Anda di halaman 1dari 24

BAKTERIOLOGI

MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI

OLEH :

Ni Made Yuni Trisna Dewi (P07134013041)

KEMENTRIAN KESEHATANN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
ANALIS KESEHATAN
2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam bekerja di laboratorium, salah satu tugas analis kesehatan adalah memeriksa
mikroorganisme pada manusia yang dapat menimbulkan penyakit (patogen). Salah satu
pemeriksan yang dilakukan adalah identifikasi bakteri.
Identifikasi bakteri dilakukan dengan pengecatan kemudian dilakukan pengamatan
dengan mikroskop. Tetapi sebelum itu semua dilakukan, bakteri haruslah diperbanyak
dengan cara menanam atau membenihkannya di suatu bahan atau substrat yang mengandung
nutrisi (media) terlebih dahulu.
Mikroba seperi makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi pertumbuhan. Pengetahuan
akan nutrisi pertumbuhan ini akan membantu di dalam mengkultivasi, mengisolasi dan
mengidentifikasi mikroba. Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di
dalam persyaratan pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang
mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya. Karakteristik
persyaratan pertumbuhanmikroba inilah yang menyebabkan bermacam-
macamnya media penunjang pertumbuhanmikroba.
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroba, diperlukan suatu substrat
yang disebut media. Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi di antara mikroba
diimbangi tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivas
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah,
menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari
kontaminasi pada media. .Kandungan didalam setiap media berbeda-beda tergantung
kebutuhan dari mikroba yang akan ditanam. Selain nutrisi ada banyak faktor lain yang harus
diperhatikan misalnya pH, temperatur, dan sebagainya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan media pertumbuhan ?
2. Apa manfaat/fungsi dari media pertumbuhan tersebut?
3. Apa komponen penyusun media pertumbuhan?
4. Apa saja jenis/klasifikasi media pertumbuhan ?
5. Apa saja persyaratan media pertumbuhan ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari media pertumbuhan.
2. Untuk mengetahui manfaat atau fungsi dari media pertumbuhan.
3. Untuk mengetahui komponen penyusun media pertumbuhan.
4. Untuk mengetahui jenis atau klasifikasi media pertumbuhan.
5. Untuk mengetahui persyaratan media pertumbuhan.

1.4 METODE
Pembuatan paper kelompok kami ini dibuat dengan mengguankan metode
kepustakaan, yaitu mengambil referensi dari buku-buku pedoman dan internet demi
menyempurnakan hasil dari pembuatan paper ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI MEDIA

Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang
berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-macam media
dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan
jumlah mikroba
Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi atau zat-zat hara
(nutrien) yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk
tumbuh dan berkembangbiak pada media tersebut. Mikroorganisme memanfaatkan
nutrisi yang disediakan dari media berupa molekul-molekul yang selanjutnya dirakit
untuk menyusun komponen sel dan memperbanyak diri sehingga sel-sel tersebut dapat
dimanfaatkan.. Dengan adanya media pertumbuhan dapat dilakukan isolasi
mikroorganisme menjadi kultur tunggal (kultur murni) dan juga memanipulasi
mikroorganisme yang didapatkan untuk kepentingan tertentu.

Oleh karena bakteri yang berbeda memerlukan kebutuhan akan nutrisi yang
berbeda pula , sehingga dikembangkan berbagai macam media pertumbuhan untuk
digunakan dalam diagnosa mikrobiologi.
Media pertumbuhan bakteri atau media kultur bakteri adalah cairan atau gel yang
di design untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme dan sel. Terdapat dua jenis
utama media pertumbuhan yaitu media yang digunakan untuk kultur pertumbuhan sel
tumbuhan atau binatang dan jenis yang kedua yaitu kultur mikrobiologi yang digunakan
untuk menumbuhkan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.

Dapat disimpulkan media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi
(nutrient) yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba.

Faktor – faktor yang menyebabkan berhentinya pertumbuhan mikroba antara lain:


a. Penyusutan konsentrasi nutrisi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan mikroba karena
habis terkonsumsi.
b. Produk akhir metabolisme yang menghambat pertumbuhan mikroba karena
terjadinya inhibisi dan represi.

Medium dapat dibuat beracam-macam bergantung kepada keperluannya. Bahan


yang paling umum digunakan untuk membuat medium menjadi padat dapat dipakai
agar. Praktisnya semua media yang digunakan untuk penyediaan medium mikroba sudah
secara komersial dalam bentuk bubuk dan juga dalam bentuk siap pakai. Dalam
penyediaan media, kebanyakan bersifat alamiah sudah mengandung semua nutrien yang
dibutuhkan. Oleh karena itu, dalam pembuatan medium mikroba dalam lingkup
mikrobiologi sangat berkaitan dengan sterilisasi. Hal ini agar medium yang dibuat dapat
berhasil. Jadi, proses sterilisasi pun perlu dipelajari lebih dalam.

2.2 MANFAAT MEDIA


Mikroorganisme harus dibiakkan di laboratorium pada bahan nutrien yang berperan
penting untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Susunan bahan nutrien, baik bahan alami
maupun sintetik/buatan, yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri.
Dengan medium pertumbuhan dapat dilakukan hal-hal berikut :
1. Isolat mikroorganisme menjadi kultur murni
2. Memanipulasi komposisi media pertumbuhannya
3. Menumbuhkan mikroorganisme
4. Memperbanyak jumlah
5. Menguji sifat-sifat fisiologisnya
6. Menghitung jumlah mikroba
7. Sebagai tempat tinggal
8. Sumber makanan
9. Penyedia nutrisi bagi mikroorganisme yang akan dibiakan pada media
10. Untuk membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam
waktu yang lama di laboratorium. Media juga dapat digunakan
11. Untuk mempelajari sifat-sifat koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta sifat-sifat
biokimiawinya. Di dalam laboratorium mikrobiologi kedokteran media juga dapat
digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan untuk pasasi kuman dengan tujuan
perubahan virulensi dan lain-lain.

2.3 KOMPONEN MEDIA


2.3.1 Nutrisi yang Diperlukan oleh Bakteri
Suatu media pertumbuhan memerlukan suatu kandungan senyawa yang dapat
mendukung kelangsungan hidup mikroorganisme di dalamnya, dimana kandungan tersebut
disebut dengan nutrien. Nutrien dalam media pertumbuhan harus mengandung seluruh elemen
yang penting untuk sintesis biologik organisme baru. Nutrient diklasifikasikan berdasarkan
elemen yang mereka suplai.
Terdapat bermacam nutrien yang diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh pada media
pertumbuhan tersebut, diantaranya yaitu yang bersumber dari :
1. Sumber Karbon
Tumbuhan-tumbuhan dan beberapa bakteri mampu mengunakan energi fotosintetik untuk
mereduksi karbondioksida pada penggunaan air. Organisme ini termasuk kelompok autotrof,
makhluk hidup yang tidak membutuhkan nutrient organik untuk pertumbuhannya. Autotrof lain
adalah khemolitotrof, organisme yang menggunakan substrat anorganik seperti hidrogen atau
thiosulfat sebagai reduktan dan karbondioksida sebagai sumber karbon.
Heterotrof membutuhkan karbon organik untuk pertumbuhannya, dan karbon organik
tersebut harus dalam bentuk yang dapat diasimilasi. Contohnya, naphthalene dapat menyediakan
semua karbon dan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan respirasi heterotropik, tetapi
sangat sedikit organisme yang memiliki jalur metabolik yang perlu untuk asimilasi naphthalene.
Sebaliknya, glukosa, dapat membantu pertumbuhan fermentatif atau respirasi dari banyak
organisme. Adalah penting bahwa substrat pertumbuhan disuplai pada tingkatan yang cocok
untuk galur mikroba yang akan ditumbuhkan. Karbondioksida dibutuhkan pada sejumlah reaksi
biosintesis.

Keperluan akan Zat Karbon


Organisme yang berfotosintesis dan bakteri yang memperoleh energi dari oksidasi
senyawa organik menggunakan secara khas bentuk karbon yang paling teroksidas, CO2, sebagai
satu-satunya sumber utama karbon selular. Perubahan CO2, menjadi unsur pokok sel organik
adalah proses reduktif, yang memerlukan pemasukan bersih energi.
Semua organisme lain memperoleh karbonnya terutama dari zat gizi organik. Karena
kebanyakan substrat organik adalah setingkat dengan oksidasi umum sebagai unsur pokok sel
organik, zat-zat itu biasanya tidak usah menjalani reduksi pertama yang berguna sebagai sumber
karbon sel. Selain untuk memenuhi keperluan biosintetik akan karbon, maka substrat organik
harus memberikan keperluan energetik untuk sel itu. Akibatnya sebagian besar daripada karbon
yang terdapat pada substrat organik memasuki lintasan lintasan metabolisme yang menghasilkan
energi dan akhirnya dikeluarkan lagi dari sel, sebagai CO2 (hasil utama dalam metabolisme
pernapasan yang menghasilkan energi atau sebagai campuran CO2 dan senyawa organik). Jadi,
substrat organik biasanya mempunyai peran gizi yang lengkap.

2. Sumber Nitrogen
Nitrogen merupakan komponen utama protein dan asam nukleat, yaitu sebesar lebih
kurang 10 % dari berat kering sel bakteri. Nitrogen mungkin disuplai dalam bentuk yang
berbeda, dan mikroorganisme beragam kemampuannya untuk mengasimilasi nitrogen. Hasil
akhir dari seluruh jenis asimilasi nitrogen adalah bentuk paling tereduksi yaitu ion ammonium
(NH4+). Banyak mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mengasimilasi nitrat (NO3) dan
nitrit (NO2) secara reduksi dengan mengubahnya menjadi amoniak (NH3). Jalur asimilasi ini
berbeda dengan jalur dissimilasi nitrat dan nitrit. Jalur dissimilasi digunakan oleh organisme
yang menggunakan ion ini sebagai elektron penerima terminal dalam respirasi, proses ini dikenal
sebagai denitrifikasi, dan hasilnya adalah gas nitrogen (N2), yang dikeluarkan ke atmosfer.
Kemampuan untuk mengasimilasi N2 secara reduksi melalui NH3, yang disebut fiksasi
nitrogen, adalah sifat untuk prokariota, dan relatif sedikit bakteri yang memiliki kemampuan
metabolisme ini. Proses tersebut membutuhkan sejumlah besar energi metabolik dan tidak dapat
aktif dengan adanya oksigen. Kemampuan fiksasi nitrogen ditemukan pada beragam bakteri yang
berevolusi sangat berbeda dalam strategi biokimia untuk melindungi enzim fixing-nitrogen nya
dari oksigen.
Kebanyakan mikroorganisme dapat menggunakan NH4+ sebagai sumber nitrogen utama,
dan banyak organisme memiliki kemampuan untuk menghasilkan NH4+ dari amina (R-NH2) atau
dari asam amino (RCHNH2COOH). Produksi amoniak dari deaminasi asam amino disebut
ammonifikasi. Amoniak dimasukkan ke dalam bahan organik melalui jalur biokomia yang
melibatkan glutamat dan glutamine.

3. Sumber Belerang
Belerang adalah komponen dari banyak substansi organik sel. Belerang membentuk
bagian struktur beberapa koenzim dan ditemukan dalam rantai samping cisteinil dan merionil
protein. Belerang dalam bentuk asalnya tidak dapat digunakan oleh tumbuhan atau hewan.
Namun, beberapa bakteri autotropik dapat mengoksidasinya menjadi sulfat (SO42-). Kebanyakan
mikroorganisme dapat menggunakan sulfat sebagai sumber belerang, mereduksi sulfat menjadi
hidrogen sulfida (H2S). Beberapa mikroorganisme dapat mengasimilasi H2S secara langsung dari
medium pertumbuhan tetapi senyawa ini dapat menjadi racun bagi banyak organisme.
Kedua unsur ini yaitu belerang dan nitrogen terdapat dalam sel dalam bentuk tereduksi,
sebagai gugus sulfhidril dan amino. Sebagian besar mikroorganisme mampu menampung unsur-
unsur ini dalam bentuk oksida dan mereduksi sulfat dan juga nitrat. Sumber nitrogen yang paling
lazim untuk mikroorganisme adalah garam-garam ammonium. Beberapa prokariot mampu
mereduksi nitrogen molekul (N2 atau dinitrogen). Mikroorganisme lain memerlukan asam-asam
amino sebagai sumber nitrogen, jadi yang mengandung nitrogen organik. Tidak semua
mikroorganisme mampu mereduksi sulfat, beberapa diantaranya memerukan H2S atau sistein
sebagai sumber S.

Keperluan Akan Nitrogen dan Belerang


Nitrogen dan belerang terdapat pada senyawa organik sel terutama dalam bentuk yang
terinduksi masing-masing sebagai gugus amino dan sulfhidril. Kebanyakan organisme
fotosintetik mengasimilasi kedua unsur ini dalam keadaan anorganik yang teoksidasi, sebagai
nitrat dan sulfat, jadi penggunaan biosintetiknya meliputi reduksi pendahuluan. Banyak bakteri
nonfotosintetik dan cendawan dapat juga memenuhi keperluannya akan nitrogen dan belerang
dari nitrat dan sulfat. Beberapa mikroorganisme tidak dapat mengadakan reduksi salah satu atau
kedua anion ini dan harus diberikan unsur dalam bentuk tereduksi. Keperluan akan sumber
nitrogen yang tereduksi agak umum dan dapat dipenuhi oleh persediaan nitrogen sebagai garam-
garam ammonium. Keperluan akan belerang tereduksi lebih jarang, bahan itu dipenuhi dari
persediaan sulfida atau dari senyawa organik yang mengandung satu gugus sulfhidril (misalnya
sisteine).
Beberapa bakteri dapat juga memanfaatkan sumber nitrogen alam yang paling banyak, yaitu N2.
Proses asimilasi nitrogen ini disebut fiksasi nitrogen dan meliputi reduksi permulaan N2 menjadi
amino.

4. Sumber Phospor
Fosfat (PO43-) dibutuhkan sebagai komponen ATP, asam nukleat dan sejumlah koenzim
seperti NAD, NADP dan flavin. Selain itu, banyak metabolit, lipid (fosfolipid, lipid A),
komponen dinding sel (teichoic acid), beberapa polisakarida kapsul dan beberapa protein adalah
bergugus fosfat. Fosfat selalu diasimilasi sebagai fosfat anorganik bebas (Pi).

5. Sumber Mineral
Sejumlah besar mineral dibutuhkan untuk fungsi enzim. Ion magnesium (Mg2+) dan ion
ferrum (Fe2+) juga ditemukan pada turunan porfirin yaitu: magnesium dalam molekul klorofil,
dan besi sebagai bagian dari koenzim sitokrom dan peroksidase. Mg2+ dan K+ keduanya sangat
penting untuk fungsi dan kesatuan ribosom. Ca2+ dibutuhkan sebagai komponen dinding sel
gram positif, meskipun ion tersebut bebas untuk bakteri gram negatif. Banyak dari organisme
laut membutuhkan Na+ untuk pertumbuhannya. Dalam memformulasikan medium untuk
pembiakan kebanyakan mikroorganisme, sangatlah penting untuk menyediakan sumber
potassium, magnesium, kalsium, dan besi, biasanya dalam bentuk ion-ion (K+, Mg2+, Ca2+, dan
Fe2+). Banyak mineral lainnya (seperti Mn2+, Mo2+, Co2+, Cu2+, dan Zn2+) dibutuhkan: mineral
ini kerapkali terdapat dalam air kran atau sebagai kontaminan dari kandungan medium lainnya.

6. Sumber Oksigen
Untuk sel oksigen tersedia dalam bentuk air. Selanjutnya oksigen juga terdapat dalam
CO2 dan dalam bentuk senyawa organik. Selain itu masih banya organisme yang tergantung dari
oksigen molekul (O2 atau dioksigen). Oksigen yang berasal dari molekul oksigen hanya akan
diinkorporasi ke dalam substansi sel kalau sebagai sumber karbon digunakan metana atau
hidrokarbon aromatic yang berantai panjang. Menilik hubungannya dengan oksigen dapat
dibedakan sekurang-kurangnya tiga kelompok organisme: organisme aerob obligat yang mampu
menghasilkan energi hanya melalui respirasi dan dengan demikian tergantung pada oksigen.
Organisme anaerob obligat hanya dapat hidup dalam lingkungan bekas oksigen. Untuk
organisme ini O2 bersifat toksik. Mikroorganisme anaerob fakultatif tumbuh dengan adanya O2
udara, jadi bersifat aerotoleran; tetapi organisme ini tidak dapat memanfaatkan O2, tetapi
memperoleh energi semata-mata dari peragian. Jenis bakteri anaerob fakultatif lain
(Enterobacteriaceae) dan banyak ragi dapat beralih dari peroleh energi dengan respirasi (dengan
adanya O2) ke peragian (tanpa O2).

2.3.2 Tipe-Tipe Nutrisi Utama Bakteri


Tipe Sumber Sumber Contoh genus
Energi untuk Karbon
Pertumbuhan Untuk
Pertumbuhan
Fototrof Cahaya CO2 Chromatium
Fotoautotrof Cahaya Senyawa Rhodopseumdomonas
Fotoheterotrof organik
Kemotrof Oksidasi CO2 Thiobacillus
Kemoautotrof senyawa Senyawa Esherichia
Kemoheterotrof Organik organik
Oksidasi
senyawa
organik

2.3.3 Fungsi Nutrisi Untuk Mikroba


Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur tersebut
diberikan ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya berbeda-beda
tergantung pada keperluannya. Beberapa golongan mikroba misalnya diatomae dan alga tertentu
memerlukan silika (Si) yang biasanya diberikan dalam bentuk silikat untuk menyusun dinding
sel. Fungsi dan kebutuhan natrium (Na) untuk beberapa jasad belum diketahui jumlahnya.
Natrium dalam kadar yang agak tinggi diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup di laut, algae
hijau biru, dan bakteri fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat digantikan oleh kation
monovalen yang lain. Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padat maupun
cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat tergolong tipe
holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam bentuk cair tergolong tipe holofitik.
Jasad holofitik dapat pula menggunakan makanan dalam bentuk padat, tetapi makanan tersebut
harus dicernakan lebih dulu di luar sel dengan pertolongan enzim ekstraseluler. Pencernaan di
luar sel ini dikenal sebagai extracorporeal digestion. Bahan makanan yang digunakan oleh jasad
hidup dapat berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor atau
donor elektron. Dalam garis besarnya bahan makanan dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air,
sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan
sumber nitrogen.
a. Air
Air merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Funsi air adalah sebagai
sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi sebagai pelarut
dan alat pengangkut dalam metabolisme.
b. Sumber energi
Ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau anorganik yang
dapat dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari.
c. Sumber karbon
Sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun anorganik.
Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino, asam organik, garam asam
organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa anorganik misalnya karbonat dan gas CO2 yang
merupakan sumber karbon utama terutama untuk tumbuhan tingkat tinggi.
d. Sumber aseptor elektron
Proses oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari
substrat. Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus ada suatu zat
yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron ini disebut aseptor elektron.
Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi. Pada mikrobia yang dapat berfungsi sebagai aseptor
elektron ialah O2, senyawa organik, NO3-, NO2-, N2O, SO4 =, CO2, dan Fe3+.
e. Sumber mineral
Mineral merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P.
unsur mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur mineral yang
digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu,
dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Unsur yang digunakan dalam jumlah besar disebut
unsur makro, dalam jumlah sedang unsur oligo, dan dalam jumlah sangat sedikit unsur mikro.
Unsur mikro sering terdapat sebagai ikutan (impurities) pada garam unsur makro, dan dapat
masuk ke dalam medium lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat partikel debu. Selain
berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan osmose,
kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi (redox potential) medium.
f. Faktor tumbuh
Faktor tumbuh ialah senyawa organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan
(sebagai prekursor, atau penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari sumber
karbon yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya diperlukan
dalam jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan fungsinya dalam metabolisme, faktor
tumbuh digolongkan menjadi asam amino, sebagai penyusun protein; base purin dan pirimidin,
sebagai penyusun asam nukleat; dan vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari
enzim.
g. Sumber nitrogen
Mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino,
protein, dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada jenis jasadnya.
Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas N2 (zat lemas) udara.
Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen.

2.3.4 Bahan-Bahan Media Pertumbuhan

1. Bahan dasar
a. Air (H2O) sebagai pelarut
b. Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi oleh
mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45⁰C.
c. Gelatin adalah polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah
lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
d. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai pemadat
media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof
obligat.

2. Nutrisi atau zat makanan


a. Mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea. Media harus mengandung
unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu berupa unsur makro seperti C, H,
O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg
b. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau anorganik
sesuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber karbon organik antara
lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.
c. Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain dan sejumlah
vitamin.

3. Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan
tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator perubahan pH
akibat produksi asam organik hasil metabolisme. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat
pertumbuhan mikroba nontarget/kontaminan.

4. Bahan lain yang sering digunakan dalam pembuatan media


a. Peptone, peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver,
darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai.Komposisinya tergantung pada bahan
asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
b. Meat extract. Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak,limpa, plasenta dan
daging sapi.
c. Yeast extract. Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol. Yeast
extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (Bcomplex).
d. Karbohidrat. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino dan
gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunakan dalam amilum, glukosa,
fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll.Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis
fermentasi adalah 0,5-1%.

2.4 KLASIFIKASI MEDIA

a. Penggolongan media berdasarkan sifat fisik (konsistensi)


 Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin
media menjadi padat..
 Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga
menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semisolid dibuat
dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media
tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri
yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan
membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair
maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk
mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi
anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini
juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media.
 Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB
(Nutrient Broth), LB (Lactose Broth),TSB (Trypticase Soy Broth)
b. Penggolongan media berdasarkan fungsinya
 Media diperkaya. Yaitu media yang ditambahi zat-zat tertentu misalnya serum
darah ekstrak tanaman dan lain sebagainya, sehinggan dapat digunakan untuk
menumbuhkan mikroba yang bersifat heterotrof.
Contoh:
1. Buffered Charcoal_yeast Extract Agar With α-ketoglutarat : adalah medium
pengaya yang digunakan untuk isolasi legionella spesies dari specimen klinik.
Yeast extract dan L-cystein untuk memperkuat pertumbuhan Legionella,
sedangkan charcoal mengabsorbsi bahan toksik yang terbentuk dari
metabolism organism atau yang terdapat pada medium ini.
 Media selektif. Yaitu media yang ditambahi zat kimia tertentu untuk mencegah
pertumbuhan mikroba lain (bersifat selektif). Misalnya media yang mengandung
Kristal violet pada kadar tertentu dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram
positif tanpa mempengaruhi pertumbuhan bakteri gram negative.
Contoh :
1. Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS) Agar Plate: TCBS agar plate
merupakan medium selektif yang digunakan untuk isolasi spesies vibrio dari
specimen berak yang mengandung bakteri campuran. Agar TCBS juga
membedakan produksi karakteristik koloni dari spesies vibrio. Secara visual
TCBS berwarna hijau tua , berkonsistensi padat yang termasuk dalam media
sintesis.
 Media diferensial. Yaitu media yang ditambahi zat kimia (bahan) tertentu yang
menyebabkan suatu mikroba membentuk pertumbuhan atau mengadakan
perubahan tertentu sehingga dapat dibedakan tipe-tipenya. Misalnya media
daerah agar dapat digunakan untuk membedakan bakteri homolitik (pemecah
darah) dan bakteri non hemolitik.
Contoh :
1. Triple Sugar Iron Agar : media TSI agar merupakan media padat atau
solid yang tergolong media differensial. Media ini dgunakan untuk
identifikasi bakteri enteric tidak terbatas pada salmonella dan shigella.
 Media penguji. Media yang digunakan untuk pengujian senyawa atau benda
tertentu dengan bantuan mikroorganisme. Misalnya media penguji vitamin, asam
amino, antibiotika, residu pestisida, residu detergen, dan sebagainya. Media
disamping disusun oleh media dasar untuk kepentingan pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba, juga ditambahkan sejumlah senyawa tertentu yang
akan diuji.
 Media untuk perhitungan jumlah mikroba. Yaitu media spesifik yang digunakan
untuk menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan.
Contoh :
1. Natrium agar : Media yang umum digunakan adalah Natrium Agar (NA),
yang berbahan baku agar. Agar adalah ekstrak dari rumput laut yang
merupakan karbohidrat. Kompleks penyusun utamanya adalah galaktosa,
tidak mengandung nutrisi. Medium solid membutuhkan agar sekitar 1,5
hingga 1,8 %. Sedangkan konsentrasi kurang dari 1 % dari ketentuan tersebut,
akan menjadi medium semi solid. Agar bertindak sebagai agen pemadat yang
sangat baik karena pada suhu 1000 C berupa larutan sedangkan pada suhu 400
C memadat. Oleh Karena itu organisme terutama yang patogen dapat
dikultivasi pada temperatur 37,50 C atau sedikit lebih tinggi tanpa rasa kuatir
medium akan meleleh. Medium solid mempunyai keuntungan karena dapat
memadat sehingga dapat ditumbuhi mikroorganisme dengan menggunakan
teknik khusus untuk mengisolasi koloni yang berlainan.
 Media khusus. Yaitu media untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan
kemampuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan kimia tertentu.

c. Penggolongan media berdasarkan susunan kimia :


 Media anorganik, yaitu media yang tersusun dari bahan-bahan anorganik
 Media organik, yaituamedia yang tersusun dari bahan-bahan organik
 Media sintetik (media buatan), yaitu media yang susunan kimianya diketahui
dengan pasti. Media ini umumnya digunakan untuk mempelajari kebutuhan
makanan suatu mikroba.
 Media non sintetik, yaitu media yang susunan kimianya tidak dapat ditentukan
dengan pasti. Media ini umumnya digunakan untuk menumbuhkan dan
mempelajari taksonomi mikroba.
 Media alami/non sintetis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami
dimana komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya
langsung diekstrak dari bahan dasarnya seperti: kentang, tepung, daging, telur,
ikan sayur, dsb. Contohnya: Tomato juice agar.

d. Berdasarkan bentuk dan wadahnya, medium agar dapat dibagi menjadi :


 Medium agar miring, menggunakan tabung reaksi yang dimiringkan sekitar 300º
 Medium tegak, menggunakan tabung reaksi yang ditegakkan.
 Medium petri dish
e. Media berdasarkan komposisi nutrisi
 Media sederhana : Media yang menyediakan persyaratan minimal bagi
bakteri untuk tumbuh, contohnya pepton air, media agar. Nutrisi tersebut
mendukung pertumbuhan bakteri yang tidak selektif
 Media kompleks : media yang kompleks, komposisi kimia tidak diketahui
secara tepat, dan kompleks media yang sering dibuat dari bahan yang sangat
kompleks, misalnya, cairan tubuh, ekstrak jaringan dan infus, dan pepton
 Media kimia terdefinisikan : Jika semua bahan dari medium kultur diketahui,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif, media ini disebut media kimia
terdefinisikan. Media ini memiliki nilai yang besar dalam mempelajari
persyaratan gizi atau mikroorganisme dalam mempelajari berbagai macam
kegiatan metabolisme mereka.

2.5 SYARAT MEDIA


Keperluan dasar dari suatu media itu adalah adanya sumber energi, sumber karbon,
sumber nitrogen, garam-garam dan mineral, pH yang cocok, potensial redoks dan faktor
pertumbuhan lainnya seperti vitamin dan asam amino. Bagi organisme bersel tunggal, air sangat
penting karena merupakan komponen utama protoplasma serta wahana bagi masuknya nutrient
ke dalam sel dan keluarnya sekresi ataupun ekresi dari dalam sel. Di samping itu air juga
diperlukan unuk berlangsungnya reaksi-reaksi enzimatik di dalam sel.
Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media, diperlukan
persyaratan tertentu, yaitu:
1. Tingkat keasaman (pH)
Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6 – 7,0
merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan
khamir tumbuh pada pH yang lebih rendah.
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum
tertentu untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba
dibedakan atas tiga kelompok sebagai berikut:
a) Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan pada
suhu 0-20o C.
b) Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20- 45o C.
c) Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.

Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar 37o C,


yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena itu suhu tubuh manusia merupakan
suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri pathogen. Mikroba perusak dan
pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4–66oC.
3. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai
sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon,
nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya.
4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba dibedakan atas 4 kelompok sebagai
berikut:
a) Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
b) Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
c) Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa
adanya oksigen.
d) Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi yang
lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara..
5. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmose
lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis. Sebaliknya
tekanan osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan
juga dapat mengakibatkan rusaknya sel. Olah karena itu dalam mempertahankan
hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun
sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya
tidak boleh terlalu besar.
6. Sterilitas
Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami bakteri yang dimaksud
tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.

Berikut beberapa penjabaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi media :


1. Sterilisasi Media
Bahan media yang telah dilarutkan , baik media cair maupun untuk meda pdat harus
dilakukan terlebih dahulu melalui proses sterilisasi menggunakan Autoclave yaitu alat untuk
mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan
uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan
dengan suhu 121⁰C (250⁰F). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15
pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan selama 15
menit. dan waktu harus dihitung dimulai ketika suhu telah mencapai 121⁰ C . Setelah di
autoclave media harus mencapai suhu sekurangnya 50 ⁰C sebelum dituang ke dalam cawan petri
steril (biasanya 25 ml untuk satu cawan petri) sedangkan untuk penambahan bahan-bahan seperti
darah, antibiotik, vitamin dan mineral harus ditambahkan pada saat agar dingin sebelum dituang
ke cawan petri. Untuk komponen media yang tidak tahan panas dapat dilakukan sterilisasi
dengan cara filtrasi membrane.

2. Lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba


Kondisi lingkungan yang optimal akan mendukung pertumbuhan bakteri pada media
pembiakan, empat faktor lingkuangan yang paling penting, yaitu:
a) Tersedianya oksigen atau karbondioksida
Kebanyakan bakteri klinik adalah terdiri dari bakteri aerob, anaerob fakultatif atau
anaerob obligat. Bakteri aerob adalah bakteri yang menggunakan oksigen sebagai reseptor
elektron. Bakteri anaerob fakultatif dapat tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Tetapi untuk
bakteri seperti Pseudomonas spp, Neisseria spp, Bordetela spp, Brucella spp dan Francisella spp
adalah bakteri obligat aerob yaitu bakteri yang tidak dapat tumbuh tanpa ada oksigen. Sedangkan
bakteri yang membutuhkan oksigen dalam jumlah sedikit disebut bakteri mikroaerofilik
b) Suhu
Bakteri pathogen biasanya tumbuh sangat baik pada suhu yang sama dengan suhu
jaringan dan organ tubuh hospes yaitu 37C walaupun demikian suhu pembiakan biasanya berada
pada rentang 35-37C. akan tetapi beberapa bakteri memerlukan suhu tertentu untuk inkubasinya
mislnya: campylobacter jejuni (42 C), listeria monocytogenes dan yersinia enterocolitica (dapat
tumbuh pada suhu 0 C tapi suhu optimum antara 20 dan 40 C
c) pH
pH adalah pengukuran konsentrasi ion hydrogen pada lingkungan mikroorganisme.nilai
pH 7 menunjukkan kondisi netral, sedangkan pH lebih kecil dari 7 disebut asam dan lebih besar
dari 7 disebut basa. Kebanyakan bakteri klinik menyukai kondisi pH diantara pH netral sekitar
6,7-7,5, kebanyakan media yang diperjualbelikan telah mengandung buffer sehingga pengecekan
ph sudah tidak diperlukan lagi.
d) Kelembaban
Air merupakan komponen yang sudah terdapat dalam media, baik pada media padat
ataupun cair tapi untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lama saat pembiakan bakteri
akan menyebabkan kehilangan sebagian besar kadar air yang timbul karena proses evaporasi.
Kehilangan air dari media dapat mengganggu petumbuhan bakteri melalui dua cara yaitu:
1. Berkurangnya air yang merupakan komponen penting yang akan digunakan untuk
metabolisme bakteri
2. Dengan berkurangnya air maka konsentrasi zat terlarut dalam media akan meningkat,
dengan meningkatnya konsentrasi zat terlarut akan meningkatkan tekanan osmotik
sehingga akan menekan sel bakteri dan sel akan lisis.
Dari penjabaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi media tersebut dapat dijelaskan
cara untuk menguji kualitas media yang akan digunakan dalam pertumbuhan baktri yaitu uji
kualitas media. Uji kualitas media mencakup aspek yang luas, baik media buatan sendiri maupun
media jadi, oleh karena itu penyiapan media harus mendapat perhatian.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Sampel media dehidrasi ditimbang dan ditambahkan ke dalam aquades dan bebas
mineral (aqua DM), lalu dicampur untuk membuat suspensi yang homogen.
Kemudian panaskan untuk melarutkan zat-xat dalam medium. Jumlah panas yang
digunakan harus diatur hanya cukup sampai membuat larutan yang sempurna,
kecuali dinyatakan lain dalam prosedur. Agitasi yang tetap selama proses
pemanasan penting sebab bongkahan kecil agar, kecuali dalam suspense, dapat
turun ke dasar wadah dan pemecahannya memerlukan jumlah panas yang tinggi.
Pemanasan yang lama akan menghasilkan denaturasi protein, kreamelisasi
karbohidrat, inaktivasi zat-zat gizi dan kehilangan kadar air yang berarti karena
penguapan.
2. Media dilarutkan ke dalam wadah yang berukuran cukup dan steril dengan autoklaf,
setelah selesai harus segera dikeluarkan dari autoklaf untuk menghindari pemanasan
yang lebih lama. Wadah berisi media agar harus dipindahkan ke penangas air
bersuhu 48-50o C sampai mencapai suhu yang diperlukan. Penyimpanan lebih lama
di penangas air harus dihindari.
3. pH setia batch media harus diperiksa dengan pH meter setelah media dibiarkan
dingin sampai suhu kamar. Untuk menguji media agar, dapat digunakan electrode
permukaan atau electrode biasa. Media yang menyimpang > 0,2 unit pH optimum
harus dibuang.
4. Media dapat dituang ke dalam tabung atau cawan petri dalam ruangan bersih atau
dibawah aliran udara laminar. Ruangan tersebut harus dijaga cukup terang , bebas
dari bahan-bahan lain (kecuali yang diperlukan untuk prosedur pembagian) dan
bebas dari lalu lalang selama proses pembagian. Setiap usaha harus dilakukan untuk
mencegah kontaminasi media pada tahap ini.
Kualitas media harus diperiksa dahulu sebelum media digunakan . Ada bermacam-
macam cara untuk menguji mutu media yang telah dibuat , yaitu :
a. Secara visual ; yaitu dengan memperhatikan atau melihat warna, kekeruhan dan
lain-lain. Contoh :
1. Media gula-gula yang dilengkapi tabung durham bila terlihat gelembung
udara berarti sudah tidak dapat dipergunakan lagi.
2. Bila warna media tidak sesuai dengan warna standar maka dicurigai adanya
perbedaan pH, untuk itu periksalah dengan menggunakan pH meter. Bila pH
media berbeda kurang lebih 0,2 satuan , tambahkan asam atau basa atau
dibuat baru.
b. Uji sterilitas
Uji sterilitas merupakan suatau keharusan terutama pada media yang diperkaya
dengan bahan-bahan tertentu seperti agar darah atau agar coklat. Caranya :
1. Ambil sejumlah 5% dari setiang batch media yang dibuat
2. Inkubasi selama 2 hari pada suhu 35oC
3. Bila terdapat pertumbuhan lebh dari 2 koloni kuman per cawan petri pada
satu cawan petri atau lebih, berarti seluruh media dari batch tersebut tidak
dapat dipakai.
c. Penanaman kuman control positif dan control negative
Kuman control positif adalah kuman yang seharusnya tumbuh pada media
tertentu, sedangkan control kuman negative adalah kuman yang seharusnya tidak
tumbuh pada media tertentu.
Bebrapa kesalahan mungkin saja terjadi pada saat pembuatan media , adapun kesalan dan
kemungkinan penyebabnya yaitu:
1. Kesalahan nilai pH dapat disebabkan oleh ;
 Pengujian pH diatas suhu kamar (25-27oC)
 Terlalu panas dan terlalu lamanya sterilisasi
 Tidak lengkapnya larutan pada medium
 Kurangnya jumlah air dalam wadah
 Penyimpanan media yang kurang tepat atau melebihi tanggal kadaluarsa
2. Kekeruhan , presipitasi (pengendapan) dapat disebabkan oleh :
 Kurangnya jumlah air dalam wadah
 Terlalu panas dan terlalu lamanya sterilisasi
 Tidak tepatnya nilai pH
 Tidak lengkapnya larutan
3. Lebih gelap , dapat disebabkan oleh ;
 Terlalu panas
 Tidak lengkapnya larutan
4. Gel menjadi lembek . dapat disebabkan oleh :
 Agar tidak larut
 Kurang mencampur
 Terlalu lamanya penyimpanan pada suhu 50oC
 Terlalu panas pada pH rendah
 Kesalahan pada penimbangan
 Overdilition dengan inokulum atau suplemen media
2. Penurunan pertumbuhan bakteri , dapat disebabkan oleh :
 Pemanasan berlebih dan berkepanjangan
 Tidak lengkapnya larutan
 Terdapatnya zat penghambat (inhibitor) dalam air dan wadah
 Penggelapan
 Penyimpangan pH
BAB III
KESIMPULAN
1. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas
campuran nutrisi (nutrient) digunakan oleh mikroorganisme tumbuh dan
berkembangbiak pada media.Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi pada media
berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen selnya.
2. Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan untuk
membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam
waktu yang lama di laboratorium, untuk mempelajari sifat-sifat
koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta sifat-sifat biokimiawinya.
3. Media tersusun atas bahan dasar (air, agar, silika gel, dan gelatin), nutrisi (unsur
makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg), dan bahan tambahan
(darah atau coklat).
4. Media diklasifikasikan berdasarkan konsistensi (solid, semi solid, broth) ,
berdasarkan fungsi (media diperkaya, media selektif , media differential , media
penguji , media khusus) , berdasarkan sifat kimianya (sintesis, non sintesis,
organik ,anorganik) , berdasarkan bentuk dan wadahnya ( medium agar miring,
medium tegak, medium petri dish , media berdasarkan komposisi nutrisi (media
sederhana,media kompleks, media kimia terdefinisikan)
5. Syarat media pertumbuhan adalah mengandung unsur hara (nutrisi), suhu, pH,
tekanan osmosis yang sesuai, kelembaban, sterilitas wadah
DAFTAR PUSTAKA

Ali Wardana Sitepu.2012. Media Pertumbuhan Bakteri.Online.


http://www.scribd.com/doc/110104586/Media-Pertumbuhan-Bakteri.
Diakses pada 22 Maret 2014

Bachtiar Adi S Putra.2013.Lap. Pembuatan Media.Online. http://www.scribd.com/doc


/145676055/Lap-pembuatan-Media
Diakses pada 22 Maret 2014

Hadioetomo, R.S. 1990.Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.

Joe. 2011.Media Pertumbuhan Bakteri 2.Online http://www.scribd.com/doc/53308462/MEDIA-


PERTUMBUHAN-BAKTERI-2.
Diakses pada 22 Maret 2014

Kusnadi, dkk. 2003.Mikrobiologi. Malang: JICA.

Schlegel, H. G. 1994. Mikrobiologi Umum. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai