Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM

URINE DENGAN METODE DNS

Nama Anggota : Siti Maimunah Febriani (4301418065)


Candrawulan Primadianningsih (4301418070)
Ilham Nurkholis Majid (4301418080)
Dining Hanni Oktavia (4301418098)
Devy Rida Budiharti (4301418099)
Jurusan/Prodi : Kimia/Pendidikan Kimia-A
Kelompok :6
Tanggal Praktikum : 3 Mei 2021
Nama Praktikum : Penentuan Kadar Glukosa dalam Urine dengan Metode DNS

A. TUJUAN
1. Memahami prosedur dan prinsip dasar analisis kadar glukosa dalam urine.
2. Terampil melakukan analisis kadar glukosa dalam urine menggunakan metode DNS.

B. PENDAHULUAN
Urine analysis (analisa terhadap kandungan urin) merupakan salah satu tes klinis yang
paling sering dilakukan pada dunia pediatri. Hal ini didasari pada kemudahan pengumpulan urin
dan kesederhanaan prosedur tes yang harus dilakukan. Tes urin dapat digunakan untuk
mendeteksi beberapa gangguan kesehatan. Deteksi ini dilakukan dengan menganalisis
kandungan kimia yang terdapat pada urine (Dian et al., 2020). Glukosa urine adalah pemeriksaan
urine rutin, pemeriksaan dasar yang dapat dipakai untuk melakukan pemeriksaan laboratorium.
Secara rutin pemeriksaan glukosa urine ditekankan terhadap kemungkinan adanya glukosa dalam
urine atau glukosuria. Glukosa dalam urine dapat deteksi dengan cara yang berbeda-beda. Pada
pemeriksaan glukosa urine sebaiknya penderita jangan makan zat reduktor vitamin C karena zat
tersebut dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara reduksi (Sufia & Fikri, 2018).
Maltosa adalah disakarida yang terdiri dari dua subunit monomer glukosa. Ini juga
disebut gula malt. Ini hadir dalam biji-bijian yang berkecambah, dalam jumlah yang lebih kecil
dalam sirup jagung, dan juga merupakan produk dari hidrolisis parsial pati. Maltosa dianggap
sebagai konstituen penting dalam pembuatan barley fermentasi yang digunakan untuk menyeduh
bir. Menambahkan unit ketiga glukosa menghasilkan gula yang dikenal sebagai maltotriosa,
sedangkan unit selanjutnya memungkinkan untuk menghasilkan maltodekstrin.

α –D-glucopyranosyl,(1-4) D-glucopyranose
Maltosa adalah gula pereduksi (karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton
bebas dapat mereduksi pereaksi Fehling dan Benedict disebut gula pereduksi). Maltosa dapat
digunakan sebagai standar untuk memperkirakan gula reduksi dalam sampel yang tidak
diketahui. Membuat kurva / grafik standar untuk maltosa membantu kita memperkirakan
konsentrasi gula pereduksi yang ada dalam sampel yang tidak diketahui dan untuk menentukan
aktivitas enzim amilase dalam percobaan yang akan datang. Urinalisis merupakan salah satu tes
yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan pada hati dan ginjal. Metode lain yang
dapat digunakan dalam analisis kadar glukosa dalam urine adalah metode Bailey (metode DNS),
metode ini menggunakan reagen asam 3,5- dinitrosalisilat (DNS). Metode DNS prinsipnya
adalah gula pereduksi akan bereaksi dengan reagen DNS membentuk senyawa asam
3-amino-5-nitrosalisilat yang berwarna kuning kecoklatan. Gula pereduksi (salah satunya
glukosa dapat dianalisis menggunakan metode DNS. Dimana DNS dapat bereaksi dengan gugus
karbonil bebas gula pereduksi di bawah kondisi basa (alkali), membentuk
asam-3-amino-5-nitrosalisilat dan senyawa aromatik (Negrulescu, et al., 2012).
Metode lain yang digunakan dalam penentuan gula pereduksi adalah metode klasik
Nelson-Somogyi (NS) yang menggunakan arsen molibdat dalam penggunaanya. Metode NS
memiliki prinsip gula pereduksi dalam sampel akan mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ ketika
dipanaskan. Ion Cu+ yang terbentuk akan mereduksi senyawa arsen molibdat membentuk
kompleks berwarna biru kehijauan (Y. H. Pratiwi, O. Ratnayani, 2018). Metode DNS lebih
banyak digunakan dalam pengukuran aktivitas enzim yang produknya berupa gula pereduksi,
meskipun harga pereaksinya relatif lebih mahal dibandingkan pereaksi dalam metode NS. Hal ini
karena reagen yang digunakan dalam metode NS bersifat lebih toksik dan lebih sensitif terhadap
faktor pengganggu dibandingkan pada metode DNS (Bailey, 1992). DNS memiliki tingkat
ketelitian lebih tinggi sehingga dapat mengukur gula pereduksi dalam konsentrasi kecil. Dalam
preparasi pembuatannya, metode DNS lebih mudah dan lebih praktis dibandingkan metode NS
(Irawati, 2016).
Kurva standar untuk maltosa biasanya dibuat menggunakan asam salisilat 3, 5-Dinitro (
DNS) sebagai reagen. Maltosa mereduksi asam salisilat 3,5-Dinitro basa berwarna kuning pucat
menjadi asam salisilat berwarna oranye-merah, 3 amino, 5 nitrosalisilat.

3,5-Dinitro salicylic acid 3 amino,5 nitro salicylic acid

Intensitas warna sebanding dengan konsentrasi maltosa yang ada dalam larutan [sesuai
hukum Beer Lambert. Perubahan intensitas warna ini diukur menggunakan colorimeter sebagai
absorbansi pada panjang gelombang 540 nm. Panjang gelombang diatur ke 540 nm karena itu
adalah wilayah di mana warna orange-merah menyerap. Serangkaian larutan yang mengandung
berbagai konsentrasi maltosa disiapkan dalam tabung reaksi dan sejumlah DNS yang diketahui
ditambahkan ke masing-masing. Tabung reaksi ini kemudian dipanaskan diatas penangas air
selama beberapa menit dan kepadatan optiknya diukur menggunakan colorimeter. Grafik
kemudian diplot dengan jumlah maltosa pada sumbu X dan densitas optik yang diamati pada
sumbu Y. Plot yang diperoleh disebut kurva maltosa standar (Mohamed et. al., 2009).
Adapun faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar glukosa urine antara lain :
pengaruh obat-obatan, zat bukan gula yang mungkin mengadakan reduksi seperti formalin,
trauma atau stress, merokok, aktifitas yang berat sebelum diuji di laboratorium dapat
meningkatkan kadar glukosa, dan lamanya waktu penundaan pemeriksaan urine yang
menyebabkan bakteri berkembangbiak mengganggu hasil pemeriksaan glukosa (Gandasoebrata,
2007). Penelitian yang berkaitan dengan sedimen urine yang dilakukan oleh Linda Rosita tahun
2009, pengaruh waktu terhadap urinalisis memberikan hasil pada parameter kimiawi urinalisis
yang berbeda secara statistik dengan penundaan waktu 2 jam (p < 0,005) adalah pH, glukosa dan
keton. Penundaan waktu 2 jam pada urinalisis dapat mengakibatkan penurunan hasil kadar
glukosa dan keton sedangkan parameter yang terjadi peningkatan yaitu pH, eritrosit dan
urobilinogen (Sufia & Fikri, 2018).

C. METODE
Alat
1. Test/Boiling tubes
2. Pipettes (glass/micropipette)
3. Waterbath
4. Colorimeter
5. Volumetric flask
6. Glass stirrer
7. Beaker glass
8. Tube clamp

Bahan
1. 3,5-dinitrosalicylic acid [DNS]
2. Maltose working solution.
3. Aquades
4. Natrium Kalium Tartrat
5. NaOH 2 N

Prosedur
1) Pembuatan Reagen
2) Pembuatan Larutan Standar Maltosa

3) Pembuatan Kurva Standar Maltosa dengan Metode DNS:

D. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk memahami prosedur dan prinsip dasar analisis
kadar glukosa dalam urine serta melakukan analisis kadar glukosa dalam urine dengan
menggunakan metode DNS. Metode Bailey atau Metode DNS merupakan metode yang
menggunakan reagen asam 3,5-dinitrosalisilat (DNS). DNS merupakan senyawa aromatis yang
akan bereaksi dengan gula reduksi maupun komponen pereduksi lainnya untuk membentuk
3-amino 5-nitrosalicylic acid, suatu senyawa yang mampu menyerap dengan kuat radiasi
gelombang elektromagnetik pada 540 nm. Semakin banyak komponen pereduksi yang terdapat
dalam sampel, maka akan semakin banyak pula molekul asam 3-amino-5-nitrosalicylic yang
terbentuk dan mengakibatkan serapan semakin tinggi (Emilia, 2017).
Prinsip dari metode DNS yaitu maltosa (gula pereduksi) akan mereduksi larutan alkali
dari asam 3,5-dinitrosalicylic (DNS), yang berwarna kuning pucat, menjadi kompleks
oranye-merah dari asam salisilat 3-amino –5-nitro. Dimana DNS dapat bereaksi dengan gugus
karbonil bebas gula pereduksi dibawah kondisi basa (alkaline), untuk membentuk
asam-3-amino-5-nitrosalisilat dan senyawa aromatik (Negrulescu, et al., 2012).
Reaksi dengan DNS yang terjadi merupakan reaksi redoks pada gugus aldehid gula dan
teroksidasi menjadi gugus karboksil. Sementara itu DNS sebagai oksidator akan tereduksi
membentuk 3-amino dan 5-nitrosalicylic acid. Reaksi ini berjalan dalam suasana basa. Bila
terdapat gula reduksi pada sampel, maka larutan DNS yang awalnya berwarna kuning akan
bereaksi dengan gula reduksi sehingga menimbulkan warna jingga kemerahan (Emilia, 2017).
Tahap pertama yaitu persiapan larutan reagen DNS menurut Coughlan & Moloney 1988.
Sebanyak 1 g asam dinitrosalisilat (DNS) ditimbang dan dilarutkan ke dalam 30 mL aquades.
Kemudian larutan ditambahkan 20 mL NaOH 2 N ke dalam larutan, yang bertujuan untuk
memberikan suasana basa. Karena nantinya reaksi dari reagen DNS akan bekerja pada suasana
basa. Selain menambahkan NaOH, dalam reagen pembuatan reagen DNS juga perlu
ditambahkan padatan kalium natrium tartrat sebanyak 30 g (Rochelle Salt). Fungsi dari
penambahan ini adalah untuk menstabilkan warna yang terbentuk pada saat reaksi terjadi yaitu
merah bata/kecoklatan. Kemudian volume larutan dibuat menjadi 1,0 L dengan penambahan
aquades. Di samping itu, kadang juga diperlukan pemanasan untuk membantu mempercepat
jalannya reaksi.
Tahap kedua yaitu pembuatan larutan standar maltosa dengan melarutkan sebanyak 180
mg maltosa ke dalam 100 mL aquades. Tahap terakhir yaitu pembuatan kurva standar maltosa
dengan metode DNS. Siapkan 6 buah tabung reaksi dan dimasukkan sebanyak 0,2-1 mL larutan
standar maltosa. Pada masing-masing tabung reaksi tambahkan aquades dengan perbandingan
yang tertera di tabel (tabung 1 sebagai kontrol). Kemudian tambahkan 1 mL reagen DNS ke
dalam tabung no 2;3;4;5; dan 6. Tujuan dari penambahan reagen DNS adalah untuk membentuk
NO2 tereduksi dan menghasilkan warna merah bata, yang dapat diukur dengan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 520 nm (Khairina & Yuanita, 2015). Setelah itu semua tabung
disimpan ke dalam penangas air mendidih selama 5 menit dan didinginkan hingga suhu kamar.
Terakhir tambahkan 4 mL aquades ke dalam setiap tabung dan kocok agar larutan menjadi
homogen. Penambahan aquades bertujuan agar volume larutan yang ada dapat memenuhi
volume ruang kuvet yang tersedia dan agar larutan standar tidak terlalu pekat sehingga dapat
diukur absorbansinya (Sari, 2020).

Kuning -..........................- coklat sangat pekat

Hasil menunjukkan sesuai dengan teori bahwa semakin banyak komponen pereduksi
yang terdapat dalam sampel, maka akan semakin banyak pula molekul asam
3-amino-5-nitrosalicylic yang terbentuk dan mengakibatkan serapan semakin tinggi yang diiringi
dengan kepekatan warna larutan (dari kiri ke kanan semakin pekat dengan konsentrasi rata-rata
sampel yaitu 0,5981 mg/L). DNS sendiri memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi sehingga
dapat mengukur gula pereduksi dalam konsentrasi kecil serta dalam preparasi pembuatannya,
metode DNS lebih mudah dan lebih praktis (Irawati, 2016).

E. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1) Prinsip pengujian dengan metode dinitrosalisilat (DNS) adalah gugus aldehid
pada rantai polisakarida dioksidasi menjadi gugus karboksil, disaat yang
bersamaan, gugus aldehid gula akan mereduksi asam 3,5-dinitrosalisilat menjadi
asam 3-amino-5-nitrosalisilat. Reaksi tersebut akan berlangsung terus-menerus
selama terdapat gula pereduksi dalam larutan yang diujikan. Adanya gula
pereduksi pada sampel akan bereaksi dengan larutan DNS yang awalnya berwarna
kuning menjadi warna jingga kemerahan/kecoklatan.
2) Berdasarkan hasil analisis data didapatkan konsentrasi rata-rata dari sampel
sebesar 0,5981 mg/L. Hasil menunjukkan bahwa semakin banyak komponen
pereduksi yang terdapat dalam sampel, maka akan semakin banyak pula molekul
asam 3-amino-5-nitrosalicylic yang terbentuk dan mengakibatkan serapan
semakin tinggi yang diiringi dengan meningkatnya kepekatan warna larutan (dari
kiri ke kanan semakin pekat).
b. Saran
1. Dalam melakukan praktikum sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melihat warna
dalam tabung reaksi dan mengikuti prosedur yang ada agar data yang didapatkan
dapat relevan dengan teori.
2. Memastikan alat yang akan digunakan dalam praktikum dalam keadaan bersih
dan kering.
3. Memastikan alat yang digunakan tidak rusak dan dapat digunakan dengan baik,
terutama pada alat kolorimeter.

F. DAFTAR PUSTAKA
Anamaria Negrulescu, Viorica Patrulea, Manuela M. Mincea, Cosmin Ionascu, B. A. V.-O.
and V. O. (2012). Adapting the Reducing Sugars Method with Dinitrosalicylic Acid to
Microtiter Plates and Microwave Heating. Journal of Brazillian Chemistry Society,
23(12), 2176–2182.
Bailey, M.J., Biely, P., & Poutanen, K. (1992). Interlaboratory Testing of Methods for Assay
Of Xylanase Activity. J. of Biotechnol, 23(12): 257-270.
Dian, F., Nadeak, P., & Lubis, R. (2020). Penentuan Kadar Glukosa Urine di Laboratory of
Sari Mutiara Hospital Medan. Jurnal Ilmiah Biologi UMA (JIBIOMA), 1(November
2019), 53–57.
Emilia, A. R. (2017). PRODUKSI ASAM LEVULINAT DARI BUAH TREMBESI
MENGGUNAKAN METODE AIR SUBKRITIS. Skripsi – tk 141581.
Gandasoebrata, R. (2007). Penuntutan laboratorium klinik. Edisi 13, Jakarta.
Irawati, R. (2016). Karakterisasi pH, Suhu dan Konsentrasi Substrat pada Enzim Selulase
Kasar yang Diproduksi oleh Bacillus circulans. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Khairina, A., & Yuanita, L. (2015). Pengaruh Variasi Lama Penyimpanan Umbi Bengkuang
(Pachyrhizus erosus) terhadap Kadar Glukosa Darah Rattus norvegicus. UNESA
Journal of Chemistry, 4(1), 31–36.
Mohamed, S. A., Al-Malki, A. L., & Kumosani, T. A. (2009). Partial purification and
characterization of five α-amylases from a wheat local variety (Balady) during
germination. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 3(3), 1740–1748.
Sari, I. R. (2020). LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PENENTUAN KADAR GLUKOSA
DALAM MINUMAN. Yogyakarta : UNY.
Sufia, F., & Fikri, Z. (2018). Pengaruh Kadar Glukosa Urine Metode Benedict, Fehling &
Stick Setelah Ditambahkan Vitamin C Dosis Tinggi / 1000 mg. Jurnal Analis Medika
Bio Sains, 5(2), 2–6.
Y. H. Pratiwi, O. Ratnayani, dan I. N. W. (2018). Perbandingan Metode Uji Gula Pereduksi
Dalam Penentuan Aktivitas A-L-Arabinofuranosidase Dengan Substrat Janur Kelapa
(Cocos nucifera). Jurnal Kimia, 12(2), 134–139.

G. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Data Pengamatan

Uji Perlakuan Pengamatan


Penentuan Kadar Tabung pertama :
Maltosa dengan 2 mL aquadest →diamati Bening ,Jernih
metode DNS + 1 mL Reagen DNS → Larutan Berwarna Kuning
diamati Jernih
Larutan dipanaskan di water Larutan berwarna kuning
bath 5 menit→didinginkan jernih
→+ 4 mL aquades dan
dikocok→ diamati

Tabung kedua :
0,2 mL larutan standar Larutan bening dan jernih
maltose +aquades hingga 2 Larutan Berwarna Kuning
mL →diamati Jernih
+ 1 mL Reagen DNS →
diamati
Larutan dipanaskan di water Larutan berwarna kuning
bath 5 menit→didinginkan sedikit kecoklatan dan
→+ 4 mL aquades dan jernih
dikocok→ diamati

Tabung ketiga :
0,4 mL larutan standar Larutan bening dan jernih
maltose +aquades hingga 2 Larutan Berwarna kuning
mL →diamati jernih
+ 1 mL Reagen DNS →
diamati
Larutan dipanaskan di water Larutan berwarna kuning
bath 5 menit→didinginkan kecoklatan jernih
→+ 4 mL aquades dan
dikocok→ diamati
Tabung keempat
0,6 mL larutan standar Larutan bening dan jernih
maltose +aquades hingga 2 Larutan berwarna kuning
mL →diamati jernih
+ 1 mL Reagen DNS
→diamati
Larutan dipanaskan di water Larutan berwarna coklat
bath 5 menit→didinginkan jernih
→+ 4 mL aquades dan
dikocok→ diamati

Tabung kelima :
0,8 mL larutan standar Larutan bening dan jenih
maltose +aquades hingga 2 Larutan berwarna Kuning
mL →diamati jernih
+ 1 mL Reagen DNS
→diamati
Larutan dipanaskan di water Larutan berwarna Coklat
bath 5 menit→didinginkan pekat jernih
→+ 4 mL aquades dan
dikocok→ diamati

Tabung keenam :
1 mL larutan standar maltose Larutan bening dan jernih
+aquades hingga 2 mL
→diamati
Larutan + 1 mL Reagen Larutan berwarna kuning
DNS →diamati jernih
Larutan dipanaskan di water Larutan berwarna coklat
bath 5 menit→didinginkan sangat pekat dan jernih
→+ 4 mL aquades dan
dikocok→ diamati

Hasil perubahan intensitas warna diukur menggunakan Kolorimetri sebagai absorbansi pada
panjang gelombang 540 nm

Tabung Absorbansi

Tabung Pertama 0
(Sampel Aquades)

Tabung kedua 0,08


( 0,2 mL maltosa yang diencerkan)

Tabung Ketiga 0,16


(0,4 mL maltosa yang diencerkan)

Tabung Keempat 0,25


(0,6 mL maltosa yang diencerkan )

Tabung Kelima 0,35


(0,5 mL maltosa yang diencerkan )

Tabung Keenam 0,42


(1 mL maltosa yang diencerkan )
2. Perhitungan
Pembuatan kurva standar glukosa
Untuk menghitung konsentrasi sampel keseluruhan menggunakan persamaan,
y = 0,428x - 0,004
Dimana, y = absorbansi rata-rata
x = konsentrasi (mg/L)

y = 0,428x -0,004
0,252 = 0,428x-0,004
x = 0,5981 mg/L
3. Gambar Praktikum

Masing-masing tabung dimasukkan larutan Masing-masing tabung ditambahkan


Maltosa dengan konsentrasi berbeda Reagen DNS

Tabung dipanaskan dalam waterbath Tabung didinginkan dalam suhu ruang


selama 5 menit

Larutan tiap tabung setelah didinginkan Kurva absorbansi dengan kolorimeter


dalam suhu ruang

Anda mungkin juga menyukai