Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdarahan post partum secara umum didefinisikan sebagai

kehilangan darah dari tubuh sebesar 500 ml setelah persalinan pervaginam

atau 1000 ml setelah persalinan seksio sesarea. PPH yang berat terjadi

apabila jumlah volume kehilangan darah sebesar 1000ml dalam 24 jam

kelahiran. Insidensi terjdinya PPH di negara-negara maju sekitar 5% dari

kelahiran, sementara di negara-negara berkembang bisa mencapai 28% dan

menjadi masalah utama dalam kematian ibu. Pencegahan, diagnosis dini,

dan menejemen yang tepat merupakan kunci untuk mengurangi dampak

tersebut. Kematian ibu merupakan indikator status kesehatan ibu, terutama

risiko kematian ibu saat kehamilan dan persalinan. Penyebab perdarahan

postpartum adalah atonia uteri, trauma, sisa plasenta, dan koagulopati, yang

sering disebut sebagai "empat T"

Indikator yang digunakan untuk menilai derajat kesehatan

masyarakat yang terpenting adalah Angka Kematian Ibu (AKI). AKI

menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab

Laporan Kasus kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama

kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)

tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

1
Menurut data dari WHO setiap hari di dunia terjadi 800 ibu meninggal

akibat kehamilan dan melahirkan dan sebanyak sembilan puluh sembilan

persen (99%) kematian tersebut terjadi di negara berkembang.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 menunjukkan

bahwa Angka Kematian Ibu melonjak dari 228 menjadi 359 per 100 ribu

kelahiran yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan AKI terburuk

dari negara-negara miskin di Asia

Data mengenai perdarahan postpartum sendiri di Indonesia masih

sangat sulit ditemukan. Namun perdarahan postpartum merupakan

penyebab tingginya angka kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2012

hingga 2013. Menurut hasil penelitian Mu’minatunnisa M et alyang

dilakukan di Bandung, dari 3429 jumlah ibu bersalin di RSUD Kota

Bandung tahun 2011 yang mengalami perdarahan postpartum, sebanyak

51% disebabkan oleh retensio plasenta, serta angka kejadian perdarahan

postpartum ditemukan paling banyak pada pasien yang berusia diatas 35

tahun (14%)

Syok adalah suatu sindrom klinis yakni terdapat kegagalan dalam

pengaturan peredaran darah sehingga terjadi kegagalan untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh. Dengan demikian, syok dapat terjadi oleh

berbagai macam sebab dan dengan melalui berbagai proses.

2
BAB II

REKAM MEDIK

I. IDENTITAS

Nama : Ny. S I Nama Suami : Tn. S

Umur : 36 tahun Umur : 40 tahun

Alamat : Kasemen Pendidikan : Tamat SLTA

Agama : Islam

Pendidikan : Tamat SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

No. RM : 37.21.06

Tanggal masuk : 12 Juli 2019 Jam : 17.00 WIB

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan suami

pasien di ruangan Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Dradjat

Prawiranegara pada hari Jumat tanggal 12 Juli 2019 pukul 17.00 WIB

Keluhan utama : Perdarahan dengan tekanan darah tinggi

Keluhan tambahan : Lemas dan pusing

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang melalui IGD Maternal RSUD dr. Drajat Prawiranegara pada

hari Jumat 12 Juli 2019 dengan rujukan dari PKM Dina karena perdarahan

3
setelah melahirkan anak ke lima dan tekanan darah tinggi. Pasien mengaku

tidak ada penurunan kesadaran. Pasien mengatakan merasa lemas dan pusing

berputar. Suami pasien mengatakan pasien datang ke puskesmas 8 jam SMRS

karena mulas-mulas dan keluar air seperti rembesan pada jalan lahir. Pasien

melahirkan anak ke lima pukul 11.00 WIB, anak menangis spontan. Ibu

mengatakan tidak ada penurunan kesadaran sejak melahirkan hingga dibawa ke

rumah sakit, pasien hanya merasa tubuhnya sangat lemas dan pusing. Pada hasil

pemeriksaan tekanan darah setelah melahirkan 160/100. Suami pasien

mengatakan satu jam setelah lahiran bidan menyarankan kepada keluarga dan

pasien untuk di rujuk ke RSDP karena perdarahan yang terus menerus dan tensi

tinggi pada pasien, tetapi pasien tidak dapat dirujuk langsung karena terkendala

oleh kendaraan. Pada saat di BPM pasien terpasang infus RL 500cc,

mendapatkan obat nifidipine oral 0,5 ml (1/2 tab), MgSO4 20% (20cc) secara

bolus. Diagnosa rujukan pasien P 6 A 1 post partum 2 jam dengan PEB dan

syok hipovolemik.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Suami pasien dan pasien mengatakan saat melahirkan anak ke empat pasien

juga mengalami perdarahan dan tensi tinggi tetapi saat itu pasien mengaku

kondisinya tidak selemas saat ini. Pasien mengaku tidak di sarankan di rujuk.

Pasien menyangkal adanya riwayat diabetes mellitus, sakit jantung, asma dan

alergi.

4
Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien mengatakan bahwa Ibu pasien memiliki riwayat penyakit darah

tinggi. Riwayat Diabetes mellitus dan jantung disangkal

Riwayat Operasi :

Pasien menyangkal adanya riwayat operasi sebelumnya

Riwayat Pengobatan :

Pasien menyangkal adanya riwayat pengobatan sebelumnya

Riwayat Menstruasi

Menarche : 12 tahun

Siklus : Teratur, 31 hari sekali

Lama haid : 7 hari

Banyak : 2-3 kali ganti pembalut

Dismenorhea : (-)

Fluor albus : (+) berbau dan bewarna

HPHT : 20 Oktober 2018

TP : 27 Juli 2019

Riwayat Pernikahan dan Seksual:

1 x menikah, lama pernikahan 20 tahun saat usia pasien 16 tahun dan usia suami

pasien 20 tahun status pernikahan sah

5
Riwayat Kehamilan dan Persalinan

P 5 +1 A 0

Jumlah anak :5

Keguguran :-

Tahun Usia Penolong Jenis Keadaan anak


No. JK BB
Persalinan kehamilan persalinan persalinan sekarang

2.5
1. 2002 9 bulan dukun Normal P Sehat
kg

2,5
2. 2005 9 bulan Dukun Normal P Sehat
kg

3
3. 2012 9 bulan Dukun Normal P Sehat
kg

2.8
4. 2016 9 bulan Bidan Normal L Meninngal
kg

3
5 2019 9 bulan Bidan Normal P Sehat
kg

Riwayat Antenatal Care

Kontrol rutin setiap bulan

Tempat : Bidan

Banyaknya kunjungan : 8 kali

Imunisasi TT : (+) 10 kali

Riwayat Kontrasepsi

I : KB suntik 3 bulan,

II : KB suntik 3 bulan

6
III : Tidak KB

IV : Tidak KB

Keluhan : (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital Tekanan darah : 140/80 mmHg

Respirasi : 24 x/menit

Nadi : 114 x/menit

Suhu : 39,1°C

SpO2 : 98% ( dengan nasal canul)

Berat badan : 65 kg

Status Generalis

Berwarna sawo matang, terlihat pucat,tidak sianosis, tidak


Kulit
ikterik, tidak edema, turgor kulit dalam batas normal

Rambut Rambut tersebar merata, bentuk lurus, berwarna hitam


Kepala dan
Wajah Simetris, tidak terdapat bekas luka, tidak ada
Wajah
kemerahan, tidak ada jerawat

Bentuk dan ukuran normal, konjungtiva anemis (+/+), sklera


ikterik (-/-), pupil bulat, isokor (2mm/2mm), refleks cahaya
Mata
langsung (+/+) dan tidak langsung (+/+), pergerakan bola mata
tidak ada hambatan.

7
Bentuk dan ukuran normal, septum nasal di tengah, tidak ada
Hidung
sekret, tidak ada perdarahan, mukosa tidak hiperemis

Bentuk dan ukuran normal, simetris, tidak ada deformitas,


serumen (-/-), tidak ada sekret, tidak ada perdarahan, tidak
Telinga
ditemukan pembesaran kelenjar getah bening pre- dan post-
aurikular, tidak ada nyeri tekan mastoid.

Bentuk dan ukuran normal, tidak terdapat bekas luka, tidak


Leher terdapat deformitas, tidak teraba pembesaran tiroid dan kelenjar
getah bening leher.

Ketiak Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening axilaris.

Toraks

Inspeksi Iktus cordis tidak terlihat

Iktus cordis tidak teraba di ICS V linea


Palpasi
midclavicular sinistra

Batas jantung normal:

- Batas atas ICS III lineaparasternalis


Jantung sinistra
Perkusi
- Batas kiri ICS V linea midklavikularis
sinistra
- Batas kanan ICS IV linea sternalis
dextra
S1 S2 regular, tidak ada murmur, tidak ada
Auskultasi
gallop

Bentuk dan ukuran normal, pengembangan


Paru Inspeksi dada simetris dalam statis dan dinamis, tidak
terdapat deformitas, tidak terdapat bekas luka,

8
tidak terdapat kemerahan, tidak tampak retraksi
interkostalis dan supraklavikularis

Tidak ditemukan deformitas, tidak ditemukan


Palpasi nyeri tekan di seluruh lapang dada, tactile vocal
fremitus (+/+) simetris di kedua lapangan paru

Perkusi Sonor pada kedua lapang paru

Suara vesikuler simetris di kedua lapangan


Auskultasi paru,tidak ditemukan suara wheezing dan
rhonki

Simetris, warna palmar pucat, tidak terdapat


deformitas, tidak ikterik, tidak ditemukan bekas
luka, tidak ditemukan clubbing finger, akral
Superior
dingin, CRT <2 detik, pergerakan tidak ada
hambatan, terpasang IV line pada bagian
Ekstremitas dorsum manus dextra dan sinistra

Simetris, tidak terdapat deformitas, tidak


ikterik, tidak ditemukan bekas luka, tidak
Inferior
terdapat edema di kedua tungkai, akral dingin,
CRT <2detik, pergerakan tidak ada hambatan.

Pemeriksaan Khusus Nifas

Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di bawah pusar

Kontraksi Uterus : Baik

Lochea : Rubra

Luka jalan lahir : laserasi 1 sudah di jahit

PPV (+) aktif


9
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Haemoglobin : 6,1 g/dL

Hematokrit : 17,9 %

Leukosit : 24410 / µL

Trombosit : 211.000 / µL

MCV : 77,8 fl

MCH : 26.50 pq

MCHC : 34.10 g/dl

Serologi darah

Hbs Ag : Negatif

Anti HIV : Negatif

Kimia Darah

Natrium : 127.50 mmol/L

Kalium : 3.15 mmol/L

Klorida : 104.00 mmol/L

Urine

Makroskopis

Warna : Kuning muda

Kekeruhan : Jernih

10
PH : 6.0

Berat jenis : 1.010

Albumin :-

Glukosa :-

Keton :-

V. RESUME

Pasien Ny S berusia 36 tahun P 5 +1 A 0 post partum 5 jam yang lalu datang

ke Rumah Sakit Umum Drajat Prawinegara rujukan dari BPM bidan Dina

dengan diagnosa rujukan P 6 A 1 post partum 2 jam dengan PEB dan syok

hipovolemik. Saat di klinik pasien infus RL 500cc mendapatkan obat nifidipine

oral 0,5 ml (1/2 tab), MgSO4 20% (20cc) secara bolus Pasien mengatakan

setelah melahirkan anak ke lima selama proses pindah ke RSDP pasien

menyangkal adanya penurunan kesadaran, pasien mengeluhkan pusing dan

merasa sangat lemas. Pasien menyangkal adanya pandangan ganda, mual,

muntah, dan sesak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/80

mmHg,Respirasi 24x/menit, nadi: 114 x/menit,suhu: 39,1°C, SpO2 98% (

dengan nasal canul), pada mata konjungtiva anemis +/+, ektremitas teraba akral

dingin, kulit terlihat pucat.

11
VI. DIAGNOSIS KERJA

Ny. S 36 tahun dengan P 5 +1 A 0 post partum luar ditolong bidan di PKM lima

jam yang lalu dengan PEB dan Syok hipovolemik teratasi et causa Hemoragic

post partum et causa sisa plasenta.

VII. TATALAKSANA

 Pemasangan 2 line infus berikan cairan infus (garam fisiologik

atau ringer laktat) awal dengan kecepatan 1 liter dalam 15-20

menit.

 Pengambilan darah sebelum pemberian cairan infus untuk

pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan darah lengkap. Setelah

perdarahan teratasi periksa kadar hemoglobin

 Observasi tanda-tanda vital dan urin pasien

 Protap PEB

- MgS MgSO4 20% 4gr (20 cc) iv, perlahan selama 15 menit.

- MgSO4 40% 6 gr (15 cc) drip dalam RL 500cc, 20 tpm

- Adalat oros 1x30 mg, maks 90 mg/hari

 Pastikan bahwa kontraksi uterus baik.

VIII. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad malam

Quo ad Functionam : dubia ad malam

Quo ad Sanactionam : dubia ad malam

12
FOLLOW UP

Tanggal Jam Perjalan penyakit Terapi / tindakan medik

12/7/19 13.24 Td: 80/50 mmHg P/


Nadi: 110 x/m
- Mengobservasi TFU,
Respi: 33 x/m
kontraksi uterus, ppv aktif
Suhu: 36 °C - Memasang infus 3 Lineinfus
RL labu ke 4 (taka) infus RL
Suhu kulit dingin, lanu ke 5 (taki) guyur
gambaran kulit basah - Mengeksplorasi pembukaan 2
cm teraba, perdarahan
pervaginam aktif terdapat
rembesan 600cc
- Memasang oksigen 10 lpm
A/ P5+1 A0 PPL (NRBM)
spontan di tolong bidan - Memasang DC urin 350cc
2 1/2 jam yang lalu warna kuning
dengan syok - Mengambil sampel darah dan
hipovolemik ec HPP ec dan urin untuk pemeriksaan
sisa plasenta laboratorium dan urin

13.40 TD : 70/40 mmHg P/

- Infus RL labu ke empat


habis
- Memasang infus RL dan
oxytoxin 2 ampul labu 1 60
tpm (taki)
- Memasang infus gelofusal
(guyur)
- Memasang infus RL labu ke
6 (taka) guyur
- Menyutikkan metegin dan
MgSO4 20% 1 amp/IV
- Noprostol 4 tablet
14.10 TD : 110/70 mmHg P/

N: 111x/m - Infus RL labu ke enam habis


- Memasang Infus RL labu ke
7 (taka) guyur

14.15 Observasi TFU : 3 jari P/


dibawah pusar

13
Kontraksi uterus baik - Memasang infus RL + Oxy 2
ampul labu ke 2 (taka)
Ppv (+) aktif sedikit - Memasang labu ke 8 (taka)
- Memberikan amoxicilin 1 gr
T : 150/70 mmHg, N
105x/m, R 26 x/m S
36,4oC

A/ P 5+1A0 PPL
spontan di tolong oleh
bidan di PKM 3 jam yll
d/ post syok
hipovolemik teratasi ec
HPP ec sisa plasenta
dengan PEB + anemia,
bayi hidup

15.00 KU: sakit sedang P/

KS: CM - Merawat infus 2 line : (taka)


Rl+ oxy 2amp labu ke 2
TD : 140/90 mmHg - Rl labu 8-9 20 tpm
- DC (+) 200cc kuning
15.15 N: 105x/m - Meminta sio transfusi (+)
- Pindah VK
16.30 R: 20x/m

S: 36.6oC

TFU 2 jari dibawah


pusar, kontraksi uterus
baik ppv (+) sedikit

A/ P 5+1A0 PPL
spontan di tolong oleh
bidan di PKM 5 1/2
jam yll d/ post syok
hipovolemik teratasi ec
HPP ec sisa plasenta
dengan PEB + anemia,
bayi hidup

14
17.00 TD : 140/80 mmHg P/
R :24 x/menit
Merawat infus 2 line : (taka)
N: 114 x/menit Rl+ oxy 2amp labu ke 2
17.15 - Paracetamol infus (guyur)
S : 39,1°C
- Infus NaCl labu 1
SpO2 : 98% ( dengan - DC (+) 500cc kuning
nasal canul)

A/ P 5+1A0 PPL spontan


di tolong oleh bidan di
PKM 6 jam yll d/ post
syok hipovolemik
teratasi ec HPP ec sisa
plasenta dengan PEB +
anemia, bayi hidup

18.20 TD : 130/ 80 mmHg P/

S: 38,2oC Terapi lanjut

19.30 TD: 120/80 mmHg

S :38,7 oC
20.30
TD : 120/80 mmHg

S: 37.6 oC

A/ P 5+1A0 PPL
spontan di tolong oleh
bidan di PKM 7 jam yll
d/ post syok
hipovolemik teratasi ec
HPP ec sisa plasenta
dengan PEB + anemia,
bayi hidup

21.00 TD: 130/80mmHg P/


- Infus NaCl 0,9% 20tpm
N: 110x/m - Infus RL+oxy 2 amp Lb 2
- Terpasang DC (+) urin
kuning 350cc
15
R: 23x/m - Terpasang oksigen NRBM
10
S: 36,7oC

TFU 2 jari dibawah

23.00 P/
- Memasang transfusi
darah taki golongan
darah O Lb 1 no botol
v4873657 240cc PRC
30tpm tetesan lancar
23.45 P/
Inj ceftriaxon 1 gr IV
00.00 Membuang urine 500cc

01.45 Oral PCT 50 mg


FE tab
05.20
Mengganti cairan transfusi
darah golongan O dengan NaCl
0,9% 20 tpm
13/07/19 07.00 S/ tidak ada keluhan P/

O/ KU : sedang - Terpasang infus RL+Oxy


2amp labu 4
KS : CM - Inf. NaCl 0,9% 20 tpm
- Dc 500cc kuning
TD : 130/90 mmHg - Kanul oksigen 5 lpm
-
N : 99 x/m

RR : 23 x/m

Suhu : 36.8 C

A/ P 5+1A0 PPL
spontan di tolong oleh
bidan di BPM 19 1/2
jam yll d/ post syok
hipovolemik teratasi ec
HPP ec sisa plasenta
+obs febris + anemia
berat

16
07/15 TD 130/80 mmHg P/

PF : Metildopa 3 x 250 mg jika TD


>140/80 mmHg
Pulmo :Vbs ka=ki rh-/-
wh-/- KSR 2x 1 tab

Cardio : m+
kardiomegali +

Udem ekstremitas atas


dan bawah negatif

A/ A/ P 5+1A0 PPL
PEB suspec high
output ec HHD?

Hipokalemi, obs.febris

14.15 S/ tidak ada keluhan - Terpasang infus 2 line Taka


RL +oxy 2 amp bengkak
O/ KU: sedang - Taki NaCl 0,9%
- DC + 500 cc
KS : CM - PCT 3x500mg
- KSR 3x1
TD : 130/80 mmHg

N : 117 x/m

RR : 20 x/m

Suhu : 36, C

Kontraksi uterus : baik

TFU : 2 jari dibawah


pusat

Perdarahan pervaginam
: (+) sedikit inaktif

A/ A/ P 5+1A0 PPL
spontan di tolong oleh
bidan di BPM 1hari yll
d/ post syok
hipovolemik teratasi ec

17
HPP ec sisa plasenta
dengan PEB + anemia,
bayi hidup

18.00 TD : 110/80 mmHg P/

N : 97 x/m Memasang transfusi darah labu


2 350 cc
RR : 20 x/m

Suhu : 36, C

21.00 TD : 100/80 mmHg P / mengganti transfusi darah


dengan NaCl 0.9% 20 tpm
N : 87 x/m

RR : 20 x/m

Suhu : 36, C

14/7/19 00.30 S/ (-) P/

TD 110/80 mmHg - Pindah WK


- Terapi lanjut
N 80x/m

R19x/m

S 36.8oC

A/ P 5+1A0 PPL
spontan di tolong oleh
bidan di BPM dengan
PEB +syok
hipovolemik teratasi ec
HPP ec sisa plasenta+
Susp HHD +
hipokalemia +anemia,
bayi hidup

08.00 S / (-) - Terapi lanjut

O/ KU SS

KS cm

18
TD 110/80 mmHg

N 78x/m

R19x/m

S 36.2oC

A/ P 5+1A0 PPL
spontan di tolong oleh
bidan di BPM dengan
PEB +syok
hipovolemik teratasi ec
HPP ec sisa plasenta+
Susp HHD +
hipokalemia +anemia,
bayi hidup

15/07/19 08.00 S/ tidak ada keluhan, P/


ASI keluar
- Cefadroxil 2x 500 mg
O/ KU : sedang - As. Mefenamat tab 3x500 mg
- FE 1x 1
KS : CM - USG dengan dr. Badiyah (+)
sisa plasenta
TD : 160/90 mmHg

N : 82 x/m

RR : 20 x/m

Suhu : 36, 6 C

TFU : 2 jari dibawah


pusat

Kontraksi uterus : baik

Perdarahan pervaginam
(+) sedikit inaktif

A/ P 5+1A0 PPL
spontan di tolong oleh
bidan di BPM dengan
PEB +syok

19
hipovolemik teratasi ec
HPP ec sisa plasenta+
Susp HHD +
hipokalemia +anemia,
bayi hidup

12.00 / KU : sedang P / rencana kuret hari rabu

KS : CM

TD : 130/100 mmHg

N : 89 x/m

RR : 24 x/m

Suhu : 36

13.00 TD : 150/100 mmHg P/

O / pulmo Vbs ka=ki Metildopa 3x250 gr


rh-/- wh-/-
KSR 3x1 tab
Cor kardiomegali – m+
Acc tindakan
+1
A/ P 5 A0 PPL
spontan di tolong oleh
bidan di BPM dengan
PEB sisa plasenta pro
kuret PPCM +
hipokalemi

16/7/19 06.00 S/ tidak ada keluhan P/ terapi lanjut

O/ KU : sedang - Menganjurkan ibu puasa jam 3


KS : CM pagi
TD : 120/80 mmHg - Noprostol 3 tab/rektal
- Th paracetamol
N : 89 x/m
RR : 24 x/m
Suhu : 36 C
TFU : 2 jari dibawah
pusat
Kontraksi uterus : baik

20
Perdarahan pervaginam
(+) sedikit inaktif

A/ P 5+1A0 PPL
spontan dengan sisa
plasenta +PEB+ PPCM
+hipokalemi+ s/ high
output +stroke +HHD

17/7/19 10.00 S / tidak ada keluhan P/

O / KU : sedang Terapi lanjut

KS : CM Rencana kuretase

TD : 140/90 mmHg Konsul jantung

N : 78 x/m

RR : 20 x/m

Suhu : 36.3 C

TFU : 2 jari dibawah


pusat

Kontraksi uterus : baik

Perdarahan pervaginam
(+) sedikit inaktif

A/ P 5+1A0 sisa plasenta


+PEB+ Anemia
+hipokalemi+ MR mild
bayi hidup

18/7/19 07.00 S / tidak ada keluhan P/


O / KU : sedang Rencana kuretase
KS : CM Terpasang infus RL 20 tpm
TD : 140/90 mmHg
Dopamet 3 x 250 mg
N : 78 x/m
RR : 20 x/m Captoril 3 x 12,5 mg
Suhu : 36.3 C
TFU : 2 jari dibawah
pusat
Kontraksi uterus : baik
21
Perdarahan pervaginam
(+) sedikit inaktif
Pemeriksaan Lab
15/7/19
Hb : 8,4 g/dl
L: 11200/µl
HT 25,20%
Trombosit : 203000/µl
A/ A/ P 5+1A0 sisa
plasenta +PEB+
Anemia +hipokalemi+
MR mild bayi hidup

22
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Syok adalah suatu sindrom klinis ditandai dengan kegagalan dalam

pengaturan peredaran darah sehingga terjadi kegagalan untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme tubuh. Kegagalan sirkulasi ini biasanya disebabkan oleh kehilangan

cairan (hipovolemik), karena kegagalan pompa jantung ataupun karena perubahan

resistensi vaskuler perifer. Berdasarkan sumber penyebabnya terdapat 4 macam

syok, yaitu syok hipovolemik, syok kardiogenik, syok obstruktif, dan syok

distributif.

Pengertian syok terdapat bermacam-macam sesuai dengan konteks klinis dan

tingkat kedalaman analisisnya. Secara patofisiologi syok merupakan gangguan

sirkulasi yang diartikan sebagai kondisi tidak adekuatnya transport oksigen ke

jaringan atau perfusi yang diakibatkan oleh gangguan hemodinamik. Gangguan

hemodinamik tersebut dapat berupa penurunan tahanan vaskuler sitemik terutama

di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel, dan sangat

kecilnya curah jantung. Dengan demikian syok dapat terjadi oleh berbagai macam

sebab dan dengan melalui berbagai proses. Secara umum dapat dikelompokkan

kepada empat komponen yaitu masalah penurunan volume plasma intravaskuler,

masalah pompa jantung, masalah pada pembuluh baik arteri, vena, arteriol, venule

atupun kapiler, serta sumbatan potensi aliran baik pada jantung, sirkulasi pulmonal

dan sitemik

23
1.1 Definisi Syok Hipovolemik ( hemoragik)

Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah ke

dalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan

nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.

Syok hemoragik (hipovolemik) adalah suatu syok yang disebabkan

oleh perdarahan yang banyak. Akibat perdarahan pada kehamilan muda,

misalnya abortus, kehamilan ektopik dan penyakit trofoblas (mola

hidatidosa);perdarahan antepartum seperti plasenta previa, solusio

plasenta, ruptura arteri, dan perdarahan pasca persalinan karena atonia

uteri dan laserasi jalan lahir. Syok hemoragik (hipovolemik) disebabkan

kehilangan akut dari darah atau cairan tubuh. Cairan di tubuh manusia

terdiri dari cairan intraselular dan cairan ekstraselular terbagi dalam cairan

intravaskular, cairan interstisial, dan cairan transelular.

Volume kompartemen cairan sangat dipengaruhi oleh natrium dan

protein plasma. Natrium paling banyak terdapat di cairan ekstraselular, di

cairan intravaskular (plasma) dan interstisial kadarnya sekitar 140 mEq/L.

Hipovolemia menyebabkan beberapa perubahan yaitu vasokonstriksi

organ sekunder (viscera, otot, kulit) untuk menyelamatkan organ primer

(otak, jantung) dengan aliran darah yang tersisa. Vasokonstriksi

menyebabkan hipoksia jaringan, terjadi metabolism anaerobik dengan

produk asam laktat yang menyebabkan asidosis asam laktat. Asidosis

asam laktat menyebabkan perubahan-perubahan sekunder pada organ-

organ primer dan organ-organ sekunder sehingga terjadi kerusakan

24
merata. Kehilangan darah dari intravaskular sampai 10% dari Estimated

Blood Volume (EBV) tidak mengganggu volume sebesar yang hilang.

Tetapi kehilangan yang lebih dari 25% atau bila terjadi syok atau hipotensi

maka sekaligus kompartemen interstitial dan intrasel ikut terganggu.

1.2 tanda dan gejala Syok

Tanda dan gejala klinik pada umumnya sama yaitu tekanan darah

menurun, nadi cepat dan lemah, pucat keringat dingin, sianosis jari-jari,

sesak napas, penglihatan kabur, gelisah dan akhirnya oliguria atau anuria.

- Nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih)

- Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)

- Pucat ( khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan,

atau sekitar mulut)

- Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab

- Pernapasan yang cepat (30 kali permenit atau lebih

- Gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran

- Urin yang sedikit (kurang dari 30 ml perjam )

1.3 Klasifikasi perdarahan

Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis adanya

syok hipovolemik dilakukan dengan pemeriksaan pengisian dan frekuensi

nadi, tekanan darah, pengisian kapiler yang dilakukan pada ujungujung

jari, suhu dan turgor kulit. Berdasarkan persentase volume kehilangan

darah, syok hipovolemik dapat dibedakan menjadi empat tingkatan atau

stadium. Stadium syok dibagi berdasarkan persentase kehilangan darah,

25
yaitu 15, 15-30, 30-40, dan >40%. Setiap stadium syok hipovolemik ini

dapat dibedakan dengan pemeriksaan klinis tersebut.

Syok hipovolemik stadium-I adalah syok hipovolemik yang terjadi

pada kehilangan darah hingga maksimal 15% dari total volume darah.

Pada stadium ini tubuh mengkompensai dengan dengan vasokontriksi

perifer sehingga terjadi penurunan refiling kapiler. Pada saat ini pasien

juga menjadi sedikit cemas atau gelisah, namun tekanan darah dan

tekanan nadi rata-rata, frekuensi nadi dan nafas masih dalam kedaan

normal

Syok hipovolemik stadium-II adalah jika terjadi perdarahan sekitar

15-30%. Pada stadium ini, vasokontriksi arteri tidak lagi mampu

mengkompensasi fungsi kardio sirkulasi, sehingga terjadi takikardi,

penurunan tekanan darah terutama sistolik dan penurunan tekanan nadi,

refiling kapiler yang melambat, peningkatan frekuensi nafas, dan pasien

menjadi lebih cemas.

Syok hipovolemik stadium-III bila terjadi perdarahan sebanyak 30-

40%. Gejala-gejala yang muncul pada stadium-II menjadi semakin berat.

Frekuensi nadi terus meningkat hingga diatas 120 kali per menit,

peningkatan frekuensi nafas hingga di atas 30 kali per menit, tekanan nadi

dan tekanan darah sistolik sangat menurun, refiling kapiler yang sangat

lambat.

Stadium-IV adalah syok hipovolemik pada kehilangan darah lebih

dari 40%. Pada saat ini takikardi lebih dari 140 kali per menit dengan

26
pengisian lemah sampai tidak teraba, dengan gejala-gejala klinis pada

stadium-III terus memburuk. Kehilangan volume sirkulasi lebih dari 40%

menyebabkan terjadinya hipotensi berat, tekanan nadi semakin kecil dan

disertai dengan penurunan kesadaran atau letargi.

1.4 penanganan

Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-

tanda vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal.

Selanjutnya kondisi tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada

kondisi stabil.

Penatalaksanaan syok hipovolemik tersebut yang utama terapi

cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau darah yang hilang.

Penatalaksanaan sebelum di tempat pelayanan kesehatan harus

memperhatikan prinsip-prinsip tahapan resusitasi.

Bila kondisi jantung, jalan nafas, dan respirasi dapat dipertahankan,

tindakan selanjutnya adalah adalah menghentikan trauma penyebab

perdarahan yang terjadi dan mencegah perdarahan berlanjut.

Menghentikan perdarahan sumber perdarahan dan jika memungkinkan

melakukan resusitasi cairan secepat mungkin. Selanjutnya dibawa ke

tempat pelayaan kesehatan, dan yang perlu diperhatikan juga adalah

teknik mobilisasi dan pemantauan selama perjalanan. Perlu juga

diperhatikan posisi pasien yang dapat membantu mencegah kondisi syok

menjadi lebih buruk, misalnya posisi pasien trauma agar tidak

27
memperberat trauma dan perdarahan yang terjadi, pada wanita hamil

dimiringkan ke arah kiri agar kehamilannya tidak menekan vena cava

inferior yang dapat memperburuk fungsi sirkulasi.

Saat ini posisi tredelenberg tidak dianjurkan lagi karena justru dapat

memperburuk fungsi ventilasi paru.

Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan antara lain

sebagai berikut:

- cari dan hentikan segera penyebab darah

- bersihkan saluran napas dan berikan oksigen atau pasang

endotrakheal

- naikkan kaki ke atas untuk meningkatkan aliran darah ke

sirkulasi sentral

- pasang 2 set infus atau lebih untuk transfusi, cairan infus dan

obat-obat IV, bagi pasien yang syok. Jika sulit mencari vena

lakukan/ pasang kanul intrafemoral

- kembalikan volume darah dengan : darah segar dengan cross

match dari grup yang sam, kalau tidak tersedia berikan darah

O sebagai life saving

- larutan kristaloid : seperti ringer laktat, larutan garam

fisiologis atau glukosa 5%. Larutann-larutan ini mempunyai

waktu paruh yang pendek dan pemberian berlebihan dapat

menyebabkan edema paru

- terapi obat-obatan :

28
- analgesik : morfin 10-15 IV, jika ada rasa sakit, kerusakan

jaringan atau gelisah.

- Kortikosteroid : hidrokortison 1g atau 20 mg IV pelan-pelan.

Cara kerjanya masih kontrovesial dapat menurunkan

resistensi perifer dan meningkatkan perfusi jaringan.

- Sodium bikabornat 100mEq IV jika terdapat asidosis

- Vasopressor : untuk menaikkan tekanan darah dan

mempertahankan perfusi renal. Dopamin 2,5 mg/kg/ menit

IV sebagai pilihan utama

- Beta adrenergik stimulan : isoprenalin 1 mg dalam 500 ml

glukosa 5% IV infus pelan-pelan

Monitoring : CVP Central Venous Pressure normal 10-12 cm,

Nadi, tekanan darah, produksi urin, perbaikan klinik.

Dalam kebidanan segera lakukan resusitasi, beikan oksigen, infus, cairan , dan

transfusi darah. Jika terjadi atonia uteri segera lakukan masase uterus, berikan

suntikan metil- ergometrin (0,2 mg) IV atau perinfus (20-40U/I) dan bila gagal

menghentikan perdarahan lanjutkan dengan ligasi a hipogastrika atau histerektomi

bila anak sudah cukup. Semua laserasi yang ada harus di jahit.

1.5 Komplikasi

Syok yang tidak segera diatasi dapat menyebabkan rusak jaringan organ

sehingg menimbulkan beberapa komplikasi seperti gagal ginjal akut,

nekrosis hipofise, koagulasi intravaskular disemintas

29
1.6 Mortalitas

Perdarahan karena trauma dapat menyebabkan kematian ibu dalam

kehamilan sebanyak 6-7% dan solusio plasenta 1-5%. Di USA perdarahan

obstrerik menyebakan AKI 13,4%.

Perdarahan Post Partum

Perdarahan postpartum adalah penyebab utama kematian ibu di banyak

negara berkembang dan berpendapatan tinggi dan juga merupakan

penyebab utama peripartum histerektomi, yang diketahui menyebabkan

banyak gejala fisik dan psikologis pada wanita muda usia subur.

Perdarahan post partum didefinisikan sebagai kehilangan darah melebihi

500 cc, perdarahan tersebut dapat terjadi sebelum, selama ataupun

sesudah plasenta lahir. Definisi lain menyebutkan Perdarahan Pasca

Persalinan adalah perdarahan 500cc atau lebih yang terjadi setelah

plasenta lahir.

Tiga faktor utama yang menyebabkan kematian ibu melahirkan

adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Angka

kejadian perdarahan postpartum setelah persalinan pervaginam yaitu 5-

8%. Perdarahan postpartum adalah penyebab paling umum perdarahan

yang berlebihan pada kehamilan, dan hampir semua tranfusi pada wanita

hamil dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang setelah persalinan

Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian: (1) Perdarahan

Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau Perdarahan

30
Postpartum Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera). Perdarahan

pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama

perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta,

sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri.

Terbanyak dalam 2 jam pertama. Perdarahan masa nifas (PPH kasep

atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau Perdarahan Pasca Persalinan

Lambat, atau Late PPH). Perdarahan pasca persalinan sekunder terjadi

setelah 24 jam pertama. Perdarahan pasca persalinan sekunder sering

diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik (subinvolusio

uteri) atau sisa plasenta yang tertinggal.

Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan postpartum

hemorrhage, faktor-faktor yang menyebabkan postpartum hemorrhage

adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta,

kelainan pembekuan darah, subinvolusio uteri.

1. Tone Dimished:

Atonia uteri Atonia uteri adalah suatu keadaan di mana uterus

gagal untuk berkontraksi dan mengecil sesudah janin keluar dari

rahim. Perdarahan postpartum secara fisiologis di kontrol oleh

kontraksi serat-serat myometrium terutama yang berada

disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat

perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium

tidak dapat berkontraksi. Atonia uteri merupakan penyebab

utama perdarahan postpartum.

31
2. Tissue

a. Retensio plasenta

b. Sisa plasenta

c. Plasenta akreta dan variasinya.

Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu

dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena: plasenta

belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum

dilahirkan. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena:

o kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta

(plasenta adhesiva)

o Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis

komalis menembus desidua sampai miometrium–sampai di

bawah peritoneum (plasenta akreta– perkreta).Plasenta yang

sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar

disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau

karena salah penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran

konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi

keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).

Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25% dari kasus

perdarahan postpartum. Penemuan ultrasonografi adanya masa uterus yang

echogenic mendukung diagnosa retensio sisa plasenta. Hal ini bisa

digunakan jika perdarahan beberapa jam setelah persalinan ataupun pada

32
late postpartum hemorraghe. Apabila didapatkan kavum uteri kosong tidak

perlu dilakukan dilatasi dan kuretase

3. Trauma

Sekitar 20% kasus postpartum hemorraghe disebabkan oleh trauma

jalan lahir.

a. Ruptur uterus

b. Inversi uterus

c. Perlukaan jalan lahir

d. Vaginal hematom

Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan

antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus

sebelumnya, dan persalinan dengan induksi oksitosin. Ruptur uterus sering

terjadi akibat jaringan parut section secarea sebelumnya. Laserasi dapat

mengenai uterus, serviks, vagina, vulva, dan biasanya terjadi karena

persalinan secara operasi ataupun persalinan pervaginam dengan bayi besar,

terminasi kehamilan dengan vacuum atau forcep, walau begitu laserasi bisa

terjadi pada sembarang persalinan.

Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan

menyebabkan hematom, perdarahan akan tersamarkan dan dapat menjadi

berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama beberapa jam dan bisa

menyebabkan terjadinya syok. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan

yang berlebihan jika mengenai arteri atau vena yang besar, jika episitomi luas,

jika ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau jika ada penundaan

33
antara persalinan dan perbaikan episitomi. Perdarahan yang terus terjadi

(terutama merah menyala) dan kontraksi uterus baik akan mengarah pada

perdarahan dari laserasi ataupun episitomi. Ketika laserasi serviks atau vagina

diketahui sebagai penyebab perdarahan maka repair adalah solusi terbaik.

Pada inversio uteri bagian atas uterus memasuki kovum uteri,

sehingga tundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri.

Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta

keluar. Inversio uteri dapat dibagi:

 Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari

ruang tersebut.

 Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.

 Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar

terletak diluar vagina.

Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat crede pada

korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan

plasenta yang belum lepas dari dinding uterus. Pada penderita dengan syok

perdarahan dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada

kala III atau setelah persalinan selesai.

Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas serviks

uteri atau dalam vagina. Kelainan tersebut dapat menyebabkan keadaan gawat

dengan angka kematian tinggi (15-70%). Reposisi secepat mungkin memberi

harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita

34
Hemorraghe postpartum digunakan untuk persalinan dengan umur

kehamilan lebih dari 20 minggu, karena apabila umur kehamilan kurang dari

20 minggu disebut sebagai aborsi spontan.

Beberapa gejala yang bisa menunjukkan hemorraghe postpartum :

 Perdarahan yang tidak dapat dikontrol

 Penurunan tekanan darah

 Peningkatan detak jantung

 Penurunan hitung sel darah merah (hematokrit)

 Pembengkakan dan nyeri pada jaringan daerah vagina dan sekitar perineum

Perdarahan hanyalah gejala, penyebabnya haruslah diketahui dan ditatalaksana

sesuai penyebabnya. Perdarahan postpartum dapat berupa perdarahan yang hebat

dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan

syok atau dapat berupa perdarahan yang merembes perlahan-lahan tapi terjadi terus

menerus sehingga akhirnya menjadi banyak dan menyebabkan ibu lemas ataupun

jatuh kedalam syok.

Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan tekanan

darah, nadi dan napas cepat, pucat, ekstremitas dingin, sampai terjadi syok. Pada

perdarahan sebelum plasenta lahir biasanya disebabkan retensio plasenta atau

laserasi jalan lahir, bila karena retensio plasenta maka perdarahan akan berhenti

setelah plasenta lahir.

Pada perdarahan yang terjadi setelah plasenta lahir perlu dibedakan sebabnya

antara atonia uteri, sisa plasenta, atau trauma jalan lahir. Pada pemeriksaan obstretik

kontraksi uterus akan lembek dan membesar jika ada atonia uteri. Bila kontraksi

35
uterus baik dilakukan eksplorasi untuk mengetahui adanya sisa plasenta atau

laserasi jalan lahir.

Berikut langkah-langkah sistematik untuk mendiagnosa perdarahan postpartum

o Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri

o Memeriksa plasenta dan ketuban: apakah lengkap atau tidak

o Lakukan ekplorasi kavum uteri untuk mencari sisa plasenta dan

ketuban, robekan rahim dan plasenta succenturiata

o Inspekulo: untuk melihat robekan pada cerviks, vagina, dan varises

yang pecah.

o Pemeriksaan laboratorium: bleeding time, Hb, Clot Observation test

dan lain-lain.

Penanganan perdarahan post partum akibat sisa plasenta:

a) Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan

kuretase. Dalam kondisi tertentu apabila memungkinkan, sisa plasenta

dapat dikeluarkan secara manual. Kuretase harus dilakukan dirumah

sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan

dengan kuretase pada abortus.

b) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan

dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau peroral

c) Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.

36
BAB IV

ANALISA KASUS

Pasien datang ke IGD maternal dengan rujukan dari BPM rujukan P 6 A 1

dengan perdarahan post partum + syok hipovolemik. Pasien memiliki keluhan lmas,

pucat, akral dingin dan tekanan darah 80/50 mmHg dan nadi 110x/m pernapasan

33 x/m dimana sesuai dengan kriteria syok hipovolemik. Berdasarkan anamnesis

dan pemeriksaan fisik, pada pasien saat tiba di IGD maternal didapatkan tanda

gejala syok hipovolemik dan dilakukan penanganan sesuai dengan teori yaitu

pemasangan infus 2 line, pengambilan darah, dan pemakaian cairan infus seperti

RL.

Pada pasien ini juga didapatkan setelah pemasangan infus 2 line dan

dilakukan observasi yang ketat mengenai kondisi umum pasien dan kekuatan uterus

dapat disimpulkan penanganan syok hipovolemik yang di sebabkan oleh

perdarahan post partum yang disebabkan oleh sisa plasenta dan PEB dan anemia

dalam penanganan di Rumah sakit dan teori sama.

37
Teori Kasus

Penatalaksanaan syok hipovolemik

tersebut yang utama terapi cairan

sebagai pengganti cairan tubuh atau

darah yang hilang, sebelum di  Pasien telah diberikan NRM O2


dan infus RL sebelum pasien di
tempat pelayanan kesehatan harus

memperhatikan prinsip-prinsip rujuk ke RSDP

tahapan resusitasi.

 cari dan hentikan segera

penyebab darah

 bersihkan saluran napas dan

berikan oksigen atau pasang  Ketika pasien tiba di IGD

endotrakheal maternal RSDP pasien di


 naikkan kaki ke atas untuk lakukan pemasangan infus 3
meningkatkan aliran darah ke line dengan RL 500 cc di kedua
sirkulasi sentral line dan RL dan oxy 2ampul
 pasang 2 set infus atau lebih

untuk transfusi, cairan infus  Dilakukan eksplorisasi dan di

dan obat-obat IV, bagi pasien dapatkan perdarahan 600cc


yang syok. Jika sulit mencari

vena lakukan/ pasang kanul

intrafemoral

38
 kembalikan volume darah  Pasien dilakukan tranfusi PRC

dengan : darah segar dengan

cross match

 Perdarahan pasca persalinan  Penyebab terjadinya

primer terjadi dalam 24 jam perdarahan pada pasien akibat

pertama. Penyebab utama sisa plasenta

perdarahan pasca persalinan

primer adalah atonia uteri,

retensio plasenta, sisa

plasenta, robekan jalan lahir

dan inversio uteri

 pengeluaran sisa plasenta

dilakukan dengan kuretase.


 Sisa plasenta dikeluarkan
Dalam kondisi tertentu
secara kuretase dan di berikan
apabila memungkinkan, sisa
antibiotik
plasenta dapat dikeluarkan

secara manual. Kuretase

harus dilakukan dirumah sakit

dengan hati-hati karena

dinding rahim relatif tipis

dan di berikan antibiotik

39
1. Apakah diagnosis sudah tepat?
Diagnosa masuk :
P 5+1A0 PPL spontan di tolong oleh bidan di PKM 6 jam yll d/ post syok
hipovolemik teratasi ec HPP ec sisa plasenta dengan PEB + anemia, bayi
hidup

Berdasarkan dari hasil anamnesis tekanan darah pasien tinggi setelah pasien

melahirkan anak ke -5 sehingga untuk diagnosa PEB tidak sesuai karena

berdasarkan teori Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan

darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg pada 2

kesempatan dengan perbedaan waktu minimal 4 jam dan saat pasien dalam

keadaan istirahat (bed rest) disertai proteinuria lebih dari 5 g/24 jam,

sedangkan pada pasien didapatkan tekanan darah tinggi pertama kali setelah

pasien melahirkan.

Pada pasien di lakukan eksplorisasi di IGD maternal dan didapatkan

perdarahan 600cc, dimana berdasarkan teori perdarahan post partum adalah

Perdarahan post partum didefinisikan sebagai kehilangan darah melebihi 500

cc, perdarahan tersebut dapat terjadi sebelum, selama ataupun sesudah

plasenta lahir. Penyebab perdarahan post partum tone, tissue, trauma dan

thrombin. Pada pasien ini di dapatkan berdasarkan hasil USG pasien adalah

tissue yaitu sisa plasenta. Berdasarkan teori mayoritas terjadinya perdarahan

adalah atonia uteri, sedangkan sisa plasenta hanya sekitar 20-30%, dan pada

pasien juga tidak dapatkan keterangan bahwa plasenta lahir lengkap ataupun

tidak.

40
2. Apakah penatalaksanaan sudah tepat?

Pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan syok dengan pemberian 2 infus

line yang dimana secara teori penatalaksanaannya adalah sebelum di tempat

pelayanan kesehatan harus memperhatikan prinsip-prinsip tahapan resusitasi,

cari dan hentikan segera penyebab darah bersihkan saluran napas dan berikan

oksigen atau pasang endotrakheal naikkan kaki ke atas untuk meningkatkan

aliran darah ke sirkulasi sentral,pasang 2 set infus atau lebih untuk transfusi,

cairan infus dan obat-obat IV, bagi pasien yang syok.kembalikan volume

darah dengan : darah segar dengan cross match. Pada pasien telah dilakukan

secara benar penanganan untuk mengatasi syoknya terlebih dahulu dan juga

mencari sumber pendarahan setelah dilakukan eksplorisasi didapatkan

perdarahan 600cc. Pada pasien juga di lakukan pemasangan 2set infus yaitu

pemasangan RL 500c dan RL dan oxytoxin.

41
BAB V

KESIMPULAN

Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah ke dalam

jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan

dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.Syok hemoragik (hipovolemik)

adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak.

Perdarahan postpartum dapat berupa perdarahan yang hebat dan

menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok.

Atau dapat berupa perdarahan yang merembes perlahan-lahan tapi terjadi terus

menerus sehingga akhirnya menjadi banyak dan menyebabkan ibu lemas ataupun

jatuh kedalam syok. Apabila diketahui penyebab perdarahan adalah sisa plasenta

maka pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Dalam kondisi tertentu

apabila memungkinkan, sisa plasenta dapat dikeluarkan secara manual. Kuretase

harus dilakukan dirumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis

dibandingkan dengan kuretase pada abortus. Antibiotika dalam dosis pencegahan

sebaiknya diberikan.

Pada pasien ini penatalaksanaan secara teori dengan yang di lakukan di

rumah sakit sudah sesuai.

42
BAB VI

SARAN

Pasien dianjurkan untuk melakukan KB secara IUD atau steril karena pasien

memiliki resiko terjadi perdarahan post partum dimana dapat membahayakan

kehidupan ibu.

Apabila diketahui terdapat pasien dengan riwayat multi primagravida

disertai riwayat terdapat adanya perdarahan post partum sebelumnya sebaiknya

pasien di rujuk dan disarankan melahirkan di rumah sakit karena dapat kembali

terjadinya perdarahan post partum.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo. 2012 . Ilmu Kebidanan : perdarahan pasca persalinan.


Jakarta : PT Bina Pustaka. Hal 522-529
2. Sarwono Prawirohardjo. 2012 . Ilmu Kebidanan : syok hemoragik Jakarta : PT
Bina Pustaka. Hal 403-405
3. World Health Organization (WHO). 2011. WHO recommendation for
prevention and treatment of preeclampsia and eclampsia. Geneva :
Reproductive health publication.
4. Yuliyati Asif, Soejoenoes Ariawan dkk. 2018. Beberapa Faktor Kejadian
Perdarahan Postpartum Ibu Bersalin yang dirawat di Rumah Sakit. JEK diakses
melalui https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jekk/article/view/3101/1839
pada tanggal 28 Juli 2019 pukul 20.00 WIB
5. Muhamad Iqbal Tafwid. 2015. Tatalaksana Syok Hipovolemik e.c Suspek Intra
Abdominal Hemorrhagic Post Sectio Caesaria J Agromed Unila
6. Fegita Primadella dan Satria Harry P. 2018. Haemoragic post partum : syok
hemoragic ec late hemoragic post partum. https://jurnal.fk.unand.ac.id pada
tanggal 27 juli 2019 pukul 21.00 WIB

44

Anda mungkin juga menyukai