Anda di halaman 1dari 34

Hadits- Hadits Ketika Tidur

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Hadits Maudhu’i

Oleh:
Ulva Mauliza(17210905)

Dosen Pengampu: Sofyan Effendi, SQ. MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1441 H/2019 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikumwr.wb.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang telah memberikan
kita semua Rahmat dan kasih sayang, sehingga kita semua bisa berkumpul
dalam keadaan sehat wal afiat. Sholawat serta Salam kita junjungkan kepada
Nabi kita Muhammad Saw, yang telah mengantar kita dari zaman Jahiliyyah
sampai kepada Zaman yang terang seperti sekarang ini.
Dalam kesempatan kali ini, kami akan memaparkan makalah yang
membahas tentang adab-adab ketika akan tidur. Dan kami ucapkan maaf yang
sebesar-besarnya jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
menyampaikan materi, dikarenakan ilmu dan kesempatan kami yang masih
terbatas.Kami berharap, makalah ini dapatbermanfaat bagiteman-teman
semua.

Ciputat, 3 Desember 2019

2
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................1

C. Tujuan Masalah.......................................................................................1

BAB II.........................................................................................2

PEMBAHASAN...........................................................................2

A. Pengertian Tidur.....................................................................................2

B. Hadis Tentang Adab-Adab Tidur.............................................................3

BAB III......................................................................................28

PENUTUP.................................................................................28

Kesimpulan................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA....................................................................29

3
4
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sempurna mengatur perkara-
perkara masa lampau, sekarang dan yang akan datang termasuk
perkara setelah kehidupan di dunia fana ini, dari hal-hal yang kecil
hingga ke hal-hal yang besar, bahkan adab ketika makan, minum,
duduk, berdiri, jalan, memakai sepatu,ketika tidur dan bangun dari
tidur dan lain sebagainya yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas
keseharian kita.

Pembahasan yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu


mengenai adab-adab keika seseorang hendak tidur di tempat
tidurnya. Banyak dikalangan kita mengabaikan hal-hal yang sepele ini,
namun untuk lebih jelas akan dibahas pada pembahasan selanjutnya
apa-apas saja hadis yang menyangkut tentang adab ketika hendak
tidur.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tidur?
2. Apa saja hadis tentang adab-adab ketika hendak tidur?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu tidur.
2. Untuk mengetahui apa saja hadis tentang adab-adab ketika
hendak tidur.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Tidur
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar
dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengn pembarian
rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya. Tidur
merupakan kebutuhan alami manusia. Proses fisiologis normal
yang bersifat aktif, teratur, berulang, kehilangan tingkah laku yang
reversibel yang tidak berespon terhadap lingkungan. Dengan
tidur yang berkualits, metabolisme tubuh ditata kembali. Saat
kita beristirahat, tubuh kita berkesempatan untuk dapat
mengganti sel-sel yang telah mati dengan yang baru dan juga
dapat melakukan regenerasi pada tubuh kita. Allah Swt
memberikan berbagai macam bentuk nikmat kepada manusia
baik nikmat jasmani dan rohani. Salah satu nikmat yang terbesar
adalah berupa nikmat sehat. Kesehatan menjadi sesuatu yang
sangat mahal. Karena dalam keseharaiaan hanya untuk sembuh
dari suatu penyakit, seseorang akan berusaha dengan segala
cara, berobat sampai menghabiskan jutaan bahkan miliaran
rupiah.
Menjaga kesehatan jasmani, Allah Swt menyuruh kita
untuk beristirahat di malam hari karena kita mencari rezeki
disiangnya. Tinjauan ilmu kesehatan terdapat berbagai jenis
kesehatan yang diakui oleh pakar-pakar islam. Dalam konteks
kesehatan jasmani, beribadah dan bekerja yang melampaui batas
yang mengabaikan kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan
2
kesehatannya terganggu. Oleh karena itu, banyak petunjuk al-
qur’an dan sunah rasul yang pada dasarnya mengarah pada
upaya pencegahan. Karena pencegahan lebih baik daripada
pengobatan. Salah satunya Rasulullah saw menyuruh untuk
mematikan lampu ketika hendak tidur yang merupakan salah
satu adab-adab tidur.

B. Hadis Tentang Adab-Adab Tidur


Tidur dalam kaeadaan berwudhu

‫ قَ َال‬،‫ظ لِعُثْ َما َن‬ ُ ‫ َواللَّ ْف‬- ‫يم‬ ِ ِ ُ ‫ وإِسح‬،َ‫ح َّدثَنا عثْما ُن بن أَيِب شيبة‬
َ ‫اق بْ ُن إ ْبَراه‬ َ ْ َ َْ َ ُ ْ َ ُ َ َ
‫ َع ْن َس ْع ِد بْ ِن‬،‫صوٍر‬ ُ ‫ َع ْن َمْن‬،‫ َج ِر ٌير‬- ‫ َح َّد َثنَا‬:‫ وقَ َال عُثْ َما ُن‬،‫َخَبَرنَا‬ ْ ‫ أ‬:‫اق‬ ُ ‫إِ ْس َح‬
" :‫ قَ َال‬،‫مم‬ َّ ِ ِ ‫ول‬
َّ َ ‫اهلل‬ َّ ‫ أ‬،‫ب‬ ٍ ‫ ح َّدثَيِن الْبراء بْن َعا ِز‬،َ‫عُبْي َدة‬
َ ‫صلى اهللُ َعلَْيه َو َسل‬ َ ‫َن َر ُس‬ ُ ُ ََ َ َ
ِ ْ َّ‫ مُث‬،‫ضأْ وضوء َك لِلصَّاَل ِة‬
َ ‫اضطَج ْع َعلَى ِشق‬
،‫ِّك اأْل َمْيَ ِن‬ َ ُ ُ َّ ‫ َفَت َو‬،‫ك‬ َ ‫ض َج َع‬ ْ ‫ت َم‬ َ ‫َخ ْذ‬ َ ‫إِ َذا أ‬
‫ت ظَ ْه ِري‬ ُ ْ‫ َوأَجْلَأ‬،‫ك‬ َ ‫ت أ َْم ِري إِلَْي‬ ُ‫ض‬ ْ ‫ َوَف َّو‬،‫ك‬ َ ‫ت َو ْج ِهي إِلَْي‬ ْ ‫الله َّم إِيِّن أ‬
ُ ‫َسلَ ْم‬ ُ :‫مُثَّ قُ ْل‬
َ ِ‫ككتَاب‬ِ ِ‫ آمْنت ب‬،‫ك‬ َ ‫ اَل َم ْل َجأَ َواَل َمْن َجا ِمْن‬،‫ك‬
‫ك‬ ُ َ َ ‫ك إِاَّل إِلَْي‬ َ ‫ك َر ْغبَةً َوَرْهبَةً إِلَْي‬َ ‫إِلَْي‬
‫ت ِم ْن‬ َّ ‫ فَِإ ْن ُم‬،‫ك‬ َ ‫آخ ِر َكاَل ِم‬ ِ ‫ واجع ْله َّن ِمن‬،‫ك الَّ ِذي أَرس ْلت‬ َ ِّ‫ َوبِنَبِي‬،‫ت‬
ِ
ْ ُ َْ َ َ َ ْ َ ْ‫الَّذي أَْنَزل‬
‫ت‬ ِ ‫ َفرَّد ْد ُته َّن أِل‬:‫ت وأَنْت علَى الْ ِفطْرِة قَ َال‬ َ ِ‫لَْيلَت‬
ُ ‫ َآمْن‬:‫ت‬ ُ ‫َستَ ْذكَرُه َّن َف ُق ْل‬ْ ُ َ َ َ َ َ َّ ‫ ُم‬،‫ك‬
ِ ِّ‫ آمْنت بِنبِي‬:‫ " قُل‬:‫ قَ َال‬،‫بِرسولِك الَّ ِذي أَرس ْلت‬
‫ت‬َ ‫ك الَّذي أ َْر َس ْل‬ َ َ ُ َ ْ َ َْ َ َُ
Terjemahannya:
Ustman bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim
menyampaikan kepada kami dengan lafaz milik Ustman. Ishaq
menggunakan lafaz “akhbarana, sedangkan Ustman
menggunakan lafaz “haddatsanA” dari Jarir, dari Manshur, dari
Sa’ad bin Ubaidah, dari Al Bara’ bin Azib bahwa Rasulullah saw
bersabada: apabila hendak tidur, berwudhulah sebagaimana
engkau berwudhu untuk shalat. Setelah itu berbaringlah dengan
miring ke kanan, lalu berdoalah, ya allah aku pasrahkan wajahku

3
kepada-Mu. Aku percaya urusanku kepada-Mu. Aku serahkan
punggungku kepadamu dengan penuh harap dan rasa takut
kepadamu. Tidak ada tempat berlindung dan tempat yang aman
dari azabmu kecuali dengan berlindung kepada-Mu. Aku beriman
kepada kitabmu yang telah engaku turunkan, dan kepada nabi
yang telah engkau utuskan. Jadikan bacaan tesebut sebagai
penutup ucapanmu menjelang tidur. Apabila engkau meninggal
pada malam itu, engkau dalam keadaan suci.” Al Bara’ berkata
“aku mengulang-ulang bacaan itu agar hafal. Maka aku berkata,
aku beriman kepada rasul-Mu yang telah engkau utus.” Lalu nabi
Muhammad bersabda: ucapkanlah aku beriman kepada nabi-Mu
yang telah engaku utus.(H.R. Muslim/2710)
Penjelasan hadis:
Ustman menceritakan bahwa rasulullah bersabada :
apabila hendak tidur maka berwudhulah sebagaimana engkau
berwudhu shalat. Setelah itu berbaringlah dengan miring ke
kanan, lalu ucapkanlah: ‫أ َْم ِري‬ ‫ت‬ُ‫ض‬ ْ ‫ َوَف َّو‬،‫ك‬ َ ‫ت َو ْج ِهي إِلَْي‬ ْ ‫الله َّم إِيِّن أ‬
ُ ‫َسلَ ْم‬ ُ
َ ‫ اَل َم ْل َجأَ َواَل َمْن َجا ِمْن‬،‫ك‬
‫ك إِاَّل‬ َ ‫ك َرغ ْغبَةً َوَرْهبَةً إِلَْي‬ َ ‫ت ظَ ْه ِري إِلَْي‬ُ ْ‫ َوأَجْلَأ‬،‫ك‬ َ ‫إِلَْي‬
ِ ِّ‫ وبِنبِي‬،‫ آمْنت بِ ِكتابِك الَّ ِذي أَْنزلْت‬،‫إِلَيك‬،
‫ت‬َ ‫ك الَّذي أ َْر َس ْل‬َ ََ َ َ َ َ ُ َ َْ
Al Bara’ berkata lalu aku mengulang-ulang bacaan tesebut
untuk menghafalnya. Namun di hadis husain ada tambahan
redaksi, dan apabila dia bangun kembali di pagi hari, maka dia
telah meperoleh kebaikan. 1
Kandungan hadist:
1. Disunnahkan bagi seorang muslim untuk tidur dalam keadaan
suci agar tidak dijemput kematian secara mendadak.
2. Diperintahkan untuk menyiapkan diri guna menghadapi kematian
dengan kesucian hati, karena ia lebih baik daripada kesucian
badan.

1
Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, Terj. Amiruddin dan Amir
Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet.2, 2011),jilid 4, h. 245.

4
3. Selain itu, tidur dalam keadaan suci akan lebih mendekatkan
mimpinya dengan kebenaran serta menjauhkan dari permainan
syaitan dalam mimpi yang dialamimya.
4. Disunahkan berbaring pada sisi sebelah kanan.
5. Berbaring sebelah kanan tidak akan memberati jantung karena
jantung terletak disebalah kiri.

Tidur berbaring pada sisi kanan


ِ ِّ‫العالَء بْن املسي‬ ٍ ِ ِ ِ ‫ ح َّدثَنَا عب ُد‬،‫ح َّدثَنَا مسدَّد‬
:‫ قَ َال‬،‫ب‬ َ ُ ُ ُ َ ‫ َح َّدثَنَا‬،‫الواحد بْ ُن زيَاد‬ َ َْ َ ٌ َ ُ َ
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم إِذَا‬ ِ ُ ‫ َكا َن رس‬:‫ قَ َال‬،‫ب‬ ٍ ‫ َع ِن البر ِاء بْ ِن َعا ِز‬،، ‫ح َّدثَيِن أَيِب‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ ََ َ
َ ‫ت َن ْف ِسي إِلَْي‬ ِ ِ ِِ ِ
،‫ك‬ ُ ‫َسلَ ْم‬ ُ َّ‫ «الل‬:‫ مُثَّ قَ َال‬،‫أ ََوى إِىَل فَراشه نَ َام َعلَى شقِّه األَمْيَ ِن‬
ْ ‫هه َّم أ‬
ً‫ َر ْغبَةً َوَرْهبَة‬،‫ك‬ َ ‫ت ظَ ْه ِري إِلَْي‬ َ ‫ت أ َْم ِري إِلَْي‬
ُ ْ‫ َوأَجْلَأ‬،‫ك‬ ُ‫ض‬ ْ ‫ َوَف َّو‬،‫ك‬ َ ‫ت َو ْج ِهي إِلَْي‬
ُ ‫َوَو َّج ْه‬
ِ ِ‫ آمْنت بِ ِكتاب‬،‫ الَ م ْلجأَ والَ مْنجا ِمْنك إِاَّل إِلَيك‬،‫إِلَيك‬
َ ِّ‫ َوبِنَبِي‬،‫ت‬
‫ك‬ َ ْ‫ك الَّذي أَْنَزل‬ َ َ ُ َ َْ َ َ َ َ َ َ َْ
ِ ِ ُ ‫الَّ ِذي أَرس ْلت» وقَ َال رس‬
‫ت‬َ ْ‫ات حَت‬ َ :‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
َ ‫«م ْن قَاهَلُ َّن مُثَّ َم‬ َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ َ َْ
ِ ‫»لَيلَتِ ِه مات علَى‬
‫الفطَْرِة‬ َ َ َ ْ

Terjemahannya:
Dari Al Bara bin Azib, dia berkata, “Apabila Rasulullah
saw telah beranjak ke tempat tidurnya, beliau berbaring miring
ke kanan,lalu mengucapkan, ‘Allahumma aslamtu nafsi ilaika,
wawajjahtu wajhi ilaika, wa fawwadhtu amri ilaika, wa alja’tu
zhahri ilaika, raghbatan wa rahbtan ilaika, la malja’a walaa
manjaa minka illa ilaik. Aamantu bikitaabika ladzii anzalta, wa
nabiyyikal ladzi arsalta (ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu,
aku hadapkan wajahku kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku
kepada-Mu, dan aku sandarkan punggungku kepada-Mu, karena
berharap mendapatkan rahmat-Mu dan takut terhadap siksa-
Mu. Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dari
ancaman-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu
5
yang telah engkau turunkan dan beriman kepada nabi-Mu yang
telah engkau utus. Dan Rasulullah bersabada: “ Barang siapa
mengucapakannya kemudian mati pada malam itu, maka dia
mati daalm keadaan fitrah”.(H.R. Bukhari/6315)
Fiqih hadis:
1. Lebih cepat untuk bangun.
2. Jantung bergantung kea rah sebelah kanan sehingga tidak
menjadi berat bila ketika tidur.2

istinsyaaq dan istintsaar (menghirup kemudian


mengeluarkan /menyemburkan air dari hidung

ِ ْ‫ب‬
-‫ن‬ ‫ َع ْن حُمَ َّم ِد‬،‫ َع ْن يَِز َيد‬،‫ َح َّدثَيِن ابْ ُن أَيِب َحا ِزٍم‬:‫ قَ َال‬،‫يم بْ ُن مَحَْزَة‬ ِ ِ
ُ ‫َح َّدثَيِن إ ْبَراه‬
ِ ِ ِ ِ
ُ‫صلَّى اهلل‬َ ِّ ‫ َع ِن النَّيِب‬،ُ‫ َع ْن أَيِب ُهَرْيَرةَ َرض َي اللَّهُ َعْنه‬،َ‫يسى بْ ِن طَْل َحة‬ َ ‫ َع ْن ع‬،‫يم‬ َ ‫إ ْبَراه‬
،‫ضأَ َفْليَ ْسَتْنثِْر ثَالَثًا‬
َّ ‫َح ُد ُك ْم ِم ْن َمنَ ِام ِه َفَت َو‬
َ ‫ظ أ َُراهُ أ‬
ِ
ْ ‫ «إِ َذا‬:‫ قَ َال‬،‫َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
َ ‫اسَتْي َق‬
‫وم ِه‬
ِ ‫»فَِإ َّن الشَّيطَا َن يبِيت علَى خي ُش‬
َْ َ ُ َ ْ
Terjemahannya:
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi saw, beliau bersabda,
“apabila bangun aku kira salah seorang diantara kamu dari
tidurnya lalu dai berwudhu maka hendaklah dia mengeluarkan
air dari hidung sebanyak tiga kali, karena sesungguhnya syaitan
bermalam di lubang /batang hidungnya”.(H.R. Bukhari/3295)

Penjelasan hadis:
Hadist dari Abu Hurairah tentang perintah mengeluarkan air
dari hidung. Didalamnya disebutkan, sesungguhnya syetan
bermalam di dalam lubang hidungnya. Kata “istintsaar” lebih

2
Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, Terj. Amiruddin dan Amir
Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet.2, 2011),jilid 30, h. 442

6
banyak faidahnya daripada kata “istinsyaaq”. sebab “istintsaar”
terjadi setelah “istinsyaaq” dan hal ini tidak berlaku sebaliknya.
Terkadang seseorang melakukan “istinsyaaq” namun tidak
melakukan “istintsaar”. “istintsaar” menyempurnakan tujuan
“istinsyaaq”. Karena hakikat “istinsyaaq” adalah menghirup air ke
bagian paling dalam di hidung. Sedangkan “istintsaar”adalah
mengeluarkan air tersebut. Maksud “istinsyaaq” untuk
membersihkan bagian dalam hidung, sementara “istintsaar”
adalah mengeluarkan kotoran yang telah dibersihkan tadi.
Menurut sebagian ulama, kata “istintsaar” berasal dari kata
nastrah yang artinya ujung hidung. Sebagian lagi mengatakan
bahwa maknanya adalah hidung itu sendiri. Atas dasar ini,
barangsiapa yang melakukan “istinsyaaq” berarti telah
melakukan “istintsaar”, Karena bias dikatakan ia telah mengambil
air dengan hidungnya atau dengan ujung hidungnya. Namun,
pendapat ini masih perlu ditinju lebih lanjut.
Kemudian makna zahir hadist menunjukkan bahwa yang
demikian berlaku bagi setiap orang tidur. Akan tetapi mungkin
juga khusus bagi yang tidur dan tidak membentengi diri dari
syetan dengan zikir. Demikian pula halnya dengan ayat kursi.
Pada pembhasan hadis sebelumnya dikutip juga pernyataan,
“dan syetan tidak akan mendekatimu”. Hanya saja mungkin
dipahamai bahwa ‘tidak mendekati’disini adalah tidak mendekati
tempat dimana ia meberi rasa was-was, yaitu hati. Maka nia
sengaja bermalam di lubang hidung agar mudah baginya masuk
ke hati saat seseorang terbangun. Namun, barangsiapa

7
melakukan “istintsaar” berarti telah menimbulkan rasa was-was.
Demikian hadis itu mencakup semua orang terjaga.3
Menempatkan tangan di bawah pipi kanan

- ‫َع ْن‬ ،‫ َع ْن ِربْعِ ٍّي‬،‫ك‬ ِ ِ‫ َعن َعب ِد املل‬،َ‫ ح َّدثَنَا أَبو َعوانَة‬،‫اعيل‬ ِ ‫ح َّدثَيِن موسى بن إِمْس‬
َ ُْ َ ُ َ
َ ْ ْ َ ُ َ َ
ِ ِ
ُ‫ض َج َعه‬ ْ ‫َخ َذ َم‬ َ ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم إِ َذا أ‬ َ ُّ ‫ َكا َن النَّيِب‬:‫ قَ َال‬،ُ‫ُح َذ ْي َفةَ َرض َي اللَّهُ َعْنه‬
ِ ‫ وضع ي َده حَت ت خد‬،‫ِمن اللَّي ِل‬
‫َحيَا» َوإِ َذا‬ ْ ‫وت َوأ‬ ُ ‫ك أ َُم‬ َ ِ‫ «اللَّ ُه َّم بِامْس‬:‫ول‬ ُ ‫ مُثَّ َي ُق‬،‫ِّه‬ َ َ ْ ُ َ ََ َ ْ َ
ِ ِِ
‫ور‬ ُ ‫َحيَانَا َب ْع َد َما أ ََماَتنَا َوإِلَْي ِه الن‬
ُ ‫ُّش‬ ْ ‫ «احلَ ْم ُد للَّه الَّذي أ‬:‫ظ قَ َال‬ َ ‫»اسَتْي َق‬
ْ
Terjemahannya:
Dari Hudzaifah r.a. dia berkata, “Apabila Nabi saw telah
beranjak ke tempat tidur di malam hari, beliau menempatkan
tangannya di bawah pipinya, kemudian beliau mengucapkan,
Allahumma bismika amuutu wa ahya (ya Allah, dengan
menyebut nama-Mu aku mati dan aku hidup). Dan apabila
bangun dari tidur beliau mengucapkan, Alhamdulillah ladzi
ahyaana ba’da maa amaatana wa ilaihiin nusyur (segala puji
hanya milik Allah yang telah menghidupkan kami setelah
mematikan kami, dan hanya kepada-Nya kami dikembalikan)”.
(H.R. Bukhari/6314)
Penjelasan hadis:
Pada hadis ini Imam Bukhari menyebutkan hadis Hudzaifah
yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, di dalamnya
disebutkan (beliau menempatkan tangannya di bawah pipinya).
Al Ismaili berkata, disini tidak disebutkan kanan bahkan
disebutkan dalam riwayat Syarik dan Muhammad bin Jabir dari
Abdul Malik bin Umar.
Ibnu Hajar berkata, sebagaimana biasanya Imam Bukhari
mengisyaratkan kepada jalur-jalur periwayatan lainnya untuk

3
Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, Terj. Amiruddin dan Amir
Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet.2, 2011),jilid 4 h. 245.

8
hadis yang dimaksud. Jalur Syarik ini yang disinggung oleh Al
Ismaili diriwayatkan oleh Ahmad dari jalurnya, mengenai masalah
ini, ada juga riwayat lain dari Al Bara’ yang diriwayatkan oleh An
Nasai dari jalur Abu Khaitsamah dan Ats Tsauri dari Abu Ishaq
(bahwa apabila Nabi saw telah menempati tempat tidurnya,
beliau menempatkan tangan kanan di bawah pipi kanan, dan
beliau mengucapkan, “Allahumma qiini adzabika yauma tab’asu
ibadaka ( ya Allah, lindungilah aku dari azab-Mu pada hari
engkau bangkitkan para hamba-Mu)”. Sanadnya shahih.4
Kandungan hadis:
1. Disunahkan bagi seorang hamba pada saat berbaring pada sisi
kanan untuk meletakkan tangan kanannya di bawah pipi
kanannya.
2. Diperbolehkan menyebut al maut untuk pengertian tidur, karena
sebenarnya tidur itu kematian kecil. Yang demikian itu karena
tidak adanya ketergantungan ruh pada badan dan hubungannya
dengan badan sebagai hubungan yang parsial.
3. Allah Swt mengendalikan ala mini dan bukan yang lainnya, dan
dia adalah pencipta, yang mengadakan, yang menghidupkan dan
yang mematikan.
4. Seorang hamba berkewajiban untuk memuji Allah Swt dalam
segala keadaan.

takbir dan tasbih ketika hendak tidur

4
Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, Terj. Amiruddin dan Amir
Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet.2, 2011),jilid 30, h.394

9
‫ َع ْن‬،‫ َع ِن ابْ ِن أَيِب لَْيلَى‬،‫ َع ِن احلَ َك ِم‬،ُ‫ َح َّد َثنَا ُش ْعبَة‬،‫ب‬ ٍ ‫ح َّد َثنَا سلَْيما ُن بْن حر‬
َْ ُ َ ُ َ
ِ ِ
َّ ‫ت َما َتْل َقى يِف يَد َها ِم َن‬ ِ َ‫َن ف‬
َّ ‫اط َمةَ َعلَْي ِه َما‬ ِ
َّ ‫ أ‬:‫َعل ٍّي‬
َّ ‫ فَأَتَت النَّيِب‬،‫الر َحى‬ ْ ‫السالَ ُم َش َك‬
ِ ِ َ ِ‫ فَ َذ َكرت َذل‬،‫صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم تَسأَلُه خ ِادما َفلَم جَتِ ْده‬
َ‫ َفلَ َّما َجاء‬،َ‫ك ل َعائ َشة‬ ْ َ ُ ْ ً َ ُ ْ َ ََ َْ ُ َ
»‫ك‬ ِ َ‫ «م َكان‬:‫ َف َق َال‬،‫ فَ َذهبت أَقُوم‬،‫اجعنَا‬ ِ ‫ فَجاءنَا وقَ ْد أَخ ْذنَا م‬:‫ قَ َال‬،‫أَخبرتْه‬
َ ُ ُ َْ َ ‫ض‬ َ َ َ َ ََ ُ ََ ْ
‫ «أَالَ أ َُدلُّ ُك َما َعلَى َما‬:‫ َف َق َال‬،‫ص ْد ِري‬ ِ
َ ‫ت َبْرَد قَ َد َمْيه َعلَى‬ُ ‫س َبْيَننَا َحىَّت َو َج ْد‬ َ َ‫فَ َجل‬
،‫اج َع ُك َما‬ِ ‫ أَو أَخ ْذمُتَا مض‬،‫هو خير لَ ُكما ِمن خ ِادٍم؟ إِ َذا أَويتما إِىَل فِر ِاش ُكما‬
َ َ َ ْ َ َ َ ُْ َ َ ْ َ ٌَْ َ ُ
‫ َف َه َذا َخْيٌر‬،‫ني‬ ِ ِ ِ
َ ‫ َوامْح َ َدا ثَالَثًا َوثَالَث‬،‫ني‬
َ ‫ َو َسبِّ َحا ثَالَثًا َوثَالَث‬،‫ني‬
َ ‫فَ َكِّبَرا ثَالَثًا َوثَالَث‬
‫يح أ َْربَ ٌع‬ ِ ‫ «الت‬:‫ قَ َال‬،‫ َع ْن ابْ ِن ِس ِريين‬،‫ َع ْن َخالِ ٍد‬،َ‫لَ ُكما ِم ْن َخ ِادٍم» و َع ْن ُش ْعبَة‬
ُ ‫َّسب‬
ْ َ َ َ
‫َوثَالَثُو َن‬

Terjemahannya:

Dari Ali bahwa Fathimah as mengadukan (kapalan) yang di


tangannya kareana alat penggiling. Maka, dia pun menemui
Nabi saw untuk meminta pelayan, na,un ia tidakk menjumpai
beliau dan kemudian menyampaikan hal itu kepada Aisyah,
ketika beliau datang, Aisyah pun memberitahu hal itu kepada
beliau , Ali berkata “lalu beliau mendatangi kami, saat itu kami
telah berada di tempat tidur. Aku kemudian bangun, lalu beliau
bersabda, tetaplah di tempatmu beliau kemudian duduk diantara
kami, sampai-sampai aku dapat merasakan dinginnya kedua kaki
beliau di dadaku. Beliau kemudian bersabda “Maukah aku
tunjukkan kepada kalian berdua sesuatu yang lebih baik untuk
kalian berdua daripada seorang pelayan? Apabila kalian telah
beranjak ke tempat tidur kalian atau kalian telah menenmapati

10
tempat berbaring kalian, maka bertakbirlah riga puluh empat
kali, bertasbihlah tiga puluh tiga kali, dan berttahmidlah tiga
puluh tiga kali. Ini lebih baik bagi kalian berdua darpada seorang
pelayan”. (H.R. Bukhari/6318)

Penjelasan hadis:

Fathimah mencari Nabi saw di dua rumah Ummul Mukminin


(Aisyah dan Ummu Salamah). Fatimah datang kepada Nabi saw
untuk meminta pelayan dan mengeluhkan tentang pekerjaan.
Lalu Nabi saw menjawab maukah aku beritahukan kepadamu
tentang sesuatu yang lebih baik bagimu daripada itu.

Ibnu Hajar berpendapat, bisa juga dipadukan bahwa pada


mulanya Fathimah tidak menyampaikan keperluaanya
sebagaimana yang disebutkan di dlam redaksi lain, kemudian
pada kali lain dia menyebutkan keperluaannya itu kepada Aisyah
kerena tidak menemukan beliau. Kemudian terjadilah
perbincangan antara Fathimah dan Ali sebagaimana disebutkan
dalam riwayat yang lain. Jadi sebagian periwayatan menceritakan
apa yang tidak diceritakan oleh sebagian lainnya seperti. Beliau
kemudian bersabda “Maukah aku tunjukkan kepada kalian
berdua sesuatu yang lebih baik untuk kalian berdua daripada
seorang pelayan?

Selanjutnya beliau mengajarkan zikir kepada mereka.


Seandainya kekayaan lebih baik daripada kekafiran, tentu beliau
akan memberikan pelayan kepada mereka berdua disamping
mengajarkan dzikir. Namun karena beliau tidak memberikan

11
pelayan dan hanya mengajarkan zikir, maka belaiau tidak
memilihkan yang lebih utama di sisi Allah bsgi mereka berdua.

Para ulama berbeda pendapat mengenai makna kebaikan


yang dimaksud dalam hadist ini. Secara zahir menunjukkan
bahwa beliau hendak mengajarkan kepada mereka berdua
bahwa amal akhirat lebih utama daripada perkara dunia, lalu
kenapa beliau hanya mengajarkan itu kepada mereka berdua. Hal
itu beliau tidak mungkin memberikan pelayan dan menajarkan
hal itu, kemudian beliau mengajarkan kepaa mereka berdua,
walauppun apa yang mereka cari itu tidak ada. Namun, dengan
mengamalkan zikir itu mereka justru mendapatkan yang lebih
baiik daripada apa yang mereka cari.5

Pelajaran yang dapat diambil:

1. Mengutamakan para penuntut ilmu daripada yang alin dalam


seeprlima harta rampasan.

2. Allah melindungi mereka dari keduniaan kendati


memungkinkan bagi mereka untuk meraihnya sebagai
pemeliharaan bagi mereka dari dampak negatif yang bakal
muncul.

shalat qiyamullaili

ٍ ‫ َع ِن ابْ ِن ِش ه‬،‫ك‬ ٍ ِ‫ت َعلَى مال‬


‫ َع ْن‬،‫ َع ْن عُ ْرَوَة‬،‫اب‬ َ َ ُ ْ‫ َق َرأ‬:‫ قَ َال‬، ‫َح َّدثَنَا حَيْىَي بْ ُن حَيْىَي‬
‫ص لِّي بِاللَّْي ِل إِ ْح َدى َع ْش َرَة‬ ِ ِ َ ‫َن رس‬ ِ
َ ُ‫ َك ا َن ي‬،‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ َ َّ ‫ «أ‬،َ‫َعائ َش ة‬

5
Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, Terj. Amiruddin dan Amir
Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet.2, 2011),jilid 30, h. 410-430.

12
ِ ِ ِ َ ‫ فَ ِإ َذا َف َر‬،‫اح َد ٍة‬
ْ ‫غ ِمْن َه ا‬
ُ‫ َحىَّت يَأْتيَ ه‬،‫اض طَ َج َع َعلَى ش قِّه اأْل َمْيَ ِن‬
ِ ‫ ي وتِر ِمْنه ا بِو‬،ً‫رْكع ة‬
َ َ ُ ُ ََ
» ِ ‫صلِّي َرْك َعَتنْي ِ َخ ِفي َفَتنْي‬
َ ُ‫الْ ُم َؤذِّ ُن َفي‬
:Terjemahannya
Yahya bin Yahya menyampaikan kepada kami dari Malik, dari
Ibnu Syihab, dari Urwah, dari Aisyah bahwa Rasulullah saw
mengerjakan qiyamullaili sebanyak sebelas rakaat, dengan satu
rakaat shalat witir. Seusai shalat, beliau biasa berbaring di sisi
lambung sebelah kanan, sampai muadzin mendatanginya. Kemudian
beliau shalat dua rakaat dengan ringan. (H.R. Muslim/736)
Memohon perlindungan kepada Allah
ٍ ‫ َع ِن ابْ ِن ِشه‬،‫ ح َّدثَيِن عُ َقْيل‬:‫ قَ َال‬،‫ث‬
ُ ‫ َح َّد َثنَا اللَّْي‬،‫ف‬ ِ
- ،‫اب‬ َ ٌ َ ُ ُ‫َح َّدثَنَا َعْب ُد اللَّه بْ ُن ي‬
َ ‫وس‬
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم « َكا َن‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬
ِ ِ
ُ َ َّ ‫ أ‬:‫ َع ْن َعائ َشةَ َرض َي اللَّهُ َعْن َها‬،ُ‫َخَبَريِن عُْرَوة‬
ْ‫أ‬
ِ‫هِب‬ ِ ِ
ُ‫ َوَم َس َح َما َج َس َده‬،‫ َوَقَرأَ بِالْ ُم َع ِّو َذات‬،‫ث يِف يَ َديْه‬
َ ‫ض َج َعهُ َن َف‬ َ ‫إِ َذا أ‬
ْ ‫َخ َذ َم‬
Terjemahannya:
Dari Aisyah ra, bahwa apabila Rasulullah telah menempati
tempat tidurnya, beliau meniupkan ke kedua tangan beliau dan
membacakan al mu’awwidzat, lalu mengusapkannya ke badannya.
(H.R.Bukhari/6319)
Penjelasan hadis:
Imam Bukhari menyebutkan hadis Aisyah tentang menbaca al
mu’awwidzat. Penjelasannya telah dikemukakan pada pembahasan
tentang pengobatan, dan disana telah saya jelaskan pula tentang
perbedaan riwayat yang dituturkan oleh para periwayat mengenai ini,
yaitu bahwa beliau selalu mengucapkannya atau karena ada keluhan.
Imam Bukhari telah menjelaskan bahwa yang diamksud dengan
al mu’awwidzat adalah surah al ikhlas, al falaq, an nass. Ini
dinyatakan dengan jelas dalam riwayat Aqil, bahwa ini juga

13
merupakan salah satu dari beberapa kemungkinan yang telah
disebutkan disana. Disamping itu, riwayat trsebut menyebutkan
tentang cara beliau mengusap badannya kedua tangannya.
Tentang bacaan ini menjelang tidur, telah disebutkan dalam
sejumlah hadis yang shahih, salalh satunya hadis Abu Hurairah
mengenai membaca ayat kursi. Hadis ini telah dikemukakan pada
pembahasan perwakilan dan lainnya. Hadis Ibnu Mas’ud mengenai
membaca dua ayat terakhir dari surah al- Baqarah ini juga telah
dikemukakan dalam pembahsan tentang keutamaan al-qur’an. 6
Bersiwak

‫ َع ْن‬،‫ َع ْن أَيِب َوائِ ٍل‬،‫صوٍر‬


ُ ‫ َع ْن َمْن‬،‫ َح َّدثَنَا َج ِر ٌير‬:‫ قَ َال‬،َ‫َح َّدثَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن أَيِب َشْيبَة‬
‫الس َو ِاك‬
ِّ ِ‫وص فَاهُ ب‬ ِ ِ ِ
ُ ‫ يَ ُش‬،‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم «إ َذا قَ َام م َن اللَّْي ِل‬
َ ُّ ‫ َكا َن النَّيِب‬:‫ قَ َال‬،َ‫ُح َذ ْي َفة‬
Terjemahannya:
Diriwayatkan dari Hudzaifah , ia berkata, “Biasanya Nabi saw
apabila bangun di waktu malam, beliau menggosok mulutnya dengan
siwak”. (H.R. Bukhari/245)
Penjelasannya:

‫وص‬
ُ ‫( يَ ُش‬menggosok), Ibnu Daqiq Al Id berkata, “dalam hadis ini

terdapat keterangan disukainya bersiwak pada saat bangun tidur,


sebab umumnya tidur merupakan saat dimana bau mulut berubah
disebabkan uap yang keluar dari rongga perut. Yang dimaksud dengan
siwak adalah alat yang digunakan untuk membersihkan gigi, makai a
disukai sesuai dengan fungsinya. Beliau berkata pula, adapun makna

lahiriah dari kata ‫( ِم َن اللَّْي ِل‬di waktu malam) berlaku umum di setiap
keadaan, namun ada pula kemungkinan hal ini dikhususkan pada saat
6
Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, Terj. Amiruddin dan Amir
Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet.2, 2011),jilid 30, h. 376

14
hendak melakukan shalat. Aku katakana: keterangan mengenai hal ini
disebutkan dalam riwayat Imam Bukhari dalam pembahasan shalat
dengan ungkapan, “apabila beliau bangun untuk tahajud”. Demikian
pula yang dinukil oleh Imam Muslim. Disamping itu hadis Ibnu Abbas
turut menguatkannya. Seakan-akan inilah yang menjadi rahasia
sehingga disebutkan dalam judul bab ini. Lalu Imam Bukhari banyak
menyebutkan hukum-hukum siwak pada pembahasan shalat dan
puasa sebagaimana akan dijelaskan pada tempatnya.7

Menutup pintu pada malam hari

‫ مَسِ َع َج ابَِر بْ َن َعْب ِد اللَّ ِه‬،ٌ‫َخَب َريِن َعطَ اء‬ ْ ‫ أ‬:‫ قَ َال‬،‫َخَبَرنَ ا ابْ ُن ُج َريْ ٍج‬ ْ ‫ أ‬،‫َخَبَرنَا َرْو ٌح‬ ُ ‫َح َّدثَنَا إِ ْس َح‬
ْ ‫ أ‬،‫اق‬
،‫ أ َْو أ َْم َس ْيتُ ْم‬،‫ «إِ َذا َك ا َن ُجْن ُح اللَّْي ِل‬:‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ ُ ‫ رس‬:‫ قَ َال‬،‫ر ِض ي اللَّه عْنهم ا‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ َُ َ ُ َ َ
‫ َوأَ ْغلِ ُق وا‬،‫وه ْم‬ ِ ‫ فَ ِإ َذا َذهبت س‬،‫اطني َتْنتَ ِش ر ِحينَئِ ٍذ‬
ُ ُّ‫اعةٌ م َن اللَّْي ِل فَ َخل‬ َ َ ْ ََ ُ
ِ َّ ‫ فَ ِإ َّن‬،‫فَ ُك ُّفوا ِص بيانَ ُكم‬
َ َ‫الش ي‬ ْ َْ
،‫َخَب َريِن َع ْم ُرو بْ ُن ِدينَ ا ٍر‬ َّ ‫ فَ ِإ َّن‬،‫اس َم اللَّ ِه‬
ْ ‫ َوأ‬:‫الش ْيطَا َن الَ َي ْفتَ ُح بَابًا ُم ْغلَ ًق ا» قَ َال‬ ْ ‫اب َواذْ ُك ُروا‬
َ ‫األ َْب َو‬
‫اس َم اللَّ ِه‬ ِ ِ ِ
ْ ‫ حَنْ َو َما أ‬،‫مَس َع َجابَِر بْ َن َعْبد اللَّه‬
ْ ‫ َومَلْ يَ ْذ ُك ْر َواذْ ُكُروا‬،ٌ‫َخَبَريِن َعطَاء‬
Terjemahannya:
“jika malam datang menjelang, atau kaian berada di sore hari, maka
tahankanlah anak-anak kalian (dirumah), karena ketika itu setan sedang
bertebaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam, maka biarkan
mereka (jika ingin keluar). Tutuplah pintu dan berzikirlah kepada Allah,
karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup.
Tutup pula wadah minuman dan makanan kalian dan berzikirlah kepada
Allah”.(H.R. Bukhari/3304)
7
Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, Terj. Amiruddin
dan Amir Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet.2, 2011),jilid 30, h. 434-436.

15
Berdoa saat bangun tidur

- ‫ َع ْن‬،‫ َع ْن َخَر َشةَ بْ ِن احلُِّر‬،‫اش‬ ٍ ‫ َع ْن ِربْعِ ِّي بْ ِن ِحَر‬،‫صوٍر‬ ُ ‫ َع ْن َمْن‬،َ‫ َع ْن أَيِب مَحَْزة‬،‫َح َّدثَنَا َعْب َدا ُن‬
:‫ض َج َعهُ ِم َن اللَّْي ِل قَ َال‬ ِ
َ ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم إِ َذا أ‬
ْ ‫َخ َذ َم‬ ِ
َ ُّ ‫ َكا َن النَّيِب‬:‫ قَ َال‬،ُ‫أَيِب َذ ٍّر َرض َي اللَّهُ َعْنه‬
ِ ِِ
‫] َما‬72:‫َحيَانَا َب ْع َد [ص‬ ْ ‫ «احلَ ْم ُد للَّه الَّذي أ‬:‫ظ قَ َال‬ ْ ‫َحيَا» فَِإ َذا‬
َ ‫اسَتْي َق‬ ْ ‫وت َوأ‬
ُ ‫ك أ َُم‬ َ ِ‫«اللَّ ُه َّم بِامْس‬
‫ور‬ ُ ‫أ ََماَتنَا َوإِلَْي ِه الن‬
ُ ‫ُّش‬
Terjemahannya:
Dari Abu Dzar ra, ia berkata: “Apabila Nabi saw telah beranjak ke
tempat tidurnya pada malam hari, beliau mengucapkan, Allahumma bismika
amuutu wa ahyaa (ya Allah, dengan menyebut nama-Mu aku amti dan aku
hidup), dan apabila bangun beliau mengucapkan, Allahumma lillahi ladzi
ahyaana ba’da maa amaatana wa ialihin nusyur (segala puji hanya milik
Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan hanya
kepada-Nya kami dikembalikan)”. (H.R. Bukhari/6325)
Penjelasan hadis:
Pada bab ini Imam Bukhari menyebutkan tiga hadis, yaitu:
pertama, hadis Syaddad bin Aas yang telah dikemukakan pada bab istighfar
yang paling utama. Kedua, hadis Hudzaifah penjelasannya juga telah
dikemukakan setelah hadis yang pertama. Ketiga, hadis Abu Dzar yaitu
dengan lafazh yang sama dengan hadis Hudzaifah dari jalur yang sama,
karena hadis ini berasal dari jalur Abu Hamzah, yaitu As-Sukri, dariManshur
Ibnu Al-Mu’tamir, dari Ribi’I bin Khirasy, dari Kharasyah bin al Hurr, dari Abu
Dzarr. Sementara hadis Hudzaifah berasal dari jalur Abdul Malik bin Umair,
bin Ribi’I dari Rbi’I, darinya.
Tampaknya, Imam Bukhari memandang bahwa Rib’i
mengemukakannya dari dua jalur periwayatan, dan Muslim tidak
mengemukakan hadis Abu Dzar karena perbedaan ini. Sanad Abu Hamzah ini

16
disepakati oleh Syaibah An Nawawi yang diriwayatkan oleh Al Isma’ili dan
Abu Nu’aim di dalam kitab Mustakhraj dari jalurnya.8
Mengibaskan kasur sebelum tidur
ٍ ِ‫يد بن أَيِب س ع‬ ِ ِ
‫يد‬ َ ُ ْ ُ ‫ َح َّدثَيِن َس ع‬،‫ َح َّد َثنَا عَُبْي ُد اللَّه بْ ُن عُ َم َر‬،‫ َح َّدثَنَا ُزَهْي ٌر‬،‫س‬ َ ُ‫َح َّدثَنَا أَمْح َ ُد بْ ُن يُون‬
‫ " إِ َذا أ ََوى‬:‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ
َ ُّ ‫ قَ َال النَّيِب‬:‫ قَ َال‬،‫ َع ْن أَيِب ُهَرْي َرَة‬،‫ َع ْن أَبِيه‬،‫ي‬ ُّ ِ‫] امل ْقرُب‬71:‫[ص‬
َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ك‬ َ ‫َح ُد ُك ْم إِىَل فَ َ َْ ْ ُ ْ َ َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ُ َ َْ مُثَّ َ ُ ُ مْس‬
‫ا‬ ‫ب‬ :‫ول‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ،‫ه‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ي‬ ِ
‫ر‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫َّه‬
‫ن‬ ‫إ‬ِ‫ف‬ ، ِ
‫ه‬ِ
‫ر‬ ‫ا‬
‫ز‬ ِ
‫إ‬ ‫ة‬ ‫ل‬ ‫اخ‬ ‫د‬‫ب‬ ‫ه‬ ‫اش‬ ‫ر‬‫ف‬ ‫ض‬ ‫ف‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ل‬‫ف‬ ‫ه‬ ‫اش‬ ‫ر‬ َ‫أ‬
ُ ‫اح َفظْ َه ا مِب َا حَتْ َف‬ ِ
‫ظ‬ ْ َ‫ َوإِ ْن أ َْر َس ْلَت َها ف‬،‫ْت َن ْفس ي فَ ْارمَحْ َه ا‬ َ ‫ إِ ْن أ َْم َس ك‬،ُ‫ك أ َْرَفعُ ه‬َ ِ‫ت َجْنيِب َوب‬ ُ ‫ض ْع‬
َ ‫ب َو‬ ِّ ‫َر‬
،‫ َوبِ ْش ٌر‬، ‫ َوقَ َال حَيْىَي‬،‫ َع ْن عَُبْي ِد اللَّ ِه‬،َ‫يل بْ ُن َزَك ِريَّاء‬ ِ ِ
ُ ‫ َوإمْسَاع‬،‫ض ْمَرَة‬ َ ‫ني " تَ َاب َعهُ أَبُو‬
ِ‫بِِه ِعباد َك َّ حِل‬
َ ‫الصا‬ ََ
‫ َوابْ ُن‬،‫ك‬ ٌ ِ‫ َوَرَواهُ َمال‬.‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ٍِ ِ ِ
َ ِّ ‫ َع ِن النَّيِب‬،َ‫ َع ْن أَيِب ُهَرْي َرة‬،‫ َع ْن َس عيد‬،‫َع ْن عَُبْي د اللَّه‬
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ٍِ
َ ِّ ‫ َع ْن أَيِب ُهَرْيَرَة َع ِن النَّيِب‬،‫ َع ْن َسعيد‬،‫َع ْجالَ َن‬
:Terjemahannya
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Nabi saw bersabda, “Apabila
seeorang di antara kalian beranjak ke tempat tidurnya, maka dia hendaknya
mengibaskan tempat tidurnya dengan bagian dalam kainnya, karena
sesungguhnya dia tidak mengetahui apa yang bersembunyi di dalamnya,
kemudian mengucapkan, Bismika rabbi wadha’tu janbii wa bika arfa’uhu. In
amsakta nafsi farhamha wa in arsaltaha fahfazhhaa bimaa tahfazhu bihi
ibaadakash shalihiin (dengan menyebut nama-Mu, wahai Tuhanku, aku
meletakkan dan aku mengangkat lambungku. Bila engkau menahan ruhku,
maka rahmatilah dia, tapi bila engkau melepaskannya maka jagalah dia
dengan penjagaan yang dengannya engkau menjaga para hamba-Mu yang
shalih”. (H.R. Bukhari/6320)
Abu Dharrah dan Ismail bin Zakaria meriwayatkan hadis mutaba’ah
dari Ubaidillah dan Yahya bin Sa’id serta Bisyr berkata: dari Ubaidillah dari
Sa’id, dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. Hadis ini diriwayatkan juga oleh Malik
dan Ibnu Ajlan dari Sa’id, dari Abi Hurairah, dari Nabi saw.
Penjelasan hadis:

8
Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, Terj. Amiruddin dan Amir
Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet.2, 2011),jilid 30, h. 450-452.

17
(Bab). Demikian redaksi yang disebutkan oleh mayoritas, yakni tanpa
mencantumkan judul. Sedangkan sebagian periwayatan tidak
mencantumkan kata bab. Seperti itu pula pendapat oleh Ibnu Baththal dan
yang mengikutinya. Yang benar adalah menyebutkan kata “bab”. Kesamaanya
dengan judul sebelumnya adalah karena mengandung zikir menjelang tidur.
Sedangkan yang tidak mencantumkan “bab”, maka hadis ini seperti pasal dari
bab sebelumnya karena pada hadis ini juga mengandung permohonan
perlindungan walaupun tidak ditunjukkan dengan lafaznya.

‫إِ َذا أ ََوى‬ (apabila beranjak). Disebutkan tanpa madd (Panjang) pada

huruf hamzah ‫أ ََوى‬. Penjelasannya telah dikemukakan sebelumya.

‫اخلَ ِة إَِزا ِرِه‬


ِ ‫اش ه بِ َد‬ ِ ‫( َف ْليْن ُف‬maka
ُ َ ‫ض فَر‬
ْ َ ia hendaknya mengibaskan tempat

tidurnya dengan ujung kainnya). Demikian redaksi yang disebutkan dalam

mayoritas naskah periwayat. Dalam riwayat Abu Zaid Al Marwazi disebutkan

ِ ‫بِ َد‬.
‫اخل‬ Sedangkan dalam riwayat Malik yang akan dikemukakan pada

pembahasan tentang tauhid disebutkan dengan ujung pakaaiannya.


Demikian juga redaksi yang terdapat dalam riwayat Ath Thabrani dari jalur
lainnya.
Ada yang mengatakan bahwa itu adalah bahasa kiasan tentang
kemaluan, dan ada juga yang mengatakan pinggul. Sebagian ulama
menyebutkan bahwa secara zahir. Beliau memerintahkan untuk membasuh
ujung pakaiannya.
Al Qurthubi berkata di dalam Al Mufhim, hikmah mengibaskan kain
telah disebutkan di dalam hadisnya. Sedangkan tentang maksud
dikhususkannya mengibas dengan bagian dalam kain tidak tersirat di dalam

18
hadis ini. Menurutnya, dalam hal itu terkandung khasiat kesehatan, yaitu
mencegah mendekatnya binatang-binatang kecil yang berbisa.
Yang lain telah mengemukakan hikmah ini, seperti yang dinukil oleh
Ibnu At Tin, bahwa Ad Dawudi mengisyaratkan bahwa hikmahnya adalah
karena kain itu tertutup oleh pakaian maka tidak terkena kotoran.
Seandainya dilakukan dengan menggunakan lengan bajunya, maka tidak
akan dilakukan dengan bagian pakaian yang lentur, padahal Allah menyukai
bila hamba-Nya melakukan suatu amal dia melakukannya dengan baik. Al
Baidawi berkata, “beliau memrintahkan mengibaskannya, karena orang yang
hendak tidur biasanya melepaskan kain bagian luarnya dengan tangan kanan,
sementara bagian dalamnya tetap menggantung. Oleh karena itu, dia
mengibaskan di tempat tidurnya”.
Ibnu Baththal berkata, hadis ini mengandung adab yang agung. Dia
telah menyebutkan hikmah dalam hadis tersebut, yaitu kemungkinan adanya
binatang berbisa di tempat tidur sehingga bisa membahayakannya. Al
Qurthubi berkata, dari hadis inii dapat disimpulkan bahwa bila seseorang
hendak tidur hendaknnya membersihkan tempat tidurnya karena
dikhawatirkan ada kotoran atau lainnya.9
Mematikan lampu

‫ َع ْن َجابِ ِر بْ ِن َعْب ِد‬،‫ َع ْن َعطَ ٍاء‬،‫ َع ْن َكثِ ٍري ُه َو ابْ ُن ِشْن ِظ ٍري‬،‫اد‬ ٌ َّ‫ َح َّد َثنَا مَح‬،ُ‫َح َّد َثنَا ُقَتْيبَة‬
‫ َوأ َِجي ُفوا‬،َ‫ «مَخ ُِّروا اآلنِيَة‬:‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ قَ َال رس‬:‫ قَ َال‬،‫اللَّ ِه ر ِضي اللَّه عْنهما‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ َُ َ ُ َ َ
‫ت‬ ِ ‫ت أَهل البي‬
ْ َ َ ْ ْ َ‫َحَرق‬
ِ ِ ِ
ْ ‫ فَِإ َّن ال ُف َويْس َقةَ ُرمَّبَا َجَّرت ال َفتيلَةَ فَأ‬،‫يح‬ ِ َ ‫ وأَطْ ِفئُوا امل‬،‫األ َْبواب‬
َ ‫صاب‬ َ َ َ َ
Terjemahannya:
Dari Jabir bin Abdillah ra, dia berkata: “Rasulullah saw bersabda,
tutuplah bejana-bejana, rapatkanlah pintu-pintu dan padamkanlah lampu-

9
Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, Terj. Amiruddin dan Amir
Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet.2, 2011),jilid 30, h. 245. 438

19
lampu, karena sesungguhnya bisa saja tikus menyeret sumbunya membakar
penghuni rumah”.(H.R. Bukhari/6295)
Penjelasan hadis:
Hadis ini juga mengandung sebab perintah dan keterangan mengenai
faktor yang mendorong tikus menarik sumbu, yaitu syetan, musuh manusia,
ia meminta tolong kepada musuh lainnya, yaitu api. Semoga Allah
menyelamatkan kita dengan kemulian-Nya dari tipu daya para musuh,
sesungguhnya Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ibnu Daqiq Al Id berkata, jika alas an mematikan lampu adalah untuk
menghindarkan ditariknya sumbu oleh tikus, maka itu berarti bahwa bila
lampunya berada pada posisi yang tidak dapat dijangkau oleh tikus maka
tidak terlarang untuk dibiarkan menyala, misalnya ditempatkan pada
diadukan tembaga licin yang tidak dapat dipanjat oleh tikus, atau ditempat
yang jauh tidak memungkinkan tikus dapat menjangkaunya. Ibnu Hajar
berkata, An Nawawi telah menyatakan itu dengan memberikan contoh
lampu meja, karena itu lebih aman.
Ibnu Daqiq juga berkata perintah ini tidak dipandang sebagi wajib
oleh mayoritas orang, sedangkan ahlu zahir menganggapnya sebagai
perintah yang wajib. Yang memandang demikian tidak hanya golongan
zahiriyah, tapi juga setiap orang yang mengartikan secara zahirnya, kecuali
yang memalingkan dari zahirnya sebagaimana yang dikatakan oleh ahli qiyas.
Kendati golongan zahiriyah lebih diharuskan melaksankannya karena mereka
tidak melihat kepada indikasi-indikasinya, namun perintah-perintah ini
statusnya beragam sesuai dengan maksud-maksudnya. Jadi, di antaranya ada
yang dimaknai anjuran, yaitu membaca basmallah pada setiap hal, dan ada
juga yang dimaknai anjuran sekaligus petunjuk, seperti menutup pintu,
karena syetan tidak membuka pintu yang tertuup. Sebab mewaspadai

20
campuran tangannya syetan memang di anjurkan, disamping ada juga
maslahat-maslahat duniawi yang terkandung di dalamnya, diantaranya
(dengan menutup pintu) adalah sebagai petunjuk penjagaan. Demikian juga
dengan cara mematikan lampu dan menutup tempat minum dan bejana.10
Membaca ayat kursi sebelum tidur
ِ
ُ‫ َع ْن أَيِب ُهَرْيَرةَ َرض َي اللَّه‬،‫ين‬ ِِ ِ ٌ ‫ َح َّد َثنَا َع ْو‬،‫َوقَ َال عُثْ َما ُن بْ ُن اهلَْيثَ ِم‬
َ ‫ َع ْن حُمَ َّمد بْ ِن سري‬،‫ف‬
‫آت فَ َج َع َل حَيْثُو‬ ٍ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم حِبِ ْف ِظ َزَك ِاة رمضا َن فَأَتَايِن‬ ُ ‫ َوَّكلَيِن َر ُس‬:‫ قَ َال‬،ُ‫َعْنه‬
َ ََ َ ََ َْ ُ َ
ِ
َ ‫ فَ َذ َكَر احلَد‬- ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
،- ‫يث‬ ِ ِ
َ ‫َّك إِىَل َر ُسول اللَّه‬ َ ‫ت أَل َْرَف َعن‬ َ ‫م َن الطَّ َع ِام فَأ‬
ُ ‫ َف ُق ْل‬،ُ‫َخ ْذتُه‬
ِ
‫ك‬َ ُ‫ َوالَ َي ْقَرب‬،‫ظ‬ ٌ ِ‫ك ِم َن اللَّ ِه َحاف‬ َ ‫ لَ ْن َيَز َال َعلَْي‬،‫ك فَا ْقَرأْ آيَةَ ال ُك ْرِس ِّي‬
ِ
َ ‫ت إِىَل فَر ِاش‬ َ ْ‫ إِذَا أ ََوي‬:‫َف َق َال‬
ِ
‫وب َذ َاك َشْيطَا ٌن‬ ٌ ‫ك َوُه َو َك ُذ‬ َ َ‫«ص َدق‬َ ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬ َ ُّ ‫ َف َق َال النَّيِب‬،‫صبِ َح‬ْ ُ‫َشْيطَا ٌن َحىَّت ت‬
Terjemahannya:
Dari Abu Hurairah ra, berkata: “Rasululah saw menugaskanku untuk
menjaga zakat Ramadhan. Lalu datang seseorang kepadaku kemudian mulai
meraup makanan maka aku pun menangkapnya. Aku berkata , sungguh aku
akan menghadapkanmu kepada Rasulullah saw dia menyebutkan hadis di
dalamnya, dikatakan apabila engkau hendak tidur maka bacalah ayat kursi,
sungguh senantiasa akan ada bagimu pemeliharaan dari Allah dan enkau
tidak akan didekati oleh syetan hingga subuh. Nabi saw bersabda, ia telah
(berkata) benar kepadamu sementara ia adalah pendusta, ia adalah syetan.
(H.R. Bukhari/3275)

Membaca tiga surah (an naas, al falaq dan al ikhlas)

َ‫ َع ْن َعائِ َشة‬،‫ َع ْن عُْرَوَة‬،‫اب‬ ٍ ‫ َع ِن ابْ ِن ِشه‬،‫ك‬


َ ٌ ِ‫َخَبَرنَا َمال‬
ْ ‫ أ‬،‫ف‬ َ ‫وس‬
ِ
ُ ُ‫َح َّدثَنَا َعْب ُد اللَّه بْ ُن ي‬
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َكا َن إِ َذا ا ْشتَ َكى َي ْقَرأُ َعلَى َن ْف ِس ِه‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َّ ‫ «أ‬:‫َرض َي اللَّهُ َعْن َها‬
ِ
‫ت أَْقَرأُ َعلَْي ِه َوأ َْم َس ُح بِيَ ِد ِه َر َجاءَ َبَرَكتِ َها‬
ُ ‫ َفلَ َّما ا ْشتَ َّد َو َجعُهُ ُكْن‬،‫ث‬
ِ َ‫بِالْمع ِّوذ‬
ُ ‫ات َوَيْن ُف‬ َُ
Terjemahannya:

10
Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, Terj. Amiruddin dan Amir
Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet.2, 2011),jilid 30, h. 299-301.

21
Dari Urwah , dari Aisyah ra, “sesungguhnya Rasulullah saw apabila
sakit , beliau membaca ‘al mu’awwidzat untuk dirinya dan menghembuskan.
Ketika sakitnya semakin parah, maka akulah yang membacakan kepadanya
dan menyapukan dengan tangannya karena mengharapkan berkahnya”.
(H.R. Bukhari/5016)
ٍ ‫ َع ِن ابْ ِن ِشه‬،‫ َعن عُ َقْي ٍل‬،َ‫ضالَة‬ ٍِ
‫ َع ْن‬،‫اب‬ َ ْ َ َ‫َّل بْ ُن ف‬ُ ‫ َح َّدثَنَا املَُفض‬،‫َح َّدثَنَا ُقَتْيبَةُ بْ ُن َسعيد‬
،‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َكا َن إِ َذا أ ََوى إِىَل فَِر ِاش ِه ُك َّل لَْيلَ ٍة مَجَ َع َكفَّْي ِه‬ َّ ‫ " أ‬:َ‫ َع ْن َعائِ َشة‬،‫عُْرَوَة‬
َ َّ ‫َن النَّيِب‬
ِّ ‫ب ال َفلَ ِق َوقُ ْل أَعُوذُ بَِر‬
ِّ ‫َح ٌد َوقُ ْل أَعُوذُ بَِر‬ ِ ِ ‫مُثَّ نَ َف‬
َّ‫ مُث‬،‫َّاس‬ ِ ‫ب الن‬ َ ‫ قُ ْل ُه َو اللَّهُ أ‬:‫ث في ِه َما َف َقَرأَ في ِه َما‬ َ
‫ َيْب َدأُ هِبِ َما َعلَى َرأْ ِس ِه َوَو ْج ِه ِه َوَما أَْقبَ َل ِم ْن َج َس ِد ِه َي ْف َع ُل‬،‫اع ِم ْن َج َس ِد ِه‬ َ َ‫استَط‬
ِ‫هِب‬
ْ ‫مَيْ َس ُح َما َما‬
‫ات‬ٍ ‫ث مَّر‬ ِ
َ َ َ‫ك ثَال‬ َ ‫َذل‬
Terjemahannya:
Dari Urwah , dari Aisyah, “sesungguhnya Nabi saw apabila telah
bersiap untuk tidur setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak
tangannya kemudian meniup pada keduanya, lalu beliau membaca qul
huwallahu ahad, qul a’uudzu birabbil falaq, serta qul a’udzu birabbinnas,
kemudian beliau menyapukannya kepada seluruh badannya yang dapat
dijangkau, beliau memulai dari wajahnya dan bagian depan badannya.
Beliau melakukan seperti itu tiga kali”. (H.R. Bukhari/5017)
Penjelasan hadis:
Bab keutamaan al mu’awwidzat. Maksudnya adalah surah al ikhlas, al
falaq dan an naas. Dalam bab wafatnya Nabi saw pada pembahasan tentang
peperangan, Imam Bukhari mengemukakan bahwa penggunaan kata jamak
pada kalimat ini berdasarkan pendapat yang menyatakan bahwa jumlah
minimal jamak adalah dua. Kemudian tampak pada hadis di atas bahwa
penggunaa jamak tetap berlaku sebagaimana umumnya, maka yang dapat
diamksud membaca al mu’awwidzat adalah ketiga surah di atas. Surah al
ikhlas disebutkan juga sebagai al mu’awwidzat dalam konteks dominasi suatu
kata atas kata lain, mengingat dalam surah al ikhlas terdapat sifat Allah,
meski tidak ada penegasan kata ta’awwudz.

22
Pandangan yang paling kuat adalah bahwa keduanya adalah hadis
yang berdiri sediri dinukil Ibnu Syihab melalui satu sanad. Masing -masing
periwayatan menyebutkan apa yang tidak disebutkan yang lain. Adapun
Malik, Ma’mar, Yunus, dan Ziyyad bin Sa’ad (dalam kutipan Imam Muslim)
tidak berselisih menyatakan hal terjadi saat sakit. Hanya saja sebagian
mereka mengaitkannya dengan sakit yang membawa kematiannya. Sebagian
lagi menambahkan perbuatan Aisyah. Namun, tidak seorang pun di antara
mereka yang menafsirkan maksud al mu’awwidzat. Sedangkan Aqil, tidak ada
perbedaan periwayatan yang menukil darinya, bahwa hal itu terjadi ketika
akan tidur.11
Ketiduran sebelum isya

،ُ‫ َح َّدثَنَا َخالِ ٌد احلَ َّذاء‬:‫ قَ َال‬،‫الث َق ِف ُّي‬َّ ‫اب‬ِ ‫َخبرنَا َعْب ُد الوَّه‬
َ
ٍ
َ َ ْ ‫ أ‬:‫ قَ َال‬،‫َح َّدثَنَا حُمَ َّم ُد بْ ُن َسالَم‬
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َكا َن يَكَْرهُ الن َّْوَم َقْب َل‬ ِ َ ‫َن رس‬ ِ ِ
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َّ ‫ «أ‬،‫ َع ْن أَيِب َب ْرَزَة‬،‫َع ْن أَيِب املْن َهال‬
ِ ِ
َ ‫العِ َشاء َواحلَد‬
‫يث َب ْع َد َها‬
Terjemahannya:
Dari Abu Barzah bahwa Rasulullah saw tidak suka tidur sebelum isya
dan berbincang-bincang setelahnya (shlat isya). (H.R. Bukhari/568)
‫ َع ْن ُسلَْي َما َن ُه َو ابْ ُن‬،‫ َح َّدثَيِن أَبُو بَ ْك ٍر‬:‫ قَ َال‬،‫وب بْ ُن ُسلَْي َما َن ُه َو ابْ ُن بِالَ ٍل‬ ُ ُّ‫َح َّدثَنَا أَي‬
‫ أ َْعتَ َم‬:‫ت‬ ِ َّ ‫ أ‬،‫ عن عروَة‬،‫اب‬ ٍ ‫َخبريِن ابْن ِشه‬ ِ ‫ ح َّد َثنا‬:‫ قَ َال‬،‫بِالَ ٍل‬
ْ َ‫ قَال‬،َ‫َن َعائ َشة‬ َ ُْ ْ َ َ ُ َ َ ْ ‫ أ‬،‫صال ُح بْ ُن َكْي َسا َن‬ َ َ َ
،‫ فَ َخَر َج‬،‫الصْبيَا ُن‬ِّ ‫ِّساءُ َو‬ َّ :‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم بِالعِ َش ِاء َحىَّت نَ َاداهُ عُ َمُر‬
َ ‫الصالَةَ نَ َام الن‬
ِ ُ ‫رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ
‫ َوَكانُوا‬،‫صلَّى َي ْوَمئِ ٍذ إِاَّل بِالْ َم ِدينَ ِة‬
َ ُ‫ َوالَ ي‬:‫ قَ َال‬،»‫ض َغْيُرُك ْم‬ ِ ‫َح ٌد ِم ْن أ َْه ِل األ َْر‬ ِ
َ ‫«ما َيْنتَظُرَها أ‬
َ :‫َف َق َال‬
ِ ُ‫الش َفق إِىَل ثُل‬
‫ث اللَّْي ِل األ ََّوِل‬ ِ ِ
ُ َّ ‫يب‬ َ ‫صلُّو َن ف‬
َ ‫يما َبنْي َ أَ ْن يَغ‬ َ ُ‫ي‬
Terjemahannya:

11
Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, Terj. Amiruddin
dan Amir Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet.2, 2011),jilid 30, h. 860

23
Dari Urwah bahwa Aisyah berkata, “pada suatu malam Rasulullah
saw mengakhirkan shalt isya, sehingga Umar berkata, shalat ya Rasulullah,
para wanita dan anak-anak telah tidur. Maka beliau keluar lalu berkata
kepada orang-orang yang berada di masjid, tidak ada yang masih
menunggu shalat di antara penghuni bumi ini selain kalian”.(H.R.
Bukhari/569)
Penjelasan hadis:
Dalam bab ini diisyaratkan bahwa makruh tersebut dikhususkan bago
orang yang tidur dengan kemauannya sendiri. Hal itu berdasarkan tindakan
Rasulullah yang tidak mengakhiri mereka yang tidur menunggu Rasulullah
untuk keluar melaksanakan shalat isya. Sandainya dibedakan antara yang
ketiduran dalam keadaan ini dengan orang yang ketiduran di rumahnya,
maka hal itu akan lebih baik mengarah.

‫يث َب ْع َد َها‬ ِ
َ ‫( َواحلَ د‬berbincang-bincang setelahnya). Dalam penjelasan

selanjutnya diterangkan bahwa larangan khusus jika tidak ada urusan yang
mengharuskannya. Ada pendapat yang mengatakan, bahwa hikmah larangan
tersebut adalah supaya tidak menyebabkan meninggalkan shalat malam,
atau terlalu asyik ngobrol sehingga tidurnya terlaluu lelap dan kehabisan
waktu shalat shubuh. Dalam bab berikutnya akan dijelaskan bagaimana cara
mengompromikan hadis ini.

‫ص لَّى‬
َ ُ‫( َوالَ ي‬dan shalat itu tidak dilaksanakan). Disini lafazh shalat

menggunakan huruf ya, yaitu shalat isya. Maksudnya shalat berjamaah


tersebut tidak dilaksanakan kecuali di Madinah, sebagaimana yang dijelaskan
oleh Abu Dawud, karena pengikut Rasulullah di Makkah tidak melaksanakan
shalat kecuali dengan sembunyi-sembunyi. Sedangkan tempat-tempat lain,
selain Makkah dan Madinah belum dimasuki islam.

24
‫( َوَك انُوا‬mereka), yaitu Nabi saw dan sahabat-sahabatnya. Disini ada

penjelasan waktu yang mukhtar (waktu yang luas untuk mengerjakan shalat)
untuk shalat isya, karena konteksnya mengisyaratkan pelaksanaan shalat
tersebut secara rutin.12
Berdoa ketika terjaga di malam hari

‫ َع ِن‬،‫ب‬ ٍ ْ‫ َع ْن ُكري‬،َ‫ َع ْن َسلَمة‬،‫ َع ْن ُس ْفيَا َن‬،‫ي‬


َ َ ٍّ ‫ َح َّدثَنَا ابْ ُن َم ْه ِد‬،‫َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْ ُن َعْب ِد اللَّ ِه‬
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم فَأَتَى‬ ِ ُّ ِ‫ ب‬:‫ قَ َال‬،‫اس ر ِضي اللَّه عْنهما‬
َ ُّ ‫ َف َق َام النَّيِب‬،َ‫ت عْن َد َمْي ُمونَة‬ َ ُ َ ُ َ َ ٍ َّ‫ابْ ِن َعب‬
ِ ‫ فَأَتَى‬،‫ مُثَّ قَام‬،‫ مُثَّ نَام‬،‫ َفغَسل وجهه وي َدي ِه‬،‫حاجته‬
َّ ‫ مُثَّ َت َو‬،‫الق ْربَةَ فَأَطْلَ َق ِشنَا َق َها‬
َ ‫ضوءًا َبنْي‬ ُ ‫ضأَ ُو‬ َ َ ْ ََ ُ َ ْ َ َ َ ََُ َ
:‫ت أَت َِّق ِيه [ص‬ ِ
ُ ‫ َكَراهيَةَ أَ ْن َيَرى أَيِّن ُكْن‬،‫ت‬ ُ ‫ت َفتَ َمطَّْي‬ ُ ‫ َف ُق ْم‬،‫صلَّى‬
ِ
َ َ‫ ف‬،‫ضوءَيْ ِن مَلْ يُكْث ْر َوقَ ْد أ َْبلَ َغ‬ ُ ‫ُو‬
ِِ ِ
‫ت‬ْ ‫ َفتَتَ َّام‬،‫َخ َذ بِأُذُيِن فَأ ََد َاريِن َع ْن مَي ينه‬ َ ‫ فَأ‬،‫ت َع ْن يَ َسا ِرِه‬ ُ ‫ َف ُق ْم‬،‫صلِّي‬ َ ُ‫ َف َق َام ي‬،‫ت‬ ُ ْ‫ضأ‬
َّ ‫ َفَت َو‬،]70
‫ فَآذَنَهُ بِالَ ٌل‬،‫ َوَكا َن إِذَا نَ َام َن َف َخ‬،‫اضطَ َج َع َفنَ َام َحىَّت َن َف َخ‬ ْ َّ‫ مُث‬،ً‫ث َع ْشَرَة َرْك َعة‬ َ َ‫صالَتُهُ ثَال‬ َ
ِِ ِ َّ ِ‫ب‬
‫ص ِري‬َ َ‫ َويِف ب‬،‫اج َع ْل يِف َقْليِب نُ ًورا‬ ْ ‫ «اللَّ ُه َّم‬:‫ول يِف ُد َعائه‬ ُ ‫ َوَكا َن َي ُق‬،ْ‫ضأ‬ َّ ‫صلَّى َومَلْ َيَت َو‬َ َ‫ ف‬،‫الصالَة‬
،‫ َوأ ََم ِامي نُ ًورا‬،‫ َوحَتْيِت نُ ًورا‬،‫ َوَف ْوقِي نُ ًورا‬،‫ َو َع ْن يَ َسا ِري نُ ًورا‬،‫ َو َع ْن مَيِييِن نُ ًورا‬،‫ َويِف مَسْعِي نُ ًورا‬،‫نُ ًورا‬
ِ ِ ِ ِ ِ
،‫اس‬ ِ َّ‫العب‬َ ‫يت َر ُجاًل م ْن َولَد‬ ُ ‫ َفلَق‬،‫ َو َسْب ٌع يِف التَّابُوت‬:‫ب‬ ٌ ْ‫اج َع ْل يِل نُ ًورا» قَ َال ُكَري‬ ْ ‫ َو‬،‫َو َخ ْلفي نُ ًورا‬
ِ ‫صلََتنْي‬ ِ ِ ِ‫هِب‬
ْ ‫ َوذَ َكَر َخ‬،‫صيِب َوحَلْمي َوَدمي َو َش َع ِري َوبَ َش ِري‬ َ ‫ فَ َذ َكَر َع‬،‫فَ َح َّدثَيِن َّن‬
Terjemahannya:
Dari Ibnu Abbas ra, berkata: “aku pernah menginap di rumah
Mimunah (bibiku), kemudia nabi saw berdiri lalu menyelesaikan hajatnya.
Setelah itu beliau membasuh wajah dan kedua tangannya, kemudian tidur.
Beliau kemudian bangun, lalu menghampiri wadah air, lantas membuka
ikatannya, kemudian beliau berwudhu dengan wudhu di antara dua wudhu
(yakni yang ringan), tidak banyak tapi beliau melakukannya dengan
sempurna. Setelah itu beliau shalat, maka akupun berdiri, lalu aku berjinjit
karena tidak mau katahuan kalau aku mengamati beliau, lantas aku
berwudhu. Sementara beliau sedang berdiri shalat, aku berdir disebelah kiri.
12
Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, Terj. Amiruddin
dan Amir Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet.2, 2011),jilid 30, h. 411-413

25
Beliau kemudian meraih telingaku dan menggeserku ke sebelah kanan,
hingga selesailah tiga belas rakaat. Beliau kemudian berbaring kembali, lalu
tidur hingga terdengar suara nafasnya, kalau beliau tertidur memang
terdengar nafasnya. Tak lama kemudian Bilal mengumandangkan azaan
untuk shalat. Beliau lalu shalat dua raka’at tanpa berwudhulagi. Dalam
doanya belaiu mengucapkan, Allahumma alfi qalbu nurann, wa fii bashari
nuuran, wa fii sama’I Nuraan, wa an yamini Nuraan, wa an yasari nuran, wa
fauqii nuran, wa tahtii nuran, wa amamii nuran, wa khalfii nuran, waj’al lii
nuran (ya Allah, jadikannlah cahaya di dalam hatiku, cahaya pada peng
lihatanku, cahaya pada pendengaranku, cahaya di sebelah kananku, cahaya
disebelah kiriku, cahaya diatasku, cahaya di bawahku, cahaya di depanku,
cahaya di belakangku, dan jadikanlah cahaya untukku”. (H.R. Bukhari/6316)
Mencuci tangan sebelum memasukkan ke tempat wudhu
ِ ِّ ‫ عن أَيِب‬،‫ك‬ ِ ِ
‫ َع ْن‬،‫َع َرِج‬ ْ ‫ َع ِن األ‬،‫الزنَ اد‬ ْ َ ٌ ‫َخَبَرنَ ا َمال‬ ْ ‫ أ‬:‫ قَ َال‬،‫ف‬ َ ‫وس‬ ُ ُ‫] بْ ُن ي‬44:‫َح َّدثَنَا َعْب ُد اللَّه [ص‬
َّ‫ مُث‬،‫َح ُد ُك ْم َف ْليَ ْج َع ْل يِف أَنِْف ِه‬
َ ‫ض أَ أ‬ َّ ‫ «إِ َذا َت َو‬:‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم قَ َال‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َّ ‫أَيِب ُهَرْي َرَة أ‬
‫َح ُد ُك ْم ِم ْن َن ْوِم ِه َف ْلَي ْغ ِس ل يَ َدهُ َقْب ل أَ ْن يُ ْد ِخلَ َها يِف‬ ِ ِ
َ ْ َ‫ظأ‬ ْ ‫ َوإِذَا‬،‫اس تَ ْج َمَر َفْليُ وت ْر‬
َ ‫اس َتْي َق‬ ْ ‫ َوَم ِن‬،‫لَيْن ُث ْر‬
ْ َ‫َح َد ُك ْم الَ يَ ْد ِري أَيْ َن بَات‬ ِ ِِ ُ ‫و‬
»ُ‫ت يَ ُده‬ َ ‫ فَإ َّن أ‬،‫ضوئه‬ َ
Terjemahannya:
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw
bersabda, Apabila salah seorang di antra kamu berwudhu,hendaklah ia
memasukkan ke dalam hidungnya lalu hendaklah ia mengeluarkannya.
Barangsiapa yang menggunkan batu, hendaklah ia mengganjilkannya.
Apabila salah seorang di antara kamu bangun dari tidurnya hendaklah ia
mencuci kedua tangannya terlebih dahulu seeblum memasukkannya ke
dalam tempat wudhu, karena sesungguhnya salah seorang di antara kamu
tidak tahu dimana tanganya waktu dia tidur.”(H.R. Bukhari/162)
Penjelasannya:
‫ظ‬ ْ ‫( َوإِذَا‬apabila salah seorang di antara kamu bangun), demikian
َ ‫اس َتْي َق‬
Imam Bukhari menyanbung lafazh ini dengan yang sebelumnya, sehingga
memberi kesan bahwa ini adalah satu hadis, akan tetapi kenyataannya tidak
demikian seperti dalam kitab Al muwatha’. Telah diriwayatkan oleh Abu
Nua’im dalam kitab Mustakhraj dari Al Muwatha’Yahya bin Bukair melalui
jalur periwayatan Abdullah bin Yusuf (guru Imam Bukhari) yang mana
masing-masing disebutkan sebagai hadis tersendiri. Sementara Imam Muslim

26
meriwayatkan bagian pertama hadis ini melalui Ibnu Uyainah dari Abu Zinad,
sedangkan bagian kedua beliau riwayatkan melalui Al Mughirah bin
Abdurrahman dari Abu Zinad.
‫( ِم ْن َن ْوِم ِه‬dari tidurnya) Imam Syafi’I dan jumhur ulama berpedoman
dengan keumuman lafazh ini, yakni disukainya perbuatan tersebut setiap kali
seseorang bangun tidur. Sedangkan Imam Ahmad berpendapat bahwa hal itu
disukai bagi mereka yang bangun tidur malam saja berdasarkan sabda Nabi
saw di akhir hadsi tersebut, yakni dimana lafazh” dimana tangannya waktu ia
tidur malam”. Sebab lafazh seperti itu menunjukkan waktu tidur malam saja.
Kemudian indikasi perintah ini menurut jumhur ulama adalh Sunnah.
Sementara Imam Ahmad memahami indikasi perintah tersebut sebagai suatu
kewajiban bagi mereka yang bangun tidur malam tanpa ada sangkut pautnya
dengan mereka yang bangun tidur siang. Selanjutnya ulama yang disebutkan
terdahulu sepakat bahwa bila orang yang bangun tidur tersebut
memasukkan tangannya ke dalam air tanpa mencucinya terlebih dahulu,
maka hal itu tidak mempengaruhi kesucian air. Mereka melandasi pandangan
ini dengan riwayat yang memerintahkan agar air tersebut ditumpahkan, akan
tetapi hadis tersebut adalah hadis lemah yang diriwayatkan oleh Ibnu Addi.
Adapun factor yang telah mengalihkan perintah itu dari indikasi wajib
kepada sunah adalah alasan yang disebutkan dalam hadis itu sendiri, yaitu
adanya keraguan. Sementara keraguan dalam masalah ini tidak menunjukkan
kewajiban, karena hukum asal tangan itu adalah suci.13
Shalat dan doa Nabi di malam hari
،‫ي‬ٍّ ‫الرمْح َ ِن َي ْعيِن ابْ َن َم ْه ِد‬
َّ ‫ َح َّدثَنَا َعْب ُد‬،‫ي‬ ُّ ‫اش ِم بْ ِن َحيَّا َن الْ َعْب ِد‬ ِ ‫اهلل بن ه‬ ِ
َ ُ ْ ‫َح َّدثَيِن َعْب ُد‬
‫ت لَْيلَةً ِعْن َد َخالَيِت‬ ُّ ِ‫ ب‬:‫ قَ َال‬،‫اس‬ ٍ َّ‫ َع ِن ابْ ِن َعب‬،‫ب‬ ٍ ْ‫ َع ْن ُكري‬،‫ َع ْن َسلَمةَ بْ ِن ُك َهْي ٍل‬،‫َح َّدثَنَا ُس ْفيَا ُن‬
َ َ
َّ‫ مُث‬،‫ مُثَّ َغ َس َل َو ْج َههُ َويَ َديِْه‬،ُ‫اجتَه‬ ِ ِ
َ ‫ فَأَتَى َح‬،‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم م َن اللَّْي ِل‬ َ ُّ ‫ َف َق َام النَّيِب‬،َ‫َمْي ُمونَة‬
،‫ َوقَ ْد أ َْبلَ َغ‬،‫ َومَلْ يُكْثِْر‬،‫ضوءَيْ ِن‬ ُ ‫ضوءًا َبنْي َ الْ ُو‬ ُ ‫ضأَ ُو‬َّ ‫ مُثَّ َت َو‬،‫ فَأَطْلَ َق ِشنَا َق َها‬،َ‫ مُثَّ قَ َام فَأَتَى الْ ِق ْربَة‬،‫نَ َام‬
،‫صلَّى‬ َّ ‫ َفَت َو‬،ُ‫ت أَْنتَبِهُ لَه‬ ِ
َ َ‫ َف َق َام ف‬،‫ت‬ ُ ْ‫ضأ‬ ُ ‫ت َكَراهيَةَ أَ ْن َيَرى أَيِّن ُكْن‬ ُ ‫ت َفتَ َمطَّْي‬ ُ ‫ َف ُق ْم‬،‫صلَّى‬ َ َ‫مُثَّ قَ َام ف‬
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه‬ ِ ِ ِِ ِ ِ
َ ‫صاَل ةُ َر ُسول اهلل‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ َفتَتَ َّام‬،‫َخ َذ بِيَدي فَأ ََد َاريِن َع ْن مَي ينه‬ َ ‫ فَأ‬،‫ت َع ْن يَ َسا ِرِه‬ ُ ‫َف ُق ْم‬
13
Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, Terj. Amiruddin
dan Amir Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet.2, 2011) ,jilid 2, h. 93-96

27
‫ فَأَتَاهُ بِاَل ٌل‬،‫ َوَكا َن إِ َذا نَ َام َن َف َخ‬،‫اضطَ َج َع َفنَ َام َحىَّت َن َف َخ‬ْ َّ‫ مُث‬،ً‫ث َع ْشَرَة َرْك َعة‬َ ‫َو َسلَّ َم ِم َن اللَّْي ِل ثَاَل‬
ِِ ِ
‫ َويِف‬،‫اج َعل يِف َق ْليِب نُ ًورا‬
ْ ْ ‫«الله َّم‬ُ :‫ َوَكا َن يِف ُد َعائه‬،ْ‫ضأ‬ َّ ‫ َومَلْ َيَت َو‬،‫صلَّى‬َ َ‫ َف َق َام ف‬،‫فَآذَنَهُ بِالصَّاَل ة‬
‫ َوأ ََم ِامي‬،‫ َوحَتْيِت نُ ًورا‬،‫ َوَف ْوقِي نُ ًورا‬،‫ َو َع ْن يَ َسا ِري نُ ًورا‬،‫ َو َع ْن مَيِييِن نُ ًورا‬،‫ َويِف مَسْعِي نُ ًورا‬،‫ص ِري نُ ًورا‬ َ َ‫ب‬
ِ َّ‫ض َولَ ِد الْ َعب‬
،‫اس‬ َ ‫يت َب ْع‬
ِ ِ
ُ ‫ َفلَق‬،‫ َو َسْب ًعا يِف التَّابُوت‬:‫ب‬
ِ
ٌ ْ‫ قَ َال ُكَري‬.»‫ َو َعظِّ ْم يِل نُ ًورا‬،‫ َو َخ ْلفي نُ ًورا‬،‫نُ ًورا‬
ِ ‫صلََتنْي‬ ِ ِ ِ‫هِب‬
ْ ‫ َوذَ َكَر َخ‬،‫ َوبَ َش ِري‬،‫ َو َش ْع ِري‬،‫ َوَدمي‬،‫ َوحَلْمي‬، ‫صيِب‬ َ ‫ َع‬:‫ فَ َذ َكَر‬،‫فَ َح َّدثَيِن َّن‬
Terjemahannya:
“Abdullah bin hasyim bin Hayyan Al Abdi menyampaikan kepadaku
dari Abdurrahman bin Mahdi, dari sufyan, dari Salamah bin Kuhail, dari
Kuraib bahwa Ibnu Abbas berkata, Aku pernah menginap suatu malam di
rumah bibiku, Maimunah (istri nabi). Pada malam haru Nabi saw terbangun,
beliau buang hajat, mencuci muka dan kedua tangan, lalu tidur kembali.
Seetlah itu beliau terbangun lagi, lalu pergi menuju sebuah bejana air dari
kulit dan melepaskan talinya. Beliau berwudhu dengan air yang secukupnya
dan membasuh satu kali setiap anggota wudhu. Kemudian mengerjakan
shalat. Aku sengaja berjalan sambal melebarkan lamgkahku karena khawtir
beliau tahu bahwa aku sedang mengawasinya. Aku kemudin berwudhu
ketika beliau sedang shalat. Aku lalu berdiri disamping kiri Nabi saw, baliau
memegang tangankudan memindahkanku kesamping kanannya. Setelah
shalat rasulullah sempurna sebanyak tiga belas rakaat, belaiu berbaring dan
tidur hingga mendengkur. Beliau bisa mendengkur saat tidur. Kemudian Bilal
dating untul memberitahukan bahwa waktu shalat telah tiba. beliau bangun
dari shalat tanpa mengulang wudhu lagi. Beliau berdoa “Ya Allah
anugerahkan cahaya dalam hatiku, pada penglihatanku, pada
pendengaranku, disamping kananku, disamping kiriku, di atasku, di
bawahku, di depanku, dan dibelakanku. Perbesarlah cahaya itu untukku.”(H.
R. Muslim/763)

28
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana
seseorang masih dapat dibangunkan. Adab-adab yang baik ketika hendak
tidur muhasabah, tidurlah seawal mungkin, berwudhulah sebelum tidur,
berabringlah pada sisi kanan dan banyak adab lain juga yang sangat patut
kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

29
DAFTAR PUSTAKA
Al- Asqalani,Ibnu Hajar, “Fathul Bari Penjelasan Shahih Bukhari”, 2011,
Jakarta: Pustaka Azzam
Al- Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, “Ensiklopedia Hadis 2:
Shahih Bukhari 2”, 2012, Jakarta: Penerbit Al- Mahira, Cet ke-1
Al Makhtabah Asy Syamilah
An Nawawi, Imam, “Shahih Muslim bi Syarah An Nawawi”, 2011, Jakarta:
Pustaka Azzam

30

Anda mungkin juga menyukai