Anda di halaman 1dari 16

USG SEBAGAI ALAT DIAGNOSIS GANGGUAN SALURAN

REPRODUKSI JANTAN

MAKALAH

SYIFA SALSABILA
NPM.2102501010027

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim…

Alhamdulillahi Rabbil‘alamin puji dan syukur kepada Allah

Subhanawata‘ala atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis hingga penulis

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “USG sebagai alat diagnosis

gangguan saluran reproduksi sapi jantan” sebagai syarat untuk menyelesaikan ko-

asistensi laboratorium Reproduksi di fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Syiah Kuala.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dr. Drh. Juli Melia,

M.Si. sebagai dosen yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu selama berada

di laboratorium Reproduksi. Terimakasih penulis sampaikan pula kepada kepala

laboratorium Drh. Ginta Riady, M.Sc. seluruh dosen pengajar di laboratorium

Reproduksi dan Laboran Drh. Husnurrizal yang telah memberikan dukungan,

arahan dan banyak masukan kepada penulis selama masa ko-asistensi, juga

kepada teman-teman kelompok 4A dan 4B yang telah banyak membantu dan

membagikan ilmu selama menjalani ko-asistensi di laboratorium reproduksi.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun

dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

pembacanya. Allahumma amiin

Banda Aceh, 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Echogenesitas Testis.........................................................................................3
B. Orkitis...............................................................................................................3
C. Hidrokel............................................................................................................5
D. Kista Testis.......................................................................................................6
E. Degenerasi Testis..............................................................................................7
PENUTUP.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

ii
1

PENDAHULUAN

Pemilihan pejantan terbaik pada tahap pasca penyapihan dan sebelum

digunakan untuk mengawini betina merupakan aspek penting, dan harus

didasarkan pada kriteria yang tidak hanya menunjukkan potensi genetik, tetapi

juga menunjukkan potensi reproduksi, kematangan seksual dini, libido dan tidak

adanya kelainan saluran genital.

Dengan meningkatnya permintaan untuk genetik hewan yang lebih bagus,

penggunaan metode breeding soundness examination (BSE) dan evaluasi semen

ternak jantan, telah sangat umum digunakan untuk memprediksi kesuburan

pejantan yang digunakan. sebagai indukan unggul dan juga untuk pengobatan

gangguan reproduksi. Dengan demikian, metodologi mengukur lingkar skrotum

sangat sering digunakan sebagai alat rutin untuk pemilihan breeding, namun,

menurut Abdel-Razek dan Ali, (2005) penggunaan ultrasonografi testis juga telah

ditetapkan sebagai alat yang penting untuk mengetahui kelainan testis yang tidak

terlihat dari BSE yang rutin dilakukan.

Menurut Cardilli et al., (2010), hasil BSE, termasuk analisis semen

biasanya tidak cukup untuk mendapatkan diagnosis yang akurat ketika berhadapan

dengan hewan yang mengalami penurunan kesuburan. Oleh karena itu, ada

prospek besar dalam penggunaan USG dalam penilaian sapi jantan sebelum

mencapai pubertas untuk memprediksi kemampuan produksi sperma ketika

matang secara seksual serta untuk mendeteksi adanya kelainan anatomi yang tidak

1
2

mungkin dideteksi dengan pemeriksaan klinis saluran reproduksi (Aravindakshan

et al., 2000).

2
3

Dengan tujuan untuk memberikan diagnosis yang cepat, aman dan akurat,

USG merupakan metode penting dalam pembiakan hewan, karena memungkinkan

untuk mengevaluasi organ reproduksi internal dengan akurasi anatomi, non-

invasif, tidak berbahaya, aman dan dapat digunakan secara rutin. Dengan

demikian penggunaan ultrasonografi yang terkait dengan pemeriksaan kesehatan

menjadi sangat penting, terutama pada gangguan subklinis (Ribadu dan Nakao

1999).

Menurut Aravindakshan et al., (2000), ketika menggunakan USG selama

BSE, dapat mendeteksi perbedaan konsistensi testis dengan lebih baik serta

berhubungan dengan aspek lain dari kualitas semen dan kesuburan pejantan yang

digunakan dalam pembiakan. Oleh karena itu, analisis menggunakan USG dapat

menjadi pemeriksaan tambahan untuk interpretasi gangguan testis dalam breeding

soundness examination.
PEMBAHASAN

A. Echogenesitas Testis

Dari sembilan belas sapi jantan muda, usia 10-18 bulan yang diteliti oleh

Cardilli et al., (2012), gambaran ultrasonografi parenkim testis normal terbukti

homogen dan tidak ditemukan perbedaan antara echogenisitas masing-masing

testis.

Berdasarkan penelitian Sousa et al., (2015), di antara lima puluh sembilan

sapi jantan yang dievaluasi gangguan reproduksi dengan pemeriksaan USG,

sebanyak 20 (34%) diklasifikasikan sebagai tidak layak untuk berkembang biak,

namun sebagian dari sapi yang dianggap tidak layak ini tidak menunjukkan

perubahan dalam pemeriksaan klinis, dengan perubahan hanya terdeteksi oleh

evaluasi USG atau melalui pemeriksaan fisik dan morfologi spermatozoa.

Beberapa gangguan pada testis yang dapat dideteksi dengan metode USG antara

lain orkitis, hidrokel, degenerasi testis, kista, dan kalsifikasi.

B. Orkitis

Pada kasus orkitis, Gambar USG (Gambar 1) merupakan gambaran testis

kiri (A) dan kanan (B) dari hewan yang sama. Gambar testis kiri (A)

menunjukkan echogenisitas tinggi yang homogen dari parenkim testis, dengan

mediastinum hyperechoic, yang merupakan echogenisitas normal. Sedangkan

gambaran testis kanan (B) menunjukkan parenkim testis dengan echogenisitas

rendah dan bintik-bintik hyperechoic.

4
5

Gambar 1. A-Testis normal. Parenkim testis homogen dengan echogenesitas tinggi, dan
mediastinum testis hyperechoic (panah). B-Testis abnormal. Parenkim testis menunjukkan
echogenesitas rendah dan banyak bitnik-bintik hyperechoic.

Dikutip dari Bumin et al., (2007) pada hewan dengan orkitis unilateral

parenkim testis menunjukkan echogenesitas yang heterogen, ditandai dengan

memiliki daerah hypoechoic dan peningkatan echogenisitas di area testis yang

meradang, sama seperti yang terlihat pada Gambar 1. Penulis lain juga

melaporkan bahwa dalam kasus orkitis, testis biasanya menjadi lunak dan

ukurannya meningkat, yang dengan USG akan menunjukkan echogenesitas

heterogen, dengan daerah hypoechoic difus (menyebar) dan di beberapa kasus

parenkim dapat terlihat hyperechoic karena infiltrasi sel inflamasi (Ober et al.,

2004).
6

C. Hidrokel

Gambaran USG (Gambar 2) menunjukkan adanya gambar anechoic

(bersih) antara tunika vaginalis dan kulit skrotum (garis hyperechoic). Di sisi lain,

parenkim testis menunjukkan ekogenisitas normal, begitu pula dengan

mediastinum testis.

Gambar 2. A-Terdapatnya cairan dalam jumlah kecil di antara tunica vaginalis dan kulit skrotum
(potongan longitudinal) dan echogenesitas normal pada mediastinum (panah). B-cairan dalam
jumlah kecil di antara tunica vaginalis dan kulit skrotum (potongan transbersal) dan
echogenesitas normal pada mediastinum (panah)

Abdel-Razek dan Ali (2005) melaporkan bahwa ketika terdapat cairan di

antara lapisan testis hanya dapat dibedakan dengan USG. Ahmad et al., (1999)

mendeskripsikan kasus hidrokel pada kambing, di mana testis yang terdapat

hidrokel terlihat dikelilingi oleh cairan anechoic dengan untaian fibrin

hyperechoic di dalam cairan. dalam penelitian lain (Ahmad et al., 2000), daerah
7

anechoic juga menunjukkan granuloma sperma, yang terlihat di dalam caput dan

cauda epididimis domba jantan yang infertil.

Abu-Seida (2012) meneliti delapan pejantan dengan masalah reproduksi,

dan mencatat dalam satu kasus hidrokel pada pejantan ras Friesian, berusia tiga

tahun. Melalui pemeriksaan ultrasonografi, kulit skrotum tampak sebagai garis

hyperechoic jelas dengan cairan anechoic terakumulasi antara tunica vaginalis

dan skrotum dan kedua testis dengan echogenesitas normal, mirip dengan

(Gambar 2).

D. Kista Testis

Ultrasonografi kasus kista yang ditemukan di parenkim testis berukuran

panjang 2cm dan lebar 2,5 dapat dilihat pada (Gambar 3), dan dikonfirmasi

dengan temuan patologi anatomi setelah pengebirian (Gambar 4)

Gambar 3. A- struktur anechoic sirkuler menunjukkan pinggiran yang irregular (panah). B-


struktur anechoic sirkuler dengan pinggiran yang jelas (panah) potongan longitudinal. C- struktur
anechoic sirkuler dengan pinggiran yang jelas (panah) potongan melintang.
8

Gambar 4. A- Testis kiri dengan dugaan hypoplasia. B- Potongan transversal pada testis
menunjukkan ukuran kista kurang lebih 2,0 x 2,5 cm (panah). C- Lokasi kista parenkim testis
(panah).

Williams et al., (2010) melaporkan satu kasus kista di caput epididimis

dari sapi jantan Holstein. Caput epididimis mengalami regresi dan digantikan oleh

kista berisi cairan bening. Pemeriksaan ultrasonografi daerah ini ditandai dengan

hypoechoic di lokasi lesi dan berdiameter sekitar 15 mm. Kemudian Ali et al.,

(2011) meneliti sepuluh kasus infertilitas pada kerbau dan mengamati satu kasus

spermatokel (kista), dengan ditemukannya granuloma sperma di caput epididimis.

Pemeriksaan USG pada testis yang terdapat kista menunjukkan banyak area

anechoic di dalam testis dan epididimis, dengan batas hyperechoic yang jelas dan

dapat dibedakan dari bagian lainnya. Lesi dengan diameter 3,5 cm, didiagnosis

sebagai kista (spermatokel), seperti yang juga dilaporkan pada anjing (England,

1995) dan serupa dengan gambar.

E. Degenerasi Testis

Gambaran USG pada kasus degenerasi testis dapat dilihat pada (Gambar

5). Menunjukkan penurunan ekogenisitas garis mediastinum secara heterogen,

kemungkinan peningkatan ekogenisitas parenkim yang heterogen dan sejumlah

kecil cairan bebas di dalam kantung.


9

Gambar 5. A- Garis mediastinum dengan echogenesitas normal (panah). B- Garis


mediastinum dengan penurunan echogenesitas heterogen, dan kemungkinan
peningkatan echogenesitas parenkim yang heterogen dan sejumlah kecil cairan bebas
pada kantung

Ahmad et al., (1993) dan Ahmad dan Noakes (1995) melaporkan adanya

daerah hyperechoic serupa di parenkim testis kambing jantan yang infertil dan

didiagnosis sebagai degenerasi testis menunjukkan tampilan yang sama seperti

gambar. Ali et al., (2011) meneliti sepuluh kasus infertilitas pada kerbau jantan

melalui USG, dan mendapati enam kasus perubahan gambar USG, dengan tiga

diantaranya didiagnosis sebagai degenerasi testis. Dalam penelitian tersebut testis

menunjukkan perubahan dalam konsistensi dan tampilan USG menunjukkan testis

memiliki banyak daerah hyperechoic dengan bayangan akustik tersebar di seluruh

parenkim. Daerah ini dianggap sebagai hyperechoic yang merupakan mineralisasi

testis (Gambar 6). Pada pemeriksaan histopatologi, area dengan karakteristik

tersebut dapat didiagnosis sebagai degenerasi testis dengan mineralisasi tubulus

seminiferus.
10

Gambar 6. A- Titik-titik hyperechoic dengan bayangan akustik kecil hingga sedang di


dekat garis mediastinum testis (panah). B- Bagian hyperechoic dengan terbentuknya
bayangan akustik di dekat garis mediastinum testis

Dalam sebuah studi oleh Cardilli et al., (2009) pada 114 ekor sapi pejantan

yang dipelihara secara intensif, dilaporkan tiga ekor sapi menunjukkan kalsifikasi

dengan diagnosis USG namun testis yang terkena tidak menunjukkan perubahan

ukuran, bentuk, posisi, simetri, mobilitas, konsistensi dan sensitivitas.


PENUTUP

Kesimpulan

Pemeriksaan kesehatan reproduksi (BSE) sangat penting dilakukan untuk

mengetahui keberadaan penyakit reproduksi pada hewan yang akan digunakan

sebagai pejantan. Namun tampaknya pemeriksaan fisik dan kualitas semen saja

belum cukup untuk mendeteksi gangguan reproduksi subklinis, sehingga USG

menjadi alat yang sangat diperlukan dalam diagnosis patologi subklinis dari

saluran reproduksi jantan, yang penting untuk membantu diagnosis kesehatan

klinis.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Razek, A.K. and Ali, A. (2005). Developmental changes of Bull (Bos


taurus) genitália as evaluated by caliper and ultrasonography. Reprod
Dom Anim, 40: 23-27.

Abu-Seida, A. and Ashraf, M. (2012). Ultrasonographic diagnosis of some scrotal


swellings in bulls. Pak Vet J, 32:378-381.

Ahmad, N. and Noakes, D.E. (1995). A clinical and ultrasonographic study of the
testes and related structures of goats and rams after unilateral vasectomy.
Vet Rec, 137: 112-117.

Ahmad, N., Noakes, D.E., and Middleton, D.J. (1993). Use of ultrasound to
diagnose testicular degeneration in a goat. Vet Rec, 132:36-439.

Ahmad, N., England, G. C. W., Noakes, D.E. (2000). Ultrasonography of


spontaneous lesions of the genital system of three rams, and their
influence on semen quality. Vet Rec, 146: 10-15.

Ahmad, N., Samad, H.A., Rehman, N.U., Ahmad, K.M., and Ahmad, M. (1999).
An ultrasonographic and histopathological study of the testis and
epididymis following experimentally induced unilateral ischemia in male
goats and rams. Pak Vet J, 19: 204-209.

Ali, K.M., Ahmad, N., Akhtar, N., Ali, S., Ahmad, M., and Younis, M. (2011).
Ultrasound imaging of testes and epididymides of normal and infertile
breeding bulls. Pakistan Veterinary Journal, 31(4): 345- 350.

Aravindakshan, J. P., Hanaramoz, A., and Bartlewski, P. M. (2000). Pattern of


gonadotropin secretion and Ultrasonographic evaluation of
developmental changes in the testis of early and late maturing bull
calves. Theriogenology, 54: 339-354.

Bumin, A., Kaya, M., Kaya, U., Kibar, M., and Alkan, Z. 2007. Gray-scale,
colour and power doppler sonography of scrotal disorders in dogs. Revue
Méd. Vét., 158 (3): 128-133.

Cardilli, D. J., Toniollo, G. H., Pastore, A. A., Canola, J. C., Oliveira, J. A., and M
Mercadante, E. Z. (2012). Ultrassonografia testicular em bovinos jovens
da raça Nelore criados em sistema extensivo. Arq. Bras. Med. Vet.
Zootec., 64(1):75-82.
Cardilli, D. J., Toniollo, G. H., Pastore, A. A., Canola, J. C., Mercadante, M. E.
Z., and Oliveira, J. A. (2010). Padrão ultrassonográfico do parênquima,
mediastino e túnicas testiculares em Bovinos Jovens da Raça Nelore.
Cien. Anim. Bras, 11 (4): 899-905.

Cardilli, D. J., Toniollo,G. H., Pastore, A. A., Canola, J. C., and Mercadante, M.
E. Z. (2009). Alterações do Padrão ultrassonográfico do parênquima
testicular em bovinos jovens da raça Nelore, jovens da raça Nelore. Acta
Scientiae Veterinariae, 37 (4):367-370.

England, G. C. (1995). Ultrasonographic diagnosis of non-palpable Sertoli cell


tumours in infertile dogs. J. Small. Anim. Pract, 36: 476-80.

Ober, C. P., Spaulding, K., Breitschwerdt, E. B., Malarkey, D. E., and Hegarty, B.
C. (2004). Orchitis in two dogs with Rocky Mounta_n spotted fever. Vet.
Rad. & Ultra., 45: 458-465.

Ribadu, A. Y., and Nakao, T. (1999). Bovine reproductive ultrasonography: A


review. J. Repr. Dev, 45(1):13-28.

Sousa, K.C., Rolim-Filho, S.T., Ribeiro, H.F.L., and Vale, W.G. (2015).
Ultrasound as tool for diagnosis of disease of the reproductive tract bulls.
Archieves of Veterinary Science, 20(3): 89-99.

Williams, H. J., Revell, S. G., Scholes, S. F. E., Courtenay, A. E., and Smith, R. F.
(2010). Clinical, Ultrasonographic and pathological findings in a bull
with segmental aplasia of the mesonephric duct. Reprod Dom Anim., 45:
212–216.

Anda mungkin juga menyukai