Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Pembemritaan Injil dalam konteks Judi ADU KERBAU


(MA’PASILAGA TEDONG)

Oleh
Marten Toding Kayang
2320197219

Kelas B misiologi

Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN)


Toraja
Pembemritaan Injil dalam konteks Judi ADU KERBAU
(MA’PASILAGA TEDONG)

Abstrak
Mapasilaga Tedong adalah tradisi unik para leluhur Tana Toraja yang rutin dilakukan pada saat
upacara pemakaman Rambu Solo. Sikap terhadap kegiatan Ma’pasilaga Tedong berdasarkan
misi pemberitaan Injil didalam Perjanjian Baru.dalam pengjilan yang di lakukan harus
menekankan kepada tradisi yang melangar aturan agama tampa menguragi ada ma’pasilaga
tedong.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adat dan kebudayaan adalah salah satu identitas diri suatu masyarakat di daerah tertentu
yang yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap daerah memiliki adat atau tradisi
yang berbeda dengan daerah yang lain sehingga dalam suatu negara khususnya negara
Indonesia memiliki daerah dengan adat dan kebudayaan masing-masing yang unik. Adat
dan kebudayaan secara turun-temurun diteruskan dari generasi ke generasi sehingga
tidak mudah hilang begitu saja. Tetapi sadar atau tidak sadar, adat semakin berkembang
dan mengalami banyak perubahan seiring dengan perkembangan zaman sehingga tidak
diragukan jika nilai-nilai adat yang telah dijunjung tinggi dari zaman nenek moyang
justru tidak lagi memiliki nilai yang sebenarnya. Banyak adat yang telah diusak oleh
generasi yang tidak bertanggung jawab karena mengikuti perkembangan dunia sekarang
ini.1
Tidak dapat dipungkiri ada sebagian adat yang justru telah merusak generasi mudah
karena digunakan salah. Mereka tidak memaknai dengan betul tujuan dan nilai yang

1
Koentjaraningrat, “Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004),
hlm. 9-11
terdapat dalam kebudayaan tersebut. Rusaknya adat juga telah merusak identitas suatu
daerah dan merusak masa depan generasi muda.
Menyikapi hal tersebut, Gereja memiliki tanggung jawab besar bagaimana berperan dan
mengambil tindakan dalam fenomena yang sedang marak terjadi. Khususnya salah satu
adat suku Toraja yaitu adu kerbau (ma’pasilaga tedong) yang dianggap telah
menghilangkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Generasi telah banyak hilang
dari persekutuan di Gereja bahkan telah melalaikan ajaran Alkitab karena pengaruh
adanya pemahaman adat yang salah.2
Menurut falsafah kehidupan manusia Toraja kerbau yang dinamakan tedong itu adalah
salah satu ternak yang mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat
mengingat peranannya serta fungsinya sehingga masyarakat memberinya nama Garonto’
Eanan (harta benda). Khusus untuk menghadapi Upacara Rambu Solo’ (upacara
pemakaman), kerbau kerbau itu menjadi ukuran martabat seseorang (yang meninggal)
dan keluarganya.3
Sejarah munculnya ma’pasilaga tedong: adat ma’pasilaga tedong muncul dan
berkembang dikalangan para gembala dan para petani. Dikatakan bahwa dahulu kala
ketika panen padi telah selesai maka disitu semua orang bersukacita dan bersyukur
kepada Tuhan atas berkat-Nya karena padi tumbuh dengan baik. Dalam kegembiraan
tersebut para gembala mengadu kerbaunya dan mereka jadikan sebagai bahan
pertontonan, sambil kerbau beradu (silaga) maka para gembala juga yang kerbaunya di
aduh sisemba’ (saling tendang menggunakan kaki). Kegiatan tersebut rutin di laksanakan
setiap tahunnya. Selain daripada itu adat adu kerbau juga di adakan ketika ada upacara-
upacara adat seperti Rambu Solo’ (upacara pemakaman), dimana tedong atau kerbau di
adu dengan tujuan sebagai hiburan bagi semua keluarga yang berdukacita, siapa yang
kerbaunya menang maka ia akan senang bahkan tertawa bahagia. Dari situ terlihat bahwa
keluarga yang berduka bisa terhibur sejenak dengan mengadu kerbau yang akan
dikurbankan bagi orang yang meninggal.4
Namun seiring berkembangnya waktu, masyarakat Toraja dalam mengadu kerbau selain
dijadikan sebagai hiburan mereka juga menggunakan uang dengan menaru uang siapa

2
Theodorus Kobong, “Injil dan Tongkonan” (Jakarta: Gunung Mulia, 2008)
3
L.T Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya, (Tana Toraja: Yayasan Lepongan Bulan, 1981), 300.
4
Wawancara dengan seorang Tominaa Nek Anda (Sangalla’ 22 Oktober 2020).
yang kerbaunya menang merekala yang mengambil uang itu (judi). Bahkan sampai saat
ini adu kerbau (ma’pasilaga tedong) sudah dijadikan sebagai ajang pertontonan yang
sangat bersar di Toraja yang sangat susah untuk diatasi serta menjadi tantangan besar
bagi gereja khususnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. apa yang dimaksud dengan kegiataan adu kerbau (dalam bahasa Toraja disebut
dengan tedong silage) ?
2. apakah dampak negatif dan positif dari kegiataan tersebut?
3. Bagaimana Sikap terhadap kegiatan Ma’pasilaga Tedong berdasarkan misi
pemberitaan Injil di dalam Perjanjian Baru (Markus 16:15-16) ?
4. Bagaimana Cara memberitakan Injil kepada mereka yang masih melakukan kegiatan
Ma’Pasilaga Tedong.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa memahami kegiataan adu kerbau (dalam bahasa Toraja disebut dengan
tedong silage)
2. Mahasiswa mengetahui dampak negatif dan positif dari kegiataan tersebut
3. Mahasiswa mengetahui sikap terhadap kegiatan Ma’pasilaga Tedong berdasarkan
misi pemberitaan injil di dalam Perjanjian Baru (Markus 16:15-16)
4. Mahasiswa mengetahui Cara memberitakan Injil kepada mereka yang masih
melakukan kegiatan Ma’Pasilaga Tedong.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mapasilaga Tedong adalah tradisi unik para leluhur Tana Toraja yang rutin
dilakukan pada saat upacara pemakaman Rambu Solo. Acara Mapasilaga Tedong ini
dilakukan sebelum upacara adat di mulai. Puluhan kerbau yang akan diadu
dibariskan di lapangan tempat upacara akan dilaksanakan. Dari beberapa kerbau
yang diikut sertakan, terdapat satu jenis kerbau yang paling sering diikut sertakan
yakni kerbau tedong pudu. Kerbau yang memilki kulit hitam legam, dan mudah
untuk dilatih dengan harganya yang cukup murah. Meski terbilang tidak cukup
mahal, harga satu kerbau tedong pudu hampir senilai 40 juta, sedangkan harga
kerbau lain bahkan melampauhi itu. Sebelum adu kerbau dimulai, panitia
menyerahkan daging babi yang sudah dibakar, rokok, dan air nira yang sudah
difermentasi (tuak), kepada pemandu kerbau dan para tamu. Adu kerbau kemudian
dilakukan di sawah, dimulai dengan adu kerbau bule. Adu kerbau diselingi dengan
prosesi pemotongan kerbau ala Toraja, Ma’tinggoro Tedong, yaitu menebas kerbau
dengan parang dan hanya dengan sekali tebas.
Mapasilaga Tedong dimulai dengan dua kerbau yang diadu dan mereka
menghantamkan tanduk mereka ke tanduk lawannya dan saling menjatuhkan satu
sama lain. Kerbau yang dinyatakan kalah adalah kerbau yang berlari dari arena
Mapasilaga Tedong. Bagi masyarakat Toraja, Kerbau merupakan hewan yang suci.
Masyarakat Tana Toraja di Sulawesi Selatan (Sulsel), meyakini kerbau adalah
kendaraan bagi arwah menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Kerbau pun
memiliki kedudukan unik bagi masyarakat Toraja. Kerbau juga diternakkan dan
sebagai alat pembajak sawah, sekaligus dianggap hewan sakral dan simbol status
sosial. Mapasilaga Tedong atau adu kerbau khas Toraja menjadi salah satu bagian
dalam rangkaian prosesi upacara adat rambu solo untuk mengantarkan arwah orang
yang meninggal dunia menuju alam keabadian yang menjadi tempat peristirahatan
arwah para leluhur.5 Salah satu budaya yang menarik dari Tana Toraja adalah adat

5
Helmi Rafsanjani, Mengenal Mapasilaga Tedong. Diakses tanggal 7 Oktober 2016, Pukul
16.23 WITA
Mapasilaga Tedong atau adu kerbau. Kerbau yang diadu ucapan kerbau
sembarangan. Jenis kerbau yang istimewa adalah kerbau bule ( Tedong Bonga ) atau
kerbau albino.
Kerbau pilihan ini masuk dalam kelompok kerbau lumpur ( Bubalus bubalis ) dan
hanya ditemukan di Tana Toraja. Di antara jenis terbaik adalah tedong salepo , yaitu
kerbau yang memiliki bercak hitam di punggung. Ada juga jenis lontong boke , yaitu
kerbau yang memiliki punggung berwarna hitam. Namun, jenis yang paling sering
dijumpai dalam ritual Mapasilaga Tedong adalah tedong pudu . Jenis kerbau berkulit
legam ini dipilih karena mudah gelombang dan harganya tidak semahal kerbau lain.
Beberapa jenis kerbau yang digunakan untuk aduan ini sangat mahal harganya,
terlebih dahulu kerbau yang sering menang yang harganya bisa mencapai ratusan
juta hingga 1 miliar rupiah. Bagi masyarakat Toraja, kerbau posisi sangat penting
dan menjadi salah satu simbol prestise dan kemakmuran. Mapasilaga tedong
diadakan pada saat upacara kematian adat Toraja, Rambu Solo . Upacara kematian
ini berfungsi untuk mengantarkan arwah dari orang yang meninggal masuk ke dalam
dunia keabadian tempat arwah para leluhur berkumpul dan beristirahat. Acara
Mapasilaga Tedong ini dilakukan sebelum upacara adat itu di mulai. Sebelum acara
adu kerbau ini berlangsung, puluhan kerbau yang akan diadu dibariskan di lokasi
upacara. Kerbau-kerbau tersebut kemudian diarak dengan didahului oleh tim
pengusung gong, pembawa umbul-umbul, dan sejumlah wanita dari keluarga yang
berduka ke lapangan yang berlokasi di rante (pemakaman). Saat barisan kerbau
meninggalkan lokasi, musik pengiring akan dimainkan. Irama musik tradisional
tersebut berasal dari sejumlah wanita yang menumbuk padi pada lesung secara
bergantian. Sebelum adu kerbau dimulai, panitia menyerahkan daging babi yang
sudah dibakar, rokok, dan air nira yang sudah difermentasi (tuak), kepada kerbau
dan para tamu. Adu kerbau kemudian dilakukan di sawah, dimulai dengan adu
kerbau bule. Adu kerbau diselingi dengan prosesi pemotongan kerbau ala Toraja,
Ma'tinggoro Tedong , yaitu menebas kerbau dengan parang dan hanya dengan sekali
tebas.6

6
Helmi Raffanjani "Mapasilaga Tedong, Adu Kerbau Khas Tana Toraja".
2. Dampak pelaksanaan adu kerbau
Dampak positif pelaksanaan adu kerbau:
1. Untuk menghibur keluarga yang sedang berduka.
2. Kurangnya angka pengangguran dikarenakan para penganggur bisa dijadikan
pngembala kerbau-kerbau petarung yang di gaji cukup mahal yang mencapai 2-3
juta perbulannya.
3. Mencegah adanya permusuhan antara pemuda-pemuda antar kampung dan geng-
geng yang ada dikerenakan adanya hiburan adu kerbau.
4. Mempererat tali silaturahmi antara semua elemen masyarakat yang ada di Toraja
sendiri maupun yang berada di luar Toraja (rasa solidaritas)
5. Diuntungkannya para pedagang yang berjuala disekitaran area adu kerbau dan
trasporasi berupa ojek sangat diuntungkan. 7

Dampak Negatif dari pelaksanaan adu kerbau


1. termasuk bagi kalangan orang Tua, pemuda bahkananak-anak yang masih
dibawah umur.
2. Kalau saat ini membuat banyak orang berkerumun padahal keadaan sekarang
dunia sedang menghadapi pandemi covid 19 harusnya jaga jarak tapi biasanya
dengan adanya pelaksanaan adu kerbau membuat orang asyik menontonnya dan
lupa untuk mengikuti protokol kesehatan seperti jaga jarak da lain-lain.
3. Dapat meningkatkan tingkat kriminalitas karena orang yang bersangkutan akan
menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang untuk melakukan judi karena
sudah biasa melakukan hal tersebut dan dengan hal itu juga bisa menjadi dampak
dari perceraian dalam sebuah rumah tangga.
4. Judi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang selalu munculdan
sangat sulit diberantas dari masa ke masa.8
3. . Sikap terhadap kegiatan Ma’pasilaga Tedong berdasarkan misi pemberitaan Injil
didalam Perjanjian Baru (Markus 16:15-16).
Dalam Markus 16: 15-16 dikatakan bahwa “ Lalu Ia berkata kepada
mereka"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.
7
Benyamin Bongga Tasik (Wawancara 25 Oktober 2020)
8
Yosep Batara Rantetapang, “Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Perjudian Tradisi Ma’pasilaga
Tedong” (Uneversitas Hasanuddin, 2013).
Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak
percaya akan dihukum.” Nats ini berbicara mengenai perintah Yesus kepada
murid-muridnya sebelum Dia terangkat ke sorga yaitu perintah agar mereka
memberitakan Injil kepada segala makhluk dalam artian bahwa Injil itu berlaku
untuk umum atau secara universal bukan untuk kalangan tertentu saja.
Kemudian jika kita melihat pengertian dari Injil itu sendiri kita menjumpai
bahwa Injil merupakan istilah yang bermakna kabar baik, kabar sukacita atau kabar
kegirangan9, jadi istilah Injil ini merujuk kepada semua hal yang baik sehingga
perintah Yesus dalam Markus 16:15-16 tersebut bermakna sebagai perintah agar
murid-murid memberitakan tentang segala kabar baik atau kabar tentang
keselamatan bagi setiap makhluk.
Jika kita membawa atau mengaitkan nats tersebut kedalam konteks adat atau
kegiatan Ma’pasilaga Tedong yang sering dijumpai dalam adat Rambu Solo’ orang
Toraja, dimana kegiatan ini (ma’pasila tedong) merupakan kegiatan dimana dua ekor
kerbau yang saling diadu kekuatannya. Dalam hal ini kegitan ma’pasila tedong
tersebut dapat membawa hal buruk terjadi kepada kerbau tersebut. Tidak jarang
kerbau-kerbau tersebut mengalami luka pada bagian tubuhnya karena beradu
kekutan dengan lawan kerbaunya, sehingga dalam kegitan ini memunculkan
pandangan bahwa perintah Yesus dalam Markus 16:15-16 tidak terlaksana dalam
konteks ma’pasilaga tedong tersebut. Kerbau yang diadu tersebut juga merupakan
makhluk ciptaan Tuhan. Hal yang dialami oleh binatang tersebut dalam kegiatan
Ma’pasilaga tedong bukan lagi tentang hal yang baik (sebagaimana pengertian Injil)
melainkan yang mereka alami tersebut adalah hal yang dapat membahayakan
keselamatan atau kehidupan mereka. Bahkan sejauh yang diketahui, orang yang
memiliki kerbau petarung juga biasanya memberikan obat kepada kerbau
petarungnya.
Hal lain juga yang sering terjadi dalam kegiatan atau adat ma’pasilaga tedong
iniialah sering diadakannya judi oleh sebagian oknum tertentu. Sehingga kegiatan ini
yang mungkin awal sejarah munculnya atau awal diadakannya kegaiatan ini bersifat
baik, kemudian dicemari atau memperlihatkan hal yang tidak baik karena kegiatan

9
Harun hadiwijono, Kebatinan dan Injil (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2006) hal. 5
judi ini sangat bertentangan dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Sehingga
pandangan atau sikap kami kelompok terhadap kegiatan ma’pasilaga tedong ini tidak
meperlihatkan atau menggambarkan pemberitaan Injil kepada segala makhluk
sebagimana yang digambarkan dalam Markus 16:15-16.
4. Cara memberitakan Injil kepada mereka yang masih melakukan kegiatan
Ma’Pasilaga Tedong.
 Gereja tidak melarang selagi tidak ada judi yang terjadi di dalamnya. Gereja tidak
mungkin menhapus adat-istiadat suatu daerah karena adat-istiadat merupakan
aturan-aturan yang disepakati bersama dalam suatu daerah yang dijadikan
pedoman oleh semua masyarakatnya.
 Gereja menjelaskan kepada mereka bagaimana asal-usul dan tujuan dari
ma’pasilaga tedong tersebut.
 Jika terjadi judi maka gereja harus bekerja sama dengan pemerintah untuk
memberantas pelanggaran/penyimpangan tersebut. Karena salah satu tugas
pemerintah ialah memberantas judi di kalangan masyarakat.
 Gereja terus mendoakan dan mengunjungi setiap anggota jemaatnya agar tetap
sadar dan menjauhkan diri dari hal tersebut.
 Gereja bekerja sama serta mengingatkan seluruh rumpun keluarga yang akan
melaksanakan upacara pemakaman jika ada kerbau yang akan di adu maka
janganlah di pasangkan taruhan.
 Kesempatan besar gereja pada saat melaksanakan ibadah penghiburan untuk
menekankan Firman Tuhan untuk di hidupi setiap manusia.
 Kita juga dapat mendekati para Komunitas Pecinta Tedong Silaga dan
mengingatkan mereka akan hal yang mereka lakukan itu bahwa sebenarnya hal
tersebut merupakan suatu perbuatan yang tidak baik dilakukan kepada makhluk
hidup, apalagi jika didalam kegiatan tersebut mereka menyertainya dengan judi

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam Tradisi Adu kerbau atau tedong silaga merupakan adat dan kebudayaan
masyarakat Toraja yang juga merupakan kegiatan ritual turun-temurun dari nenek
moyang masyarakat suku toraja yang dilaksanakan dalam upacara rambu solo’ yang
melibatkan hewan kerbau sebagai aduan. Tedong silaga sendiri pada awalnya juga
merupakan pemberitaan Injil bagi segala makhluk karena maksud dan tujuan
diadakannya yang bertujuan sebagai penghibur bagi penggembala ternak itu sendiri dan
bagi banyak orang. Namun semakin berkembangnya jaman, kegiatan tedong silaga ini
kemudian mengalami pergeseran makna. Dimana didalamnya kemudian terdapat
berbagai macam kegiatan yang melanggar agama dan hukum.

B. SARAN
Dalam melakukan penginjilan terhadap tradisi ma’pasilaga tedong hendaklah ditanggapi
dengan sikap yang sesuai diajarkan dalam kitab suci serta dalam penginjilan itu harus
ditekankan kepada kegiatan yang telah melanggar agama dan hukum, serta kita harus
berusaha agar tradisi ini tidak hilang dengan penginjilan yang dilakukan tetapi
menghilangkan kegiatan yang melanggar agama dan hukum.

Anda mungkin juga menyukai