Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN

KLASIFIKASI, KARAKTERISTIK BELAJAR, SOCIAL DAN


KOGNITIF ANAK TUNAGRAHITA

Prespektif Anak Tunaghrita


Yang Dibina Oleh : Dr. Jon Efendi. M.Pd

AFRINAYANTI
20003002

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
T.A 2020/2021
KLASIFIKASI, KARAKTERISTIK BELAJAR, SOCIAL DAN
KOGNITIF ANAK TUNAGRAHITA

1. Klasifikasi anak tunagrahita


a. Menurut AAMD dan PP No 72 Tahun 1991
1) Tunagrahita ringan
Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi
sosialnya terhambat, namun mereka mempuyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang
pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan bekerja.
2) Tunagrahita sedang
Mereka yang termasuk dalam kelompok tunagrahita sedang memiliki kemampuan
intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar
ketrampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat “ tanggung
jawab sosial”, dan mencapai penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.
3) Tunagrahita berat dan sangat berat
Anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki
kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi dan bekrja.

b. Menurt tingkat IQ
Berdasarkan ukuran tingkat intelegensinya Grosman dengan menggunakan sistem skala
Binet membagi ketunagrahitaan dalam klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 2.1 : Klasifikasi Ketunagrahitaan Tingkat IQ TERM IQ RANGE FOR LEVEL Mild
Mental Retardation Moderate Mental Retardation Servere Mental Retardation Profounnd
Mental Retardation Unspecified 50-55 to Aporox, 70 35-40 to 50-55 20-25 to 35-40 Below
20 0r 25

c. Menurut tipe klinis


Ada anak tunagrahita yang disamping ketunagrahitanya juga memiliki kelaianan-kelainan
jasmaniah. Tipe ini dikenal dengan tipe Klinis, diantaranya:
1) Down Syndrom (dahulu disebut mongoloid)
Anak tunagrahita jenis ini disebut demikian karena raut mukannya seolah-olah
menyerupai orang mongol dengan ciri-ciri: bermata sipit dan miring; lidah tebal dan
berbelah; biasanya suka menjulur ke luar; telinga kecil; tangan kering; makin dewasa
kulitnya semakin kasar; kebanyakan mempunyai susunan gigi geligi yang kurang
baiksehingga berpengaruh pada pencernaan; dan lingkar tengkoraknya biasanya kecil.
2) Kretin
Dalam bahas Indonesia disebut kate atau cebol. Ciri-cirinya: badan gemuk dan
pendek; kaki dan tangan pendek dan bengkok; badan dingin; kulit kering, tebal dan keriput;
rambut kering; lidah dan bibir tebal; kelopak mata; telapak tangan; dan kuduk tebal;
pertumbuhan gigi terlambat; serta hidung lebar.
3) Hydrocypal
Anak ini memiliki ciri-ciri: kepala besar; raut muka kecil; tengkoraknya ada yang
membesar ada yang tidak; pandangan dan pendengaran tidak sempurna; mata kadang-kadang
juling.
4) Microcephal,
Macrocephal, Brahicephal, dan Scaphocepal Keempat istilah tersebut menunjukkan
bentuk dan ukuran kepala. Seorang dengan tipe Microcephal memiliki ukuran kepala yang
kecil. Kebanyakan dari mereka menyandang tunagrahita yang berat atau sedang. Namun
penderita Macrocephal kebanyakan tidak menyusahkan orang, dengan ukuran kepala besar.
Sedangkan penderita Brahicephal memili ukuran kepala yang panjang, dan Scaphocepal
memiliki ukuran kepala yang lebar.
d. Menurut Loe Kanner
Loe Kanner membedakan anak tunagrahita atas tiga golongan yaitu:
1). Absolute Mentally Retarded (tunagrahita absolute)
Yaitu seorang anak tunagrahita dimanapu ia berada. Maksudnya anak tersebut benar-
benr tunagrahita baik kalau ia tinggal dipedesaan mupun diperkotaan; di masyarakat
pertanian maupun industri; di lingkungan keluarga, sekolah dan temat pekerjaan.
2). Relative Mentally Retarded (tunagrahita relatif)
Yaitu tunagrahita dalam masyarakat tertentu saja. Misalnya di sekolah ia termasuk
tunagrahita tetapi di keluarga ia tidak termasuk tunagrahita.
3). Pseoud Mentally Retarded (tunagrahita semu)
Yaitu anak yang menunjukkan perfomence (penampilan) sebagai penyandang
tunagrahita tetapi sesungguhnya ia mempunyai kapasitas kemampuan yang normal. 6
Pengklasifikasian bagi anak yang menyandang tunagrahita, dengan maksud memudahkan
guru dalam menggunakan strategi pembelajaran didalam kelas, sehingga memperlancar
jalanya proses pembelajaran.

2. Karakteristik belajar anak tunagrahita


Anak tunagrahita sangat memerlukan pendidikan serta layanan khusus yang berbeda
dengan anak-anak pada umumnya. Ada beberapa pendidikan dan layanan khusus yang
disediakan untuk anak tunagrahita, yaitu:
1. Kelas Transisi
Kelas ini diperuntukkan bagi anak yang memerlukan layanan khusus termasuk anak
tunagrahita. Kelas transisi sedapat mungkin berada disekolah reguler, sehingga pada saat
tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan
dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi sesuai kebutuhan
anak.
2. Sekolah Khusus (Sekolah Luar Biasa bagian C dan C1/SLB-C,C1)
Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita model ini diberikan pada Sekolah Luar
Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing/pengajar guru khusus dan
teman sekelas yang dianggap sama keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar
sepanjang hari penuh di kelas khusus. Untuk anak tunagrahita ringan dapat bersekolah di
SLB-C, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat bersekolah di SLB-C1.
3. Pendidikan Terpadu
Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah reguler. Anak
tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di kelas yang sama dengan bimbingan
guru reguler. Untuk matapelajaran tertentu, jika anak mempunyai kesulitan, anak tunagrahita
akan mendapat bimbingan/remedial dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB
terdekat, pada ruang khusus atau ruang sumber. Biasanya anak yang belajar di sekolah
terpadu adalah anak yang tergolong tunagrahita ringan, yang termasuk kedalam kategori
borderline yang biasanya mempunyai kesulitan-kesulitan dalam belajar (Learning
Difficulties) atau disebut dengan lamban belajar (Slow Learner).
4. Program Sekolah di Rumah
Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu mengkuti
pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya: sakit. Proram dilaksanakan
di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas
kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat.
5. Pendidikan Inklusif
Sejalan dengan perkembangan layaan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus,
terdapat kecenderungan baru yaitu model Pendidikan Inklusif. Model ini menekankan pada
keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi anak dengan prinsip ³Education for All¥.
Layanan pendidikan inklusif diselenggarakan pada sekolah reguler. Anak tunagrahita belajar
bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas dan guru/pembimbing yang sama. Pada kelas
inklusi, siswa dibimbing oleh 2 (dua) orang guru, satu guru reguler dan satu lagu guru
khusus. Guna guru khusus untuk memberikan bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak
tersenut mempunyai kesulitan di dalam kelas. Semua anak diberlakukan dan mempunyai hak
serta kewajiban yang sama. Tapi saat ini pelayanan pendidikan inklusif masih dalam tahap
rintisan.
6. Panti (Griya) Rehabilitasi
Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang mempunyai
kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya memiliki kelainan ganda seperti
penglihatan, pendengaran, atau motorik. Program di panti lebih terfokus pada perawatan.
Pengembangan dalam panti ini terbatas dalam hal :
a. Pengenalan diri
b. Sensorimotor dan persepsi
c. Motorik kasar dan ambulasi (pindah dari satu temapt ke tempat lain)
d. Kemampuan berbahasa dan dan komunikasi
e. Bina diri dan kemampuan sosial

3. karakteristik Social dan kognitif anak hambatan kecerdasan


Klasifikasi pada Tunagrahita dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan tingkatan IQ anak,
yaitu mild, moderate, severe,  dan profound.
1. Mild (Rentang IQ 55-70)
Karakteristik anak pada kategori ini mengalami perkembangan fisik yang agak lambat
dibandingkan dengan rata-rata anak seusianya. Mereka juga kesulitan untuk
menyelesaikan tugas-tugas akademik di sekolah. Namun mereka dapat melakukan
keterampilan praktis dan rumah tangga sehingga kelak dapat hidup secara mandiri.
2. Moderate (Rentang IQ 40-55)
Dilihat dari perkembangan bahasanya, anak memiliki kemampuan komunikasi yang
sederhana bahkan hanya komunikasi untuk menyampaikan kebutuhan dasar seperti makan,
mandi, dan minum. Penampilan fisiknya juga menunjukkan kelainan sebagai gejala
bawaan. Meskipun begitu, mereka masih dapat dididik untuk mengurus dirinya sendiri
meskipun membutuhkan proses yang cukup lama.
3. Severe (Rentang IQ 25-40)
Pada rentang ini, anak tidak mampu untuk mengurus dirinya sendiri maupun
melakukan tugas-tugas sederhana. Anak dengan Tunagrahita memiliki gangguan bicara
dan kelainan fisik yang dapat dilihat pada bagian lidah serta ukuran kepala yang lebih
besar dari ukuran kepala normal. Secara keseluruhan, kondisi fisik mereka lemah karena
mengalami gangguan fisik motorik yang cukup berat.
4. Profound (Rentang IQ di bawah 25)
Pada kategori terberat ini, anak menunjukkan kelainan fisik dan intelegensi dalam
bentuk ukuran kepala yang membesar seperti hyrdrochephalus dan mongolism. Mereka
juga membutuhkan pelayanan medis yang intensif karena kemampuan beradaptasi yang
sangat kurang. Terlebih lagi, mereka tidak dapat melakukan kegiatan tanpa bantuan orang
lain.

4. Karakteristik Social anak hambatan kecerdasan


karakteristik sosial yang dimiliki setiap anak terdapat perbedaan.,Namun berikut beberapa
karakteristik sosial secara umum yang biasanya di tunjukan anak tunagrahita:
a) Tidak dapat memimpin dirinya
b) Kurang pertimbangan/kontrol diri
c) Kurang dinamis
d) Mudah dipengaruhi
e) Suka menyendiri
f) Kurangnya perhatian
g) Terhambat dalam pertumbuhan dan perkembangan

5. Karakteristik kognitif anak hambatan kecerdasan


Keterbatasan mental tunagrahita juga berakibat pada kemampuan kognitif.
Kemampuan itu masih bisa dioptimalkan jika diberikan intervensi khusus. Eldevik, et.al.
(2010) menemukan bahwa intervensi khusus pada siswa yang kecerdasan rendah dapat
bermanfaat. Intervensi khusus ini terkait taraf usia mental yang dicapai lebih rendah dengan
rerata siswa umumnya. Hal itu dalam pembelajaran lebih tepat dengan strategi pembelajaran
melalui benda konkrit dan situasi pembelajaran yang menyenangkan.
Aktivitas pada saat keterampilan budidaya hortikultura dapat digunakan sebagai
sarana mengoptimalkan kognitifnya, seperti hasil penelitian Wakiman, (1998: 212) yang
menyebutkan suasana kelas yang menyenangkan dapat menimbulkan minat belajar.
Diharapkan dengan kegiatan keterampilan budidaya hortikultura sesuai tingkat
perkembangan anak akan mampu menggairahkan suasana belajar dan mengoptimalkan
kognitif tunagrahita. Hal itu ditandaskan oleh Hallahan & Kauffman (2003: 131) bahwa
anak-anak yang kategori retardasi mental/tunagrahita diajarkan akademik untuk kemandirian
yang disebut dengan akademik fungsional.
DAFTAR PUSTAKA
Awalia ,Hikmah Risqi, Siti Mahmudah. 2016. Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak
Tunagrahita Ringan. Jurnal Pendidikan Khusus. 1-16.

Batubara, Samin,Atina Wafiroh. 2018. Bimbingan Dan Pengembangan Kepribadian Anak


Tungrahita Di Sekolah Luar Biasa (SLB) . of jurnal JIGC. 2 (2). 164-178.
https://media.neliti.com/media/publications/270102-upaya-bimbingan-dan-pengembangan-
kepriba-377b646a.pdf

Ning Suryania ,Mumpuniartia. 2018 . Kekuatan Kognitif Siswa Tunagrahita Ringan Terhadap
Kegiatan Pembelajaran Keterampilan Budidaya Hortikultura . of Jurnal Ilmu Pendidikan,
Keguruan, Dan Pembelajaran.2 (2). 101 - 109.

Novita Yosiani. (2014). Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita Dengan Pola Tata Ruang Belajar Di
Sekolah Luar Biasa. E-Journal Graduate Unpar. Vol. 1, 2.
https://media.neliti.com/media/publications/184034-ID-relasi-karakteristik-anak-
tunagrahita-de.pdf

Anda mungkin juga menyukai