Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS PENGELOLAAN DANA DESA

(Studi Kasus pada Desa-desa Selingkungan Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang
Pariaman)

ARTIKEL
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang

OLEH:
KHALIDA SHUHA
14043117/2014

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
ANALISIS PENGELOLAAN DANA DESA
(Studi Kasus Pada Desa-desa Selingkungan Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman)

Khalida Shuha
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email: khalidashuha234@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengelolaan Dana Desa di lima desa yang ada di
Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, faktor-faktor yang
menghambat pengelolaan dana desa dan upaya dalam mengatasi pengelolaan dana desa. Untuk
mencapai tujuan tersebut, digunakan metode penelitian kualitatif dengan mengurai data secara
deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, serta dokumen dan arsip
dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan : (1)
Perencanaan telah sesuai dengan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa. Sedangkan Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban tidak sesuai dengan
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. (2) Faktor penghambat
dalam pengelolaan dana desa di Kecamatan Lubuk Alung yaitu, sumber daya manusia, keterlambatan
pelaporan, perubahan APBDesa, internet dan pemahaman masyarakat. (3) Upaya yang dilakukan dalam
mengatasi hambatan tersebut yaitu, pengembangan sistem seleksi perangkat nagari, meningkat tingkat
pendidikan, dan pelatihan.

Kata kunci: pengelolaan dana desa

ABSTRACT
This research aims to determine the management of village funds, the inhibiting factors and
efforts to overcome the management of village funds in 5 villages in Lubuk Alung, Padang Pariaman
district, West Sumatera. To achieve this purpose, qualitative research technique is used by parsing the
data descriptively. The technique of data collection is qualitative descriptive technique that includes
observation, interview and also documents. The result show: (1) the planning has been in accordance
of Permendagri number 113, 2014 about village financial management. However, the implementation,
the administration, reporting and accountability are not in acordance of Permendagri number 113,
2014 about village financial management. Secondly, the inhibiting factors are human resources,
delayed on reporting, the APBD of village chages, internet and also on the community understanding.
Thirdly, the efforts to overcome the inhibition are the development of the selection system, training and
also increase the education level.

Keywords: management of village funds

1
PENDAHULUAN kemasyarakatan, serta pemberdayaan masyarakat.
Menurut UU No 6 tahun 2014 tentang Desa Untuk penerapan dana desa dan tercapainya
pasal 1 menjelaskan bahwa Desa merupakan pengelolaan dana desa, diharapkan masyarakat ikut
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki berpatisipasi dalam seluruh kegiatan yang dilakukan
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur oleh pemerintah desa.
dan mengurus urusan pemerintahan, Dana desa yang diberikan kepada desa akan
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan dikelola oleh pemerintah desa, agar tujuan adanya
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak dana desa dapat tercapai. Tahap pengelolaan dana
tradisional yang diakui dan dihormati dalam desa sama halnya dengan pengelolaan keuangan
sisem pemerintahan Negara Kesatuan Republik desa, menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa desa Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat (6) tentang
merupakan suatu langkah awal kemandirian Pengelolaan Keuangan Desa, menjelaskan bahwa
desa dalam penyelenggaraan Pemerintah Pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan
maupun dalam pengelolaan dana desa. Dalam kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pelaksanaannya desa akan bersentuhan langsung penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban
dengan masyarakat dalam peranan desa keuangan desa.
memberikan pelayanan kepada publik Teori agensi adalah teori yang menjelaskan
khususnya kepada masyarakat, maka diharapkan hubungan kontraktual antara principals dan
dalam penyelenggaraan pemerintah dan agents. Pihak principals (masyarakat desa) yang
pengelolaan dana desa dibutuhkan aparat memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu
pemerintah desa yang handal serta sarana dan agents (pemerintah desa) untuk melakukan
prasarana yang memadai agar pelaksanaannya semua kegiatan atas nama principals dalam
lebih terarah dan sesuai dengan tata kelola yang kapasitasnya sebagai pengambil keputusan
baik. (Jensen dan Smith, 1984). Hubungan kontrak
Dewasa ini pemerintah Indonesia terus
yang dimaksud adalah wewenang kepada agents
berusaha melakukan peningkatan pelaksanaan
pembangunan nasional agar pertumbuhan untuk melakukan semua pekerjaan secara
pembangunan daerah serta pembangunan desa bertanggungjawab kepada pemerintah yang telah
dan kota semakin seimbang, namun pada membuat Permendagri Nomor 113 Tahun 2014
pelaksanaannya masih ada beberapa masalah tentang Pengelolaan Keuangan Desa, yang
seperti ketidaksesuaian pembangunan antara sesuai dengan keinginan principals.
desa dengan kota di Indonesia. Menanggapi Pemerintah desa di Provinsi Sumatera Barat
permasalahan tersebut, pemerintah membuat masih memiliki kendala dalam pengelolaan dana
strategi untuk mengatasi ketidaksesuaian desa, hal ini terbukti dengan ungkapan Kepala Badan
pembangunan yaitu dengan adanya dana desa. Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Sumbar Syafrizal
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Ucok mengatakan Pemerintah Provinsi Sumatra
Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barat mencatatkan pencairan dana desa di daerah
Keuangan Desa, dana desa dapat diartikan dana tersebut untuk tahap pertama baru terealisasi 40%.
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Padahal, anggaran untuk tahap kedua segera akan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa dicairkan pemerintah pusat. Sampai pekan keempat
yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan Agustus 2015, hanya Kabupaten Pesisir Selatan,
dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan Sijunjung, Agam, dan Kota Pariaman yang sudah
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan mencairkan dana tersebut. Sisanya masih mengendap
pemerintah, pelaksanaan pembangunan, di kas provinsi. Hal tersebut disebabkan karena
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan lambannya pelaksanaan pelatihan dan pembinaan
masyarakat. terhadap 3.000 orang dari 880 nagari/desa yang
Dana desa yang mulai dijalankan pada tahun terdiri dari fasilitator, wali nagari, sekretaris nagari,
2015 memberikan kepastian hukum terhadap dan bendahara nagari (Bisnis.com. 2015).
pertimbangan keuangan desa dan Ungkapan yang sama oleh Kepala Dinas
kabupaten/kota, desa memiliki jatah yang Pemberdayaan Msyarakat dan Nagari Sumatera Barat
digunakan untuk mengelola dana desa. Melalui tahun 2017, bahwa terdapat persoalan pada pelaporan
dana desa, desa dapat berperan lebih aktif dalam yang kadang terlambat, salah satunya karena faktor
mengelola penyelenggaraan pemerintah, SDM, keterlambatan itu mengakibatkan pencairan
pelaksanaan pembangunan, pembinaan dana desa tahap II terkendala. Dana desa yang
2
seharusnya Agustus sudah cair, tertunda hingga Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
Oktober, tetapi hingga tiga tahun pelaksanaan yang seharusnya digunakan paling sedikit 70% untuk
dana desa di Sumbar, serapan selalu lebih dari mendanai penyelenggaraan pemerintah desa,
90 persen (Akurat Ekonomi.2017) pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
Hasil penelitian Fitrawan (2017) kemasyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat
menunjukkan bahwa perbedaan dan kesamaan desa. Berikut adalah besaran pengalokasi dana desa
dalam pengelolaan keuangan di desa Blong yang digunakan dalam membiayai belanja desa di
Kolak I dan Blong Kolak II, yang dimulai dari Kecamatan Lubuk Alung selama tahun 2015 sampai
tahapan perencanaan sampai dengan pelaporan 2017:
dan perrtanggungjawaban. Terdapat faktor
pendukung dan penghambat dalam proses Gambar 1
pengelolaan keuangan desa, diantaranya Rincian APBDesa di Kecamatan Lubuk
kompetensi dan kualitas SDM, partipasi
masyarakat, dan pengawasan oleh BPD. Faktor Alung Tahun 2015
tersebut menjadi faktor penghambat pengelolaan
keuangan desa Blang Kolak I dan pendukung Biaya Operasional Pemerintah Desa dan BPD (Minimal
pengelolaan keuangan desa Blang Kolak II. Irna 30%)
(2015), menunjukkan bahwa dari delapan desa Pembangunan, Pembinaan dan Pemberdayaan
di Kabupaten Sleman memiliki kendala dalam Masyarakat Desa (Minimal 70%)
implementasi UU Nomor 6 Tahun 2014 yaitu
keterbatasan waktu dalam persiapan administrasi
dan pemahaman isi UU sebagai dasar aturan,
dan sumber daya manusia yang kurang 54% 41% 56%
mendukung. 70% 69%
Sedangkan riset mengenai pengelolaan dana
desa Sumatera Barat dapat dilihat pada riset
Agustin et.al (2017) yang mencoba memotret 49%
pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan 46% 44%
30% 31%
nagari di kabupaten Pasaman Barat. Riset
tersebut menemukan bahwa seluruh nagari di
kabupaten Pasaman Barat telah rutin
menyampaikan laporan pertanggung jawaban
pelaksanaan APBNagari setiap tahunnya ke
pemerintah kabupaten Pasaman Barat. Nagari di
kabupaten Pasaman Barat juga mampu Sumber: Data diolah (2015)
menyampaikan laporan realisasi APBNagari
tepat pada waktunya, serta telah melampirkan Berdasarkan Gambar 1, rincian belanja dari
seluruh dokumen yang dipersyaratkan (laporan APBDesa tahun 2015 masing-masing nagari di
kekayaan nagari, laporan program pemerintah Kecamatan Lubuk Alung digunakan lebih dominan
pusat dan pemerintah daerah yang masuk ke untuk biaya operasional pemerintah desa dan BPD
nagari yaitu lebih dari 30%, sedangkan untuk
Berdasarkan penelitian awal yang penulis pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan
lakukan, diperoleh informasi dari perangkat masyarakat desa digunakan kurang 70% dari total
nagari mengenai pelaksanaan Dana Desa dari belanja, berarti pemerintah desa mengalokasi dana
tahun 2015 sampai 2017 di Kecamatan Lubuk desa yang diterima lebih banyak digunakan untuk
Alung Kabupaten Padang Pariaman masih penyelenggara pemerintah desa dibandingkan untuk
terdapat permasalahan pada pengelolaannya. pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan
Pertama dalam perencanaan mengalokasikan masyarakat.
dana desa, yakni terdapat beberapa nagari
mengalokasikan dana desa untuk pembangunan
desa dan pemberdayaan masyarakat desa kurang
dari 70% dari dana yang diperoleh, hal ini tidak
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43
tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
3
Sumber: Data diolah (2016) Sumber: Data diolah (2017)

Tahun 2016 merupakan tahun kedua dana Berdasarkan tabel 3, rincian belanja dari
desa, berdasarkan gambar 2 diatas pemerintah APBDesa tahun 2017 semakin mengalami
desa mengalokasikan dana desa yang digunakan peningkatan. Pemerintah desa di nagari Sikabu
untuk pembangunan, pembinaan, dan mengalokasi dana desa untuk pembangunan,
pemberdayaan masyarakat desa masih dibawah pembinaan, dan pemberdayaan masyarakat desa
70%, walaupun dibawah 70% penggunaan dana tidak dibawah 70%, Nagari Aie Tajun sebesar
desa tersebut telah ada peningkatan 100%, sedangkan Nagari Lubuk Alung, Pasie
dibandingkan tahun 2015, dan untuk biaya Laweh, dan Pungguang Kasia masih dibawah 70%.
operasional pemerintah desa dan BPD melebihi Seperti tahun 2016 Nagari Aie Tajun tidak
30%. Berbeda dengan nagari yang lain, Nagari mengalokasikan dana desa untuk biaya operasional
Aie Tajun dana desa yang diterima oleh pemerintah desa dan BPD, sehingga seluruh dana
pemerintah desa hanya dialokasikan untuk yang diterima digunakan untuk pembangunan,
pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan pembinaan, dan pemberdayaan masyarakat desa.
masyarakat desa, sedangkan untuk biaya Permasalahan kedua dalam pelaksanaan
operasional pemerintah desa dan BPD tidak ada. pembangunan desa, yakni keterlibatan masyarakat
dan peran perangkat nagari. Dana Desa memberikan
akses dan aspirasi kepada masyarakat desa untuk
melibatkan diri dalam pembangunan. Pada
kenyataannya partisipasi masyarakat sangat lemah,
terkadang dilakukan hanya sepihak oleh perangkat
nagari. Sehingga tidak semua masyarakat desa
mengetahui kegiatan pembangunan yang dilakukan
oleh perangkat nagari dan mengakibatkan
masyarakat berfikir kegiatan tersebut merupakan
proyek. Permasalahan ketiga dalam
pertanggungjawaban, perangkat nagari di Kecamatan
Lubuk Alung mengalami keterlambatan dalam

4
penyampaian pertanggungjawaban kepada kapasitasnya sebagai pengambil keputusan
Bupati, untuk APBDesa tahun 2017 pada tahap (Jensen dan Smith, 1984). Pada organisasi sektor
pertama, perangkat nagari menyampaikan publik dibangun atas dasar teori agensi. Teori
laporan pertanggungjawaban kepada Bupati di agensi memandang bahwa pemerintah desa yaitu
bulan Oktober, seharusnya dilaporkan pada kepala desa dan aparat desa lainnya sebagai
akhir bulan Juli. Keterlambatan ini
agents bagi masyarakat desa (principals) akan
mengakibatkan pencairan Dana Desa untuk
tahap ke kedua juga akan ikut terlambat, hal ini bertindak dengan penuh kesadaran bagi
tentunya akan menghambat penyelenggaraan kepentingan mereka sendiri. Hubungan kontrak
pemerintah desa. yang dimaksud adalah pendelegasian wewenang
Penelitian ini penting dilakukan dalam hal kepada agent untuk melakukan semua pekerjaan
meneliti implementasi Peraturan Menteri Dalam secara bertanggungjawab kepada pemerintah
Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang yang telah membuat Permendagri Nomor 113
Pengelolaan Keuangan Desa, pada pengelolaan tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
dana desa di Kecamatan Lubuk Alung dari tahun dan menjadi kepanjangan dari masyarakat desa
2015-2017 yang digunakan untuk membiayai sebagai pemberi amanah dalam pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan tugas.
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
Berdasarkan agensi teori pengelolaan
pemberdayaan masyarakat, serta faktor yang
menghambat pengelolaan dana desa dan upaya pemerintah desa harus diawasi untuk
yang dilakukan untuk mengatasinya hambatan memastikan bahwa pengelolaan dana desa
tersebut. Dengan diketahuinya penyebab dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada
terhambatnya pengelolaan dana desa, berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku
diharapkan pemerintah desa dapat seperti Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
mengantisipasi masalah tersebut dan 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
membuatkan langkah-langkah pencegahannya Desa.
dengan tepat serta dapat mencapai tujuannya.
Berdasarkan latar belakang yang telah B. Desa
diuraikan di atas, penulis tertarik untuk Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
melakukan penelitian dengan judul “Analisis tentang Desa, desa merupakan kesatuan masyarakat
Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus Pada hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
Desa-desa Selingkungan Kecamatan Lubuk untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
Alung Kabupaten Padang Pariaman)”. kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
Dari latar belakang masalah di atas, dapat prakaesa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak
dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
1. Bagaimana pengelolaan dana desa di Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Istilah desa dari beberapa daerah berbeda-beda, di
Pariaman? Sumatera Barat disebut dengan istilah nagari.
2. Apa faktor penghambat pengelolaan dana desa di Menurut Nurcholis (2011) desa adalah satuan
Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang administrasi pemerintahan terendah dengan hak
Pariaman? otonomi berbasis asa-usul dan adat istiadatnya.
3. Apa upaya yang dilakukan dalam mengatasi
hambatan yang terjadi dalam pengelolaan dana 1. Pemerintahan Desa
desa di Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Menurut PP Nomor 43 Tahun 2014,
Padang Pariaman ? pemerintahan desa merupakan penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
KAJIAN TEORI setempat dalam sistem Pemerintahan Negara
A. Teori Agensi Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan pemerintah
Teori agensi menyangkut hubungan desa merupakan kepala desa yang dibantu oleh
kontraktual antara dua pihak yaitu principals perangkat desa sebagai unsur penyelenggara
dan agents. Pihak principals adalah pihak pemerintahan desa. Pemerintahan desa terdiri atas
yang memberikan mandat kepada pihak lain, pemerintah desa, yang meliputi Kepala Desa,
yaitu agents untuk melakukan semua Perangkat Desa, dan Badan Permusyawaratan Desa.
kegiatan atas nama principals dalam
5
2. Keuangan Desa kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri desa; dan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk
Pengelolaan Keuangan Desa, menjelaskan penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan
bahwa keuangan desa adalah semua hak dan perangkat desa, operasional pemerintah desa,
kewajiban dalam rangka penyelenggaraan tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan
pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan Desa, dan intensif rukun tetangga dan rukun warga.
uang termasuk didalamnya segala bentuk 3) Pembiayaan Desa
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan
kewajiban desa tersebut. yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun yang akan diterima kembali, baik pada tahun
2014 dalam Pasal 71 Ayat (1) tentang Desa, anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
menjelaskan bahwa keuangan desa merupakan tahun anggaran berikutnya.
semua hak dan kewajiban desa yang dapat c. Penyusunan Rancangan APBDesa
dinilai dengan uang, berupa uang dan barang Pemerintah desa wajib menyusun APBDesa.
yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37
kewajiban desa yang menimbulkan pendapatan, Tahun 2007 Bagian V tentang Pedoman Pengelolaan
belanja, pembiayaan, dan pengelolaan keuangan Keuangan Desa, Kepala desa yang terpilih dan
desa. dilantik paling lambat 3 bulan ia wajib membuat
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RPJMD) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang
(APBDesa) berisi tentang penjabaran visi dan misinya. Kepala
a. APBDesa desa bersamaan Badan Permusyawaratan Desa
Menurut Permendagri Nomor 37 Tahun (BPD) menyusun Rencana Kerja Pembangunan Desa
2007 Pasal 1 Ayat (3) tentang Pedoman (RPJDesa) yang merupakan penjabaran dari
Pengelolaan Keuangan Desa, Anggaran RPJMDwsa berdasarkan hasil musyawarah Rencana
Pendapatan dan Belanja Desa adalah rencana Pembangunan Desa.
keuangan tahunan pemerintahan desa yang Selanjutnya sekretaris menyusun rancangan
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan
desa dan Badan Permusyawaratan Desa dan RKPDesa. Selanjunya sekretaris desa menyampaikan
ditetapkan dengan peraturan desa. Pemerintah rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada
desa wajib membuat APBDesa, karena dengan kepala desa untuk memperoleh persetujuan.
adanya APBDesa kebijakan desa dijabarkan Kemudian kepala desa menyampaikan rancangan
dalam berbagai program dan kegiatan yang Peraturan Desa kepada BPD untuk dibahas bersama
sudah ditentukan anggarannya. dalam rangka memperoleh persetujuan bersama.
b. Struktur APBDesa Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh
Nomor 37 Tahun 2007 Pasal 4 tentang Pedoman kepala desa paling lambat 3 (tiga) hari kerja
Pengelolaan Keuangan Desa, bahwa APBDesa disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk
terdiri dari: dievaluasi. Bupati/Walikota harus menetapkan
1) Pendapatan Desa evaluasi rancangan APBDesa paling lama 20 (dua
Semua penerimaan uang melalui rekening puluh) hari kerja. Jika hasil evaluasi tentang
desa yang menjadi hak desa dalam 1 (satu) tahun APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum
anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
desa, merupakan pendapatan desa. kepala desa bersama BPD melakukan
2) Belanja Desa penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
43 Tahun 2014 Pasal 100, mengatakan bahwa d. Pelaksanaan APBDesa
belanja desa yang ditetapkan dalam APB Desa Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
digunakan dengan ketentuan paling sedikit 70% Nomor 37 Tahun 2007 Pasal 8 tentang Pedoman
(tujuh puluh persen) dari jumlah anggaran Pengelolaan Keuangan Desa, Pelaksanaan APBDesa
belanja desa digunakan untuk mendanai harus memenuhi ketentuan berikut ini: Hal yang
penyelenggaraan pemerintahan desa, berkaitan dengan pendapatan desa dilakukan melalui
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan rekening kas desa; Bagi desa yang belum memiliki
6
pelayanan perbankan di wilayahnya maka APBDesa atau Peraturan Desa tentang Perubahan
pengaturannya diserahkan kepada daerah; APBDesa melalui pengajuan Surat Permintaan
Program dan kegiatan yang masuk desa Pembayaran (SPP) yang harus disetujui oleh kepala
merupakan sumber penerimaan dan pendapatan desa melalui Pelaksana Teknis Pengelolaan
desa dan wajib dicatat dalam APBDesa; Setiap Keuangan Desa (PTPKD). Bendahara harus
pendapatan desa harus didukung oleh bukti yang mengeluarkan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)
lengkap dan sah; Pemungutan pendapatan desa pengeluaran pada tanggal 10 (sepuluh) bulan
diintensikan oleh kepala desa; Tidak dibenarkan berikutnya, disertai dengan lampiran buku kas
melakukan pungutan oleh pemerintah desa umum, buku kas pembantu perincian obyek
selain dari yang ditetapkan dalam peraturan pengeluaran yang disertai dengan bukti-bukti
desa; Pengembalian atas kelebihan pendapatan pengeluaran yang sah, dan bukti atas penyetoran
desa dilakukan dengan membebankan pada PPNjPPh ke kas negara.
pendapatan desa yang bersangkutan untuk g. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa
pengembalian pendapatan desa yang terjadi Menurut Permendagri Nomor 37 Tahun 2007
dalam tahun yang sama; Membebankan dalam Pasal 16, Rancangan Peraturan Desa tentang
pengembalian kelebihan pendapatan desa yang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa dan
terjadi pada tahun-tahun sebelumnya pada Rancangan Keputusan Kepala Desa tentang
belanja tidak terduga; dan Bukti pendukung Pertanggungjawaban Kepala Desa akan disusun oleh
yang sah dan lengkap atas pengembalian sekretaris desa dan akan disampaikan kepada kepala
tersebut. desa untuk dibahas bersama BPD. Rancangan
e. Perubahan APBDesa Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Pelaksanaan APBDesa dapat ditetapkan menjadi
Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Pasal 11 tentang Peraturan Desa dengan persetujuan kepala desa dan
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, bahwa BPD, yang akan disampaikan paling lambat 1 (satu)
perubahan APBDesa dapat dilakukan apabila bulan setelah tahun anggaran berakhir. Peraturan
terjadi: Keadaan yang menyebabkan harus Desa tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
dilakukan pergeseran antar jenis belanja, dapat APBDesa dan Keputusan Kepala Desa tentang
dilakukan dengan cara merubah peraturan desa Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa
tentang APBDesa; Keadaan yang menyebabkan disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat,
sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
sebelumnya harus digunakan dalam tahun Peraturan Desa ditetapkan.
berjalan; Keadaan darurat; dan Keadaan luar
biasa C. Pengelolaan Keuangan Desa
Perubahan APBDesa hanya dapat dilakukan 1. Dana Desa
1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
kecuali dalam keadaan luar biasa. Tata cara Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
pengajuan perubahan APBDesa adalah sama Keuangan Desa, bahwa Dana Desa merupakan dana
dengan tata cara penetapan pelaksanaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
APBDesa. Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang
f. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Keuangan Desa Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk
Penatausahaan penerimaan wajib dilakukan membiayai penyelenggaraan pemerintah,
oleh bendahara desa dengan menggunakan buku pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kas umum, buku kas pembantu perincian obyek kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
penerimaan, dan buku kas harian pembantu. Dana desa yang diperoleh oleh desa akan
Menurut Sujarweni (2015) Bendahara harus digunakan untuk Penyelenggaraan Pemerintah,
mengeluarkan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Pembangunan, Pembinaan
(LPJ) penerimaan pada tanggal 10 (sepuluh) Kemasyarakatan, dan Pemberdayaan Masyarakat.
bulan berikutnya, disertai lampiran buku kas
umum, buku kas pembantu perincian obyek 2. Pengelolaan Keuangan Desa
penerimaan, dan bukti penerimaan lainnya yang Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
sah. Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat (6) tentang
Dokumen penatausahaan pengeluaran harus Pengelolaan Keuangan Desa, menjelaskan bahwa
disesuaikan pada Peraturan Desa tentang Pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan
7
kegiatan yang meliputi perencanaan, untuk mewujudkan rencana. Pelaksanaan APBDesa
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan berhubungan dengan pendapatan desa.
pertanggungjawaban keuangan desa. c. Penatausahaan
Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa.
2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran, tutup
terdapat 5 (lima) tahap dalam melakukan buku setiap akhir bulan secara tertib serta wajib
Pengelolaan keuangan desa yang baik, mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
diantaranya sebagai berikut: pertanggungjawaban merupakan tugas wajib
a. Perencanaan Bendahara Desa.
Proses perencanaan keuangan desa menurut d. Pelaporan
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, terlebih Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa akan
dahulu sekretaris menyusun Rancangan disampaikan oleh kepala desa kepada
Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan Bupati/Walikota berupa laporan semester pertama
RKPDesa tahun berkenaan, selanjutnya disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli
disampaikan kepada Kepala Desa agar dibahas tahun berjalan, dan laporan semester akhir tahun
dan disepakati secara bersama Badan yang disampaikan paling lambat pada akhir bulan
Permusyawaratan Desa jangka waktu paling Januari tahun berikutnya.
lambat bulan Oktober tahun berjalan. Setelah e. Pertanggungjawaban
rancangan tersebut dibahas dan disepakati oleh pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa APBDesa yang terdiri dari pendapatan, belanja dan
secara bersama, maka rancangan tersebut pembiayaan akan disampaikan oleh kepala desa
disampaikan oleh kepala desa kepada kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran.
Bupati/Walikota melalui camat paling lambat 3 Laporan pertanggungjawaban realisasi APBDesa
(tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi. ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Laporan realisasi dan laporan
Rancangan APBDesa paling lama 20 (dua uluh) pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
hari kerja sejak diterimanya Rancangan diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan
Peraturan Desa tentang APBDesa. Setelah dengan media informasi yang mudah diakses oleh
rancangan tersebut disepakati oleh masyarakat, seperti papan pengumuman, radio
Bupati/Walikota selanjutnya ia mendelegasikan komunitas, dan media informasi lainnya. Laporan
hasil evaluasi tersebut kepada kepala desa realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi
melalui camat untuk ditetapkan sebagai pelaksanaanAPBDesa disampaikan kepada
APBDesa. Bupati/Walikota melalui camat paling lambat 1
Jika hasil evaluasi tersebut tidak sesuai (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.
dengan kepentingan umum dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, maka 3. Faktor Penghambat Pengelolaan Keuangan Desa
kepala desa harus melakukan penyempurnaan Implementasi pengelolaan keuangan desa yang
paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak dilakukan oleh aparat pemerintah desa yang sesuai
diterimanya hasil evaluasi. Apabila kepala desa dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
tidak menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut, Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
dan akan ditetapkan Rancangan Peraturan Desa memiliki hambatan, diantaranya sebagai berikut:
tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa oleh a. Sumber Daya Manusia
kepala desa, maka Bupati/Walikota dapat Menurut Husna (2016) sumber daya manusia
membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan yang tidak handal dan tidak berkompeten dalam
Bupati/Walikota, sekaligus menyatakan pengelolaan keuangan desa merupakan salah satu
berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran faktor penghambat dalam pengelolaan keuangan
sebelumnya. desa, sehingga pemerintah desa menggunakan jasa
b. Pelaksanaan pihak ketiga dalam pembuatan dan penyusunan
Pelaksanaan atau biasa disebut dengan laporan yang dibutuhkan untuk pengelolaan
penggerakkan Menurut Manila I. GK. (1996:28) keuangan desa.
adalah aktivitas aktuasi, yang berarti setelah b. Swadaya Masyarakat
rencana terbentuk manajer harus memimpin Menurut Kusuma (2013) rendahnya swadaya
menggerakkan para staf/bawahannya masyarakat desa Wonorejo merupakan cerminan dari
berdasarkan pada rencana itu dengan maksud tingkat kesejahteraan masyarakat desa yang masih
8
dinilai kurang sejahtera. Dilihat dari mayoritas maupun hardskill dapat dilakukan dengan adanya
mata pencaharian masyarakat desa sebagai diklat, yang diselenggarakan oleh lembaga khusus.
buruh tani, maka berdampak pada tingkat Diklat dilakukan kepada semua perangkat desa yang
keswadayaan masyarakat dalam pembangunan baru diangkat maupun yang sudah lama bekerja,
desa. sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan
c. Pengawasan Masyarakat pengetahuan perangkat desa sesuai dengan
Menurut Kusuma (2013) pengawasan secara bidangnya.
langsung oleh masyarakat dalam pengelolaan c. Kursus atau in house training
ADD di desa Wonorejo masih belum terjadi, Kursus merupakan suatu pendidikan yang
hal tersebut terjadi dikarenakan kurang dilakukan oleh lembaga pendidikan keterampilan
pahamnya masyarakat akan adanya program DD kepada perangkat desa yang belum memiliki
sehingga perlu adanya sosialisasi dan keahlian dan keterampilan dalam bekerja sesuai
transparansi penggunaan dana ADD dari dengan bidangnya. In house training merupakan
pemerintah desa. pelatihan yang diberikan kepada perangkat desa
d. Partisipasi Masyarakat dengan cara mengundang pelatih profesional
Menurut Rosalinda (2014) di Desa ketempat kerja tersebut.
Segoderejo dan Desa Ploso Kerep Kecamatan d. Pengembangan sistem seleksi perangkat desa
Sumobito Kabupaten Jombang yang menyatakan Sistem seleksi yang baik diperlukan agar, dapat
bahwa mekanisme perencanaan pada kedua desa merekrut dan menciptakan perangkat desa yang
tersebtu belum memperlihatkan sebagai bentuk berkualitas dan handal, serta mendapatkan sumber
perencanaan yang efektif karena partisipasi daya manusia yang memiliki pengetahuan dan
masyarakat rendah dan kurang berjalannya keterampilan sesuai bidang tugas yang akan
fungsi lembaga desa sehingga mengakibatkan ditempatkan dan diberikan.
tidak ada kesesuaian dengan kebutuhan desa.
e. Perubahan Anggaran D. Kerangka Pemikiran
Menurut Kartika (2015) perubahan anggaran Penelitian ini terkait pengelolaan dana desa pada
pada pertengahan tahun, kurang desa selingkungan Kecamatan Lubuk Alung.
berkompetennya perangkat desa dalam Permendagri Nomor 113 tahun 2014 merupakan
menyusun laporan pertanggungjawaban pedoman dalam pengelolaan dana desa, yang
penggunaan ADD, dan pergantian bendahara 2 memiliki 5 (lima) tahap, yaitu perencanaan,
tahun sekali dapat menyebabkan keterlambatan pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pencairan ADD di tahap berikutnya. pertanggungjawaban. Pengelolaan dana desa tersebut
tidak terlepas dari faktor yang menghambat
4. Pengembangan Perangkat Desa pengelolaan dana desa tersebut sehingga tidak dapat
Menurut Husna (2016) pengembangan berjalan dengan baik dan tidak sesuai dengan tujuan.
perangkat desa dapat dilakukan dengan cara Agar pengelolaan dana desa dapat berjalan dengan
sebagai berikut: baik, maka dibutuhkan upaya untuk mengatasi
a. Meningkatkan tingkat pendidikan hambatan-hambatan dalam pengelolaan dana desa.
Bagi para perangkat desa yang memiliki Untuk memperjelas Kerangka pemikiran
pendidikan yang masih rendah seperti, setingkat penelitian ini, akan disajikan dalam bentuk bagan,
SD (Sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah seperti gambar 4 berikut:
Menengah Pertama) maupun yang belum tamat
SMA (Sekolah Menengah Atas) diwajibkan
untuk menempuh pendidikan melalui kelompok
belajar paket A, B dan C. Jika perangkat desa
yang telah berpendidikan setingkat SMA juga
diharapkan dapat diberi beasiswa untuk kuliah,
sehingga perangkat desa tersebut bisa
menyesuaikan diri dengan kemajuan masyarakat
yang dilayaninya dan menciptakan sumber daya
manusia yang handal dan berkompeten.
b. Diklat (Pendidikan dan Pelatihan)
Untuk mengembangkan keahlian dan
kemampuan perangkat desa baik secara softskill
9
Gambar 4 merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
Kerangka Pemikiran atau dari pihak ketiga atau literatur, tulisan dan
dokumentasi. Tulisan-tulisan sebagai pembanding
Dana Desa dari data yang diperoleh yaitu UU Nomor 6 tahun
2014 tentang Desa, PP Nomor 43 tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 tahun 2014
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun tentang Desa, dan Permendagri Nomor 113 tahun
2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

D. Instrumen Penelitian
Pengelolaan Dana Desa: Alat yang digunakan untuk pengumpulan data
1. Perencanaan pada penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan
2. Pelaksanaan menggunakan alat bantu panduan wawancara,
3. Penatausahaan panduan observasi dan pengambilan dokumentasi.
4. Pelaporan Menurut Sugiyono (2012), “penelitian kualitatif
5. Pertanggungjawaban sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus masalah, memilih informan sebagai sumber
data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
Faktor yang Menghambat data, analisis data, menafsirkan data dan membuat
Pengelolaan Dana Desa kesimpulan atas temuannya”. Peneliti turun langsung
ke lapangan melakukan wawancara, panduan
observasi dan pengambilan dokumentasi.
Upaya Mengatasi Hambatan Pengelolaan
Dana Desa E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan cara yang
METODE PENELITIAN digunakan untuk mendapatkan data yang akan diolah
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian menjadi suatu hasil penelitian (Sekaran, 2013).Untuk
Penelitian ini menggunakan metode memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian
penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu ini dapat dilakukan dengan cara observasi,
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh wawancara, dan dokumentasi.
gambaran untuk memahami dan menjelaskan
Pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Lubuk F. Teknik Analisis Data
Alung. Analisis data (Sugiyono, 2012), merupakan proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang
B. Lokasi Penelitian diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
Penelitian ini dilakukan di lima Nagari yang bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan
ada di Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Padang Pariaman, yaitu Nagari Lubuk Alung, Berikut tahapan-tahapan dalam teknik analisis data
Nagari Sikabu, Nagari Pasie Laweh, Nagari Aie penelitian dengan metode deskriptif kualitatif:
Tajun. Nagari Pungguang Kasiak. Dipilihnya 1. Pengumpulan data, dimana peneliti mencatat data
lokasi penelitian di nagari tesebut karena kelima yang diperoleh sesuai dengan hasil observasi,
nagari tersebut merupakan nagari-nagari yang wawancara, dan dokumentasi.
berada di Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten 2. Reduksi data
Padang Pariaman. Proses pemilihan data yang muncul dari catatan
mengenai hal-hal yang ada di lapangan, sehingga
C. Jenis dan Sumber Data peneliti dapat memilih data yang diperlukan untuk
Penelitian ini menggunakan jenis data pengawasan dana desa, langkah ini bertujuan untuk
primer dan data sekunder. data primer langsung memilih informasi yang sesuai dengan masalah
diperoleh dari Wali Nagari, Perangkat Nagari, penelitian. Reduksi data dilakukan untuk
masyarakat yang memahami konteks masalah menghasilkan data yang lebih tepat dan jelas,
yang diteliti di Kecamatan Lubuk Alung dengan mempermudah peneliti untuk melakukan
menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk pengumpulan data yang selanjutnya, dan mencari
wawancara guna mengumpulkan informasi dari kembali ketika dibutuhkan oleh peneliti.
objek penelitian tersebut. Data sekunder
10
3. Penyajian data yang dilakukan dalam bentuk Koto Sungai Sariak. Kecamatan Lubuk Alung
uraian singkat sehingga dapat memudahkan merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi
peneliti untuk memahami kondisi yang terjadi penting di Kabupaten Padang Pariaman, dan menjadi
dan dapat menentukan tahap selanjutnya yang kota penyangga bagi wilayah metropolitan Palapa
akan dikerjakan. Penyajian dalam bentuk uraian (Padang-Lubuk Alung-Pariaman).
naratif pada langkah ini, data yang relevan Sebelumnya kecamatan ini merupakan salah satu
disusun sehingga menjadi informasi yang dapat kecamatan yang cukup luas di Kabupaten Padang
disimpulkan. Pariaman. Setelah pemekaran Sintuk Toboh Gadang
4. Kemudian dilakukan analisis (pembahasan) menjadi kecamatan tersendiri, Kecamatan Lubuk
dengan cara membandingkan dokumen-dokumen Alung hanya memiliki satu nagari, yaitu Lubuk
yang terkait antara pengeloaan dana desa di Alung. Pada tahun 2011, Nagari Lubuk Alung
Kecamatan Lubuk Alung dengan Peraturan dimekarkan menjadi lima nagari yaitu: Lubuk Alung,
Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Pasie laweh, Pungguang Kasiak, Sikabu, dan Aie
tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Tajun. Tahun 2016 bertambah 4 nagari yaitu Balah
5. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini Hilia, sungai Abang, Singguling, dan salibutan
berupa teks naratif tentang pengelolaan dana Kecamatan Lubuk Alung terletak pada 100º 21’
desa, faktor penghambat serta upaya mengatasi 00’’ BT 0 º 47’ 00’’ LS dengan luas wilayah 111, 63
hambatan dalam pengelolaan dana desa di km² dan berbatasan pada wilayah sebagai berikut:
Kecamatan Lubuk Alung tahun 2015-2017.  Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan 2x11
Kayu Tanam dan Sintuk Toboh Gadang.
HASIL DAN PEMBAHASAN  Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan
A. Deskripsi Wilayah Penelitian Batang Anai .
Kabupaten Padang Pariaman memiliki luas  Sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Solok
wilayah 1.328,79 km2 dengan panjang garis dan Bukit Barisan.
pantai 42,1 km2 yang membentang hingga  Sebelah barat berbatas dengan Kecamatan Sintuk
wilayah gugusan Bukit Barisan. Luas daratan Toboh Gadang.
daerah ini setara dengan 3,15 persen luas daratan
wilayah Provinsi Sumatera Barat. Wilayah ini B. Pengelolaan Dana Desa
secara geografis terletak pada posisi 0°11’-0°49’ Pengelolaan dana desa merupakan bagian dari
Lintang Selatan dan 98°36’ - 100°28’ Bujur pengelolaan keuangan desa dalam APBDesa,
Timur. Berdasarkan letak geografisnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
Kabupaten Padang Pariaman berbatasan dengan pelaporan dan pertanggungjawaban. Semua proses
Kabupaten Agam sebelah utara, Kota Padang ini dijalankan oleh pemerintah desa didampingi oleh
sebelah selatan, Kabupaten Solok dan Tim pendamping dari pemerintah, serta partisipasi
Kabupaten Tanah Datar sebelah timur, serta masyarakat dalam pengawasan dana desa.
Kota Pariaman dan Samudera Indonesia sebelah Pengelolaan dana desa di Nagari Lubuk Alung,
barat. Suhu udara di Padang Pariaman berkisar Nagari Sikabu, Nagari Pasie Laweh, Nagari Aie
antara 24,40 C – 25,70 C. Suhu udara terpanas Tajun, dan Nagari Pungguang Kasiak memiliki
jatuh pada bulan Mei, sedangkan suhu terendah pedoman atau aturan seperti Peraturan Menteri
terdapat pada bulan September. Kelembaban Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
udara rata-rata 86.75 % dengan kecepatan angin Pengelolaan Dana Desa dan Peraturan Bupati
rata-rata yaitu 2.14 knot/jam. Sedangkan rata- Kabupaten Padang Pariaman Nomor 72 Tahun 2016
rata suhu maksimum 31.08o C dan rata-rata tentang Tata Cara Pembagian dan Penetapan Rincian
suhu minimum yaitu 21.34o C dengan curah Dana Desa setiap Nagari di Kabupaten Padang
hujan tercatat rata-rata 290.12 mm/tahun. Pariaman tahun Anggaran 2017.
Secara administrasi Kabupaten Padang
Pariaman terdiri dari 17 kecamatan dan 103 1. Perencanaan
Nagari. Kecamatan tersebut adalah 2 x 11 Enam Perencanaan merupakan suatu proses
Lingkung, 2 x 11 Kayu Tanam, Batang Anai, menentukan tujuan yang ingin dicapai di masa yang
Batang Gasan, Enam Lingkung, IV Koto Aur akan datang serta menentukan strategi untuk
Malintang, Lubuk Alung, Nan Sabaris, Padang mencapai tujuan tersebut. Perencanaan menjadi suatu
Sago, Patamuan, Sintuk Toboh Gadang, Sungai yang penting dalam mencapai tujuan karena
Geringging, Sungai Limau, Ulakan Tapakis, V merupakan suatu indikator keberhasilan dalam suatu
Koto kampung Dalam, V Koto Timur, dan VII kegiatan, untuk itu diharapkan masyarakat ikut
11
berpatisipasi dan bekerjasama dengan perangkat Gambar 5
desa. Alur Perencanaan Dana Desa
Sebelum dana desa disalurkan, Wali Nagari
dan perangkat nagari meminta untuk setiap
korong melakukan musyawarah dengan
masyarakat, pada musyawarah ini, wali korong
dapat menghimpun usulan tentang kegiatan-
kegiatan apa saja yang akan menjadi prioritas
dan mejadi kebutuhan masyarakat untuk
dijalankan dan dilaksanakan. Selanjutnya hasil
musyawarah tersebut akan dibawa ke
Musrenbang untuk dibahas, dimusyawarahkan
bersama Wali Nagari, perangkat nagari, tokoh
masyarakat, niniak mamak, alim ulama, cadiak
pandai dan pemuda nagari yang akan dijadikan
RPJM dan RKP Nagari. Setelah mereka
memeriksa, membahas apa saja kegiatan yang
akan dijadikan sebagai prioritas, maka mereka
akan menetapkan RPJM dan RKP sebagai hasil
musrenbang yang berisi tentang kegiatan yang
menjadi prioritas untuk dilaksanakan.
Sebelum adanya RKP Nagari, tim pelaksana
Pada musrenbang ini, tingkat partisipasi dan
kegiatan menyusun format dana desa Rancangan
kehadiran masyarakat untuk lima nagari yang
Anggaran Biaya, karena perangkat nagari yang tidak
ada di Kecamatan Lubuk Alung dapat dikatakan
handal dalam membuatnya, nagari memilih untuk
sudah cukup baik dalam menyampaikan aspirasi
meminta bantuan pihak keitga untuk membuat RAB
dan keinginannya.
tersebut. Hal ini dibuktikan hasil wawancara berikut:
Wawancara yang dilakukan dengan
Perencanaan dana desa ini lebih banyak
masyarakat yang ada di Nagari Lubuk Alung,
digunakan untuk pembangunan desa dibandingkan
untuk mengetahui pengetahuan mereka
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat, karena
mengenai dana desa dan bagaimana cara Wali
tujuan utama yang ingin dicapainya yaitu untuk
Korong dalam menginformasikan kepada
pemerataan pembangunan, hal ini dibuktikan hasil
masyarakat jika ada kegiatan.
wawancara berikut:
Setelah musrenbang selesai dilaksanakan
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan
dan pembetukan RPJM dan RKP Nagari akan
secara langsung yang telah dilakukan, bahwa
dibuat Rancangan Peraturan Nagari (Raperna)
Perencanaan Dana Desa di Nagari Lubuk Alung,
tentang APBDesa berdasarkan RKP Nagari yang
Nagari Sikabu, Nagari Pasie Laweh, Nagari Aie
diperoleh dari hasil musrenbang. Selanjutnya
Tajun dan Nagari Pungguang Kasiak sudah
sekretaris nagari menyampaikan Raperna
dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku
tentang APBDesa kepada wali nagari untuk
yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
memperoleh persetujuan, selanjutnya wali
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
nagari menyampaikan Raperna tentang
APBDesa kepada BAMUS Nagari untuk
2. Pelaksanaan
dibahas agar mendapat persetujuan. Setelah
Pelaksanaan merupakan tindakan atas hal yang
mendapat persetujuan, wali nagari mengajukan
telah direncanakan dengan matang dan terperinci
Raperna tersebut kepada bupati melalui camat
berdasarkan APBDesa. Pelaksanaan suatu kegiatan
untuk dievaluasi dan ditetapkan menjadi
akan berjalan dengan baik jika memiliki sumber daya
peraturan nagari.
manusia yang kompeten dan ditempatkan sesuai
Berdasarkan dari hasil wawancara yang
dengan kemampuannya, namun sumber daya
telah dilakukan, maka dapat digambarkan proses
manusia dari perangkat nagari Lubuk Alung, masih
perencanaan dana desa dalam skema sebagai
kurang handal, karena pada Kaur Pembangunan tidak
berikut:
ahli dalam pembuatan gambar sesuai dengan teknis
hanya berdasarkan perkiraan saja, terkadang
menggunakan jasa dari anak nagari dalam pembuatan
gambar pembangunan
12
Pelaksanaan pembangunan yang dilakukan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan
di Nagari Aie Tajun diserahkan kepada TPK, desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka
dimana bendahara nagari akan menyerahkan pelaksanaan APBDesa.
dana berupa uang sesuai dengan yang telah Bendahara desa wajib melakukan pencatatan
dianggarkan dan TPK akan membeli bahan dan setiap penerimaan kas dan pengeluaran kas dengan
alat yang dibutuhkan disertai dengan bukti mengumpulkan bukti-bukti transaksi tersebut, serta
kwitansi. melakukan tutup buku setiap akhir bulan dan
Jika suatu kegiatan yang telah dianggarkan bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan
tidak terlaksana, maka dana tersebut akan uang melalui laporan pertanggungjawaban.
dikembalikan ke kas negara dan menjadi SiLPA Dokumen yang digunakan oleh bendahara dalam
untuk dana desa tahap kedua. melakukan penatausahaan penerimaan dan
Dalam pelaksanaan pengelolaan dana desa, pengeluaran antara lain, buku kas umum, buku kas
diawasi langsung oleh masyarakat dan pembantu pajak, dan buku bank. Buku kas umum
masyarakat ikut serta sebagai pekerja dalam digunakan untuk mencatat seluruh bukti transaksi
kegiatan pembangunan yang dilakukan atau keuangan desa yang telah terjadi. Buku kas
disebut dengan swakelola. Pengawasan tersebut pembantu pajak digunakan untuk mencatat transaksi
juga dilakukan oleh pihak Kabupaten, berbeda yang berhubungan dengan pajak. Buku bank
dengan jawaban Plh Wali Nagari Pungguang digunakan untuk mencatat transaksi yang
Kasiak, di Nagari Lubuk Alung pengawasan berhubungan dengan uang bank.
dalam pelaksanaan pengelolaan dana desa yang Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
dilakukan oleh pihak Kabupaten tidak Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
dilakukan dengan semestinya. Keuangan Desa dan hasil wawancara yang telah
Pelaksanaan penggunaan dana desa dilakukan, maka dapat digambarkan tahapan
mendapat kritikan dari masyarakat di Nagari penatausahaan dalam skema sebagai berikut:
Lubuk Alung, bahwa dari segi perencanaan
dengan musyawarah menurut saya hanya Gambar 6
formalitas saja, karena yang mengikutinya Tahapan Penatausahaan
sebagian besar dilakukan oleh kerabat-
kerabatnya saja. Pembangunan yang dilakukan
oleh pemerintah Nagari Aie Tajun, lebih
cenderung mengutamakan Korong tertentu.
Pelaksanaan pengelolaan dana desa pasti akan di
audit oleh Inspektorat dan BPK setiap tahunnya,
Berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan secara langsung yang telah
dilakukan, bahwa Pelaksanaan Dana Desa di
Nagari Lubuk Alung, Nagari Sikabu, Nagari
Pasie Laweh, Nagari Aie Tajun dan Nagari
Pungguang Kasiak masih belum sesuai dengan
peraturan yang berlaku yaitu Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, karena dalam
pekerjaannya sumber daya manusia dari
perangkat nagari masih kurang handal dan Untuk penggunaan dana desa, TPK memiliki
berkompeten. wewenang untuk memegang dana dan
membelanjakannya sesuai kebutuhan kegiatannya
3. Penatausahaan serta diiringi dengan bukti kwitansi belanja barang
Penatausahaan merupakan seluruh kegiatan yang akan diserahkan kepada bendahara nagari
keuangan yang dilakukan oleh Bendahara sebagai bukti untuk dilakukan pembukuan. Berbeda
Nagari terdiri dari penerimaan, pengeluaran dan dengan Nagari Aie Tajun, untuk penggunaan dana
pelaporan pertanggungjawaban. Bendahara dalam kegiatan pembangunan yang menggunakan
bertugas dalam hal melakukan pencatatan setiap dana yang telah ada, namun di Nagari Pasie Laweh
penerimaan, pengeluaran dan melakukan tutup menggunakan dana pribadi dari masing-masing kaur
buku setiap akhir bulan dan terlebih dahulu.
13
Penatausahaan dana desa di lima nagari Gambar 7
Kecamatan Lubuk Alung dalam penerimaan Alur Pelaporan Dana Desa
maupun pengeluaran akan disertai dengan bukti
kwitansi. Bukti kwitansi tersebut akan
dilaporkan ke bendahara dan dibuat
pembukuannya berdasarkan buku kas umum,
buku kas pembantu pajak dan buku kas bank,
selanjutnya akan dilakukan pelaporan sekali 6
bulan atau per semester serta pelaporan kepada
Wali Nagari setiap bulannya, agar seluruh
kegiatan keuangan yang dilakukan di Nagari-
nagari Kecamatan Lubuk Alung tercatat dan
dibukukan.
Berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan secara langsung yang telah
dilakukan, bahwa Penatausahaan yang dilakukan
oleh Bendahara Nagari di Nagari Lubuk Alung, Penulis melakukan penelitian terhadap proses
Nagari Sikabu, Nagari Pasie Laweh, Nagari Aie pelaporan yang dilakukan oleh pemerintah nagari di
Tajun dan Nagari Pungguang Kasiak belum Kecamatan Lubuk Alung, dalam melaksanakan
sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pelaporan dana desa, pelaporan penggunaannya
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap semester
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan pertama dan semeter kedua.
Desa. Pelaporan di beberapa nagari di Kecamatan
Lubuk Alung memiliki keterlambatan dalam
4. Pelaporan penyampaian laporan, keterlambatan tersebut
Pelaporan atas kegiatan-kegiatan yang ada disebabkan oleh adanya perubahan APBDesa
di APBDesa memiliki dua tahap yang dibuat sehingga pencairan dana tahap dua juga ikut
oleh Wali Nagari, Sekretaris dan Bendahara. terlambat.
Pertama, laporan berkala yaitu laporan yang Keterlambatan penyusunan laporan baik realisasi
dibuat setiap semester atau 6 bulan mengenai pelaksanaan APBDesa maupun penggunaan dana
pelaksanaan APBDesa sesuai dengan tahapan desa dimana salah satunya dikarenakan waktu
pencairan dan pertanggugjawaban. Kedua, pencairan tahap II yang juga mundur dari jadwal
laporan akhir dari penggunaan dana desa tentang seharusnya. Hal ini disebabkan pula oleh lamanya
pelaksanaan dan penyerapan dana, masalah yang penetapan APBDesa perubahan tiap nagari.
dihadapi dan rekomendasi penyelesaian hasil Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan
akhir penggunaan dana desa. Wali nagari secara langsung yang telah dilakukan, bahwa proses
bersangkutan dituntut untuk menyampaikan pelaporan dalam pengelolaan dana desa yang
laporan tepat waktu, jika terlambat dilaporkan dilakukan oleh Pemerintah Nagari di Nagari Lubuk
maka Bupati memiliki hak untuk menunda Alung, Nagari Sikabu, Nagari Pasie Laweh, Nagari
pencairan dana untuk tahap selanjutnya. Aie Tajun dan Nagari Pungguang Kasiak masih
Berikut digambarkan proses pelaporan belum sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu
penggunaan dana desa, sebagai berikut: Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dimana
pemerintah nagari belum mampu melaporkan
kegiatan sesuai dengan jadwal waktu yang
ditentukan.

5. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban merupakan bentuk
konsekuensi atas penggunaan dana yang
dipercayakan kepada pemerintah desa.
Pertanggungjawaban dana desa terintegrasi dengan
pertanggungjawaban APBDesa, sebagai bentuk
pertangungjawaban terhadap APBDesa, maka

14
pemerintah desa harus membuat laporan dana desa, yaitu:
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan 1. Sumber Daya Manusia
APBDesa. Sumber daya manusia menjadi salah satu faktor
Laporan pertanggungjawaban realisasi penghambat pengelolaan dana desa, karena di
pelaksanaan APBDesa merupakan bagian tidak beberapa nagari di Kecamatan Lubuk Alung lebih
terpisahkan dari laporan penyelenggaraan menggunakan jasa pihak ketiga untuk membuat RAB
pemerintahan desa. Laporan dan membuat gambar pembangunan. Hal ini
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang
APBDesa disampaikan paling lambat 1 bulan menjadi perangkat nagari masih kurang kompeten
setelah akhir tahun anggaran berkenaan. dan tidak handal, dikarenakan latar belakang
Hal ini menggambarkan bahwa terjadinya pendidikan perangkat nagari pada umumnya lulusan
keterlambatan dalam pelaporan penyelenggaraan SMA. Hal ini sangat mempengaruhi kualitas
pemerintah desa yang disampaikan paling penyelenggaraan pemerintah nagari.
lambat 1 bulan setelah akhir tahun anggaran atau 2. Keterlambatan Pelaporan
bulan Januari, namun faktanya di bulan Terlambatnya penyampaian laporan
Desember bendahara nagari masih membuat pertanggungjawaban kepada Bupati mengakibatkan
laporan. penerimaan dana desa tahap kedua yang seharusnya
Laporan realisasi dan laporan diterima bulan Juli, namun diterimanya bulan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan Oktober yang membuat mereka sedikit terdesak
APBDesa diinformasikan kepada masyarakat dalam pelaksanaan dana desa.
secara tertulis dan dengan media informasi yang 3. Perubahan APBDesa
mudah diakses oleh masyarakat, seperti papan Keterlambatan dalam penyampaian laporan
informasi. Namun nyatanya hal tersebut tidak pertanggungjawaban disebabkan dengan adanya
ada diinformasikan kepada masyarakat. perubahan APBDesa. Sumber daya manusia yang
Dalam setiap transaksi pengeluaran kurang handal mengakibatkan pembuatan perubahan
keuangan desa, bendahara desa wajib APBDesa menjadi terlambat juga dan membutuhkan
menyimpan bukti kwitansi pembelajaan, karena keahlian oleh pihak ketiga.
dalam Laporan Pertanggungjawaban harus 4. Jaringan Internet
disertai dengan kwintansi tersebut. Jaringan internet yang mereka miliki mengalami
Berdasarkan hasil wawancara dan kendala karena lokasi kantor wali nagari berada
pengamatan secara langsung yang telah ditempat perbukitan, sehingga jaringan internet di
dilakukan, bahwa pertanggungjawaban dalam kantor sangat sulit di jangkau.
pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh 5. Pemahaman Masyarakat
Pemerintah Nagari di Nagari Lubuk Alung, Masih banyak masyarakat yang tidak paham dan
Nagari Sikabu, Nagari Pasie Laweh, Nagari Aie tidak mengetahui penggunaan dana desa, sehingga
Tajun dan Nagari Pungguang Kasiak masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam
belum sesuai dengan peraturan yang berlaku menyampaikan keinginan dan aspirasinya.
yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan D. Upaya Mengatasi Hambatan Pengelolaan Dana
Desa, dimana terjadi keterlambatan pembuatan Desa
laporan pertanggungjawaban yang dilakukan Pemerintah desa dalam mengatasi hambatan-
dan tidak adanya informasi mengenai laporan hambatan yang terjadi dalam pengelolaan dana desa
pertanggungjawaban kepada masyarakat. adalah:
1. Pengembangan sistem seleksi perangkat nagari
C. Faktor Penghambat Pengelolaan Dana Desa Perangkat nagari yang berkualitas dan
Dana desa merupakan dana yang diterima berkompeten merupakan suatu faktor penunjang
oleh pemerintah desa yang bersumber dari keberhasilan dalam pengelolaan dana desa. Untuk
APBN yang ditransfer melalui APBD, mendapatkan perangkat nagari yang berkualitas dan
dipergunakan untuk penyelenggaraan berkompeten maka diperlukan sistem seleksi yang
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, lebih baik dan lebih ketat.
pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan 2. Meningkatkan tingkat pendidikan
masyarakat. Dalam kegiatan pengelolaan dana Berdasarkan kendala yang dihadapi beberapa
desa tak lepas dari kendala atau hambatan. nagari di Kecamatan Lubuk Alung, yaitu perangkat
Adapun faktor-faktor penghambat pengelolaan nagari yang memiliki latar belakang pendidikan
15
setingkat SMA. Untuk memperoleh perangkat yang menjadi informan digantikan dengan
nagari yang berlatar belakang pendidikan yang pejabat Wali Nagari sementara, akibatnya
lebih baik, berkualitas, kompeten dan dapat informasi yang didapatkan kurang efektif.
menyesuaikan diri dengan masyarakat yang 2. Jam kerja perangkat nagari tidak tepat waktu atau
dilayani diharapkan menempuh pendidikan tidak sesuai dengan jam kerja kantor semestinya,
sarjana, dengan cara memberikan beasiswa sehingga peneliti memiliki kesulitan dalam
kepada perangkat nagari tersebut. mengatur waktu wawancara dengan informan.
3. Pelatihan 3. Penelitian ini dilakukan hanya di nagari-nagari
Pelatihan dapat membantu pemerintah induk yang ada di Kecamatan Lubuk Alung,
nagari dalam mengelola dana desa, pemerintah sehingga hasilnya kurang menggeneralisasi.
nagari dapat berkonsultasi dan bertanya secara C. Saran
langsung terkait kesulitan yang dihadapinya. Dari kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil
Dengan adanya pelatihan, perangkat nagari penelitian ini, maka dapat diberi beberapa saran sebagai
dapat lebih paham, berkompeten dalam berikut:
menjalankan tugasnya serta dapat 1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan
mengimplementasikannya dalam pekerjaannya tidak bertepatan dengan pergantian Wali Nagari
agar tidak dibutuhkan lagi jasa dari pihak ketiga. sehingga informan yang dibutuhkan lebih paham dan
informasi yang diperoleh lebih efektif.
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN 2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya mengatur
SARAN jadwal dengan informan terlebih dahulu untuk
A. Kesimpulan melakukan wawancara.
Berdasarkan penelitian yang telah 3. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk
dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini beberapa nagari dengan kecamatan yang berbeda-
adalah sebagai berikut: beda, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi.
1. Tahapan pengelolaan dana desa di
Kecamatan Lubuk Alung yang sesuai DAFTAR PUSTAKA
dengan Permendagri Nomor 113 Tahun Amin, dkk. 2012. “Pengelolaan Keuangan di Desa
2014 tentang Pengelolaan Keuangan Pulau Lawas Kecamatan Bangkinang
Desa hanya tahap perencanaan, Seberang Kabupaten Kampar Tahun 2012”.
sedangkan tahap pelaksanaan, Jurnal Kampus Bina Widya Universitas
penatausahaan, pelaporan dan Riau, 1-12.
pertanggungjawaban tidak sesuai dengan Anggraini, Putri Kartika. 2015. “Implementasi
Pengelolaan Alokasi Dana Desa Berdasarkan
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa. tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
2. Faktor penghambat dalam pengelolaan dana undang Nomor 6 Tahun 2014”. Jurnal
desa di Kecamatan Lubuk Alung yaitu, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
sumber daya manusia, keterlambatan Brawijaya .
pelaporan, perubahan APBDesa, jaringan Anisa, dkk. 2017. “Akuntabilitas Pengelolaan
internet dan pemahaman masyarakat. Keuangan Desa di Kabupaten Jombang”.
3. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi Jurnal Ilmu Akuntansi, Volume 10 (2) Page
hambatan tersebut yaitu, pengembangan 273 – 288.
sistem seleksi perangkat nagari, Ardianto dan Endry. 2016. “Analisis Pengelolaan
meningkatkan tingkat pendidikan, dan Dana Desa Kampung Ono Harjo dan
pelatihan. Kampung Nambah Dadi Kecamatan
Terbanggi Besar Kabupaten Lampung
B. Keterbatasan Tengah”. Digital Library Universitas
Penelitian ini memiliki keterbatasan- Lampung.
keterbatasan yang dapat diperbaiki oleh peneliti Agustin, Henri; Arza, Fefri Indra; Mulyani, Erly;
selanjutnya. Beberapa keterbatasan dari Fitra, Halkadri. 2017. Potret Pertanggung
penelitian ini adalah sebagai berikut: Jawaban dan Pelaporan dan Keuangan
1. Waktu penelitian kurang tepat, karena Nagari di Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal
penelitian ini dilakukan bertepatan dengan WRA. Vol 5, No 2. Hal 1019-1028
adanya pergantian Wali Nagari sehingga
16
Arista, Maria Yovani Putu, dkk. 2015. Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, 282-293.
“Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Hutami, Andi Siti Sri. 2017. “Analisis Pengelolaan
Desa (Studi Kasus di Desa Dalung Alokasi Dana Desa (ADD)”. skripsi.
Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Irawan, Nata. 2017. Tata Kelola Pemerintahan Desa
Badung)”. ojs Universitas Udayana. Era UU Desa. Jakarta: Yayasan Pustaka
Artana, I Made Adi, dkk. 2013. “Partisipasi Obor Indonesia.
Masyarakat dalam Penyusunan Jensen, M dan Smith Jr. 1984. The modern theory of
Anggaran Pendapatan Belanja Desa corporate finance. New York: McGraw-Hill.
(APBDes) di Desa Sumerta Kaja, Manila, I. GK 1996. Praktek Manajemen
Kecamatan Denpasar Timur”. Jurnal Pemerintahan Dalam Negeri. Jakarta:PT.
Administrasi Negara Universitas Gramedia Pustaka Utama.
Udayana. Mondale,T. Fitrawan, dkk. 2017. “Analisis
Bisnis.com.2015.http://finansial.bisnis.com/read/ Problematika Pengelolaan Keuangan Desa
20150826/10/465897/khawatir-kasus- (Studi Perbandingan pada Desa Blang Kolak
pencairan-dana-desa-di-sumbar-baru-40. I dan Desa Blang Kolak II, Kabupaten Aceh
Diakses 14 November 2017. Tengah)”. Jurnal Perspektif Ekonomi
Dewanti, Elsa Dwi Wahyu, dkk. 2016. “Analisis Darussalam.
Perencanaan Pengelolaan Keuangan Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia
Desa di Desa Boreng (Studi Kasus pada Indonesia.
Desa Boreng Kecamatan Lumajang Nurcholis, H. 2011. Pertumbuhan dan
Kabupaten Lumajang)”. Artikel Ilmiah Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Mahasiswa. Jakarta: Erlangga.
Diansari, Rani Eka. 2015. “Analisa Oleh, Helen Florensi. 2014. “Pelaksanaan Kebijakan
Implementasi Alokasi Dana Desa (ADD) Alokasi Dana Desa (ADD) dalam
Kasus Seluruh Desa di Kecamatan Memberdayakan Masyarakat Desa di Desa
Kledung Kabupaten Temanggung tahun Cerme, Kecamatan Grogol, Kabupaten
2013”. Seminar Nasional Universitas Kediri”. Kebijakan dan Manajemen Publik.
PGRI Yogyakarta. Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 72 Tahun
Ekonomi Akurat. 2017. 2016 tentang Tata Cara Pembagian dan
https://ekonomi.akurat.co/id-72774-read- Penetapan Rincian Dana Desa Setiap Nagari
dana-desa-sumbar-aman-dari-kasus- di Kabupaten Padang Pariaman Tahun
hukum. Anggaran 2017.
Emzir. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 73 Tahun
Analisis Data. Depok: PT Rajagrafindo 2016 tentang Penetapan Besaran Alokasi
Indonesia. Dana Nagari dan Pembagian Alokasi Dana
Ferina, Ika Sasti, dkk. 2016. Tinjauan Kesiapan Nagari Setiap Nagari Tahun Anggaran 2017.
Pemerintah Desa dalam Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2007 Pokok-pokok Pemerintahan
113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Nagari.
Keuangan Desa (Studi Kasus pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
Pemerintah Desa di Kabupaten Ogan 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Ilir). Jurnal Manajemen dan Bisnis Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun
Sriwijaya. 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Herdiansyah dan Haris. 2013. Wawancara, Keuangan Desa.
Observasi, dan Focus Groups sebagai Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun
Jakarta: PT Rajagrafindo Indonesia. 2014 tentang Desa.
Husna, Saifatul dan Syukriy Abdullah. 2016. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
“Kesiapan Aparatur Desa dalam Desa.
Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Putra, Chandra Kusuma, dkk. 2013. “Pengelolaan
Desa secara Akuntabilitas sesuai Alokasi Dana Desa dalam Pemberdayaan
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Masyarakat Desa (Studi pada Wonorejo
tentang Desa (Studi pada Beberapa Desa Kecamatan Singosari Kabupaten Malang)”.
di Kabupaten Pidie)”. Jurnal Ilmiah Jurnal Administrasi Publik (JAP), 1203-
17
1212.
Rahmawati, Hesti Irna. 2015. “Analisis
Kesiapan Desa dalam Implementasi
Penerapan UU Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (Studi pada Delapan Desa
di Kabupaten Sleman)”. The 2 University
Research Coloqium.
Ricky W.Griffin, R. J. 2006. Bisnis. Jakarta:
Erlangga.
Riyanto, Teguh. 2015. “Akuntabilitas Finansial
dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa
(ADD) di Kantor Desa Perangkat Selatan
Kecamatan Marangkayu Kabupaten
Kutai Kartanegara”. eJournal
Administrasi Negara, Vol.3 No.1 : 119-
130.
Rosalinda, Okta. 2014. “Pengelolaan Alokasi
Dana Desa (ADD) dalam Menunjang
Pembangunan Pedesaan”. Jurnal Ilmiah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta CV.
Sujarweni, V. W. 2015. Akuntansi Desa
Panduan Tata Kelola Keuangan Desa.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sulumin, Hasman Husin. 2015.
“Pertanggungjawaban Penggunaan
Alokasi Dana Desa pada Pemerintahan
Desa di Kabupaten Donggala”. e-Jurnal
Katalogis, 43-53.
Sumiati. 2015. “Pengelolaan Alokasi Dana Desa
pada Desa Ngatabaru Kecamatan Sigi
Biromaru Kabupaten Sigi”. e-Jurnal
Katalogis, 135-142.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa.
Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat
Wacana & Praktik. Jakarta:
Prenadamedia Group

18
19

Anda mungkin juga menyukai