Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

TEKNIK PEMELIHARAAN LARVA IKAN BAWAL BINTANG


di BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT LOMBOK,
SEKOTONGG BARAT,
KABUPATEN LOMBOK BARAT

Disusun Oleh:
ARDIANSYAH
NIM. 18.01.0.001-02

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SAMAWA
SUMBAWA BESAR
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : TEKNIK PEMELIHARAAN LARVA IKAN


BAWAL BINTANG (Trachinotus blochii)
NAMA : ARDIANSYAH
NIM : 18.01.07.0.001-02
TEMPAT PKL : BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT
LOMBOK, DUSUN GILING GENTING,
DESA SEKOTONG BARAT, KECAMATAN
SEKOTONG, KABUPATEN LOMBOK
BARAT
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN SUMBERDAYAPERAIRAN

Mengetahui, Mengetahui,
Universitas Samawa Dosen Pembimbing
Fakultas Peternakan dan Perikanan
Program studi MSP
Ketua

(Dwi Mardhia, S.T, M.Sc) (Dr. Neri Kautsari, S.Pi.M.Si)


NIDN. 0824038402 NIDN. 0804018501
Tanggal Tanggal

Mengetahui,
Universitas Samawa
Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan
Dekan

(Dr.Sudirman, S.Pt, M.Si)


NIDN. 0805017601
Tanggal

ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala
(SWT) atas segala rahmat dan karunia Nya, sehingga proposal PKL dengan judul
” Teknik Pemeliharaan Larva Ikan Bawal Bintang (Trachinotus Blochii) Di Balai
Budidaya Perikanan Laut (BPBL) Sekotong Kabupatenlombok Barat”, dapat
diselesaikan dengan baik.
Praktek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pemeliharaan
larva ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) agar dapat diterapkan jika ingin
melakukan usaha budidaya larva ikan bawal bintang (Trachinotus blochii). Dalam
kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr.Neri Kautsari, S.Pi., M.Si selaku Dosen Pembimbing atas saran,
bimbingan, nasihat serta dukungannya;
2. Ibu Dwi Mardhia, S.T, M.Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen
Budidaya Perairan Universitas Samawa Sumnawa Besar;
3. Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Sekotong Kabupaten Lombok Barat
yang turut membantu baik dalam penyusunan proposal praktek kerja lapang

Diantara kelebihan dan kekurangannya, Penulis berharap draft proposal


praktek kerja lapang ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca khususnya,
dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Sumbawa, Januari 2021

Penulis

DAFTAR ISI

iii
Halaman
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii
I. PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan PKL....................................................................................................1
1.3 Manfaat PKL..................................................................................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................2
2.1 Morfologi ikan bawal bintang........................................................................2
2.2 Morfologi Ikan Bawal Bintang......................................................................2
2.3 Habitat dan Penyebaran.................................................................................2
2.4 Pakan dan Kebiasaan Makan..........................................................................2
2.5 Kualitas air.....................................................................................................2
III. METODE...........................................................................................................3
3.1 Waktu dan Tempat.........................................................................................3
3.2 Alat dan Bahan ..............................................................................................3
3.2.1 Alat........................................................................................................3
3.2.2 Bahan.....................................................................................................3
3.3 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................3
3.4 Analisis Data..................................................................................................3
3.5 Jadwal Pelaksanaan........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................4
LAMPIRAN.............................................................................................................5

iv
v
vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. 3.1...................................................................................................................9

vii
viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. 2.1....................................................................................................................3

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

ix
x
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) merupakan ikan air laut yang
terbilang masih baru di Indonesia. Meskipun demikian, permintaan terhadap ikan
ini terus meningkat terutama dari pasar internasional diantaranya Singapura,
Taiwan, Hong Kong, dan China. Dengan harga yang cukup tinggi yaitu sekitar
Rp.60.000,-kg (Maraja et al., 2018).

Ikan bawal bintang juga merupakan salah satu jenis ikan air laut yang
memiliki kandungan omega 3 sangat tinggi. Di dalamnya terdapat DHA
(Docosahexaenoic acid) sebesar 2,56 mg/100 gr dan EPA (Eicosapentaenoic acid)
sebesar 390 mg/100 gr. Mengingat kandungan gizinya yang tinggi, maka sangat
mungkin jika ikan ini sangat diminati di pasar lokal maupun mancanegara. Hal ini
dikarenakan ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) mempunyai pertumbuhan
yang cepat, tahan terhadap penyakit, pemeliharaan yang cukup mudah, dan
permintaan pasar yang cukup tinggi, mulai dari pasar lokal hingga mancanegara
seperti: Singapura, Jepang, Kanada, Taiwan, dan Hongkong (Retnani, 2012 dalam
Sarwono et al., 2016).
Kegiatan budidaya perikanan laut merupakan salah satu alternatif yang dapat
memberi jalan keluar untuk mengenai ketergantungan nelayan terhadap usaha
penangkapan. Salah satu ikan budidaya yang menguntungkan dan memiliki
prospek pemasaran yang bagus adalah ikan bawal bintang (Trachinotus blochii).
Usaha budidaya ikan bawal bintang sudah berkembang dengan baik di kepulau
seribu,Batam,dan Bali,yang dikelolah oleh pihak swasta(Junianto et al.,2008).
Kegiatan budidaya ikan bawal bintang meliputi pemijahan, penetasan telur,
penebaran larva, manajemen pakan, mana jemen kualitas air, pengendalian
kesehatan dan lingkungan , grading dan sampling, serta pemanenan. Ikan akan
mengalami suatu fase yang disebut larva dalam siklus hidupnya. Salah satu hal
yang harus diperhatikan untuk meningkatakan hasil produksi, sehingga dapat
menunjang keberlanjutan budidaya. Selain itu kompetensi yang di miliki ooleh
mahasiswa budidaya adalah dapat manajemen pemeliharaan larva.
Larva ikan merupakan fase atau tingkatan ikan setelah telur menetas. Awal
daur hidup ikan meliputi stadia telur dan perkembangannya, yaitu stadia larvan
dan juvenile (EfFendie, 1997). Stadia telur dan larva ikan dapat digolongkan
plankton yaitu sebagian dari siklus hidupnya merupakan plankton sementara atau
meroplankton (odum,1993). Larva ikan bawal bintang yang baru menetas

1
biasanya di tandai dengan adanya kantong kuning telur( yolk sac) dan butiran
minyak yang digunakan sebagai endogenous feeading dan akan menyusun selama
tiga hari. Larva ikan bawal bintang akan memakan pakan alami setelah kuning
habis dan akan memakan pakan buatan jika sudah mencapai ukuran benih
Pada proses budidaya, salah satu faktor yang terpenting yaitu kualitas air.
Kualitas air sangat penting karena berfungsi sebagai media hidup ikan. Kondisi
perairan harus disesuaikan menurut kebutuhan ikan supaya ikan tersebut dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Keberhasilan budidaya perairan banyak
ditentukan dengan kualitas dan kuantitas air. Oleh karena itu, perlu adanya
manajemen kualitas air yang tepat. Kualitas air merupakan faktor pembatas dalam
pertumbuhan ikan budidaya. Ikan akan terhambat pertumbuhannya apabila hidup
pada lingkungan perairan yang buruk, karena energinya digunakan untuk bertahan
pada lingkungan tersebut. Kualitas air yang buruk juga menjadi sumber penyakit
sehingga dapat menginfeksi ikan budidaya. Oleh karena itu, kualitas air pada
budidaya harus benar-benar diperhatikan. Kualitas air harus dapat digunakan
untuk menunjang kelangsungan hidup ikan secara optimal.
1.2 Tujuan PKL
Berdasarkan latar belakang tersebut ,adapun tujuan dari praktek kerja lapang
ini adalah mengetahui manajemen kualitas air pada pemeliharaan larva ikan bawal
bintang (Trachinotus blochii) di Balai Budidaya Perikanan Budidaya Laut
(BPBL), Sekotong Barat Kabupaten Lombok Barat . Serta dapat meningkatkan
kompetensia keterampilan mahasiswa dalam memilihara larvaikan bawal bintang
dan mengetahui tahapan mengenai teknik pemeliharaan larva ikan bawal bintang
di balai Budidaya Perikanan Laut(BPBL), Sekotong Barat Kabupaten Lombok
Barat
1.3 Manfaat PKL
Manfaat dari praktek kerja lapang ini adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan menambah wawasan
dibidang budidaya perikanan, khususnya teknik pemeliharaan pada larva
ikan bawal bintang.
2. Dapat membandingkan antara teori yang telah didapat selama perkuliahan
dengan praktek produksi di lapangan usaha perikanan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) (Wiwin, 2017)

1.1 Morfologi
Ikan bawal bintang memiliki nama latin Trachinotus blochii, pada saat dewasa
ikan ini memiliki bentuk tubuh gepeng dan ramping (much compressed) dengan
ekor bercagak (forked). Tubuh berwarna putih keperakan dibagian lateral, ventral
dan abu- abu kehijauan pada bagian dorsal. Posisi mulut sub-terminal dan dapat
dikatup sembulkan (protacted retacted), dengan dilengkapi gigi-gigi beludru halus
(viliform teeth). Sirip punggung (dorsal fin) diawali jari-jari keras yang sedikit
terbenam ke dalam tubuh sebanyak 7-9 dan dipuncak punggung bermula jari-jari
lemah yang memanjang hampir menyentuh ekor sebanyak 19-21. Sirip dubur
(anal fin) dimulai dengan 2-3 jari-jari keras, tepat di belakang urogenetalia dan
disambung dengan 16- 18 jari-jari lemah yang memanjang hingga pangkal ekor.
Sirip perut (ventral fin) ada sepasang dan tepat berada di bawah sirip dada
(pectoral fin) yang menyerupai bendera dan tumbuh tepat di belakang keping
tutup insang utama (operculum). Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii)
mempunyai ciri-ciri badan dengan bentuk pipih melebar dan sirip ekor bercabang.
Posisi mulut sub-terminal, memiliki gigi halus, lubang hidung terletak di depan
mata warna kulit keperak-perakan dengan punggung berwarna hitam (Tim Loka
Budidaya Laut Batam, 1999 dalam Hidayat, 2017).
Ikan bawal bintang tergolong ikan perenang aktif dan mampu hidup dengan
tingkat kepadatan cukup tinggi. Pada saat berumur di bawah 10 hari, bentuknya
lonjong, berwarna hitam dengan titik kuning (spot) pada bagian badan tertentu.
Namun selanjutnya bentuk dan warna akan berubah secara berangsur-angsur
menjadi putih menyerupai induknya (Kalidas, 2012)

3
2.1 Biologi Ikan Bawal Bintang
Ikan bawal bintang (Trachinotus blochil) merupakan nalah satu spesies yang
masih tergolong cukup baru dibudidayakan di Indonesia, Meskipun tergolong
baru, ikan bawal bintang telah dapat menarik perhatian pembudidaya untuk
melakukan kegiatan budidaya bawal bintang. Hal ini dikarenakan ikan bawal
bintang (Trachinotus blochll) mempunyal pertumbuhan yang cepat, tahan
terhadap penyakit, pemeliharaan yang cukup mudah, dan permintaan pasar yang
cukup tinggi, mulai dari pasar lokal hingga mancanegara seperti Singapura,
Jepang Ikan, Kanada, Taiwan, dan Hongkong (Retnani dan Nurlita, 2012),
2.2 Taksonomi
bawal bintang (Trachinotus blochll) merupakan ikan introduksi dari Taiwan
dan memiliki prospek baik di kawasan Asia Pasifik dengan harga yang cukup
tinggi. Pembenihan dan budidaya bawal bintang di Taiwan sudah berkembang
baik sedangkan di Indonesia komoditas hanya dibudidayakan di karamba jaring
apung (KJA) dengan benih yang diperoleh dari usaha pembenihan di Taiwan.
Klasifikasi ikan bawal bintang menurut Linnacus (1758) yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Percimormes
Family : Characidae
Genus : Trachinotus blochii
2.3 Habitat dan Penyebaran
Ikan bawal bintang adalah ikan pelagis yang memiliki habitat di daerah
tenumbu karang, dekat pantai dan bebatuan di perairan tropis dari pasifik barat
Nampal pasifik tengah. Di Australia ikan bawal bintang ditemukan di barat daya
Australin bagian brat dan sekitar bagian utara, Populasi ikan bawal bintang juga
terdapat di Laut Merah, Afrika Barat sampai ke Pulau Marshall dan Samoa, Utara
Jepang bagian selatan dan selatan Australia. Ikan bawal bintang menghabiskan
weluruh hidupnya di air laut murni, Ikan bawal bintang memijah sepanjang tahun
dan biasanya mengikuti fase bulan terutama bulan purnama. Pemijahan
berlangsung malam hari bersamaan dengan datangnya air pasang. Telur bersifat
ah-celah akar planktonis, dapat terbawa arus dan menetas di padang lamun atau
bakau sebelum akhirnya kembali ke laut lepas atau dewasa di rerimbunan bungan
karang, Pada budidaya ikan bawal bintang, ikan ini tergolong ikan pelagis yang

4
sangat aktif karena selalu bergerak (berputar) di permukaan, schingga dalam
budidaya memerlukan lokasi/tempat yang memadai. Selain itu ikan bawal bintang
mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi dan mudah dibudidayakan. Ikan
bawal bintang banyak terdapat di daerah tropis maupun subtropis. Ikan bawal
bintang banyak hidup didaerah laut, sedikit di daerah pantai, terutama Samudra
Atlantik, Hindia dan Pasifik. Habitat ikan bawal bintang adalah pada masa juvenil
yaitu di dasar perairan berpasir dangkal atau perairan dekat mulut sungai yang
lumpur berpasir. Pada saat dewasa akan bergerak kearah terumbu karang. Cara
hidupnya bergerombol saat juvenil dan soliter saat dewasa. (Huet, 1971).
Ikan bawal bintang, ikan ini tergolong ikan pelagis yang sangat aktif karena
selalu bergerak (berputar) di permukaan (Kalidas, 2012), sehingga dalam
budidaya memerlukun lokasi/tempat yang memadai. Selain itu ikan bawal bintang
mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi dan mudah dibudidayakan. Ikan
bawal bintang banyak terdapat di daerah tropis maupun subtropis. Parameter
ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan bawal bintang (Retnani, 2013).

2.4 Pakan dan Kebiasaan Makan


Ikan bawal bintang termasuk ke dalam kelompok ikan pemakan segala
(Omnivora), tetapi ada pula yang menyebutkan bahwa ikan ini cenderung menjadi
karnivora (pemakan daging). Hal tersebut terlihat dari bentuk giginya yang tajam.
Pada ukuran larva bawal bintang, ikan ini menyukai zooplankton dari jenis
rotifera (Brachionus dan Artemia) untuk jenis fitoplankton adalah Tetraselmis sp.
(Tim Loka Budidaya Laut Batam, 1999). Pada ukuran benih menyukai makanan
sejenis plakton (fitoplankton dan zooplankton) serta tumbuhan air atau dedaunan
(herbivora). Pada ukuran dewasa ikan bawal bintang termasuk dalam kelompok
ikan karnivora yang lebih menyukai makanan berupa ikan-ikan kecil, udang
dangan, cumi-cumi, dan kepiting. Ikan bawal bintang biasanya mencari makanan
di perairan dangkal sekitar garis pantai (KKP, 2014) dan Darmono (2009)
menyatakan bahwa pada budidaya ikan bawal bintang, ikan ini tergolong ikan
pelagis yang sangat aktif karena selalu bergerak (berputar) di permukaan bahkan
saat diberi pakan, sehingga dalam budidaya memerlukan lokasi atau tempat yang
memadai.

5
Menurut Kadari (2005), bawal bintang termasuk ikan pemakan segala
(omnivora) mulai dar plankton terutama diatome dan alga hingga cacing merah,
jentik nyamuk, maupun jenis udang-udangan kecil. Pada ikan dewasa dapat
diberikan pakan rucah segar yang telah dicincang serta dapat juga diberikan pelet
ikan. Dalam budidaya ikan bawal bintang perlu dilakukan pemilahan ukuran
karena tergolong ikan yang sangat aktif menerima pakan sehingga menyebabkan
ikan yang ukurannya lebih kecil akan kalah saing dalam memperoleh pakan.
Namun ikan bawal bintang bukan termasuk ikan yang bersifat kanibal seperti ikan
kakap putih dan kerapu.

2.5 Kualitas air


Kualitas air memegang peranan penting pada budidaya ikan. Kualitas air perlu
diukur karena kelayakan suatu perairan sebagai lingkungan hidup ditentukan oleh
sifat-sifat fisik dan kimia air seperti suhu, salinitas, derajat keasaman, oksigen
terlarut, karbondioksida bebas, alkalinitas perairan, kandungan amoniak, dan
beberapa parameter lainnya (Boyd, 1990).
2.5.1 Suhu
Suhu air merupakan salah satu faktor dalam kehidupan di tambak, suhu air
sangat berkaitan dengan konsentrasi oksigen dalam air dan laju konsumsi oksigen
hewan air. Suhu yang rendah akan menyebabkan laju konsumsi oksigen akan
lambat, sedangkan suhu tinggi akan menyebabkan laju konsumsi oksigen terlalu
cepat, hal ini berhubungan dengan metabolisme ikan dan akan berpengaruh dalam
laju pertumbuhan. Suhu yang optimal bagi suhu optimal yang diperlukan dalam
mendukung laju pertumbuhan ikan bawal bintang yaitu 28 - 32 °C (Ashari, 2014).
2.5.2 DO (Dissolved Oxygen)
Kandungan oksigen terlarut dalam air yang mendukung bagi kehidupan
larva bawal bintang berkisaran antara 4-6 mg/l (SNI, 2013). Hal ini diperkuat
kembali oleh Kordi (2009), bahwa oksigen terlarut dalam perairan cukup
membantu kelancaran proses metabolisme biota laut sehingga pertumbuhan lebih
cepat konsentrasi minimum yang masih dapat diterima sebagian besar spesies
biota air budidaya hidup dengan baik adalah 5 mg/l.

6
2.5.3 pH
Derajat keasaman (pH) air penting untuk menetukan nilai guna perairan bagi
perikanan, kisaran pH yang baik untuk produksi bawal bintang yaitu 7,5-8,5. Serta
diperkuat oleh pernyatan Ahmad, (1991) dalam Klabora, (2010) bahwa organisme
air (ikan dan udang) memerlukan medium dengan kisaran pH antara 6,8-8,5 untuk
dapat hidup dan tumbuh dengan baik
2.6.4 Salinitas
Ikan bawal bintang memiliki kisaran salinitas yang tinggi yaitu berkisar
antara salinitas optimal yang diperlukan untuk mendukung keberlangsungan hidup
bawal bintang yaitu 29 32 ppt (Ashari, 2014), Salinitas berperan dalam proses
osmoregulasi, dimana pada salinitas terlalu tinggi pertumbuhan ikan akan
terganggu karena proses osmoregulasinya juga terganggu. Proses pengaturan
osmoregulasi akan berpengaruh dalam metabolisme yang menghasilkan energi.
Untuk mengukur kadar salinitas pada perairan dapat menggunakan
refraktometer. McMaster et al (2005) yang menyatakan ikan bawal bintang
berkerabat dekat dengan ikan bawal Florida (Trachinotus carolimus) yang dapat
dibudidayakan pada salinitas 19-12 ppt dan tahan terhadap perubahan mendadak
dari media air bersalinitas 32 ppt menjadi 19 ppt.

7
BAB III
METODELOGI PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA
LAPANGAN
3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Kegiatan Praktek Kerja lapangan (PKL) ini akan dilaksanakan di Balai
Perikanan Budidaya Laut Lombok Sekotong Barat,Kabupaten Lombok Barat.
Kegiatan Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan pada tanggal 15 januari 2021-
27 Februari 2021.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengambil dua data yaitu data
primer dan data sekunder.
3.3.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat sesuai dengan prosedur pengambilan data yang
terjadi di lapangan meliputi partisipasi aktif, observasi, wawancara dan
dokumentasi.
a. Partisipasi aktif Dilakukan dengan mengikuti secara langsung kegaiatan yang
berhubungan dengan manajemen kualiatas air pada larva ikan bawal bintang
yakni: persiapan wadah, larva ikan bawal bintang, manajemen kualitas air yang
meliputi pengukuran DO, pengukuran suhu, pengukuran salinitas dan pengkuran
kadar pH air di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL)
b. Observasi
Observasi lapangan adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung
pada kegiatan yang dilakukan di lokasi praktek kerja lapang. Data yang di
kumpulkan berupa berbagai hal yang berhubungan dengan kualitas air pada larva
ikan bawal bintang yaitu meliputi persiapan alat dan bahan, serta pengukuran
kualitas air (suhu, pH, salinitas, dan DO).
c. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara tanya jawab sepihak yang dilakukan dengan tujuan dari praktek kerja
lapang. Wawancara tersebut memerlukan komunikasi yang baik antara
narasumber dengan pewawancara keseluruhan data dep dipertanggungjawabkan
dikemudian hari jika diperlukan. Wawancara tersebut meliputi sejarah berdirinya,

8
struktur organisasi, permodalan, proses produksi, serta pemasaran dari kegiatan
budidaya
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan pengambilan gambar atau video serta
hasil rekaman wawancara dengan narasumber atau teknisi lapang mengenai
kegiatan praktek kerja lapang.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dengan
mencarì sumber informasi baik melalui lembaga penelitian, dinas perikanan,
jurnal, buku, pustaka-pustaka, dan pihak lain yang berhubungan dengan kegiatan
manajemen kualitas air pada larva ikan bawal bintang di Balai Perikanan
Budidaya Laut (BPBL).
3.3 Analisis Data
Data-data yang telah diperoleh selama praktek kerja lapang dianalisis secara
deskriptif, yaitu menjabarkan semua kegiatan yang dilakukan secara jelas dan
rinci yang didukung dengan studi pustaka, sehingga dapat memberi informasi
yang jelas dan lengkap.
3.4 Renca Jadwal Kegetian
Adapun jadwal rencana kegiatan dari tahap pelaksanaan Praktek kerja Kerja
Lapangan disajikan pada Tabel 3.1. di bawah ini:
Tabel 3.1. Jadwal rencana Kegiatan dan Tahap pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan (PKL)
N Tahap Pelaksanaan Waktu pelaksanaan (Bulan)
O
Desember Januari Februari Maret
1 Kontak dengan
instansi untuk
pelaksanaan PKL
2 Surat Permohonan
PKL
3 Penyusunan
Proposal PKL
4 Pembekalan PKL
5 Pelaksanaan PKL

9
6 Penulisan Laporan
PKL

10
11
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal:
Buku:
Allen, P.G., Botsford, L.W., Schuur, A.M., Johnston, W. E. (1984).
Bioeconomics of Aquaculture. Amsterdam: Elsevier.
Boyd, C.E. (1979). Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Auburn: Fisheries
and Allied Aquacultures Departmental, Auburn University.
[NRC] National Research Council. (1977). Nutrients Requirements of Warmwater
Fishes. Washington, DC: National  Academy of Sciences.
Pillay TVR. (1992). Aquaculture and the Environment. New York: Wiley.
Bab dalam buku:
Busacker, G.P., Adelman, I.R.,  Goolish, E.M,. (1990). Growth. Di dalam:
Schreck, C.B., Moyle, P.B., editors. Methods for Fish Biology. USA:
American Fisheries Society. (pp. 58-87).
Donaldson, E.M., Fagerlund, U.H.M., Higgs, D.A., McBride, J.R. (1979).
Hormonal Enhancement of Growth. Di dalam: Hoar WS, Randall DJ, Brett
JR, editors. Fish Physiology. Vol. VIII. New York: Academic Press. hlm.
455-497.

Abstrak:
Hamper, L. (2011). Best management practices on shrimp farms in Texas.
Abstrak. Symposium of World Aquaculture Society. Lake Buena Vista, FL.,
21–25 January 2001, hlm. 270.
Prosiding:
Dedi, J. Probosasongko DAM, Mokoginta I. (2013). Pengaruh kadar silase
jeroan ikan patin yang berbeda dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan
patin Pangasius hypopthalmus ukuran sejari. Prosiding Semi-loka Aplikasi
Teknologi Pakan dan Peranannya bagi Perkembangan Usaha Perikanan
Budi Daya. Bogor, 9 September 2003, hlm. 91-95.
Hardy RW. (2011). Fish hydrolisates: Production and used in aquaculture feeds.
Di dalam: Akiyana DM, Ronnie KH (editor). Proceeding of the Aquaculture

12
Feed Processing and Nutrition Workshop. Singapore and Indonesia, 19-25
September 1991, hlm. 109-115.
Skripsi/Tesis/Disertasi:
Sukendi. (2010). Biologi reproduksi dan pengendaliannya dalam upaya
pembenihan ikan baung Mystus nemurus di perairan Sungai Kampar, Riau.
Disertasi. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Syauqi, A. (2009). Kelangsungan hidup benih bawal air tawar Colossoma
macropomum Cuvier pada sistem pengangkutan tertutup dengan padat
penebaran 43, 86, 129 ekor/liter. Skripsi. Bogor: Program Studi Teknologi
dan Manajemen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Informasi dari internet:
Syvokiene, J., Mickeniene, L., Jankauskiene, R. (2013). Hydrocarbon-degrading
bacteria in the bacteriocenosis of higher crustaceans and fish. 5 Januari
2015. http://www.ices.dk/iceswork/asc/abstracts/J.pdf

LAMPIRAN

Lampiran 1. Rata-rata dan simpangan baku beberapa sifat físik dan kimia tanah
dari 78 contoh tanah di Kebun Percobaan

Sifat Rata-rata Simpangan baku


Pasir (%) 47.66 23.81
Lempung (%) 21.80 11.94
Liat (%) 30.72 18.09
C-organik (%) 0.61 0.57
Rapatan isi (mg m-3) 1.43 0.16
KTK (mek 100 g-1 tanah)a 18.08 17.09
KAT pada KL (g g-1) 23.62 10.80
KAT pada TLP (g g-1) 11.11 9.05
a
Banyaknya 70 contoh tanah; KTK: kapasitas tukar kation, KAT: kadar air tanah, KL: kapasitas
lapang, TLP: titik layu permanen.

13
14

Anda mungkin juga menyukai