Anda di halaman 1dari 69

MANAJEMEN RISIKO

KECURANGAN
FRAUD RISK MANAGEMENT

1
Risiko Kecurangan

Pengendalian Kecurangan

MANAJEMEN RISIKO
Deteksi Kecurangan
KECURANGAN

Keperdulian Terhadap Kecurangan


(Fraud Awaraness)

Investigasi Kecurangan
2
KEGIATAN BELAJAR 1

RISIKO
KECURANGAN

3
RISIKO KECURANGAN
potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan
Risiko kerugian bagi suatu organisasi

potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan


Risiko
kerugian bagi organisasi (entitas) yang disebabkan oleh
Kecurangan
kecurangan

Kecurangan terhadap Organisasi Kecurangan oleh Organisasi (Fraud by


(Fraud against Organisation) Organisastion)
berdampak kerugian bagi entitas memberikan keuntungan bagi entitas
(penggelapan kas) (penipuan pajak

4
PENGERTIAN KECURANGAN
Black’s Law Dictionary
“A knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact to induce another to act
to his or her detriment. (Suatu bentuk penyajian yang sengaja dibuat salah atas suatu fakta atau
penyembunyian suatu fakta yang material guna mempengaruhi pihak lain melakukan sesuatu yang
merugikan)

G.Jack Bologna, Robert J. Lindquist dan Joseph T. Wells


“Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver”.
(Kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan pada si
pelaku)

KECURANGAN
Albrecht (2012)
“fraud is a generic term, and embraces all the multivarious means which human ingenuity can devise,
which are resorted to by one individual, to get an advantage over another by false representations>
Kepiawaian manusia untuk memperoleh keuntungan dari orang lain melalui penyajian yang salah

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE):


In the broadest sense, fraud can encompass any crime for gain that uses deception as its principal
modus operandus”. (Kecurangan mencakup segala bentuk perbuatan kriminal atau kejahatan untuk
memperoleh keuntungan dengan cara tipu muslihat dimana kecurangan sebagai modus operandi
utamanya)
5
UNSUR-UNSUR KECURANGAN (FRAUD)

Ada pihak yang dirugikan

Kerugian yang ditimbulkan dapat dikuantifisir

Ada pihak yang mendapat keuntungan dari


UNSUR-UNSUR perbuatan yang dilakukan
KECURANGAN
Ada modus atau cara pelaku melakukan kecurangan

Ada motif dari perbuatan

Perbuatan dilakukan dengan sengaja


6
MOTIF KECURANGAN
Motif Economic
Melakukan kecurangan karena tujuan perbuatan adalah untuk mendapatkan
keuntungan ekonomi baik bersifat materil atau manfaat lainnya yang bersifat
kas atau non-kas

Egocentric
Memiliki kekuasaan tanpa penyeimbang, otokratis atau otoriter sehingga
dengan mudah mengabaikan atau mengacuhkan tata kelola dan pengendalian
Motif intern.

Kecurangan
Psychosis
Kecurangan lebih berkaitan dengan problem psikis pelaku, yang apabila
dilakukan berulangkali dan menjadi kebiasaan, pelaku tidak lagi menyadari
bahwa perbuatannya itu adalah salah

Ideological
Umumnya menjadi faktor utama pada kejahatan teror, peperangan atau
pelanggaran hak azasi manusia. Namun, pada perbuatan kecurangan, alasan
tujuan ideologis umumnya tidak dijumpai

7
PENYEBAB KECURANGAN:
THE FRAUD TRIANGLE
Incentive/Pressure
Management or other employees may have
an incentive
or be under pressure, which provides a
motivation
to commit fraud

Rationalization/Attitude
Opportunity
Those involved in a fraud are able to rationalize
Circumtances exist – for example, the absence of
a fraudulent act as beeing consistent with their
controls, ineffective controls, or the ability of
personal code of ethics. Some individuals possess
management
an attitude, character or set of ethical values that
to override controls, - that provide opportunity
allows to knowingly and intentionally commit a
for fraud tobe perpetrated
dishoneshed act
8
PENYEBAB KECURANGAN:
THE FRAUD DIAMOND

Incentive/Pressure Opportunity
Management or other employees may have an Circumtances exist – for example, the absence of
incentive controls, ineffective controls, or the ability of
or be under pressure, which provides a management
motivation to override controls, - that provide opportunity
to commit fraud for fraud tobe perpetrated

Incentive/Pressure
Management or other employees may have an Capability
incentive memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang
or be under pressure, which provides a cara melakukan kecurangan dan
motivation menyembunyikan perbuatannya
to commit fraud

9
PENYEBAB KECURANGAN:
TEORI GONE
GREED OPPORTUNITY
(keserakahan) (kesempatan)

EXPOSURE NEEDS
(keterungkapan) (kebutuhan)
10
JENIS-JENIS KECURANGAN
Kecurangan terhadap organisasi (fraud against organisation)
Korban atau pihak yang dirugikan adalah organisasi
Berdasarkan Korban
Kecurangan oleh organisasi (fraud by organisation)
Korban adalah institusi atau pihak lain di luar organisasi

Kecurangan oleh karyawan (employee fraud)


Berdasarkan Jabatan
Pelaku
Kecurangan oleh manajemen (management fraud).

Kecurangan rekanan (vendor fraud).

Berdasarkan Posisi Pelaku


Kecurangan pelanggan (customer fraud).
11
THE FRAUD TREE
INTERNAL
FRAUD

Asset
Fraudulent
Misappropri Corruption
Statements
ation

Non- Conflicts of Bribery and


Cash Non-cash Financial
financial interest extortion

12
MANAJEMEN RISIKO KECURANGAN
(FRAUD RISK MANAGEMENT)
FRAUID RISK
ASSESSMENT

FRAUD FRAUD RISK FRAUD


INVESTIGATION AND
CORRECTIVE ACTION GOVERNANCE PREVENTION

FRAUD
DETECTION
13
PRINSIP MANAJEMEN RISIKO KECURANGAN
Prinsip 1 - Fraud Risk Governance
Kebijakan dan prosedur tertulis mengenai FRM dalam rangka anti kecurangan
(antifraud) pada suatu organisasi

Prinsip 2 - Fraud Risk Assessment (FRA)P


Paparan (exposure) suatu organisasi sampai tingkat unit kerja yang memiliki
pertanggungjawaban (responsibility center) terhadap risiko kecurangan

Prinsip Prinsip 3 - Fraud Prevention


Teknik untuk mencegah kejadian kecurangan (risk event) yang potensial, yang
harus dikembangkan dan dianggap layak (feasible) untuk memitigasi dampak
FRM kecurangan yang mungkin terjadi

Prinsip 4 - Fraud Detection


Teknik pendeteksian yang harus dikembangkan untuk mengungkap kejadian
kecurangan

Prinsip 5 - Fraud Investigation and Corrective Action


Proses pembuktian terjadi tidaknya kecurangan berdasarkan masukan-masukan
atas potensi kecurangan dari proses pelaporan
14
KEGIATAN BELAJAR 2

PENGENDALIAN
KECURANGAN

15
PENGENDALIAN KECURANGAN
Pengendalian kecurangan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencegah serta
meminimalisir terjadinya kecurangan

Managing the Business Risk of Fraud: Practical Guide:


“Prevention encompasses policies, procedures, training, and communication that stop
fraud from occurring... prevention techniques do not ensure fraud will not be
committed, they are the first line of defense in minimizing fraud risk”

Pencegahan meliputi kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, pelatihan dan


komunikasi untuk mencegah terjadinya kecurangan. Salah satu kunci utama
pengendalian kecurangan adalah keterlibatan
Dewan Komisaris dan pimpinan perusahaan untuk memberi perhatian yang cukup
atas program manajemen risiko kecurangan (the fraud risk management program)
termasuk identifikasi atas kecurangan-kecurangan yang mungkin timbul

16
POSISI AUDITOR INTERN
three lines of defense in effective risk management and control

Fungsi Manajemen
Operasional
Auditor Kepatuhan
Intern
dan Fungsi
Manajemen
(pemilik
proses,
pemilik
RISK
Risiko risiko)

17
Instutute of Internal Audit (IIA) Position Paper (2013)
PERAN AUDITOR INTERN
Value proposition

Adanya wawasan dan pengetahuan Assurance (tingkat kepastian atau jaminan


yang mendalam (insight) dari pada tingkat keyakinan yang dapat diterima)
auditor intern terhadap auditan yang diberikan auditor intern bahwa
Memberikan jasa assurance dan organisasi kebijakan dan prosedur telah diikuti, telah
dan konsultansi yang mematuhi hukum dan sistem pengendalian
independen intern telah memadai untuk memitigasi
risiko-risiko

Melaksanakan pendekatan
Insight: melihat kondisi secara
yang sistematis dan disiplin komprehensif dan untuk
untuk mengevaluasi dan Objektivitas auditor dalam memberikan rekomendasi perbaikan
memperbaiki keefektifan memandang budaya organisasi,
tata kelola (governance), sistem pengendalian intern dan
manajemen risiko dan risiko-risiko
proses pengendalian
Objektivitas, yaitu komitmen
(kontrol
pada independensi, integritas
dan akuntabilitas auditor intern
dalam melaksanakan
aktivitasnya
18
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
AUDIT INTERN
Standar Atribut 1210 – Proficiency (Kemahiran auditor intern)
pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk
menjalankan tanggung jawab individualnya sebagai auditor intern

Tugas dan Tanggung Standar Atribut 1220 – Due Professional Care (Kecermatan auditor intern)
jawab menerapkan kehati-hatian (kecermatan) dan ketrampilan seperti yang
diharapkan dari seorang auditor intern yang kompeten dan hati-hati
Auditor Intern

Perhatian atas standar terkait kecurangan


auditor intern harus memperhatikan standar kinerja terkait dengan
kecurangan

Standar kinerja 2210 –


Engagement Objectives
Standar kinerja 2060 – Reporting to Standar kinerja 2120 – Risk
mempertimbangkan kemungkinan
Senior Management and the Board Management
terjadinya kekeliruan yang
secara periodik melapor kepada mengevaluasi efektivitas proses
signifikan, kecurangan atau
manajemen dan dewan komisaris manajemen risiko dan memberi
ketidakpatuhan, dan risk exposure
tentang tujuan krgiatan audit intern, masukan perbaikan proses
yang lain ketika sedang
kewenangan, tanggung jawab manajemen risiko tersebut
mengembangkan atau menyusun
tujuan penugasan
19
THE CIMA RISK MANAGEMENT CYCLE
Establish a risk
management Identify
group risk areas
and set goals

Review and refine Understand and


the process and assess the scale
do it again of risk

INFORMATION
FOR DECISION
MAKING

Implement and
Develop a risk
monitor the
response strategy
suggested controls

Implement the
strategy and
allocate
responsibilities
20
RESPON TERHADAP RISIKO (RISK RESPONSE)

Risk retention
Menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil) dan tidak melakukan upaya khusus
dengan pertimbangan kerugian potensial karena kecurangan jauh lebih kecil dari pada
keuntungan potensial atau biaya mitigasi risiko.

Risk avoidance
Tidak melakukan sama sekali aktivitas atau transaksi yang mengandung risiko. Hal ini
dilakukan setelah mempertimbangkan bahwa keuntungan potensial jauh lebih kecil dari
kerugian potensial kecurangan dari aktivitas atau transaksi tersebut

Risk Response
Risk reduction
Pemilik bisnis dan risiko merespon risiko dengan mengurangi dampak kerusakan yang
dihasilkan risiko dengan cara menerapkan pengendalian intern. Pada konteks manajemen
risiko kecurangan, cara ini dikenal sebagai pencegahan dan pendeteksian kecurangan

Risk transfer
Pemilik bisnis dan risiko mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari
risiko dengan pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging

21
ASESMEN RISIKO KECURANGAN
(FRAUD RISK ASSESMENT)

Bagaimana pelaku kecurangan mampu


mengetahui kelemahan pengendalian intern dan
memanfaatkan kelemahan
Asesmen Risiko Kecurangan
(Fraud Risk Assesment)
Proses yang dilakukan secara proaktif untuk Bagaimana pelaku kecurangan dapat
mengidentifikasi dan menangani kerawanan menghindari pengendalian
organisasi terhadap kecurangan baik dari internal
maupun eksternal

Bagaimana pelaku kecurangan akan


menyembunyikan perbuatannya atau
mengelabui orang lain

22
SYARAT FRA
Sponsor yang tepat, yaitu manajemen dan dewan komisaris

Objektivitas dan independensi tim penilai risiko atau tim FRA dalam
memimpin proses dan mengarahkan FRA

Syarat FRA Pengetahuan yang cukup tentang objek atau kegiatan yang sedang dinilai
risiko kecurangannya

Kewenangan untuk mengakses dan berkomunikasi dengan


seluruh lapisan pada organisasi

Kepercayaan terhadap tim dari seluruh lapisan pada organisasi

23
TAHAPAN FRA
Mengidentifikasi modus kecurangan yang merupakan risiko
melekat

Mengidentifikasi strategi pelaku kecurangan menyembunyikan


kecurangan
atau mengelabui pihak lain (concealment).

Menilai tingkat keterjadian kecurangan dan signifikansi


dampaknya
Tahapan
FRA Mengidentifikasi pengendalian intern (Internal Control) yang
terkait dengan modus kecurangan tersebut

Menentukan risiko residual

Merumuskan mitigasi risiko kecurangan tersisa


24
KLASIFIKASI RISIKO KECURANGAN

Macro Level atau Enterprise Wide Risk Assessment dirancang


mengidentifikasi secara komprehensif seluruh aktivitas yang berpotensi
kecurangan pada organisasi dan mengaitkannya dengan tanggung jawab
pemilik risiko

Klasifikasi Micro-risk level atau Business Process Risk Assessment dirancang untuk
mengidentifikasi modus atau risiko kecurangan yang spesifik pada masing-
Risiko masing proses bisnis dan mengaitkannya dengan sistem pengendalian intern
yang spesifik dengan modus atau risiko kecurangan
Kecurangan
Mega Micro Level atau Fraud Penetration Risk Assessment dirancang untuk
mengidentifikasi akun, tipe transaksi, dan lokasi unit kerja mana yang
berpotensi terjadi kecurangan

25
Hubungan Komponen Pengendalian Intern
COSO
dengan Prinsip-prinsip FRM

26
PRINSIP #1 FRM
Organisasi menyusun dan dan mengkomunikasikan Program Manajemen Risiko Kecurangan (FRM)
yang menggambarkan ekspektasi dewan komisasis dan manajemen senior tentang komitmen
terhadap integritas dan nilai-nilai etika dalam penanganan risiko kecurangan

Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Perusahaan menunjukkan adanya komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika

Dewan komisaris menunjukkan sikap independen dari manajemen dan mengawasi


dengan seksama pengembangan dan penerapan pengendalian internal

Dengan pengawasan dewan komisaris, manajemen menyusun struktur dan jalur pelaporan
termasuk wewenang dan tanggungjawab dalam rangka pencapaian tujuan organisasi

Organisasi menunjukkan komitmen untuk mengangkat, mengembangkan dan


mempertahankan personil yang kompeten dalam pencapaian tujuan organisasi

Organisasi menempatkan petugas yang dianggap mumpuni sebagai penanggungjwab


pelaksanaan pengendalian internal dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
27
PRINSIP #2 FRM
Organisasi menyusun manajemen risiko kecurangan yang komprehensif yang mampu mengidendifikasi
kecurangan dan risiko-risikonya, mengasses kemungkinan keterjadian dan dampak, mengevaluasi kegiatan
pengendalian kecurangan yang diterapkan dan menerapkan tindakan untuk memitigasi risiko residual

Asesmen Risiko (Risk Assessment)

Organisasi menguraikan tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan jelas untuk
memudahkan mengidentifikasi dan mengasses risiko=risiko yang dihadapi
dalam pencapaian tujuan

Organisasi mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin dihadapi dalam


pencapaian tujuan dan menganalisa risiko-risiko dimaksud sebagai dasar
pertimbangan dalam menetapkan bagaimana risiko tersebut dikelola

Organisasi memberi perhatian atas potensi-potensi yang mungkin ada dalam


melakukan assesmen risiko pencapaian tujuan organisasi

Organisasi mengidentifikasi dan mengasses perubahan-perubahan atau


modifikasi yang diperlukan pada sistem pengendalian internal
28
PRINSIP #3 FRM
Organisasi menetapkan, mengembangkan dan mempromosikan kegiatan pencegahan dan
pendeteksian kecurangan serta mitigasi atas risiko-risiko yang timbul atau yang belum terdeteksi

Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Organisasi memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian yang mampu


memitigasi risiko yang dihadapi dalam pencapaian tujuan perusahaan pada
tingkat yang masih dapat diterima

Organisasi memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian atas teknologi


yang diterapkan untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan

Organisasi mempromosikan kegiatan pengendalian melalui kebijakan-kebijakan


organisasi dan prosedur-prosedur penerapannya

29
PRINSIP #4 FRM
Organisasi menyusun proses komunikasi untuk memperoleh informasi tentang potensi risiko dan
mengembangkan pendekatan investigasi serta tindakan perbaikan untuk mengatasi kecurangan
tepat waktu

Infomasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Organisasi harus mengumpulkan dan menjabarkan serta menggunakan


informasi yang berkualitas dan relevan untuk mendukung peran komponen
sistem pengendalian internal

Secara internal, organisasi mengkomunikasikan informasi yang dikumpulkan


termasuk tujuan dan tanggungjawab penerapan pengendalian intern terutama
dukungan terhadap peran pengendalian internal

Organisasi mengkomunikasikan informasi yang dikumpulkan kepada pihak-


pihak eksternal terkait dan diperkirakan terkena dampak

30
PRINSIP #5 FRM
Organisasi menetapkan, mengembangkan dan mengevaluasi apakah prinsip-prinsip FRM
diterapkan dan menyampaikan kelemahan yang ditemukan untuk segera diambil tindakan perbaikan
baik oleh dewan komisaris maupun manajemen senior.
pendeteksian kecurangan serta mitigasi atas risiko-risiko yang timbul atau yang belum terdeteksi

Kegiatan Monitoring (Monitoring Activities)

Organisasi menetapkan, mengembangkan dan mengevaluasi penerapan sistem


pengendalian intern untuk memberi keyakinan bahwa komponen-komponen
sistem pengendalian intern benar-benar dijalankan pada kegiatan perusahaan

Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kelemahan-kelemahan


sistem pengendalian intern secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang
bertanggungjawab untuk dilambil tindakan perbaikan termasuk bila perlu
kepada dewan komisaris maupun manajemen senior

31
KEGIATAN BELAJAR 3

DETEKSI
KECURANGAN

32
KEWAJIBAN DETEKSI KECURANGAN
Sarbanes–Oxley (SOX)
auditor independen diwajibkan menerbitkan opini apakah pengendalian
intern
dalam segala hal yang material atas pelaporan keuangan telah efektif
dilakukan oleh manajemen

Kewajiban Statement on Auditing Standards Nomor No. 99


auditor independen diwajibkan untuk mengumpulkan dan
Deteksi mempertimbangkan informasi yang spesifik terkait risiko kecurangan
dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan auditnya
Kecurangan
International Standards on Auditing (ISA) No. 240
auditor independen berkepentingan pada aktivitas-aktivitas yang
berpengaruh pada salah saji material informasi keuangan dan
meningkatkan risiko audit

Merancang prosedur audit


mengidentifikasi dan
lebih lanjut untuk
menilai risiko salah saji Merancang langkah tindak
mendapatkan bukti audit
laporan keuangan material lanjut (respon) atas
yang tepat dan cukup
yang disebabkan kecurangan yang terdeteksi
terhadap risiko kecurangan
kecurangan
yang dinilai 33
Gejala Kecurangan (Red Flags).
Kejanggalan pada perilaku pegawai
(termasuk manajemen)

Anomali finansial
Gejala Kecurangan

Kejanggalan pada dokumen, catatan


dan laporan

Kelemahan pengendalian intern dan


atau tata kelola
34
MENGENALI GEJALA KECURANGAN
Terdapat perbedaan angka laporan keuangan yang
mencolok dengan tahun-tahun sebelumnya

Terdapat perbedaan angka laporan keuangan yang


mencolok dengan tahun-tahun sebelumnya

Terdapat perbedaan yang terungkap dari hasil konfirmasi


Mengenali atau inspeksi fisik
Gejala
Ditemukan transaksi yang tidak didukung oleh bukti yang
Kecurangan memadai

Transaksi yang tidak dicatat sesuai dengan otorisasi yang


pantas

Terjadi pengambilan keputusan yang diwarnai benturan


kepentingan
35
TANDA AWAL KECURANGAN

Situasi pribadi yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang


tidak diharapkan seperti dililit hutang dan menderita sakit
berat.

Keadaan perusahaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan


Tanda Awal yang tidak semestinya seperti kesulitan ekonomi, banyaknya
Kecurangan hutang, meningkatnya persaingan dan kredit pinjaman yang
terbatas

Risiko pengendalian yang spesifik, seperti satu orang


menangani semua bagian dari suatu transaksi yang penting,
supervisi yang buruk, penugasan dan tanggung jawab yang
tidak jelas

36
Robert K. Elliott dan John J. Wilingham (1980)
ANALISIS GEJALA KECURANGAN
OLEH AUDITOR INTERN
Mengevaluasi dan menilai kualitas atau keefektifan lingkungan
pengendalian dan
tata kelola
Mengevaluasi dan menilai kualitas atau keefektifan elemen
pengendalian intern untuk suatu siklus transaksi, proses bisnis
dan detil transaksi

Menentukan titik kritis yang rawan atau sangat rawan untuk di-
curang-kan pada siklus transaksi, proses bisnis dan detil transaksi
Analisis Gejala
Kecurangan Mengevaluasi (memeriksa) suatu dokumen dan laporan
khususnya yang terkait titik kritis

Mencari pembanding yang tepat dari aset fisik atau informasi dari
pihak ketiga, khususnya untuk mendapatkan pembanding data
yang terkait titik kritis.

Membayangkan cara pelaku kecurangan menyembunyikan


perbuatan kecurangannya termasuk cara berkolusi
37
FAKTOR GEJALA KECURANGAN

Kesempatan atau peluang


(opportunity).
(Faktor Generik)
Gejala pada
Organisasi
Kemungkinan keterungkapan
(exposure).

Faktor Gejala
Kecurangan

Keserakahan (Greed).
(Faktor Individu).
Gejala pada
Individu
Kebutuhan (Need).

38
TEKNIK DETEKSI KECURANGAN
Tidak mengabaikan hal-hal yang jelas, dengan kesan bahwa penyelidikan terhadap
kecurangan merupakan aktivitas kompleks dan rumit

Memberikan perhatian pada penyimpangan yang terjadi dan dan berupaya mencari
penyelesaian yang sederhana dan urgen

Berkonsentrasi pada titik yang paling lemah dan sederhana di dalam pencegahan,
pendeteksian dan pengungkapan kecurangan

Mendeteksi kecurangan berarti kerja keras karena pada hakekatnya kecurangan


Teknik disembunyikan

Deteksi Menelusuri lebih lanjut gejala kecurangan yang terdeteksi segera dan apabila mengarah
kepada perbuatan kecurangan, agar segera dilakukan investigasi

Mengalokasikan secara khusus kemampuan sumber daya untuk mendeteksi kecurangan

Menyadari bahwa pendeteksian dan pencegahan kecurangan sebagai aspek


berkesinambungan dan bukan suatu hal yang hanya dilakukan sekali

Memahami bahwa tujuan utama mendeteksi kecurangan adalah pencegahan dan


sebaliknya pencegahan harus diperkuat dengan pendeteksian kecurangan 39
DETEKSI KECURANGAN
Critical Point Auditing (CPA)
teknik dimana gejala kecurangan diidentifikasi melalui pemeriksaan atas catatan
pembukuan. yang lazim dilakukan dengan teknik CPA adalah Teknik Pengujian Analisis
Keuangan. Teknik ini terutama dilakukan dengan menilai kewajaran pencatatan pada buku
besar, laporan keuangan dan laporan manajerial

Job Sensitivity Analysis (JSA)


analisis dengan risiko kecurangan yang melekat pada jabatan dan pekerjaan dari sudut
pelaku potensial. Hasil analisis ini kemudian dapat dipergunakan dalam mencegah
kemungkinan terjadinya kecurangan, terutama pada posisi-posisi yang rawan kecurangan.

Deteksi Analisa Perilaku (Behavior Analysis)


menganalisis karakter atau perilaku karyawan (behavior analisys). kekayaan yang tidak
Kecurangan dapat dijelaskan sumbernya kekayaan yang tidak dapat dijelaskan sumbernya pegawai
yang merasa jenuh dan apatis karyawan yang merasa dianggap paling penting dan paling
pintar

Data Mining and Analytics


mengkaji trend nilai pengadaan barang dan jasa per vendor dilanjutkan dengan menggali atau
menelusuri lebih lanjut kinerja vendor, jenis barang dan atau jasa yang dibeli, harga kontrak,
identitas vendor, kemudian dikaitkan dengan kewajaran harga, kewajaran kinerja dan eksistensi
vendor.

Continuous Monitoring
Continuos monitoring dapat berupa script program yang dibuat secara khusus oleh auditor
intern, yang ditanam pada suatu aplikasi atau sistem informasi, atau pada database dan file
yang di-copy untuk menguji: integritas data, meliputi keakuratan dan kelengkapan data
melalui perbandingan dengan data lain 40
KEGIATAN BELAJAR 4

KEPERDULIAN TERHADAP
KECURANGAN
(Fraud Awareness)

41
SIKAP ORGANISASI ATAS KECURANGAN
Risk avoidance: Pemilik risiko merespon residual risk dengan memutuskan
untuk tidak melakukan sama sekali aktivitas atau transaksi yang mengandung
atau menyebabkan risiko

Risk deferred atau disebut juga risk postpone: Pemilik bisnis dan risiko
merespon residual risk dengan memutuskan untuk menunda aktivitas atau
transaksi yang mengandung risiko menunggu kesiapan mitigasinya

Risk reduction atau disebut juga risk mitigation atau risk handling: Pemilik
Sikap bisnis dan risiko merespon residual risk dengan mengurangi kemungkinan
terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang
Organisasi dihasilkan oleh suatu risiko dengan cara menerapkan pengendalian intern

Risk sharing atau disebut juga risk transfer: Pemilik bisnis dan risiko
mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko
dengan pihak lain, umumnya melalui kontrak (asuransi) maupun hedging

Risk acceptance atau disebut juga risk retention: Pemilik risiko menerima risiko yang terjadi
(biasanya yang kecil) dan tidak melakukan upaya khusus karena setelah
mempertimbangkan kerugian potensial atau biaya mitigasi risiko kecurangan jauh lebih
besar daripada keuntungan potensial yang akan didapat dari suatu aktivitas atau transaksi
42
SIKAP AUDITOR INTERN ATAS KECURANGAN

Pasif, auditor intern tidak peduli dan tidak


responsif atau menunggu instruksi untuk
berpartisipasi dengan memainkan peran sebagai
fraud deterrence
Sikap Auditor
Intern Reaktif, auditor intern bereaksi hanya apabila
terjadi insiden kecurangan seperti turut
membantu melakukan investigasi kecurangan
(fraud investigation) atau auditor intern bertindak
setelah dimintakan perannya

43
RESPON ATAS INSIDEN KECURANGAN
(FRAUD INCIDENCE RESPONSE)
LANGKAH MEMASTIKAN ADANYA KECURANGAN

Menelusuri sendiri gejala kecurangan (jika diberi kewenangan)


untuk menilai seberapa jauh gejala dimaksud mengandung muatan
atau unsur kecurangan sehingga layak diinvestigasi. Hal ini
dilakukan dengan cara:
• Mempelajari dan mendalami pola, trend, kejanggalan.
• Mengumpulkan informasi dan atau dokumen tambahan.
• Mengamankan data, dokumen, informasi yang sudah diperoleh, dan
• Melaporkan hasil penelusuran kepada unit yang berwenang melakukan
penindakan atas kecurangan

Menyerahkan hasil penelusuran dari unit pengidentifikasi gejala kecurangan kepada


unit pengawas (pemeriksa) untuk menilai seberapa gejala dimaksud mengandung
muatan atau unsur kecurangan sehingga layak diinvestigasi
44
RESPON ATAS INSIDEN KECURANGAN
(FRAUD INCIDENCE RESPONSE)
Terdapat Indikasi Adanya Kecurangan

Penerapan Teknik Investigatif


Penerapan teknik auditing yang memfokuskan pada bukti dokumentasi dengan (kemungkinan) hasil audit tersebut akan
digunakan untuk keperluan litigasi
Prinsip-prinsip audit investigatif adalah sebagai berikut:
• Audit investigatif merupakan tindakan mencari kebenaran dengan memperhatikan keadilan (berdasarkan ketentuan
perundangan yang berlaku).
• Kegiatan audit investigatif mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang dapat mendukung fakta yang
dipermasalahkan.
• semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan dengan waktu untuk merespon, maka kemungkinan
suatu tindak kejahatan dapat terungkap akan semakin besar.
• Auditor investigatif wajib mengumpulkan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga bukti-bukti yang diperoleh dapat
memberikan simpulan sendiri.
• bukti fisik merupakan bukti nyata yang sampai kapan pun akan selalu mengungkapkan hal yang sama.
• Penggunaan tenaga ahli merupakan bantuan bagi pelaksanaan audit investigatif, bukan merupakan pengganti dari audit
investigatif.
• Auditor harus memperoleh bukti fisik yang mungkin akan disampaikan kepada tenaga ahli untuk pengujian lebih lanjut.
• Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saksi akan sangat dipengaruhi oleh kelemahan manusia. Auditor
harus selalu berusaha untuk mengkonfirmasikan setiap pernyataan dan keterangan yang diberikan saksi.
• Jika auditor mengajukan pertanyaan yang cukup kepada sejumlah orang yang cukup, dapat diharapkan memperoleh
jawaban yang benar.
• Informasi merupakan nafas dan darahnya audit investigatif sehingga auditor harus mempertimbangkan segala
kemungkinan memperoleh informasi.
• Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan bagian yang penting dalam investigasi.

45
RESPON ATAS INSIDEN KECURANGAN
(FRAUD INCIDENCE RESPONSE)
Aksioma Audit Investigatif

Kecurangan pada hakekatnya tersembunyi. Sifat tersembunyi dari suatu kecurangan


mengakibatkan tidak ada keyakinan absolut yang dapat diberikan bahwa kecurangan benar-
benar terjadi atau tidak terjadi

Validasi bukti. Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan tidak terjadi, auditor
harus juga berupaya membuktikan kecurangan telah terjadi. Sebaliknya, untuk
mendapatkan bukti bahwa kecurangan telah terjadi, auditor harus pula berupaya
membuktikan kecurangan tidak terjadi

Audit bukan kewenangan memutus. Setiap proses audit investigatif atas kecurangan
diasumsikan akan berakhir hingga tahap litigasi. Namun, keputusan bahwa kecurangan sudah
terjadi bukan berada pada auditor. Pihak yang berwenang memutuskan bahwa kecurangan
benar-benar terjadi adalah hakim atau majelis hakim (apabila kasus kecurangan diserahkan ke
ranah hukum baik pidana atau perdata).

46
PERBAIKAN KELEMAHAN
(CORRECTIVE ACTION)
The organization may refer the case to law enforcement voluntarily, and, in some cases, it may be
required to do so. Law enforcement has access to additional information and resources that may
aid the case. Additionally, referrals for criminal prosecution may increase the deterrent effect of
Criminal referral the organization’s fraud prevention policy. An appropriate member of senior management, such as
the chief legal counsel, should be authorized to make the decision as to whether pursuing criminal
prosecution is appropriate

The organization may wish to pursue its own civil action against the
Civil action
perpetrators to recover funds

Internal disciplinary action may include termination,


Disciplinary action
suspension (with or without pay), demotion, or warnings

The organization may be able to pursue an insurance claim


Insurance claim
for some or all of its losses

47
PERBAIKAN KELEMAHAN (CORRECTIVE
ACTION)
Conducting a root cause analysis and performing an
Extended
extended investigation may identify similar misconduct
investigation
elsewhere in the organization.

The organization may be able to re-engineer its business


Business process
processes cost-effectively to reduce or remove the
remediation
opportunity for similar frauds in the future.

The organization may wish to enhance certain internal


Internal control
controls to reduce the risk of similar frauds going undetected
remediation
in the future

The organization should consider the potential impact of its response


and the message that it may send to the public, stakeholders, and others

48
MENJERAKAN KECURANGAN
(FRAUD DETERRENCE)

Penerapan sanksi perusahaan perlu membuat ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan perbuatan kecurangan
yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Ketentuan-ketentuan yang umumnya mencakup
berdasarkan ketentuan sanksi administrasi (termasuk pengembalian kerugian perusahaan) dimaksud, hanya berlaku
perusahaan apabila pelakunya adalah pegawai atau pejabat perusahaan.

Perbuatan kasir tersebut merupakan perbuatan tindak pidana (melanggar hukum), merugikan
Penerapan sanksi perusahaan, dan dilakukan untuk kepentingan dirinya. Atas masalah ini, pihak perusahaan tidak
berdasarkan ketentuan menyerahkan penanganannya kepada auditor investigatif melainkan melapor kepada polisi. Hal
tersebut mengingat perbuatan kasir dimaksud merupakan perbuatan tindak pidana umum yang
hukum pidana bukan merupakan ruang lingkup pekerjaan auditor investigatif.

Tindakan koordinasi dengan aparat penegak hukum (APH) atas kasus kecurangan yang terjadi perlu
Koordinasi dengan terlebih dahulu dipertimbangkan dampaknya terhadap perusahaan. Manajemen suatu korporasi
penegak hukum berkeinginan meneruskan penanganan kasus kecurangan kepada APH umumnya dengan
pertimbangan antara lain karena kerugian akibat kecurangan ternyata sangat signifikan

49
SISTEM PELAPORAN PENGADUAN
(WHISTLE BLOWER SYSTEM)
Dewan komisaris berkewajiban untuk menerima dan memastikan
bahwa pengaduan tentang pelanggaran terhadap etika bisnis,
pedoman perilaku, peraturan perusahaan dan peraturan
perundang-undangan, diproses secara wajar dan tepat waktu

Kewajiban Sistem Setiap perusahaan harus menyusun peraturan yang menjamin


Pelaporan Pengaduan perlindungan terhadap individu yang melaporkan terjadinya
pada Perusahaan pelanggaran terhadap etika bisnis, pedoman perilaku, peraturan
Publik perusahaan dan peraturan perundang-undangan

Dalam pelaksanannya, dewan komisaris dapat memberikan tugas


kepada komite yang membidangi pengawasan implementasi GCG

50
SISTEM PELAPORAN PENGADUAN
(WHISTLE BLOWER SYSTEM)
Perlindungan kepada whistleblower bank harus memiliki komitmen untuk
memberikan dukungan dan perlindungan kepada setiap pelapor kecurangan
serta menjamin kerahasiaan identitas pelapor kecurangan dan laporan
kecurangan yang disampaikan

Regulasi yang terkait dengan pengaduan kecurangan bank perlu menyusun


ketentuan internal terkait pengaduan kecurangan dengan mengacu pada
Kewajiban Sistem ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku
Pelaporan
Pengaduan pada
Bank perlu menyusun sistem pelaporan kecurangan yang efektif yang memuat
Perusahaan Publik kejelasan proses pelaporan, antara lain mengenai tata cara pelaporan, sarana,
dan pihak yang bertanggung jawab untuk menangani pelaporan. Sistem
pelaporan harus didukung dengan adanya kejelasan mekanisme tindak lanjut
terhadap kejadian Kecurangan yang dilaporkan

Kebijakan tersebut wajib ditransparankan dan diterapkan secara konsisten


agar dapat menimbulkan kepercayaan seluruh karyawan Bank terhadap
kehandalan dan kerahasiaan mekanisme whisleblowing
51
KEGIATAN BELAJAR 5

INVESTIGATIF
KECURANGAN

52
PROSES INVESTIGATIF KECURANGAN
PROSES INVESTIGATIF
KECURANGAN

Pra Pasca
Perencanaan Pelaksanaan Investigatif Kecurangan (Tindak Lanjut)

Perencanaan PEMBUKTIAN Pelaporan

Sumber Membangun Pengumpulan Evaluasi Prinsip Pemaparan


Informasi Hipotesa Bukti Bukti Pelaporan Eksternal

Penelaahan
Sumber Menyusun Teknik Analisa Format dan
Persidangan
Informasi Program Audit Perolehan Bukti Subtansi

Rencana Revisi Keterangan


Sumber Daya Bukti yang Hipotesa Ahli
Cukup, Valid
Keputusan
Penanganan Relevan, dan
Kompeten
Penugasan Delik
(Modus
Operandi)

53
INITIAL ANALYSYS
WHAT WHO WHERE WHEN WHY HOW

Complaint/ Identifica INFORMASI


Red Flags tion
Analysis
AWAL

Inadequate Investigative
Stop Predication
Evaluation Predication Audit

Additional
Information

54
PRA-PERENCANAAN DAN PERENCANAAN
INVESTIGATIF KECURANGAN
PRA PERENCANAAN PERENCANAAN

Penelaahan
Bangun Hipotesa
Informasi Awal What Awal

Who
Susun Audit
INFORMASI
Where Program
AWAL When
Alokasi Sumber
Why
Daya
How
Dapatkan
Informasi Surat Penugasan
Tambahan
Sebanyak Mungkin

55
PERENCANAAN INVESTIGATIF
KECURANGAN
• Permasalahan atau kasus yang diperoleh dari hasil penelaahan informasi awal
• Hasil penelaahan dikembangkan sedemikian rupa agar dapat diperoleh pemahaman
Situation •
yang lebih baik atas kondisi permasalahan
Pengembangan permasalahan ini akan mempengaruhi kualitas penyusunan hipotesis
P sebagai tujuan audit

E •

Merupakan tujuan audit yang hendak dibuktikan dalam proses pelaksanaan
Dibangun dalam bentuk hipotesis dengan menggunakan ‘worst-case scenario’
R Mission •
berdasarkan pengembangan masalah
Biasanya digunakan skenario ‘Bagaimana-Jika’ untuk membangun hipotesis

E
Semakin banyak hipotesis yang dibangun, semakin besar peluang pengungkapan
indikasi

N • Mengatur rencana prosedur audit yang akan diambil berdasarkan hipotesis yang
dibangun
C Execution


Menjadi dasar penyusunan program audit
Harus bersifat lentur, dalam arti mendukung adanya perubahan prosedur secara

A
cepat
sesuai kondisi pelaksanaan audit di lapangan

N • Mengatur proses administrasi apa saja yang diperlukan untuk keperluan pemeriksaan
• Jumlah personil, jangka waktu, peralatan atau perlengkapan pendukung dan biaya
A Administration audit merupakan hal yang dipersiapkan dalam tahap ini
• Perlu dipertimbangkan kemungkinan penggunaan tenaga ahli dari luaruntuk hal-hal
A yang sangat teknis

N
• Bagaimana komunikasi selama proses pemeriksaan akan dilakukan
• Siapa saja yang diperkenankan mengetahui substansi permasalahan
Communication • Institusi penegak hukum mana yang nantinya jika diperlukan akan menjadi mitra
dalam pemaparan pada saat penyelesaian laporan

56
PEMBUKTIAN INVESTIGATIF KECURANGAN

Evaluasi Bukti

Pengumpulan Bukti

Analisa Bukti
Tehnik Perolehan
Bukti

Revisi Hipotesa
Persyaratan Bukti
(Cukup, Valid, Relevan, dan
Kompeten)
MODUS OPERANDI
(What, Who, Where,
When,
Why, How)

57
AUDIT EVIDENCE
Information used by the auditor in arriving at the
conclusions on which the auditor’s opinion is based. Audit
evidence includes both information contained in the
accounting records underlying the financial statements
and other information.
(International Standard on Auditing -ISA 500)

BUKTI AUDIT
Bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor dalam
menarik kesimpulan sebagai basis opini auditor. Bukti audit
mencakup baik informasi yang terkandung dalam catatan
akuntansi yang melandasi laporan keuangan, maupun informasi
lainnya, sedangkan catatan akuntansi didefinisikan sebagai
catatan entri akuntansi awal dan catatan pendukungnya.
(Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia - PIAP -ED SPA-500)

58
Inspeksi atau perhitungan atas aset yang berwujud (tangible
Pengujian fisik asset), dilakukan secara langsung sehingga dianggap sebagai
(physical examination) salah satu jenis bukti audit yang paling terpercaya dan berguna

Konfirmasi Penerimaan tanggapan tertulis maupun lisan dari pihak ketiga


yang independen untuk memverifikasi keakuratan informasi
(confirmation) yang diminta oleh auditor

Pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien


Dokumentasi untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji
(documentation) dalam laporan (keuangan)

Prosedur analitis Berbagai perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah


data akun atau data lainnya nampak wajar, yang perlu dilakukan
(analytical procedures) selama fase perencanaan dan penyelesaian audit

59
Wawancara kepada klien Upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan
(inquiries of the client) maupun tertulis dari klien sebagai tanggapannya atas
berbagai pertanyaan yang diajukan oleh auditor

Pengujian kembali berbagai perhitungan dan transfer


Hitung uji (reperformance) informasi yang dibuat oleh klien pada suatu periode yang
berada dalam periode audit pada sampel yang diambil
auditor

Penggunaan panca indera untuk menilai aktivitas tertentu


Observasi (observation) (terdapat suatu resiko bahwa para karyawan klien yang
terlibat dalam aktivitas menyadari kehadiran sang auditor)

Dalam Fraud Investigation, bukti-bukti yang cukup, relevan, valid dan


kompeten diperlukan untuk membangun Hipotesa (disebut Modus Operandi)

60
TINGKAT BUKTI AUDIT

 Bukti Utama Bukti asli yang menunjang secara langsung suatu kejadian
(primary evidence) transaksi dan menghasilkan kepastian yang paling kuat
atas fakta seperti kontrak, kuitansi dan faktur.

 Bukti Tambahan Bukti tambahan berupa fotocopy kontrak dan keterangan


(secondary evidence) lisan. Bukti ini dapat diterima jika bukti utama rusak atau
hilang, atau merupakan pencerminan yang layak atas
bukti utama.

 Bukti Pendukung Bukti pendukung merupakan bukti tambahan dari


karakter yang berbeda, tapi untuk tujuan yang sama.
(corroborative Misalnya pernyataan bahwa fotocopy dokumen yang
evidence) diserahkan kepada auditor merupakan fotocopy yang
benar dan tidak dimanipulasikan.

61
TINGKAT BUKTI AUDIT
 Bukti Langsung Bukti yang merupakan fakta tanpa simpulan ataupun
(direct evidence) anggapan, cenderung untuk menunjukkan suatu fakta
atau materi yang dipersoalkan. Suatu bukti langsung
dikuatkan oleh pihak yang mempunyai pengetahuan
nyata mengenai persoalan yang bersangkutan dengan
menyaksikan sendiri seperti bukti transfer atau cek.

 Bukti Tidak Langsung Bukti yang mengungkapkan secara tidak langsung suatu
(circumstantial evidence) tindak pelanggaran atau fakta-fakta dari seseorang yang
mungkin mempunyai niat atau motif melakukan
pelanggaran. Bukti tidak langsung cenderung
menetapkan suatu fakta dengan pembuktian fakta
lainnya yang setara dengan fakta yang diaudit, seperti
surat keberatan dari peserta tender menunjukkan bukti
tidak langsung bahwa proses pelelangan diduga telah
menyimpang

62
KUALITAS BUKTI
Tingkat dimana bukti tersebut dapat dipercaya atau
Kompetensi bukti diyakini kebenarannya (keterpercayaan
bukti/reliability of evidence)

Bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan


audit
Relevansi (yang akan diuji sebelum bukti tersebut dapat
dipercaya)

Independensi penyedia Bukti audit yang diperoleh dari sumber diluar entitas
bukti lebih dipercaya daripada yang diperoleh dari dalam
entitas

Efektivitas pengendalian Pengendalian intern klien berjalan efektif, maka bukti


intern audit yang diperoleh akan lebih dapat dipercaya
daripada pengendalian intern yang lemah

Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor


Pemahaman langsung melalui pengujian fisik, observasi, penghitungan dan
auditor inspeksi lebih kompeten daripada informasi yang
diperoleh tidak langsung

63
KUALITAS BUKTI
Bukti audit tidak akan dapat dipercaya, kecuali jika
Kualifikasi penyedia individu
informasi yang menyediakan informasi memiliki kualifikasi untuk
memberikan informasi tersebut

Bukti yang obyektif akan lebih dipercaya daripada bukti


Obyektivitas yang membutuhkan pertimbangan tertentu untuk
menentukan apakah bukti tersebut memang benar

Ketepatan waktu atas bukti audit dapat merujuk pada


Ketepatan waktu kapan bukti itu dikumpulkan atau kapan periode waktu
yang tercover oleh proses audit

Kuantitas bukti yang diperoleh, diukur dari jumlah sampel


yang dipilih oleh auditor, dipengaruhi ekspektasi auditor
Kecukupan atas kemungkinan salah saji dan efektivitas pengendalian
intern

64
PRINSIP PELAPORAN
Pengungkapan atas arti penting

Kegunaan informasi dan


ketepatan waktu

Obyektifitas informasi yang disajikan

Tingkat keyakinan penyajian

Ringkas, sederhana namun jelas


dan lengkap

65
FORMAT LAPORAN INVESTIGATIF KECURANGAN

BAB I
Simpulan dan Rekomendasi

• Simpulan berisi ringkasan hasil audit yang


secara jelas menggambarkan MODUS
OPERANDI FRAUD termasuk dampak yang
ditimbulkan.
• Rekomendasi berisi saran tindakan hukum
yang perlu dilakukan (baik Perdata maupun
Pidana)

66
FORMAT LAPORAN INVESTIGATIF KECURANGAN

BAB II
Informasi Umum
1. Dasar Penugasan Audit
a. Sumber informasi (pengaduan masyarakat, media massa atau
sumber lain).
b. Permintaan instansi lain (APH atau Pimpinan Instansi Lain)
c. Dasar Hukum Landasan Auditor.
d. Surat Tugas dari Pimpinan Auditor.
2. Sasaran dan Ruang Lingkup Audit.
Gambaran mengenai kegiatan yang diaudit termasuk batasan ruang
lingkup kegiatan yang diaudit termasuk periode kegiatan yang diaudit.

3. Data Obyek/Kegiatan yang Diaudit.


Berisi judul kegiatan yang diaudit, dokumen-dokumen yang mendasari
kegiatan, struktur organisasi kegiatan serta informasi lainnya yang
berhubungan dengan kegiatan.

67
FORMAT LAPORAN INVESTIGATIF KECURANGAN

BAB III
Uraian Hasil Audit
1. Dasar Hukum Obyek dan atau Kegiatan yang Diaudit
Undang-undang atau ketentuan yang menjadi dasar pembentukan
instansi, dasar hukum kegiatan, keputusan-keputusan hukum yang
diterbitkan atas kegiatan serta keputusan hukum penetapan pejabat-
pejabat yang terkait dengan kegiatan.
2. Materi Temuan
a. Jenis Penyimpangan (unsur melawan hukum atau penyalahgunaan wewenang yang
dilakukan)
b. Fakta-fakta dan Proses Kejadian (uraian Modus Operandi Fraud secara jelas dari awal
kegiatan sampai dengan terjadinya Fraud)
c. Penyebab dan Dampak Penyimpangan (apa yang menyebabkan terjadinya Fraud dan
Dampaknya)
d. Pihak yang Diduga Terkait (Pihak-pihak yang Diduga terlibat dan Bertanggungjawab
atas Fraud. Nama yang disajikan berupa Inisial dalam rangka azas Praduga Tidak
Bersalah (Presume of Innocent)
e. Bukti yang Diperoleh (Bukti-bukti yang dikumpulkan dalam audit yang dilakukan yang
mendukung kejadian-kejadian yang diungkap pada a, b, c, d di atas

68
THANK YOU

......end of this session


see you tomorrow

GOOD LUCK

69

Anda mungkin juga menyukai