Anda di halaman 1dari 133

STASE ANAK ISOLASI MANDIRI

KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

OSCE IKA
RESUSITASI NEONATUS 3

PF NEONATUS 9

ANTROPOMETRI 13

IMUNISASI 19

TUMBUH KEMBANG 22

GIZI BURUK 24

HIPERBILIRUBINEMIA 32

DENGUE 35

FEVER & RASH 42

TETANUS 49

DIFTERI 50

ASMA 54

TUBERCULOSIS ANAK 59

BRONKIOLITIS 64

PERTUSSIS 65

CROUP (laringotrakeobronkitis akut) 67

PNEUMONIA 69

DIARE 73

ALERGI SUSU SAPI 78

LACTOSE INTOLERANCE 82

IRON DEF ANEMIA 82

THALASSEMIA 89

LEUKEMIA 91

KEJANG DEMAM 93

MENINGITIS 96

ENCEPHALITIS 98

SINDROM NEFROTIK 99

GNAPS 102

KETOASIDOSIS DIABETIK (KAD) 108

SOAL UJIAN ESAI ANAK 112

OSCEEEE 114
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

PASIEN PENKES + KEJANG 114

PASIEN DIARE 118

PASIEN DENGUE 120

PASIEN ASMA 122

PASIEN TB 125

PASIEN SN & GNAPS & ISK 129

PASIEN ANEMIA, THALASSEMIA, LEUKEMIA 132


STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
RESUSITASI NEONATUS
1. SEBELUM RESUSITASI
a. Konsultasi ANC → gali informasi morbiditas ibu dan bayi (untuk prediksi kebutuhan resus
i. Maternal info
1. Riw. kehamilan sebelumnya
2. USG antenatal
3. Riw. penyulit dalam antenatal: hipertensi, DM
4. Risiko infeksi kehamilan → demam, keputihan, KPD, dll
5. Riw. obat yg dikonsumsi ibu
ii. Baby info
1. Tafsiran usia gestasi (tinggi fundus uteri)
a. Tafsiran berat janin = ((TFU -12) x 155)
2. Jumlah bayi → 1 / gemeli / triplet
3. Ketuban hijau kental
4. Denyut jantung janin
5. Kelainan kongenital
6. High-risk neonates: prematur
b. Bentuk team
i. 3 orang = 1 leader + 2 anggota
ii. Peran = ABC
1. Leader = airway - breathing
2. Orang 2 = circulation
3. Orang 3 = siapin alat
c. Persiapan alat
i. Airway
1. Stetoskop
2. Suction
3. ETT, laringoskop (+ blade Miller yg lurus)
a. Ukuruan blade
i. Preterm 0.00
ii. Term 0.0
b. Ukuran ETT
i. <1 kg / <28 minggu = 2,5
ii. 1-2 kg / 28-34 minggu =3
iii. 2-3 kg / 34-38 minggu = 3,5
iv. 3 kg / >38 minggu =4
ii. Breathing
1. Pompa dan sungkup
2. Oksigen 40%
3. Oksimeter
4. Prematur
a. Surfaktan
iii. Circulation
1. Umbilical venous catheter (UVC)
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

2. Epinefrin
3. NaCl
iv. Lain2
1. Infant warmer, lampu
2. Handscoon
3. Gunting
4. Apron
5. Stopwatch
6. Kain hangat 2 biji
7. Plastik → buat <1500 gram
8. Topi

2. RESUSITASI
a. Perkenalan diri + sebutin peran masing-masing
b. Cuci tangan steril → pake apron + handscoon steril → siap nangkep sang bayi
c. Bawa ke warmer (kepala bayi dekat sama badan kita)
d. BAYI <1500 GRAM = BUNGKUS PLASTIKKKK
e. Resusitasi awal = USIA CUKUP BULAN, NANGIS KUAT, TONUS
f. Keringkan sambil rangsang taktil. Suction kalo perlu (kalo ada gargle) (gakboleh terlalu
dalam karena bisa kena vagal)
i. Kalo ada aspirasi mekonium → SUCTION DULU baru keringkan dan rangsang taktil
ii. Rangsang taktil → usap di punggung ato ga tepok kaki
g. Ganti kain
h. Pasang termometer (belakang punggung), oksimetri pasang di kaki

i. Hitung denyut jantung (6 detik x 10)

j. Evaluasi
i. Paket 1 → gasping, apnea, HR <100
1. Kalo ada salah 1 → VTP 40-60 x/menit dalam 30 detik (pompa - lepas - lepas
- pompa)
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
2. Evaluasi cek ulang HR, apnea, gasping
a. 100x → evaluasi ada distres napas ga (pake down score) (retraksi,
merintih, takipnea) → CPAP

b. 80x → re evaluasi MRSOPA

c. 60x → kalo bisa intub boleh ATAU kompresi dada + VTP (3 kompresi :
1 napas), evaluasi stlh 60 detik
d. <60 x → epinefrin dari umbilical (0,1 ml/kgBB) atau ETT
i. Epinefrin 1 : 10.000 → jadi harus encerin dulu 0,1 epi + 0,9 ml
NaCl
ii. Epin boleh diulang 3 kali dengan jarak pemberian 3-5 menit
ii. Paket 2
1. Distress napas (retraksi, merintih, takipnea) → CPAP (PEEP 5-8 cmH2O)
2. Sianosis → suplementasi oksigen 1-2 lpm
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

3. Evaluasi
a. Gagal CPAP → naikin PEEP 8 cmH2O

3. PASCA RESUSITASI
a. Berikan
i. Vit K = 1 mg (0.3 mg/kgbb) ⅓ anterolateral paha
ii. Cendophenicol 2 gtt ODS → Chloramphenicol = untuk mencegah goncoccocal
conjunctivitis
iii. Vaksin Hep B 0.5 ml
1. Ibu normal = dalam 24 jam lahir
2. Ibu dengan hep B = dalam 12 jam lahir → dengan HBIG
iv. Vaksin polio oral (OPV) = SAAT PULANG → 2 gtt
b. Stabilisasi pasca resusitasi
i. S = sugar + safe care
1. Target gula darah = 50 - 110 mg/dL
ii. T = temperature
1. Non asfiksia = 36,5 sd 37,5 C
2. Asfiksia = 33 sd 34 C
iii. A = airway
iv. B = blood pressure
v. L = lab work
vi. E = emotional support
c. Kapan harus bawa ke RS = TANDA BAHAYA
i. Gamau makan / minum
ii. Kejang
iii. Gerak hanya bila dirangsang
iv. RR >60 x/menit or <30 x/menit
v. Retraksi / merintih
vi. Diare
vii. Banyak nanah di mata
viii. Suhu >37.5 or <36

4. CARA POTONG UMBILICAL CORD (2 arteri, 1 vena)


a. Urut tali pusat ke arah abdomen → clamp jarak 1.5cm dari pangkal → pake jari pencet →
gunting

5. APGAR​: menit 1-5-10


Skor 0-3: asfiksia berat
Skor 4-6: asfiksia ringan-sedang
Skor 7-10: Adaptasi baik

0 1 2
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

A​ctivity - Bergerak tapi lemah, tdk aktif Gerak aktif

P​ulse - <100 bpm >100 bpm

G​rimace - Meringis atau menangis Meringis, batuk, nangis secara


(respons refleks) spontan + dapat menarik kaki

A​ppearance Abu, biru, pucat Tubuh normal, ekstremitas biru Kemerahan

R​espiratory - Lambat, irregular Nangis kuat

1.​ ​NEWBORN SCREENING


-​ ​Oksimeter preductal postfuctal
o​ ​SpO2 both <90 atau perbedaan both >3% = PJB
-​ ​G6PD
-​ ​TSH
-​ ​Bilirubin
-​ ​Golongan darah
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

PF NEONATUS
1. Telanjangggggg
2. Dilakukan
a. Saat lahir
b. 24 jam setelah lahir
c. Sebelum pulang
3. KEPALA
a. Ubun-ubun → udah nutup belom, ada bulging, cekung
b. Mikrosefali, makrosefal
c. Kaput suksedaneum
i. Melewati sutura
ii. Lunak tidak fluktuasi
iii. Cepet ilangnya (membaik 48-72 jam)
d. Sefal hematom
i. Tidak menyebrangi sutura
ii. Lunak, berfluktuasi
iii. Membaik dalam beberapa minggu
e. Hidrosefalus
4. KULIT
a. Warna → sianosis, kuning, merah
b. Mongolian spot → lysosomal storage disease
c. Lanugo (bulu / rambut halus), vernix caseosa (lapisan putih lemak)
d. Turgor kulit
5. WAJAH
a. Down syndrome (mongolian face)
i. Flat nose bridge
ii. Skin folds di inner corner mata (epicanthic folds)
iii. Brushfield spot
iv. Protrude tongue
b. Pernapasan cuping hidung
6. MULUT
a. Cleft lip

b. Cleft palate
c. Frenulum → tebal / tipis → ada tongue tie gak
d. Refleks hisap
e. Gusi, lidah → makro / mikro
f. Hipersalivasi
g. Hipoplasia otot depressor anguli oris → wajah asimetris waktu nangis
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

7. LEHER
a. Kista higroma → kista yang paling sering ditemukan di leher
b. Kista brankial
c. Webbed neck → turner syndrome
d. Tortikolis → pendarahan M. sternokleidomastoideus kronik
e. Cervical fusion (klippel-feil syndrome)

8. TORAKS
a. Inspeksi
i. Kulit
ii. Bentuk dada → pectus ekskavatum / karinatum / barrel chest
iii. Retraksi sela iga
iv. Gerak pergerakan dada → pola pergerakan perut sama dada saat bernapas, liat ada
see saw apa gak?
v. Laju napas
vi. Pola pernapasan
b. Palpasi
i. Fraktur klavikula
ii. Pengembangan dada
iii. Iktus kordis
c. Auskultasi
i. Vesikular? S1/S2? Bunyi jantung? Murmur
ii. Grunting
iii. Air entry
iv. Hipopnea
d. Perkusi
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
i. Sonor pada paru

9. ABDOMEN
a. Inspeksi
i. Cembung
1. Mild → normal
2. Persistent → asites
ii. Cekung → hernia diafragmatika ; melalui foramen bochdalek
iii. Tali pusat → kesegaran, bau, 2 arteri 1 vena, pemotongan tali pusat, omphalocele,
omphalitis, dll
b. Palpasi
i. Liver bisa terpalpasi 2cm dibawah costal margin
c. Perkusi → timpani pada lapang abdomen
d. Auskultasi → bruit? Bising usus

10. GENITALIA, ANUS


a. Jenis kelamin
b. Genital ambigu
c. Laki-laki → undescended testis, hidrokel, hypospadias/epispadias
d. Perempuan → hipertrofi klitoris, imperforata hymen, labia
e. Anus → imperforata anus, atresia ani, fistul rectovaginal

11. VERTEBRA
a. Bentuk vertebra
b. Spina bifida, meningocele, myelomeningocele

12. PEMERIKSAAN PANGGUL DAN KAKI


a. Tes ​barlow dan ortholani
i. Memeriksa apakah ada kelainan congenital hip displacement
ii. Barlow → lakukan adduksi lalu beri tahanna ringan pada lutut kearah posterior
1. (+) → jika terasa “popped out” dari socketnya terasa dislokasi
iii. Ortholani → untuk memastikan dari tes barlow, fleksi panggul dan lutut 90 derajat,
lalu abduksi panggul, tahan femur ke anterior
b. Pulsasi arteri femoralis → untuk memeriksa apakah ada masalah pada aorta descenden,
terutama pada gangguan coarction of aorta (-) jika tidak ditemukan pulsasi, kemungkinan
ada gangguan
c. Kaki → congenital talipes equinovarus (CTEV)/club foot, congenital vertical talus (CTV),
polydactyli, syndactyly, bandingkan panjang kaki kiri dan kanan, liat bagian kaki yang di
ballard
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

ANTROPOMETRI
1. CHART
a. Usia
i. <5 tahun = WHO
ii. >5 tahun = CDC
b. Khusus BMI
i. <2 tahun = WHO
ii. >2 tahun = CDC
2. USIA KOREKSI: ​usia kronologis - (40 minggu - usia kehamilan)
3. KOMPONEN
CDC WHO
>5 tahun <5 tahun

BB / Usia BB skrng / BB ideal sesuai usia x 100%

● >120% BB lebih ● <-3 BB sangat kurang


● 80-120% BB baik ● -3 to <-2 BB kurang
● 60-80% BB kurang ● -2 to +2 BB cukup
● <60% BB sangat kurang ● >+2 BB lebih

TB / Usia TB skrng / TB ideal sesuai usia x 100% Perawakan


● <-3 Sangat pendek
PB = anak gabisa ● 90-110% TB baik ● -3 to <-2 Pendek
berdiri (<2 tahun) ● 70-89% TB kurang ● -2 to +2 Normal
or gangguan ● <70% TB sangat kurang ● >+2 Tinggi
motorik/berjalan ● >+3 Sangat tinggi

BB / TB BB saat ini / BB ideal menurut TB x 100% ● >+3 Obesitas


(Status Gizi) ● +2 to +3 Overweight
● >120% Obese ● +2 to -2 Normal/Gizi Cukup
● 110-120% Overweight ● -2 to -3 Gizi Kurang
● 90-110% Normal ● <-3 Gizi Buruk
● 70-90% Gizi kurang
● <70% Gizi buruk

BMI / Usia ● Kalo overweight (BB/TB) ● <-3 Gizi buruk


● -3 to <-2 Gizi kurang
<2 tahun - WHO BMI: BB/(TB in m)​2 ● -2 to <+1 Normal
>2 tahun - CDC ● >+1 to +2 Berisiko overweight
● <P5 Gizi kurang ● +2 to +3 Overweight
● P5-84 Gizi baik ● >+3 Obesitas
● P85-94 Gizi lebih
● >P95 Obesitas

Lingkar kepala ● Anak <2 tahun → di cek rutin


(​Nellhaus​) ● Anak >2 tahun → kalo curiga gangguan neurologis e.g. KD, meningitis,
encephalitis
● Glabella - atas alis - protuberansia occipitalis

● Baru lahir 31-35 cm


● 6 bulan 43.5 cm
● 0-3 bulan + 2 cm
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

● 4-6 bulan + 1 cm
● 7-12 bulan + 0.5 cm
● 2 tahun + 15 cm dari lahir
● 6 tahun + 3 cm dari usia 2 tahun

● Nellhaus
○ <0 Microcephaly
○ 0-2 Normocephaly
○ >2 Macrocephaly

Lingkar Dada ● Cara = mengelilingi dada melalui nipple saat ekspirasi max.
● Baru lahir → 2cm lebih kecil dari lingkar kepala

Lingkar ● Kalo anak gizi buruk, edema, organomegali, hidrosefalus


Lengan Atas
(LiLA) ● BBL 11cm
● 1 tahun 16cm
● 5 tahun 17cm

Lingkar perut ● Kalo ada asites doang, untuk cek progresitivtasnya


● Cara = lingkar perut terbesar, melalui umbilikus

a. Berat badan / umur


i. Indikasi → masalah gizi secara umum
ii. Cara ukur
1. Pake timbangan bayi = <2 tahun
2. Lepas semua baju
iii. Kalo edema / organomegali / hidrosefalus = UKUR LILA
iv. Interpretasi = berat badan (normal / kurang / lebih) menurut usia
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

b. Tinggi badan / umur


i. Indikasi → masalah gizi kronis
ii. Cara ukur
1. < 2 tahun = tiduran, harus 2 orang yg 1 tahan kepala yg 1 tangan kiri tahan
lutut biar lurus, tangan kanan teken pembatas kaki ke telapak kaki
a. Kalo diukur dengan berdiri → hasil pengukuran +0,7 cm
2. > 2 tahun = berdiri, punggung-pantat-tumit nempel
a. Kalo diukur telentang → hasil pengukuran -0,7 cm
iii. Interpretasi = perawakan (normal / pendek / tinggi) menurut usia
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

c. BB/TB atau PB
i. Indikasi → masalah gizi akut
ii. Interpretasi = status gizi (normal / kurang / buruk / overweight / obesitas)

d. BMI
i. Digunakan pada hasil grafik BB/TB yg nunjukkin overweight / obesitas
ii. Hitung dulu BMI nya (kg / m​2​) baru plot ke grafik
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
1. <2 tahun = WHO
2. >2 tahun = CDC

e. Lingkar lengan atas (LILA)


i. Diukur pada kasus edema, organomegali, hidrosefalus, asites dll
ii. Ukur di pertengahan lengan kiri antara akromion dan olekranon
f. Lingkar kepala
i. Pake Nellhauss Head Circumference Chart
ii. <2 tahun LK diukur rutin
iii. Cara ukur
1. Dari glabela pada dahi → muter ke belakang kepala yang paling menonjol
(protuberansia oksipitalis)
iv. Interpretasi
1. > SD +2 = hidrosefalus, subdural hematoma, dll
2. <​ SD -2 = mikrosefal → slowing / arrest head growth, prognosis buruk buat
perkembangan mental

4. PREMATUR (<37 minggu)


a. Parameter = BB, PB, LK
b. Interpretasi
i. <10 percentile = kecil untuk usia kehamilan
ii. 10 - 90 percentile = sesuai usia kehamilan
iii. >90 percentile = besar untuk usia kehamilan
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

c. Usia koreksi = Usia skrg + usia lahir - 40 (bayi prematur)


i. Untuk evaluasi tumbuh kembang
d. Usia kronologis
i. Buat tau jadwal imunisasi
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

IMUNISASI
2017 ​2020

Penta (5) : DTP, HiB, hep b


Hexa (6) : DTP, HiB, HepB, polio

JADWAL
● 0-7 hari : Hep B 0, OPV 0
● 1 bulan : BCG, Polio 1
● 2 bulan : DPT-HB-Hib1, Polio 2
● 3 bulan : DPT-HB-Hib2, Polio 3
● 4 bulan : DPT-HB-Hib3, Polio 4, IPV
● 9 bulan : MR
● 18 bulan : booster DPT-HB-Hib, MMR
● 24 bulan : campak
● Anak sekolah (BIAS)
○ 1 SD: DT, campak
○ 2 SD: Td
○ 3 SD: Td

KAPAN NOTES

Hep B (4x) 1. Sblm usia 24 jam - BBL <2000g → tunda sampe usia ​>​ 1 bulan
2. Bulan 2 (IBU NORMAL)
3. Bulan 3
4. Bulan 4
Booster
1. 18 bulan

Polio (4x) 0-4 bulan - Minimal 2x IPV sblm usia 1 tahun


- OPV 0
- OPV 1
- OPV 2 + IPV
- OPV 3 + IPV

BCG (1x) Sblm usia 1 bulan - Kalo usia >3 bulan blm → cek mantoux duluuu
- Dosis <1 tahun = 0.05 mg

Efek samping
- Lymphadenitis TB → tx RHZ
- Abses di tempat suntikan
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

DTP (3x) 1. Bulan 2


2. Bulan 3
3. Bulan 4

Booster:
1. 18 bulan Pentabio
2. BIAS 1 SD (5-7 tahun) TD
3. BIAS 5 SD (10-11 tahun) Td/Tdap
4. 18 tahun Td/Tdap

Hib (3x) 1. Bulan 2


2. Bulan 3
3. Bulan 4

Booster:
1. 18 bulan

PCV (3x) 1. Bulan 2 Kalo belum:


2. Bulan 4 - 7-12 bulan: 2x jarak min. 1 bulan
3. Bulan 6 - booster: setelah usia 1 tahun, jarak 2
bulan dari terakhir suntik
Booster: - 1-2 tahun: 2x jarak 2 bulan
1. 12-15 bulan - 2-5 tahun: PCVI0 2x jarak 2 bulan, PCVI3 1x

Rotavirus 1. Bulan 2 Monovalen (2x)


(2-3x) 2. Bulan 4 - Usia 6 minggu → interval 4 minggu
3. Bulan 6 - Selesai di usia 24 minggu
Pentavalent (3x)
- Dosis pertama usia 6-12 minggu

Influenza 1. Usia 6 bulan - Usia 6 bulan-8 tahun


- Imunisasi ke-1 = 2 dosis (interval 4
Di ulang TIAP 1 TAHUN minggu)
- Usia >9 tahun
- Imunisasi ke-1 = 1 dosis

MR/MMR 1. 9 bulan = MR

(kalo usia 12 bulan masih blm


kasihnya MMR)

Booster
1. 18 bulan
2. 5-7 tahun

JE 1. 9 bulan Kalo di daerah endemis aja

Varisela 1. 12-18 bulan Kalo usia 1-12 tahun = interval 6 minggu-3 bulan
(2x) 2. 12-18 bulan Kalo usia ​>​13 tahun = interval 4-6 minggu

Hep A (2x) 1. Mulai di usia 1 tahun, interval 6-18


bulan

Tifoid 1. Mulai di usia 2 tahun

Di ulang TIAP 3 TAHUN

HPV (2-3x) Anak perempuan


- 9-14 tahun = 2x (jarak 6-15 bulan)
- >15 tahun = 3x
- Bivalen = 0, 1, 6 bulan
- Quadrivalen = 0, 2, 6
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

bulan

Dengue (3x) Usia 9-16 tahun, jarak 6 bulan HANYA KALO ada riw NS1 or IgG, IgM anti dengue (+)

1. Jadi kalo anak prematur gimana cara kasih vaksinasinya?


- Syarat kasih vaksin itu minimal beratnya ​>​2000gram terlepas dari dia prematur apa gak. <2000gram
itu punya kemungkinan kalo antibodinya setelah divaksin tidak terbentuk karna maturasi dari sistem
imun nya masih kurang
2. Kalo anak prematur, BB <2000gram tetapi ibunya hepatitis B gimana?
- Anak yang <2000gram dengan ibu Hep B itu tetep dikasih vaksin hep B + HIBg karena kita butuh
kekebalan cepat untuk bayinya. Tapi, seperti yang kita ketahui, kalo kasih immunoglobulin itu
bertahannya paling lama sekitar 1 bulan. Makanya, biasanya kita ulang lagi vaksin hep B nya jadi bisa
dikasih sampe 4 kali in total.
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
TUMBUH KEMBANG
1. Tahapan perkembangan anak menurut umur
Usia Gross motor Fine motor language Social and cognitive

2 bulan - Angkat kepala 45​o - Mengikuti - Coos - Senyum balik


gerakan benda - mulai mengenali
parents

4 bulan - Angkat kepala 90​o - Angkat dan - Ketawa - Mengenali suara


- Telungkup dan menggerakan
terlentang benda

6 bulan - Duduk - Pindahin barang - Babbles - Mengingat muka


- Roll over (back to dari satu tangan - Tau mana yang
front, front to ke tangan lain strangers
back) - Masukin benda
ke mulut

9 bulan - Merangkak - Ngambil benda - Ngomong ma - Mulai noleh kalo


- Berdiri kalo kecil - ma, da - da dipanggil nama
pegangan - Main ciluk ba

12 - Mulai berjalan - Nunjuk benda - Tau 1 - 5 kata - Ngikutin simple


bulan - Bisa lempar - Numpuk barang command
barang

15 - Udah bisa lari - Pake sendok - Tau 10 - 50 - Main tebak


bulan dan gelas kata tebakan

2 tahun - Naik turun tangga - Gambar garis - Tau > 50 kata - Mulai main ama
tapi dua kaki - Mulai coba temen
- nendang bola bikin kalimat 2 - Ikutin perintah
kata yang lebih
kompleks
- Buka baju

3 tahun - Ngayuh sepeda - Gambar - Tau >300 - Mengenal


- Naik turun tangga lingkaran kata perbedaan
dengan benar - Mengerti gender
>1000 kata - Sikat gigi ama
- Bkin kalimat 3 pake baju sendiri
kata - Bisa kontrol pipis
ama boker (masih
ngompol ampe 5
taun normal tp)

4 tahun - Lompat 1 kaki - Gambar kotak - Mulai bisa - Main kooperatif


- Main lempar cerita - Bisa punya
tangkep bola - Bisa bedain imaginary friends
angka ama
warna

5 tahun - Jalan mundur - Gambar segitiga - Ngomong - Belajar baca


- Lompat tali - Ngiket tali lancar - Mengerti arah
sepatu - Ngitung >10
- Nulis surat - Susun kalimat
5 kata

2. Gangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan


a. Gangguan bicara dan bahasa
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- Kurang stimulasi
b. Cerebral palsy
- Kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif
- Kerusakan gangguan sel motorik pada SSP
c. Sindrom down
- Jumlah kromosom 21 yang berlebih
- Perkembangan lebih lambat dari anak normal
d. Perawakan pendek
- TB < persentil 3 atau < -2 SD
- Bisa karena gangguan gizi, kromosom, penyakit sistemik, kelainan endokrin
e. Autisme
- Muncul sebelum usia 3 tahun
- Meliputi seluruh aspek perkembangan → gangguan luas dan berat
- Mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku
f. Retardasi mental
- IQ < 70
- Anak tidak bisa belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat
g. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
- Anak kesulitan untuk memusatkan perhatian
- Bareng dengan hiperaktivitas
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
GIZI BURUK
1. DIAGNOSIS
a. BB/TB <70% or <-3SD = marasmus
b. Edema kedua punggung kaki sampe seluruh tubuh
i. Kwashiorkor BB/TB >-3 SD
ii. Marasmik kwashiorkor BB/TB <-3SD

c. Kalo BB TB gabisa di ukur, liat klinis


i. Anak tampak sangat kurus
ii. Gaada jaringan lemak bawah kulit terutama bahu, lengan, pantat, paha
iii. Tulang iga terlihat jelas ​+​ edema

2. KLINIS
MARASMUS KWASHIORKOR

Defisiensi protein dan kalori Defisiensi protein

Sela iga keliatan jelas / iga gambang Edema

Mukanya kaya orang tua Ribs tidak terlalu prominent

Baggy pants Muscle wasting minimal

Rambut jagung

3. ANAMNESIS
a. Makan
i. Diet pola makan, kebiasaan sblm sakit
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
ii. Asupan makan/minum bbrp hari terakhir
iii. Nafsu makan
b. Penyakit
i. Kontak pasien campak/tb paru
ii. Batuk kronik
iii. Riw penyakit campak 3 bulan terakhir
iv. Infeksi HIV
v. Penyebab kematian saudara kandung
vi. Riw gizi buruk di keluarga
c. Riwayat
i. BBL
ii. Tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara
iii. Imunisasi
iv. Pemberian ASI

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status gizi BB/TB
b. Tampak sangat kurus, edema kedua punggung kaki (pitting edema)
c. Tanda dehidrasi
i. Haus
ii. Mata cekung
iii. Turgor buruk
d. Tanda syok
i. akral dingin
ii. CRT lambat
iii. HR lemah cepat
iv. Penkes
e. Hipertermi ​>​37.5, hipotermi <35.5
f. RR → pneumonia, gagal jantung
g. Pucat, ikterik
h. Abdomen
i. Pembesaran hati
ii. Distensi abdomen
iii. BU lemah/tinggi
iv. Asites
v. Abdominal splash
i. Def vit A
i. Konjuntiva kering, bercak Bittot
ii. Ulkus kornea
iii. Keratomalasia
iv. Photophonia
j. Ulkus mulut
k. Infeksi telinga tenggorokan paru kulit
l. Lesi kulit kwashiorkor
i. hipo/hiperpigmentasi
ii. Deskuamasi
iii. Ulserasi
iv. Lesi eksudatif = mirip luka bakar

5. PENUNJANG
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

6. TATALAKSANA

- Fase inisial
- Fase stabilisasi hari 1-2
- Fase transisi hari 3-7
- Kapan selesai? anak udah mulai LAPER → meaning infeksi udah under control, liver udah
bisa metabolize diet
- Follow up = week 7-26

TATALAKSANA AWAL
- Pisahkan anak dari pasien infeksi
- Tempatkan di ruangan hangat, bebas angin
- Pantau secara rutin
- Mandi anak seminimal mungkin, segera keringkan

HIPOGLIKEMIA TATALAKSANA
- GDS <54 mg/dL 1. Sadar​ → ​D10% 50ml​ or (1 sendok teh gula dalam 50ml air) or F-75
- Sx: hipotermia, oral/NGT
letargi, penkes a. Setiap 2-3 jam, minimal 2 hari
b. Kalo masih dapat ASI → lanjutin
2. Ga sadar​ → D10% IV 5 ml/kg → selanjutnya D10% 50 ml NGT
a. Neonatus: 2 ml/kg
b. Kalo udah sadar = F75
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

3. Antibiotik

PEMANTAUAN
1. Ukur GDS ulang setelah 30 menit
a. Kalo <54 mg/dL → ulang D10%
2. Kalo suhu <35.5 or kesadaran turun → bisa jadi hipoglikemia gara2
hipotermia

HIPOTERMIA TATALAKSANA
Suhu <35.5 1. F-75 (rehidrasi dulu)
2. Hangatkan
a. Pastikan berpakaian, termasuk kepala
b. Tutup dengan selimut
c. Pasang lampu 40 W jarak 50cm
d. Metode kanguru: letak anak di dada/perut ibu
PEMANTAUAN
1. Ukur suhu aksila setiap 2 jam sampe suhu naik jadi 36.5
a. Kalo pake pemanas ukur q30 menit, stop pemanas kalo
udah 36.5
2. Periksa GDS kalo hipotermia
PENCEGAHAN
1. Letak tempat tidur di area hangat (bebas angin)
2. Selalu tertutup pakaian/selimut
3. Kalo pakaian basah diganti
4. Hindari suasana dingin - mandi, pemeriksaan medis
5. Kasih makan F75 q2 jam

DEHIDRASI TATALAKSANA
1. Resomal oral/NGT
UO: 1cc/kg/jam a. 2 jam pertama: 5 ml/kg setiap 30 menit
b. Next 10 jam: 5-10 ml/kg/jam selang seling dengan F75 tiap
jam
c. Selanjutnya F75 tiap 2 jam
2. Tiap kali diare kasih resomal
a. <1 tahun: 50-100 ml
b. >​1 tahun: 100-200 ml
3. Kalo kelebihan cairan → stop resomal → periksa ualng setelah 1
jam

PEMANTAUAN
1. Pantau
a. 2 jam pertama = q30 menit
b. 10 jam berikut = q1 jam
2. Periksa
a. RR
b. HR
c. UO
d. BAB, muntah
e. BB
3. Tanda baik hidrasi
a. Air mata kembali
b. Mulut basah
c. Mata cekung berkurang
d. Fontanel cekung berkurang
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

e. Turgor kulit membaik


4. Tanda kelebihan cairan
a. RR naik 5 x/menit
b. HR naik 15 x/menit

GANGGUAN ELEKTROLIT TATALAKSANA


Gizi buruk 1. K, Mg → udah ada di mineral mix (udah ada di F75, resomal)
- def K, Mg 2. Jangan kasih garam
- Kelebihan Na →
edema (gaboleh
diobatin dengan
diuretic)

INFEKSI ANTIBIOTIK BROAD SPECTRUM


- Demam jarang 1. NO komplikasi/infeksi nyata
muncul, jadi anggap a. Cotrimoxazole (TMP-SMX) 5 mg/kg/kali 2x1 selama 5 hari
aja gibur semua
infeksi saat ke RS 2. ADA komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, letargis, sakit berat),
- Kalo ada infeksi jelas
hipoglikemia/hipoterm a. Rawat jalan = amoxicillin 25 mg/kgBB/kali 3dd1 sediaan
ia → tanda infeksi 125 mg/5 ml ATAU ampicilin 25 mg/kgBB/kali 4dd1
berat sediaan 125 mg/5 ml selama 7 hari
b. Rawat inap = GABUNGAN Gentamisin 7.5 mg/kg/hari
IM/IV + Ampicillin 50 ml/kg IM/IV q6 jam selama 7 hari

3. Kalo ga membaik dalam 48 jam tambah


a. Chloramphenicol 25 mg/kg IM/IV q8 jam selama 5 hari

4. Meningitis
a. LP
b. Chloramphenicol 25 mg/kg 16 jam selama 10 hari
5. Cacing
a. Mebendazol 100 mg/kg selama 3 hari
or
b. Albendazol 20 mg/kg

MICRONUTRIENT DEF TATALAKSANA


Kasih tiap hari minimal dalam 2 minggu
Fe 1. Multivitamin
- Tunggu sampe nafsu 2. Asam folat
makan membaik, BB a. Day 1 = 5 mg
naik → biasanya b. 14-21 hari = 1 mg/hari
week 2 saat fase
rehabilitasi 3. Zinc​ 2 mg/kg/hari
- Bisa memperparah a. 1 cth = 5 ml = 10mg Zn
infeksi
4. Tembaga​ 0.3mg/kg/hari
a. 1 cth = 5 ml = 10mg Cu

5. Ferosulfat​ 3 mg/kg/hari → setelah BB naik, fase rehabilitasi


a. 1 cth = 5 ml = 15mg Fe

6. Vit A​: rabun senja, bitot spot


a. Dosis
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

i. <6 bulan: 50,000 (½ kapsul biru)


ii. 6-12 bulan: 100,000 (1 kapsul biru)
iii. 1-5 tahun: 200,000 (1 kapsul merah)
b. Kalo GAADA gejala = 1x aja
c. Kalo ADA gejala atau pernah sakit campak 3 bulan terakhir
= kasih 3x = day 1, 2, 15

CARA PENYIAPAN F-75


1. Isi
a. Susu skim bubuk 25 g
b. Gula pasir 100 g
c. Tepung beras/maizena -
d. Minyak sayur 27 g
e. Mineral mix 20 ml
f. Air sampe 1000 ml
2. Cara
a. Campur gula + minyak sayur → aduk
b. Masukkin susu bubuk dikit2 sampe bentuk gel
c. Tambah air hangat + mineral mix dikit2 → sampe homogen
d. Volume akhir 1000 ml
e. Bisa langsung dimimum or masak selama 4 menit

RESOMAL
- 1 liter oralit WHO (5 sachet @ 200ml) + 50g gula pasir + 40 ml (2
sachet) mineral mix + air matang → total 2 liter

INITIAL REFEEDING 1. Volume


a. 100 ml/kg/hari
Edema b. Edema berat → 130 ml/kg/hari
- Edema ringan = 2. Frekuensi
edema punggung a. Day 1-2 q2 jam
kaki b. Day 3-5 q3 jam
- Edema sedang = c. Sisanya q4 jam
edema tungkai +
lengan 3. F75 kasih saat fase initial min. 80-100 kkal/kg/hari
- Edema berat = a. Fase stabilisasi hari 1-2
seluruh i. Day 1 → 80 kkal/kg/hari
tubuh/anasarka ii. Day 2 → 100 kkal/kg/hari
b. e.g. day 2, 7kg, F75 tiap 2 jam = 12x feeding
i. Kebutuhan kalori = 7kg x 100 kkal/hari = 700
kkal/hari
ii. 700 kkal/hari = 700/75 x 100 ml = 933 ml/hari
iii. Frekuensi q2 jam = 933 / 12x → 78 ml/2 jam

c. Pelan2 naikkin volume sampe feeding tiap 4 jam (6x/hari)

TUMBUH KEJAR 1. Lakukan transisi dari F75 ke F100


- Nafsu makan kembali a. Kasih F100 dengan jumlah yg sama 2 hari
- Edema b. Selanjutnya naik jumlah F100 sbnyk 10ml tiap kali sampe
minimal/hilang anaknya udah gabisa abisin lagi (biasanya 200 ml/kg/hari)
Tiap hari di fase transisi + 10 kkal/kg/hari
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

2. Hindari gagal jantung


a. Tanda - menetap 2x jarak 4 jam
i. HR naik 25 x/menit
ii. RR naik 5 x/menit
b. Kurangi volume jadi 100 ml/kg/hari selama 24 jam
c. Kemudian pelan2
i. 24 jam berikut = 115 ml/kg/hari
ii. 48 jam berikut = 130 ml/kg/hari
iii. Selanjutnya tiap kali makan naikkin 10 ml

3. Penilaian kemajuan setelah F100


a. Catat BB tiap pagi sblm makan
b. Hitung kenaikan BB ​tiap 3 hari dalam g/kg/hari
c. Kenaikan
i. <5 g/kg/hari = KURANG → perlu penialian ulang
ii. 5-10 g/kg/hari = SEDANG → periksa target udah
terpenuhi blm, or ada infeksi
iii. >10 g/kg/hari = BAIK

STIMULASI SENSORIK & - Ungkapkan kasih sayang


EMOSIONAL - Lingkungan yg ceria
- Terapi bermain terstruktur selama 15-30 mins/hari
- Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat
- Keterlibatan ibu sesering mungkin = menghibur, makan, mandi,
main

MALNUTRISI BAYI <6 1. Fase stabilisasi


BULAN a. ASI - kalo cukup
b. Sufor
2. Fase rehabilitasi
a. F100 yg diencerkan (tambah air jadi 1500ml)

KONDISI PENYERTA 1. Def. Vit A


a. Bitot spot → gaperlu tetes mata
b. Nanah or radang → kloramfenikol or tetrasiklin 1%
c. Ulkus kornea
i. Kloramfenikol or tetrasiklin 1% 4 gtt 1 selama 7-10
hari ​OR
ii. Atropin 1% 1 gtt 3 selama 3-5 hari
d. Vitamin A
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

2. Anemia berat
a. Indikasi transfusi
i. Hb <4 g/dl
ii. Hb 4-6 g/dl + gangguan pernapasan / gagal
jantung
b. Beri
i. Whole blood 10 ml/kg selama 3 jam
ii. Furosemid 1 mg/kg IV saat transfusi mulai
iii. Kalo ada gagal jantung
1. PRC 10 ml/kg
c. Monitor
i. HR, RR q15 menit selama transfusi
ii. Kalo RR naik 5x/min, HR 25x/min → perlambat
transfusi

3. Lesi kulit Kwashiorkor


a. Gara2 def Zn
b. Tx
i. Suplemen Zn
ii. Kompres luka dengan Kalium permanganat 0.01%
selama 10 menit/hari
iii. Pake salep pada daerah kasar
iv. Hindarin popok-sekali-pakai biar perineum ttp
kering

4. Diare persisten
a. Giardiasis
i. Kalo ada kista/trofozoit dari giardia lamblia →
metronidazole 7.5 mg/kg q8 jam selama 7 hari
b. Intoleransi laktosa
i. F75 udah rendah laktosa
ii. Tatalaksana kalo udah menghambat perbaikan
secara umum
1. Ganti formula dengan yoghurt or sufor
bebas laktosa
2. Pada fase rehabilitasi, kasih balik susunya
bertahap
c. Diare osmotik
i. Kalo diare makin parah pada pemberian F75
ii. Ganti dengan F75 yg bahan dasar serealia
(osmolaritas lebih rendah)
d. Tb
i. Mantoux test, CXR

PEMULANGAN 1. SEMBUH
a. Kalo udah BB/TB >-2 SD / >80% (DOK MEL BLNG >-3SD)

2. EDUKASI
a. Menu dan cara buat makanan kaya energi dan padat gizi,
frekuensi makan yg sering
b. Terapi bermain
c. Lengkapin imunisasi dasar
d. Ikut program Vit A (feb, agustus)
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

3. PEMULANGAN SBLM SEMBUH TOTAL. Perawatan di rumah:


a. Makanan seimbang dengan bahan lokal
b. Kasih makan 5x sehari including snacks di antara waktu
makan
c. Bujuk habiskan makanan
d. Kasih makanan terpisah biar bisa dicek
e. Suplemen mikronutrien, elektrolit
f. Terusin ASI
g. Di timbang tiap minggu. Kalo gagal naik BB dalam 2
minggu/BB turun → balik ke RS

HIPERBILIRUBINEMIA
1. DEFINISI
a. Hiperbilirubinemia = kadar total serum bilirubin​ >​5 mg/dL
b. Ikterus atau jaundice = warna kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa karna penumpukan
UNCONJUGATED BILIRUBIN
2. FISIOLOGI SINGKAT
a. RBC neonatus (<28 hari) umurnya 70-90 hari
b. Breakdown RBC → heme dan globin
c. Heme dioksidasi (oleh enzim heme oksigenase) → biliverdin (larut dalam air) oleh enzim bilirubin
reductase → di degradasi jadi bilirubin unconjugated (TIDAK larut di air)
d. 1 Hb = 34 mg bilirubin
e. hemoglobin di pecah jadi heme dan globin. Globin di pecah jadi amino acid. Heme di pecah jadi iron
dan protoporphyrin → terus di convert jadi unconjugated bilirubin (sifatnya lipid soluble jadi gabisa
ke darah dengan sendirinya) → dibawa sama albumin ke liver → di liver UCB masuk ke hepatocyte
dimana dia di conjugated sama enzim ​uridine glucuronyl transferase (UGT)​ jadi CB (water soluble)
→ CB di sekresi ke bile canaliculi → bile duct dan di kirim ke gallbladder buat disimpen jadi bile
f. proses minum​ → rangsang pengeluaran empedu ke duodenum → di usus bilirubin direk bakal
dipecah jadi stercobilin dan urobilinogen yg bakal dikeluarkan melalui feses dan urin
g. bilirubin direk bakal di dekonjugasi jadi bilirubin indirek → bilirubin indirek ulang lg di bawa ke hati
blabla = SIRKULASI ENTEROHEPATIK
3. ETIOLOGI
a. FISIOLOGIS
Unconjugated bilirubin pada NCB normalnya 6 - 8 mg/dl pada usia 3 hari, lalu nanti turun perlahan.
Pada prematur, bilirubin bisa sampe 10 - 12 mg/dl pada hari ke 5
Setelah usia 1 bulan, bilirubin bakal < 2 mg/dl baik yang NCB maupun prematur.

● Peningkatan produksi bilirubin :


- Masa hidup eritrosit yang singkat
- Peningkatan eritropoesis inefektif
● Peningkatan sirkulasi enterohepatik
● Defek uptake bilirubin oleh hati
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
● Defek konjugasi karena UDPG-T (uridin difosfat glukuronil transferase) yang rendah
● Penurunan ekskresi hepatik
b. PATOLOGIS
i. Kriteria hiperbilirubinemia patologis
1. Dalam 24 jam pertama kelahiran muncul kuning
2. Kuning menetap > 2 minggu
3. Bilirubin naik cepat > 5mg/dl dalam 24 jam
4. Terjadi kenaikan pada bilirubin direct >2 mg/dL
4. ANAMNESIS
a. Riw keluarga → ikterus, anemia, splenektomi, defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD),
penyakit hati
b. Riw saudara → ikterus, anemia, inkompatibilitas ABO, breast milk jaundice
c. Sakit selama kehamilan → virus/toksoplasma
d. Konsumsi obat - obatan sang ibu → sulfonamida, nitrofurantoin, antimalaria
e. Riwayat persalinan traumatik → perdarahan/hemolisis
f. Asfiksia pada bayi baru lahir/ada klem tali pusat yang terlambat
g. Pemberian nutrisi parenteral total
h. Pemberian ASI → breastfeeding jaundice dan breast-milk jaundice
- Breastfeeding jaundice
= ikterus karena kekurangan asupan ASI
= timbul pada hari ke 2-3 waktu produksi ASI belum banyak
= ASI kurang → bowel movement turun → bilirubin tidak bisa dibuang → hiperbilirubinemia
- Breast milk jaundice
= ikterus karena ASI
= bilirubin terus naik → bisa sampe 20 - 30 mg/dl
= ASI stop → bilirubin juga turun
= bayi BB baik, fungsi hati normal, ga ad bukti hemolisis
= bisa berulang pada kehamilan berikutnya
= terhambatnya UDGPA (uridine diphosphoglucuronic acid glucuronyl transferase) oleh hasil
metabolisme progesterone yaitu pregnane-3-alpha 2 -beta-diol yang ada di ASI ibu

5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Cek ikterus → teken kulit dengan jari, cek warnanya, biasa menyebar secara sefalokaudal
b. Usia kehamilan → prematur, kecil masa kehamilan
c. Tanda infeksi intrauterine → mikrosefali, kecil masa kehamilan
d. Perdarahan ekstravaskuler → memar, sefalhematom
e. Pucat → anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati
f. Petekiae → infeksi kongenital, sepsis, eritroblastosis
g. Hepatosplenomegali → hemolitik anemia, infeksi kongenital, penyakit hati
h. Korioretinitis → infeksi kongenital
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Bilirubin serum total (bilirubin direct disarankan bila ikterus menetap >2 minggu)
b. Darah perifer lengkap dan apusan darah tepi → morfologi eritrosit dan curiga hemolisis
c. Golongan darah, rhesus dan coombs test ibu dan bayi → cari penyakit hemolitik
d. Bayi dari ibu rhesus (-) → cek goldar, resus, direct coombs test
e. Enzim G6PD
f. Ikterus berkepanjangan → uji fungsi hati, urin untuk isk, pemeriksaan infeksi kongenital

7. TATALAKSANA
a. Berdasarkan etiologi
- Kalo karena obat → stop
- Breastfeeding jaundice :
= pantau jumlah asi, cukup ga
= pemberian asi minimal 8x sehari
= gausah kasih asupan cairan lain (air gula, air putih, formula)
= pantau kenaikan bb serta frekuensi BAK dan BAB
= kalo bilirubin >15 mg/dl → tambah volume cairan dan stimulasi produksi asi
= cek komponen asi kalo hiperbilirubinemia >6 hari, bilirubin >20 mg/dl
- Breast milk jaundice
= ada 2 teori
= teori 1 dari AAP → asi jangan stop, tetep dikasih
= teori 2 → asi stop dulu biar hati bisa konjugasi bilirubin berlebih. Asi distop 24 jam, ukur
kadar bilirubin tiap 6 jam. Kalo asi udah stop tp bilirubin naik, brarti penyebab bukam karena
asi, jadi boleh kasih asi lg dan cari penyebab lain.
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

- Faktor risiko : hemolitik isoimun, defisiensi G6PD, asfiksia, letargi,


instabilitas suhu, sepsis, asidosis, albumin < 3 g/dl
9. PENCEGAHAN
a. Evaluasi kemungkinan mengalami hiperbilirubinemia berat → cek serum bilirubin atau cari faktor
risiko
b. Ibu hamil wajib cek golongan darah dan resus

DENGUE
1. TEORI
a. Transmisi: aedes aegypti betina (biasa pagi ke sore hari) → transmisi vektor
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
b. Demam dengue → demam akut yang kadang memiliki pola bifasik dan disertai sakit kepala hebat,
mialgia, arthralgia, ruam di kulit, leukopenia dan trombositopenia. Terkadang ditemukan perdarahan
tidak khas (GI bleeding, epistaxis)
c. Demam berdarah dengue → demam tinggi onset akut, mirip dengan dengue di fase awal serta
ditemukan adanya kelainan perdarahan (tourniquet +, petekiae, lebam, GI bleeding). Bisa terjadi syok
hipovolemik akibat kebocoran plasma
d. Warning sign​ → muntah persisten, nyeri abdomen, letargi, gelisah, mudah marah, oliguria
e. Plasma leakage → peningkatan permeabilitas membrane → plasma leakage → rbc concentrated →
hemoconcentration

2. KLINIS
a. Fase febrile 0-3 hari
i. Demam tinggi mendadak (39 - 40 C), kasih obat turun tapi ga sampe normal
ii. Keluhan lain:
1. Nyeri otot
2. Nyeri kepala
3. Nyeri blkng mata
4. Petechie
5. Mual muntah
b. Fase critical 4-6 hari
i. Demam turun
ii. Bisa ada penurunan fungsi organ
iii. Red Flags →
1. CLINICAL WARNING SIGNS: Severe abdominal pain, persistent vomiting, mucosal
bleeding, lethargy;restlessness, liver enlargememt >2cm, Clinical fluid accumulation
(ascites & pleural effusion)
2. LAB WARNING SIGN: leukopenia, penurunan platelet yg cepet, hematokrit naik
***DHF = harus ada tanda plasma leakage (asites, efusi pleura, hemokonsentrasi ​> ​20%)
c. Fase recovery 6-10 hari
i. Isles of white in the sea of red (kulitnya merah tp ada bercak putih)
ii. TTV membaik
iii. HCT stabil
iv. WBC biasa naik
v. Trombosit naik TAPI LAMA

3. KLASIFIKASI
a. Dengue fever
i. Demam 2-7 hari dan
ii. >​2 bawah:
1. Nyeri kepala
2. Nyeri blkng mata
3. Nyeri otot
4. Maculopapular rash
5. Petechie
6. Tourniquet +
b. DHF
i. Demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan sering pula gangguan sirkulasi
serta syok
ii. Perjalanan klinis DBD :
- Kenaikan suhu mendadak serta kemerahan pada wajah dan gejala lain seperti
muntah, sakit kepala, nyeri otot dan sendi.
- Tes tourniquet positif, mudah memar, epistaksis, perdarahan gusi
- Ditemukan juga hepatomegaly dan kadang efusi pleura sisi kanan
- Fase kritis → kebocoran plasma
iii. Trombositopenia <100,000
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
iv.Tanda2 plasma leakage:
1. Hematokrit naik >20% (RBC x 3)
a. (HCT pertama - HCT terakhir) / HCT terendah x 100
2. Hematokrit (konsentrasi RBC dalam plasma) turun kalo dikasih cairan
c. SHOCK → DHF 3 & 4
i. Tanda2
1. Takikardia
2. Eks dingin
3. Nadi lemah
4. Hipotensi sesuai usia
a. <5 tahun → SBP <80 mmHg
b. deawasa

Kebocoran plasma: efusi pleura, ascites


Perdarahan spontan: melena, gusi berdarah, hematemesis, epistaxis

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. General
i. GCS
ii. Keadaan umum
b. TTV
i. Tekanan darah → Normal apa gak? Pulse pressure ​<​20mmHg (curiga shock)
ii. Laju napas
iii. Nadi → Berapa dan kuat angkat ga
iv. SpO2
v. CRT >2s (kalo udara dingin bisa naik pd anak)

5. PENUNJANG
a. Temuan lab pada demam dengue :
- Leukosit normal awal demam, lalu mulai leukopenia pada periode demam
- Trombositopenia ringan (100,000 - 150,000)
- Peningkatan hematokrit (​+​ 10%)
- Enzim hati dan SGOT dapat meningkat
b. Temuan lab pada DBD :
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- WBC normal pada fase demam awal. Setelah itu, ada penurunan WBC menjelang fase akhir
demam. Perubahan wbc <5000 dan neutrofil < limfosit adalah tanda kebocoran plasma
- Penurunan trombosit tiba tiba di bawah 100,000 pada fase akhir demam
- Hematokrit normal pada fase awal. Biasa hematokrit akan meningkat bersamaan dengan
trombosit yang menurun. Hemokonsentrasi (>20%)
- hipoproteinemia/albuminemia
- Penurunan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII dan antitrombin III

c. Uji diagnostik dengue

- Antibodi IgM → Terdeteksi pada hari 3 - 5 setelah mulai sakit, naik sekitar dua minggu dan
menurun hingga tidak terdeteksi setelah 2 - 3 bulan
- Antibodi IgG → Kadar rendah hingga akhir minggu pertama lalu meningkat secara tetap
bertahap dan bertahan hingga bertahun - tahun
- Infeksi dengue sekunder → IgG terdeteksi tinggi di fase awal dan bertahan beberapa bulan
sampai seumur hidup. IgM lebih rendah pada fase sekunder
- Antigen NS1 → hari pertama gejala penyakit dan menghilang di hari 5 -6

6. DIAGNOSIS
a. Diagnosis Kerja
b. Diagnosis Banding

7. TATALAKSANA
Terapi A → dengue fever
Terapi B → DHF 1 dan 2
Terapi C → DHF 3 dan 4

TERAPI A
a. Tirah baring
b. Minum cukup air
c. Paracetamol 10-15 mg/kg/kali 3-4x
d. Rawat jalan ajaaa
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
TERAPI B

asering = metabolize di otot, turunin workload hepar


STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
TERAPI C

Jaga2 pulmonary edema → ronchi

8. KRITERIA DISCHARGE
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

9. EDUKASI → 3M
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

FEVER & RASH


MORBILI / MEASLES / CAMPAK / RUBEOLA ​→ DEMAM DULU BARU MUNCUL RASH
1. DEFINISI
a. Infeksi morbilivirus
b. Transmis: droplet
c. Masa tunas : 10 - 12 hari

2. MANIFESTASI KLINIS
a. Muncul gejala 3-4 hari setelah infeksi

b. Fase Prodormal
i. Demam tinggi
ii. 3C: coryza, cough, conjungtivitis
iii. Koplik spot 2-3 hari baru muncul rash, rash nya muncul pada saat demamnya tinggi

c. Fase Erupsi → rash muncul saat peak demam


i. Rash: merah, makulopapular, tdk gatal
ii. Leher → blkng telinga → muka → dada → perut → punggung muka → seluruh tubuh dalam 3
hari
iii. Hilang di hari 7-10
d. Fase Konvalesens
i. Ruam hiperpigmentasi → deskuamasi

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. TTV: demam
b. PF generalis
i. Mata: konjungtivitis
ii. Hidung: sekret hidung
iii. Tenggorok: koplik spot
iv. Kulit: ruam makulopapular

4. PENUNJANG
a. CBC: leukopenia
b. IgM
c. PCR

5. TATALAKSANA
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
a. Isolasi 7-10 hari karena menular
b. Paracetamol 10-15 mg/kg/kali 3-4 kali
c. Vitamin A → untuk cegah komplikasi
d. Vaksin MMR
e.
6. EDUKASI
a. Isolasi karna highly infectious → pencegahan penularan lewat droplet
b. Cairan dan nutrisi
7. KOMPLIKASI
a. Pneumonia
b. Otitis media
c. Diare

RUBELLA / CAMPAK GERMAN ​→ TIDAK KHAS ANTARA MUNCUL DEMAM DAN RASH NYA
1. DEFINISI
a. Rubivirus
b. Transmisi: droplet
c. Gejala muncull 7 hari setelah infeksi
d. Patof = infeksi → respiratory epithelium → lymph nodes → viremia

2. MANIFESTASI KLINIS
a. Pembesaran KGB → limfadenopati belakang telinga dan okspital disertai rasa nyeri
b. Demam ringan 1-4 hari sblm rash
c. Rash makulopapular
i. Muka → seluruh tubuh → penuh dalam 24-48 jam (penyebaran rash lebih cepat daripada
campak)
d. Forchheimer spot = bintik merah di soft palate

e. Congenital Rubella Syndrome → Small for gestational age, BBLR, Mikrosefali, Sensorineural hearing
loss, bilateral cataracts, CHD

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Demam
b. PF generalis
i. Tenggorok: forccheimer spot
ii. Kulit: rash makulopapular
iii. KGB: besar di preauricular, occipitalis
4. PENUNJANG
a. Nasopharyngeal swab → PCR/Culture → IgM spesifik rubella
5. TATALAKSANA
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
a. Suportif

ROSEOLA INFANTUM (< 2 tahun) / EXANTHEMA SUBITUM (>2 tahun) ​→ RASH MUNCUL SETELAH DEMAM
TURUN
1. DEFINISI
a. Human herpesvirus 6 & 7
b. Transmisi: droplet
2. MANIFESTASI KLINIS
a. Demam tinggi 3-4 hari + rewel
b. Rash muncul → demam turun
i. Makulopapular
ii. Dada → muka → ekstremitas
iii. Hilang dalam 2 hari

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Demam
b. Rash

4. PENUNJANG

5. TATALAKSANA
a. Paracetamol 10-15 mg/kg/kali q6 jam
b. Terapi supportif
6. KOMPLIKASI
a. Kejang demam

SCARLET FEVER
1. DEFINISI
a. Etiologi: group A streptococcus, streptococcus pyogenes
b. Transmisi: droplet, direct contact

2. MANIFESTASI KLINIS
a. Usia 5-15 thn

b. Fase prodormal
i. Demam
ii. Nyeri kepala, nyeri otot
iii. Tonsilopharyngitis: nyeri tenggorokan, strawberry tongue, pembesara nKGB servikal
iv. Pipi merah
v. Pastia lines (garis merah di lipetan)

c. Fase eruption
i. Muncul 12-48 jam setelah onset demam
ii. Rash
1. Sandpaper
2. Lokasi: lipetan → axilla, groin, siku, lutut
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
3. Selama 7 hari
4. Deskuamasi selama 7-10 hari

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Demam
b. Wajah: pipi hiperemis → sirkumolar pallor

c. THT: pembesaran tonsil (>T1), tonsil hiperemis, pharyn hiperemis


d. Mulut: pucat
e. KGB: pembesaran kgb servikalis

4. PENUNJANG
a. CBC: leukositosis, neutrophil segment meningkat
b. Sekret, kultur swab tenggorok
c. ASTO (+)

5. TATALAKSANA
a. <27kg → penicilin 250mg 2-3 kali sehari
b. >27 kg → penicilin 500mg 2-3 kali sehari

KAWASAKI DISEASE
Kalo demam 1 minggu ga turun2 → pikirkan kawasaki (ga respons thdp AB, kultur -)
1. ETIOLOGI
a. Infeksi tht, demam, genetik
b. Etiologi → faktor genetik, riwayat infeksi → autoimmune, banyaknya pada anak <5 tahun, faktor
lingkungan (logam berat dan polusi)
c. Patofnya : nempel di pembuluh darah sedang → kerusakan pembuluh darah → melar jadi aneurisma
atau menyempit jadi fibrosis

2. KLASIFIKASI
a. Complete → semua gejala keliatan, diagnosis berdasarkan klinis aja
b. Incomplete → 2-3 gejala doang, perlu pemeriksaan penunjang

3. KRITERIA DIAGNOSIS
a. Demam tinggi remiten (>39 C), tidak respon terhadap antipiretik, ​>​5 hari +
b. 4 dari 5 gejala dibawah:
i. Kelainan mukosa
1. Conjunctivitis tanpa sekret
2. Strawberry tongue
3. Mukosa oral hiperemis
4. Bibir merah sobek berdarah
ii. Ruam polymorphic: maculopapular → urticaria
1. Mulai di trunk
iii. Eritema dan edema tandan kaki (termasuk telapak)
iv. Cervical lymphadenopathy
v. Deskuamasi ujung jari dan kaki setelah 2-3 minggu

4. FASE
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
a. Akut <10 hari
i. High ESR, CRP, SGOT, SGPT
ii. Low albumin, Hb
iii. Leukositosis shift to the left
iv. Pyuria +

b. Subakut 10-25 hari


i. High platelet
ii. Kulit jari kaki deskuamasi

c. Konvalesen >25 hari


i. Beau lines di kuku tangan kaki

5. ANAM
a. Demam >5 hari dikasih antipiretik ga turun, antibiotik ga turun
i. Demam tinggi konstan
b. Riw infeksi, penyakit autoimmune, alergi
c. Riw keluarga dengan autoimun, penyakit kawasaki
d. Lingkungan: tinggal di area dekat pabrik logam, polusi udara

6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Demam remitten tinggi, lebih dari 5 hari
b. Injeksi konjungtiva bilateral
c. Lidah stroberi, faring hiperemis, bibir merah dan pecah
d. Eritema telapak tangan dan kaki serta edema, pengelupasan kulit jari tangan
e. Eksantema polimorfik
f. Limfadenopati servikal unilateral (diameter >1.5 cm)

7. PENUNJANG
a. Lab
i. Leukocytosis >15,000
ii. Anemia
iii. Thrombocytosis
iv. High CRP ESR
v. High SGOT SGPT
vi. Hiperbilirubin
vii. Low albumin, Na → kasus berat
b. X-Ray thorax
i. Cardiomegaly kalo myocarditis
ii. Kelainan arteri koroner
iii. Regurgitasi katup
c. EKG
d. Echocardiography

8. TATALAKSANA
a. FASE AKUT​ (harus mulai dalam 10 hari setelah onset)
i. Tirah baring
ii. Aspirin
1. Fase akut: 30-50mg/kgBB/hari atau 80-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
2. Fase akut lewat: 3-5mg/kgBB/hari
3. CATATAN: ​Dosis tinggi aspirin itu untuk anti-inflamasi, dosis rendah untuk anti
platelet/anti trombotik. Pake aspirin dosis 30-50mg/kgbb/hari itu buat menghindari
terjadinya reye’s syndrome
iii. IVIG 2g/kgBB dalam 12 jam
1. Kalo ga respons aspirin &IVIG → konsider steroid
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

iv.
Kawasaki recrudescence → kalo dikasih IVIG 12 jam → tapi demam ga turun selama >36
jam
1. Tx: tambahkan IVIG + steroid
b. INCOMPLETE KAWASAKI

9. DIAGNOSIS BANDING

VARICELLA
1. DEFINISI
a. Varicella zoster virus
b. Transmisi: aerosol, direct contact (benda terkontaminasi oleh cairan vesikel)
c. Masa inkubasi 2 minggu

2. MANIFESTASI KLINIS
a. Fase prodromal 1-2 hari
i. Demam, lemes, sakit kepala, anoreksia
b. Fase erupsi
i. Selama 6 hari
ii. Banyak macem: makul, papul, vesikel, krusta, (dari wajah → dada → seluruh tubuh)
iii. Gatel bangettttttt

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Efluoresensi kulit

4. PENUNJANG
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
a. Tzank smear
b. PCR
c. Serology

5. TATALAKSANA
a. Indikasi kasih asiklovir itu 48-72 jam pertama
i. Anak yang immunokompromise
ii. Anak usia ​>​13 tahun
b. Asiklovir PO
i. >2 tahun → 20 mg/kg/kali 4dd1 selama 5 hari
ii. >40kg → 800 mg/kali 4dd1 selama 5 hari

c. Gatal
i. Lotion calamine
ii. Kompresi dingin
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

TETANUS
1. PENDAHULUAN
a. Port d’entre tetanus pada anak lebih bervariasi daripada tetanus pada orang dewasa
i. OMSK
ii. Luka tertusuk paku/duri
iii. Gigi berlubang/karies
iv. Tali pusat pada bayi baru lahir yang saat dipotong tidak higienis atau steril
b. Dipengaruhi kekebalan tubuh, dari kekbalan maternal itu tidak berlangsung lama.
2. ANAMNESIS
a. Riw persalinan
i. Tdk higenis
ii. Tenaga non-medis yg tdk terlatih
iii. Perawatan tali pusat tdk higenis
iv. Pemberian zat pada tali pusat
v. Status imunitas ibu → vaksin TT atau tetanus pada saat sebelum hamil atau saat
hamil
b. Gejala
i. Kaku
ii. Malas minum

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Spasme otot berulang
b. Mulut mencucu seperti mulut ikan
c. Trismus = mulut sulit dibuka
d. Perut teraba keras / perut papan
e. Opistotonus = ada sela antara punggung bayi dengan alas saat tiduran
f. Tali pusat kotor bau
g. Anggota gerak spastik
4. PENUNJANG
a. Untuk bedain dengan sepsis neonatal or meningitis
i. LP
ii. Darah rutin, preparat darah hapus/kultur

5. TATALAKSANA
a. Prinsip tatalaksana tetanus anak →
i. Menghentikan kejang atau spasme serta meminimalisir efek toksin dengan
memberikan anti spasme yaitu diazepam 0,1-0,3 mg/kg/kali IV tiap 2-4 jam dan jika
dalam keadaan berat diberikan drip 20mg/kg/hari (di ICU)
ii. Menetralisasi toksin tetanospasmin yang masih beredar dan belum berikatan dengan
neuron, dengan memberikan ​Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG) 3000-6000 IU
IM atau ​Anti Tetanus Serum​ (ATS) 50.000-100.000 IU
1. Mengeradikasikan kuman C. tetani dengan memberikan antibiotik
metronidazole IV/oral loading dose 15mg/kgBB dilanjutkan dengan dosis
30mg/kgBB/hari diberikan setiap 6 jam selama 7-10 hari, atau penisilin
prokain 50.000IU/kg/kali IM, tiap 12 jam selama 7-10 hari
2. Perawatan luka atau port d’entre → perawatan luka, pembersihan jaringan
nekrotik dan benda asing dibuang
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
iii. Tatalaksana suportif lainnya, seperti pembebasan jalan napas, pemberian oksigen
pemberian nutrisi dan cairan yang cukup, mengoreksi gangguan elektrolit dan
lain-lain
b. Non-medikamentosa
i. Rawat di ruang, tenang, gelap → untuk kurangin rangsangan yg tdk perlu
ii. Pasang pipa lambung kalo blm, kasih ASI perah diantara episode spasme = mulai
dengan jlh ½ kebutuhan per hari, naikkan perlahan sampe mencapai kebutuhan
penuh dalam 2 hari
c. Tatalaksana awal
i. Tatalaksana kejang seperti pemberian diazepam rectal (algoritma kejang akut) jika
pasien datang dengan kejang
ii. Pasang IV cairan
iii. O2 → kalo ada henti napas or sianosis sentral
d. Tetanus
i. Diazepam 0,1-0,2 mg/kg/kali setiap 3-4 jam
1. Setelah 5-7 hari → turunin secara bertahap 5-10 mg/hari via orogastrik
ii. HTIG (human tetanus immunoglobulin) 3000-6000 IU IM
iii. ATT (anti toksin tetanus) 5000 U IM
1. Sblm kasih test kulit dulu dengan Tetanus Toxoid 0.5 ml IM
iv. ATS 50,000-100,000 IU (50% IM, 50% IV)
v. Metronidazole 30 mg/kg/hari q6 jam selama 7-10 hari
e. Konsul Sp.KFR untuk fisioterapi → soalnya bisa ada kaku/spastic yg menetap

f. Tatalaksana ibu
i. Tetanus toxoid 0,5 ml → balik lagi 1 bulan untuk dose ke-2

6. PEMANTAUAN
a. Tumbuh kembang - asupan gizi seimbang, stimulasi mental

7. KAPAN PULANG
a. Kalo 2 hari bebas spasme, bayi bisa minum baik
8. PREVENSI
a. Potong tali pusat dengan alat steril, jangan nambahin zat2 yg tdk dperlukan ke tali pusat
b. Infeksi tali pusat → antibiotik
c. Vaksin TT dapat diberikan pada anak yang telah terkena penyakit tetanus dengan status
vaksinasi yang tidak lengkap atau tidak divaksin sama sekali, tetapi harus emmperhatikan
jarak antara waktu sembuh dan pemberian vaksin agar kekebalan tubuhnya dapat terbentuk
secara maksimal

DIFTERI
1. DEFINISI
a. Infeksi akut yang sangat menular oleh bakteri gram positif Corynebacterium diphtheriae
b. Transmisi: droplet (batuk, bersin, bicara) dari pasien terinfeksi difteri atau karier
c. Vehicles of transmission lainnya = muntahan / debu
2. MANIFESTASI KLINIS
a. Masa inkubasi = 2 - 6 hari
b. Tanda khas = lapisan pseudomembran pada kulit dan/atau mukosa
c. Tergantung lokasi difteri
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
i. Difteri hidung
1. Common cold → pilek ringan + sistemik ringan
2. Demam gak lebih dari 38,9 C
3. Membran putih pada septum nasi
4. Sekret hidung mukopurulen
ii. Difteri tonsil faring
1. Anoreksia
2. Malaise
3. Demam ringan
4. Nyeri menelan
5. 1-2 hari → muncul membran yg melekat berwarna putih-kelabu yg bisa nutupin tonsil
dan dinding faring → meluas ke uvula dan palatum molle ATAU ke bawah ke laring
dan trakea
6. Limfadenitis servikal dan submandibular → bisa muncul ​bullneck (kalo limfadenitis +
edema jaringan lunak leher muncul barengan)
7. Derajat penetrasi toksin dan luas membran
a. Ringan : membran bakal lepas 7-10 hari + penyembuhan sempurna
b. Sedang : penyembuhan slowww + bisa ada penyulit miokarditis atau neuritis
c. Berat : gagal nafas atau sirkulasi + paralisis palatum molle uni maupun
bilateral + susah menelan dan regurgitas
iii. Difteri laring
1. Nafas berbunyi
2. Stridor progresif
3. Suara parau / serak
4. Batuk kering
5. Obstruksi laring yang berat → retraksi suprasternal, interkostal, dan supraklavikular
iv. Difteri kulit, vulvovaginal, konjungtiva, dan telinga
1. Kulit : ulkus/borok, tepi jelas, ada membran di dasarnya → bisa stays menahun
2. Mata : lesi di konjungtiva (kemerahan, edema) + kebentuk membran di konjungtiva
palpebra
3. Telinga : otitis eksterna dengan sekret purulen dan berbau
3. DIAGNOSIS
a. Klinis
b. Biakan hapusan tenggorok untuk cari C. diphtheriae dengan media Loeffler
c. Tes toksinogenisitas
4. IMUNISASI
a. DPT
b. Imunitas thdp difteri bisa diukur pake uji Schick dan uji Moloney
i. Uji Schick = cek suseptibilitas / kerentanan orang thdp difteri
1. Suntikin toksin difteri yang dilemahin secara intrakutan
2. Positif = toksin bakal timbulin nekrosis jaringan
ii. Uji Moloney = tentuin sensitivitas thdp produk bakteri dari basil difteri
1. Suntikin 0,1 ml larutan toksoid difteri secara intradermal
2. Positif = dalam 24 jam timbul eritema >10 mm → artinya orang punya pengalaman
dengan basil difteri sebelomnya jadi ada reaksi hipersensitivitas
5. PENGOBATAN
a. Tujuan = inaktivasi toksin yg belum terikat ASAP + cegah, usahakan biar penyulit yg terjadi minimal,
cegah penularan
b. ISOLASI sampe lewat masa akut + sampe biakan hapusan tenggorok negatif 2 kali berturut-turut (2-3
minggu)
c. Tirah baring 2-3 minggu
d. Pemberian cairan dan diet yg adekuat
e. Difteri laring → dijaga biar nafas tetep bebas + jaga kelembaban udara pake humidifier
f. ANTITOKSIN (ANTI DIPHTHERIA SERUM / ADS)
i. Setelah diagnosis difteri ditegakkan LANGSUNG KASIH
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

ii. Sebelum kasih → uji kulit + mata dulu → karna bisa terjadi reaksi anafilaktik jadi harus
prepare larutan adrenalin 1:1000 di semprit
1. Uji kulit: suntikin 0,1 ml ADS dalam NaCl 0,9% 1:1000 intrakutan
a. Positif = dalam 20 menit ada indurasi >10 mm
2. Uji mata: tetesin 1 tetes larutan serum 1:10 dalam NaCl terus mata satunya tetesin
NaCl doang
a. Positif = dalam 20 menit ada gejala hiperemis di konjungtiva bulbi dan
lakrimasi
3. Kalo uji kulit/mata positif → ADS harus di desensitisasi
4. Kalo negatif → ADS harus dikasih IV
a. Dosis based on berat penyakit dan lama sakit → kisaran 20.000 - 120.000 KI
b. ADS IV dalam larutan NaCl atau 100 ml dextrose 5% dalam 1-2 jam
g. ANTIBIOTIK
i. Penisilin prokain 50.000 - 100.000 IU/kgBB/hari selama 10 hari → kalo ada riw.
Hipersensitivitas penisilin kasih = eritromisin 40 mg/kgBB/hari
h. KORTIKOSTEROID
i. Prednison 2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu abis itu tappering off
6. PENGOBATAN KARIER
a. Karier = gada keluhan, punya uji Schick negatif tapi mengandung basil difteri dalam nasofaring
b. Penisilin 100 mg/kgBB/hari oral/suntikan ATAU eritromisin 40 mg/kgBB/hari selama 1 minggu
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

ASMA
1. DEFINISI
a. Menurut Global Initiative Asthma (GINA) = suatu penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan
inflamasi kronik saluran respiratori. Inflamasi kronik ditandai dengan riwayat gejala pada saluran
respiratori seperti wheezing, sesak napas dan batuk yang bervariasi dalam waktu maupun intensitas
disertai dengan limitasi aliran udara ekspiratori.
b. Menurut International Consensus on Pediatric Asthma = gangguan inflamasi kronik yang
berhubungan dengan obstruksi saluran respiratori dan hiperresponsif bronkus yang secara klinis
ditandai dengan adanya wheezing, batuk dan sesak napas berulang
c. UKK respirologi IDAI = penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi kronik yang
mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat bervariasi

2. KARAKTERISTIK
a. Episodik / berulang
b. Timbul kalo ada faktor pencetus
i. Iritan: asap rokok, dingin, udara kering
ii. Alergen: debu, rontokan hewan
iii. Infeksi respi, rinofaringitis
iv. Aktivitas fisik: lari, teriak, nangis, ketawa
c. Riwayat alergi pada pasien atau keluarga
d. Variabilitas → intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu bahkan dalam 24 jam. Gejala lebih
berat pada malam hari
e. Reversibilitas → gejala dapat membaik secara spontan atau dengan pemberian obat perada asma

3. ANAMNESIS
a. Wheezing/suara mengi saat bernafas → kalo lagi serangan ajaaa
b. Batuk berulang
c. Sesak
d. Rasa dada tertekan
e. Produksi sputum
f. Sering kebangun di malam hari gak karna sesak
g. Kalo lg serangan
i. masih bisa posisi tiduran atau harus duduk → sampe harus d topang ga badannya
ii. Bisa ngomong dalam kalimat / hanya kata
h. Riwayat alergi → atopi khususnya pas kecil

i. Riw keluarga dengan alergi/atopi

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Dalam keadaan stabil → tanpa gejala
b. Sedang bergejala → batuk, sesak, wheezing (audible atau dgn stetoskop)
c. Gejala alergi lain → dermatitis atopi / rinitis alergi
d. Tanda alergi → allergic shiners, geographic tongue

5. KLASIFIKASI
a. Derajat asma
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
i. Intermittent : <6 x/tahun OR ​>​6 minggu
ii. Persisten ringan : >1 x/bulan, <1 x/minggu
iii. Persisten sedang : asma >1 x/minggu, ga setiap hari
iv. Persisten berat : hampir tiap hari

b. Derajat serangan

c. Derajat kendali
i. Asma terkendali penuh
1. Tanpa obat pengendali: pada asma intermiten
2. Dengan obat pengendali: pada asma persisten
ii. Asma terkendali sebagian
iii. Asma tdk terkendali

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Uji fungsi paru dengan spirometri dan uji reversibilitas untuk menilai variabilitas. Kalo terbatas bisa
dilakukan peak flow meter
b. Skin prick test, eosinofil total darah, pemeriksaan IgE spesifik
c. Uji inflamasi saluran respiratori : FeNO (fractional exhaled nitric oxide), eosinofil sputum
d. Uji provokasi bronkus : exercise, metakolin atau larutan salin hipertonik
e. Mencari kemungkinan DD : tuberkulin, foto sinus, x ray thorax, endoskopi respiratori
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

7. TATALAKSANA DI RUMAH
a. Nebulizer
i. 1x dulu → ga membaik dalam 30 menit → kasih 1x lagi
ii. Kalo 2x ga membaik → ke RS
b. MDI + Spacer
i. Diberikan 2-4 semprot
ii. 4 semprot ga membaik → ke RS

8. TATALAKSANA SAAT TDK SERANGAN


a. Jenjang 1 = Intermiten
Pengendali : (-)
Pereda : SABA

b. Jenjang 2 = Persisten ringan


Pengendali : ICS dosis rendah
Pereda : SABA

c. Jenjang 3 = Persisten sedang


Pengendali : ICS dosis rendah + LABA
Pereda : SABA

d. Jenjang 4 = Persisten berat


Pengendali : ICS dosis menengah + LABA
Pereda : SABA

ICS Dosis rendah → 100-200 mcg


ICS Dosis menengah → 250 mcg
LABA → 50 mcg
→ 1/2 bulan (step up)
→ 2/3 bulan (step down)
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

9. TATALAKSANA SAAT SERANGAN

Kortikosteroid sistemik:
- Prednisone 1-2 mg/kg/hari (max 40mg) PO 3-5 hari (sediaan 5mg)
● Serangan dikasih saba dosis tinggi beda dengan dosis biasa controller → 1000 mcg
● 2 x tatalaksana gak ngaruh pd asma ringan → tata laksana jd asma berat
● Cara sebutin diagnosis → asma serangan berat intermittent / asma serangan berat ringan-sedang

10. ASMA PADA ANAK BALITA


a. Anak dibawah 5 tahun
b. Kekerapan dan lamanya wheezing, riw alergi pd keluarga
c. Diagnosis →
i. Pola gejala (wheezing, batuk, sesak napas, terbangun malam karna asma)
ii. Adanya faktor risiko yang dapat berkembang jadi asthma → ALLERGIC MARCH
iii. Respon terhadap terapi pengendali
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

11. KRITERIA RAWAT ICU


a. Ga respons sama sekali thdp tatalaksana awal di IGD atau perburukan asma yg cepat
b. Kebingungan, disorientasi, tanda lain ancaman henti napas, penkes
c. Gaada perbaikan dengan tx di ruang rawat inap
d. Ancaman henti napas: hipoksemia tetep terjadi meskipun udah diberi oksigen
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

TUBERCULOSIS ANAK
1. FAKTOR RISIKO
a. Infeksi TB → Anak dengan kontak orang dewasa tb aktif (kontak tb positif), daerah endemis,
lingkungan tempat tinggal tidak sehat dan tempat penampungan umum
b. Sakit TB → ​<​5 tahun mempunyai risiko lebih besar, tb diseminata (milier dan meningitis tb),
infeksi baru ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin dari negatif ke positif dalam 1
tahun terakhir, imunokompromise (hiv, keganasan, transplantasi organ, dm dan gagal ginjal
kronis.

2. PATOF

a. Inkubasi 2-12 hari → baru kena kompleks primer → tuberculin +

3. GEJALA TUBERKULOSIS PADA ANAK


Paling umum ditemukan ​batuk persisten, bb turun atau gagal tumbuh, demam lama serta lesu.
Khas TB → menetap ​lebih dari 2 minggu​ walaupun sudah terapi adekuat
a. Gejala sistemik/umum
- BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya, atau terjadi FTT meskipun
sudah diberikan upaya perbaikan gizi dalam waktu 1 - 2 bulan
- Demam lama (​> 2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab jelas. Demam ga gt
tinggi.
- Batuk lama (​> 2 minggu), batuk non remitting (ga pernah reda atau intensitas makin
lama makin parah). Batuk ga membaik dengan antibiotik atau obat asma
- Lesu atau malaise
b. Gejala spesifik terkait organ
- Tuberkulosis kelenjar
= biasa daerah leher
= pembesaran KGB tidak nyeri, konsistensi kenyal, multipel dan melekat (konfluens)
= ukuran besar (> 2 x 2 cm)
= ga respon dengan antibiotik
= terbentuk rongga dan discharge
- Tuberkulosis SSP
= meningitis TB
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
= tuberkuloma otak

- Tuberkulosis skeletal
= spondilits (ada gibbus)
= koksitis → pincang, gangguan berjalan, atau tanda peradangan di daerah panggul
= gonitis → pincang, bengkak pada lutut

4. PEMERIKSAAN UNTUK DIAGNOSIS TB ANAK


a. Pemeriksaan Bakteriologis
- Pemeriksaan BTA sputum
= dilakukan minimal 2x (sewaktu dan pagi hari)
- Tes Cepat Molekuler (TCM) TB / Gene Expert
= untuk deteksi kuman mycobacterium tuberculosis
= nilai diagnostik lebih baik daripada pemeriksaan mikroskopis sputum
= negatif ga menyingkirkan diagnosis TB
b. Pemeriksaan biakan
- Dari sputum, CSF, cairan pleura
c. Uji Tuberculin
- Dengan cara mantoux test 0,1 cc tuberculin PPD secara intrakutan
- Diperiksa 2 kali, 48 jam dan 72 jam dilaporkan indurasi
- <5 mm → Negatif
- >​5-9 mm → Ulangi pemeriksaan 2 minggu kemudian
- >​10 mm → Positif (Berdasarkan guideline yang baru semua cut off nya itu
pake yang 10mm, terlepas dari dia ​<​5 tahun dan telah di BCG sebelumnya)
d. Foto toraks
- Tidak khas kecuali TB milier
- Pembesaran kelenjar hilus dengan/tanpa infiltrat
- Konsolidasi segmental/lobar
- Efusi pleura
- Milier
- Atelektasis
- Kavitas
- Kalsifikasi dengan infiltrat
- Tuberkuloma
e. Pemeriksaan PA
- Gambaran granuloma dengan nekrosis perkijuan
- Sel datia langhans

5. ALUR DIAGNOSIS TB ANAK


a. Penegakan diagnosis didasarkan 4 hal yaitu :
- Konfirmasi bakteriologis TB
- Gejala klinis yang khas TB
- Ada bukti infeksi TB
- Foto toraks sugestif TB
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

6. KLASIFIKASI
a. TB anak konfirmasi bakteriologis
b. TB anak diagnosis klinis
c. Berdasarkan lokasi :
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- TB paru
- TB ekstra paru
d. Berdasarkan riwayat pengobatan :
- Pasien baru TB
= belum pernah TB ATAU
= sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan
- Pernah diobati TB
= pernah menelan OAT selama 1 bulan, nanti dibagi lagi
● Pasien kambuh
= pernah sembuh/pengobatan lengkap, tapi didiagnosis TB (bakteriologis/klinis)
● Gagal berobat
= diobati namun gagal
● Putus berobat
= diobati namun lost to follow up

7. TATALAKSANA TB ANAK
- Terdiri dari pengobatan (diberikan pada anak dengan sakit TB) dan profilaksis (anak sehat yang
berkontak dengan pasien TB)
1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

2. Profilaksis TB dan untuk tb laten


a. INH 5 - 10 mg selama 6 bulan
3. Kombinasi dosis tetap atau fixed dose combination
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

4. Kortikosteroid
- Kondisi ekstra paru
- Prednisone 2 - 4 mg/kg/hari dengan dosis maksimal 60 mg/hari selama 4 minggu.
Tapering off bertahap setelah 2 minggu pemberian kecuali TB meningitis 4 minggu
sebelum tapering off

5. Pemantauan dan hasil evaluasi TB anak


- Dipastikan minum tiap hari dengan PMO (pengawas menelan obat)
- Respon baik → klinis membaik, nafsu makan meningkat, BB meningkat
- TB anak dengan BTA (+) → pemeriksaan dahak ulang pada akhir bulan 2,5,6
- Foto toraks hanya evaluasi pada TB milier dan efusi pleura
- OAT stop → setelah pengobatan lengkap dan evaluasi klinis dan penunjang baik
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

BRONKIOLITIS
1. DEFINISI
a. Infeksi respiratori akut bawah → ditandai ada inflamasi di bronkiolus
b. EPISODE PERTAMA WHEEZING PADA ANAK USIA <2 TAHUN
c. Paling sering terjadi di bayi → usia 2 - 24 bulan (PUNCAK DI 2 - 8 BULAN)
d. Etiologi:
i. PALING SERING: RSV (95%)
ii. Others: adenovirus, influenza virus, parainfluenza, rhinovirus, mycoplasma
e. Faktor risiko
i. Lahir prematur

2. PATOF SINGKAT
a. Infeksi virus pada epitel silia bronkiolus → respon inflamasi akut → edema, sekresi mukus,
timbunan debris seluler / sel mati → infiltrasi limfosit peribronkial → hambatan aliran udara
pernapasan → air trapping / hiperinflasi

3. ANAMNESIS
a. Gejala awal → infeksi virus: pilek ringan, batuk, demam
b. 1-2 hari kemudian → batuk + sesak napas
c. Selanjutnya → mengi, sianosis, merintih, napas berbunyi, muntah setelah batuk, rewel,
penurunan nafsu makan

4. PF
a. TTV: takipnea, takikardia, suhu >38,5
b. Kepala
i. Konjungtivitis ringan
ii. Pernapasan cuping hidung
iii. Faringitis
c. Paru
i. High-pitched expiratory wheezing
ii. Inspiratory crackles
iii. Retraksi sela iga
d. Ekstremitas
i. Sianosis

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah rutin → KURANG BERMAKNA
b. AGD → kalo sakit berat doang
c. Foto rontgen
i. Gambaran hiperinflasi → air trapping, flat diafragma, ribs melebar, costa tinggi,
hiperlusen
ii. Infiltrat (patchy infiltrate)
d. RSV → kultur virus, ELISA atau PCR
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
6. INDIKASI
a. Rawat inap
i. Gabisa per oral
ii. Premature, usia <3 bulan
iii. RR >70-80 x/menit
iv. Hipoksemia, apnea
v. Distres napas sedang-berat (takipnea, sianosis, dehidrasi)
vi. SpO2 <95% setelah beri oksigen 1-2 lpm
b. Rawat jalan
i. Klinis stabil
ii. Bisa per oral dengan adekuat
iii. SpO2 >92% dengan udara ruangan selama 4 jam
c. Rawat intensif
i. SpO2 <92% setelah beri oksigen
ii. Perbukuran distres napas
iii. Apnea berulang
iv. Asidosis
v. Sianosis berat

7. TATALAKSANA
a. Bayi dihindarkan dari asap rokok
b. Suportif (YANG PENTING INI)
i. Oksigen → kalo SpO2 <90%
ii. Cairan IV
c. Bronkodilator
i. B2 agonist atau epinefrin → masih kontroversial
d. Kortikosteroid
i. Prednison, metilprednisolone, hidrokortison, dexamethasone
e. Kalo terbukti RSV → bisa kasih ribavirin (tapi kontroversial jg sih)

PERTUSSIS
1. DEFINISI
a. Infeksi ec gram negatif BORDETELLA PERTUSSIS → bikin batuk hebat yg khas
b. Transmisi: droplet
c. Faktor risiko
i. Belom di imunisasi DPT / imunisasi gak lengkap
2. STADIUM
a. Masa inkubasi: 9 - 10 hari
b. Stadium kataral: 2 - 7 hari
c. Stadium paroksismal: 1 - 2 minggu → bisa sampe 8 minggu
i. Disini muncul BATUK PERTUSIS (esp. Anak usia 6 bulan - 5 tahun
d. Stadium konvalesens
** stadium kataral → konvalesens = bisa berlangsung berbulan-bulan

3. ANAMNESIS DAN PF
a. Kontak sama penderita pertusis ATAU orang yg belum di imunisasi / imunisasi tidak adekuat
b. Depends on stadium
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
i. Stadium kataral → minimal dengan/tanpa demam, rhinorrhea, anoreksia, frekuensi
batuk bertambah
ii. Stadium paroksismal
1. Batuk paroksismal dicetuskan sama feeding dan activity
2. Fase inspiratori = batuk rejan (inspiratory whooping) → post-tussive vomiting
3. Muka merah / sianosis, mata menonjol, lidah menjulur, lakrimasi (keluar air
mata), hipersalivasi, penurunan bb
4. Bisa ada apnea
iii. Stadium konvalesens
1. Gejala berkurang dalam itungan minggu → bulan
2. Ptechiae di kepala / leher
3. Perdarahan konjungtiva
4. Crackles difus

4. PENUNJANG
a. Leukositosis
b. IgG toksin pertusis
c. CXR: infiltrat perihilar, atelektasis, empiema
d. Kultur

5. TATALAKSANA
a. Suportif
b. Isolasi selama 4 minggu
c. Indikasi rawat
i. Bayi <6 bulan
ii. Dengan penyulit: pneumonia, kejang, perdarahan (epistaxis, subconjunctival
bleeding, dehidrasi, hernia, pneumothorax, cyanotic spell)
d. Antibiotik
i. Eritromisin 50 mg/kgBB/hari ATAU ampisilin 100 mg/kgBB/hari → dapat eliminasi
organisme dari nasofaring dalam 3-4 hari
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

CROUP (laringotrakeobronkitis akut)


1. SINDROMA KLINIS ​→ suara serak + batuk gonggong + stridor inspirasi ​+​ distres pernapasan
(merintih, retraksi sela iga, takipnea)

2. KLASIFIKASI
a. Viral croup → ada gejala prodromal infeksi respi, gejala obstruksi saluran respi (3-5 hari)
b. Spasmodic croup → ada faktor atopic, TANPA gejala prodromal. Anak tiba2 timbul gejala
obstruksi respi biasanya waktu malam mau tidur (seringan bentar terus balik normal)

3. DERAJAT
Ringan Sedang Berat Gagal Napas
Mengancam

Batuk Kadang Sering timbul Sering timbul +/-


menggonggong

Stridor saat Stridor saat Mudah terdengar Terdengar jelas + Sangat jelas
istirahat istirahat (-) saat istirahat kadang ada stridor
ekspirasi

Retraksi dada Retraksi dada (+) Retraksi dada Tracheal tug dan Sangat jelas
ringan minimal retraksi dinding
dada jelas

Keadaan umum Sianosis (-) Mampu Apatis gelisah, Gangguan


berinteraksi pulsus paradoksus kesadaran, letargi

4. ETIOLOGI
a. HPIV type 1,2,3,4
b. Influenza A,B
c. Adenovirus
d. RSV
e. Virus campak
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
5. KLINIS
a. Usia 6 bulan - 6 tahun
b. Stridor timbul lambat
c. Demam ringan
d. Suara serak
e. Berat: sesak napas, retraksi, gelisah

6. PENUNJANG
a. Lab dan x ray jarang dilakukan karna diagnosis bisa dari anam dan pf aja cukup
b. Xray: foto leher posisi PA
i. Steeple sign

7. TATALAKSANA
a. Indikasi rawat inap
i. Usia <6 bulan
ii. Stridor progresif, stridor saat istirahat
iii. Gawat napas, hipoksemia, sianosis, penkes, demam TINGGI, ga respon thdp terapi
b. Algoritma
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

8. KOMPLIKASI
a. Otitis media
b. Pneumonia
c. Gagal jantung, gagal nafas

PNEUMONIA
1. DEFINISI DAN ETIOLOGI
a. Infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial
b. Paling sering streptococcus pneumoniae
c. Usia <5 tahun biasa virus, paling sering RSV. bisa juga adenovirus, parainfluenza, influenza
2. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala infeksi umum → demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan
b. Gejala gangguan respiratori → batuk, sesak, retraksi dada, takipnea, sianosis
c. Batuk yang nantinya menjadi produktif dengan dahak purulen bahkan bisa berdarah
d. Sesak nafas
e. Demam
f. Sulit makan dan minum
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
g. Lemah
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran dan kemampuan makan dan minum
b. Distres pernapasan → takipnea, retraksi subkostal, batuk, krepitasi dan penurunan suara
paru
c. Demam dan sianosis
d. <5 tahun → gejala tidak klasik pneumonia (sulit dibedakan dengan sepsis dan meningitis)
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi
- Hanya rekomendasi pada pneumonia yang rawat inap atau tanda klinis yang
membingungkan
- Tidak bisa identifikasi agen penyebab
b. Laboratorium
- Jumlah leukosit dan hitung jenis
- Kultur dan pewarnaan gram (pneumonia berat)
- <18 bulan, cek antigen virus
- Efusi pleura → pungsi lalu dianalisa mikroskopis, kultur dan deteksi antigen bakteri
- CRP dan LED
- Tuberkulin bila kontak dengan TBC
5. KLASIFIKASI

6. TATALAKSANA
a. Kriteria rawat inap
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

b. Saturasi <92 → terapi oksigen


c. Pneumonia berat/asupan oral kurang → cairan IV dan balans cairan ketat
d. Antipiretik dan analgetik
e. Nebulisasi dengan b2 agonis/ NaCl untuk mucociliary clearance
f. antibiotik
- < 5 tahun → amoksisilin (altenatif = co amoxiclav, ceflacor, eritromisin, claritromisin,
azitromisin)
Dosis amoksisilin 25 mg/kgbb diberikan dua kali sehari
- > 5 tahun → makrolid

- IV → ampisilin dan kloramfenikol, co-amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime, cefotaxime


g. Nutrisi
- Hindari makanan per oral bila distres nafas
- Berikan lewat NGT atau IV
h. Kriteria pulang
- Gejala dan tanda pneumonia hilang
- Asupan oral adekuat
- Antibiotik bisa diberikan oral
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

DIARE
1. DEFINISI
a. Diare = BAB >3x sehari + konsistensi cair
i. Akut <14 hari
ii. Persisten >14 hari, penyebabnya infeksi

2. ETIOLOGI
a. Infeksi → rotavirus, e. Coli, shigella, campylobacter jejuni dan Cryptosporidium
b. Non infeksi
- Kesulitan makan
- Defek anatomis
- Malabsorpsi
- Endokrinopati
- Keracunan makanan
- Neoplasma
- Lain lain (infeksi non gastro, ASS, crohn)

3. PATOFISIOLOGI
a. Gangguan absorpsi atau diare osmotik
- Konsumsi magnesium hidroksida
- Laktase defisien
- Bahan tidak diserap → intralumen usus hiperosmolar → menarik cairan → diare
b. Malabsorpsi umum
- Seperti pada salmonella, shigella, campylobacter → kerusakan epitel usus
- Menyebabkan atrofi vili
c. Gangguan sekresi atau diare sekretorik
- Enterotoksin e coli atau kolera
- Bahan kimia seperti laksatif
d. Diare akibat gangguan peristaltik
- Tirotoksikosis
- Malabsorbsi asam empedu
e. Diare inflamasi
- Berhubungan dengan diare sekretorik dan osmotik
f. Diare terkait imunologi
- Alergi makanan
- Celiac disease

4. MANIFESTASI KLINIS
- Diare
- Kram perut
- Muntah
- Dehidrasi
- Demam
- Nafsu makan menurun, tidak mau makan, susah minum susu
- BB turun
- Lemes
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

5. ANAMNESIS
a. Diare
i. Sejak kapan
ii. Frekuensi
iii. Karakteristik feses
1. Volume
2. Warna, Konsistensi, Bau, Darah
3. Ada lendir? Berminyak?
b. Keluhan lain
i. Demam
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
ii. Muntah
iii. Batuk Pilek
iv. Lemes
v. Nyeri perut
c. Tanda dehidrasi
i. Makin rewel ato malah lemes
ii. BAK jadi jarang / makin dikit gak
iii. Masih mau minum gak → makin haus / males minum
iv. Nangis masih keluar air mata gak
d. Ada alergi susu sapi gak? Kembung? Flatus? Kram perut?
e. Makannya baik atau gak? Terakhir makan apa sebelum diare? Suka jajan jajan atau tidak?
Turun berat badan atau tidak?
f. Riwayat alergi
g. Suka garuk pantat gak → cacingan
h. Intoleransi laktosa → Buang gas, perut kembung, kentut2, --
i. ASS → riw ganti susu, riw keluarga dengan alergi,

6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
b. Status Gizi
c. Derajat dehidrasi

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah lengkap, serum elektrolit, glukosa darah, AGD, kultur dan tes sensitivitas terhadap
antibiotik
b. Pemeriksaan tinja
- Makroskopik
= watery tanpa mukus/darah → enterotoksin virus, protozoa
= darah dan mukus → bakteri sitotoksin (E. histolytica, B. coli, T. trichiura)
= darah pada permukaan tinja → E. histolytica
= garis darah pada tinja → EHEC
= tinja bau busuk → salmonella, giardia, cryptosporidium, strongyloides

- Mikroskopik
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
= leukosit → shigella, salmonella, c. jejuni, EIEC
= leukosit mononuklear → S. typhii
= telur atau parasit

8. TATALAKSANA (5 PILAR)
a. Cairan
PLAN A ● Teruskan ASI
Tanpa Dehidrasi ○ ASI eksklusif: tambahin oralit ato air matang
○ Ga dapet ASI eksklusif: kasih susu yg biasa diminum,
dan oralit ATAU cairan rmh tangga (kuah sayur, air
cucian beras)
● New oralit
○ 5-10 ml/kg setiap diare cair
ATAU
○ <1 tahun 50-100 cc
○ 1-5 tahun 100-200 cc
○ >5 tahun semaunya

PLAN B ● Cairan Rehidrasi Oral


Dehidrasi ○ 3 jam pertama 75 ml/kg → lanjutin dengan oralit plan
Ringan-Sedang A (5-10 ml/kg setiap diare cair)

● Rehidrasi IV
○ 3-10 kg 200 ml/kg/hari
○ 10-15 kg 175 ml/kg/hari
○ >15 kg 135 ml/kg/hari

PLAN C ● Rehidrasi IV
Dehidrasi Berat ○ <1 tahun
■ 1 jam pertama 30 ml/kg
■ 5 jam selanjutnya 70 ml/kg
○ >1 tahun
■ 30 menit pertama 30 ml/kg
■ 2.5 jam selanjutnya 70 ml/kg

● Kalo unstable/shock →​ bolus NS 0,9% 20 ml/kgBB (10-15


menit)

Gangguan ● Hipernatremia (Na >155 mEq/L)


keseimbangan asam ○ D5% ½NS
basa & elektrolit ○
● Hiponatremia (Na <130 mEq/L)
○ Kadar Na koreksi = 125 - Na serum x 0.6 x BB →
dalam 24 jam

● Hiperkalemia (K >5 mEq/L)


○ Kalsium glukonas 10% 0.5-1 mg/kg IV dalam 5-10
menit

● Hipokalemia (K <3.5 mEq/L)


○ 2.5-3.5 mEq/L KCl 75 mEq/kg PO dibagi 3 dosis
○ <2.5 mEq/L KCl IV
■ 4 jam pertama: 3.5 - kadar K x BB x 0.4 + 2
mEq/kg/24 jam
■ 20 jam berikut: 3.5 - kadar K x BB x 0.4 + ⅙ x 2
mEq x BB
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
b. Zinc
i. 10 hari → untuk reepitelisasi usus, meningkatkan sistem imun, meningkatkan
penyerapan air dan elektrolit, mempercepat penyembuhan diare
ii. Larutkan tablet dengan 1 sendok air matang atau ASI
iii. Anak < 6 bulan : 10 mg per hari (½ tablet)
iv. Anak > 6 bulan : 20 mg per hari (1 tablet)
c. Nutrisi
i. ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat
ii. Perbaikan makan → fase kesembuhan
iii. Makanan diberikan sedikit tapi sering, rendah serat dan buah diberikan terutama
pisang
d. Antibiotik bila diperlukan
i. Disentri
1. Basiler → Cotrimoxazole 4-5 mg/kg/kali 2x1
2. Amoeba → Metronidazole 10 mg/kg/kali dibagi 3x1 selama 10 hari
ii. Kolera
1. Eritromisin 40 mg/kg/hari 3x1 selama 3-5 hari

2.
e. Edukasi
i. Balik ke RS kalo
1. Demam
2. BAB berdarah
3. Makan / minum sedikit
4. Sangat haus
5. Diare makin sering
6. Diare belum membaik dalam 3 hari
ii. Cara bikin oralit
1. Oralit sachet → larutin ke 1 gelas air matang (200 cc)
a. <1 tahun → kasih 50 - 100 cc cairan oralit setiap BAB
b. >1 tahun → dikasih 100 - 200 cc tiap BAB
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

iii. Prevention
1. ASI tetap diberikan
2. Cuci tangan sblm makan
3. Kebersihan lingkungan, BAB di toilet
4. Imunisasi campak
5. Kasih makanan penyapihan yg benar
6. Sediakan air minum yg bersih
7. Masak makanan

ALERGI SUSU SAPI


1. Klasifikasi
a. IgE mediated
- ASS yang diperantarai oleh IgE
- Gejala klinis timbul 30 menit - 1 jam setelah konsumsi protein susu sapi
- Urtikaria, angioedema, ruam kulit, dermatitis atopik, muntah, nyeri perut, diare,
rinokonjungtivitis, bronkospasm, anafilaksis
- Kadar IgE susu sapi positif (skin prick atau IgE spesifik)
b. Non IgE mediated
- Tidak oleh IgE tetapi oleh IgG
- Gejala klinis timbul lebih lambat (>1 jam) setelah konsumsi protein susu sapi
- Allergic eosinophilic gastroenteropathy, kolik, enterokolitis, proktokolitis, anemia,
gagal tumbuh
2. Diagnosis dan Diagnosis Banding
- Gejala timbul sebelum usia satu bulan dan muncul dalam satu minggu setelah konsumsi
protein susu sapi
- Gejala klinis muncul satu jam (reaksi cepat) atau setelah satu jam (reaksi lambat) setelah
konsumsi protein susu sapi
- Gejala klinis dan uji IgE spesifik (skin prick atau uji RAST)
= positif → stop susu sapi
= negatif → lanjut
3. Uji Eliminasi & Provokasi → gold standard
a. Selama eliminasi berikan
i. Gejala alergi ringan-sedang → sufor hidrolisat ekstensif (eHF)
1. Mahal, jadi kasih yg susu kedelai
ii. Gejala berat → sufor berbasis asam amino
b. Durasi eliminasi
i. Gejala ringan 2-4 minggu
ii. Gejala AD berat + kolitis alergi 4 minggu
c. Interpretasi
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
i. (+) → alergi susu sapi muncul kembali
ii. (-) → gaada gejala saat uji provokasi sampe 3 hari paska provokasi
d. Kapan provokasi ulang
i. Bayi <6 bulan → provokasi 6 bulan kemudian
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

4. TATALAKSANA
a. Nutrisi
i. ASI exclusive
1. Ibu tetep kasih ASI tapi hindari protein susu sapi dan produk turunannya
2. Suplementasi kalsium
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
a. Neonatus 50mg 4-6 x/hari
b. 1 bulan - 3 tahun 100mg 2-5 x/hari
c. 4-12 tahun 300mg 2-3 x/hari
d. >12 tahun 1000mg 9-12 x/hari
ii. Eliminasi diet dengan sufor alternatif
1. Susu terhidrolisat ekstensif → kalo gejala klinis ringan-sedang
2. Susu asam amino → kalo gejala berat, or ga perbaikan dengan susu
terhidrolisat ekstensif
3. Susu kedelai → tidak terlalu rekomendasi karena pemakaian jangka panjang
tidak baik karna susu mengandung hormon phytoestrogen
4. Selama min. 6 bulan → uji provokasi diulang lagi
a. Kalo gejala ga timbul kembali → anak udah toleran
b. Kalo gejala masih timbul → lanjut eliminasi diet dalam 6 bulan
5. Susu kedelai
a. Ga mengandung susu sapi tapi bisa terjadi cross reaction antara
protein susu dengan protein kedelai jadi 10% bisa ada reaksi alergi
b. Digunakan bila ekonomi keluarga kurang, bayi gabisa tolerate susu
lain, vege
c. Baru boleh >6 tahun
5. PROGNOSIS
a. Remisi tahun pertama 45-55%
b. Remisi tahun kedua 60-75%
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
LACTOSE INTOLERANCE
1. DEFINISI
a. Intoleransi laktosa = sindrom klinis saat konsumsi laktosa yg nimbulin 1 / lebih gejala →
nyeri perut, kembung, flatus, diare
b. Malabsorpsi laktosa = masalah fisiologis yg bermanifestasi menjadi intoleransi laktosa
karena ketidakseimbangan jumlah laktosa yg di konsumsi dengan kapasitas enzim laktase
c. Defisiensi laktase = aktivitas enzim laktase di brush border rendah / kurang enzim laktase

2. ETIOLOGI
a. Primer → tanpa riwayat atau ada penyakit GI tract
b. Sekunder → kalau ada penyakit saluran cerna
c. Bawaan → biasa manifestasi sejak lahir

3. MANIFESTASI KLINIS
a. Biasa gejala >6 tahun
b. Kembung, sakit perut, flatus terjadi sekitar 1 jam setelah konsumsi produk susu sapi
c. Tinja cair disertai flatus berlebih + rasa mulas
d. Jarang ada gagal tumbuh/malnutrisi
e. Peningkatan bising usus

4. DIAGNOSIS
a. Uji toleransi laktosa
b. Uji hidrogen nafas
- Puasa dulu sejak malam
- Ukur udara ekshalasi sebelum konsumsi laktosa sampai setelah konsumsi laktosa
- < 10 ppm = normal
- 10 - 20 ppm = bermakna bila ada gejala
- >20 ppm = malabsorpsi laktosa
c. Pengukuran enzim laktase
d. Pemeriksaan pH tinja
e. Cek GDS tiap 2 jam setelah konsumsi laktosa secara oral. Kalo gula darah tidak meningkat
>​ 20 mg/dl → malabsorpsi laktosa

5. TERAPI
a. Pemberian rendah laktosa → campur susu dengan sereal/susu fermentasi
b. Kalo restriksi laktosa → kasih suplemen kalsium dan makanan tinggi kalsium
c. Substitusi enzim laktase → preparat tetes atau tablet kunyah

6. PENCEGAHAN
a. Hindari susu sapi atau produk susu sapi

IRON DEF ANEMIA


1. Kriteria anemia = Hb
a. <5 tahun Hb <11 g/dL

2. DEFINISI
- Anemia karena kurangnya besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

3. ETIOLOGI
- Kebutuhan yg meningkat
- Pertumbuhan → 1 tahun pertama dan masa remaja
- Menstruasi
- Kurang besi yg diserap
- Intake besi tidak adekuat
- Zat besi dari ASI itu lebih gampang diserap daripada sufor
- Malabsorpsi besi
- Anak kurang gizi
- Orang yg udah gastrektomi total / parsial juga bisa IDA → soalnya jml asam
lambung berkurang dan makanan lebih cepet lewat bagian atas usus halus
(tempat utama penyerapan besi)
- Perdarahan
- PENYEBAB TERPENTING IDA
- Kehilangan darah 1 ml = kehilangan besi 0,5 mg
- Perdarahan: perdarahan saluran cerna, milk induced enteropathy, ulkus peptikum,
obat (asam asetil salisilat, kortikosteroid, indometasin, NSAID), cacing (ancylostoma
duodenale, necator americanus)
- Transfusi feto-maternal
- Kebocoran darah yg kronis ke dalam sirkulasi ibu
- Hemoglobinuria

4. STADIUM

5. ANAMNESIS
a. Lemas, ​pucat
b. Nafsu makan turun
c. Diet: daging merah
d. Perdarahan: infeksi malaria, cacingan,
e. Menghambat besi: kopi, teh
f. Penurunan aktivitas kerja dan daya tahan tubuh
g. Tidak bisa mempertahankan suhu tubuh normal pada saat udara dingin
h. Daya tahan terhadap infeksi menurun

6. PEMERIKSAAN FISIK
a. TTV: takikardi
b. Mata: konjungtiva anemis
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
c. Mulut: Atrofi papila lidah
d. Hb 6 - 10 : gejala anemia ringan
e. Hb < 5 : iritabel dan anoreksia
f. Koilonikia (spoon shaped nail)
g. Splenomegaly (JARANG)

7. PENUNJANG
a. Low Hb
b. Low MCV, MCH, MCHC
c. High RDW
d. Mentzer index >13 (IDA), <13 (thalasemia)
i. Mentzer index = MCV : RBC
e. Retikulosit normal, bisa meningkat kalo sudah berat
f. Morfologi : hipokromik, mikrositik, anisositosis dan poikilositosis (sel pensil, sel target,
ovalosit, mikrosit, sel fragmen)
g. Serum Fe menurun dan TIBC meningkat
h. Saturasi transferin (Fe serum/TIBC x 100%)
- <16% : suplai besi tidak adekuat
- 7-16% : diagnosis ADB bila didukung oleh MCV rendah
- <7% : ADB
i. Free erythrocyte protoporphyrin (FEP) : >100 ug/dl → ADB
j. Ferritin < 10 - 12 ug/l

8. TATALAKSANA
a. Vit C → bantu absorbsi Fe

b. Ferrous sulfat 20% besi elemental selama 3 bulan


i. 4-6 ml/kg/hari dibagi dalam 2 dosis
ii. Target: kenaikan Hb 1 bulan >2 g/dL
iii. Cara
1. 30 menit-2 jam sebelum SARAPAN dan MAKAN MALAM
2. Perut kosong, gaboleh digabung sama susu atau produk kalsium
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

c. Trial untuk diagnosis → target Hb naik >1 g/dL setelah 1 bulan

9. DD

1. ANEMIA FE DEF
a. Stadium
i. Deplesi → Hb normal, Fe rendah
ii. Anemia def besi → Hb turun

b. Faktor risiko
i. Perinatal
1. Def besi maternal
2. Prematur
3. Perdarahan perinatal
ii. Masa bayi
1. Defisiensi asupan zat besi
2. Malabsopsi zat besi
iii. 1 - <12 th
1. Def asupan zat besi, konsumsi susu sapi berlebih
2. Obesitas
3. Malabsorpsi zat besi

**cadangan zat besi dibentuk di trimester ke3 → makanya bayi prematur ituu
bs anem def zat besi
c. Etiologi
i. kebutuhan meningkat (fisiologis) = pertumbuhan, mens
ii. Kurang besi = asupan kurs
d. Patofisiologi
3 tahap →
6-8 minggu kadar hb turun karna eritropiesis berkurang krn o2 tinggi
2 bulan → hb nya
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

e. Penunjang

f. Manifestasi klinis
i. Pucat
ii. Ga aktif
iii. Perubahan epitel: koilonikia
g. Anamnesis
i. Pucat
ii. Gampang lelah
iii. Makanan yg mencegah absorbsi besi →
h. PP

i. Hemoglobin, hematokrit
ii. Mcv, mch, mchc
iii. Rdw
iv. Retikulostit
v. Metzner index
vi. Serum iron, tibc, ferritin, transferin
vii. Blood smear
1.
i. Tatalaksana
i. TRIAL preparat besi 3 mg/kgBB/hari selama 4 minggu
1. Kalo fe def → Hb >1g/dL
ii. Suplemen besi 5mg/kgBB
iii. Nutrisi
1. Lanjut ASI, sufor
2.
iv. TAU PENYEBAB DAN ATASI
v. Preparat besi
1. 3 - 6 mg Fe elemental/kg/hari dibagi 2 dosis, 30 menit - 2 jam sebelom makan
2. Gaboleh kasih bareng susu → NURUNIN PENYERAPAN
vi. TERAPI EVALUASI 1 BULANNNN KALO HB NINGKAT TERUSIN kalo gak mungkin
penyebab nya bukan def. Besi
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

j. DD
i. Anemia chronic dz
ii. Thalassemia minor
iii. Sideroblastic anemia
k. Komplikasi
i. Gangugan pertumbuhan
ii. Gagal jantung
iii.
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

2. ANAMNESIS KU: PUCAT


a. Brp lama
i. Akut: infeksi akut seperti malaria
ii. Kronik: pendarahan, infeksi kronik seperti TB
b. Tanya BAB → fesesnya bagaimana? darah, hitam? Cacing?
c. Pucatnya disertai dengan demam atau tidak?
d. Cacingan
i. BB ga naik
ii. Gatal pada anus
e. Diet
i. Besi → sayur2an
ii. Asam folat
f. Riw keluarga
i. Autoimmune hemolytic anemia (AIHA) → jaundice

3. TATALAKSANA
a. Preparat besi
i. Ferrous sulfat, ferous glukonat
ii. Dosis besi elemental = 4-6 mg/kg/hari
iii. Cara nilai respons terapi
1. Setelah 1 bulan → Hb naik ​>​2 g/dL
b. Transfusi
i. Indikasi
1.
ii. PRC = delta Hb x kgBB x 4
iii. Whole blood = delta Hb x kgBB x 6

THALASSEMIA
1. ANAMNESIS
a. Pucat, lemas
b. Riw keluarga
c. Riw transfusi
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
2. PEMERIKSAAN FISIK

3. PENUNJANG
a. Apusan darah tepi: mikrositik, target cell, teardrop cell
b. MCV <80 mg/dL
c. Elektroforesis Hb
d. X ray kepala: hair on end
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
4. TATALAKSANA
a. Transfusi darah jika Hb <7 g/dL
i. Volume transfusi = (target Hb-Hb skrng) x BB x 4
ii. Target Hb = 10 g/dL
iii. Rate = 5 ml/kg
iv. Indikasi
1. Kalo ada murmur → mau Hb berapapun transfusi
2. Kalo ada tanda impending gagal jantung

b. Deferioksamin (DFO) ​→ kelasi besi (SUPAYA GAK OVERLOAD FE)


i. Indikasi
1. Ferritin ​>​1000 ng/ml
2. Transferrin ​>​55%
3. Kalo gabisa cek lab kasih aja kalo udah 3-5 liter or transfusi 10-20x
ii. Dosis
1. <3 tahun: 15-25 mg/kg/hari
2. >​3 tahun: 30-50 mg/kg/hari 5-7x seminggu SC selama 8-12 jam

c. Furosemide
i. Jika ada tanda2 dekompensasi cordis (JVP meningkat, murmur sistolik seluruh
katup)

d. Asam folat 1 mg/hari 2x1

e. Vit E 200 IU/hari 2x1

f. Vit C 2-3 mg/kg/hari


i. Anak <10 tahun: max. 50 mg
ii. Anak >10 tahun: max. 100 mg

5. PEMANTAUAN
a. Setiap 3 bulan : BB, TB
b. Setiap 6 bulan : ferritin
c. Setiap tahun : tumbuh kembang, status besi, fungsi jantung, fungsi endokrin,
visual, pendengaran

6. KOMPLIKASI
a. Overload besi = hemochromatosis

LEUKEMIA
1. FAKTOR RISIKO
a. Mutasi genetik: trisomy 21 (down syndrome)
b. Paparan radiasi

2. ANAMNESIS
a. Pancytopenia
i. Anemia (pucat, lemas, ga mampu aktivitas fisik, takikardia, takipnea)
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
ii. Trombositopenia (petechiae, purpura, easy bruising, epistaksis, perpanjangan durasi
menstrual)
iii. Leukopenia (risiko infeksi meningkat, demam dll)
b. Anoreksia / penurunan BB
c. Nyeri tulang

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pembesaran KGB
b. Hepatosplenomegaly
c. Petechiae, memar
d. ALL sel T: lebih ganas, gangguan pernapasan (karna pembengkakan KGB di mediastinum)
e. SSP: peningkatan TIK → nyeri kepala, muntah, papiledema // parenkim: kejang, gangguan
saraf kranial

4. PENUNJANG
a. Hematologi
i. CBC → banyak blast
1. WBC tinggi
2. Pancytopenia
a. Low Hb
b. Low platelet
c. Neutropenia
b. Bone marrow puncture → gold standard
- Kadar sel blast >20%
c. Hapus darah tepi → sel blast
d. Nyebar ke SSP → LP
e. Chest x ray → massa mediastinum (ALL T cell)

5. TATALAKSANA
- Suportif dan kuratif
a. Suportif :
- Transfusi darah
- Antibiotik anti jamur
- Edukasi nutrisi
b. Kuratif ada 4 fase :
1. Induksi remisi
- 3 - 4 obat berbeda (deksametason, vinkristin, L-asparaginase dan
atau antrasiklin)
2. Intensifikasi
- Kemoterapi intensif tambahan setelah remisi komplit dan untuk
profilaksis SSP
3. Profilaksis SSP
- methotrexate
4. rumatan
- Merkaptopurin tiap hari
- Metotreksat sekali seminggu
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
KEJANG DEMAM
1. KRITERIA
● Kejang Demam
a. Kejang pada anak 6 bulan-5 tahun + suhu >38 derajat (tdk disebabkan oleh proses
intrakranial)
b. Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan elektrolit
c. Kalau ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya, tidak dapat disebut sebagai kejang
demam
d. Kurang dari 1 bulan = kejang neonatus

● Kriteria Epilepsi
a. 2 kali unprovoked seizure (gada demam, gada gangguan metabolik → tibatiba aja) dgn jarak
> 24 jam
b. 1x unprovoked seizure dengan kemungkinan terjadinya bangkitan berikutnya
c. Diagnosis epilepsi

● Kriteria Status Epileptikus


a. Kejang selama ​>​30 menit
b. Diantara kejang pasien tidak sadar atau pasien tidak sadar setelah kejang

2. KLASIFIKASI
a. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
i. Berlangsung singkat <15 menit
ii. Kejangnya umum / tonik klonik
iii. Kejang GAK BERULANG dalam 24 jam
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
i. Kejang lama >15 menit
** kejang lama = kejang >15 menit ATAU kejang berulang >2 kali dan di antara
kejang anaknya TIDAK SADAR
ii. Kejang fokal ATAU parsial 1 sisi ATAU kejang umum didahului kejang parsial
iii. Berulang ATAU >1 kali dalam 24 jam
** kejang berulang = kejang 2 kali atau lebih dalam 24 jam dan di antara 2 kejang
anak SADAR

3. FAKTOR RISIKO
a. Faktor risiko kejang demam berulang
i. Riw. kejang demam / epilepsi di keluarga
ii. Usia <12 bulan
iii. Suhu <39 saat kejang
iv. Interval waktu bentar antara onset demam dengan terjadi kejang
v. Kalo kejang demam pertama = kejang demam kompleks
b. Faktor risiko menjadi epilepsi in da future
i. Ada kelainan neurologis / perkembangan sebelum kejang demam pertama
ii. Kejang demam kompleks
iii. Riw epilepsi di ortu atau saudara kandung
iv. Kejang demam sederhana yg berulang 4 episode atau lebih dalam 1 TAHUN

4. ANAMNESIS
a. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
b. Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang,
penyebab demam di luar infeksi SSP (ispa, isk, oma, dll)
c. Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga
d. Singkirin penyebab kejang lain (diare/muntah → gangguan elektrolit, sesak → hipoksemia,
asupan kurang → hipoglikemia)
e. Pre-iktal
i. Aura
1. Motorik → gerakan-gerakan yang tidak wajar (lip smacking /
2. Sensorik → kram, kesemutan, mendengar suara-suara, halusinasi, perasaan
takut/cemas
3. Autonomik → nyeri epigastrik
4. Perilaku → ​Change in behavior
f. Iktal
i. Durasi kejang
ii. Pola kejang → general atau fokal
iii. Mata mendelik keatas? Kanan atau kiri?
iv. Bibir miring ke kanan? Kiri?
v. Antar kejang apakah sadar? Intervalnya?
g. Post-iktal
i. Lelah? Tertidur? Tidak sadar? Bingung?

5. PEMERIKSAAN FISIK
a. GCS

b. Generalis
i. Kepala: ubun2, ukuran kepala
ii. Telinga: otitis
iii. Hidung: sekret
iv. Tenggorok: tonsil, pharynx
c. Meningeal sign: kaku kuduk, brudzinski 1 dan 2, lasegue, kernig
d. Cranial nerve
- CN II dan III, IV, VI : RCL, RCTL, gerakan bola mata
- CN VII : pas menangis, ada wajah yang tertinggal ga
- CN VIII : bisa cari arah suara ga
e. Refleks patologis, fisiologis
f. Lateralisasi (kalo ga sadar)

6. PENUNJANG → ​ga rutin tapi dilakukan untuk evaluasi sumber infeksi penyebab kejang demam
a. Darah lengkap + diff count,, gula darah, elektrolit, urinalisis, biakan darah, urin atau feses
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
b. Pungsi lumbal → untuk menegakkan atau menyingkirkan meningitis.
- Tanda dan gejala rangsang meningeal
- Kecurigaan infeksi SSP dari anamnesis dan PF
c. EEG tidak perlu kecuali apabila bangkitan bersifat fokal
d. Pencitraan (CT scan atau MRI) hanya dilakukan apabila kelainan neurologis fokal yang
menetap (hemiparase/paresis nervus kranialis) atau tanda kenaikan TIK (penkes, muntah
berulang, ubun ubun besar menonjol, paresis nervus kranialis, edema papil)

7. TATALAKSANA
a. Saat kejang

b. Rumatan
i. Indikasi: kejang fokal, kejang >15 menit, kelainan neurologis (CP, hidrosefalus,
hemiparesis)
ii. Durasi: 1 tahun bebas kejang, ga perlu tapoff
iii. Obat
1. Asam valproat 15-40 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
2. Fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 2 dosis
c. Profilaksis Intermittent
i. Indikasi: kelainan neurologis berat (CP), berulang > 4x/tahun, usia <6 bulan, kejang
pada anak suhu <39, suhu meningkat dengan cepat setelah kejang
ii. Cara pemberian: 48 jam pertama demam
iii. Obat
1. Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali ​atau
Diazepam rectal 3x dosis max 7,5 mg/kali

8. EDUKASI
a. Yakinin ortu kalo kejang demam → prognosis baik
b. Cara penanganan kejang
i. Stay calm, don’t panic
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
ii. Longgarkan pakaian yg ketat terutama di leher
iii. Kalo anak gasadar → posisikan anak miring. Kalo ada muntah → bersihkan muntah
atau lendir di mulut atau hidung
iv. Jangan masukin apa apa ke dalam mulut
v. Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang
vi. Kasih diazepam rektal kalo kejang >5 menit → JANGAN KASIH KALO KEJANG
UDAH BERHENTI (diazepam rektal CUMA BOLEH DIKASIH 1 KALI SAMA ORTU)
vii. Bawa ke dokter / RS kalo
1. kejang masih berlangsung ​>​5 menit
2. suhu ​>​40 C
3. Kejang ga berhenti dengan diazepam rektal
4. Kejang fokal
5. Kalo setelah kejang anak tidak sadar
6. Terdapat kelumpuhan
c. Kasitau kalo kemungkinan bisa kejang lagi
d. Kasih obat profilaksis

9. VAKSINASI
a. Pemberian diazepam intermittent dan parasetamol profilaksis setelah pemberian vaksinasi
DPT dan MMR

MENINGITIS
1. DEFINISI
- Peradangan pada selaput otak ditandai dengan peningkatan jumlah sel PMN pada CSF dan
terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam CSF
2. ETIOLOGI
- 0 - 2 bulan : streptococcus grup B, E. coli
- 2 bulan - 5 tahun : streptococcus pneumoniae, neisseria meningitidis, haemophilus
influenzae
- > 5 tahun : streptococcus pneumoniae, neisseria meningitidis

3. MANIFESTASI KLINIS
- Bayi baru lahir dan prematur → demam hanya ½ kasus, biasa hanya terlihat lemah dan
malas, tak mau minum, muntah, kesadaran menurun, ubun ubun besar tegang dan
menonjol, sepsis
- Bayi 3 bulan - 2 tahun → demam, muntah, gelisah, kejang, ubun ubun tegang dan menonjol
- Anak besar dan dewasa → gambaran klasik meningitis (demam, kaku kuduk, nyeri kepala).
Meningeal sign (+)
- Meningitis bakteri → hidrosefalus
- Meningitis Tb
- Immunocompromised (HIV, autoimun)
- Riw keluarga dengan Tb

4. PENUNJANG
a. Lumbar puncture
i. Bakteri: purulent, protein tinggi
ii. Tb: kuning
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

b. Pemeriksaan penunjang TB → Skoring TB, mantoux test, Chest X-Ray AP & Lateral, kultur
sputum

5. TATALAKSANA
a. Meningitis bakteri
i. 1-3 bulan
1. Ampicillin 200-400 mg/kgbb/hari IV + cefotaxime 200-300 mg/kgbb/hari IV
dibagi dalam 4 dosis
2. Ceftriaxone 100 mg/kg dalam 2 dosis IV
ii. >3 bulan
1. Cefotaxime 200-300 mg/kg IV dalam 3-4 dosis ATAU seftriakson 100
mg/kgbb/hari IV dibagi 2 dosis
iii. Deksametason 0.6 mg/kgbb/hari IV dibagi dalam 4 dosis selama 4 hari. Berikan
injeksi deksa 15 - 30 menit sebelum/saat pemberian antibiotik
b. Meningitis Tb
i. Fase intensif: 2RHZE
ii. Fase lanjutan: 10RH

iii. As 30 - 50 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis


STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
ENCEPHALITIS
1. DEFINISI
a. Infeksi jaringan otak ec virus, bakteri, jamur, protozoa
b. Paling sering karena virus

2. ANAMNESIS
a. Demam tinggi mendadak bisa sampe hiperpireksia
b. Penkes dengan cepat
c. Kejang umum atau fokal
d. Nyeri kepala

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Hiperpireksia
b. Penkes sampai koma
c. Peningkatan TIK → muntah proyektil, nyeri kepala, penkes, ubun-ubun bulging, papilledema
d. Gejala serebral: kelumpuhan (spastis / kaku, hiper refleks, refleks patologis, klonus /
kedutan / kontraksi berlebihan)

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah perifer lengkap, GDS, elektrolit
b. Pungsi lumbal
c. PCR
d. CT scan / MRI
e. EEG → PENTINGGGG JINGGGGG → bisa bedain etiologi
f. Biopsi otak → gold standard
g. Tb: CXR thorax, sputum, mantoux

5. TATALAKSANA
a. Suportif
i. PCT
ii. Cairan
iii. Elevasi kepala 30 derajat
iv. Oksigen
v. Anti Kejang
vi. Peningkatan TIK → manitol 0.5 - 1gr/kg/kali
b. HSV
i. Asiklovir 10 mg/kgbb setiap 8 jam selama 10 - 14 hari, diberikan dalam infus 100 ml
NaCl 0.9%
ii. Neonatus → 20 mg/kgbb setiap 8 jam selama 14 - 21 hari
iii. Resisten → vidarabine 15 mg/kgbb/hari selama 14 hari
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
SINDROM NEFROTIK
1. DEFINISI
a. Suatu sindrom klinik dengan gejala
i. Edema
ii. Proteinuria masif (​>​ 40 mg/m​2​ LPB/jam ATAU rasio protein:kreatinin pada urin
sewaktu ​>​ 2 mg/mg ATAU disptik ​>​ 2+)
iii. Hipoalbuminemia ​<​ 2,5 g/dL
iv. Bisa ada hiperkolesterolemia → tp ga khas jg si
b. Batasan
i. Remisi: proteinuria negatif (proteinuria <4 mg/m​2​ LPB/jam) 3 hari berturut-turut
dalam 1 minggu
ii. Relaps: proteinuria ​>​ 2+ (proteinuria ​>​ 40 mg/m​2​ LPB/jam) 3 hari berturut
dalam 1 mggu
iii. Relaps jarang: relaps terjadi < 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respons awal
ATAU <4 kali dalam setahun
iv. Relaps sering: relaps terjadi ​>​ 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respons awal
ATAU ​>​ 4 kali dalam periode 1 tahun
v. Dependen steroid: relaps terjadi waktu dosis steroid diturunin ATAU dalam 14 hari
setelah pengobatan dihentikan → hal ini terjadi 2 kali berturut-turut
vi. Resisten steroid: ga terjadi remisi pada pengobatan prednison full dose 2
mg/kgBB/hari selama 4 minggu
2. ETIOLOGI
a. Kongenital
b. Primer / idiopatik (paling sering yg ini) → gambaran PA nya:
i. Sindrom nefrotik kelainan minimal (SNKM) 80-90% PALING SERING
ii. Mesangial proliferatif difus (MPD)
iii. Glomerulonefritis membranoproliferatif (GNMP)
c. Sekunder → SLE, henoch schonlein purpura
3. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISISK
a. Bengkak di kedua kelopak mata, perut, tungkai (bisa ampe seluruh tubuh)
b. Jumlah urin menurun
c. Urin keruh
4. PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah lengkap → Hb, leukosit, diff count, trombosit, hematokrit, LED
b. Urinalisis
c. Protein urin kuantitatif → urin 24 jam ATAU rasio protein/kreatinin pada urin pertama di pagi
hari
d. Kadar albumin
e. Lipid profile → LDL, HDL, total cholesterol
f. Ureum, creatinine
g. Creatinine clearance
h. Curiga SLE → komplemen C3, C4, ANA, anti dsDNA
i. ASTO
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

5. TATALAKSANA

a. SN PERTAMA → RAWAT
b. Sebelom terapi steroid → UJI MANTOUX
i. Kalo (+) = profilaksis isoniazid + steroid
ii. Kalo pemeriksaan lainnya ada MTB = mulai OAT
c. Non - medikamentosa
i. Diet protein normal = 2 g/kgBB/hari
ii. Diet rendah garam = 1-2 g/hari (KALO ADA EDEMA AJA)
d. Diuretik
i. Restriksi cairan = UNTUK EDEMA BERAT
ii. Loop diuretic → furosemide 1-2 mg/kgBB/hari
iii. Kalo edema ga membaik / edema refrakter → biasa karna hipovolemi /
hipoalbuminemia = infus albumin 20-25% dosis 1 g/kgBB selama 4 jam → lanjutin
kasih furosemid IV 1-2 mg/kgBB
iv. Pemantauan: urine output, lingkar perut, balance cairan
e. Steroid
i. Prednisone FD 60 mg/m2/hari atau 2mg/kg/hari (max. 80 mg/hari) selama 4-6
minggu
ii. Prednisone AD 1.5 mg/kg/hari (max 40 mg/hari) selama 2-5 bulan → 1x sehari
setelah makan pagi (AD = alternating dose = selang sehari)
iii. Kalo relaps → prednisone FD sampe remisi max. 4 minggu → lanjut dengan AD
selama 4 minggu
iv. Kalo resisten → cyclophosphamid PO 2-3 mg/kg/hari

f. Imunisasi
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
i. Pasien dalam pengobatan kortikosteroid / dalam 6 minggu setelah steroid stop →
CUMA BOLE DAPET VAKSIN MATI

6. KOMPLIKASI
a. Infeksi
- Paling sering infeksi selulitis dan peritonitis
- Penisilin parenteral kombinasi dengan sefotaksim/seftriakson selama 10 - 14 hari
b. Trombosis
- Pemberian heparin subkutan dilanjutkan warfarin min. 6 bulan
c. Hiperlipidemia
- Pengurangan diet lemak
- Bisa diberikan statin
d. Hipokalsemia
- Terapi steroid jangka panjang → hipokalsemia
- Suplementasi kalsium 250 - 500 mg/hari
- Vitamin D 125 - 250 IU
- Tetani → kalsium glukonas 10% dosis 0.5 ml/kgbb IV
e. Hipovolemia
- Infus NaCl fisiologis 15 - 20 ml/kgbb dalam 20 - 30 menit + albumin 1 g/kgbb
- Oliguria → furosemid 1 - 2 mg/kgbb IV
f. Hipertensi
- ACE inhibitor, ARB, CCB atau antagonis beta adrenergik sampai TD di bawah
persentil 90

7. INDIKASI BIOPSI GINJAL


- Onset SN usia <1 tahun atau >16 tahun
- Hematuria nyata, hematuria mikroskopik persisten atau kadar complemen c3 serum rendah
- Hipertensi menetap
- Fungsi ginjal menurun
- Sindrom nefrotik sekunder
- SN resisten steroid
- Sebelum mulai terapi siklosporin
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
GNAPS
KU: penkes/kejang → encephalopathy hipertensi

1. DEFINISI
a. Peradangan pada glomerulus yang secara histopatologi menunjukkan proliferasi dan
inflamasi glomeruli yang didahului oleh infeksi grup A beta hemolytic streptococci (GABHS)
b. Ditandai dengan gejala nefritik → hematuria, edema, hipertensi, oliguria
c. Sindrom nefritik akut → gejala klinik berupa proteinuria, hematuria, azotemia, red blood cast,
oliguria dan hipertensi
d. Glomerulonefritis akut → suatu proses histopatologi berupa proliferasi dan inflamasi sel
glomeruli akibat proses imunologik

2. PENCETUS
a. ISPA: tonsilitis, faringitis
b. Infeksi kulit (piodermi)

3. GEJALA KLINIK
a. Sering pada usia 6 - 15 tahun
b. Didahului infeksi GABHS
c. Bisa asimtomatik bisa simtomatik
d. GNAPS simtomatik
- Periode laten 1 - 2 minggu
- Edema
● Periorbital, disusul tungkai
● Bisa juga asites dan genitalia
- Hematuria
● Bisa mikroskopis, bisa makroskopis
● Urin warna teh pekat atau cola
● Masih bisa dijumpai hematuria mikroskopis dan proteinuria walau secara
klinis GNAPS udah sembuh
- Hipertensi
● Biasa ringan (diastol 80 - 90)
● Hipertensi berat → ensefalopati hipertensi (hipertensi + gejala serebral)
- Oliguria
● Produksi urin <350 ml/m​2​ LPB/hari
- Gejala kardiovaskular
● Edema paru → batuk, sesak, sianosis, ronki

4. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK


- Riwayat ISPA 1 - 2 minggu sebelum atau pioderma 3 - 6 minggu sebelum
- Hematuria nyata / edema di kedua kelopak mata dan tungkai
- Bisa juga karena kejang dan penkes akibat ensefalopati hipertensi
- oliguria/anuria akibat CKD atau gagal jantung
5. DIAGNOSIS
a. Full blown case → hematuria, hipertensi, edema, oliguria
b. Penunjang → ASTO meningkat, C3 menurun, hematuria dan proteinuria
c. Biakan positif untuk GABHS
6. PENUNJANG
a. Urinalisis
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
i. Proteinuria negative sampe ++ (<2 g/m2/hari)
ii. Hematuria mikroskopik
b. Hematologi
i. Serologi: ASO
ii. LED meninggi pada fase akut
iii. Komplemen
1. Fase akut = C3 rendah
2. 4-8 minggu = C3 normal
c. Biopsi indikasi:
i. >1 tahun
ii. Hematuria persisten
iii. Gross hematuria dengan HT
iv. Penurunan komplemen
v. Ur Cr naik

7. TATALAKSANA
a. Istirahat bed rest
b. Diet
i. Garam
1. Edema berat → makanan tanpa garam
2. Edema ringan → garam 0,5-1 g/hari
ii. Ureum tinggi
1. Protein 0,5-1 g/kg/hari
iii. Asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss (20-25 ml/kg/hari) + keperluan
cairan pada setiap kenaikan suhu dari normal (10 ml/kg/hari)
c. Antibiotik
i. Amoksisilin 50 mg/kg dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari
ii. Alergi penisilin → eritromisin 30 mg/kgbb/hari
d. Edema
i. Furosemid
e. Hipertensi
i. Sedang-berat tanpa tanda serebral
1. Kaptopril 0,3-2 mg/kg/hari atau furosemid
2. Nifedipin 0,25-0,5 mg/kg/hari sublingual
ii. Berat or hipertensi dengan gejala serebrate
1. Klonidin 0,002-0,006 mg/kg IV
iii. Hiperkalemia → Ca glukonas
iv. Asidosis → biknat

8. KOMPLIKASI
a. Ensefalopati hipertensi
- Bila TD > 180/120 mmHg
- Nifedipin 0.25 - 0.5 mg/kgbb/dosis PO atau sublingual (bisa diulang tiap 15 menit
hingga 3x)
- Kalo TD sudah turun 25%, ditambah kaptopril (0.3 - 2 mg/kgbb/hari)
b. AKI
- Kalori 120 kkal/kgbb/hari
- Hiponatremia → NaCl hipertonik 3%
- Hipokalemia
= Ca glukonas 10% 0.5 ml/kgbb/hari
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
= NaHCO3 7.5% 3 ml/kgbb/hari
= K exchange resin 1 g/kgbb/hari
= insulin 0.1 unit/kg dan 0.5 - 1 g glukosa 0.5 g/kgbb
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
ISK
1. KRITERIA DIAGNOSIS AAP: >2 dibawah ini
a. Suhu >39
b. Demam >2 hari
c. Ras kulit putih
d. Umur <1 tahun
e. Ga ketemu penyebab demam lainnya

2. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
i. Neonatus = anoreksia, ikterus/kolestasis, diare, muntah, demam, gamau minum,
oliguria, warna kulit abu2
ii. <1 tahun = demam, penurunan BB, nafsu makan kurang, kolik, muntah, diare,
ikterus, kejang
iii. <4 tahun = demam tinggi, kejang, muntah, diare, dehidrasi, polakisuria, disuria,
urgency, frequency, ngompol
iv. Pielonefritis = demam tinggi, nyeri pinggang, mual muntah
v. Sistitis = demam <38, nyeri perut bawah, frequency, nyeri berkemih, suprapubic
pain, urgency, kesulitan berkemih, retensio urin, enuresis

b. PF
i. TTV - demam
ii. Antropometri
iii. Ikterus
iv. Abdomen
1. Massa abdomen, kandung kemih, muara uretra
2. Distensi abdomen
3. NT palpasi ginjal
4. NT suprapubik
v. PF neuro eks bawah, tulang blkng → spina bifida
vi. Genital eksternal - fimosis, hipospasia, epispadia, sinekie vagina

c. Penunjang
i. Urinalisis
1. Leukosituria
2. Nitrit
3. Leukosit esterase
4. Protein
5. Darah
6. uNGAL naik
7. Rasio uNGAL/Cr >30 ng/mg
8. Bakteri >10​5​ cfu/ml urin
9. Anti coated bakteri (+)
ii. Hematologi - ga spesifik
1. Leukositosis
2. High CRP
3. High ESR
4. High procalcitonin → pielonefritis akut
iii. Biakan urin
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
1. Cara pengambilan
a. Aspirasi suprapubik** - paling bagus untuk menghindari kontaminasi
b. Kateter urin
c. Pancar tengah / mid-stream
d. Urine collector/bag
2. Pengiriman bahan harus dalam <30 menit
a. Kalo ga langsung disimpen dalam lemari es suhu 4C selama 38-72
jam
3. Interpretasi
a. >10 5 cfu/ml

iv. Kalo ada kelainan anatomi


1. Indikasi
a. Anak dengan pielonefritis akut, bayi ISK → perlu USG dan MSU
(miksio-sisto-ureterografi)
i. Kalo ketemu RVU → PIV (pyelography intravena) or DMSA
ii. Kalo di USG ada kelainan anatomik → PIV
b. Anak perempuan dengan Sistitis berulang 2-3x, ISK pertama dengan
riwayat RVU keluarga
c. Anak perempuan dengan ISK pertama or sistitis aja= ga perlu
pencitraan, pantau tiap 6-12 bulan, biakan urin kalo ada demam
2. USG
3. Miksio-sistouretrografi (MSU)
4. CT
5. Pielogragi intervena (PIC)
6. Skintigrafi ginjal DMSA → gold standard pyelonephritis akut

3. TATALAKSANA
a. Antibiotik
i. <3 bulan = rujuk Sp.A, antibiotik IV
ii. >3 bulan pielonefritis akut
1. Rujuk Sp.A
2. Antibiotik oral 7-10 hari
a. Kalo IV = cefotaxime/ceftriaxone selama 2-4 hari terus lanjut dengan
PO sampe total 10 hari
iii. >3 bulan dengan sistitis
1. Antibiotik oral 3 hari
a. Triemtroprim
b. Sefallosporin
c. Amox
2. Kalo dalam 24-48 jam gaada perbaikan klinis → kultur urin untuk liat bakteri
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

b. Suportif
i. PCT
ii. Muntah =
iii. Sakit pinggang
iv. Dysuria = fenzopiridin HCl 7-10 mg/kg/hari
c. Bedah
d. Profilaksis
- Pada anak risiko tinggi → RVU, uropati obstruktif
- Mencegah infeksi berulang

e. Indikasi rawat
i. ISK neonatus
ii. Pielonefritis akut
iii. ISK dengan komplikasi e.g. gagal ginjal hipertensi
iv. ISK + sepsis/syok
v. ISK dengan klinis berat e.g. nyeri hebat, gabisa asupan oral, muntah, dehidrasi
vi. ISK dengan kelainan urologi kompleks
vii. ISK dengan organism resisten thdp antibiotik
viii. Ortu ga mampu rawat anak
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

KETOASIDOSIS DIABETIK (KAD)


1. DMT1
a. Autoimmune
b. Insulin nya udah sangat dikit / malah gada insulin sama sekali → insulin pada DM tipe 1
cuman dapet dari luar
c. Kenapa infeksi bisa bikin DM tipe 1?
i. Pada infeksi counter regulatory hormone dari insulin (glukagon, cortisol) meningkat
→ hormon ini bikin insulin receptor di tubuh jadi ga sensitif (resistensi insulin) →
HORMON INSULIN MESTI DINAIKIN
d. DM tipe 1 vs DM tipe 2
i. DM tipe 1
1. 3P nya lebih akut
2. Biasa pasien dateng pertama kali karena KAD nya
ii. DM tipe 2
1. 3P lebih kronis jadi pasien udah terbiasa
2. KAD lebih ke komplikasi

2. KRITERIA DIAGNOSIS
a. Hiperglikemia → GDS >200 mg/dL (>11 mmol/L)
b. Asidosis → pH <7,3 dan/atau HCO3​- ​<15 mEq/L
c. Ketonemia atau ketonuria

3. FAKTOR RISIKO KAD PADA DM TIPE 1


a. Kontrol metabolik buruk
b. Riwayat KAD Sebelumnya
c. Anak yg tidak menggunakan insulin
d. Gadis remaja atau peripubertal
e. Eating disorder
f. Sosial ekonomi rendah → akses ke pelayanan kesehatan terbatas

4. ANAMNESIS
a. Gejala klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan BB
b. Ass sx
i. Nyeri perut
ii. Mual, muntah
iii. Sesak
c. Pencetus
i. Infeksi: ISPA, ISK → demam, batuk pilek, nyeri tenggorokan, nyeri BAK
ii. Intake makanan
iii. Terapi insulin
iv. Aktivitas fisik
d. Riw keluarga dengan DM
e. Diet
f. Aktivitas fisik
g. Riw pengobatan insulin, brp x, rutin ga
h. Riw dirawat di RS
i. Tumbuh kembang
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

5. PEMERIKSAAN FISIK
a. GCS → penurunan kesadaran, letargi
b. TTV
c. Antropometri: BB, TB
d. Kussmaul respiration = cepat dan dalam
e. Napas bau buah
f. Dehidrasi → takikardia, hipotensi, turgor kulit menurun, syok
i. Dehidrasi ringan sedang (5 - 7%)
1. CRT memanjang
2. Turgor kulit menurun
3. Hiperpnea
4. Membran mukus kering, mata cekung, tidak ada air mata
ii. Dehidrasi berat (7 - 10%)
1. Nadi lemah
2. Hipotensi
3. Oliguria

6. KLASIFIKASI KAD (berdasarkan derajat keparahan)


a. KAD ringan : pH <7,3 atau HCO3​ ​<15 mEq/L
b. KAD sedang : pH <7,2 atau HCO3 <10 mEq/L
c. KAD berat : pH <7,1 atau HCO3 <5 mEq/L

7. PENUNJANG
a. Darah
i. GDS, HbA1c
ii. AGD
iii. Elektrolit
iv. Anion gap: Na - (Cl + HCO3) → normal = 12 mmol/L → kalo tinggi = ketosis berat
v. BOHB
vi. Ur, Cr

vii. Kalo blm tau DMT1 or DMT2


1. C-peptide → rendah = DMT1
2. Autoantibody → Anti IA-2, Anti GAD (glutamic acid decarboxylase) antibodi

b. Kalo infeksi → kultur darah/urin sblm antibiotik


c. Urinalisis: glucosuria, ketonuria, proteinuria, polyuria
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
d. EKG → kalo

8. TATALAKSANA
a. ABC
i. Breathing → kasih O2 kalo pasien dehidrasi berat atau syok
ii. Circulation → pantau pake EKG
iii. Pasang 2 large bore IV
iv. Pasang kateter → untuk pantau urine output
v. Nilai GCS
b. Ukur BB
c. Terapi cairan
i. Rehidrasi → memperbaiki sirkulasi, gantiin defisit cairan dan elektrolit, benerin fungsi
filtrasi ginjal (untuk ningkatin clearance glukosa dan keton dari plasma)
ii. Syok = NaCl 0,9% atau RL sebanyak 20 ml/kgBB → boleh diulang 3 kali
1. Kalo syok membaik tapi TTV belom stabil → turunin jadi 10 ml/kgBB dalam
waktu 1-2 jam
iii. Contoh pasien 40 kg
1. Terapi dehidrasi
a. Derajat dehidrasi 5% x 40 kg = 2 kg = 2000ml/48 jam
2. Terapi maintenance:
a. 1000 (10 kg x 100) + 500 (10 kg x 50) + 400 (sisa x 20) = 1900 ml/24
jam = 3800/48 jam

2000 ml + 3800 ml = 5800 ml/48 jam = 120 ml/jam

3. KASIH CAIRAN + KCl (40 mmol/L)


a. KCl intinya sebagai profilaksis

iv. KENAPA TERAPI CAIRAN DULU BARU INSULIN


1. Bisa perbaiki filtrasi glomerulus → clearance glukosa dan ketone dari plasma
2. Supaya bisa turunin ketoacidosis nya
3. Bisa restrore volume sirkulasi
4. Treat elektrolit yang hilang
5. Mengatasi hiperglikemia nya HARUS PELAN PELAN TURUNNYA → kondisi
tiba2 hipoosmolar → cairan dari ekstra sel masuk semua ke intrasel →
edema serebri kalo kecepetan
6. Gaboleh turunin GDS cepet2
d. Terapi insulin
i. Dosis: 0.05-0.1 U/kg/jam
ii. Target: GDS turun 100 mg/dl/jam
iii. Kenapa harus IV
1. Karna bisa diatur tetesan nya mesti gmna tp kalo suntik ato IM kan gabisa
diambil lg suntikannya
e. Dextrose
i. Kalo GDS udah turun <250 mg/dl → NaCl + dextrose 5%
f. Indikasi rawat ICU
i. KAD berat
ii. Risiko edema serebri
iii. Usia sangat muda (<5 th)
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
iv. Aritmia

9. MONITORING
a. GCS
b. TTV
c. GDS tiap jam
d. Intake, urine output tiap jam → balance cairan
e. Status neurologis tiap jam
f. Electrolyte tiap 2 jam
g. Monitor EKG → kalo hasil lab blm keluar u/ liat ada hipo/hiperkalemia
h. Resolusi DKA

10. PERBAIKAN KAD


a. Asidosis selesai
b. pH >7.3
c. HCO3 >15 mmol/l
d. Perbaikan anion gap

11. KAPAN DARI IV GANTI KE SC ​→ 0.7-1 unit/kg/hari


a. Kalo ketoacidosis udah resolve, pasien bisa oral intake → boleh kasih insulin SC
b. Gejala membaik

12. KOMPLIKASI
a. Edema serebri
b. Hipokalemia, hiperkalemia
c. Hipoglikemia
d. Komplikasi SSP lain
e. Hematoma
f. Trombosis
g. Sepsis
h. Rhabdomiolisis
i. Edema paru

13. DD → ​HHS
a. Biasanya di DMT2
b. Gejala 3P lebih kronik → makanya gejala klinis HHS itu dehidrasi beratttt
c. Gaada acidosis pH >7.3
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
d. Gaada kussmaul breathing

14. EDEMA SEREBRI


a. 1 kriteria diagnosis, 2 kriteria mayor ATAU 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor
i. Kriteria diagnosis :
1. Respon motor dan verbal abnormal terhadap nyeri
2. Postur dekortikasi/deserebrasi
3. Palsi saraf kranial
4. Pola nafas abnormal (merintih, takipneu, cheyne stokes breathing)
ii. Kriteria mayor :
1. GCS fluktuasi
2. Bradikardi konsisten, ga ad hubungan dengan volume intravaskuler dan tidur
3. Inkontinensia
iii. Kriteria minor :
1. Muntah
2. Sakit kepala
3. Letargis
4. TD diastolik >90 mmHg
5. Usia <5 tahun
b. Terjadi dalam 24 jam pengobatan
c. Observasi gejala neurologi jangan lupaaa
d. Risiko tinggi terjadi edema serebri :
- Usia <5 tahun, penderita baru
- Penderita dgn gejala yg sudah lama diderita (kronik)
- Asidosis berat, pCO2 rendah, BUN tinggi
e. Kalo sudah herniasi otak → manitol 1 - 2 g/kgbb IV drip cepat
f. Ct scan otak jgn lupa
g. Tatalaksana IDAI
- Kurangi jumlah cairan ⅓
- Manitol 0.5 - 1 g/kgbb IV 10 - 15 menit dan ulangi tiap 30 menit sampe 2 jam klo ga
ad respons
- NaCl 3% 2.5 - 5 ml/kgbb selama 10 - 15 menit kalo ga ad manitol dan ga respon ke
manitol
- Tinggikan kepala 30​o
- Intubasi kalo gagal nafas

15. EDUKASI
a. Cek GDS lebih sering di rumah pake GDS stick
b. Kalo gada alat di rumah ya rajin cek gula darah ke rumah sakit
c. Jangan skip insulin

SOAL UJIAN ESAI ANAK


1. Gizi buruk
a) Hitung kebutuhan kalori fase stabilisasi anak bb 4 kg dengan gizi buruk
- Fase stabilisasi kebutuhan kalorinya 80 - 100 kkal/kgbb/hari
- Anak 4 kg → 320 - 400 kkal/hari
b) Temuan klinis anak dengan gizi buruk
- Sunken eyes
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- Baggy pants
- Iga gambang
- Rambut jagung
c) Resomal isinya apa
- 37.5 mmol Na, 40 mmol K dan 3 mmol Mg per liter
- Cara membuatnya oralit WHO 1 sachet (200 ml) + gula pasir 10gr + larutan mineral
mix 8 ml + air sampe jadi 400 ml
- Kalau tidak ada mineral mix diganti pake bubuk KCl 0.8 gr mineral mixnya
d) Profilaksis besi
- Ferosulfat 3 mg/kgbb/hari
2. Difteri
a) Obat, dosis dan lama pemberian
- Antitoksin (anti diphtheria serum/ads)
- Dosis ADS berkisar 20,000 - 120,000 KI tergantung lokasi
- Pemberian ADS IV dalam larutan NaCl / 100 ml dextrose 5% dalam 1 - 2 jam
- Antibiotiknya kasih penisilin prokain 50,000 - 100,000 IU/kgbb/hari selama 10 hari
- Kasih prednison juga 2 mg/kgbb/hari selama 2 minggu
b) Obat untuk karier
- Pensiislin 100 mg/kgbb/hari PO selama 1 minggu
3. Angioedema, obat dan dosis
- anti histamin (klorfeniramin maleat) dosis 0.25 mg/kgbb ATAU setirizin 0.25 mg/kgbb/kali (<
2 tahun 2x/hari , >2 tahun : 1x/hari)
- Adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0.01 ml/kg (max 0.3 ml) secara IM
- Methylprednisolone IV 2 mg/kg/hari
4. Tetanus terapi medikamentosa dan non medikamentosa
- Diazepam 10 mg/kg/hari IV dalam 24 jam untuk kejangnya ATAU diazepam IV 0.1 - 0.2
mg/kg/kali tiap 3 - 4 jam
- Human tetanus immunoglobulin (HTIG) 3000 - 6000 IU ATAU ATS 50,000 - 100,000 IU
- Metronidazol PO 15 mg/kgbb/kali diberikan 4x selama 10 hari
- Non medikamentosa → imunisasi DPT, jaga kebutuhan cairan dan nutrisi, jaga jalan nafas
5. Dosis elemental Fe dan sediaan
- Kalau ADB → Besi elemental 4 - 6 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis, dimakan sebelum makan
(AC)
- Sediaan sirup besi elemental 15 mg/5 ml
- Ferrous sulfate besi elementalnya 20%
- Kalau daily sehari - hari tergantung usia
● preterm 3 mg/kgbb/hari
● aterm 2 mg/kgbb/hari
● balita dan usia sekolah 1 mg/kgbb/hari
● remaja 60 mg/hari
6. Anak thalassemia, obat dan dosis
- Transfusi darah bila Hb < 7 g/dL
● Rumusnya (target Hb - Hb sekarang) x BB x 4
- Deferioksamin (DFO) untuk overload besi
● < 3 tahun : 15 - 25 mg/kg/hari
● >3 tahun : 30 - 50 mg/kg/hari
- Asam folat 2 x 1 mg/hari
- Vitamin E 2 x 200 IU/hari
- VItamin C 2 - 3 mg/kg/hari
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

OSCEEEE

PASIEN PENKES + KEJANG


1. ANAMNESIS
a. Perkenalan diri: nama, usia
b. Informed consent
c. Sejak kapan penkes ?
d. Mulai sadar penkes kapan ?
e. Sebelum penkes, ngapain ? abis ngapain kok tbtb lemes ? kok sadar dia penkes ?
f. Selain penkes, ada kejang ga ?
g. Kejangnya kapan ? brapa lama kejang ? kejangnya baru sekali ato gimana ? kejang satu
tubuh ato gimana kejangnya ? sebelum kejang lagi apa ? sebelum kejang ada kejadian aneh
ga (lips smacking, dll) ? abis kejang langsung sadar ato ga sadar ? setelah selesai kejang,
nantinya kejang lg ga ? pas kejang dikasih obat apa ga ? kejangnya direkam ga ?
h. Ada demam ? demam sejak kapan ? tiba tiba demam tinggi ato gimana ? suhunya berapa ?
demamny tinggi seharian ato gimana ? naik turun ga ? udah kasih obat belum untuk
demamnya? Ubun ubun menonjol ?
i. Anaknya sakit kepala/rewel ? makan minum susah ga ? terakhir makan minum kapan ?
muntah ga ? kalo muntah menyembur ga ? anaknya masih nangis ga ? air mata keluar ?
j. BAB dan BAK gimana ? normal ?
k. Ada trauma ga ? kalo ada, perdarahan ga ?
l. Ada kuning kulitnya ? ada alergi ? ada ruam ?
m. Sebelum keluhan penkes ini, ada keluhan lain ga ? kyk cairan dari telinga ato sakit
tenggorokan ato ispa ato batuk batuk, pilek dll
n. Dulu dulu ada didiagnosa penyakit apa ga ?
o. Pasien tinggal ama siapa aja ? di rumah ada keluhan sama kyk anaknya ? ada riwayat tb ga
di orang terdekat ? di rumah ada sakit apa ga ? papa mama kerja apa ? ada riwayat alergi di
rumah ?
p. Imunisasi gimana ? lengkap ga sesuai umur ? terakhir imunisasi apa ?
q. Riwayat persalinan gimana ? lahir via apa ? antenatal care rutin ga ? suplemen selama
kehamilan gimana, konsumsi rutin ga ? ada penyulit kehamilan ga (DM, HT, infeksi, KPD)
r. Pas lahir, langsung IMD ? asi eksklusif ? ampe brp bulan ? dikasih sufor ga ? MPASI
gimana ? dikasih makan apa biasanya ?
s. Ini anak keberapa ? anak anak sebelumny usia berapa? lahir via apa ? ada penyulit
kehamilan ga ke anak sebelumnya ? imunisasi anak sebelumny lengkap ? anak anak
sebelumnya ada keluhan ga waktu lahir ampe sekarang ?
t. Tumbuh kembang gimana ? udh bisa jalan ? berdiri ? duduk ? manggil mama papa ?
menengok waktu dipanggil ? main mainan ? pungut benda kecil ?
u. Tinggal dimana ? lingkungan bersih ato ga ?

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Cuci tangan + pake handscoon
b. Ukur bb, tb, lingkar kepala → interpretasi ke growth chart
c. Tiduran di meja pemeriksaan
d. Berdiri sebelah kanan
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
e. Keadaan umum, kesadaran
f. GCS
- Eye : pastikan mata terbuka. Kalo ga dipanggil ato ga rangsang nyeri
- Verbal : coos ato babbles, ato nangis
- Motoric : gerak spontan? ato withdraw from pain, ada dekortikasi ato deserebrasi
g. TTV
- Tekanan darah
- Heart rate
- Respiratory rate
- Suhu
- CRT <2s
- Akral hangat/dingin
h. PF generalized
- Ekstremitas → scar bekas bcg? Jaundice? Kulitnya?
- Head → kepala besar atau normal? ubun ubun ada bulging? Cekung?
Ubun-ubunnya sudah tertutup atau belum? Cracked pot sign (macewen’s sign)?
- KGB → pembesaran kgb apa ga?
- Mata → sunset eyes? Anemis ? ikterik ? kemerahan ? RCL, RCTL
- Hidung → konka edema, sekret, pernapasan cuping hidung
- Telinga → sekret, hiperemis
- Thorax →
- Inspeksi → bentuk dada, iktus kordis, pengembangan dada
- Auskultasi → normal, vesikular, s1s2, tidak ada murmur
- Abdomen →
- Inspeksi → datar/cembung? Tidak ada luka? umbilikus?
- Auskultasi → bising usus?
- Palpasi → nyeri tekan? Turgor kulit? Hepatomegali?
- Perkusi →
- Genitalia → tidak ada kelainan di genitalia, tidak ada ruam sekitar anus ? kalo cowo
ad scrotal edema ga ?
- Vertebra → menonjol? Rambut halus? Bulging?
i. PF neuro
i. Meningeal sign
1. Kaku kuduk + brudzinski I
2. Laseque
3. Kernig
4. Brudzinski II
ii. Penkes
1. CN 2, 3 → RCL RCTL
2. 3,4,6 → gerakan mata, dolls eye reflex
3. CN 7 → pas nangis ada yg ketinggalan? Miring gitu mukanya liat bibirnya
ketinggalan atau ngga?
4. CN 9 → gag reflex
iii. Tonus → hipo atau hipertonus? Atrofi ga ? lateralisasi ?(kalo yg jatoh kiri dulu = lesi
di otak kanan)
iv. Reflex fisiologis → biceps, triceps, patella, achilles
v. Patologis → babinski (bisa ada sampe usia 2 tahun), chaddock, oppenheim, gordon,
schaefer sign
j. CUCI TANGANNNNNN
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Cek darah (Hb, hct, rbc, wbc, diff count, mcv, mch, mchc, AGD, elektrolit, GDS, LED, CRP,
glucose)
b. LP
i. Tanda dan gejala rangsang meningeal
ii. Kecurigaan infeksi SSP dari anamnesis dan PF

c. TB → Mantoux, cek sputum (bisa pake bilas lambung), chest x-ray

4. TATALAKSANA
a. Pastikan airway clear, beri supplementasi oksigen (<94%)
b. Kasih cairan NaCl 0.9% maintenance (holliday segar)
c. Nutrisi
i. Sesuai RDA
ii. Kalo penkes → NGT ato ga IV
d. TB meningitis → 2 RHZE/ 10 RH + ​steroid 4 minggu​ baru tau 4 minggu tapering off
(prednisone 2 mg/kgbb/hari 1dd1)
e. Asetazolamide
f. Meningitis bakteri
i. Antibiotik
1. <3 bulan = Cefotaxime 50 mg/kgBB/kali (4dd1) + ampicilin 50 mg/kgBB/kali
(4dd1) → SELAMA 21 HARI
2. >3 bulan = ampicilin 50 mg/kgBB/kali (4dd1) + chloramphenicol 25
mg/kgBB/kali (4dd1) → SELAMA 14 HARI
ii. Steroid
1. TAMBAHIN prednison 2 mg/kg/hari ATAU dexamethasone 0,15 mg/kg/kali
(4dd1) → SELAMA 3-5 HARI
g. Ensefalitis
i. PCT 10 mg/kg/kali (4dd1)
ii. TIK = mannitol 0,5 - 1 g/kg/kali
iii. Asiklovir 10 mg/kg/kali (3dd1) → SELAMA 10-14 HARI
h. Profilaksasis kejang pada meningitis
- Fenobarbital → 8 - 10 mgkgbb/hari dibagi 2 dosis dalam 2 hari,
- dilanjutkan dengan 4 - 5 mg/kgbb
i. Rujuk SpA
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

5. PROGNOSIS
- Baik bila ditangani awal

6. EDUKASI
- Penyakit ini merupakan radang dari selaput otak, infeksinya disebabkan oleh banyak hal bisa dari
virus, bakteri dan bakteri TB.
- Vaksin BCG kalo belom → tp cek mantoux dulu
- Kalo anak kejang
- Tetep tenang jangan panik
- Longgarin baju yg ketat terutama daerah leher
- Kalo anak ga sadar, posisikan anak miring. Kalo muntah → bersihin muntahan atau lendir
- Jangan masukin apapun ke dalam mulut
- Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang → videoin aja
- Tetep sama anak selama dan sesudah kejang
- Berikan diazepam rektal kalo kejang masih berulang lebih dari 5 menit → jgn kasih kalo
kejang udah berenti → cmn bole dikasih skali sm ortu
- Cara kasih diazepam → miringin anak + masukin tahan dlu bbrp detik baru keluarin
jari
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- Bw ke dokter / rs kalo kejang masih last >5 menit, suhu >40 C, kejang tdk berenti dengan
diazepam rektal, kejang fokal, kalo abis kejang anak ga sadar, trdpt kelumpuhan

PASIEN DIARE
A. ANAMNESIS
1. Perkenalan
2. Tanya identitas pasien? Umur berapa?
3. Keluhan utama : mencret
4. Mencretnya sejak kapan? Berapa kali mencret dalam sehari? Konsistensinya gimana cair, ampas,
jelly ? Lendir, minyak, darah (warna nya hitam, merah terang, gelap? Tercampur sama fesesnya?
Atau menetes?), bau? Jumlah kalo gelas aqua itu seberapa banyak?
5. Abis makan buah naga / beet
6. Sebelumnya kalau pup memang selalu cair atau baru-baru ini saja cairnya?
7. Sebelum mencret makan apa yah? Ada jajan diluar? Ada konsumsi makanan baru ?
8. Udah sempet dikasih obat?
9. Mual? Muntah (berapa kali? Isinya apa?), Demam (kalo iya, diukur gak? Berapa hari? Terus
menerus atau hilang timbul?obat?, Nyeri perut? Rewel gak anaknya?
10. Anaknya kentut kentut ? pantat gatel ? garuk garuk pantat ?
11. Perutnya kaya membesar dan keras gak → kembung
12. Kulit kuning ?
13. Kalo main diluar pake alas kaki gak? Suka main tanah atau gak?
14. Masih mau minum makan? Anaknya kayak uring uringan atau ngga? Air matanya gimana? Buang
air kecil nya gimana (volume? Warna pekat atau gak?), ada turun berat badan apa gak?
15. Minum susu formula gak? Akhir2 ini ada ganti susu gak? Ada alergi susu? Atopi dermatitis?
16. Riwayat tumbuh kembang? Udah bisa ngapain aja
17. Riw kehamilan
18. Riw persalinan
19. Riwayat imunisasi gimana ?terakhis vaksin apa ? lengkap ga ?
20. Orang sekitar ada gak yang diare juga? Minum airnya gimana galo atau apa?

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran umm
2. TTV → tekanan darah, hr, rr, crt, spO2, akral
3. Antropometri → bb tb lk → interpretasi status gizi
4. General
a. Kepala → ubun ubun cembung / cekung, normosefali
b. Mata → mata cekung? konjungtiva anemis? Sklera ikterik? Air mata ada ? RCL RCTL
c. Hidung → tanda tanda anak alergi? Sekret ? nafas cuping hidung ?
d. Mulut → cyanosis? Mukosa Kering?
e. Thorax →
i. Inspeksi → bentuk dada, iktus kordis, pengembangan dada
ii. Auskultasi → normal, vesikular, s1s2, tidak ada murmur
f. Abdomen →
- Inspeksi → datar/cembung? Tidak ada luka? Umbilikus?
- Auskultasi → bising usus?
- Palpasi → nyeri tekan? Turgor kulit? Hepatomegali? Asites ?
- Perkusi → timpani ga
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
g. Anus → perianal rash
h. Ekstremitas kulit → atopi? Kuning?
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CBC → Hb, hct, diffcount, leukosit, elektrolit, gds, esr, mcv mch mchc
b. Feses lengkap (makro dan mikro)
- Macro = darah, lendir, ampas, konsistensi, bau
- Micro = leukosit, telur
c. lakmus (jadi merah <5,5 berarti lactose)
d. Kalo kuning → OT PT?
e. Agd → dehid berat

D. DIAGNOSIS → cth, diare akut dengan dehidrasi berat ec. Suspek bakteri atau virus

E. TATALAKSANA
a. Rawat inap kalo berat
b. 5 PILAR (CAIRAN, ZINC, NUTRISI, ANTIBIOTIK, EDUKASI)
c. Rehidrasi iv → tergantung dehidrasinya apa
● Tanpa dehidrasi → rawat jalan, minum banyak aja. Tiap diare minum oralit
= < 1 tahun (50 - 100 ml)
= > 1 - 5 tahun (100 - 200 ml)
● Dehidrasi ringan sedang
= oralit PO 75 ml/kg 3 jam pertama lanjut terapi tanpa dehidrasi (5 - 10 ml/kg)
= kalo IV tergantung bb
- 3 - 10 kg = 200 ml/kg/hari
- 10 - 15 kg = 175 ml/kg/hari
- > 15 kg = 135 ml/kg/hari
● Dehidrasi berat
= IV < 1 tahun = 1 jam 30 ml/kg lanjut 5 jam 70 ml/kg
= IV > 1 tahun = 30 menit 30 ml/kg lanjut 2.5 jam 70 ml/kg
= kalo shock → bolus NS 0.9% 20 ml/kgbb (10 - 15 menit)
d. ZINC
- < 6 bulan = 10 mg/hari (½ tablet)
- > 6 bulan = 20 mg/hari (1 tablet)
- Zinc syrup = 10 mg/5 ml
- KASIH ZINC 10 - 14 HARI
e. NUTRISI
- Makan dikit tapi sering (6x sehari)
- Makan kyk normal
- Makanan rendah serat
f. ANTIBIOTIK
- Kalo infeksi bakteri aja
- Cholera → tetracycline 12.5 mg/kgbb/kali 4dd1 selama 3 hari
- Disentri amoeba → metronidazole 10 mg/kgbb/kali 3 dd1 selama 5 hari
- Disentri basiler → ciprofloxacin 15 mg/kgbb/kali 2dd1 selama 3 hari
g. EDUKASI
- Bawa anak ke rs kalo : demam ga sembuh, BAB darah, makan/minum sedikit, sangat haus,
diare makin sering, diare belum mebaik
- Higiene → cuci tangan, makan minum bersih
- Cara buat oralit
- Oralit sachet + air 200 ml
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- Kalo gada oralit = 200 ml air + 1 sdt gula + ¼ sdt garam

PASIEN DENGUE
A. ANAMNESIS
- Perkenalan
- Informed consent
- Identitas pasien
- Keluhan utama: demam
- Demam
- Berapa derajat diukur ga. Pertama kali berapa derajat
- Sejak kapan
- Mendadak tinggi atau gak
- Naik turun / terus-menerus sama
- Membaik dengan obat gak
- Ada jam tertentu gak suhunya makin tinggi? Atau rendah?
- Menggigil gak → baru demam → terus muncul keringat dingin (malaria)
- Ada riwayat travelling gak m
- Nyeri → nyeri kepala, nyeri belakang mata, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri perut
- Mual, muntah
- Nyeri tenggorokan
- Muncul ruam gak
- Gusi berdarah, mimisan, BAB hitam/merah, batuk darah, muntah darah, BAK darah
- Lemes
- Nafsu makan menurun gak
- Sesak nafas
- 3 C → Ada mata merah gak, batuk, pilek
- BAB (diare), BAK
- Pipis terakhir kapan, berkurang gak
- Masih mau minum gak, warna pipisnya gimana
- Penurunan BB
- Riw penyakit dahulu
- Orang sekitar ada yg kaya gitu gak, pernah di fogging gak
- Daerah rumah banyak genangan air gak → di bak mandi
- Rumahnya banyak nyamuk gak
- Kalo nangis air mata masih keluar gak
- Riw penyakit keluarga → ada yg kaya gitu jg gak
- Riw kehamilan, persalinan, nutrisi, tumbuh kembang
- Riw. alergi
- Riw. imunisasi lengkap gak
B. PEMERIKSAAN FISIK
- Cuci tangan + pake handscoon
- Keadaan umum + kesadaran + TTV (+pulse pressure, nadi kuat angkat gak)
- Antropometri
- PF generalis
- Kepala : ubun ubun, rambut tersebar merata
- Mata : konjungtiva anemis, sklera ikterik, mata cekung, RCL, RCTL,
konjungtivitis
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- hidung : sekret, perdarahan, napas cuping hidung
- Telinga : sekret, nyeri, perdarahan
- Mulut : gusi berdarah, mukosa kering, sianosis, coated tongue, strawberry
tongue
- Tenggorokan : faring hiperemis, detritus, pembesaran tonsil
- Leher : pembesaran KGB
- Thorax : inspeksi bentuk dada, iktus kordis, perkusi, auskultasi vesikuler, s1
s2, ronki ga
- Abdomen : inspeksi asites, bentuk perut, auskultasi bising usus, perkusi timpani,
palpasi nyeri tekan, turgor kulit, hepatomegaly
- Ekstremitas : ruam, petekiae, akral dingin, crt, purpura, ekimosis, mottling
- Genitalia : ruam sekitar anus
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- CBC + diff count, trombosit, leukosit, Ht
- PT/APTT → kalo ada tanda perdarahan
- SGOT, SGPT → kalo ada hepatomegaly
- Elektrolit
- Rumple leed test (gini spelling yg bner don)
- Hari 1 - 5 → cek NS1
- Next hari → cek IgM
- X ray → kalo curiga efusi pleura
- USG → kalo asites
D. TATALAKSANA
- Kriteria rawat inap
- Semua DHF
- Kalo DF tp ada muntah terus menerus, rumah jauh, gada yg ngawasin di rumah,
obesitas
- Dengue fever → rawat jalan, bedrest, minum banyak air, supportif pct 10 mg/kgbb/kali tiap
4-6 jam
- Balik kalo ada warning sign → muntah persisten, nyeri abdomen, letargi, gelisah,
oliguria
- CEK TTV
- Obat mual = ondansetron 0,2 - 0,4 mg/kg/kali (3dd1)
- Terapi B = DHF 1 & 2
- Oksigen kalo SpO2 <94%
- IVFD asering maintenance + defisit 5%
- Jd (maintenance holiday segar terus kali 2) + (5 % x bb). Nanti dapet hasilnya terus
dibagi 48 biar dapat jumlah cairan per jam
- TERAPI C = DHF 3
- Pertama kasih 10 ml/kgbb dalam 1 - 2 jam.
- Kalo perbaikan, diturunin rate nya dari 10 , 7 , 5 , 3 , 1.5 ml/kgbb/jam
- Kalo perbaikan, stop IV nya hehe
- Kalo yg pertama sudah dikasih 10 ml/kgBB tapi tidak perbaikan, maka cek
hematokrit
- Hematokrit naik → dikasih IV colloid (dextran 40)
- Hematokrit turun → transfusi PRC 10 ml/kgbb/jam
- Terapi DHF 4
- Pertama kasih 10 ml/kgbb dalam 10 - 20 menit
- Kalo perbaikan, diturunin rate nya dari 10 , 7 , 5 , 3 , 1.5 ml/kgbb/jam
- Kalo perbaikan, stop IV nya hehe
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- Kalo yg pertama sudah dikasih 10 ml/kgbb/ tapi tidak perbaikan, maka cek
hematokrit
- Hematokrit naik → dikasih IV colloid (dextran 40)
- Hematokrit turun → transfusi 10 ml/kgbb/jam
- Monitor TTV → 1 - 2 jam. Lab → 4 jam
E. TATALAKSANA KELEBIHAN CAIRAN
- Tanda = sesak, edema, ronki
- Furosemide 1 mg/kg/dosis
F. KRITERIA PULANG
- Tidak demam dalam 24 jam
- Nafsu makan meningkat
- Keadaan klinis membaik
- Urine output >1 cc/kg/jam
- Tidak ada gangguan napas
- Ht mulai turun
- Leukosit turun
- Trombosit naik >50.000
G. EDUKASI
- 3M
- Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi atau toren, minimal
tiap pekan.
- Menutup rapat tempat penampungan air.
- Mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti.

PASIEN ASMA
A. ANAMNESIS
- Perkenalan diri
- Informed consent
- Data diri pasien, pekerjaan orang tua
- Keluhan utama = SESAK
- Sesak
- Onset
- Timbul berulang atau ini pertama kali
- Kalo berulang, biasa serangan brp x dalam jangka waktu tertentu (seminggu sekali
ato sebulan sekali)
- Mendadak atau perlahan
- Berhubungan dgn waktu ga: lbh parah pas pagi siang atau malam
- Dipengaruhi oleh posisi ga
- Lbh parah saat telentang, telungkup atau setengah duduk
- Timbul setelah ngapain
- Aktivitas fisik lari atau jalan agak jauh
- Abis makan minum ga
- Abis kena debu ato alergen apa
- Membaik dgn obat ga
- Ada suara ngikngik gak napasnya
- Kalo pagi atau subuh memberat gak
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- Kapan terakhir serangan
- Ada pencetusnya gak → alergi, debu, dingin, exercise
- Suka kebangun karna sesak atau batuk gak
- Saat dtg pas lagi serangan
- Kl ngomong terbata bata ga
- Ada posisi tertentu ga yg bikin seseknya enakan
- Berapa lama
- Ngantuk ga pas serangan, ato keliatan kyk ga fokus
- Demam → GOOD PASS OF A TEAM
- Riwayat alergi, riwayat merah2 pipinya (dermatitis atopic), gatal2, pilek2 (rhinitis alergi),
batuk (berdahak ga, muncul pas kapan, membaik dengna apa )
- Di keluarga ada asma gak, ada alergi ga di keluarga
- Riwayat kehamilan, persalinan, imunisasi, nutrisi, tumbuh kembang

B. PEMERIKSAAN FISIK
- Cuci tangan
- Keadaan umum + kesadaran + TTV (+pulse pressure, nadi kuat angkat gak)
- Antropometri
- PF Generalis
- Kepala : ubun ubun, rambut tersebar merata
- Mata : CA, SI, RCL, RCTL, mata cekung, allergic shiners
- Hidung : sekret, perdarahan, napas cuping hidung, konka edema, nyeri tekan
sinus
- Telinga : sekret, nyeri, perdarahan
- Mulut : gusi berdarah, mukosa kering, sianosis, geographic tongue
- Tenggorokan : faring hiperemis, detritus, pembesaran tonsil
- Leher : pembesaran KGB, retraksi, otot pernapasan tambahan
- Thorax : inspeksi bentuk dada, ictus kordis, perkusi, auskultasi vesikuler, rh,
wh, stridor/slem
- Abdomen : inspeksi datar, bentuk perut, auskultasi bising usus, perkusi timpani,
palpasi nyeri tekan, turgor kulit, hepatomegaly
- Ekstremitas : akral dingin, crt, clubbing finger, sianosis perifer
- Genitalia : tdk ada kelainan, tdk ada ruam

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- CBC
- X-ray thorax
- Spirometry
= FEV1/FVC <90% dan FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
= uji reversibilitas (dikasih bronkodilator) → peningkatan FEV >12%
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
= uji provokasi → dikasih pencetus kyk debu dll gt → penurunan FEV 1 >20%
- Skin prick test
- FeNO (fraction exhaled nitric oxide)
- Uji provokasi bronkus dengan exercise
- IGD = saat serangan
- Spirometry
- AGD: kalo FEV1 <50% / asma berat
- CXR: kalo asma berat / curiga komplikasi (pneumothorax, pneumonia, benda asing)

D. DD:
a. Pneumonia: demam produktif, batuk sesak + ronchi
b. Bronkiolitis: <2 tahun, demam, tdk respon thdp bronchodilator +
c. Asma: >5 tahun, respon thdp bronchodilator, episodik, riw atopi, pencetus, wheezing saat
serangan
d. Croup: 6 bulan-6 tahun, stridor inspirasi, batuk gonggong

E. SAAT SERANGAN
- Ringan sedang
- Oksigen 1-2 lpm jika SpO2 <94%
- Salbutamol 4-10 semprot
- Nebu: max 3x tiap 20 menit, yg ke 3x ditambahin ipratropoim bromida
(antimuscarinic)
- MDI + spacer
- Prednisone 1-2 mg/kg/hari (max 40 mg) PO 3-5 hari
- Nilai respon membaik dalam 1 jam → SpO2 >94 gak, PEF >60 gak
- Kalo semua baik, boleh pulang (sediain pereda, controller, ama steroid oral (steroid 3
- 5 hari))
- Berat
- Inhalasi salbutamol + ipratropium bromida
- Prednisone 1-2 mg/kg/hari IV (max 40 mg) 4 x 1
- Aminofilin 6-8 mg/kg IV dilarutkan dalam NaCl 0.9% 20ml selama 30 menit
- Ancaman henti napas ATAU kalo serangan berat yg memburuk setelah tatalaksana
- ABC
- Rawat di ICU
- Inhalasi salbutamol
- Oksigen, intubasi jika perlu

F. OBAT PULANG (JANGKA PANJANG)


SABA → Salbutamol inhaler 100 mcg; salbutamol syrup 2mg/5ml
→ <6 tahun: 4-8 puff; >6 tahun: 8-12 puff

ICS + LABA: Fluticasone propionate + Salmeterol (Seretide)


- Diskus:
- 100 mcg + 50 mcg
- 250 mcg + 50 mcg
- 500 mcg + 50 mcg

- Intermittent​: ksh reliever aja → SABA (salbutamol 100 mcg)


R/ Salbutamol inhaler 100 mcg no. I
S 1dd4 (PRN)
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

- Persisten ringan​: SABA + ICS dosis rendah


R/ Salbutamol inhaler 100 mcg no. I
S 1dd4 (PRN)
R/ Fluticasone propionate 100 mcg no. I
S 2dd1 puff

- Persisten sedang​: SABA + ICS dosis rendah + LABA


R/ Salbutamol inhaler 100 mcg no. I
S 1dd4 (PRN)
R/Fluticasone propionate + Salmeterol diskus 100/50 mcg no. I
S 2dd1 puff

- Persisten berat​: SABA + ICS dosis menengah + LABA


R/ Salbutamol inhaler 100 mcg no. I
S 1dd4 (PRN)
R/Fluticasone propionate + Salmeterol diskus 250/50 mcg no. I
S 2dd1 puff

**PEMANTAUAN = step up (dilihat dalam 6 minggu gada perbaikan), step down (dilihat dalam 8
minggu ada perbaikan)

G. EDUKASI
a. Tanda2 serangan: batuk, gelisah, sesak, bicara kalimat/kata2,
b. Kapan ke RS
i. Sesak berat
ii. MDI + spacer udah semprot 4x tapi ga membaik
iii. Nebu udah 2x tapi ga membaik
c. Hindarin faktor pencetus: debu, asap rokok, binatang, rhinosinusitis, olahraga
d. Jelasin ini derajat apa, butuh obat apa, harus semprot brp kali sehari
e. Cara pemberian obat
i. MDI + spacer 2-4x semprot
ii. Nebulizer 1x
f. Seretide = abis semprot → kumur pake air putih lalu dibuang supaya mulut ga jamuran
g. MDI
- MDI kocok dulu → buka tutupnya → masukin ke spacer
- Buang napas maksimal → masukin spacer ke mulut anak → rapatin jgn sampe ada
yg bolong → teken MDI buat semprot obat → tarik napas pelan2 → tahan nafas
kurleb 10 detik → terus ekspirasi perlahan
h. Saranin vaksin influenza per tahun → karena penyebab paling sering pencetus asma adalah
ISPA
i. Bagaimana untuk diagnosis asma?
i. Bisa tes alergi: kulit ditusuk dgn allergen nanti dilihat responnya
ii. Tes spirometry (yg plg sederahana): untuk liat brp persen udara yg masuk dan keluar
dari paru, lalu dikasih obat (SABA) kl meningkat >= 12%, maka + asma
iii. Rontgen: bisa jg tp kurang baik, bisa lihat pengembangan dada (brp banyak udara yg
tertinggal di dalam)
j. Komplikasi dari asma: bisa gagal tumbuh dan pengaruh pd kognitif anak
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
PASIEN TB
A. ANAMNESIS
- Perkenalan diri
- Informed consent, data diri pasien
- KU = batuk
- Batuk (>3 minggu gak)
- Sejak kapan
- Hilang timbul atau terus-menerus
- Batuk nya ada dahak gak atau kering
- Makin parah gak
- Ada jam-jam tertentu batuknya makin parah gak
- Sering kebangun karna batuk gak
- Demam → sejak kapan, brp derajat, naik turun gak, hilang timbul, membaik dengan obat
gak
- Penurunan BB
- Keringat malam
- Napsu makan menurun gak
- Lesu
- Mual, muntah, nyeri perut
- BAK, BAB → diare persisten ada gak
- Nyeri kepala
- Penurunan kesadaran
- Bengkak di leher
- Ada tonjolan di punggung
- Di rumah tinggal sama siapa → ada yg punya gejala serupa gak, ada yg sakit gak, ada yg
punya riw minum obat 6 bulan gak
- Area tempat tinggal gmna → apakah sirkulasi udara baik (banyak jendela)
- Pernah kontak dengan orang tb gak
- Riw tumbuh kembang ada hambatan gak

B. PEMERIKSAAN FISIK
- CUCI TANGAN
- Keadaan umum + TTV
- Antropometri → biasa gizi kurang/buruk
- PF Generalis
- Kepala : ubun ubun, rambut tersebar merata
- Mata : CA, SI, RCL, RCTL, mata cekung, allergic shiners
- Hidung : sekret, perdarahan, napas cuping hidung, konka edema, nyeri tekan
sinus
- Telinga : sekret, nyeri, perdarahan
- Mulut : gusi berdarah, mukosa kering, sianosis,
- Tenggorokan : faring hiperemis, detritus, pembesaran tonsil
- Leher : pembesaran KGB, retraksi, otot pernapasan tambahan
- Thorax : inspeksi bentuk dada, iktus kordis, perkusi, auskultasi vesikuler, rh,
wh, stridor/slem
- Abdomen : inspeksi datar, bentuk perut, auskultasi bising usus, perkusi timpani,
palpasi nyeri tekan, turgor kulit, hepatomegaly
- Ekstremitas : akral dingin, crt, clubbing finger, sianosis perifer
- Genitalia : tdk ada kelainan, tdk ada ruam
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- Vertebrae : gibus, kifosis
- Cuci tangan lagi

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CBC
2. Uji tuberkulin/mantoux → suntik 0.1 ml tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan. Diukur
setelah 48 - 72 jam.
a. > 10 mm = (+) TB
b. < 5 mm = (-)
c. 5 - 9 mm = meragukan. Ulang setelah 2 minggu
d. Immunocompromised (+) > 5 mm
3. Foto toraks AP dan lateral kanan
● Pembesaran kelenjar hilus/paratrakeal
● Konsolidasi segmen/lobus paru
● Milier
● Kavitas
● Efusi pleura
● Atelektasis
● kalsifikasi
4. BTA sputum. Kalo ga dapet sputum, boleh bilas lambung
5. TCM/gen Xpert

D. KRITERIA DIAGNOSIS
- TB Terkonfirmasi diagnosis
- BTA (+)
- TB Anak klinis
- BTA (-) + TB Skoring ​>​6
- BTA (-) + TB skoring <6 + Tuberkulin (+)/Kontak TB paru
- Kontak TB paru

E. TATALAKSANA
a. TB klinis, kelenjar, efusi pleura 2RHZ / 4RH
b. TB confirm bakteriologis, TB ekstra paru 2RHZE / 4RH
c. TB meningitis, tulang, milier 2RHZE / 10RH

Rifampicin 15 mg/kg/hari (sediaan: 300mg/tab)


Isoniazid 10 mg/kg/hari (sediaan: 150, 300, 450 mg/tab)
Pirazinamid 35 mg/kg/hari (sediaan: 500mg/tab)
Ethambutol 20 mg/kg/hari (sediaan: 500mg/tab)

d. Kortikosteroid 2 mg/kg/hari (max dose 60 mg/hari) selama 4 minggu


- TB ekstra paru
- TB milier
- TB efusi pleura
e. Pyridoxine (1 tab: 10mg) → untuk HIV dan Gibur → ksh 2 bulan pertama, 1 jam sebelum
makan
- <200mg INH: 1x10mg
- >200mg INH: 2x10mg

BB: 20 kg
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
R/ Rifampicin 300mg
m.f. pulv dtd No. XXX
S 1dd1 AC

R/ Isoniazid 200mg
m.f. pulv dtd no. XXX
S 1dd1

R/ Pirazinamid 700mg
m.f. pulv dtd no. XXX
S 1dd1

R/ Ethambutol 400mg
m.f. pulv dtd no. XXX
S 1dd1

R/ Pyridoxine tab 10 mg
m.f. pulv dtd no. X
S 1dd1

F. MONITORING
- Fase awal: kontrol 2 minggu (nilai: perbaikan klinis, kepatuhan minum obat, efek samping
obat)
- Kl BTA positif pd awal pengobatan: periksa dahak ulang pd akhir bulan ke-2, ke-5,
ke-6
- Fase lanjutan: kontrol 1 bulan

G. EDUKASI
- Vaksin BCG
- Kalau belum → cek mantoux dulu (kalo >3 bulan)
- Kalo mantoux + → isoniazid 6 bulan
- Social
- Kurangi kontak TB
- Jaga kesehatan, intake baik
- Etika batuk → tutup dengan tisu, atau lipatan siku
- Obat
- Anak harus minum obat secara teratur → perhatiin tiap kali anak minum obat
- Kalo di fase intensif (2rhz) ga minum obat > 2 minggu ATAU di fase lanjutan (4rh) ga
minum obat >2 bulan terua anaknya ada gejala TB, ulang dari awal obatnya
- Kalo di fase intensif ga minum obat < 2 minggu ATAU <2 bulan ga minum obat di
fase lanjutan terus anaknya ada gejala Tb, obatnya lanjutin aja ampe selesai
- Efek samping obat → jangan kaget
- Rifampicin: kencing merah, hepatitis
- Isoniazid: hepatitis, neuritis perifer
- Pirazinamid: nyeri sendi
- Ethambutol: buta warna, visus turun
- Kriteria sembuh
- Awal hasil bakterologies positif, setelah pengobatan jadi negatif dan salah satu dari
pemeriksaan sblmnya jadi negatif
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU

PASIEN SN & GNAPS & ISK


A. ANAMNESIS
- Perkenalan diri
- Informed consent, data diri pasien, kerja orang tua
- KU = mata bengkak ato anggota tubuh lain bengkak
- Bengkak
- Sejak kapan
- Bengkaknya tiba tiba atau perlahan
- Sebelum bengkak lagi apa, dicetus apa kira kira
- Bengkaknya dimana aja → mata, kaki, seluruh badan, perut membesar ga
- Kalo pagi lebih bengkak gak
- Ada nyeri gak
- Ada sesak gak
- Gangguan penglihatan
- Mual, muntah
- ada keluhan lain ga ? demam ? urin merah
- BAK
- Warna apa → keruh ga, ada darah gak, kuning pekat
- Sehari brp kali, berapa banyak
- Sering terbangun untuk pipis gak
- Nyeri pinggang, nyeri perut bawah
- Berbusa gak
- Nyeri ketika berkemih
- Rasa tidak tuntas setelah berkemih / anyang-anyang
- Pernah ga ingin BAK dan gabisa ditahan → ngompol
- Sulit memulai BAK gak
- Berat badan meningkat gak
- GNAPS = riw. Sakit kulit (3 minggu sebelumnya), ISPA → nyeri tenggorokan, batuk, pilek (2
minggu sebelumnya)
- BAB gimana
- Penurunan nafsu makan
- Mudah lelah
- Telinga berdenging
- Nyeri sendi
- Riw. seperti ini sebelumnya
- Riw. sakit ginjal

B. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum TTV → liat ada hipertensi gak
- Cuci tangan
- Antropometri
- PF Generalis
- Kepala : ubun ubun, rambut tersebar merata
- Mata : CA, SI, RCL, RCTL, edema periorbital
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- Hidung : sekret, perdarahan, napas cuping hidung, konka edema, nyeri tekan
sinus
- Telinga : sekret, nyeri, perdarahan
- Mulut : gusi berdarah, mukosa kering, sianosis,
- Tenggorokan : faring hiperemis, detritus, pembesaran tonsil
- Leher : pembesaran KGB, retraksi, otot pernapasan tambahan
- Thorax : inspeksi bentuk dada, ictus kordis, perkusi, auskultasi vesikuler, rh,
wh, stridor/slem
- Abdomen : inspeksi datar, bentuk perut, auskultasi bising usus, perkusi timpani,
palpasi nyeri tekan, turgor kulit, hepatomegaly, nyeri ketok CVA
- Ekstremitas : akral dingin, crt, clubbing finger, sianosis perifer, edema tibia
- Genitalia : tdk ada kelainan, tdk ada ruam, scrotal edema

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. SN
● Lab darah
- CBC + diffcount, CRP, ESR
- GDS
- Kolesterol (Total, HDL, LDL) → Hiperkolesterolemia (>200 mg/dl)
- Albumin → Hipoalbuminemia (<2.5g/dl)
- SGOT, SGPT
- Fungsi ginjal
- Ur
- Cr
- GFR
- Creatinine Clearance
- Rasio albumin kreatinin urin >2
- Elektrolit
● Urin
- Urinalysis → Proteinuria masif ​>​2+, bisa hematuria
- Urin 24 jam → Protein kuantitatif, rasio protein:kreatinin
● Serologi (kl ada curiga imun)
- Complement C3, C4
- Curiga SLE: anti dsDNA, ANA profile
2. GNAPS
● Lab darah
- CBC + diffcount, CRP, ESR
- GDS
- Ur cr darah meningkat
- Elektrolit
- Albumin (kl edema)
● Urinalysis
- Hematuria (makro dan mikro), proteinuria, silinder eritrosit
● ASTO meningkat (>200)
● C3 menurun (pd minggu pertama)
● Gram stain + culture
● Swab tenggorok: : ketemu streptococcus
3. ISK
- Leukosituria
- Nitrit (+)
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- Leukosit esterase (+)
- Proteinuria
- Hematuria
- uNGAL naik
- Bakteri >10​5​ cfu/ml urin (kateter. Midstream, urin collector)
- Leukositosis
- CRP ESR naik

D. DD EDEMA
a. SN: edema mata/perut/tungkai, UO turun
b. GNAPS: riw ISPA/pioderma, hematuria, UO turun, hipertensi
c. GIBUR (Kwashiorkor): BB/TB <-3SD,

E. TATALAKSANA
1. Tatalaksana SN
- Rawat inap bangsal pediatric, tirah baring
- O2 room air
- Cari fokus infeksi → eradikasi infeksi sebelum terapi steroid
*Mantoux (+): INH profilaksis + steroid selama 6 bulan
*TB (+): obatin TBnya dulu
- Nutrisi
- Diet rendah garam kl ada edema (0,5-1g/hari)
- Protein ky biasa aja (2g/kgBB/hari)
- Cairan: restriksi cairan (maintenance + IWL)
- Obat
- Steroid (pk BBI)
- Prednison 2mg/kgBB/hari dlm 4 minggu → nilai dulu remisi ga, kalo
remisi → lanjut dengan 1,5mg/kgBB/hari (setelah makan pagi, selang
seling) dlm 4 minggu kedua
- Kalo ga remisi berarti resisten steroid, rujuk saja
- Diuretik (jika edema)
- Furosemide 1mg/kgBB/hari
- Diberikan sampai edema hilang, dan selama itu pantau TTV,
balance (UO), elektrolit
- Monitoring
- Urinalisis tiap 4 minggu
- TD setiap hari → kl HT: stop steroid, kasih HT
- Edukasi efek samping obat
- Steroid: peningkatan nafsu makan, gangguan pertumbuhan,
peningkatan resiko infeksi, hipertensi, jadi ada gejala cushing
syndrome (moon face)
- Indikasi biopsi ginjal
- Hematuria nyata
- Hematuria persisten >1 tahun
- HT
- Resisten steroid
- Dependen steroid
- Kreatinin dan ureum meningkat
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
2. Tatalaksana GNAPS
- Rawat inap bangsal pediatric, tirah baring
- O2 room air
- Nutrisi
- Diet rendah garam kl ada edema (0,5-1g/hari)
- Kl ur tinggi → stop protein
- Cairan: restriksi cairan (maintenance + IWL)
- Obat
- Antibiotik
- Amoxicillin: 3x15mg/kgBB/x selama 10 hari
- Eritromisin (kl alergi amox): 4x10mg/kgBB/x
- Hipertensi (dikasih kl >P95)
- Captopril: 3x0,3mg/kgBB/kali
- Nifedipin sublingual 0,1mg/kgBB/kali + Furosemide
- Hipertensi ensefalopati
- Klonidin 0,002-0,006 mg/kgBB/8 jam dpt diulang 3 kali, IV drip

3. Tatalaksana ISK
- Antibiotik
- <3 bulan = rujuk Sp.A, antibiotik IV ceftriaxone 75 ml/kgbb/hari
- >3 bulan pielonefritis akut
- Rujuk
- Antibiotik oral 7 - 10 hari seperti sefalosporin 30 mg/kgbb/kali 4dd1
- Kalo perlu IV = ceftriaxone selama 2-4 hari terus lanjut PO
- >3 bulan dengan sistitis
- Ab oral 3 hari
- Sefalosporin 30 mg/kgbb/kali 4 dd1

F. EDUKASI
1. Edukasi SN
a. SN → penyakit yg terjadi karena adanya inflamasi pada ginjal sehingga protein yg
ada di tubuh hilang semua jadi pasien akhirnya bengkak2
b. Komplikasi dari penyakit: AKI, CHF, ensefalopati HT
c. Prognosis
i. Remisi: gaada proteinuria dlm 3 hari berturut2 dlm satu minggu
ii. Relaps: proteinuria >= 2+ dlm 3 hari berturut2 dlm satu minggu. Liat jg ada
edemanya atau engga, kl gaada edemanya cuman proteinuria ktia harus liat
ada infeksi di tempat lain ga
d. Cek urinalisis tiap 1 bulan

PASIEN ANEMIA, THALASSEMIA, LEUKEMIA


A. ANAMNESIS
- Perkenalan diri
- Informed consent, data diri
- KU = pucat, lemas
- Sejak kapan
- Sebelumnya abis ngpain
- Lemas seluruh badan atau hanya bagian tubuh tertentu
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- Masih bisa melakukan aktivitas fisik?
- Demam
- Mual, muntah
- Mimisan, gusi berdarah
- BAB hitam / darah, BAK darah
- Nyeri tulang
- Kuning
- Perut membesar
- Penurunan BB
- Penurunan nafsu makan
- Sebelumnya udah pernah kaya gini belom
- Riw. trauma
- Riw. transfusi berulang
- Riw. nutrisi → zat besi gimana, kurang daging
- Riw. prematur
- Sering minum teh gak
- Riw PICA → suka makan yang aneh-aneh → rambut, es batu
- Garuk-garuk pantat
- Kalo main di luar pake alas kaki gak
- Ruam-ruam
- Batuk kronik, demam kronik
- Riw penyakit dahulu → pernah di diagnosa apa gak
- Di keluarga → riw transfusi, thalasemia

B. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum TTV
- Antropometri
- Cuci tangan
- Kepala : ubun ubun, rambut tersebar merata, cooley facies ga
- Mata : CA, SI, RCL, RCTL
- Hidung : sekret, perdarahan, napas cuping hidung, konka edema, nyeri tekan sinus
- Telinga : sekret, nyeri, perdarahan
- Mulut : gusi berdarah, mukosa kering, sianosis, atrofi papila lidah
- Tenggorokan : faring hiperemis, detritus, pembesaran tonsil
- Leher : pembesaran KGB, retraksi, otot pernapasan tambahan
- Thorax : inspeksi bentuk dada, iktus kordis, perkusi, auskultasi vesikuler, rh, wh,
stridor/slem
- Abdomen : inspeksi datar, bentuk perut, auskultasi bising usus, perkusi timpani, palpasi
nyeri tekan, turgor kulit, hepatomegaly, splenomegaly
- Ekstremitas : akral dingin, crt, clubbing finger, sianosis perifer, edema tibia, jaundice,
koilonikia
- Genitalia : tdk ada kelainan, tdk ada ruam, perianal gatal, cacing

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Anemia
- Low Hb
- Low mcv mch chc
- High rdw
- Mentzer index >13 (MCV/RBC)
- Serum Fe menurun, TIBC meningkat
STASE ANAK ISOLASI MANDIRI
KIM - DONNA - DEVI - LEO - ECHA - LULU
- Saturasi transferin <7% (Fe serum/TIBC x 100%)
2. Thalassemia
- Mikrositik, target cell, teardrop cell
- > 12 bulan → Hb elektroforesis
- X ray → hair on end appearance
3. Leukemia
- Leukositosis
- Pansitopenia (low hb, low platelet, neutropenia)
- Bone marrow puncture → sel blast >20%
- Blood smear → sel blast
- Chest x ray → massa mediastinum (ALL t cell)

D. TATALAKSANA
- IDA
- Besi elemental 4-6 mg/kg (2dd1 → pagi hari sebelum sarapan, dan sebelum makan
malam) selama 2-3 bulan
10kg = 40-60 mg/hari
Ferrous sulfate: 300 mg ada 60 mg Fe (125 mg/5ml)

- Vitamin C 2-3 mg/kg/hari


- Asam folat 1 mg/hari (2dd1)
- Thalassemia
- Transfusi darah jika Hb <7 g/dL or kalo ada murmur
- Volume transfusi (ml) = (target Hb - Hb sekarang) x BB x 4
- Deferiprone 25 mg/kg 3dd1
- Kalo ferritin >1000 ng/ml, transferin >55%, kalo gabisa cek lab kasih aja kalo
udah transfusi 3-5 liter or transfusi 10-20x
- Vitamin E 200 IU/hari 2dd1
- Vitamin C 2-3 mg/kg/hari
- Asam folat 1 mg (2dd1) → kerja bareng vit C buat bentuk healthy RBCs
- Monitoring
- Kontrol 1 bulan sekali: BB, TB
- Periksa Fe dan Ferritin setiap 6 bulan
- Leukemia
- Konsul dr dina aja
- Transfusi PRC kalo Hb <4 → 10 mg/kgBB
- Antibiotik antijamur untuk suportif
E. EDUKASI
a. Makan yg banyak zat besi → ati ayam, daging merah, bayam
b. Hindari susu, kopi, teh

Anda mungkin juga menyukai