Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Fase Gerak (Eluen) Kolom
Fraksi
Metanol : N-heksan Warna

1 N-heksan 100% Bening


2 Metanol : N-heksan Bening
3 10 : 20 Bening
4 Kuning kecoklatan

5 Metanol : N-heksan Bening


6 15 : 15 Bening
7 coklat

8 Metanol : N-heksan Bening


9 20 : 10 Bening
10 Kuning kecoklatan

11 Metanol 100% Bening

4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk
kromatografi kolom khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak.
Kondisi vakum adalah alternatif untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah.
Metode ini sering digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak non polar atau ekstrak semi
polar (Raymod, 2006).
Tujuan dari praktikum kali ini untuk mengetahui pengertian dan prinsip kerja dari
kromatografi cair vakum serta mengetahui dan memahami cara-cara pemisahan dan identifikasi
suatu zat dengan menggunakan kromatografi cair vakum.
Pada metode kromatografi kolom gravitasi menggunakan sampel polar perkolasi (Daun
Paku (Nephrolepis folia)). Jenis kromatografi yang digunakan pada praktikum ini adalah
kromatografi kolom yang digunakan untuk memisahkan senyawa dalam jumlah yang lebih
banyak. Prinsipnya yaitu adsorbsi dan partisi yang dipercepat bantuan pompa vakum.
Keuntungan dari kromatografi kolom cair vakum adalah prosesnya cepat dan senyawa tertarik
secara sempurna. Kerugiannya adalah pemisahan tidak sempurnah karena senyawa yang
ditampung bercampur dalam suatu penampungan tidak seperti kolom konvensional yang
dipisahkan berdasarkan warna, sehingga pemisahannya lebih maksimal (Hardono
Sastrohamidjojo, 1985).
Sebelum melakukan praktikum, hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan
bahan. Selanjutnya, membersihkan alat menggunakan alkohol 70%. Menurut (Sylvia, 2008),
tujuan menggunakan alkohol sebagai antiseptik dan desinfektan dalam membunuh mikroba.
Pada praktikum kali ini dilakukan cara basah dengan beberapa tahapan yaitu:
1. Pembuatan Media Ekstrak
Hal pertama yang dilakukan menimbang 1-2 g kemudian masukkan kedalam lumping.
Menurut Agoestina (2012), Lumping prselin berfungsi untuk mengerus, menghaluskan dan
mencampurkan sampel. Selanjutnya menambahkan silika gel sebanyak 2 g kea. Menurut Stahl
(1985), tujuan penambahan silika gel karena silika gel merupakan atom oksigen dalam struktur
kovalen yang besar sehingga dapat membentuk ikatan hidrogen, silika gel dapat memadat
dengan ikatan yang kuat dan rapat sehingga dapat mengoptimalkan proses pemisahan cuplikan.
Kemudian gerus sampai homogen. Menurut Kurniawan (2009), tujuan penggerusan yaitu untuk
memperkecil partikel atau ukuran butiran dapat menentukan tingkat homogenitas suatu bahan
dan tingkat kerja optimal.
2. Proses Kromatografi
Hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat vakum. Selanjutnya menimbang silika gel
sebanyak 2 g. Menurut Stahl (1985), tujuan penambahan silika gel karena silika gel merupakan
atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar sehingga dapat membentuk ikatan hidrogen,
silika gel dapat memadat dengan ikatan yang kuat dan rapat sehingga dapat mengoptimalkan
proses pemisahan cuplikan. Setelah itu, masukkan silika gel kedalam corong vakum padatkan
dengan menggunakan eluen heksan 10 mL. Menurut Harborne (1987) alasan memampatkan
silika gel terlebih dahulu agar pada kolom tidak memiliki celah-celah sehingga udara tidak ada
yang masuk pada silika sehingga pada pemisahan yang sempurna dan digunakan 1 jenis silika 
gel agar fraksi keluar tidak lama tertahan pada kolom, karena jenis silika kasar dan halus
mempengaruhi kerapatan. Kemudian, mengaliri silica gel menggunakan eluen heksan 10 mL.
Menurut (Hardono Sastrohamidjojo, 1985), alasan penambahan eluen heksan dengan tingkat
kepolaran yang rendah terlebih dahulu dimasukkan kedalam kolom yaitu karena jika yang
dimasukkan terlebih dahulu adalah pelarut polar maka ditakutkan senyawa non polar pada
sampel akan tertarik juga sementara kita akan melakukan proses pemisahan antara senyawa polar
dan non polar dan pada akhir dari proses isolasi tidak ada lagi senyawa non polar yang akan
ditarik jika pelarut non polar digunakan lebih akhir.
Selanjutnya, meletakkan kertas saring berbentuk bulat rongga vakum, atur rapi. Menurut
(Sarker et al., 2006), alasan menggunakan kertas saring setelah silika yaitu untuk meratakan
permukaan silika gel dan untuk memisahkan kotoran yang terdapat didalam fraksi yang dibuat
karena kertas saring memiliki sifat yang selektif sehingga hanya zat dengan ukuran volume kecil
yang menembus kertas saring. Kemudian, tambahkan sampel ekstrak perkolasi setelah
dimasukkan silica gel kedalam corong vakum. Tujuan sampel berada diatas silika gel Menurut
Roy J, Gritter (1991) karena silika gel memiliki angka perbandingan luas permukaan terhadap
volume yang besar sehingga senyawa dalam sampel dapat terikat kuat dalam silica gel (fase
diam) dan hanya pelarut yang sesuai saja yang dapat terelusi. Setela itu, padatkan menggunakan
botol vial tanpa dialiri heksan. Menurut Harborne (1987), tujuan agar tidak dialiri n-heksan
untuk melacak senyawa aktif tersebut sewaktu dimurnikan. Siapkan eluen n-heksan 100% (30
ml), methanol : n-heksan (10 : 20, 15 : 15, 20 : 10) methanol 100% (30 ml). Menurut
Munawaroh, dkk (2015), penggunaan dua pelarut yang berbeda bertujuan untuk membandingkan
dalam pelarut mana senyawa dapat terelusi sempurna. Pelarut yang digunakan merupakan pelarut
campur (n-heksan dan metanol) dengan tujuan agar mendapatkan kepolaran yang diinginkan.
Jika pelarut yang digunakan hanya n-heksan yang memiliki sifat non polar, maka senyawa akan
terikat sangat kuat dengan pelarut tersebut sehingga senyawa akan terelusi sangat cepat dan
dapat keluar dari sistem atau senyawa tidak dapat terdeteksi. Metode ini dikenal dengan kenaikan
kepolaran secara bertingkat (dari yang non polar hingga menjadi polar) atau juga dikenal dengan
istilah SGP (Soluent Gradien Polaritas) dimulai dari pelarut non polar (n-heksan 100%), polar
(methanol 100%) dan dengan perbandingan bertingkat antara n-heksan : methanol.
Selanjutnya alat vakum, dituangkan eluen secara berurutan secara perlahan-lahan dan diulangi
sebanyak 2 kali. Menurut Sudiarti, dkk (2013), tujuan dimasukkan larutan ekstrak secara
perlahan-lahan agar tidak ada gelembung udara yang dapat menghambat proses pengelusian dan
tujuan dilakukannya pengujian sebanyak 2 kali yaitu untuk mengetahui kemurnian senyawa hasil
isolate dan untuk meningkatkan resolusi komponen dari hasil pemisahan analit (Stahl, 1985).
Setelah itu, kromatografi cair dimasukkan dalam gelas kemudian disimpan pada tempat yang
terlindungi dari cahaya matahari. Menurut Kurniati (2010), senyawa yang terkena cahaya
berlebihan akan merusak senyawa tersebut. Selanjutnya hasil kromatografi dievaporasi sampai
mendapatkan ekstrak cair. Menurut Saleh (2004), prinsip kerja pemekatan larutan dengan
evaporasi didasarkan pada perbedaan titik didih yang sangat besar antara zat-zat yang yang
terlarut dengan pelarutnya (Saleh, 2004).

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, V. 2012. Analisi pengaruh Kualitas Pelayanan, Kepuasan Pelanggan, dan Nilai
Pelanggan dalam meningkatkan Loyalitas Pelanggan JOGLOSEMAR BUS (Studi Pada Wilayah
Semarang Town Office). Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro Semarang.

Harborne, J.B., (1987), Metode Fitokimia, Edisi ke dua, ITB, Bandung.

Hardjono Sastrohamidjojo. (1985). Kromatografi. Yogyakarta: Liberty

Roy, J., Griter James, M. B., dan Arthur, E. S., 1991, Pengantar Kromatografi, 98-100, ITB,
Bandung.

Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Medan : Universitas
Sumatera Utara.

Sarker, Satyajit D., Zahid Latif, & Alexander I. Gray (Ed). (2006). Natural. Products Isolation.

Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan oleh

Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, 3-17, ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai