Anda di halaman 1dari 27

Tinjauan Pustaka

KELAINAN VISUS PADA KEHAMILAN

Oleh:
Muhammad Syauqi Abid Muslim, S.Ked
NIM. 1930912310096

Pembimbing:
Dr. dr. Muhammad Ali Faisal, M.Sc, Sp.M

DEPARTEMEN/KSM ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Agustus, 2021

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perubahan Fisiologis dalam Kehamilan …………………. 3

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Visual …………………… 4

C. Kelainan Visus pada Kehamilan ………………………… 8

BAB III KESIMPULAN........................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 22

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Perubahan Anatomi & Fisiologi selama Kehamilan ……………… 4

2.2 Anatomi Orbita................................................................................. 5

2.3 Anatomi Occuli................................................................................. 6

2.4 Jaras Visual...................................................................................... 8

2.5 Perubahan Kornea selama Masa Kehamilan …………………………… 11

2.6 Krukenberg’s Spindle …………………………………………….. 12

2.7 Perbandingan Mata Normal & Retinopati Diabetikum …………… 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan adalah kondisi dimana organ reproduksi wanita mengandung

individu baru (janin). Kehamilan merupakan proses yang dimulai dari tahap

konsepsi sampai lahirnya janin. Saat masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik

dan hormon yang sangat berubah drastis pada wanita.1,2 Selama kehamilan

sejumlah besar wanita mengalami perubahan fisiologis pada seluruh tubuh

misalnya pada sistem reproduksi, sistem kardiovaskular, sistem respirasi, sistem

urinari, sistem digestif, sistem imunologi, metabolisme, hematologi, perubahan

sistemik terkait hormonal, dan mata. Perubahan fisiologis pada masa kehamilan

ini bertujuan untuk melindungi janin, mendukung perkembangan, dan juga

mempersiapkan ibu untuk melahirkan.3

Kehamilan sering dikaitkan dengan perubahan okular (mata) yang dapat

terjadi bersifat sementara, tetapi juga bisa permanen. Hal ini berhubungan dengan

perkembangan dari kondisi-kondisi okular yang baru, ataupun kondisi okular yang

sudah ada sebelum kehamilan. Efek okular pada kehamilan dapat dibagi menjadi

perubahan fisiologis, kondisi patologis atau modifikasi dari kondisi yang sudah

ada. Beberapa perubahan okuler selama kehamilan antara lain perubahan visus

dan kelainan refraksi, perubahan kondisi kornea (sensibilitas kornea,

kelengkungan kornea dan kekuatan refraksi kornea), tekanan intraokuler (TIO)

mata, mata kering (dry eye), dan korioretinopati serosa sentral (CSCR).4

1
Perubahan fisiologis seperti perubahan status refraksi, perubahan kornea dan

penurunan tekanan intraokuler (TIO) akan membaik setelah persalinan. Sementara

itu beberapa penyakit seperti retinitis pigmentosa dan neuritis optik akan remisi

atau relaps selama kehamilan. Kondisi retinopati diabetik dan central serous

chorioretinopathy (CSCR) akan memburuk selama kehamilan. Perubahan di mata

selama kehamilan dapat terjadi karena efek fisiologis kehamilan akibat perubahan

hormonal, efek patologis atau kombinasi keduanya. Selama proses kehamilan

terjadi perubahan pada hormon-hormon di dalam tubuh seperti estrogen dan

progesteron yang berefek terhadap fungsi fisiologis tersebut.5,6

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perubahan Fisiologis dalam Kehamilan

Kehamilan menyebabkan perubahan besar pada semua sistem tubuh.

Perubahan fisiologis pada masa kehamilan ini bertujuan untuk melindungi janin,

mendukung perkembangan, dan juga mempersiapkan ibu untuk melahirkan.

Selama kehamilan sejumlah besar wanita mengalami perubahan fisiologis pada

seluruh tubuh misalnya pada sistem reproduksi, sistem kardiovaskular, sistem

respirasi, sistem urinari, sistem digestif, sistem imunologi, metabolisme,

hematologik, perubahan sistemik terkait hormonal, dan mata.1,3 Kehamilan sering

dikaitkan dengan perubahan okular (mata) yang dapat terjadi bersifat sementara,

tetapi juga bisa permanen. Hal ini berhubungan dengan perkembangan dari

kondisi-kondisi okular yang baru, ataupun kondisi okular yang sudah ada sebelum

kehamilan.4,5,6

3
Gambar 2.1. Perubahan Anatomi & Fisiologi selama Kehamilan

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Visual

1. Anatomi

Mata terlindungi dengan adanya dinding orbita pada os. cranium. Dinding

orbita dibentuk oleh tujuh tulang (os frontale, os ethmoidale, os lacrimale, os

palatinum, maxilla, os sphenoidale, dan os zygomaticum). Di bagian luar, proteksi

mata terhadap benda asing dilakukan oleh palpebra (kelopak mata). Rata-rata

mata manusia berkedip 20 hingga 30 kali per menit. Gerak masing-masing

kelopak mata menyebarkan air mata menyeberangi permukaan mata. Iritasi

mekanis (misalnya aliran udara yang mendadak, partikel debu, dan serangga)

4
dapat mengaktifkan refleks berkedip (reflex corneal) yang bertujuan untuk

melindungi permukaan mata.7

Gambar 2.2. Anatomi Orbita

Bulbus occuli (bola mata) terdiri dari 3 tunica (lapian) dari luar ke dalam,

yaitu tunica fibrosa, tunica vasculosa, dan tunica nervosa.9

A. Tunica Fibrosa

Tunica fibrosa terdiri dari sklera dan kornea.

1) Sklera, berwarna opak (putih) yang tersusun dari jaringan fibrosa padat dan

berwarna putih. Di posterior, sklera tembus oleh nervus opticus dan menyatu

dengan lapisan udara. Sklera berlanjut di depan dengan kornea pada limbus

cornea.

2) kornea, berwarna transparan yang berperan untuk refraksi cahaya yang masuk

ke mata. Fungsi kornea adalah sebagai medium refraksi mata yang terpenting.

5
B. Tunica Vasculosa

Tunica vasculosa terdiri dari koroid, korpus siliaris, dan iris.

1) Koroid, merupakan lapisan luar berpigmen dan lapisan dalam yang kaya

pembuluh darah.

2) Korpus siliaris

3) Iris dan pupil, merupakan tabung tipis, kontraktil, berpigmen, dengan lubang

ditengahnya (pupil). Iris terdiri dari 2 otot yaitu musculus sphincter pupillae

dan musculus dilator pupillae.

C. Tunica Nervosa

Tunica nervosa terdiri atas retina yang memiliki komponen sel

fotoreseptor.

6
Gambar 2.3 Anatomi Occuli

2. Fisiologi

Agar dapat melihat, mata harus menangkap pola pencahayaan di

lingkungan dengan kemampuan refraktif mata menggunakan kornea dan lensa.

Bayangan optik akan dihasilkan dan menuju suatu lapisan sel peka sinar yitu

retina pada fotoreseptor. Fotoreseptor kemudiaan mengubah energi cahaya

menjadi sinyal listrik untuk ditransmisikan ke SSP. Seperti kamera non-digital

menangkap bayangan pada film. Seperti film yang dapat diproses menjadi Salinan

visual dari bayangan asli, citra yang tersandi di retina disalurkan melalui

7
serangkaian tahap pemprosesan visual hingga akhirnya secara sadar dipersepsikan

sebagai kemiripan visual bayangan asli.1,9

Retina adalah reseptor permukaan untuk informasi visual. Mata menerima

rangsang sinar dan mengubahnya menjadi impuls saraf yang berjalan di sepanjang

lintasan visual yang terdiri atas retina, nervus optikus, khiasma optikum, traktus

optikus, dan radiasio optika; yang akhirnya akan mencapai korteks visual di lobus

oksipitalis sehingga timbul sensasi melihat.1,9,10

8
Gambar 2.4 Jaras Visual

C. Kelainan Visus pada Kehamilan

Visus dapat disebut juga sebagai tajam penglihatan merupakan sebuah

ukuran kuantitatif atau suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol

berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah

9
distandarisasikan serta ukuran symbol yang bervariasi. Visus 20/20 adalah suatu

bilangan yang menyatakan jarak dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat

membedakan sepasang benda (satuan lain dapat dinyatakan sebagai visus 6/6). 20

kaki dianggap sebagai tak terhingga dalam perspektif optikal. Untuk alasan

tersebut maka visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa nominal untuk jarak

pengelihatan manusia.

Penurunan visus adalah apabila tajam pengelihatan seseorang kurang dari 20/20

atau 6/6. Penurunan tajam pengelihatan dapat disebabkan oleh organik maupun

anorganik.9

Kelainan anorganik disebabkan oleh kelainan refraksi seperti:

1. Miopia (rabun jauh)

2. Hipermetropia (rabun dekat)

3. Presbiopia

4. Astigmatisme

Kelainan organik dapat disebabkan oleh:

1. Katarak

2. Glaukoma

3. Kelainan pada saraf mata

4. Kelainan pada media refraksi

Kondisi selama kehamilan dapat mengakibatkan perubahan di mata, yang

bersifat sementara dan kadang – kadang berubah menjadi permanen. Efek

kehamilan terhadap perubahan pada okuler dapat bersifat ringan sampai berat.

10
Pada kasus berat (tahap lanjut) jika terjadi komplikasi dan tidak ditangani dengan

cepat dan tepat dapat menyebabkan kebutaan. Perubahan di mata selama

kehamilan dapat disebabkan karena efek fisiologis kehamilan akibat perubahan

hormonal, efek patologis atau kombinasi keduanya. Selama proses kehamilan

terjadi perubahan hormon-hormon di dalam tubuh seperti estrogen dan

progesteron.5,6,11

1. Perubahan Fisiologis

a) Perubahan kelopak mata selama kehamilan

Perubahan kelopak mata selama kehamilan dapat berupa kloasma atau

melasma. Kloasma atau melasma merupakan keadaan peningkatan pigmentasi

yang terjadi secara khas di sekitar wajah (dahi, hidung, kelopak mata, pipi, dan

dagu). Gelap wajah selama kehamilan berkembang melalui peningkatan estrogen,

progesteron, dan hormon perangsang melanosit. Melasma selama kehamilan

merupakan kondisi yang tidak berbahaya dan dapat sembuh spontan setelah ibu

melahirkan.5,12

Perubahan pada kelopak mata selama kehamilan juga dapat berupa ptosis.

Ptosis diyakini berkembang sebagai akibat dari cairan dan efek hormonal pada

levator aponeurosis. Ptosis ini akan membaik setelah ibu melahirkan.5,6,7

b) Perubahan kornea selama kehamilan

Perubahan kornea selama kehamilan daapt berupa peningkatan

kelengkungan kornea dan ketebalan kornea. Ketebalan kornea akan sedikit

meningkat karena edem yang terjadi selama kehamilan edem kornea terjadi

11
karena retensi air di jaringan okuler akibat peningkatan hormon estrogen yang

bersifat retensi air. Hormon ini akan mereabsorbsi air dan menarik air sehingga

terjadi retensi air. Pada kondisi ini pasien mengeluh mata kabur. Sensitivitas

kornea selama kehamilan akan menurun dan menjadi normal setelah 8-9 minggu

postpartum.5,6,13

Gambar 2.5. Perubahan Kornea selama Masa Kehamilan

Dalam masa awal kehamilan dapat muncul gambaran krukenberg’s spindles

pada kornea. Hal ini terjadi akibat penurunan hormon progesterone Dalam masa

awal kehamilan. Krukenberg’s spindles merupakan pola yang terbentuk pada

permukaan dalam dari kornea oleh sel-sel iris berpigmen yang terlepas selama

gesekan mekanis lapisan pigmen posterior iris sebagai akibat dari aliran humor

12
aquous. Krukenberg spindle telah diamati pada kornea pada awal kehamilan, yang

biasanya cenderung mengecil selama trimester ketiga dan pascapersalinan.14

Gambar 2.6 Krukenberg’s Spindle

c) Perubahan glandula lakrimal selama kehamilan

Kehamilan juga dapat mempengaruhi fisiologi film air mata dan

menyebabkan mata kering (dry eye). Hal ini disebabkan oleh peningkatan reaksi

imunitas terhadap sel-sel duktus lakrimal dan penghancuran langsung sel asinar

lakrimal oleh prolaktin, mengubah faktor pertumbuhan beta-1 dan epidermal

faktor pertumbuhan kelenjar lakrimal, dan redistribusi limfosit dari periductal

sampai interaciner. Selain itu kondisi kehamilan yang diperparah dengan dehidrasi

akibat mual dan muntah berakibat terhadap berkurangnya cairan pada tubuh

ibu.5,6,7

d) Perubahan lensa selama kehamilan

e) Perubahan tekanan intraokular selama kehamilan

13
Pada kehamilan terjadi penurunan tekanan intraocular (TIO) pada

pertengahan kehamilan dan kondisi ini bertahan sampai beberapa bulan

postpartum. Penurunan TIO terjadi karena kenaikan aliran humor aquos melalui

beberapa jalur temasuk kenaikan aliran uveosklera akibat perubahan hormonal

dan penurunan tekanan vena episklera serta penurunan tekanan vena di extremitas

atas. Efek dari penurunan TIO selama masa kehamilan tersebut berpengaruh pada

perbaikan sementara kondisi glaucoma. Penurunan tekanan intraokuler selama

kehamilan diduga terjadi karena peningkatan aliran outflow (efek progesteron)

dan penurunan tahanan vaskuler perifer (efek estrogen). 5,6,7

2. Perubahan Patologis

Perubahan patologis terkait kehamilan dapat muncul sebagai penyakit sistemik

dengan komplikasi ocular dan kelainan ocular yang muncul dan meningkat saat

kehamilan. 5,6,

a) Penyakit sistemik dengan komplikasi ocular

1. Preeklamsia dan eklampsia

Preeklampsia didefinisikan sebagai trias tekanan darah sistemik lebih dari

140/90 mmHg, edema dan proteinuria setelah minggu ke-20 kehamilan. Dengan

penambahan kontraksi tanpa penyebab lain, kondisi ini disebut eklampsia.15

Gangguan penglihatan adalah kejadian umum pada kasus preklampsia dan

terlihat pada 25% wanita dengan pre-eklampsia dan 50% wanita dengan

eklampsia. Perubahan retinopati terkait preeklamsia memiliki manifestasi berupa

penglihatan kabur adalah keluhan yang paling sering pada pasien ini, namun,

14
fotopsia, skotoma, dan diplopia juga dapat terjadi. Edema retina, perdarahan, dan

eksudat, infark lapisan serat saraf dan perdarahan vitreus sekunder akibat

neovaskularisasi adalah perubahan lain yang diamati pada retinopati terkait

preeklamsia.5,6,7

Umumnya, setelah kehamilan selesai dan eklamsia teratasi, dengan

sendirinya cairan akan hilang dan lapisan saraf kembali normal. Tetapi tak

menutup kemungkinan pula kalau ketajaman penglihatan tidak kembali seperti

semula, bahkan ada beberapa kasus sudah mengalami kebutaan. Untuk

mengatasinya, biasanya tak ada penanganan khusus di bagian mata, Yang diatasi

adalah masalah eklamsianya. Ini merupakan jalan terbaik, selain untuk kesehatan

mata juga untuk kesehatan secara umum mengingat eklamsia berbahaya bagi ibu

maupun janin. Jika eklamsia tak ditangani dengan baik, bukan saja mengakibatkan

gangguan pada mata, melainkan juga jantung, metabolisme tubuh, sistem

hormonal, bahkan kelainan pada pertumbuhan janin.5,6,7

2. Occlusive vascular disorders (Gangguan vaskular oklusif)

3. Sheehan syndrome (apoplexy hipofisis)

Idiopathic intracranial hypertension adalah penyakit yang diketahui tidak

terkait dengan etiologi peningkatan tekanan intracranial. Selama kehamilan,

hipertensi intrakranial idiopatik diketahui berkembang dengan bertambahnya berat

badan. Kondisi ini terjadi dengan obesitas dan ditandai oleh peningkatan tekanan

intrakranial yang tidak diketahui penyebabnya. Sakit kepala adalah gejala yang

paling umum, dan dapat disertai dengan mual dan muntah. Temuan mata

termasuk penglihatan kabur, skotoma, fotopsia, diplopia dan nyeri retrobulbar.

15
Edema papiler tampak jelas selama pemeriksaan fundus. Menjaga agar kenaikan

berat badan tetap terkendali ditekankan dalam pengobatan.5,6

4. Grave’s disease

Penyakit Graves adalah penyebab paling umum dari hipertiroidisme pada

kehamilan. Ini adalah penyebab penting proptosis unilateral dan bilateral.

Penyakit Graves cenderung memburuk pada trimester pertama, mereda pada

trimester kedua dan ketiga, dan kambuh pascapersalinan. 5,6

Kasus ringan dapat dipantau, tetapi kasus sedang hingga berat harus diobati

dengan obat antitiroid. Propylthiouracil adalah obat pilihan pada wanita hamil. 5,6

5. Pituitary tumor

Ibu hamil dengan kondisi tumor hipofisis yang sudah ada sebelum

kehamilan, dapat mengalami pertumbuhan tumor yang lebih cepat. Efek

angiogenetik estrogen juga berperan dalam percepatan pertumbuhan tumor selama

kehamilan. Dalam kasus yang jarang terjadi dimana pertumbuhan nyata terjadi

intrapartum, pasien mungkin menunjukkan gejala lesi yang menempati ruang

intrakranial serta neuropati traktus optikus/chiasma kompresif. Penurunan

ketajaman visual, perubahan bidang visual sebagian besar cacat bitemporal, dan

diplopia adalah gejala yang paling umum pada pertumbuhan hipofisis adenoma. 5,6

Pada pasien dengan adenoma yang diketahui, pemeriksaan oftalmologi

bulanan dan pemantauan lapang pandang diperlukan untuk memantau

pertumbuhan tumor. 5,6

16
6. Toxoplasmosis

Infeksi primer selama kehamilan (melalui transmisi transplasental dari ibu

ke bayi) dapat menyebabkan infeksi bawaan. Toksoplasmosis okular laten dapat

aktif kembali selama kehamilan pada ibu. Toxoplasmic retino-choroiditis adalah

penyebab paling umum dari uveitis posterior pada pasien imunokompeten. Janin

sangat terpengaruh ketika infeksi terjadi pada trimester pertama; Namun,

penularan ke janin lebih sering terlihat pada trimester ketiga, ketika sirkulasi ibu

dan janin berada dalam kontak terbesar. Infeksi laten pada ibu dapat menjadi aktif.

Dengan presentasi retinochoroiditis yang khas, toksoplasmosis mudah

didiagnosis. Retinochoroiditis toksoplasma aktif, retinochoroiditis biasanya

muncul sebagai nekrosis retina kelabu-putih dengan koroiditis, vaskulitis, dan

vitritis Namun, presentasi atipik seperti neuroretinitis, papilitis, skleritis dan

nekrosis retina akut juga telah dilaporkan. 5,6

Wanita dengan infeksi aktif selama kehamilan harus dipantau setiap tiga

bulan dengan skrining dan keturunan mereka ditindaklanjuti secara sistematis.

Perawatan oral dengan antibiotik makrolide spiramisin direkomendasikan. Pada

tahap akhir kehamilan, penggunaan kombinasi sulfametoksazol/trimetoprim harus

dihindari karena risiko kernikterus neonatal. Sebagai pilihan pengobatan saat ini,

penggunaan injeksi klindamisin intravitreal (1,0mg/0,1ml) dan injeksi

deksametason (400μg/0,1 ml) untuk menghindari toksisitas sistemik telah

dilaporkan. 5,6

b) Kelainan ocular yang muncul dan meningkat saat kehamilan

1. Retinopati diabetik

17
Retinopati diabetik dapat berkembang dengan cepat selama kehamilan.

Hiperglikemia, durasi diabetes sebelum kehamilan, derajat retinopati pada awal

kehamilan, kontrol glikemik, dan hipertensi komorbiditas adalah beberapa faktor

yang terkait dengan perkembangan retinopati selama kehamilan.16,17

Aktivasi sistem kekebalan memiliki peran dalam perkembangan retinopati

selama kehamilan. Ditemukan bahwa beberapa komponen sistem kekebalan yang

diketahui memiliki hubungan dengan patogenesis retinopati diabetik diaktifkan

selama kehamilan.16,17

American Academy of Ophthalmology (AAO) menyarankan bahwa wanita

diabetes memiliki pemeriksaan mata sebelum konsepsi dan kemudian selama

trimester pertama kehamilan, dan pemeriksaan lanjutan tergantung pada tingkat

awal retinopati. Oleh karena itu, dengan tidak adanya gejala visual, pemeriksaan

dasar selama trimester pertama sudah cukup. Temuan retinopati selama kehamilan

pada pasien dengan retinopati diabetik nonproliferatif, menunjukkan

perkembangan 50% selama kehamilan yang mengalami regresi pada trimester

ketiga dan periode postpartum. engobatan standar untuk retinopati diabetik adalah

fotokoagulasi panretinal yang dapat diberikan dengan aman selama kehamilan.59

Namun, regresi retinopati diabetik setelah melahirkan dapat terjadi dengan tingkat

dan waktu yang tidak pasti.5,6

Pemeriksaan bulanan direkomendasikan untuk pasien hamil dengan

retinopati diabetik proliferatif yang penyakitnya telah berkurang pada trimester

ketiga dan periode postpartum. Pasien tanpa retinopati hingga retinopati diabetik

nonproliferatif sedang harus diperiksa ulang setiap tiga hingga 12 bulan, dan

18
pasien dengan retinopati diabetik nonproliferatif berat atau lebih buruk harus

diperiksa ulang setiap satu hingga tiga bulan. 5,6

Gambar 2.7 Perbandingan Mata Normal & Retinopati Diabetikum

2. Glaukoma

Disebutkan bahwa sebagai perubahan oftalmik fisiologis selama kehamilan

TIO telah dinyatakan turun 2-3 mmHg terutama di bawah pengaruh hormon

progesteron. Penurunan TIO memiliki manfaat potensial untuk menghindari obat

anti-glaukoma pada kehamilan, karena manajemen glaukoma dapat menimbulkan

tantangan pada wanita hamil. Mengingat penurunan TIO dengan peningkatan usia

kehamilan dan kemungkinan cacat lahir dan ketakutan pasien, dokter mata

mungkin tergoda untuk menunda obat anti-glaukoma pada wanita hamil.32

Sebagian besar obat glaukoma termasuk dalam kategori kehamilan B atau C dan

oleh karena itu dikontraindikasikan atau harus digunakan hanya pada indikasi

19
terbatas. Namun, pasien yang merencanakan kehamilan dapat memperoleh

manfaat dari laser trabeculoplasty, cyclophotocoagulation, trabeculectomy, atau

operasi shunt tube.5,6,18

3. Uveitis

Selama kehamilan, telah dilaporkan bahwa peningkatan steroid endogenik

bersama dengan mekanisme multifaktorial dan kompleks menyebabkan tanda

okular dan sistemik uveitis non-infeksi mereda dan frekuensi serangan menurun.

Perbaikan pada gejala okular dan sistemik dari sarkoidosis, spondiloartropati dan

artritis reumatoid telah diamati. Namun, enam bulan setelah melahirkan mungkin

ada kekambuhan. Perbaikan yang berhubungan dengan kehamilan ini dapat

berfungsi sebagai keuntungan bagi wanita hamil dengan uveitis yang mengancam

penglihatan kronis. Dimungkinkan untuk mengurangi atau menangguhkan

penggunaan obat-obatan imunosupresif yang digunakan untuk mengobati uveitis

yang data keamanannya kurang atau diketahui memiliki efek teratogenik.

Serangan potensial dapat diobati dengan kortikosteroid lokal.5,6,19

4. Central serous chorioretinopathy (CSCR)

Central serous chorioretinopathy (CSCR). Ini paling sering terlihat pada

trimester ketiga, meskipun mungkin juga muncul pada trimester pertama dan

kedua. CSCR disebabkan oleh pelepasan neuroepithelium dengan akumulasi

cairan subretinal di bagian posterior fundus.20

Kondisi khusus kehamilan, termasuk perubahan hemodinamik, biologis dan

psikologis dapat menyebabkan wanita yang rentan untuk mengembangkan

20
korioretinopati serosa sentral. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan

CSR pada pasien hamil yang mengalami gejala berikut: penurunan ketajaman

visual, skotoma sentral, mikropsia, atau metamorfopsia.20,21 Regresi spontan

diamati pada akhir kehamilan atau setelah kelahiran; Namun, mungkin ada

kecenderungan untuk kambuh pada mata yang sama pada kehamilan berikutnya.
20,21

BAB III
KESIMPULAN

Masa kehamilan (gestasi) dapat menyebabkan perubahan-perubahan

anatomi dan fisiologis pada ibu hamil. Perubahan ini bertujuan untuk melindungi

janin, mendukung perkembangan, dan juga mempersiapkan ibu untuk melahirkan.

21
Selama kehamilan sejumlah besar wanita mengalami perubahan fisiologis pada

seluruh tubuh misalnya pada sistem reproduksi, sistem kardiovaskular, sistem

respirasi, sistem urinari, sistem digestif, sistem imunologi, metabolisme,

hematologik, perubahan sistemik terkait hormonal, dan mata.

Keluhan visual merupakan hal yang umum terjadi pada ibu hamil. Sangat

penting untuk dokter dalam menyadari berbagai kondisi fisiologis dan patologis

yang mungkin timbul atau berubah selama kehamilan, dan memiliki pengetahuan

tentang diagnosis banding, pengobatan dan pemantauan. Terutama komplikasi

yang jarang dan serius mungkin termasuk gejala visual dan pasien hamil pada

awalnya dapat dilihat oleh dokter mata. Merespon secara hati-hati, cepat dan

strategis kepada pasien dengan keluhan tersebut dapat mencegah kemungkinan

risiko pada ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lauralee S. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. EGC: 2015.

2. Chiarello DI, Abad C, Rojas D, Teledo F, Vazquez CM, Mate A, et al.


Oxidative stress: normal pregnancy versus preeclampsia.

22
3. Kazma JM, Anker JVD, Allegaert K, Dallmann A, Ahmadzia HK.
Anatomical and physiological alterations of pregnancy. J Pharmacokint
Pharmacodyn. 2020. 47(4): 271-85.

4. Yenerel NM, Kucumen RB. Pregnancy and the eye. TJO. 2015; 45(5):
213-9.

5. Supratiyaningsih, Media NS. Buku referensi kehamilan dan gangguan


penglihatan (pregnancy and visual disorder). Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2020.

6. Naderan M, Ocular change during pregnancy. Journal of current


ophthalmology. 2018; 30: 202-10.

7. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi manusia ed 23. EGC: 2012.

8. Snell S R. Anatomi Klinis ed 9. EGC: 2012.

9. Budiono S, Saleh TT, Moestidjab, Eddyanto. Buku ajar ilmu kesehatan


mata. Airlangga University Press. 2013.

10. Baehr M, Frotscher M. Duus topical diagnosis in neurology ed 4. Thieme


Stuttgart: 2005.

11. Patil AD, Ellabban AA, Patil DB, Yorston D, Williamson TH, Laidlaw
DA. Ocular manifestations of pregnancy and labour: from the innocuous
to the sight threatening. The Obstetrician and Gynecologist. 1-28.

12. Godec OUO, Elbuluk N. Melasma: an up-to-date comprehensive review.


Dermatol Ther (Heildelb). 2017; 7: 305-18.

13. Chauhan S, Vohra P, Assessment of incidence of ocular change in


pregnancy. Journal of Advanced Medical and Dental Sciences Research.
2021; 9: 8-10.

14. Garin M, Kruckenberg’s spindles. Ophtalmology Associates. 2019.

15. Samra KA. The eye and visual system in the preeclampsia/eclampsia
syndrome what to expect. Saudi Journal of Ophtalmology. 2013; 27: 51-3.

16. Wang W, Lo ACY. Diabetic retinopathy: pathophysiology and treatments.


Int J Mol Sci. 2018; 19: 1-14.

23
17. European Glaucoma Society. Terminology and guidelines for glaucoma.
4th ed. Europe: PubliComm; 2014.

18. Chanwimol K, Balasubramanian S, Nassisi M, Gaw SL, Janzen C, Sarraf


D, et al. Retinal vascular changes during pregnancy detected with optical
coherence tomography angiograpghy.

19. Medscape. Pregnancy Special Considerations. [Cited 19 Agt 2021].


Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1229740-
overview?src=mbl_msp_android&ref=share

20. Semeraro F, Morescalchi F, Russo A, Gambicorti E, Pilltto A, et al.


Central serous chorioretinopathy: pathogenesis and management. Clinical
Ophtalmology. 2019; 13: 2341-52.

21. Rezai S, Lobue S, Lobue TD. Opthalmic complications and ocular


changes in pregnancy- a review. Obstet Gynecol Int J. 2016; 4(1): 12-7.

24

Anda mungkin juga menyukai