Anda di halaman 1dari 19

BED SIDE TEACHING

*Kepaniteraan Klinik Senior/G1A220018


**Pembimbing

DYSPNEU EC PNEUMONIA

Adylla Nissya Maulani, S.Ked


Dosen pembimbing : dr. Makrup Efendy, Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN PENYAKIT DALAM RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
ii

HALAMAN PENGESAHAN
BED SIDE TEACHING

DYSPNEU EC PNEUMONIA

Disusun Oleh :
Adylla Nissya Maulani, S.Ked
G1A220018

Kepaniteraan Klinik Senior


Bagian/SMF Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Prov. Jambi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan


Pada September 2021

Pembimbing

dr. Makrup Efendy, Sp.P

ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Bed Side Teaching yang
berjudul “Dyspnea ec Pneumonia” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum
Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Makrup Efendy, Sp.P yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam di
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan Kasus ini,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan
kasus ini. Penulis mengharapkan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.

Jambi, September 2021

Adylla Nissya Maulani, S.Ked

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Pneumonia merupakan suatu peradangan parenkim paru-paru, mulai dari


bagian alveoli sampai bronhus, bronchiolus, yang dapat menular, dan ditandai
dengan adanya konsolidasi, sehingga mengganggu pertukaran oksigen dan carbon
dioksida di paru-paru. Bakteri penyebab pneumonia yaitu Streptococcus pneumonia
yang merupakan flora normal tenggorokan manusia yang sehat. Namun apabila
daya tahan tubuh menurun disebabkan oleh usia tua, gangguan kesehatan, maupun
asupan gizi, setelah menginfeksi bakteri tersebut akan memperbanyak diri.
Penyebaran infeksi dapat terjadi dengan cepat keseluruh tubuh karena melalui
pembuluh darah. Gejala klinis secara umum CAP adalah suhu tubuh ≥38°C, batuk,
sputum, peningkatan angka leukosit, pemeriksaan fisik ditemukan adanya
konsolidasi, suara napas brochial dan ronki.
Pengklasifikasian Pneumonia dibagi berdasarkan gejala klinis, bakteri
penyebab, dan berdasarkan predileksi infeksinya. Berdasarkan klinis dan
epidologisnya, Pneumoia dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu Community-
assosiated Pneumonia (CAP), Hospital-associated Pneumonia (HAP) atau Health
care-associated Pneumonia (HCAP) dan Ventilator-associated Pneumonia (VAP).
Community-acquired pneumonia (CAP) atau pneumonia komuniti
merupakan salah satu penyebab utama kejadian rawat inap di masyarakat dan
kematian di seluruh dunia. Pemilihan pengobatan CAP biasanya direkomendasikan
berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit pasien. Pengobatan CAP dikatakan
baik berdasarkan dari tingkat perawatan yang dibutuhkan atau atas dasar skor resiko
prognostik.

1
2

BAB II
STATUS PASIEN

ANAMNESIS PRIBADI
Nama : KGS Mohammad Ali Pekerjaan : Pegawai Swasta
Umur : 70 Tahun Suku : Melayu
Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah Tanggal Masuk : IGD: 28/08/2021
Alamat : Lr. Purnawina RT.21 Bangsal: 29/08/2021
Telanaipura

ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama : Sesak nafas semakin memberat sejak ± 1 hari SMRS
Keluhan Tambahan :Penurunan nafsu makan, tenggorokkan terasa kering
Telaah :
Pasien datang ke IGD RSUD Raden Mattaher dengan keluhan sesak napas yang semakin memberat
± 1 hari SMRS. Sesak napas sudah dirasakan ± 2 minggu SMRS yang semakin lama semakin memberat.
Pasien mengatakan sesak muncul setiap kali pasien keluar dari toilet baik setelah mandi ataupun setelah
buang air. Sesak yang dialami pasien ± 5 menit. Pasien mengatakan sesak akan berkurang ketika pasien
duduk, setelah sesaknya hilang pasien akan berbaring dan beristirahat. Sesak napas yang dialami pasien
tidak dipengaruhi cuaca, tidak disertai mengi, serta tidak disebabkan oleh benda asing seperti debu, tungai,
dan lain-lain.
Selain itu pasien mengeluhkan nyeri dada sejak ±2 minggu SMRS. Nyeri dada yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk. Selain sesak nafas, nyeri dada pasien juga mengalami penurunan nafsu makan dan
tenggorokkan pasien terasa nyeri. Setiap kali makan pasien hanya mampu menghabiskan 2 sendok makan.
Pasien juga mengeluhkan demam ± 2 minggu SMRS namun tidak disertai menggigil. Demam yang
dialami pasien terjadi selama 1 hari. Pasien mengatakan hanya mengkonsumsi obat penurun demam.
Keluhan sering berkeringat malam (-), penurunan berat badan (+), batuk (-), sakit kepala (-), mual
dan muntah (-). Pasien mengatakan frekuensi BAB pasien mulai berkurang namun BAK masih dalam
batas normal. Pasien merupakan seorang perokok aktif sejak ± 10 tahun terakhir dan diperkirakan pasien
mengkonsumsi rokok berjumlah ± 1 - 2 batang rokok per hari selama 10 tahun terakhir.
3

Riwayat Rokok : [✓] Perokok aktif, Indkes Brinkman = 2 batang x 10 tahun = 20 (ringan/sedang/
berat). Jenis rokok kretek/filter/campuran; hisapan dalam/dangkal
[ ] Perokok pasif
Riw. Paparan biomass : [ ] Ya ; Jenis…..........selama…......tahun; dengan / tanpa masker
[ ✓ ] Tidak

Riwayat OAT : [ ] Ya [ ✓ ] Tidak


Hasil
Berdasarkan
Teratur/ (Sembuh/
OAT Diberikan (Klinis/ Lama
Tahun Tidak Putus
Kategori Oleh Bakteriologi/ Pengobatan
Teratur Obat/
Radiologi
Gagal)

Riw. Penyakit terdahulu : Keluhan serupa (-), hipertensi (-), alergi (-), DM (-), penyakit jantung (-)
Riw. Pemakaian obat : Obat warung jika merasa demam
Riw. Alergi keluarga : Tidak ada
Riw. Kanker keluarga : Tidak ada
4

PEMERIKSAAN FISIS

STATUS PRESENS
KEADAAN UMUM KEADAAN PENYAKIT
Sensorium : Sakit sedang Dispnea ( ✓ ) Orthopnea (-)
Tekanan darah : 120/80 mmHg Trepopnea (-) Platipnea (✓)
Frekuensi nadi : 62 kali/menit Edema (-)
Frekuensi napas : 26 kali/menit Sianosis (-)
Suhu : 36,3oC Ikterus (-)
VAS : 4-5
SpO2 : 98% dengan nasal canul 5 liter permenit

KEADAAN GIZI
Berat badan : 65 kg Body Mass Index : 22,49
Tinggi badan : 170 cm kesan : Underweight/Normoweight/ Overweight/Obese

STATUS LOKALISATA
KEPALA
Wajah Pembengkakan/ facial plethora (-) Anhidrosis (-) Deformitas (-) Benjolan (-) Pembesaran kgb (-)
Mata Konjungtiva anemis ( - ) Sklera ikterik (-) Miosis (-) Ptosis (-) Enophtalmus (-) Pupil Resuler : 3 mm/3
mm
Telinga Dalam batas normal. Pembesaran Kgb Pre arriclae (-)
Hidung Deviasi septum (-) Konka hipertrofi (-) Mukosa (tenang/livide/hiperemis)
Polip (-) Napas cuping hidung (-)
Mulut Sianosis sentral (-) Oral candidiasis (-) Oral hygiene (baik/buruk/) Tonsil hipertrofi (-) Mulut
mencucu ( -)

LEHER
TVJ :-
Pembesaran KGB [ ] Ya, lokasi ……………………, soliter/multipel, konsistensi ……………,
mobile/immobile
Batas tegas / tidak tegas, nyeri tekan ( ), ukuran …………..
[ ✓ ] Tidak
Pembesaran Tiroid (-) Pembengkakan leher (-), venektasi leher (-) m. sternocleidomastoideus (-)
5

TORAKS
Inspeksi
Statis : Bentuk dinding toraks simetris, Venektasi (-), Vena Kolateral (-), Scar (-) Barrel chest (-)
Pigeon chest (-) Pannel chest (-)
Dinamis : Ketinggalan bernapas tidak ada

Palpasi
Pembesaran KGB : Tidak ada
Posisi Trakea : Di tengah
Ekspansi dada : Tidak ada
Emfisema subkutis : Tidak ada
Apeks kordis : ICS V Linea midclavicularis sinistra
Succcutio hipokrates : Tidak ada
Tactile fremtus : lapangan paru atas :Normal,sama antara kiri dan kanan
lapangan paru tengah : Menurun, pada lapang paru kiri dibandingkan kanan
lapangan paru bawah : Menurun, pada lapang paru kiri dibandingkan kanan

Perkusi Kanan Kiri


lapangan paru atas : Sonor Sonor
lapangan paru tengah : Sonor Redup
lapangan paru bawah : Sonor Redup

Batas paru – hati : ICS IV-VI Linea midaxillaris dextra


Peranjakan : 2 cm

Batas atas jantung : ICS II Line parasternalis sinistra


Batas kiri jantung : ICS V Linea midclavicularis sinistra
Batas kanan jantung : ICS IV Linea parasternalis dextra
6

Auskultasi Kanan Kiri


Suara Vesikular normal Suara Vesikular menurun
napas napas
Crackles (-) Fine / Coarse Crackles (-) Fine / Coarse
Early / Late Inspiratoric Early / Late Inspiratoric
Lapangan
Wheezing (-) Low / High pitch Wheezing (-) Low / High pitch
paru
Suara Localized / Generalized Suara Localized / Generalized
Atas
tambahan Monophonic / Poliphonic tambahan Monophonic / Poliphonic
Egophoni (-) Bronchophoni (-) Egophoni (-) Bronchophoni (-)
Whispered pictoriloquiy (-) Whispered pictoriloquiy (-)
Pelural Friction Rub (-) Pelural Friction Rub (-)
Suara Vesikular normal Suara Vesikular menurun
napas napas
Crackles (-) Fine / Coarse Crackles (-) Fine / Coarse
Early / Late Inspiratoric Early / Late Inspiratoric
Lapangan
Wheezing (-) Low / High pitch Wheezing (-) Low / High pitch
paru
Suara Localized / Generalized Suara Localized / Generalized
Tengah
tambahan Monophonic / Poliphonic tambahan Monophonic / Poliphonic
Egophoni (-) Bronchophoni (-) Egophoni (-) Bronchophoni (-)
Whispered pictoriloquiy (-) Whispered pictoriloquiy (-)
Pelural Friction Rub (-) Pelural Friction Rub (-)
Suara Vesikular normal Suara Vesikular menurun
napas napas
Crackles (-) Fine / Coarse Crackles (-) Fine / Coarse
Early / Late Inspiratoric Early / Late Inspiratoric
Lapangan
Wheezing (-) Low / High pitch Wheezing (-) Low / High pitch
paru
Suara Localized / Generalized Suara Localized / Generalized
Bawah
tambahan Monophonic / Poliphonic tambahan Monophonic / Poliphonic
Egophoni (-) Bronchophoni (-) Egophoni (-) Bronchophoni (-)
Whispered pictoriloquiy (-) Whispered pictoriloquiy (-)
Pelural Friction Rub (-) Pelural Friction Rub (-)

ABDOMEN
Hepar / Lien / Renal : Tidak teraba
Ascites : Tidak ada
7

EKSTREMITAS
Ekstremitas superior : Sianosis (-) Clubbing finger (-) Nicotine staining (-) Edema (-) unilateral/bilateral
Ekstremitas superior : Sianosis (-) Clubbing finger (-) Eritema nodusum (-) Edema (-) unilateral/bilateral
Tipoa (-) Atrofi ext. atas (-) Yellow syndrome (-)

Anamnesis : 1. Sesak napas


2. Nyeri dada
3. Penurunan nafsu makan
4. Penurunan berat badan
5. Tenggorokkan terasa kering
6. Demam

Pemeriksaan fisis : Fremitus Taktil lapangan paru tengah dan bawah menurun pada paru kiri
Perkusi paru tengah dan bawah redup pada paru kiri
Auskultasi paru tengah dan bawah vesikular menurun

Pemeriksaan penunjang : Darah lengkap: LED meningkat ,HB menurun, D-dimer meningkat,
penurunan kadar ureum, penurunan kadar SGOT

1. HASIL PEMERIKSAAN DARAH RUTIN (29/08/2021)


Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
WBC 7.72 4-10
RBC 4.09 3.5-5.5
HGB 13.2 (L) 13,4-15,5 g/dl
HCT 38.0 35-50
PLT 243 150-450
MCV 92.9 80-96 fl
MCH 32.3 (H) 27-31 pg
MCHC 34.8 32-36 g/dl
NEUTROFIL % 44.5 (L) 50-70
LYMFOSIT % 34.9 18-42
MONOSIT % 14.4 (H) 2-11
EOSINOFIL % 4.32 (H) 1-3
BASOFIL % 1.91 0-2
8

HASIL PEMERIKSAAN DARAH RUTIN (31/08/2021)


Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
LED 50 (H) 0-20

2. HASIL PEMERIKSAAN ELEKTROLIT (29/08/2021)


Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Natrium (Na) 136.6 136-146 mmol/L
Kalium (K) 3.43 (L) 3.34-5.10 mmol/L
Chlorida (Cl) 104.4 98-106 mmol/L

3. HASIL PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK (29/08/2021)


Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
GULA DARAH
GDS 126 < 200 mg/ dl
FAAL GINJAL
Ureum 8 (L) 15-39 fl
Kreatinin 0.79 0.55-1.3

HASIL PEMERIKSAAN KIMIA DARAH (01/09/2021)


Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
FAAL HATI
SGOT 10 (L) 15-37

1. HASIL PEMERIKSAAN D-DIMER (29/08/2021)


Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
D-Dimer 1626.34 (H) <500 ng/mL

DIAGNOSIS & DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis Banding : 1. PPOK
2. TB Paru
3. Pneumonia ec Covid-19

Diagnosis Kerja
Diagnosis Utama : Dyspnea ec Pneumonia
Diagnosis Sekunder : 1. Anemia Normositik Normokrom
2. Hiperkoagulopati
9

3. Gangguan Fungsi Hati


4. Gangguan Fungsi Ginjal
Diagnosis Tersier :
PENATALAKSANAAN
Aktivitas : Tirah Baring
Diet : Diet Tinggi Energi Tinggi Protein
Tindakan : [-] Pemasangan chest tube di ……………
[-] Aspirasi cairan pleura sebanyak ………….
[-] Bronksokopi terapeutik
Medikamentosa :
1. Nasal Canule 5 liter per menit
2. IVFD Asering 20 tpm
3. Inj. Ceftriaxon 1x2gr
4. Inj. Arixtra 2 x 2,5 mg SC
5. Inj. Omeprazole 40 mg
6. Drip Acetylsistein 12,5 mg

Rencana Penjajakan Diagnostik :


1. Foto Thorax PA
2. Analisa Gas Drarah
3. Pemeriksaan Sputum
4. Spirometri
5. Pemeriksaan D-Dimer post koreksi
BAB III
ANALISIS KASUS

Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien di RSUD Raden Mattaher Jambi


dengan keluhan sesak napas yang semakin memberat ± 1 hari SMRS Pasien datang
Sesak napas sudah dirasakan ± 2 minggu SMRS yang semakin lama semakin
memberat. Pasien mengatakan sesak muncul setiap kali pasien keluar dari toilet
baik setelah mandi ataupun setelah buang air. Sesak yang dialami pasien ± 5 menit.
Selain itu pasien mengeluhkan nyeri dada sejak ±2 minggu SMRS. Nyeri dada yang
dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan
dan tenggorokkan pasien terasa nyeri. Selain itu, diketahui ± 2 minggu SMRS
pasien juga mengalami demam selama 2 hari.
Dari anamnesis sesak napas yang memberat disertai demam yang
dialamipasienmaka diagnosis yang dapat ditegakkan dari anamnesis ini ialah
pneumonia. Jenis pneumonia yang tejadi pada pasien yatu pneumoni komuniti atau
disebut juga community acquired pneumonia (CAP). Diagnosis pneumonia
komuniti didapatkan dari anamnesis, gejala klinis pemeriksaan fisis, laboratorium.
CAP didefinisikan sebagai pneumonia yang terjadi pada pasien yang tidak
mendapatkan perawatan inap di rumah sakit atau fasilitas perawatan inap jangka
panjang (panti) setidaknya lebih dari 14 hari sebelum mulai munculnya tanda dan
gejala tersebut. Etiologi CAP bervariasi menurut tingkat keparahan penyakitnya,
meliputi bakteria, fungi, virus, protozoa, dan lain-lain. Namun sebagian besar kasus
CAP etiologinya adalah kuman atau bakteri patogen. Kebanyakan patogen
penyebab CAP baik pada usia lanjut maupun dewasa muda adalah sama, yaitu
Streptococcus pneumoniae. Infeksi oleh Mycoplasma pneumoniae dan Legionella
jarang pada usia lanjut.
Diagnosis CAP yaitu berdasarkan adanya gejala klinik dan didukung
gambaran radiologis paru (radiografi thoraks).Kriteria minimal untuk dapat
mendiagnosis klinis CAP adalah : adanya infeksi akut paru yang didapat dari
komunitas dan tidak didapat di rumah sakit, dengan gambaran radiologis infiltrat
paru, dan ditandai dua atau lebih kelainan berikut :
- Suhu badan lebih dari 370C dengan atau tanpa menggigil

10
11

- Leukositosis lebih dari 10.000/mm3


- Sputum purulen, lebih dari 23 neutrofil/ LPB
- Batuk, sesak nafas, nyeri dada.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang untuk diagnosis CAP maka
akan ditemukan :
Pemeriksaan fisik yang dimulai dari inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Pada inspeksi dapat ditemukan terlihatnya bagian paru yang sakit
tertinggal ketika bernapas. Pada palpasi dapat ditemui fremitus tactil yang mengeras
pada bagian yang sakit. Pada perkusi dapat ditemui suara redup pada bagian paru
yang sakit. Pada auskultasi dapat terdengar suara napas bronkovesikular sampai
bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki
basah kasar pada stadium resolusi.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis CAP
dapat menggunakan pewarnaan gram yang bertujuan menentukan etiologi dari
CAP, pemeriksaan leukosit yang ditandai dengan jumlah leukosit ≥ 10.000 atau
<4.500. Pada pemeriksaan foto thoraks dapat ditemukan gambaran radiologi berupa
infiltrate pada paru. Jika memungkinkan dapat melakukan pemeriksaan kultur
sputum dan kultur darah untuk menentukan secara pasti estiologi dari CAP.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pada pasien ini didapatkan gejala klinis berupa demam, sesak napas, dan
nyeri dada. Gejala gejala klinis yang dialami oleh pasien ini adaah gejala gejala
klinis yang terdapat pada penyakit Community acquired pneumonia (CAP).
Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan fremitus taktil pada palpasi
menurun pada lapang paru kiri tengah dan bawah, perkusi paru redup pada paru kiri
tengah dan bawah dan auskultasi didapati vesikuler yang menurun pada bagian
tengah dan bawah lapangan paru kiri pasien.
Pada pemeriksaan laboratorium didapati anemia normokrom normositik,
peningkatan LED, hipokalemi, dan peningkatan dari D-Dimer.
Peningkatan LED menandakan bahwa adanya infeksi yang menderita
pasien, hasil ini sesuai dengan etiologi dari CAP yang disebabkan oleh banyak
disebabkan bakteri Gram positif dan dapat pula bakteri atipik. Akhir-akhir ini
laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang
12

ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri


Gram negatif. Adanya infeksi dari bakteri menyebabkan bertambahnya jumlah
leukosit berkaitan dengan fungsinya sebagai pertahanan. Hal ini menyebabkan
pengendapan darah melaju lebih cepat karena bertambahnya jumlah leukosit pada
darah. LED yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan LED
dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, LED yang menurun
dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
D-dimer merupakan penanda pembentukan fibrin dan degradasi yang
sedang berlangsung, D-dimer sendiri adalah uji klinis yang paling umum digunakan
untuk mendeteksi aktivasi sistem koagulasi. D-dimer juga merupakan reaktan fase
akut yang produksinya merangsang tingkat sitokin tinggi seperti IL-6 dan IL-1.
Pada akhirnya, D-dimer dan produk degradasi fibrin lainnya juga dapat
mempengaruhi respon fase inflamasi akut dengan mempromosikan aktivasi
neutrofil dan monosit, yang mendorong pelepasan IL-6. Jadi D-dimer bisa dijadikan
sebagai penanda inflamasi untuk beberapa penyakit.
Diagnosis primer dari kasus ini yaitu: Community Acquired Pneumonia
(CAP) dengan gambaran bronkopneumonia hal ini didasarkan dari anamnesis
terhadap pasien,pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang. Diagnosis
sekunder pada pasien ini meliputi anemia normokromik normositer +
hiperkoagulopati. Diagnosis banding kasus ini yaitu Tuberculosis Paru (TB), PPOK
dan Covid-19. TB adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
M.tuberculosis. jalan masuk untuk organisme M.tuberculosis adalah saluran
pernapasan, saluran pencernaan. Gejala klinis TB adalah batuk lama yang produktif
(durasi lebih dari 3 minggu), nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik seperti
demam, menggigil, keringat malam, lemas, hilang nafsu makan dan penurunan
berat badan. PPOK (Penyakit Pari Obstruksi Kronik) adalah penyakit paru yang
ditandai dengan hambatan aliran udara saluran napas yang bersifat progresif non
reversible atau reversible parsial. Faktor resiko penyebab PPOK tersering adalah
adanya riwayat PPOK dapat disebabkan oleh dua hal yaitu bronchitis kronik dan
emfisema. Bronkritis kronik adalah kelainan saluran napas yang ditandai dengan
batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam 1 tahun, sekurang kurangnya 2 tahun
berturut turut dan tidak disebabkan penyakit lain. Gejala lain bronchitis kronik
13

adalah usia 40-45 tahun, batuk kronik dan produktif, dispneu ringan, sianosis (blue
bloater), edem peripheral, ekspirasi memanjang, obesitas(kelebihan berat badan).
Sedangkan emfisema adalah kelainan anatomis yang ditandai dengan pelebaran
rongga udara distal bronkiolus terminal disertai kerusakan dinding alveoli dengan
gejala klinis : usia 50-75 tahun, batuk minimal dan tidak produktif, kulit kemerahan
(pink puffer), takipneu dan penggunaan otot bantu napas, penurunan BB akibat
usaha berlebih untuk bernapas. Pneumonia ec covid 19 adalah peradangan pada
parenkim paru yang diduga disebabkan oleh SARS-CoV-2. Gejala klinis yang dapat
ditemukan demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokkan, sesak napas atau kesulitan
bernapas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis atau
penurunan kesadaran yang tidak membutuhkan ventilator, tanda vital: frekuensi
nadi meningkat, frekuensi nafas meningkat, tekanan darah normal atau menurun,
suhu tubuh meningkat >380C, dapat disertai retraksi otot pernapasan, pergerakan
dinding dada yang tidak simetris statis ataupun dinamis, fremitus mengeras, redup
pada daerah konsolidasi, suara nafas bronkovesikuler atau bronkial, ronki kasar.
Pemeriksaan anjuran yang harus dilakukan adalah pemeriksaan analisa gas
darah.pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat apakah ditemukan hipoksemia
sedang atau berat dikarenakan pada beberapa kasus, tekanan parsial karbondioksida
(Pco2) menurun dan pada stadium lanjut dapat menunjukkan asidosis respiratorik.
Pemeriksaan anjuran lainnya yaitu pemeriksaan biakan sputum yang berguna untuk
melihat adanya s.pneumonia sebagai etiologi dari CAP.
Tatalaksana pada pasien ini yaitu,untuk nonfarmakologi:
1. Istirahat yang cukup.
2. Edukasi juga memuat tentang gaya hidup yang baik seperti penghentian
merokok dengan pengolahan latihan jasmani sesuai dengan kondisi
penyakit pasien. Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4x aktivitas/minggu.

Untuk tatalaksana farmakologi:


1. O2 nasal canul 5 LPM
2. IVFD Asering 20 tpm
3. Inj. Ceftriaxon 1x2 gr
4. Inj. Arixtra 2 x 2,5 mg
14

5. Inj. Omeprazole 40 mg
6. Drip Acetylsistein 12,5 mg

Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan


antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian
antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman penyebab
infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan
terapi suportif perlu diberikan untuk menjaga kondisi pasien.
Terapi antibiotika empiris menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan
pada klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme, karena hasil
mikrobiologis umumnya tidak tersedia selama 12-72 jam. Maka dari itu
membedakan jenis pneumonia (CAP atau HAP) dan tingkat keparahan berdasarkan
kondisi klinis pasien dan faktor predisposisi sangatlah penting, karena akan
menentukan pilihan antibiotika empirik yang akan diberikan kepada pasien.
Tindakan suportif meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8 kPa (SaO2 >
92%) dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan stabilitas hemodinamik.
Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan napas positif
kontinu (continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin
diperlukan pada gagal napas. Bila demam atau nyeri pleuritik dapat diberikan
antipiretik analgesik serta dapat diberika mukolitik atau ekspektoran untuk
mengurangi dahak.
BAB IV
KESIMPULAN

Pneumonia adalah suatu peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus


terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia
dibedakan menjadi dua berdasarkan tempat didapatkannya kuman, yaitu pneumonia
komuniti dan pneumonia nosokomial. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Pneumonia sendiri
menurut Riskesdas 2013, menduduki urutan ke-9 dari 10 penyebab kematian utama
di Indonesia, yaitu sebesar 2,1%.
Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap,
pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti
pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau
infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala.
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan antibiotik
tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian antibitotik
bertujuan untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan
tetapi sebelum antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif
perlu diberikan untuk menjaga kondisi pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Wunderink RG, Watever GW. 2014. Community-acquired pneumonia. N Engl


J Med.2014;370:543-51.
2. PDPI. 2003. Pneumonia komuniti-pedoman diagnosis dan penatalaksaan di
Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
3. Dunn, L. Pneumonia : Classification, Diagnosis and Nursing Management.
Royal Collage of Nursing Standard Great Britain. 2007. 19(42). hal :50-54.
4. Shorr AF, Thomas SJ, Alkins SA, Fitzpatrick TM, Ling GS. D-dimer correlates
with proinflammatory cytokine levels and outcomes in critically ill patients.
Chest. 2002;121:1262–8.
5. Franchini M, Lippi G, Manzato F. Recent acquisitions in the pathophysiology,
diagnosis and treatment of disseminated intravascular coagulation. Thrombosis
J. 2006;4:4.
6. PERHIMPUNAN DOKTER PARU INDONESIA. Panduan Praktik Klinik
(Ppk). J Am Pharm Assoc. 2018;55(5):503-510.
http://www.klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=8720

16

Anda mungkin juga menyukai