PENGAWETAN DAGING
I. 1. PENDAHULUAN
Pengawetan daging adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
memperpanjang masa simpan daging segar maupun daging yang telah diolah dengan
cara menekan pertumbuhan mikroorganisma dan menonaktifkan ensim-ensim pada
daging. Pengawetan dapat dilakukan antara lain dengan cara penyimpanan pada
suhu dingin, suhu tinggi/panas, pengeringan dan penggunaan bahan-bahan kimia.
Mikroorganisma dan ensim-ensim dapat merubah nutrisi yang ada dalam
daging menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Perubahan – perubahan tersebut
dapat merubah atmosfer daging seperti pH daging menjadi asam, tekstur menjadi
lunak, berbau busuk dan bercitarasa menyimpang. Perubahan-perubahan tersebut
tidak hanya terjadi pada daging segar tapi juga pada daging olahan.
Kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisma tidak hanya menyebabkan
kerusakan daging, tapi dapat juga menyebabkan keracunan yang dapat
membahayakan kesehatan konsumen. Jumlah mikroorganisma pada daging akan
bertambah dengan cepat pada lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Demikian juga dengan aktivitas ensim. Pada suhu dingin (2-40C) umumnya aktivitas
ensim dan pertumbuhan mikroorganisma dapat ditekan demikian juga pada suhu
panas maupun pada keadaan kering..
1
1.1.3. Petunjuk belajar
Mahasiswa sebaiknya memahami tentang sifat – sifat daging yang meliputi :
sifat fisik, kimia, histologi dan mikrobiologi daging yang telah dipelajari pada modul
Pengetahuan Hasil Peternakan pada semester III. Hal ini disebabkan karena prinsip,
cara – cara dan tujuan dari pengawetan daging berhubungan erat dengan sifat – sifat
daging.
2
pada suhu kamar maka daging dapat terkontaminasi antara lain oleh bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas. Staphylococcus aureus dapat meracuni
daging tanpa menimbulkan bau busuk pada daging. Pemasakan dapat membunuh
bakteri ini, tapi tidak dapat menghilangkan racunnya karena racunnya tahan terhadap
panas. Dengan menyimpan daging pada suhu dingin pertumbuhan bakteri ini dapat
dihambat. Beberapa bakteri dari kelompok psychrophilic dapat terus bertumbuh
(walaupun lambat) pada suhu 50C. Sedangkan Pseudomonas tumbuh sangat cepat
pada suhu 50C yang dapat menyebabkan kebusukan pada daging. Kestabilan suhu
pada penyimpanan dingin perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi
metabolisme dan pertumbuhan mikroorganisme.
Kelembaban berhubungan dengan temperatur dan juga kadar air karkas/
daging. Jika temperatur naik, penguapan akan berlangsung lebih cepat dan
kelembaban akan berkurang. Kadar air akan berkurang pada kelembaban yang
rendah karena adanya penguapan. Untuk karkas/ daging ayam sebaiknya disimpan
pada kelembaban relatif 87%. Pada tingkat kelembaban tersebut permukaan karkas
menjadi lebih kering 2 – 4% yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisma
(Murtidjo, 2003b).
Lama penyimpanan daging pada suhu dingin juga tergantung pada
karakteristik produk. Sebagai contoh daging babi dan daging ayam mengandung
asam-asam lemak tidak jenuh yang tinggi dibanding daging sapi dan daging domba.
Oleh karena itu daging babi dan ayam lebih cepat mengalami ransiditas/ ketengikan
sehingga mempunyai masa simpan yang singkat (Judge et al., 1989).
Semakin kecil ukuran potongan daging semakin singkat masa simpannya.
Oleh karena itu daging cincang (minced) mempunyai masa simpan yang lebih singkat
dibanding potongan daging semur atau rawon. Jangan membiarkan daging yang telah
didinginkan pada temperatur ruang lebih dari 2 jam karena ketika temperatur naik
bakteri dapat membelah diri dengan sangat cepat. Lama simpan beberapa produk
dingin dan beku dapat dilihat pada Tabel. 1.1.
3
I.II.2. Pengawetan Daging dengan Suhu Beku
Jika daging disimpan pada suhu dingin aturlah suhu refrijerator antara 0° to 4°
dan jika di freeser aturlah suhu -18° atau lebih rendah. Jika daging beku ingin diolah
lebih lanjut, thawing/ cairkan terlebih dahulu. Dianjurkan untuk tidak membekukan
ulang daging yang telah di thawing. Adapun cara-cara thawing antara lain: biarkan
daging semalam di refrijerator dengan suhu dibawah 5 0C. Daging giling dan daging
ayam yang telah di thawing di refrijerator dapat digunakan sampai 2 hari kemudian.
Untuk daging merah (pork, beef dan mutton) dapat digunakan 3- 5 hari kemudian.
Thawing juga dapat dilakukan dengan memanaskan daging beku pada
mikrowave,atau celupkan pada air dingin dengan keadaan daging masih dikemas
kemudian ganti air setiap 30 menit. Jika thawing dilakukan dengan ke-2 cara terakhir
ini maka daging harus segera diolah lebih lanjut. Jangan melakukan thawing pada
suhu kamar .
Tabel.1.1. Lama Simpan Beberapa Bahan Makanan pada Suhu Dingin dan Beku
4
Pada penyimpanan beku biasanya terbentuk kristal-kristal es di dalam daging.
Jika penurunan temperatur terlalu lambat banyak kristal-kristal es yang terbentuk
dalam daging. Hal ini akan memecahkan serabut-serabut otot sehingga pada saat
daging dithawing untuk dijual akan terbentuk drip yang menyebabkan kehilangan
berat dan flavor.
5
thaw rigor. Hal ini dapat dihindarkan jika waktu dan penyimpanan temperatur beku
telah cukup untuk menurunkan aras ATP otot sebelum penyegaran kembali.
Kekakuan terjadi kerana meningkatnya aktivitas ATP-ase aktomiosin pada saat
penyegaran kembali yang menyebabkan pemecahan ATP yang sangat cepat.
Sehingga terjadi pemendekan atau kekakuan otot dan memperbesar eksudasi drip.
I.II.2.b. Perubahan keempukan, jus daging, warna dan flavor daging beku
Pembekuan cepat cendrung meningkatkan keempukan daging karena struktur
jaringan mengalami perubahan, seperti denaturasi protein. Keempukan dan jus
daging akan berkurang bila terjadi desikasi, terutama pada daging beku yang tanpa
proteksi/pengepakan dengan dengan baik. pH ultimat yang tinggi akan meningkatkan
keempukan tetapi mengurangi warna dan flavor (Lawrie, 1975).
Kerusakan protein cendrung menurunkan jus daging. Hilangnya cairan pada
saat penyegaran kembali sebagai drip menunjukan penurunan daya ikat air daging,
sehingga mempengaruhi jus daging masak. Diskolorasi daging beku dapat terjadi
karena evaporasi cairan dari permukaan daging dan dehidrasi permukaan daging serta
aktivitas mikroorganisme. Bila sebelum pembekuan, daging mengandung organisme
dalam jumlah banyak sedang proses pendinginan berlangsung lambat, maka
pertumbuhan mikroorganisme akan meningkat. Perkembangan mikroorganisme ini
berakibat menurunnya kualitas daging, termasuk penyimpangan flavor dan warna.
6
Auto-oksidasi lemak tergantung pada ada tidaknya oksigen dan kontak daging
dengan oksigen. Akibatnya akan terjadi penyimpangan flavor dan dalam keadaan
ekstrim berakibat penurunan nurtisi daging.
Auto-oksidasi adalah reaksi kimia yang menyebabkan ransiditas oksidatif
lemak, yang menghasilkan aldehid, asam-asam keton sehingga timbul bau dan flavor
tengik oleh adanya aldehid. Lemak jenuh poli lebih mudah mengalami auto-oksidasi
dibanding lemak jenuh mono. Asam-asam lemak jenuh adalah asam yang paling
tahan terhadap auto-oksidasi dan perkembngan ransiditas. Trigeliserida mengandung
asam-asam lemak tidak jenuh poli, sehingga muda mengalami auto-oksidasi.
Fosfolipida mengandung asam-asam lemak tidak jenuh yang lebih stabil terhadap
autoksidasi.
7
Thawing pada temperatur kamar atau dengan air hangat berlangsung lebih
cepat, tetapi dapat meningkatkan kesempatan pertumbuhan mokroorganisme setelah
mencapai suhu 00C. Jadi daging atau daging proses beku sebaiknya tidak disegarkan
sebelum siap untuk dimasak atau diuji lebih lanjut, sehingga harus diperhatikan suhu
daging atau lama daging beku disegarkan kembali. Makin lama kondisi penyegaran
kembali maka akan makin tidak baik bila dibekukan klembali karena kontaminasi dan
perkembangan mokroorganisme akan sangat meningkat jumlahnya.
8
I. II.4. Pengawetan Daging dengan Pengeringan
Tujuan pengawetan daging dengan cara pengeringan adalah untuk
mengurangi aktivitas air (aw) daging sampai pada level dimana pertumbuhan
mikroorganisma dapat dihambat. Umumnya daging yang diawetkan dengan metode
ini mempunyai kandungan air 2 – 5% bahkan ada yang kurang dari 2%.
Ada beberapa metode pengeringan yaitu dengan penjemuran (menggunakan
sinar matahari) pengeringan buatan (menggunakan alat pengering) dan pengeringan
secara pembekuan (freeze drying). Pada pembuatan dendeng dan daging lalolak
(daging kering khas Timor) biasanya daging dijemur dibawah sinar matahari.
Keuntungannya dari pengeringan cara ini adalah tidak memerlukan biaya yang terlalu
mahal. Sedangkan kekurangannya adalah waktu pengeringan memerlukan waktu
yang lama karena kelembaban dan kecepatan aliran udara tidak dapat dikontrol,
kecepatan pengeringan dari daging tidak seragam, sanitasi tidak dapat dijaga sehingga
mutu daging bisa rendah. Kekurangan lainnya adalah bahwa pengeringan dengan
mengunakan sinar matahari sangat tergantung pada cuaca.
Pengeringan buatan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu pengeringan adiabatik
dan pengeringan isothermik. Pada pengeringan abadiabatik panas dibawa oleh ke alat
pengeringan oleh udara panas yang akan mengalir pada daging yang akan
dikeringkan dan mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh bahan. Sedangkan pada
pengeringan isothermik bahan yang akan dikeringkan langsung berhubungan dengan
pelat logam yang panas.
Pada pengeringan secara beku (freeze drying) daging pertama-tama dibekukan
kemudian es dikeluarkan secara sublimasi ( perubahan langsung es padat ke bentuk
uap tanpa melalui pencairan). Daging yang dimasak terlebih dahulu kemudian di
freeze drying lebih stabil dan lebih tahan lama dibanding daging segar yang langsung
di freeze drying (Muchtadi, 1989).
9
pengeringan ataupun pengasapan. Selama proses penggaraman berlangsung terjadi
penetrasi garam kedalam bahan pangan dan keluarnya cairan dari bahan pangan
tersebut karena adanya perbedaan konsentrasi. Cairan tersebut dengan cepat
melarutkan kristal garam atau mengencerkan larutan garam. Bersamaan dengan
keluarnya cairan dari bahan pangan, partikel garam memasuki bahan pangan tersebut.
Lama kelamaan kecepatan proses pertukaran garam dan cairan tersebut semakin
lambat dengan menurunnya konsentrasi garam didalam bahan pangan, bahkan
akhirnya pertukaran garam dan cairan tersebut berhenti sama sekali setelah terjadi
keseimbangan antara konsentrasi garam didalam bahan pangan dengan konsentrasi
garam diluar bahan pangan tersebut. Pada saat itulah terjadi pengentalan cairan pada
bahan pangan yang masih tersisa dan penggumpalan protein (denaturasi) serta
pengerutan sel-sel bahan pangan sehingga sifat fisik bahan tersebut berubah.
Pada saat garam menyerap cairan bahan pangan, proses metabolisme bakteri
terganggu karena kekurangan cairan bahkan akhirnya mematikan bakteri. Pada saat
yang bersamaan garam juga menyerap cairan tubuh bakteri sehingga bakteri akan
mengalami kekeringan dan akhirnya mati.
Bahan preservatif kimia lebih bersifat bakteriostatik atau fungistatik, dan
bukan bakterisidal atau fungsidal. Preservatif kimia tidak mengawetkan bahan
makanan, tetapi berfungsi untuk menghambat atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk yang potensial. Jumlah dosis pemakaian bahan
preservatif sangat dibatasi hingga pada level yang aman bagi manusia atau konsumen.
Beberapa bahan preservatif yang sering digunakan dalam jumlah atau dosis
yang dizinkan adalah nitrit, asam askrobat, antibiotik tertentu seperti tetrasiklin, gula,
sulfur dioksida, asam propionat, asam benzoat dan lainnya.
10
memperpanjang masa simpan produk daging. Proses daging yang diproses dengan
curing disebut daging cured atau daging peram. Bahan-bahan curing yang
digunakan antara lain:
I.II.5.b. Garam
Garam merupakan konstituen campuran bahan curing yang paling penting.
Fungsi garam yaitu sebagai: 1). Pengawet dan penghambat pertumbuhan
mikroorganisme, (2). Penambah aroma dan cita rasa atau flavor. Garam juga
meningkatkan tekanan osmotik meduim atau bahan makanan yang juga
direfleksikan dengan rendahnya aktivitas air. Sejumlah bakteri dapat terhambat
pertumbuhan dengan konsentrasi garam sekitar 2%.
Bakteri yang mampu hidup pada medium yang mengandung garam disebut
bakteri halofilik (bakteri yang suka dengan garam), misalnya Microccocus dan
Bacillus. Penetrasi larutan garam ke dalam daging selama curing dipengaruhi oleh:
(a). Konsentrasi garam dalam larutan serta lama berkontak dengan daging, (b).
Struktur mikroskopik otot, dan (c). Temperatur. Penambahan temperatur dapat
meningkatkan penetrasi alrutan garam, namun penanganan yang higienis harus
dilaksanakan sebaik mungkin untuk mnecegah perkembangan bakteri pembusuk
karena peningkatan temperatur curing tersebut.
11
perkembangan warna yang stabil, nitrit harus dierduksi menjadi nitritoksida dan
dapat dipercepat dengan adanya reduktan. Reduktan yang banyak dipergunakan
adalah garam sodium asam askorbat (vitamin C) atau isomernya atau isoaskorbat
(eritrobat).
Reaksi selama perkembangan warna daging proses hingga tercapainya warna
yang stabil adalah sebagai berikut:
organisme
(1) Nitrat -------------------------------------- nitrit
Pereduksi nitrat
Kondisi yang menguntungkan
(2) Nitrit --------------------------------------------- NO + H20
Tanpa sinar dan udara (nitrit oksida)
kondisi
(3) N0 + Mb -------------------------------------- N0MMb (Nitrat oksida
(mioglobin) menguntungkan metmioglobin)
kondisi
(4) N0 MMb ----------------------------------- N0Mb (nitrat oksida
menguntungkan mioglobin, merah)
12
Pengaruh bakteriostatik nitrit tergantung dari nilai pH meduim yang
berhubungan dengan asam nitrus. Dalam larutan garam, nitrit meningkatkan asam
nitrus, kemudian menjadi nitrit oksida.
Peranan nitrit yang berhubungan dengan flavor daging proses bersiafat
sebagai antioksidan. Nitrit akan menghambat oksidai lemak. Tanpa nitrit, dapat
terjadi oksidasi lemak yang akan membentuk senyawa karbonil dan mengahsilkan
ransiditas.
Nitrit dapat menghambat oksidasi lemak daging melalui 3 (tiga) kemungkinan
mekanisme, yaitu:
(1) Pembentukan kompleks yang kuat dengan pigmen heme, sehingga membebas
ion Ferus yang berfungsi sebagai katalis stadium propagasi dari oksidasi
lemak,
(2) Stabilisasi lemak tidak jenuh dalam membran dan
(3) Melayani pengikatan ion-ion logam seperti ferus, sehingga menyebabkan
tidak terjadinya ion-ion logam untuk mengkatalis reaksi oksidasi lemak.
13
Jenis nitrit yang lasim digunakan untuk produk daging adalah
Kalium/potasium nitrat/nitrit (KNO3/ KNO2), Natrium/Sodium nitrat/nitrit
(NaNO3/NaNO2). Level penggunaan KNO3 / saltpeter adalah 500 mg/kg daging.
Saltpeter ini yang umumnya digunakan dalam pembuatan daging se’i.. Residu nitrit
yang diperbolehkan pada produk daging olahan adalah 200 ppm Menkes RI (Anonim,
1988).
14
Selain pengaruh yang menguntungkan, asam askorbat dapat mempercepat
oksidasi lemak, terutama jika lemak produk mengandung tokoferol yang rendah, atau
jika tidak terdapat antioksidan yang lain. Namun, asam askorbat akan menghambat
oksidasi lemak bila ada pirofosfat (agensia pencelat logam).
I.II.5.e. Gula
Fungsi utama gula dalam curing adalah untuk memodifikasi rasa dan
menurunkan kadar air yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Konsentrasi gula yang tinggi dapat berfungsi sebagai preservatif, misalnya pada sosis
fermentasi, karena terbentuknya asam laktat sehingga pH produk menurun dan
produk menjadi agak kering selama pematangan. Akibatnya konsentrasi garam di
dalam produk menjadi tinggi, sehingga akan meningkatkan stabilitas dan masa
simpan.
I. III. PENUTUP
I. III.1. Rangkuman
Pengawetan daging adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
memperpanjang masa simpan daging segar maupun daging yang telah diolah dengan
cara menekan pertumbuhan mikroorganisma dan menonaktifkan ensim-ensim pada
daging. Prinsip dari pengawetan suhu dingin adalah pengambilan / pemindahan panas
dari bahan pangan tersebut ke bahan lainnya sehingga suhu pada bahan pangan
tersebut selalu lebih rendah daripada suhu di luarnya. Tujuan pengawetan dengan
suhu panas adalah untuk membunuh mikroorganisme yang dapat merusak dan
meracuni daging segar dan daging olahan dan menonaktifkan ensim-ensim yang
dapat melisis nutrisi daging. Tujuan pengawetan daging dengan cara pengeringan
adalah untuk mengurangi aktivitas air ( aw) daging sampai pada level dimana
pertumbuhan mikroorganisma dapat dihambat. Pengawetan adalah dengan
menggunakan beberapa bahan seperti garam, nitrat/nitrit, asam askorbat dan gula.
15
I. III.2. Latihan
Langkah – langkah apa saja yang dilakukan jika saudara ingin mengolah
daging yang telah dibekukan?
16
d. Bakteri yang mampu hidup pada medium asam maupun basa
Sekarang, cocokkan jawaban anda dengan jawaban tes mandiri yang ada di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan
rumus yang ada berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda mempelajari
materi modul satu ini.
17
maka anda harus mengulangi mempelajari modul ini terutama pada bagian yang anda
belum dikuasai.
DAFTAR PUSTAKA
Agri-Food and Veterinary (AVA). 2004. How long can we keep our food?.
http://www.dorangecooked.htm.diakses 2 Mei 2004
Ledger, H.P. 1990. Meat and carcass by-products. Pp. 790-833. In: W.J.A. Payne
(Eds), An Introduction to Animal Husbandry in the Tropics. 4th . Longman
Scientific and Technical - New York.
Murtidjo, B.A. 2003b. Pemotongan dan Penanganan Daging Ayam. Edisi I Kanisius-
Yogyakarta
Soeparno, 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
18
19