KECURANGAN
FRAUD RISK MANAGEMENT
1
Risiko Kecurangan
Pengendalian Kecurangan
MANAJEMEN RISIKO
Deteksi Kecurangan
KECURANGAN
Investigasi Kecurangan
2
KEGIATAN BELAJAR 1
RISIKO
KECURANGAN
3
RISIKO KECURANGAN
potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan
Risiko kerugian bagi suatu organisasi
4
PENGERTIAN KECURANGAN
Black’s Law Dictionary
“A knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact to induce another to act
to his or her detriment. (Suatu bentuk penyajian yang sengaja dibuat salah atas suatu fakta atau
penyembunyian suatu fakta yang material guna mempengaruhi pihak lain melakukan sesuatu yang
merugikan)
KECURANGAN
Albrecht (2012)
“fraud is a generic term, and embraces all the multivarious means which human ingenuity can devise,
which are resorted to by one individual, to get an advantage over another by false representations>
Kepiawaian manusia untuk memperoleh keuntungan dari orang lain melalui penyajian yang salah
Egocentric
Memiliki kekuasaan tanpa penyeimbang, otokratis atau otoriter sehingga
dengan mudah mengabaikan atau mengacuhkan tata kelola dan pengendalian
Motif intern.
Kecurangan
Psychosis
Kecurangan lebih berkaitan dengan problem psikis pelaku, yang apabila
dilakukan berulangkali dan menjadi kebiasaan, pelaku tidak lagi menyadari
bahwa perbuatannya itu adalah salah
Ideological
Umumnya menjadi faktor utama pada kejahatan teror, peperangan atau
pelanggaran hak azasi manusia. Namun, pada perbuatan kecurangan, alasan
tujuan ideologis umumnya tidak dijumpai
7
PENYEBAB KECURANGAN:
THE FRAUD TRIANGLE
Incentive/Pressure
Management or other employees may have
an incentive
or be under pressure, which provides a
motivation
to commit fraud
Rationalization/Attitude
Opportunity
Those involved in a fraud are able to rationalize
Circumtances exist – for example, the absence of
a fraudulent act as beeing consistent with their
controls, ineffective controls, or the ability of
personal code of ethics. Some individuals possess
management
an attitude, character or set of ethical values that
to override controls, - that provide opportunity
allows to knowingly and intentionally commit a
for fraud tobe perpetrated
dishoneshed act
8
PENYEBAB KECURANGAN:
THE FRAUD DIAMOND
Incentive/Pressure Opportunity
Management or other employees may have an Circumtances exist – for example, the absence of
incentive controls, ineffective controls, or the ability of
or be under pressure, which provides a management
motivation to override controls, - that provide opportunity
to commit fraud for fraud tobe perpetrated
Incentive/Pressure
Management or other employees may have an Capability
incentive memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang
or be under pressure, which provides a cara melakukan kecurangan dan
motivation menyembunyikan perbuatannya
to commit fraud
9
PENYEBAB KECURANGAN:
TEORI GONE
GREED OPPORTUNITY
(keserakahan) (kesempatan)
EXPOSURE NEEDS
(keterungkapan) (kebutuhan)
10
JENIS-JENIS KECURANGAN
Kecurangan terhadap organisasi (fraud against organisation)
Korban atau pihak yang dirugikan adalah organisasi
Berdasarkan Korban
Kecurangan oleh organisasi (fraud by organisation)
Korban adalah institusi atau pihak lain di luar organisasi
Asset
Fraudulent
Misappropri Corruption
Statements
ation
12
MANAJEMEN RISIKO KECURANGAN
(FRAUD RISK MANAGEMENT)
FRAUID RISK
ASSESSMENT
FRAUD
DETECTION
13
PRINSIP MANAJEMEN RISIKO KECURANGAN
Prinsip 1 - Fraud Risk Governance
Kebijakan dan prosedur tertulis mengenai FRM dalam rangka anti kecurangan
(antifraud) pada suatu organisasi
PENGENDALIAN
KECURANGAN
15
PENGENDALIAN KECURANGAN
Pengendalian kecurangan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencegah serta
meminimalisir terjadinya kecurangan
16
POSISI AUDITOR INTERN
three lines of defense in effective risk management and control
Fungsi Manajemen
Operasional
Auditor Kepatuhan
Intern
dan Fungsi
Manajemen
(pemilik
proses,
pemilik
RISK
Risiko risiko)
17
Instutute of Internal Audit (IIA) Position Paper (2013)
PERAN AUDITOR INTERN
Value proposition
Melaksanakan pendekatan
Insight: melihat kondisi secara
yang sistematis dan disiplin komprehensif dan untuk
untuk mengevaluasi dan Objektivitas auditor dalam memberikan rekomendasi perbaikan
memperbaiki keefektifan memandang budaya organisasi,
tata kelola (governance), sistem pengendalian intern dan
manajemen risiko dan risiko-risiko
proses pengendalian
Objektivitas, yaitu komitmen
(kontrol
pada independensi, integritas
dan akuntabilitas auditor intern
dalam melaksanakan
aktivitasnya
18
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
AUDIT INTERN
Standar Atribut 1210 – Proficiency (Kemahiran auditor intern)
pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk
menjalankan tanggung jawab individualnya sebagai auditor intern
Tugas dan Tanggung Standar Atribut 1220 – Due Professional Care (Kecermatan auditor intern)
jawab menerapkan kehati-hatian (kecermatan) dan ketrampilan seperti yang
diharapkan dari seorang auditor intern yang kompeten dan hati-hati
Auditor Intern
INFORMATION
FOR DECISION
MAKING
Implement and
Develop a risk
monitor the
response strategy
suggested controls
Implement the
strategy and
allocate
responsibilities
20
RESPON TERHADAP RISIKO (RISK RESPONSE)
Risk retention
Menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil) dan tidak melakukan upaya khusus
dengan pertimbangan kerugian potensial karena kecurangan jauh lebih kecil dari pada
keuntungan potensial atau biaya mitigasi risiko.
Risk avoidance
Tidak melakukan sama sekali aktivitas atau transaksi yang mengandung risiko. Hal ini
dilakukan setelah mempertimbangkan bahwa keuntungan potensial jauh lebih kecil dari
kerugian potensial kecurangan dari aktivitas atau transaksi tersebut
Risk Response
Risk reduction
Pemilik bisnis dan risiko merespon risiko dengan mengurangi dampak kerusakan yang
dihasilkan risiko dengan cara menerapkan pengendalian intern. Pada konteks manajemen
risiko kecurangan, cara ini dikenal sebagai pencegahan dan pendeteksian kecurangan
Risk transfer
Pemilik bisnis dan risiko mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari
risiko dengan pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging
21
ASESMEN RISIKO KECURANGAN
(FRAUD RISK ASSESMENT)
22
SYARAT FRA
Sponsor yang tepat, yaitu manajemen dan dewan komisaris
Objektivitas dan independensi tim penilai risiko atau tim FRA dalam
memimpin proses dan mengarahkan FRA
Syarat FRA Pengetahuan yang cukup tentang objek atau kegiatan yang sedang dinilai
risiko kecurangannya
23
TAHAPAN FRA
Mengidentifikasi modus kecurangan yang merupakan risiko
melekat
Klasifikasi Micro-risk level atau Business Process Risk Assessment dirancang untuk
mengidentifikasi modus atau risiko kecurangan yang spesifik pada masing-
Risiko masing proses bisnis dan mengaitkannya dengan sistem pengendalian intern
yang spesifik dengan modus atau risiko kecurangan
Kecurangan
Mega Micro Level atau Fraud Penetration Risk Assessment dirancang untuk
mengidentifikasi akun, tipe transaksi, dan lokasi unit kerja mana yang
berpotensi terjadi kecurangan
25
Hubungan Komponen Pengendalian Intern
COSO
dengan Prinsip-prinsip FRM
26
PRINSIP #1 FRM
Organisasi menyusun dan dan mengkomunikasikan Program Manajemen Risiko Kecurangan (FRM)
yang menggambarkan ekspektasi dewan komisasis dan manajemen senior tentang komitmen
terhadap integritas dan nilai-nilai etika dalam penanganan risiko kecurangan
Dengan pengawasan dewan komisaris, manajemen menyusun struktur dan jalur pelaporan
termasuk wewenang dan tanggungjawab dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
Organisasi menguraikan tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan jelas untuk
memudahkan mengidentifikasi dan mengasses risiko=risiko yang dihadapi
dalam pencapaian tujuan
29
PRINSIP #4 FRM
Organisasi menyusun proses komunikasi untuk memperoleh informasi tentang potensi risiko dan
mengembangkan pendekatan investigasi serta tindakan perbaikan untuk mengatasi kecurangan
tepat waktu
30
PRINSIP #5 FRM
Organisasi menetapkan, mengembangkan dan mengevaluasi apakah prinsip-prinsip FRM
diterapkan dan menyampaikan kelemahan yang ditemukan untuk segera diambil tindakan perbaikan
baik oleh dewan komisaris maupun manajemen senior.
pendeteksian kecurangan serta mitigasi atas risiko-risiko yang timbul atau yang belum terdeteksi
31
KEGIATAN BELAJAR 3
DETEKSI
KECURANGAN
32
KEWAJIBAN DETEKSI KECURANGAN
Sarbanes–Oxley (SOX)
auditor independen diwajibkan menerbitkan opini apakah pengendalian
intern
dalam segala hal yang material atas pelaporan keuangan telah efektif
dilakukan oleh manajemen
Anomali finansial
Gejala Kecurangan
36
Robert K. Elliott dan John J. Wilingham (1980)
ANALISIS GEJALA KECURANGAN
OLEH AUDITOR INTERN
Mengevaluasi dan menilai kualitas atau keefektifan lingkungan
pengendalian dan
tata kelola
Mengevaluasi dan menilai kualitas atau keefektifan elemen
pengendalian intern untuk suatu siklus transaksi, proses bisnis
dan detil transaksi
Menentukan titik kritis yang rawan atau sangat rawan untuk di-
curang-kan pada siklus transaksi, proses bisnis dan detil transaksi
Analisis Gejala
Kecurangan Mengevaluasi (memeriksa) suatu dokumen dan laporan
khususnya yang terkait titik kritis
Mencari pembanding yang tepat dari aset fisik atau informasi dari
pihak ketiga, khususnya untuk mendapatkan pembanding data
yang terkait titik kritis.
Faktor Gejala
Kecurangan
Keserakahan (Greed).
(Faktor Individu).
Gejala pada
Individu
Kebutuhan (Need).
38
TEKNIK DETEKSI KECURANGAN
Tidak mengabaikan hal-hal yang jelas, dengan kesan bahwa penyelidikan terhadap
kecurangan merupakan aktivitas kompleks dan rumit
Memberikan perhatian pada penyimpangan yang terjadi dan dan berupaya mencari
penyelesaian yang sederhana dan urgen
Berkonsentrasi pada titik yang paling lemah dan sederhana di dalam pencegahan,
pendeteksian dan pengungkapan kecurangan
Deteksi Menelusuri lebih lanjut gejala kecurangan yang terdeteksi segera dan apabila mengarah
kepada perbuatan kecurangan, agar segera dilakukan investigasi
Continuous Monitoring
Continuos monitoring dapat berupa script program yang dibuat secara khusus oleh auditor
intern, yang ditanam pada suatu aplikasi atau sistem informasi, atau pada database dan file
yang di-copy untuk menguji: integritas data, meliputi keakuratan dan kelengkapan data
melalui perbandingan dengan data lain 40
KEGIATAN BELAJAR 4
KEPERDULIAN TERHADAP
KECURANGAN
(Fraud Awareness)
41
SIKAP ORGANISASI ATAS KECURANGAN
Risk avoidance: Pemilik risiko merespon residual risk dengan memutuskan
untuk tidak melakukan sama sekali aktivitas atau transaksi yang mengandung
atau menyebabkan risiko
Risk deferred atau disebut juga risk postpone: Pemilik bisnis dan risiko
merespon residual risk dengan memutuskan untuk menunda aktivitas atau
transaksi yang mengandung risiko menunggu kesiapan mitigasinya
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation atau risk handling: Pemilik
Sikap bisnis dan risiko merespon residual risk dengan mengurangi kemungkinan
terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang
Organisasi dihasilkan oleh suatu risiko dengan cara menerapkan pengendalian intern
Risk sharing atau disebut juga risk transfer: Pemilik bisnis dan risiko
mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko
dengan pihak lain, umumnya melalui kontrak (asuransi) maupun hedging
Risk acceptance atau disebut juga risk retention: Pemilik risiko menerima risiko yang terjadi
(biasanya yang kecil) dan tidak melakukan upaya khusus karena setelah
mempertimbangkan kerugian potensial atau biaya mitigasi risiko kecurangan jauh lebih
besar daripada keuntungan potensial yang akan didapat dari suatu aktivitas atau transaksi
42
SIKAP AUDITOR INTERN ATAS KECURANGAN
43
RESPON ATAS INSIDEN KECURANGAN
(FRAUD INCIDENCE RESPONSE)
LANGKAH MEMASTIKAN ADANYA KECURANGAN
45
RESPON ATAS INSIDEN KECURANGAN
(FRAUD INCIDENCE RESPONSE)
Aksioma Audit Investigatif
Validasi bukti. Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan tidak terjadi, auditor
harus juga berupaya membuktikan kecurangan telah terjadi. Sebaliknya, untuk
mendapatkan bukti bahwa kecurangan telah terjadi, auditor harus pula berupaya
membuktikan kecurangan tidak terjadi
Audit bukan kewenangan memutus. Setiap proses audit investigatif atas kecurangan
diasumsikan akan berakhir hingga tahap litigasi. Namun, keputusan bahwa kecurangan sudah
terjadi bukan berada pada auditor. Pihak yang berwenang memutuskan bahwa kecurangan
benar-benar terjadi adalah hakim atau majelis hakim (apabila kasus kecurangan diserahkan ke
ranah hukum baik pidana atau perdata).
46
PERBAIKAN KELEMAHAN
(CORRECTIVE ACTION)
The organization may refer the case to law enforcement voluntarily, and, in some cases, it may be
required to do so. Law enforcement has access to additional information and resources that may
aid the case. Additionally, referrals for criminal prosecution may increase the deterrent effect of
Criminal referral the organization’s fraud prevention policy. An appropriate member of senior management, such as
the chief legal counsel, should be authorized to make the decision as to whether pursuing criminal
prosecution is appropriate
The organization may wish to pursue its own civil action against the
Civil action
perpetrators to recover funds
47
PERBAIKAN KELEMAHAN (CORRECTIVE
ACTION)
Conducting a root cause analysis and performing an
Extended
extended investigation may identify similar misconduct
investigation
elsewhere in the organization.
48
MENJERAKAN KECURANGAN
(FRAUD DETERRENCE)
Penerapan sanksi perusahaan perlu membuat ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan perbuatan kecurangan
yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Ketentuan-ketentuan yang umumnya mencakup
berdasarkan ketentuan sanksi administrasi (termasuk pengembalian kerugian perusahaan) dimaksud, hanya berlaku
perusahaan apabila pelakunya adalah pegawai atau pejabat perusahaan.
Perbuatan kasir tersebut merupakan perbuatan tindak pidana (melanggar hukum), merugikan
Penerapan sanksi perusahaan, dan dilakukan untuk kepentingan dirinya. Atas masalah ini, pihak perusahaan tidak
berdasarkan ketentuan menyerahkan penanganannya kepada auditor investigatif melainkan melapor kepada polisi. Hal
tersebut mengingat perbuatan kasir dimaksud merupakan perbuatan tindak pidana umum yang
hukum pidana bukan merupakan ruang lingkup pekerjaan auditor investigatif.
Tindakan koordinasi dengan aparat penegak hukum (APH) atas kasus kecurangan yang terjadi perlu
Koordinasi dengan terlebih dahulu dipertimbangkan dampaknya terhadap perusahaan. Manajemen suatu korporasi
penegak hukum berkeinginan meneruskan penanganan kasus kecurangan kepada APH umumnya dengan
pertimbangan antara lain karena kerugian akibat kecurangan ternyata sangat signifikan
49
SISTEM PELAPORAN PENGADUAN
(WHISTLE BLOWER SYSTEM)
Dewan komisaris berkewajiban untuk menerima dan memastikan
bahwa pengaduan tentang pelanggaran terhadap etika bisnis,
pedoman perilaku, peraturan perusahaan dan peraturan
perundang-undangan, diproses secara wajar dan tepat waktu
50
SISTEM PELAPORAN PENGADUAN
(WHISTLE BLOWER SYSTEM)
Perlindungan kepada whistleblower bank harus memiliki komitmen untuk
memberikan dukungan dan perlindungan kepada setiap pelapor kecurangan
serta menjamin kerahasiaan identitas pelapor kecurangan dan laporan
kecurangan yang disampaikan
INVESTIGATIF
KECURANGAN
52
PROSES INVESTIGATIF KECURANGAN
PROSES INVESTIGATIF
KECURANGAN
Pra Pasca
Perencanaan Pelaksanaan Investigatif Kecurangan (Tindak Lanjut)
Penelaahan
Sumber Menyusun Teknik Analisa Format dan
Persidangan
Informasi Program Audit Perolehan Bukti Subtansi
53
INITIAL ANALYSYS
WHAT WHO WHERE WHEN WHY HOW
Inadequate Investigative
Stop Predication
Evaluation Predication Audit
Additional
Information
54
PRA-PERENCANAAN DAN PERENCANAAN
INVESTIGATIF KECURANGAN
PRA PERENCANAAN PERENCANAAN
Penelaahan
Bangun Hipotesa
Informasi Awal What Awal
Who
Susun Audit
INFORMASI
Where Program
AWAL When
Alokasi Sumber
Why
Daya
How
Dapatkan
Informasi Surat Penugasan
Tambahan
Sebanyak Mungkin
55
PERENCANAAN INVESTIGATIF
KECURANGAN
• Permasalahan atau kasus yang diperoleh dari hasil penelaahan informasi awal
• Hasil penelaahan dikembangkan sedemikian rupa agar dapat diperoleh pemahaman
Situation •
yang lebih baik atas kondisi permasalahan
Pengembangan permasalahan ini akan mempengaruhi kualitas penyusunan hipotesis
P sebagai tujuan audit
E •
•
Merupakan tujuan audit yang hendak dibuktikan dalam proses pelaksanaan
Dibangun dalam bentuk hipotesis dengan menggunakan ‘worst-case scenario’
R Mission •
berdasarkan pengembangan masalah
Biasanya digunakan skenario ‘Bagaimana-Jika’ untuk membangun hipotesis
•
E
Semakin banyak hipotesis yang dibangun, semakin besar peluang pengungkapan
indikasi
N • Mengatur rencana prosedur audit yang akan diambil berdasarkan hipotesis yang
dibangun
C Execution
•
•
Menjadi dasar penyusunan program audit
Harus bersifat lentur, dalam arti mendukung adanya perubahan prosedur secara
A
cepat
sesuai kondisi pelaksanaan audit di lapangan
N • Mengatur proses administrasi apa saja yang diperlukan untuk keperluan pemeriksaan
• Jumlah personil, jangka waktu, peralatan atau perlengkapan pendukung dan biaya
A Administration audit merupakan hal yang dipersiapkan dalam tahap ini
• Perlu dipertimbangkan kemungkinan penggunaan tenaga ahli dari luaruntuk hal-hal
A yang sangat teknis
N
• Bagaimana komunikasi selama proses pemeriksaan akan dilakukan
• Siapa saja yang diperkenankan mengetahui substansi permasalahan
Communication • Institusi penegak hukum mana yang nantinya jika diperlukan akan menjadi mitra
dalam pemaparan pada saat penyelesaian laporan
56
PEMBUKTIAN INVESTIGATIF KECURANGAN
Evaluasi Bukti
Pengumpulan Bukti
Analisa Bukti
Tehnik Perolehan
Bukti
Revisi Hipotesa
Persyaratan Bukti
(Cukup, Valid, Relevan, dan
Kompeten)
MODUS OPERANDI
(What, Who, Where,
When,
Why, How)
57
AUDIT EVIDENCE
Information used by the auditor in arriving at the
conclusions on which the auditor’s opinion is based. Audit
evidence includes both information contained in the
accounting records underlying the financial statements
and other information.
(International Standard on Auditing -ISA 500)
BUKTI AUDIT
Bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor dalam
menarik kesimpulan sebagai basis opini auditor. Bukti audit
mencakup baik informasi yang terkandung dalam catatan
akuntansi yang melandasi laporan keuangan, maupun informasi
lainnya, sedangkan catatan akuntansi didefinisikan sebagai
catatan entri akuntansi awal dan catatan pendukungnya.
(Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia - PIAP -ED SPA-500)
58
Inspeksi atau perhitungan atas aset yang berwujud (tangible
Pengujian fisik asset), dilakukan secara langsung sehingga dianggap sebagai
(physical examination) salah satu jenis bukti audit yang paling terpercaya dan berguna
59
Wawancara kepada klien Upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan
(inquiries of the client) maupun tertulis dari klien sebagai tanggapannya atas
berbagai pertanyaan yang diajukan oleh auditor
60
TINGKAT BUKTI AUDIT
Bukti Utama Bukti asli yang menunjang secara langsung suatu kejadian
(primary evidence) transaksi dan menghasilkan kepastian yang paling kuat
atas fakta seperti kontrak, kuitansi dan faktur.
61
TINGKAT BUKTI AUDIT
Bukti Langsung Bukti yang merupakan fakta tanpa simpulan ataupun
(direct evidence) anggapan, cenderung untuk menunjukkan suatu fakta
atau materi yang dipersoalkan. Suatu bukti langsung
dikuatkan oleh pihak yang mempunyai pengetahuan
nyata mengenai persoalan yang bersangkutan dengan
menyaksikan sendiri seperti bukti transfer atau cek.
Bukti Tidak Langsung Bukti yang mengungkapkan secara tidak langsung suatu
(circumstantial evidence) tindak pelanggaran atau fakta-fakta dari seseorang yang
mungkin mempunyai niat atau motif melakukan
pelanggaran. Bukti tidak langsung cenderung
menetapkan suatu fakta dengan pembuktian fakta
lainnya yang setara dengan fakta yang diaudit, seperti
surat keberatan dari peserta tender menunjukkan bukti
tidak langsung bahwa proses pelelangan diduga telah
menyimpang
62
KUALITAS BUKTI
Tingkat dimana bukti tersebut dapat dipercaya atau
Kompetensi bukti diyakini kebenarannya (keterpercayaan
bukti/reliability of evidence)
Independensi penyedia Bukti audit yang diperoleh dari sumber diluar entitas
bukti lebih dipercaya daripada yang diperoleh dari dalam
entitas
63
KUALITAS BUKTI
Bukti audit tidak akan dapat dipercaya, kecuali jika
Kualifikasi penyedia individu
informasi yang menyediakan informasi memiliki kualifikasi untuk
memberikan informasi tersebut
64
PRINSIP PELAPORAN
Pengungkapan atas arti penting
65
FORMAT LAPORAN INVESTIGATIF KECURANGAN
BAB I
Simpulan dan Rekomendasi
66
FORMAT LAPORAN INVESTIGATIF KECURANGAN
BAB II
Informasi Umum
1. Dasar Penugasan Audit
a. Sumber informasi (pengaduan masyarakat, media massa atau
sumber lain).
b. Permintaan instansi lain (APH atau Pimpinan Instansi Lain)
c. Dasar Hukum Landasan Auditor.
d. Surat Tugas dari Pimpinan Auditor.
2. Sasaran dan Ruang Lingkup Audit.
Gambaran mengenai kegiatan yang diaudit termasuk batasan ruang
lingkup kegiatan yang diaudit termasuk periode kegiatan yang diaudit.
67
FORMAT LAPORAN INVESTIGATIF KECURANGAN
BAB III
Uraian Hasil Audit
1. Dasar Hukum Obyek dan atau Kegiatan yang Diaudit
Undang-undang atau ketentuan yang menjadi dasar pembentukan
instansi, dasar hukum kegiatan, keputusan-keputusan hukum yang
diterbitkan atas kegiatan serta keputusan hukum penetapan pejabat-
pejabat yang terkait dengan kegiatan.
2. Materi Temuan
a. Jenis Penyimpangan (unsur melawan hukum atau penyalahgunaan wewenang yang
dilakukan)
b. Fakta-fakta dan Proses Kejadian (uraian Modus Operandi Fraud secara jelas dari awal
kegiatan sampai dengan terjadinya Fraud)
c. Penyebab dan Dampak Penyimpangan (apa yang menyebabkan terjadinya Fraud dan
Dampaknya)
d. Pihak yang Diduga Terkait (Pihak-pihak yang Diduga terlibat dan Bertanggungjawab
atas Fraud. Nama yang disajikan berupa Inisial dalam rangka azas Praduga Tidak
Bersalah (Presume of Innocent)
e. Bukti yang Diperoleh (Bukti-bukti yang dikumpulkan dalam audit yang dilakukan yang
mendukung kejadian-kejadian yang diungkap pada a, b, c, d di atas
68
THANK YOU
GOOD LUCK
69