Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PEMBELAJARAN DEWASA


TEORI PENGOLAH INFORMASI
DISUSUN OLEH KELOMPOK 5
SHOLLA YALLAITANI (201101117) YOSE ANDRIAN FRANSISCO ZAI
SRI AMALIA (201101119) (201101135)
SUMIYATI (201101121) SENTANA ARDIOLA SIHOTANG
TIKI ANUGRAINI PSB (201101123) (201101137)
TRI WAHYUNI MUNTHE (201101125) HANISAH WIDIYA NINGSIH
VERA NOVRIANTY SIHOTANG (201101139)
(201101127) HANS SEBASTIAN SIMARMATA
WIDYA RIBKA RONAULI S. (201101141)
(201101129) PASKAH TIODORA ANAK AMPPUN
YOHANA MARIA NOORDIKA (201101143)
(201101131) HAIRA KANIARA (161101178)
NABILAH DHIYAULHAQ (201101133)

DOSEN PEMBIMBING:
EVI INDRIANI BR KARO, SST, M.KEB

FAKULTAS KEPERAWATAN S1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1
MEDAN 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
tepat pada waktunya yang berjudul “Teori Pengolah Informasi”

Kemudian kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung
kami dalam menyelesaikan makalah ini, yaitu:

1. Dosen mata kuliah Pembelajaran Dewasa ......................yang telah membimbing


kami dalam menyusun laporan ini.
2. Anggota kelompok penyusun makalah ini yang telah saling mendukung dan
bekerjasama dengan maksimal sehingga terwujud makalah ini.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Teori
Pengolah Informasi. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena, itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami
harapkan.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................5
C. TUJUAN..........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
A. SISTEM INFORMASI........................................................................................................6
B. KERJA OTAK DALAM SISTEM PEMBELAJARAN..............................................................7
C. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN.................................................................................10
D. KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN PENGOLAH INFORMASI.............................14
E. SISTEM MEMORI PADA MANUSIA...............................................................................15
F. TEORI PEMBELAJARAN PEMROSES INFORMASI..........................................................16
G. TEORI YANG MENYEBABKAN LUPA.............................................................................19
BAB III......................................................................................................................................21
PENUTUP.................................................................................................................................21
A. KESIMPULAN................................................................................................................21
A. SARAN..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................23
Works Cited............................................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu desain pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar
adalah pemrosesan informasi. Teori pemrosesan informasi (information processing theory)
memandang aspek lingkungan memegang peranan penting dalam belajar. Teori pemrosesan
informasi sebagaimana dijelaskan oleh Byrnes (1996) memandang belajar sebagai suatu
upaya untuk memproses, memperoleh, dan menyimpan informasi melalui short term
memory (memori jangka pendek) dan long term memory (memori jangka panjang), dalam
hal ini belajar terjadi secara internal dalam diri peserta didik.
Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari
lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep, dan
pemecahan masalah, serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal. Teori ini
berkenaan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir produktif,
serta berkenaan dengan kemampuan intelektual umum (general intellectual ability).
Adapun landasan penting teori pemrosesan informasi yaitu:
· Prior Knowledge (pengetahuan awal).
· Rancangan tujuan yang berorientasi kognitif.
· Umpan balik (feedback).
Pengolahan informasi memfokuskan perhatian pada bagaimana siswa
memperhatikan peristiwa-peristiwa lingkungan, mengkodekan informasi-informasi
untuk dipelajari, dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada dalam memori,
dan menariknya kembali pada saat dibutuhkan (Shuell, 1986). Prinsip dari teori
tersebut adalah manusia merupakan pemproses informasi. Pikiran merupakan sebuah
sistem pengolahan informasi, kognisi adalah serangkaian proses mental, dan
pembelajaran adalah penguasaan representasi mental.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana teori pengolah informasi?
2. Apa pengaruh cara kerja otak dalam sistem pembelajaran?
3. Apa saja model-model pembelajaran?
4. Apa saja karakteristik model pembelajaran pengolah informasi?
5. Bagaimana sistem memori pada manusia?
6. Bagaimana teori pembelajaran pemrosesan informasi?
7. Bagaimana teori yang menyebabkan lupa?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui teori pengolah informasi
2. Untuk mengetahui pengaruh cara kerja otak dalam sistem pembelajaran
3. Untuk mengetahui model-model pembelajaran
4. Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran pengolah informasi
5. Untuk mengetahui sistem memori pada manusia
6. Untuk mengetahui teori pembelajaran pemrosesan informasi
7. Untuk mengetahui teori yang menyebabkan lupa

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM INFORMASI
Sistem informasi merupakan teori-teori pengolahan informasi yang memfokuskan
studi pada perhatian, persepsi, pengkodean, penyimpanan dan penarikan pengetahuan.
Pengolahan informasi telah dipengaruhi oleh kemajuan-kemajuan dalam komunikasi,
teknologi komputer dan neurosains.
Pengolahan informasi bukan nama dari sebuah teori tunggal tetapi sebuah nama
generik yang diaplikasikan pada perspektif-perspektif teoritis yang berkenaan dengan
serangkaian dan pelaksanaan peristiwa kognitif. Berbagai penelitian tentang pengolahan
informasi telah dilakukan oleh berbagai peneliti, mereka mengeksplorasi pembelajaran,
memori, pemecahan masalah, persepsi visual dan auditori, perkembangan kognitif dan
kecerdasan buatan. Penelitianpenelitian tersebut dimaksudkan agar mampu memberi
kontribusi positif dalam perkembangan dunia pendidikan.
Para teoritis pengolahan informasi meragukan gagasan yang menjadi ciri khas teori
behaviorisme bahwa pembelajaran merupakan pembentukan asosiasi antara stimulus-
stimulus dan respon-respon. Mereka tidak menolak gagasan tentang asosiasi dengan alasan
bahwa asosiasi yang terbentuk antara potonganpotongan pengetahuan membantu
penguasaan dan penyimpanan potonganpotongan tersebut dalam memori. Para teoritis ini
tidak banyak memperhatikan kondisi-kondisi eksternal, mereka lebih memfokuskan pada
proses-proses internal (mental) yang menjadi pembatas antara stimulus dan respons. Peserta
didik merupakan pencari yang aktif dan pemroses informasi. Berbeda dengan teori
behavioris yang menyatakan bahwa orang memberikan respon ketika terdapat stimulus yang
datang kepada mereka, para teoritis pengolahan informasi berpendapat bahwa orang
menyeleksi dan memerhatikan aspek-aspek dari lingkungan, mentransformasi dan
mengulang informasi, menghubungkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang yang
telah diperoleh sebelumnya, dan mengorganisasi pengetahuan untuk membuatnya bermakna
dan dapat dipahami (Mayer, 1996).

6
Salah satu desain pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar
adalah pemrosesan informasi. Teori pemrosesan informasi (information processing theory)
memandang aspek lingkungan memegang peranan penting dalam belajar. Teori pemrosesan
informasi sebagaimana dijelaskan oleh Byrnes (1996) memandang belajar sebagai suatu
upaya untuk memproses, memperoleh, dan menyimpan informasi melalui short term
memory (memori jangka pendek) dan long term memory (memori jangka panjang), dalam
hal ini belajar terjadi secara internal dalam diri peserta didik.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran
terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output
dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi
internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari
lingkungan) dan interaksi antarkeduanya akan menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran
merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human
capitalities) yang terdiri dari: (1) informasi verbal; (2) kecakapan intelektual; (3) strategi
kognitif; (4) sikap; dan kecakapan motorik.

D. KERJA OTAK DALAM SISTEM PEMBELAJARAN

Otak terletak dalam batok kepala dan melanjut menjadi saraf tulang belakang
(medulla spinalis). Berat otak kurang lebih 1400 gram atau kira – kira 2% dari berat badan.
Tidak ada hubungan langsung antara berat otak dan besarnya kepala dengan tingkat
kecerdasan.  Otak bertambah besar, namun tetap berada dalam tengkorak sehingga semakin
dalam lekukan pertanda semakin banyak informasi yang disimpan, dan semakin cerdaslah
pemiliknya.
Secara antomis, bongkahan otak dapat dibagi menjadi otak besar (cerebrum), otak
kecil (cerebellum), dan batang otak (brain stem). Pembelajaran sangat berhubungan dengan
otak besar, sedangkan otak kecil lebih bertanggung jawab dalam proses koordinasi dan
keseimbangan, dan batang otak mengatur denyut jantung serta proses pernafasan yang
sangat penting bagi kehidupan. Dalam rangka mengkaji sistem pendidikan, otak besar akan
lebih banyak dieksplorasi. Di dasar lekukan ada sekumpulan serat yang menghubungkan
7
kedua belahan otak yang disebut dengan corpus callosum.Apabila otak dibelah secara
vertikal, akan terlihat otak bagian luar (cortex cerebrib) yang berwarna abu-abu dan otak
bagian dalam yang berwarna putih.
Cortex cerebri mempunyai tiga fugsi yaitu:
1) sensorik yang berfungsi untuk menerima masukan.
2) asosiasi yang bertugas mengolah masukan.
3) motorik yang bertugas mereaksi masukan dengan gerakan tubuh. (snell, 1996)
Bagaimana kerja otak dalam teori belajar neuroscience sangat penting untuk kita
pahami agar kita dapat memaksimalkan potensi dari otak tersebut. Hal yang perlu kita
ketahui adalah bahwa otak tidak bekerja sendiri namun otak bekerja dengan prinsip sirkuit
atau jalur, maksudnya adalah setiap bagian otak saling membantu atau memberikan daya dan
dukunganya mengumpulkan setiap data yang didapat sehingga membentuk satu kesatuan
atau seperti menyambungkan sebuah puzzle sehingga tercipta satu kesatuan pengetahuan.
Jika sirkuit tersebut tidak tercipta maka itu hanya seperti data yang berhamburanuntuk
membentuk suatu data menjadi sirkuit tersebut diperlukan rangsangan terus melalui
mekanisme plastisitas otak yaitu kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk
adanya interkoneksi baru pada saraf. Berikut ini prinsip-prinsip dimana sirkuit otak
mengikuti prinsip-prinsip tersebut dalam bekerja :
a. Hubungan bersifat konvergen atau divergen.
b. Susunan serial atau parallel atau keduanya.
c. Fungsi-fungsispesifik.
d. Fungsi Belahan Otak Manusia
Belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa
dengan stimulus dari lingkungan. Untuk dikatakan berhasilnya proses pembelajaran, maka
cara kerja otak tersebut menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari:
1. Informasi verbal: kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan atau tertulis.
2. Keterampilan intelektual: kecakapan yang berfungsi untuk berhubunga dengan
lingkungan hidup.

8
3. Strategi kognitif: Kemampuan menyalurkan dan mengarahkan akivitas kognitifnya
sendiri.
4. Keterampilan motorik: kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani.
5. Sikap: kemampuan menerima atau menolak obyek berdasakan penilaian terhadap
obyek tesebut.
Menurut Porter dan Henarcki (1997) istilah gaya belajar berlaku pada segala sesuatu
yang mempengaruhi gaya belajar. Hal ini termasuk cara memproses informasi, ditambah
cara kita berpikir dan berkomunikasi. Mengetahui gaya belajar orang lain akan sangat
bermanfaat bagi para pengajar dalam memberikan suatu materi, serta akan menigkatkan
komunikasi dan hubungan dengan pelajar/ siswa.
Hal yang terpenting dalam belajar adalah memanfatkan fungsi otak. Menurut ahli
neurologi, otak manusia terbagi menjadi dua, yaitu otak kiri dan otak kanan. Setiap belahan
otak mempunyai fungsi yang berbeda. Belahan otak kiri berhubungan dengan logika,
analisa, bahasa, rangkaian (sequence) dan 3 matematika. Belahan otak ini memberikan
respon terhadap masukan-masukan di mana dibutuhkan kemampuan mengupas/meninjau
(critiquing), menyatakan(declaring), menganalisa, menjelaskan, berdiskusi dan memutuskan
(judging). Jadi penggunaan otak kiri, merupakan spesifikasi cara berpikir yang logis,
sekuensial, linear dan rasional. Cirinya ia sangat teratur, sangat tepat untuk memikirkan
keteratutan dalam ber-ekspresi secara verbal, tulisan, membaca, penempatan data dan fakta.
Belahan otak kanan berkaitan dengan ritme, kreativitas, warna, imajinasi dan dimensi. Jadi
belahan otak kanan berfungsi kalau manusia menggambar, menunjuk, memeragakan,
bermain, berolahraga, bernyanyi, dan aktivitas motorik lainnya. Sementara cara berpikir
orang yang hanya menggunakan otak kanan adalah sifatnya acak, tidak teratur, intuitif dan
holistik. Ia mewakili cara berfikir non verbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran spasial,
penggunaan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.
Beberapa individu belajar dengan hanya memanfaatkan otak kiri, sementara otak kanannya
tidak diaktifkan, maka mudah timbul perasaan jenuh, bosan dan mengantuk. Begitu juga
mereka yang hanya memanfaatkan otak kanan tanpa diimbangi dengan pemanfaatan otak
kiri, bisa jadi ia akan banyak menyanyi, mengobrol atau menggambar tetapi hanya sedikit
ilmu yang bisa masuk ke otaknya. Dengan demikian mengembangkan pemanfaatan otak kiri

9
dan otak kanan menjadi penting dalam penciptaan suasana belajar. Beberapa alternatif
belajar yang dapat mengaktifkan fungsi otak kanan maupun otak kiri adalah 4 dengan
menggunakan sistem membaca cepat, sistem hafalan, menggunakan lagu,permainan dan
sebagainya.
Teori pembelajaran berbasis kemampuan otak (Neuroscience) memiliki kelebihan
dan kelemahan. Kelebihannya adalah sebagai berikut:
a. Memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak manusia bekerja.
b. Memperhatikan kerja alamiah otak si pebelajar dalam proses pembelajaran.
c. Menciptakan iklim pembelajaran dimana pebelajar dihormati dan didukung.
d. Menghindari terjadinya pemforsiran terhadap kerja otak dengan menggunakan
berbagai model-model pembelajaran. Dalam mengaplikasikan teori ini dianjurkan
untuk memvariasikan model-model pembelajaran tersebut, supaya potensi peserta
didik dapat dibangun.
Adapun kelemahan-kelemahannya teori pembelajaran berbasis otak adalah sebagai
berikut:
a. Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya mengetahui tentang teori ini
(masih baru).
b. Memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat memahami (mempelajari)
bagaimana otak kita bekerja.
c. Memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam menciptakan lingkungan pembelajaran
yang baik bagi otak.
d. Memerlukan fasilitas yang memadai dalam mendukung praktek pembelajarant teori
ini.
e. Pembelajaran berbasis kemampuan otak (neuroscience) adalah pembelajaran yang
diselaraskan dengan cara otak yang didesain alamiah untuk belajar (apa saja yang
baik bagi otak).

10
E. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

Model pembelajaran dilandasi oleh berbagai prinsip dan teori pengetahuan,


diantaranya prinsip- prinsip pembelajaran, teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau
teori lain yang membantu (dalam Rusman, 2014:132). Sehubungan dengan itu, model
pembelajaran merupakan seperangkat materi dan prosedur pembelajaran atas dasar landasan
teoretis tertentu untuk tujuan pembelajaran tertentu.
Pendapat yang lebih komprehensif diungkapkan oleh Miftahul Huda. Model
pembelajaran didefinisikan sebagai gambaran keseluruhan pembelajaran yang kompleks
dengan berbagai teknik dan prosedur yang menjadi bagian pentingnya. Di dalam
kompleksitas model pembelajaran, terdapat metode, teknik, dan prosedur yang saling
bersinggungan satu dengan lainnya (Miftahul Huda, 2014). Sehingga model pembelajaran
adalah satu perangkat pembelajaran yang kompleks yang menaungi metode, teknik, dan
prosedur.
Berdasarkan penegertian model pembelajaran diatas,setiap model pembelajaran
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikantertentu.
3. Dapat dijadikan pedoman perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas.
4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) urutan langkah-langkah
pembelajaran (syntax), (b) prinsip-prinsip reaksi, (c) sistem sosial, dan (d) sistem
pendukung.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, meliputi: dampak
pembelajaran berupa hasil belajar yang terukur dan dampak pengiring berupa hasil
belajar jangka panjang.
6. Adanya desain instruksional atau persiapan mengajar dengan berpedoman pada
model pembelajaran yang dipilih.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan
seperangkat strategi yang berdasarkan landasan teori dan penelitian tertentu yang meliputi
latar belakang, prosedur pembelajaran, sistem pendukung dan evaluasi pembelajaran yang

11
ditujukan bagi guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang dapat
diukur.
Bruce Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah pada desain
pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
tercapai dan mengetengahkan empat kelompok model pembelajaran, yaitu:
1. Model Pembelajaran Interaksi Sosial
Model pembelajaran interaksi sosial bermula dari konsep masyarakat dan
perkembangan relasi interpersonal. Model ini menggambarkan bahwa hakikat manusia
adalah menjalin relasi sosial dan menciptakan masyarakat yang lebih baik. Inquiri
yang ilmiah diperoleh dari model ini. Model ini didasari teori belajar Gestalt (field
theory) yang menyatakan bahwa objek/peristiwa dipandang sebagai keseluruhan
bagian. Maka, pembelajaran akan bermakna bila diberikan secara utuh. Aplikasi teori
Gestalt dalam pembelajaran, diantaranya: pengalaman (insight), pembelajaran
bermakna, perilaku bertujuan, dan prinsip ruang hidup. Pembelajaran memampukan
siswa memecahkan masalah berdasarkan insight. Materi ajar memiliki makna yang
jelas bagi kehidupan siswa dan berkaitan dengan lingkungan belajar siswa (Rusman,
2014: 136-137)
2. Model Pembelajaran Pengolahan Informasi
Model pembelajaran ini berkaitan dengan kapabilitas (kecakapan) seseorang/siswa
dalam memproses informasi dan sistem yang dapat meningkatkan kapabilitas tersebut.
Dengan pemrosesan informasi, terdapat cara-cara bagaimana seseorang merespon
stimulus dari lingkungan, mengorganisir data, memaknai masalah, mengembangkan
konsep, dan solusi atas masalah tersebut sehingga kemudian menerapkan simbol-
simbol verbal dan non-verbal.
Kapabilitas/kecapakan merupakan luaran dari pemrosesan informasi, yang terdiri:
informasi verbal, kecakapan interlektual, strategi kognitif, sikap, dan kecakapan
motorik (Rusman, 2014: 139-140). Selain dari itu, berkaitan dengan model
pembelajaran pemrosesan informasi, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
seperti berikut.
1. Melakukan tindakan untuk menarik perhatiansiswa

12
2. Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan
dibahas.
3. Merangsang siswa untuk memulai aktivitaspembelajaran.
4. Menyampaikan isi pembelajaran sesuai topik yangdirencanakan.
5. Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalampembelajaran.
6. Memberikan penguatan dan umpan balik (feedback) terhadap perilakusiswa.
7. Melaksanakan penilaian proses dan hasil.
8. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasar
pengalaman.
3. Model Pembelajaran Personal-humanistik
Model pembelajaran personal berpusat pada individu sebagai sumber gagasan belajar.
Kerangka acuan ini menyoroti perkembangan personal dan proses bagaimana individu
membangun dan menyusun realita. Kerangka ini juga menekankan pada psikologi
personal dan kehidupan emosional individu. Model ini berorientasi pada teori-teori
humanistik, teori-teori yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, R. Rogers, Buhler
dan Arthur Comb. Beberapa implikasi teori humanistik dalam pendidikan,
diantaranya: bertingkah laku dan belajar merupakan hasil pengamatan, tingkah laku
yang ada dapat dilakukan (learning to do), aktualisasi diri adalah dorongan dasar
individu, sebagian tingkah laku individu merupakan hasil konsepsi sendiri, mengajar
bukan yng terpenting tetapi belajar siswa adalah sangat penting (learning how to
learn), dan mengajar dipahami sebagai membantu individu mengembangkan suatu
hubungan yang produktif dengan lingkungan (Rusman, 2014: 142--143. Berikut
adalah model-model pembelajaran yang mengaju pada kerangka acuan model
pembelajaran personal (Joyce dan Weil, 1972: 5).
4. Model Pembelajaran Modifikasi tingkah -laku
Model pembelajaran modifikasi tingkah laku telah mengembangkan sistem yang
efisien dalam upayan penyusunan aktivitas-aktivitas belajar dan membentuk perilaku
melalui manipulasi penguatan. Model pembelajaran ini bertitik tolak pada teori belajar
behaviorisme yang berfokus pada perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tak
teramati (Rusman, 2014: 143--144). Rusman meyebutkan penerapan model modifikasi

13
tingkah laku dalam pembelajaran, diantaranya: guru selalu perhatian terhadap tingkah
laku belajar siswa, modifikasi tingkah laku yang berkemampuan rendah melalui
pemberian penghargaan, dan penerapan prinsip pembelajaran individual. Salah satu
model pembelajaran yang mengacu pada model pembelajaran tingkah laku adalah
model pembelajaran operant-conditioning yang dipelopori oleh B. F. Skinner (Joyce
dan Weil, 1972:6).
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih
model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pendidikan. Sehingga
model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh,
model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John
Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara
demokratis.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berfikir induktif
dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.
3. Dapat dijadikan pedoman untuk per- baikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran
mengarang.
4. Memiliki bagian-bagian model dalam pelaksanaan, yaitu: urutan langkahlangkah
pembelajaran(syntax); adanya prinsip-prinsip reaksi; sistem social; sistem
pendukung.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut
meliputi: dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, dan dampak
pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedomaan model
pembelajaran yang dipilihnya.

14
F. KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN PENGOLAH INFORMASI

Model pembelajaran pemrosesan informasi adalah pembelajaran yang


menitikberatkan pada aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses atau pengolahan
informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran. (Aminah,
2014).
Model ini dilakukan dengan cara mengumpulkan atau menerima rangsangan dari
lingkungan sekitar yang melibatkan interaksi antara kondisi internal dan kondisi eksternal
dengan cara metode pemecahan masalah, penemuan konsep-konsep, pengorganisiran data,
serta penggunaan simbol-simbol verbal dan nonverbal yang berkanaan dengan kemampuan
pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir produktif, serta berkenaan dengan
kemampuan intelektual umum.
Model ini memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik. Sehingga berorientasi
pada kemampuan siswa dalam memproses informasi dan sistem-sistem dan memperbaiki
kemampuan tersebut. Adapun persepsi yang berhubungan dengan kognisi manusia:
a. Pencatatan Indera atau ingatan sensori, yaitu proses penyimpanan sebuah rekaman
mengenai informasi yang diterima. Ingatan sensori di bagi menjadi dua macam, yaitu:
Iconic dan echonic, dimana iconic yaitu sistem pencatatan terhadap informasi visual,
gambar, dan benda-benda konkrit. Sedangkan, echonic yaitu sistem pencatatan
terhadap informasi suara.
b. Pengenalan pola, aspek ini hanya sekedar menyimpan informasi yang masuk melalui
reseptor yaitu sebuah upaya untuk menata informasi yang masuk sesuai dengan
karakteristik yang menonjol sesuai dengan jenisnya.
c. Perhatian, yang merupakan pemusatan aktivitas mental dan proses konsentrasi pikiran
dan tidak melibatkan rangasangan yang berkaitan.

G. SISTEM MEMORI PADA MANUSIA

Gredler (2013:227) menyebutkan bahwa ada dua asumsi pokok yang mendukung
riset pemrosesan informasi, yaitu sistem memori adalah pengolah informasi yang aktif dan
terorganisasi serta pengetahuan sebelumnya berperan penting dalam belajar. Terkait dengan
15
asumsi tersebut maka perlu dibahas tentang hakikat sistem memori manusia dan organisasi
pengetahuan dalam memori jangka panjang.
Cara kerja memori manusia meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan, yaitu
memori sensori (sensory memory), memori jangka pendek (short-term memory,) dan
memori jangka panjang (long-term memory).
Konseptualisasi umum memori manusia digambarkan oleh Gredler (2013:231).
Sensory memory atau sensory register merupakan komponen pertama dalam system
memori. Sensori memory menerima stimuli atau informasi dari lingkungan (seperti sinar,
suara, bau, dan lain sebagainya) secara terus menerus melalui alat penerima (receptor) kita.
Receptor disebut juga dengan alat-alat indera. Informasi yang diterima disimpan dalam
sensory memory kurang lebih dua detik (Baharuddin, 2007:100).
Short-term memory atau memori jangka pendek adalah sistem memori dengan
kapasitas yang terbatas di mana informasi disimpan selama 30 detik, kecuali informasi
tersebut diulang atau kalau tidak diproses lebih lanjut, karena jika diproses informasi bisa
disimpan lebih lama (Santrock, 2009:364).
Long-term memory atau memori jangka panjang adalah jenis memori yang
menyimpan banyak sekali informasi untuk periode waktu yang lama dalam cara yang
relative permanen (Santrock, 2009: 366). Kapasitas memori jangka panjang manusia
sangatlah mengejutkan dan efisiensi di mana individu-individu bisa mendapatkan kembali
informasi sangatlah mengesankan.
Menurut Baddeley (1998) dalam Schunk (2013:258) representasi pengetahuan
dalam LTM tergantung pada frekuensi dan kontinguitas. Makin sering suatu fakta, peristiwa,
atau ide dijumpai, makin kuat representasinya dalam memori. Selain itu, dua pengalaman
yang terjadi berdekatan waktunya akan cenderung dihubungkan dengan memori sehingga
ketika salah satunya diingatkan yang satunya akan teraktifkan. Maka, informasi dalam LTM
direpresentasikan dalam struktur-struktur asosiatif. Asosiasi-asosiasi ini sifatnya kognitif,
tidak seperti asosiasi dalam teori pengkondisian yang sifatnya behavioral (stimulus dan
respon).

16
H. TEORI PEMBELAJARAN PEMROSES INFORMASI

Seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika bernama Robert M. Gagne


merupakan salah satu pencetus teori pembelajaran pemroses informasi. Teori pembelajaran
pemroses informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik. Secara sederhana pengertian
belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan informasi. Teori ini memandang
bahwa belajar adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi, menyimpan
informasi, serta mengingat kembali informasi yang dikontrol oleh otak.

Dalam pemrosesan informasi, terjadi kondisi internal dengan kondisi eksternal


individu. Kondisi internal merupakan keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi di dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran. Asumsi yang mendasari teori Gagne adalah bahwa pembelajaran merupakan
factor yang sangat penting dalam perkembangan. Dalam proses pembelajaran ini meliputi
delapan fase, yaitu :
a. Motivasi, merupakan fase awal untuk memulai pembelajaran dengan adanya
dorongan, baik dari dalam diri maupun lingkungan, untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Pemahaman, pada fasae ini individu menerima dan memahami informasi yang
diperoleh dari pembelajaran. Pemahaman ini dapat diperoleh melalui perhatian.
c. Pemerolehan, individu memaknai atau mempersepsikan segala informasi yang
diperoleh
d. Penahanan, menahan infromasi yang sampai dalam diri sehingga terjadi proses
penyimpanan dalam memori
e. Ingatan kembali, mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan bila ada
rangsangan.
f. Generalisasi, menggunakan hasil pembelajaran yang telah diperoleh untuk
keperluan tertentu.
g. Perlakuan, merupakan suatu perwujudan perilaku individu sebagai hasil dari
pembelajaran.

17
h. Umpan balik, dalam fase ini individu memperoleh feedback dari perilaku yang
telah dilakukannya.
Dalam menerapkan teori ini, diperlukan suatu strategi belajar tertentu yang dapat
memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera. Informasi
yang masuk akan dijumpai terlebih dahulu oleh registrasi penginderaan. Registrasi
penginderaan akan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya
dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Keberadaan register
penginderaan memiliki dua implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, seseorang harus
memberikan perhatian pada suatu informasi bila informasi harus diingat. Kedua, seseorang
memerlukan waktu untuk membawa segala informasi yang dilihat dalalm waktu singkat
untuk masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176). Seseorang yang menerima informasi
akan kemudian mengolahnya di dalam memori. Penyimpanan dalam memori manusia
memiliki tiga tahapan, yakni :
a. Sensory memory Memori manusia tentunya memiliki batas kemampuannya dalam
mengolah informasi. Dengan banyaknya infromasi yang masuk, maka tidak semua
infromasi tersebut bisa diolah. Informasi ini nantinya akan disimpan dalah suatu ruang
sementara yang disebut dengan sensory memory. Waktu yang didapat dari sensory
memory sangat singkat, yakni kurang dari 1/2 sekon untuk informasi visual dan sekitar
3 sekon untuk informasi audio.
b. Short-term memory Berhubungan dengan apa yang sedang dipikrkan seseorang pada
suatu saat ketika menerima stimulus dari lingkungan. Informasi yang tersimpan dalam
short-term memory ini berdurasi 15-20 sekon. Durasi penyimpanan dapat bertambah
hingga 20 menit jika informasi tersebut diulang kembali. Apabila informasi dalam
short-term memory sudah tidak digunakan, maka perlahan akan menghilang.
c. Long-term memory Pada dasarnya, long-term memory merupakan memori
penyimpanan yang relative permanen yang dapat menyimpan informasi meski sudah
tidak digunakan lagi. Long-term memory memiliki kapasitas tak terbatas yang berarti
tidak ada seorang pun yang pernah kekurangan ruang untuk menyimpan suatu
informasi.

18
Pada hakikatnya model pembelajaran dengan pemerosesan informasi didasarkan
pada teori belajar kognitif. Model pembelajaran tersebut berorientasi pada kemampuan
dalam memproses informasi dan sistem yang dapat memperbaiki kemampuan belajar siswa.
Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara-cara mengumpulkan atau menerima stimulus
dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep
dan pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non-verbal. Proses
informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti
dengan penyimpanan informasi (stroge) dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali
informas-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrival).

I. TEORI YANG MENYEBABKAN LUPA

Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk mengungkapkan kembali


informasi yang telah kita terima atau yang sudah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo
(1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau
mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah
peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal seseorang (Muhibbin Syah,
2008: 158).
Lahey (2006) menyatakan bahwa seseorang dapat lupa akan suatu informasi yang
pernah diterimanya karena beberapa hal, yaitu:
1. Decay Theory.
Artinya, informasi telah terlalu lama tersimpan dalam memori dan tidak digunakan.
Namun teori ini banyak dibantah, karena informasi terlupa justru pada tahapan sensori
register dan memori jangka pendek. Jika informasi telah tersimpan dalam memori
jangka panjang maka lupa yang terjadi bukanlah karena telah lama tidak digunakan,
namun lebih karena terganggu atau bercampur dengan informasi lainnya.
2. Interference theory
Menurut teori ini, lupa bukanlah disebabkan oleh informasi telah tersimpan terlalu
lama, namun karena terganggu oleh informasi lainnya, misalnya karena informasi
tersebut miripdengan informasi yang akan diingat. Interference ini terdiri dari

19
proactive interference dan retroactive interference. Proactive interference adalah
terganggunya ingatan karena adanya informasi lama yang menghambat untuk
mengingat informasi baru. Contohnya, suatu hari kita mengingat nomor rumah Tuan
X. Keesokan harinya, kita juga mengingat nomor Nyonya Y. Namun saat berusaha
mengingat kembali nomor rumah Tuan X kita menjadi kesulitan karena terganggu
dengan ingatan mengenai nomor rumah Nyonya Y tadi. Sedangkan retroactive
interference adalah sulitnya mengingat informasi lama karena masuknya informasi
baru. Berkebalikan dengan contoh sebelumnya, retroactive interference terjadi ketika
kita sulit untuk mengingat nomor rumah Nyonya Y karena terganggu oleh nomor
rumah Tuan X.
3. Reconstruction (schema) theory
Teori ini menyatakan bahwa informasi yang telah tersimpan menjadi sulit untuk
diingat kembali bukanlah karena terlupa, namun karena muncul dalam bentuk yang
distorted atau muncul dalam bentuk yang tidak tepat. Ingatan jangka panjang menjadi
distorted karena ingatan kita berkembang sepanjang waktu semakin konsisten dengan
skema yang kita
miliki. Misalnya, kita telah memiliki konsep yang negatif mengenai seseorang, saat
menceritakan seseorang tersebut kita hanya menceritakan hal-hal negatif saja. Kita
kesulitan untuk mengingat hal-hal positif mengenai orang tersebut karena skema kita
dipenuhi oleh ingatan negatif mengenai orang tersebut.
4. Motivated forgetting.
Teori ini menyatakan bahwa informasi tersebut menjadi hilang karena memang
sengaja dilupakan, karena menimbulkan dampak negatif ketika mengingatnya.
Misalnya, saat kita pernah mengalami kejadian yang sangat buruk dengan suatu
peristiwa, maka kita akan berusaha melupakannya hingga peristiwa tersebut benar-
benar terlupa dan sulit untuk diingat.
Engle dan Oransky (1999) menyatakan perbedaan individu dalam mengukur
kapasitas memori kerja mencerminkan perbedaan dalam perhatian terkontrol dan bahwa
perbedaan-perbedaan tersebut akan dicerminkan hanya dalam situasi yang mendorong
maupun menuntun perhatian terkontrol. Meskipun sulit bagi kita untuk membayangkan

20
perjuangan seseorang yang mengalami kerusakan memori, kita semua iri pada seseorang
yang memiliki memori eksternal yang sangat bagus dan berharap kita dapat meningkatkan
memori kita sendiri. Bagi siswa, harapan ini terutama ditujukan saat mereka menghadapi
ujian. Jika saja kita dapat mengingat segala sesuatu yang telah dipelajari, kita dapat
melakukannya dengan jauh lebih baik. Kebutuhan untuk mengingat materi setelah ujian
kelihatannya kurang mendesak, namun bahkan dalam kasus ini, memori yang bagus tetap
dapat menguntungkan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem informasi merupakan teori-teori pengolahan informasi yang memfokuskan
studi pada perhatian, persepsi, pengkodean, penyimpanan dan penarikan pengetahuan.
Pengolahan informasi telah dipengaruhi oleh kemajuan-kemajuan dalam komunikasi,
teknologi komputer dan neurosains.

Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas kami dapat menarik beberapa


kesimpulan antaranya:

1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu


mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima
individu dari lingkungan.

2. Dalam teori pengolahan informasi terdapat asumsi-asumsi tentang apa, bagaimana,


dimana bisa terjadi teori tersebut.

21
3. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (SensoricMemori),
Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan Jangka Panjang (Long
Term Memory).

4. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teori pengolahan informasi yaitu; Perhatian ke
stimulus, Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.

A. SARAN
Kami menyadari dalam penyusunan dan penjelasan yang ada di dalam makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami menyarankan untuk dilakukan suatu
pengkajian yang lebih mendalam mengenai materi ini. Dan demi perbaikan makalah kami
selanjutnya kami mohon saran dan ktitik pembaca yang tentunya membangun. Demikianlah
hasil karya tulis kami yang terangkim dalam suatu makalah semoga bermanfaat dan
akhirnya kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Tadzkiyyah. (Mei 2016). Jurnal Pendidikan Islam. - , Volume 7.

Bhinnety, M. (2016). STRUKTUR DAN PROSES MEMORI. FAKULTAS PSIKOLOGI


UNIVERSITAS GADJAH MADA , 74-76.

Kalsum, U. (Maret 2019). Penerapan Teori Pemrosesan Informasi dalam Proses Belajar
Mengajar. UIN Alauddin , 1-2.

Kinnara, R. (2016). LUPA, DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI BELAJAR DAN ISLAM.


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG , 47-49.

Rehalat, A. (2014). MODEL PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI. Jurnal


Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23 , 1-9.

Winoto, H. (2016). Teori belajar pemrosesan informasi. UNNES , 4-8.

22
Yahya. (2015). Gaya Belajar. UMS , 3-5.

Rehalat, Aminah. 2014. MODEL PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI.


Pendidikan Ilmu Sosial. 23(2), 2-3.

Al-Tadzkiyyah. JURNAL PENDIDIKAN ISLAM, Volume 7, Mei 2016

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-


Ruzz Media.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

23

Anda mungkin juga menyukai