dari kain. Pada saat proses pencucian sabun keduanya
dihilangkan dari kain. Dalam larutan pencucian sabun tersebut sekarang
mengandung zat warna reaktif yang terhidrolisa dan membentuk larutan
celup untuk kain. Akibatnya dasar putih diluar motif menjadi terwarnai atau
ternodai oleh zat warna yang terhidrolisa itu sehingga untuk mendapatkan
hasil yang baik, proses pencuciannya harus benar benar diperhatikan.
Beberapa contoh zat warna reaktif adalah dari golongan mono- dan
diklorotriazin (Procion, Cibacron, Amaryl, Chemictive, Goldazol dsb),
sulfatoetil sulfon (Remazol, Natictive), trikloro pirimidin (Reactone,
Drimarene). Zat warna tersebut dapat digunakan pada proses pencelupan
maupun pencapan. Beberapa zat warna tersebut seperti Procion Supra,
Cibacron Pront, dsb khusus dikembangkan untuk proses pencapan.
Biasanya golongan zat warna ini mempunyai kereaktifan tinggi dan atau
afinitas yang rendah terhadap serat. Zat warna dengan reaktifitas yang
tinggi lebih cenderung bereaksi dengan serat dan dengan afinitas yang
rendah zat warna yang terhidrolisa tidak akan menodai dasar putih pada
kain cap.
Untuk jenis zat warna reaktif dingin atau yang kereaktifan tinggi maka dapat
digunakna konsentrasi yang rendah untuk alkalinya. Pemilihan jenis alkali
berdasarkan pada kereaktifan zat warna yang digunakan dan kestabilan
dari pasta cap yang diisyaratkan.
Sebagian zat warna reaktif bereaksi dengan air yang mengandung alkali
dan menyebabkan zat warna terdeaktivasi.
Zat warna pun dapat mengadakan reaksi adisi dengan dan membentuk
ikatan eter, ikatan ini biasanya tahan terhadap suasana asam tetapi kurang
tahan pada suasana alkali.
Untuk menghilangkan zat warna yang terdeaktivasi dan kain yang sudah
dicelup atau dicap yaitu dengan proses penyabunan dengan deterjen.
Deterjen yang lebih baik adalah deterjen nonionik tanpa alkali (soda ash).
Dalam pemakaiannya, selain terjadi reaksi zat warna dengan serat juga
terjadi reaksi hidrolisis sehingga akan mengurangi efesiensi fiksasinya.
Reaksi yang terjadi selama proses zat warna reaktif dalam suasana alkali:
Struktur zat warna reaktif yang larut dalam air terdiri dari bagian – bagian
yang masing – masing mempunyai fungsi tersendiri, tapi secara umum
dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan:
2.8 Pengental
Pengental digunakan untuk mendapatkan kekentalan pasta cap pada kain
atau memindahkan/melekatkan pasta cap pada kain. Sebagai penetrasi
yang baik dan motif yang tajam.
Syarat pengental :
Stabil selama proses pencapan
Tidak berwarna maupun mewarnai ahan tekstil serta tidak bereaksi
dengan zat warna.
Mudah kering dan tidak menimbulkan busa.
Dapar menahan resapan larutan/uap air sehingga diperoleh motif yang
tajam.
Dapat memindahkan zat warna sebanyak mungkin ke bahan tekstil.
Dapat bercampur dengan baik dengan zat pembantu tekstil lainnya
dan tidak mengadakan reaksi/antaraksi.
Mudah dihilangkan pada pencucian.
Daya rekat yang baik.
Pengental jenis alginat juga merupakan satu satunya pengental alam yang
cocok untuk pencapan dengan zat warna reaktif. Karbohidrat lainnya
bereaksi dengan zat warna sehingga menurunkan pencapaian warna atau
pegangan kain yang tidak memuaskan karena ketidaklarutan
pengentalnya. Natrium alginat juga mengandung gugus hidroksil, tetapi ini
bereaksi sangat kecil karena gugus karboksil yang terionisasi pada setiap
lingkaran rantai polimer menolak anion zat warna.
Harga alginat yang relatif mahal dan persediaan alginat yang terbatas
maka perhatian difokuskan untuk mencari alternatif pengental lainnya.
Pengental sintetik dengan muatan anionik menunjukan potensi yang besar.
Asam poliakrilat tidak bereaksi sama sekali dengan zat warna reaktif,
pencapaian warna tinggi dibandingkan dengan pengental alginat, dan
washing off dapat diselesaikan lebih cepat.
Tipe emulsi minyak dalam air dan air dalam minyak juga cocok dan tipe
setengah emulsi sudah banyak digunakan pada pencapan dengan zat
warna reaktif.
Pengeringan
Proses fiksasi penting karena terjadi ikatan kovalen antara serat dengan
zat warna reaktif. Waktu proses fiksasi yang terlalu lama dari yang
dibutuhkan akan menyebabkan turunnya hasil pewarnaan yang disebabkan
ketidakstabilan ikatan kovalen serat dengan zat warna dibawah kondisi
alkali. Oleh karena itu kondisi fiksasi sangat tepat sangatkah penting baik
ditinjau dari segi ekonomis juga hasil pewarnaan yang tinggi. Penentuan
kondisi fiksasi bergantung pada tingkat kereaktifan zat warna.
Zat warna dengan kereaktifan tinggi dapat dikerjakan dengan proses fiksasi
cepat. Namun bila zat warna yang dipakai mempunyai kereaktifan rendah
lebih aman menggunakan suhu dan waktu pengukusan normal.
Diketahui bahwa hampir setiap jenis merek dagang zat warna reaktif
mempunyai tingkat kereaktifan yang berbeda. Selama proses fiksasi
berlangsung selain terjadi ikatan kovalen antara serat dan zat warna, juga
terjadi hidrolisa zat warna oleh air sehingga tidak ada lagi zat warna tersisa
dalam bentuk reaktif. Zat warna yang terhidrolisa tersebut harus
dihilangkan secara sempurna dari kain pada proses pencucian.
Penyabunan
Proses pencucian pada pencapan dengan zat warna reaktif merupakan
proses yang penting, karena biasanya apabila proses pencucian kurang
optimal maka akan diperoleh staining, yaitu penodaan saat pencucian dan
tidak dapat diilangkan kembali.
Syarat pencucian diantaranya:
o Water flow (air yang mengalir)
Pencucian dilakukan pada air yang mengalir sampai zat warna yang
tidak terfiksasi seluruhnya sudah tersapu air (ditunjukkan air bekas
pencucian yang mendekati jernih).
o Open width
Kain yang dicuci tidak boleh dalam keadaan terlipat, atau juga tergulung.
Kain yang dicuci harus dalam keadaan terbuka lebar terutama bagian
motifnya.
o Over flow (air yang melimpah)
3.2 BAHAN
Kain kapas
Zat warna reaktif dingin kuning (Novacron Golden Yellow P-2RN)
Zat warna reaktif dingin biru (Novacron Blue P-3R)
Pengental alginat (Seatex H8)
Urea
Na2CO3 (Natrium karbonat)
Teepol
NaCl (Natrium khlorida)
Na2SiO3 (Natrium silikat)
Zat anti reduksi
Air
IV. RESEP
4.1 Resep Pencapan
- Zat Warna Reaktif : 10-40 gram
- Urea : 15 gram
- Air : 200 gram
- Zat Anti Reduksi : 10 gram
- Pengental Alginat 8% : 400-500 gram
- Ballance : 240 gram
Zat warna reaktif panas untuk memberi warna motif pada kain kapas
membentuk ikatan kovalen.
Urea sebagai zat hogroskopis untuk menjaga kestabilan zat warna
reaktif pada pasta pencapan.
Pengental untuk meningkatkan kekentalan pasta cap, melekatkan zat
warna reaktif panas pada kain kapas dan meningkatkan kekentalan
pasta cap.
Na2CO3 berfungsi untuk memberikan suasana alkali pada proses
pencapan dan membantu proses fiksasi antara zat warna reaktif dingin
dengan kapas.
NaCl berfungsi untuk memperlambat difusi zat warna reaktif panas ke
dalam serat kapas sehingga dapat mencegah terjadinya penodaan
pada kain.
Zat anti reduksi berfungsi untuk mencegah terjadinya reduksi pada
saat proses pencapan.
Pada praktikum kali ini dilakukan proses pencapan zat warna reaktif pada
kain kapas. Pada praktikum ini dilakukan pencapan dengan 4 varisi yaitu
metode pad- steam, pad batch, wet – fixation dan pre-alkali treatment.
Pada praktikum ini dilakukan 4 variasi bertujuan untuk mengetahui kondisi
optimum dari variasi metoda fiksasi pada proses pencapan dengan zat
warna reaktif panas dengan 2 tahap. Zat warna reaktif dengan kapas dapat
berikatan secara ikatan kovalen yang memanfaatkan penggunaan elektron
secara bersama sama sehingga hasil pencapan memiliki tahan luntur
warna yang baik karena ikatannya kuat. Zat warna reaktif merupakan zat
warna yang larut dalam air karena mengandung gugus pelarut dalam
struktur molekulnya yaitu gugus sulfonat atau SO3Na.
Pencapan merupakan proses mewarnai kain secara setempat dan
membentuk motif dengan menggunakan suatu pasta cap sehingga hasilnya
permanen. Dalam proses pencapan ini membutuhkan pengental dimana
pengental tersebut merupakan media untuk memindahkan zat warna pada
permukaan kain. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam
penggunaan zat warna rekatif adalah kestabilan pasta capnya dan
kemungkinan terjadinya penodaan warna dasar saat pencucian. Zat warna
reaktif memiliki sifat mudah bereaksi dengan suatu senyawa karena
sifatnya yang reaktif, sehingga pengental yang digunakan tidak boleh
bereaksi dengan zat warna. Sebab adanya pengental di permukaan kain
menyebabkan kain menjadi kaku dan kasar sehingga harus mudah
dihilangkan dalam pencucian. Oleh karena itu, pengental yang digunakan
tidak boleh mengandung gugus hidroksi atau OH karena dapat berikatan
dengan zat warna reaktif terutama pada gugus reaktifnya sehingga terjadi
persaingan antara gugus hidroksil dari pengental dan serat kapas untuk
berikatan dengan zat warna menempati gugus reaktifnya. Apabila zat
warna berikatan dengan pengental maka ketuaan warna menurun karena
tahan luntur warnanya berkurang dan kekakuan kain meningkat. Dalam
praktikum ini digunakan pengental alginat yang berasal dari alam yaitu dari
jenis rumput laut.
Struktur Molekul Natrium Alginat
Dalam struktur natrium alginat terdapat gugus natrium yang sifatnya dapat
mendorong zat warna reaktif sehingga dapat terserap pada kain kapas.
Adanya gugus OH- dan Na+ menunjukan bahwa zat ini larut dalam air.
Penambahan pengental alginat terhadap pasta cap harus diperhitungkan
agar tidak terlalu banyak agar didapatkan pasta cap yang viskositasnya
baik yang dapat diuji dengan mengangkat pasta tersebut dengan sendok
dan mengamatinya hingga pasta cap turun dengan mudah dan tidak
terputus putus. Jika pasta cap yang dibuat terlalu encer atau kental maka
dapat ditambahkan dengan factor balance (Penambahan air atau
pegental). Apabila terlalu encer maka pasta sangat mudah turun dan cepat
yang dapat diatasi dengan penambahan ballance dan apabila terlalu kental
dan sulit untuk turun maka dapat ditambahkan air sebagai
penyeimbangnya.
Pada praktikum ini dilakukan penambahan alkali yang berfungsi sebagai
pengatur pH sehingga didapat pH alkali dalam pencapan dengan zat warna
reaktif yang sekaligus membantu proses fiksasi zat warna reaktif dan
kapas. Pemilihan jenis alkali berdasarkan pada kereaktifan zat warna yang
digunakan serta kestabilan pasta capnya. Kereaktifan zat warna yang
rendah seperti zat warna reaktif panas maka digunakan natrium karbonat
atau Na2CO3 sehingga zat warna reaktif tidak mudah terhidrolisis karena
zat warna ini sangat rentan terhadap reaksi hidrolisis yang sangat
dipengaruhi oleh suhu dan alkali yang tinggi serta air sehingga
menyebabkan kereaktifannya rendah bahkan menjadi tidak reaktif lagi.
Penambahan alkali pada pasta cap sebaiknya dilakukan pada saat pasta
cap akan digunakan untuk menghindari hidrolisa zat warna sehingga
kereaktifannya tetap tinggi
agar dapat berikatan dengan serat kapas. Untuk menjaga kestabilan zat
warna ke dalam pasta cap maka dalam praktikum ini ditambahkan zat anti
reduksi dan urea.
Zat anti reduksi ditambahkan untuk mencegah terjadinya reaksi hidrolisis
pada kain kapas karena zat warna reaktif yang telah terhidrolisis. Zat warna
yang rusak dan tidak reaktif lagi dapat menyebabkan terjadinya hidrolisis
pada serat kapas sehingga terjadi hidroselulosa dan membentuk gugus
aldehid atau R-COH pada kapas yang menandakan bahwa kain tersebut
telah rusak. Secara mikroskopi maka kerusakan ini dapat membentuk
dumbel atau gelembung serat yang besar dan ketika ada gesekan atau
gerakan mekanik maka dumbel tersebut dapat pecah sehingga permukaan
kapas rusak dan zat warna mudah berdifusi pada kapas namun
menyebabkan ketidakrataan. Dinding primer serat kapas rusak karena
tidak dapat menahan tekanan dari dinding sekunder dan lumen serat kapas
yang akibatnya dinding primer menjadi jebol.
100
98 99
96 97.5 97.5
94
92
91
90
88
86
Pad Steam Wet Fixation Pad Batch Alkali Pretreatment
METODA FIKSASI
Viskositas (%)
Viskositas dapat diuji baik dengan alat viskometer maupun secara manual.
Praktikum ini dilakukan pengujian secara manual dimana pasta cap diaduk
dengan sendok dan diangkat hingga pasta jatuh tanpa terputus putus
dengan baik yang menandakan bahwa viskositas pasta cap termasuk baik.
Viskositas yang tinggi menyebabkan pasta cap sulit untuk jatuh saat
sendok diangkat sedangkan pasta cap yang rendah lebih mudah untuk
jatuh karena lebih banyak mengandung air.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil proses pencapan pada kain kapas dengan zat warna reaktif
panas (Novacron Golden Yellow P-2RN – Novacron Blue P-3R) 2 tahap
dengan variasi metoda fiksasi (pad steam – wet fixation – pad batch – alkali
pretreatment) dapat disimpulkan bahwa kondisi optimum kain kapas hasil
pencapan adalah kain 4 dengan metoda fiksasi alkali pretreatment dengan
hasil ketuaan warna rangking 1 (sangat tua) dan presentasi ketajaman motif
99,0%.
DAFTAR PUSTAKA