Makalah Aswaja Amaliyah Dan Budaya Nu
Makalah Aswaja Amaliyah Dan Budaya Nu
Disusun Oleh:
1. Sartika Sari (1130119008)
2. Siti Rochimah (1130119017)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
tersebut.
Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Dosen mata
kuliah Aswaja dan Semua pihak yang turut membantu pembuatan makalah ini
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa
mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................01
1.1 Latar Belakang ........................................................................................01
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................02
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Amaliyah NU..........................................................................03
2.2 Jenis-jenis Amaliyah NU..........................................................................03
2.3 Pijakan Metodologi Amaliyah NU............................................................04
2.4 Amaliyah NU dan dalil-dalilnya...............................................................05
2.5 Amaliyah yang sering dijadikan perselisihan...........................................08
2.6 Pengertian dari Budaya.............................................................................12
2.7 pengertian NU...........................................................................................14
2.8 Latar Belakang Budaya dalam NU...........................................................14
2.9 Budaya NU di Indonesia ..........................................................................16
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah diterimannya kehadiran Islam di Nusantara dengan kondisi
keagamaan masyarakat yang menganut paham animisme (Hindu-Budha), tidak
bisa dilepaskan dari cara dan model pendekatan dakwah para mubaligh Islam kala
itu yang ramah dan bersedia menghargai kearifan budaya dan tradisi lokal. Sebuah
pendekatan dakwah yang terbuka dan tidak antisipati terdapat nilai-nilai normatif
di luar Islam, melainkan mengakulturasikannya dengan membenahi
penyimpangan-penyimpangan di dalamnya memasukkan ruh-ruh keislaman ke
dalam subtstansinya. Maka lumrah jika kemudian corak amaliah ritualitas muslim
Nusantara (khususnya Jawa) hari ini, kita saksikan begitu kental diwarnai dengan
tradisi dan budaya khas lokal, seperti ritual selametan, kenduri, dan lain-lain.
Amaliah keagamaan seperti itu tetap dipertahankan karena kaum Nahdliyyin
meyakini bahwa ritual-ritual dan amaliyah yang bercorak lokal tersebut. Hanyalah
sebatas teknis atau bentuk luaran saja, sedangkan yang menjadi substansi
didalamnya murni ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain, ritual-ritual yang
bercorak tradisi lokal hanyalah bungkus luar, sedangkan isinya adalah nilai-nilai
ibadah yang dianjurkan oleh Islam.
Dalam pandangan kaum Nahdliyyin, kehadiran Islam yang dibawa oleh
Rasulullah saw. Bukanlah untuk menolak segala tradisi yang mengakar menjadi
kultur budaya masyarakat, melainkan sekedar untuk melakukan pembenahan-
pembenahan dan pelurusan-pelurusan terhadap tradisi dan budaya yang tidak
sesuai dengan risalah Rasulullah saw. Budaya yang telah mapan menjadi nilai
normatif masyarakat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam akan
mengakulturasikannya bahkan mengakuinnya sebagai bagian dari budaya dan
tradisi Islam itu sendiri. Dalam hal ini, Rasululullah saw. Bersabda:
“ apa yang dilihat orang Muslim baik, maka hal itu baik disisi Allah.” (HR.
Malik). Kendati demikian, amaliah dan ritual keagamaan kaum Nahdliyin seperti
itu, sering mengobsesi sebagian pihak untuk menganggapnya sebagai praktik-
praktik sengkritisme, mitisme, khurafat, bid’ah bahkan syirik. Anggapan demikian
sebenarnya lebih merupakan subyektifitas akibat terjebak dalam pemahaman
1
Islam yang sempit dan dangkal serta tidak benar-benar memahami hakikat
amaliah dan ritual-ritual hukum Nahdliyyin tersebut. Pihak-pihak yang seperti ini,
wajar apabila kemudian dengan mudah melontarkan ‘tuduhan’ bid’ah atau syirik
terhadap amaliah dan ritualitas kaum Nahdliyyin, seperti ritual tahlilan, peringatan
Maulid Nabi, Istighfar, Pembacan berzanji, Manaqib, Ziarah kubur, dan amaliah-
amaliah lainnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Amaliyah NU
Amaliyah Nahdliyah adalah amal perbuatan lahir, baik yang berhubungan
dengan Ibadah, Mu’amalah maupun Akhlaq; yang biasa dilakukan oleh kaum
Nahdliyyin, bisa jadi secara formal warga Jam’iyyah Nahdlatul Ulama atau
bukan.
Nahdlatul Ulama memperjuangkan berlakunya Ajaran Islam ala
Ahlussunnah wal Jama’ah, oleh karena itu menurut NU, cara berfikir dan
bentindak, cara bertheologi maupun beramal, yang benar didasarkan pada
Ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Menurut NU, Islam adalah
ahlussunnah wal jama’ah, maka kaum nahdliyyin tidak mendasarkan
perbuatannya kecuali pada ahlusunnah wal jama’ah.
Secara praktis, amaliyah ahlussunnah wal jama’ah NU di dasarkan pada
cara bertheologi menurut madzhab theologi Al-Asy’ary dan Al-Maturidy,
dalam bidang fiqh mengikuti salah satu madzhab empat, yaitu : Hanafy,
Maliky, Syafi;y dan Hambaly; serta mengamalkan tasawuf sesuai dengan cara
tasawuf Imam al-Junaid al-Baghdady dan Imam Al-Ghazaly.
3
2. Furu’
Hal yang menyangkut tentang furu’ ini bagi NU sangatlah banyak, yang
meliputi amalan-amalan wajib, sunnah, mustahab serta hal-hal yang berhubungan
dengan “Fadlail”, semisal :
a) Membaca do’a qunut dalam shalat shubuh, dan dalam shalat witir pada paruh
akhir bulan ramadlan.
b) Berbakti kepada orang tua serta menghormati orang sholih, tidak terbatas
ketika mereka masih hidup di dunia
c) Mendo’akan orang yang sudah meninggal dunia
d) Berjama’ah dalam dzikir dan berdo’a.
e) Melakukan Tawasshul dan Tabarruk.
4
هCCف فيCCد مختلCCان المقلCC لكن إيم،ديCC الماتريCورCCام أبـي منصCCأو اإلم
رارCC أما بالنظر إلى أحكام الدنيا فيكفيه اإلق،بالنسبة إلى أحكام اآلخرة
يرCC وغ،رCCدر على النظCCاص إن قCCؤمن عCCد مCCح أن المقلCC واألص،طCCفق
عCCو رجCCا ً بحيث لC ثم إن جزم بقول الغير جزما ً قوي،عاص إن لم يقدر
رCCترك النظCCاص بCC لكنه ع،المقلد بالفتح لم يرجع هو كفاه في اإليمان
وإن لم يجزم بقول الغير جزما ً قويا ً بأن كان.إن كان فيه أهلية النظر
،انCCه في اإليمCCو لم يكفCCع هCCالفتح لرجCCد بCCع المقلCC لكن لو رج،ًجازما
ةCCCا ً من أئمCCC ّوف إمامCCCد في علم التصCCCر أن يقلCCCويجب على من ذك
يدCC وهو اإلمام سعيد بن محمد أبو القاسم الجنيد س،التص ّوف كالجنيد
افعيCCام الشCCل أن اإلمCC والحاص.هCCالصوفية علما ً وعمالً رضي هللا عن
ةCCداة األ ّمCC ونحوه ه، واإلمام األشعري،ونحوه هداة األ ّمة في الفروع
زاهم هللاCC فج، ّوفCة في التصCCداة األ ّمCCوه هCC والجنيد ونح،في األصول
. ونفعنا بهم آمين،ًخيرا
Perlu diketahui, bahwa para ulama mujtahid sebagaimamja dijelaskan di atas,
dalam masalah akidah tidak ada yang mendasarkan kepada dalil yang tidak
qad’iy, baik wurud maupun dalalahnya, terhadap masalah furu’ sepanjang
berkaitan dengan ibadah pastilah berpedoman kepada dalil yang shahih,
sedangkan dalam masalah fadlailil a’mal, barulah mengambil dari hadits dlaif,
dengan syarat-syarat yang ketat.
5
اس بنLLقى بالعبLLوا استسLL كان إذا قحط.ض.أن عمر بن الخطاب ر
اLLقين وإنLLا فتسLLك بنبينLLل اليLLا نتوسLLا كنLLال اللهم انLLالب فقLLعبد المط
)نتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا فيسقون (رواه البخارى
“ Dari anas bi Malik beliau berkata, Apabila trjadi kemarau sahabat Umar
bertawassul dengan Abbas bin Abdul Mutholib, kemudian berdo`a “ YA Allah
kami pernah berdo`a dan bertawassul kepadaMu dengan Nabi kami maka
Engkau turunkan hujan. dan sekarang kami bertawassul dengan paman Nabi
kami, maka turunkanlah hujan” Anas berkata “Maka turunlah hujan kepada
kami” (HR. Al Bukhori)
2. Dzikir berjama`ah
Membaca dzikir dengan berjama`ah sehabis menunaikan sholat maupun dalam
momen tertentu, seperti istighotsah, Tahlilan adalah perbuatan yang tidak
bertentangan dengan ajaran Agama bahkan termasuk perbuatan yang dituntun
oleh Agama.
Dalilnya:
)152 : فاذكروني اذكركم (البقرة
“Ingatlah (berdzikirlah) kamu semua kepadaKu niscaya Aku ingat kepadamu”
(Al Baqoroh 152)
يتهمLLة وغشLLل إال حفتهم المالئكLLز وجLLذكرون هللا عLLوم يLد قLLال يقع
)الرحمة ونزلت عليهم السكينة وذكرهم هللا فيمن عنده (رواه مسلم
“Tidaklah sekelompok orang yang duduk berdzikir kepada Allah kecuali mereka
dikerumuni malaikat, diliputi rahmat dan ketentraman turun kepada mereka,
serta Allah akan menyebu-nyebut mereka kepada para Malaikat disisinya” (HR.
Muslim)
3. Ziarah kubur
Pada masa awal Islam Nabi melarang umat Islam melakukan ziarah kubur karena
khawatir umat Islam akan menjadi penyembah kuburan. Setelah akidah umat
Islam kuat dan tidak ada kekhawatiran untuk berbuat syirik Nabi membolehkan
para sahabatnya untuk melakukan ziarah kubur.
Rosulullah bersabda:
قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إنى كنت نهيتكم عن زيارة القبور أال
)فزوروها فإنها تزهد فى الدنيا وتذكر األخرة (رواه إبن ماجه
Rosulullah SAW bersabda, “ sesungguhnya aku pernah melarang kalian
berziarah kubur. Ingatlah, maka berziarahlah kekubur karena sesungguhnya hal
itu dapat menjadikan sikap zuhud di dunia dan dapat mengingatkan kepada
akhirat”. (HR. Ibnu Majjah)
4. Merayakan maulid Nabi
Sebagai seorang mukmin pengungkapan rasa syukur dan kegembiraan atas nikmat
yang diterima adalah suatu keharusan begitu pula dengan kelahiran seseorang
kealam dunia merupakan nikmat tidak terhingga yang harus disyukuri.
Sebagaimana mensyukuri hari kelahiran Nabi dengan berpuasa.
Dalam sebuah hadis diriwayatkan
6
هLLلى هللا عليLLول هللا صLL أن رس.ض.ارى رLLادة األتصLLعن ابي قت
زل علي (رواهLLوسلم سئل عن صوم اإلثنين فقال فيه ولدت وفيه أن
)مسلم
Diriwayatkan oleh Abu Qotadah Al Anshori, bahwa Rosulullah pernah ditanya
tentang puasa senin maka beliau menjawa, “pada hari itulah aku dilahirkan dan
wahyu diturunkan kepadaku”. (HR. Muslim)
5. Berzanzen, Dziba`an, Burdahan, Manaqiban
Dalilnya
ال منLLوقد ورد في األثر عن سيد البشر صلى هللا عليه وسلم أنه ق
ا زاره ومن زارهLLه فكأنمLLرأ تاريخLLورح مؤمنا فكأنما احياه ومن ق
رء أنLLق على المLLة وحLLرور الجنLLوان هللا فى حLLفقد استوجب رض
.يكرم زائره
Terdapat dalam sebuah atsar dari gustinya manusia saw. Sesungguhnya beliau
bersabda, “Barang siapa membuat (menulis biografi seorang mukmin maka ia
seperti menghidupkanya kembali dan barang siapa membaca sejarahnya maka
seolah-olah ia mengunjunginya dan barang siapa mengunjunginya maka ia
berhak mendapatkan ridho Allah dalam surga dan sudah seharusnya bagi
seseorang memuliakan orang yang menziarahinya”.
6. Tahlilan
Berkumpul untuk melakukan tahlilan merupakan tradisi yang telah diamalkan
secara turun temurun oleh mayoritas umat Islam Indonesia. Meskipun format
acaranya tidak diajarkan secara langsung oleh Rosulullah namun kegiatan tersebut
dibolehkan karena tidak satupun unsur-unsur yang terdapat didalamnya
bertentangan dengan ajaran Islam, karena itu pelaksanakan tahlilan secara esensial
merupakan perwujudan dari tuntunan Rosulullah.
Dalil tahlil di maqbaroh
هLLلى هللا عليLLول هللا صLLال رسLL ق: الLL ق.ض.رة رLLعن أبي هري
د وLLو هللا احLLل هLLوسلم من دخل المقابر ثم قرأ فاتحة الكتاب و ق
ألهاكم التكاثر ثم قال إنى جعلت ثواب ما قرأت من كالمك ألهل
المقابر من المؤمنين والمؤمنات كانوا شفعاء له الى هللا تعالى
Dari Abi Huroiroh Rosulullah saw. Bersabda, Barang siapa masuk ke
pemakaman kemudian ia membaca surat Al fatikhah, Al ikhlash, Atakatsur lalu ia
berdo`a “sungguh kujadikan pahala membaca kalamu untuk ahli kubur dari
kaum mukminin dan mukminat, maka meraka akan menjadi penolongnya
dihadapan Allah”
Dalil mengirim pahala kepada mayit
دLLاليقرأ عنLLبره فLLه الى قLLرعوا بLLإذا مات أحدكم فال تحبسوه واس
بره (رواLLرة فى قLLة البقLLه بخاتمLLرأسه بفاتحة الكتاب وعند رجلي
)الطبرانى والبيهقى
7
Ketika salah satu kalian mati janganlah kalian menahanya dan segeralah
menguburnya dan bacakan dikepalanya permulaan Al qur`an d dikakinya
penutup surat Al baqoroh dikuburnya. (HR. Atabrani dan baihaki)
Dalil pahala sedekah untuk mayit
أن رجال قال للنبي صلى هللا عليه وسلم إن ابي مات وترك ماال
)ولم يوص فهل يكفر عنه ان اتصدق عنه قال نعم (رواه مسلم
Sesungguhnya seorang berkata kepada Nabi saw. Sesungguhnya ayahku mati
meninggalkan harta dan tidak berwasiat apakah dapat menghapus dosanya
manakala aku bersedekah untuknya? Nabi bersabda, Ya. (HR. Muslim)
Dalil selamatan 7 dan 40 hari kematian
تحبونLLقال طاوس إن الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يس
ال يفتنLLير قLLد بن عمLL وعن عبي.امLLك األيLLوا عنهم تلLLأن يطعم
افقLا المنLبعا وأمLؤمن فيفتن سLا المLافق فأمLؤمن و منLرجالن م
L.فيفتن اربعين صباحا
Thowus berkata, sesungguhnya orang mati mendapatkan fitnah didalam kubur
mereka selama 7 hari. Dan dari Ubaid bin Umair berkata, Dua orang akan
mendapatkan fitnah, yakni oranh mukmin dan orang munafiq. Adapun orang
mukmin mendapatkan fitnah selama 7 hari, sedangkan orang munafik
mendapatkan fitnah selama 40 hari.
8
صCلَّى سCو ُل هَّللا ِ َ س َهْ Cل قَنَتَ َر ُ - ١٠۸٦ )3عَنْ ُم َح َّم ٍد قَCا َل قُ ْلتُ أِل َنَ ٍ
سCي ًرا Cوع يَ ِالر ُكِ C ح قَCCا َل نَ َع ْم بَ ْعَ Cد ُّ صCاَل ِة ُّ
الصْ Cب ِ سCلَّ َم فِي َ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ
(صحيح مسلم ( -ج / ۳ص )٤۳۷
CCCCريَ َم عَنْ أَبِي ق عَنْ بُ َر ْيِ CCCCد ْب ِن أَبِي َم ْ سَ CCCCح َ ١٢١٤ )4عَنْ أَبِي إِ ْ
ضَ CCي هَّللا ُ َع ْن ُه َمCCا َعلَّ َمنِي سCCنُ بْنُ َعلِ ٍّي َر ِ ا ْل َحْ CCو َرا ِء قَCCا َل قَCCا َل ا ْل َح َ
ت أَقُCCولُ ُهنَّ فِي ا ْلِ Cو ْت ِر قَCCا َل سCلَّ َم َكلِ َمCCا ٍصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ
سو ُل هَّللا ِ َ َر ُ
ت ا ْلِ Cو ْت ِر اللَّ ُه َّم ا ْهِ Cدنِي فِي َمنْ َهَ Cديْتَ َو َعCCافِنِي ُ
س فِي قنُو ِ ابْنُ َج َّوا ٍ
فِي َمنْ عَافَيْتَ َوت ََولَّنِي فِي َمنْ ت ََولَّيْتَ َوبَا ِركْ لِي فِي َمCCا أَ ْعطَيْتَ َوقِنِي
ض Cى َعلَ ْي َ Cك َوإِنَّهُ اَل يَ ِ Cذ ُّل َمنْ ض Cيَ Cواَل يُ ْق َ ض Cيْتَ إِنَّكَ تَ ْق ِ ش َّ Cر َمCCا قَ ََ
Cز َمنْ َعCCا َديْتَ تَبَCCا َر ْكتَ َربَّنَCCا َوتَ َعCCالَيْتَ (سCCنن أبي َوالَيْتَ َواَل يَ ِعُّ C
داود :ج / ٤ص )٢١٠
b. Tahlil untuk orang yang telah meninggal
Inti dari pada amaliyyah tahlil adalah :
- Berdo’a untuk orang yang sudah meninggal dunia, baik oleh anaknya sendiri
maupun oleh orang lain; hal ini terdapat tuntunan yang jelas dari Nabi SAW.
ص Cلَّى هَّللا ُ
سو َل هَّللا ِ َ س ِم ْعتُ َر ُ ف ْب ِن َمالِ ٍك قَا َل َ - ١۹۵۷ )1عَنْ ع َْو ِ
ار َح ْم CهُصCلَّى َعلَى َجنَCCا َز ٍة يَقُCCو ُل اللَّ ُه َّم ا ْغفِCْ Cر لَCهُ َو ْ سCلَّ َم ََعلَ ْي ِه َو َ
س ْ Cلهُ بِ َمCCا ٍءس ْ Cع ُمد َْخلَCهُ َوا ْغ ِ َواعْفُ َع ْنهُ َوعَافِ ِه َوأَ ْك ِر ْم نُ ُزلَ Cهُ َو َو ِّ
ض ِمنْ ب اأْل َ ْبيَ ُ
ج َوبََ CCCCر ٍد َونَقِّ ِه ِمنْ ا ْل َخطَايَCCCCا َك َمCCCCا يُنَقَّى الثَّ ْو ُ َوثَ ْل ٍ
س َوأَ ْب ِد ْلهُ دَا ًرا َخ ْي ًرا ِمنْ دَا ِر ِه َوأَ ْهاًل َخ ْي ًرا ِمنْ أَ ْهلِ ِه َوز َْو ًج CCا ال َّدنَ ِ
اب النَّا ِر( .سCCCنن اب ا ْلقَ ْبِ CCCر َوعََ CCCذ َ َخ ْيً CCCرا ِمنْ ز َْو ِجِ CCCه َوقِِ CCCه عََ CCCذ َ
النسائي :ج / ۷ص )۸٤
- ٢۸٠٤ )2عَنْ ُع ْث َمانَ ْب ِن َعفَّانَ قَا َل َكانَ النَّبِ ُّي َ
ص Cلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيِ Cه
اسCCتَ ْغفِ ُروا ت َوقَCCفَ َعلَ ْيِ CCه فَقَCCا َل ْ سCCلَّ َم إِ َذا فََ CCر َغ ِمنْ َد ْف ِن ا ْل َميِّ ِ
َو َ
سCأ ُل( .سCCنن أبي داود : َ ت فَإِنَّهُ اآْل نَ يُ ْ أِل َ ِخي ُك ْم َو َ
سلُوا لَCهُ بِCالتَّ ْثبِي ِ
ج / ۹ص )٢٤
- Menghadiahkan pahala amal kebendaan; hal ini ada dalil yang jelas dari
Rasulullah SAW.
9
وقد روي عن النبي صCCلى هللا عليCCه وسCCلم انCCه قCCال " من زار قCCبر
والديه أو أحدهما فقرأ عنده أو عندهما (يس) غفCCر لCCه " مسCCئلة :
(وأي قربة فعلها وجعل ثوابها للميت المسلم نفعه ذلك).
حاشية رد المحتار (البن عابدين الحنفى) ( -ج / 2ص )263
لما ورد :من دخل المقابر فقCCرأ سCورة يس خفCف هللا عنهم يومئCذ،
وكان له بعدد من فيها حسنات.وفي شرح اللباب :ويقرأ من القCCرآن
ما تيسر Cله من الفاتحة وأول البقرة إلى "المفلحون" وآية Cالكرسي
(البقCCCرة" )522 :وآمن الرسCCCول" (البقCCCرة )582 :وسCCCورة يس
وتبارك الملك وسورة التكاثر واالخالص اثني عشر مCCرة أو عشCCرا
أو سبعا أو ثالثا ثم يقول :اللهم أوصل ثواب مCCا قرأنCCاه إلى فالن أو
إليهم اهـ.
- Berdo’a secara berjama’ah, hal ini terdapat tuntunan dari Sabda Nabi
SAW.
صCلَّى هَّللا ُ سCو َل هَّللا ِ َسِ Cم ْعتُ َر ُي ,قَCCا َل َ سCلَ َمةَ ا ْلفِ ْهِ Cر ِّ
ب بن َم ْعَنْ َحبِي ِ
ضُ CCه ْم َويَُ CCؤ ِّمنُ َ ٌ
سCCلَّ َم ،يَقُCCو ُل " :ال يَ ْجتَ ِمُ CCع َمأل فيَْ CCدعُو بَ ْع ُ َعلَ ْيِ CCه َو َ
سCCائِ ُر ُه ْم إِال أَ َج CCابَ ُه ُم هَّللا ُ "( .المعجم الكبCCير للطCCبراني :ج / ٤ص َ
)١٢
c. Talqin Mayit
Sering terjadi perbedan pendapat tentang talqin mayit, apakah dilakukan
sebelum seseorang meninggal dunia, atau dilakukan setelah seseorang meninggal
atau pada keduanya. Talqin mayit sebelum meninggal tidak terjadi perbedaan
pendapat, karena didasarkan hadits Riwayat Muslim, sedangkan talqin mayit
setelah meninggal, terdapat perbedaan pendapat.
- Talqin sebelum meninggal, didasarkan pada hadits :
صحيح مسلم ( -ج / 4ص )473
سCلَّ َم لَقِّنُCCوا
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيِ Cه َو َ - 1524عَنْ أَبِي ه َُر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َر ُ
سو ُل هَّللا ِ َ
َم ْوتَا ُك ْم الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ-
Talqin setelah dikubur, didasarkan pada sebuah hadits riwayat At- -
: Tobrony dalam kitab Al-Mu’jam al-Kabir
شِ CCهدْتُ أَبَCCا أُ َما َم CCةَ َوهَُ CCو فِي ي ،قَCCا َلَ : سِ CCعي ِد بن َع ْبِ CCد هَّللا ِ األَ ْو ِد ِّ
عَنْ َ
صلَّى هَّللا ُسو ُل هَّللا ِ َ اصنَ ُعوا بِي َك َما أَ َم َرنَا َر ُ ع ،فَقَا َل :إِ َذا أَنَا ُمتُّ ،فَ ْ النَّ ْز ِ
ص Cلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيِ Cه
س Cو ُل هَّللا ِ َ نص Cنَ َع بِ َم ْوتَانَCCا ،أَ َم َرنَCCا َر ُ س Cلَّ َم أَنْ ْ َعلَ ْيِ Cه َو َ
اب َعلَى قَ ْب ِ Cر ِه، س َّو ْيت ُِم التُّ َر َسلَّ َم ،فَقَا َل":إِ َذا َماتَ أَ َح ٌد ِمنْ إِ ْخ َوانِ ُك ْم ،فَ َ َو َ
س قَ ْبِ CCCر ِه ،ثُ َّم لِيَقُْ CCCل :يَCCCا فُالنَ بن فُالنَCCCةَ ،فَإِنَّهُ فَ ْليَقُ ْم أَ َحُ CCCد ُك ْم َعلَى َر ْأ ِ
س Cتَ ِوي Cقَا ِع Cدًا، يب ،ثُ َّم يَقُو ُل :يَا فُالنَ بن فُالنَةَ ،فَإِنَّهُ يَ ْ س َم ُعهَُ Cوال يُ ِج ُ يَ ْ
ش ْ Cدنَا َر ِح َمَ Cك هَّللا َُ ،ولَ ِكنْ ال ثُ َّم يَقُو ُل :يَا فُالنَ بن فُالنَةَ ،فَإِنَّهُ يَقُو ُل :أَ ْر ِ
ش َها َدةَ أَنْ ال إِلَهَ إِال ش ُع ُرونَ ،فَ ْليَقُ ْلْ :اذ ُك ْر َما َخ َر ْجتَ َعلَ ْي ِه ِمنَ ال ُّد ْنيَا َ تَ ْ
10
الم
سِ C ضCيتَ بِاهَّلل ِ َربًّCCاَ ،وبِا ِإل ْ سCولُهَُ ،وأَنَّكَ َر ِ هَّللا َُ ،وأَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُ
احٌ Cد آن إِ َما ًما ،فَCإِنَّ ُم ْن َكً Cرا َونَ ِكCCي ًرا يَأْ ُخُ Cذ َو ِ
ِدينًاَ ،وبِ ُم َح َّم ٍد نَبِيًّاَ ،وبِا ْلقُ ْر ِ
ق بنCCا َمCCا نَ ْق ُعُ Cد ِع ْنَ Cد َمنْ قَْ Cد لُقِّنَ صCا ِحبِ ِهَ ،ويَقُCCو ُل :ا ْنطَلِْ C ِم ْن ُه ْمCCا بِيَِ Cد َ
سCو َل هَّللا ِ ،فَCإِنْ
يجهُ دُونَ ُه َما" ،فَقَا َل َر ُج ٌل :يَا َر ُ ُح َّجتَهُ ،فَيَ ُكونُ هَّللا ُ َح ِج َ
سCCCبُهُ إِلَى َحَّ CCCوا َء ،يَCCCا فُالنَ بن َحَّ CCCوا َء". لَ ْم يَ ْعِ CCCرفْ أُ َّمهُ؟ قَCCCا َل":فَيَ ْن ُ
( المعجم الكبير للطبراني :ج / 7ص )286
d. Shalat Hajat dan Shakat Tasbih
Shakat hajat adalah shalat yang dilakukan ketika seseorang menginginkan
mendapatkan sesuatu keberhasilah. Pada umumnya warga nahdliyyin
mengamalkan shalat ini, baik dilakukan pada siang hari maupun malam hari.
Siapapun tidak perlu ragu untuk menjalankan shalat hajat, karena dalilnya jelas.
Adapun tentang kaifiyyah, tidak selengkapnya dijelaskan oleh beliau Rasulullah
SAW. tidak sebagaimana penjelasan beliau tentang shalat tasbih.
- Hadits tentang shalat hajat :
ي َحَّ Cدثَنَا َع ْبُ Cد هَّللا ِ سى ْب ِن يَ ِزي َد ا ْلبَ ْغَ Cدا ِد ُّ َ - ٤٤١ح َّدثَنَا َعلِ ُّي ْبنُ ِعي َ
س ْه ِم ُّي و َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ ْبنُ ُمنِCCي ٍر عَنْ َع ْبِ Cد هَّللا ِ ْب ِن بَ ْكٍ Cر ْبنُ بَ ْك ٍر ال َّ
عَنْ فَائِِ Cد ْب ِن َع ْبِ Cد الَّ Cر ْح َم ِن عَنْ َع ْبِ Cد هَّللا ِ ْب ِن أَبِي أَ ْوفَى قَCCا َل قَCCا َل
اج Cةٌ أَ ْو س Cلَّ َم َمنْ َكCCانَتْ لَ Cهُ إِلَى هَّللا ِ َح َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ سو ُل هَّللا ِ َ َر ُ
صِّ CCCل ضCCCو َء ثُ َّم لِيُ َ سCCCنْ ا ْل ُو ُ ضCCCأْ فَ ْليُ ْح ِ
إِلَى أَ َحٍ CCCد ِمنْ بَنِي آ َد َم فَ ْليَتَ َو َّ
صCCCCلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيِ CCCه صِّ CCCCل َعلَى النَّبِ ِّي َ َر ْك َعتَ ْي ِن ثُ َّم لِيُ ْث ِن َعلَى هَّللا ِ َو ْليُ َ
شب ا ْل َع ْر ِ ان هَّللا ِ َر ِّ سلَّ َم ثُ َّم لِيَقُ ْل اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ ا ْل َحلِي ُم ا ْل َك ِري ُم ُ
س ْب َح َ َو َ
Cزائِ َمت َر ْح َمتِ َ Cك َو َعَ C سأَلُ َك ُمو ِجبَCCا ِ ين أَ ْ ب ا ْل َعالَ ِم َ يم ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َر ِّ
ا ْل َع ِظ ِ
ساَل َمةَ ِمنْ ُك ِّل إِ ْث ٍم اَل تَ َد ْع ِلي َذ ْنبًا َم ْغفِ َرتِكَ َوا ْل َغنِي َمةَ ِمنْ ُك ِّل بِ ٍّر َوال َّ
ضْ CCيتَ َها ضا إِاَّل قَ َ اجةً ِه َي لَ َك ِر ً إِاَّل َغفَ ْرتَهُ َواَل َه ّمًا إِاَّل فَ َّر ْجتَهُ َواَل َح َ
ين( .سنن الترمذي :ج / 2ص )296 يَا أَ ْر َح َم ال َّرا ِح ِم َ
- Hadits tentang shalat hajat :
ص Cلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِ Cه س Cو َل هَّللا ِ َ س أَنَّ َر ُ - ١١۵عَنْ ِع ْك ِر َم Cةَ عَنْ ا ْب ِن َعبَّا ٍ
اس يَCCا َع َّماهُ أَالَ أُ ْع ِطي َ Cك أَالَ ب يَCCا َعبَّ ُ س ْب ِن َع ْب ِد ا ْل ُمطَّلِ ِ سلَّ َم قَا َل لِ ْل َعبَّا َِو َ
صCا ٍل إِ َذا أَ ْنتَ فَ َع ْلتَ َذلَِ Cك َغفََ Cر َشَ Cر ِخ َ أَ ْمنَ ُح َك أَالَ أَ ْحبُوكَ أَالَ أَ ْف َع ُل بِكَ ع ْ
ص ِ Cغي َرهُ Cرهُ قَ ِدي َم Cهَُ Cو َح ِديثَ Cهَُ CخطَCCأَهُ َو َع ْمَ Cدهُ َ آخَ C هَّللا ُ لَCCكَ َذ ْنبَCCكَ أَ َّولَ Cهُ َو ِ
ت تَ ْقَ CCرأُ فِي صلِّ َي أَ ْربَ َع َر َك َعا ٍ ال أَنْ تُ َ ص ٍ ش َر ِخ َ س َّرهُ َو َعاَل نِيَتَهُ َع ْ َو َكبِي َرهُ ِ
Cر ْغتَ ِمنْ ا ْلقَِ Cرا َء ِة فِي أَ َّو ِل ورةً فَCإ ِ َذا فََ C سَ C ب َو ُ ُكِّ Cل َر ْك َعٍ Cة فَاتِ َح Cةَ ا ْل ِكتَCCا ِ
س ْب َحانَ هَّللا ِ َوا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َوالَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ َوهَّللا ُ أَ ْكبَُ Cر َر ْك َع ٍة َوأَ ْنتَ قَائِ ٌم قُ ْلتَ ُ
َش ً Cرا ثُ َّم ت َْرفَ ُ Cعَش َ Cرةَ َمَّ Cرةً ثُ َّم ت َْر َكُ Cع فَتَقُولُ َهCCا َوأَ ْنتَ َرا ِك ٌ Cع ع ْ سع ْ َخ ْم َ
اجدًا فَتَقُولُ َهCCا َوأَ ْنتَ سِ C َشً Cرا ثُ َّم تَ ْهِ Cوي َ Cوع فَتَقُولُ َهCCا ع ْ الر ُكِ C سكَ ِمنْ ُّ َر ْأ َ
َسُ Cج ُد َشً Cرا ثُ َّم ت ْ السُ Cجو ِد فَتَقُولُ َهCCا ع ْ سَ Cك ِمنْ ُّ ش ًرا ثُ َّم ت َْرفَ ُع َر ْأ َاج ٌد َع ْ س ِ َ
11
س ْ Cب ُعونَ
س َو َ ش ًرا فَ َ Cذلِ َك َخ ْم ٌ س َك فَتَقُولُ َها َع ْ ش ًرا ثُ َّم ت َْرفَ ُع َر ْأ َ
فَتَقُولُ َها َع ْ
ُص Cلِّيَ َها فِياس Cتَطَعْتَ أَنْ ت َ ت إِنْ ْ فِي ُك ِّل َر ْك َع ٍة تَ ْف َع ُل َذلِكَ فِي أَ ْربَ ِع َر َك َعا ٍ
ُك ِّل يَ ْو ٍم َم َّرةً فَا ْف َع ْل فَإِنْ لَ ْم تَ ْف َع ْل فَفِي ُك ِّل ُج ُم َع ٍة َم َّرةً فَإِنْ لَ ْم تَ ْف َع ْ Cل فَفِي
سنَ ٍCة َم َّرةً فَإِنْ لَ ْم تَ ْف َع ْل فَفِي ُع ُم ِر َك ش ْه ٍر َم َّرةً فَإِنْ لَ ْم تَ ْف َع ْل فَفِي ُك ِّل َ ُك ِّل َ
َم َّرةً( .سنن أبي داود :ج / 4ص )59
e. Ziarah Qubur, Tawassul dan Tabarruk
Tawassul adalah memohon kepada Allah SWT, dengan menyebutkan
seseorang yang dipandang mempunyai kedekatan dengan-Nya atau menyebutkan
sesuatu amal kebajikan, yang diyakini, bahwa amal tersebut diridlai oleh-Nya.
Sedangkan tabarruk adalah memohon kepada Allah dengan berharap, bahwa
Allah melimpahkan barokah-Nya kepada pemohon, sebagaimana Allah telah
memberian barokah terhadap benda-benda tertentu atau kalimat-kalimat tertentu.
- Tawassul dan Ziarah Qubur
Amaliyah tawassul didasarkan kepada hadits Riwayat sayyidina Umar bin
Khotthob RA :
Cك أَنَّ ُع َمَ Cر س ْب ِن َمالِ ٍ س عَنْ أَنَ ِ - 954عَنْ ثُ َما َم Cةَ ْب ِن َع ْبِ Cد هَّللا ِ ْب ِن أَنَ ٍ
س ْب ِن َس Cقَى بِا ْل َعبَّا ِ ست ْ ض َ Cي هَّللا ُ َع ْنCهُ َكCCانَ إِ َذا قَ َحطُCCوا ا ْ ب َر ِ بْنَ ا ْل َخطَّا ِ
َسCCقِينَا َوإِنَّا سCُ CCل إِلَ ْيَ CCك بِنَبِيِّنَCCا فَت ْب فَقَCCا َل اللَّ ُه َّم إِنَّا ُكنَّا نَت ََو َّ َع ْبِ CCد ا ْل ُمطَّلِ ِ
سCقَ ْونَ (.صCCحيح البخCCاري :ج اسCقِنَا قَCCا َل فَيُ ْ س ُCل إِلَ ْيكَ بِ َع ِّم نَبِيِّنَا فَ ْ نَت ََو َّ
/ 4ص )99
س Cلَّ َمصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِ Cه َو َ سنَّةَ فِي ِزيَا َر ِة ا ْلقُبُو ِر ؛ َوقَ ْد َكانَ النَّبِ ُّي َ يُبَيِّنَ ال ُّ
الص Cالةُ َ َ
اح َهCCا بَ ْع َ Cد ذلِCCكَ فقَCCا َل َعلَ ْي ِ Cه َّ َ ُ
نَ َهى عَنْ ِزيَCCا َر ِة ا ْلقُبُCCو ِر ،ث َّم أبَ َ
الس Cال ُم ُ " :ك ْنت نَ َه ْيتُ ُك ْم عَنْ ِزيَCCا َر ِة ا ْلقُبُCCو ِر أَال فَ ُزو ُرو َهCCا " َوفِي َو َّ
السCاَل ُم الصCاَل ةُ َو َّ ِر َوايَ ٍة أ ْخ َرى " فَإِنَّ َها تُ َذ ِّك ُر ا ْل َم ْوتَ " فَ َج َع َل َعلَ ْيِ Cه َّ ُ
السCاَل ُم َعلَ ْي ُك ْم ت َ .و أَنْ يَقُCCو َل َّ " : Cو ِ فَائَِ Cدةَ ِزيَCCا َر ِة ا ْلقُبُCو ِر تَCْ Cذ ِك َرةَ ا ْل َم ْ
تسCلِ َما ِ سCلِ ِمينَ َ ،وا ْل ُم ْ ت َ ،وا ْل ُم ْ Cؤ ِمنِينَ َ ،وا ْل ُم ْؤ ِمنَCا ِ أَ ْه َل ال ِّديَا ِر ِمنْ ا ْل ُمْ C
شCCCCا َء هَّللا ُ بِ ُك ْم سCCCCتَأْ ِخ ِرينَ َوإِنَّا إنْ َ سCCCCتَ ْق ِد ِمينَ ِمنَّا َ ،وا ْل ُم ْ َر ِح َم هَّللا ُ ا ْل ُم ْ
سأ َ ُل هَّللا َ لَنَCCا َولَ ُك ْم ا ْل َعافِيَCةَ " ثُ َّم يَقُCCو ُل " :اللَّ ُه َّم ا ْغفِCْ Cر لَنَCCا اَل ِحقُونَ أَ ْ
االجتِ َهCCا ُد لَ ُه ْم فِي صو ُد ْ اس ٌع َ ،وا ْل َم ْق ُ صتَ فَ َو ِ َولَ ُه ْم " َو َما ِزدْتَ ،أَ ْو نَقَ ْ
س فِي Cاع أَ ْع َمCCالِ ِه ْم ،ثُ َّم يَ ْجلِ ُ س لِ َذلِكَ اِل ْنقِطَِ C ال ُّدعَا ِء ،فَإِنَّ ُه ْم أَ ْح َو ُج النَّا ِ
ستَ ْقبِلُهُ Cبِ َو ْج ِه ِه .المدخل ( -ج / 1ص )386 ت َويَ ْ قِ ْبلَ ِة ا ْل َميِّ ِ
- Tabarruk
قال مالك :ال بأس بتعليق الكتب التى فيها أسماء هللا عز وجل على
أعناق المرضى على وجCCه التCCبرك بهCCا إذا لم يCCرد معلقهCCا بتعليقهCCا
مدافعة العين( .تفسير القرطبي ( -ج / 10ص )319
12
- Membaca shalawat dengan “sayyidina”
Membaca shalawat dengan menggunakan “sayyidina” bukanlah sesuatu yang
salah, karena Rasulullah sendiri mengatakan “Ana Sayyidu Waladi Adama”,
sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Muslim :
اCCَلَّ َم أَنCس
َ ِه َوCلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيCص َ ِ و ُل هَّللاCس ُ ا َل َرCCَا َل قCCَ عن أَبى ه َُر ْي َرةَ ق-٤٢٢۳
افِ ٍع َوأَ َّو ُلCش َ ُر َوأَ َّو ُلCهُ ا ْلقَ ْبCق َع ْن َ ِة َوأَ َّو ُل َمنْ يَ ْنCسيِّ ُد َولَ ِد آ َد َم يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم
ُّ Cش َ
)383 ص/ 11 ج: (صحيح مسلم.شفَّ ٍع َ ُم
َوC ُه: رهCC َوقَا َل َغ ْي، ق قَ ْومه فِي ا ْل َخ ْير ُ سيِّد ه َُو الَّ ِذي يَفُو َّ ال: ي ُّ قَا َل ا ْل َه َر ِو
َويَت ََح َّم ُل َع ْن ُه ْم، أ َ ْم ِر ِه ْمCCِو ُم بCCُ فَيَق، دَائِدCالش َّ ِه فِي النَّ َوائِب َوCع إِلَ ْي ُ َالَّ ِذي يُ ْفز
ومC ْ Cَ ( ي: لَّ َمCس َ ِه َوCلَّى هَّللا َعلَ ْيCص َ هCC َوأَ َّما قَ ْول. ْدفَ ُع َها َع ْن ُه ْمCَ َوي، ا ِرهه ْمCCَم َك
ومC ْ Cَد أَنَّ فِي يCCب التَّ ْقيِي ُ َبCس َ َ ف، رةC َ Cسيِّده ْم فِي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َ ُا ْلقِيَا َمة ) َم َع أَنَّه
، وهC َونَ ْح، دCCِ َواَل ُم َعان، َواَل يَ ْبقَى ُمنَا ِزع، س ْؤدُده لِ ُك ِّل أَ َح ٍد ُ ا ْلقِيَا َمة يَ ْظ َه ُر
. َ ِر ِكينCش ْ اء ا ْل ُمCCو ُك ا ْل ُكفَّار َو ُز َع َمCCُا ُملCCكَ فِي َهCCِ هُ َذلC ْد نَازَ َعCَ ُّد ْنيَا فَقCف ال ِ بِ ِخاَل
)473 ص/ 7 ج: (شرح النووي على مسلم
13
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, sistem agama, dan politik adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Budaya adalah sesuatu yang
sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk dirubah.
2.7 Pengertian NU
Nahdlatul Ulama’ secara etimologis mempunyai arti “Kebangkitan
Ulama’” atau “Bangkitnya para Ulama’”, sebuah organisasi yang didirikan
sebagai tempat terhimpun seluruh Ulama’ dan umat Islam. Sedangkan menurut
istilah, Nahdlatul Ulama’ adalah Jam’iyyah Diniyah yang berhaluan Ahlussunnah
Wal Jama’ah yanh didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau bertepatan pada
tanggal 31 Januari 1926 M di Surabaya yang bergerak dibidang ekonomi,
pendidikan, dan sosial.
NU didirikan atas dasar kesadaran dan keinsyafan bahwa setiap manusia
hanya dapat memenuhi kebutuhannya bila bersedia hidup bermasyarakat.
Sikap kemasyarakatan yang ditumbuhkan oleh NU adalah :
a) At-Tawasuth dan I’tidal, yaitu sikap tengah dengan inti keadilan dalam
kehidupan.
b) At-Tasamuh, yaitu toleran dalam perbedaan, toleran dalam urusan
kemasyarakatan dan kebudayaan.
c) At-Tawazun, yaitu keseimbangan beribadah kepada Allah swt dan
berkhidmah kepada sesama manusia serta keselarasan masa lalu, masa
kini, dan masa depan.
14
d) Amar Ma’ruf Nahi Munkar, yaitu mendorong perbuatan baik dan
mencegah hal-hal yang merendahkan nilai-nilai kehidupan (mencegah
kemungkaran)
15
agama nenek moyang yang sarat dengan syirik, kufur, dan penuh nuansa takhayul
dan khurafat.
Menurut cerita sejarah, budaya mengadakan kenduri atau selametan
kematian yang juga merupakan budaya mereka tidak serta merta beliau hapus.
Budaya selametan yang semula dipenuhi dengan ajaran kufur, wadahnya
dibiarkan, tetapi isinnya yang sarat dengan kekufuran dan cid’ah diganti dengan
ajaran yang bernuansa Islami, atau minimal jauh dari kemusyrikan.
Mengenai tuduhan tasyabbuh (menyerupai) dengan orang kafir dalam
budaya lokal dilestarikan walisongo tersebut, tentu dengan mudah kami dapat
mendebat. Upacara ala Hindu dalam selametan hari kematian, misalnya, seperti
hari ke-7, ke-40, ke-100 dan lain-lain sama sekali telah diganti dengan sedekah
karena Allah, membava Al-Qur.an, shalawat, dzikir, dan do’a.
16
setiap kesusahan, menjadikan jalan keluar dari setiap kesempitan dan
memberikan rizki dari Allah yang tak terduga.
c) Berzanzi, Diba’an, Burdahan dan manaqiban
Kalau kita melihat lirik sya’ir maupun prosa yang terdapat dalam kitab al-
Barzanji seratus persen isinya memuat biografi, sejarah hidup, dan kehidupan
Rasulullah. Demikian pula yang ada didalam kitab Diba’ dan Burdah. Kitab ini
yang berlaku bagi orang-orang NU dalam melakukan ritual Mauludiyyah atau
menyambut kelahiran Rasulullah. Yang satunya khusus puji-pujian untuk
Sulthanul Auliya, Syaikh Abdul Qodir al-Jilany. Akan tetai, dalam praktiknya,
al-Barzanji, ad-Diba’i, kasidah Burdah dan Manaqib (Syaikh Abdul Qadir
Jilany) sering dibaca ketika ada hajat anak lahir, hajat menantu, khitanan,
tingkeban, masalah yang sulit terpecahkan, musibah yang berlarut-larut, dan
lain-lain. Yang tak ada maksud lain mohon berkah Rasulullah akan terkabul
semua yang dihajatkan.
Umumnya, acara berzanji/Diba’an/Burdahan/Manaqiban dilakukan pada
malam hari sehabis shalat isay’. Akan tetapi, banyak juga warga NU yang
mempunyai tradisi kalau acara anak lahir disore hari, habis shalat ashar, dan
bahkan ada berzanjen di siang bolong
d) Suwuk atau Mantra
e) Tawassul
Tawassul itu artinya perantaraan. Kalau kita tak sanggup menghadap
langsung, kita perlu seorang perantara.
f) Tabarruk, yaitu mengharap berkah
Dari HR. Bukhari, contoh bahwa seorang sahabat ingin mengaharap berkah
dengan meminta burdah yaitu selimut yang dibordir bagian tepinnya.
g) Membaca shalawat
Dari HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan Ibn Hibban bahwa keutamaan atau
pahala bagi orang yang bershalawat adalah akan bersama nabi Muhammad di
hari kiamat.
h) Membaca ayat ahir al-BaqarahPerintah untuk mengajar dan belajar 2 ayat ahir
surat al-Baqarah kepada istri-istri dan anak-anakmu, bahwa sesungguhnya ayat
itu adalah shalat (rahmat) Qur’an dan doa.
17
i) Mencium Tangan Orang Shalih
Mencium tangan orang shaleh, penguasa yang bertakwa dan orang kaya
yang saleh adalah perkara yang mustahabb (sunah) yang disukai Allah,
berdasarkan hadist-hadist nabi atsar para sahabat. Teknik mencium tangan
tidak boleh melebihi posisi orang yang sedang rukuk.
j) Dzikir berjama’ah
Dari HR. Muslim bahwa orang yang apabila berdzikir berjama’ah akan
dikerumuni oleh malaikat, diliputi rahmat dan ketentraman, dan Allah akan
menyebut-menyebut mereka kepada para malaikat disisinya.
k) Membaca surat al-Ikhlas itu setara dengan membaca sepertiga al-Qur’an.
l) Membaca tasbih dan tahmid
Bahwa 2 kalimat yang ringan dilisan, yang (namun) berat di mizan, yang
membuat senang ar-Rahman adalah lafadz atau membaca “subhanallahi
wabihamdihi subhanallahil ‘adzim”(HR. Bukhari dan Muslim). Dan apabila
membaca sebanyak 100 kali maka akan dihapuskan kesalahan-kesalahannya
meskipun sebanyak buih lautan.
m) Peringatan Maulid Nabi
Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Seorang nabi yang diutus oleh
Allah dengan membaca sebagian ayat al-Qur’an dan menyebutkan sebagian
sifat-sifat nabi yang mulia, ini adalah perkara yang penuh berkah dan
kebaikan yang agung, jika memang perayaan tersebut terhindar dari bid’ah
sayyiah yang dicela oleh syara’.
n) Istighasat dan Mujahadah
Istighasah artinya meminta pertolongan. Mujahadah artinya mencurahkan
segala kemampuan untuk mencapai sesuatu. Istighasah dan mujahadah bagi
umat Islam sudah ada sejak nabi ketika dia menghadapi perang Badar, juga
musibah dan bencana lainnya.
o) Mengeraskan suara ketika berdzikir
p) Ziarah kubur,
q) Dan lain-lain.
Berikut ini Budaya yang ada di Indonesia.
18
- Budaya melumuri bayi dengan minyak Za’faran saat aqiqah pada hari ketujuh
dan mencukur rambut bayi
- Mengadakan Haflah (resepsi) pernikahan, memainkan musik, dan menghias
pengantin
- Penyerahan Pengantin, baik pria atau wanita, dengan nasehat-nasehat yang
baik
- Melamar wanita untuk dinikahi
- Menyerahkan mahar nikah
- Puasa Asyura penghitungan kalender Masehi, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Latar belakang yang membuat tradisi dan budaya di Indonesia adalah berasal
dari Hindu-Budha yang ada sejak dahulu dari budaya Jawa. Tradisi dan budaya
yang ada di Indonesia yaitu: tahlilan, membaca shalawat, suwuk atau mantra,
acara tujuh bulanan, dan lain-lain. Menurut pandangan NU bahwa tradisi dan
budaya yang ada adalah bid’ah Hasanah yaitu sesuatu yang baik. Mudah-mudahan
makalah yang saya buat bermanfaat bagi pembaca dan apabila ada salah kata
maupun tulisan yang kurang berkenan saya haturkan mohon maaf.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Fattah, Munawir Abdul. 2006. Tradisi orang-orang NU. Yogyakarta: PT. LkiS
Pelangi Aksara.
iv