Anda di halaman 1dari 26

Torus palatinus 

merupakan suatu penonjolan tulang (exostosis) yang umum


terjadi di tengah palatum keras. Exostosis adalah suatu pertumbuhan benigna
jaringan tulang yang menonjol keluar dari permukaan tulang. Secara khas
keadaan ini ditandai dengan tertutupnya tonjolan tersebut oleh kartilago.
A.   Etiologi dan Patogenesis
Secara anatomis terdapat pembengkakan nodular yang terdiri dari tulang
lamelar normal, sekalipun lesi luas mungkin memiliki tulang cancellous pada
bagian tengahnya. Patogenesis dari penonjolan (exostosis) ini masih
diperdebatkan, berkisar dari faktor genetik hingga lingkungan (seperti tekanan
kunyah). Penyebab exostosis ini belum diketahui tetapi pada beberapa orang
diturunkan secara autosomal dominan.
Sering disebut juda tori adalah suatu nodular jinak yang tumbuh berlebihan dari
tulang kortikal. Walaupun gambaran fisiknya dapat merupakan suatu alarm
tanda keganasan, tetapi secara umumm tidak dibutuhkan suatu perhatian
khusus. Protuberensia tulang yang terdapat di midline palatum dimana maksila
menyatu. Tori bisa terdapat di mandibula, khas di sisi lingual dari gigi molar.
Tori dilapisi jaringan epitelium yang tipis, yang mudah mengalami trauma
dan ulcus. Penyembuhan pada ulcus yang terjadi cenderung sangat lambat
karena tori miskin vaskularisasi. Torus palatinus tumbuh sangat lambat dan
terjadi pada semua umur, tetapi sebagian besar terjadi sebelum usia 30 tahun.
Torus palatinus dua kali lebih sering terjadi pada wanita.
B.   Patologi
Potongan melintang pada exostosis terlihat tulang yang padat dengan
gambaran lamellaratau berlapis-lapis. Selalu dengan ciri tebal, matur dan
tulang lamellar dengan osteocytesyang menyebar dan ruang sumsum tulang yang
kecil diisi lemak tulang atau stroma fibrovascular longgar. Beberapa lesi dengan
tepi tulang kortikal yang tipis melapisi tulangcancellous yang inaktif dengan
lemak dan jaringan hematopoietic.
Minimal aktivitas osteoblastic selalu terlihat, tetapi sering lesi menunjukan
aktivitas periosteal yang banyak. Area yang luas pada tulang mungkin
menunjukkan pembesaran lakuna yang lepas atau pyknotic
osteocytes mengindikasikan terjadinya gangguan iskemi pada tulang. Perubahan
iskemi seperti fibrosis sumsum dan dilatasi vena mungkin ditemukan pada
susmsum tulang, dengan contoh yang jarang menunjukkan aktual infraksi dari
lemak sumsum.
Gardner syndrome sulit dibedakan dengan exotosis tulang biasa, merupakan
suatuosteoma-producing syndrome, pada orang dengan exotosis tulang perlu
dievaluasi apakah ada sindroma ini. Apakah penderita memiliki pertumbuhan
tulang multiple atau lesi tidak pada lokasi klasik torus atau bucal
exostosis. Intestinal polyposis dan cutaneous cysts atau fibromas gambaran lain
dari autosomal dominant syndrome. Polip pada intertinal ini memiliki
kecendrungan yang kuat berubah menjadi kanker.
C.   Gambaran Klinis
Exostosis tulang tampak sebagai tumor (pembengkakan) yang kaku dengan
permukaan mukosa yang normal. Tonjolan tulang yang keras di tengah-tengah
palatum ini biasanya berukuran diameter kurang dari 2 cm, namun terkadang
perlahan-lahan dapat bertambah besar dan memenuhi seluruh langit-langit.
Kebanyakan torus tidak menyebabkan gejala. Bentuk dan ukuran dari torus
palatinus bervariasi.

Ketika muncul di daerah midline pada palatum durum maka disebut torus


palatinus dan ketika muncul dilateral di redio lingual premolar dari mandibula
disebut torus mandibularis. Yang sangat mengherankan, torus palatinus dan
torus mandibularis jarang ditemukan muncul bersama-sama pada satu individu.
Prevalensi dari torus palatinus dan torus mandibularis adalah 20-25% dan 6-
12% dari populasi umum. Pada wanita insidennya lebih tinggi. Biasanya pasien
baru menyadari ada exostosis ini bila ada trauma.
D.   Diagnosis
Diagnosis didapatkan dari gejala klinik. Bisa dilakukan biopsi, oral
radiographs dan CT scans untuk menegakkan diagnosis.
E.   Diffential Diagnosis
Gingival fibrosis, fibroma formation secondary to irritation, granuloma,
abses, oral neurofibroma pada palatum, fibrous dysplasia, osteomas, dan paget’s
disease.
F.   Terapi
Tidak ada menajemen aktif yang wajib dilakukan, menenangkan pasien bahwa
keadaanya merupakan bukan suatu keganasan. Bila mukosa yang melapisinya
tipis dan cenderung trauma, pasien mungkin membutuhkan antiseptik pencuci
mulut jika terdapatulcus. Bila tidak ada keluhan, torus palatinus tidak
memerlukan perawatan. Namun pada pasien yang menggunakan gigi tiruan,
torus palatinus ini dapat mengganjal basis gigi tiruan sehingga harus dihilangkan
dengan tindakan bedah menggunakan conservative surgical excision.
Di bidang kedokteran gigi, penatalaksanaan torus palatinus berkaitan dengan
pembutan gigi tiruan sangat penting diperhatikan. Torus palatinus merupakan
tonjolan yang ditutupi oleh selapis tipis jaringan lunak yang menyebabkan tori
lebih sensitif terhadap tekanan atau palpasi (perabaan) dan pada saat perabaan
akan terasa sangat keras.
Konsistensi tori pada palatum sangat keras dan tidak sama dengan jaringan
fibrous yang emenutupi puncak tulang alveolar. Oleh sebab itu, penatalaksanaan
tori agar tidak mengganggu stabilisasi dan retensi gigi tiruan maka harus
dibebaskan dari gigitan tekanan gigi tiruan atau dibuang secara bedah. Torus
palatinus yang tidak ditanggulangi akan menyebabkan garis fulkrum yang
seharusnya di puncak lingir, akan berpindah di puncak torus. Hal ini
menyebabkan gigi tiruan tidak stabil dan mudah retak (patah).

Metode Non Bedah


Metode non bedah dilakukan dengan cara peredaan atau pembebasan tori dari
tekanan dengan cara menempatkan selapis kertas timah (alumunium foil) di atas
daerah torus pada model pada saat gigi tiruan diproses (relief of chamber). Cara
yang lain  adalah dengan mendesain plat akriliknya dengan melakukan
pembebasan torus palatinus. Luasnya ruang pembebasan sesuai dengan luas
penonjolan torus di palatum keras.

GTSL

Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan berdasarkan bahan


1. Gigi sebagian lepasan dengan kerangka logam
GTSKL memiliki kualitas mekanik sangat baik dan memberikan kemungkinan
desain denture yang mempertimbangkan kesehatan jaringan periodonsium gigi
abutment, estetis dan kenyamanan pasien. Hasil ini dapat dicapai dengan
membuat desain kerangka sesederhana mungkin, dengan basis dan konektor
major dan minor yang didesain tidak berkontak dengan alveolar ridge atau
palatum secara aproksimal 3 mm dari gigi, untuk mencegah atau mengurangi
efek negatif dari oral hygiene yang buruk.

2. Gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik


Gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik secara normal tidak digunakan untuk
lebih dari beberapa bulan, karena gigi tiruan jenis ini memiliki kualitas mekanik
yang buruk, lebih tidak nyaman digunakan, dan kondusif bagi oral hygiene yang
buruk, namun gigi tiruan jenis ini banyak digunakan, khususnya pada
prostodontik geriatri, karena relatif tidak mahal dan mudah
dimodifikasi.Perawatan dengan gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik
diindikasikan pada pasien lanjut usia dengan gigi yang jaringan
periodonsiumnya relatif masih sehat, dalam bentuk gigi tiruan
sementara.Penggunaan gigi tiruan sementara ini membantu pasien untuk
beradaptasi dengan gigi tiruan penuh nantinya dan gigi tiruan sementara sering
dapat dengan mudah ditansformasikan menjadi gigi tiruan penuh.
Ketika perawatan dengan gigi tiruan sebagian lepasan dengan kerangka logam
terhambat karena alasan keuangan, gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik
sering menjadi alternatif yang lebih baik daripada gigi tiruan penuh jika pasien
tidak memiliki masalah fungsional.

Dilepas/tidak dapat dilepas


a.removable partil denture= GTS Lepasan
b.fixed denture/bridge= GTC

Saat pemasangan
a.convesional-dipasang setelah gigi hilang
b.immediete-dipasang segera setelah gigi hilang / dicabut

Jaringan pendukung
a.tooth borne-didukung oleh gigi
b.mucosa / tissue borne-didukung mukosa
c.mucosa and tooth-didukung gigi&mukosa

Letak daerah tak bergigi / sadel


a.anterior tooth suported case
b.all tooth suported case
c.free and supotred case

Memakai wing bagian bukal/labial atau tidak


A. Open face : GTS yang dibuat tanpa gusi tiruan labial, gigi tiruan tsb dibuat
apabila
1.keadaan prosessus aleolaris masih baik
2.biasa pada gigi anterior
3.pasien mempunyai lebar mulut terlalu lebar

B. Close face : GTS yang dibuat gusi tiruan bagian labial, gigi tiruan tsb dibuat
apabila
1.prosessus alveolaris telah mengalami absorbsi
2.perbaikan profil

Indikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


1. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat :
• Usia :
usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang mahkota klinis masih
kurang. Pasien usia lanjut dengan kesehatan umum yang buruk, karena
perawatannya memerlukan waktu yang lama
• Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat Hukum Ante
• Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous
2. tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous(free end saddle)
3. bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat
4. bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan
5. bila membutuhkan estetik yang lebih baik
6. bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut
7. keinginan pasien

2.2. Desain GTSL akrilik

Desain : gambaran bentuk


Mendesain : merencanakan gambaran dengan menggambar dan perincian data
pendukung

Guna :
1. sebagai penuntun dari gigi tiruan sebagaian lepasaan yang akan dibuat
2. sebagai sarana komunikasi antara dokter gigi dan tekniker gigi dalam hal
pendelegasian pembuatan gigi di laboratorium

Prinsip dasar desain GTSL:


Memelihara/mempertahankan kesehatan jaringan pendukung gigi tiruan
sebagian lepsan dengan memperhatikan:
1. distribusi tekanan yang luas(melalui cengekram)
2. mepersamakan tekanan (keseimbangan kiri dan kanan)
3. phisiologic basing(tekanan phisiologis pada mukosa di bawah basis)

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan desain GTSL


1. anatomi dan fisiologi jaringan yang terlibat dalam penempatan GTSL dalam
rongga mulut(gigi, mukosa, tulang)
2. letak gigi yang hilang dan yang kaan diganti

3. besarnya beban kunyah:


bila gigi hilang gigi belakang, dimana beban kunyah besar, sedangkan gigi
penjangkarannya kurang kuat untuk mensupport beban kunyah yang besar
tersebut, sebiknya dibuatkan GTS gingival
4. macam gigi tiruan:
• GTS paradental:cengkeram yang dipakai adalah cengkeran paradental.gigi
penjangkaran sedapat mungkin dekat gigi yang hilang, kecuali bila mengganggu
estetis. Basis tidak perlu terlalu luas.
• GTS gingival:cengkeram yang dipakai adalah gingival,gigi penjangkaran
sedapat mungkin dekat gigi yang hilang, basis dibuat seluas mungkin
• GTS kombinasi paradental-gingival:
Cengkeram yang dipakai adalah pada sisi paradental menggunakan paradental,
pada sisi gingival menggunakan cengkeram gingival. Pada satu sisi tidak boleh
ada cengkeram paradental dan gingival bersama-sama
• Basis pada sisi paradental tidak luas, pada sisi gingival luas
5. pertimbangan biomekanik
jaringan penyangga GTSL adalah jaringan hidup. Karena itu keseimbangan
tekanan oleh adanya beban kunyah harus diperhatikan.
6. garis fulcrum:adalah garis imaginer yang ditarik melalui dua gigi penjangkaran
yang dapat merupakan sumbu berputarnya atau terungkitnya gigi tiruan
7. estetika
letak cengkeram harus lebih diperhatikan
8. kenyamanan
gigi tiruan harus dapat dipakai dengan nyaman
9. penyakit
untuk pasien DM dibuat desain gingival mengingat keadaan dari sisa gigi yang
ada sering goyang

Bagian-bagian gigi tiruan sebagian lepasan


Gigi tiruan sebagian lepasan terdiri dari komponen-komponen:
1. Basis
disebut juga plat protesa
adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa mulut di daerah palatum
labial, bukal, lingual.

Bahan dasar basis:akrilik, logam

Beda basis akrilik dengan logam:


No akrilik logam
1 Proses pembuatan mudah Sukar
2 Kekuatan Kurang Kuat
3 Penghantar panas Kurang Baik
4 Menyerap air Dapat Tidak dapat
5 Perubahan warna Dapat Tidak dapat
6 Luas basis Luas/lebar Tak luas
7 biaya murah mahal

Fungsi basis:
 untuk meneruskan tekanan kunyah ke mukosa dan tulang alveolar di
bawahnya
 untuk memberi retensi dari protesa, karena adanya gaya adhesif antara basis
dengan mukosa yang dibatasi dengan media air ludah
 tempat melekatnya cengkeram
 menggantikan jaringan yang hilang serta memberikan dukungan kepada bibir
dan pipi(estetik)

2. Sadel
adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa di atas prosesus alveolaris
dan mendukung elemen gigi tiruan

bila sadel letaknya:


antara gigi asli diseut bounded saddle
posterior dari gigi asli disebut free end saddle

3. Elemen gigi tiruan


adalah bagian dari gigi tiruan yang merupakan bentuk gigi tiruan dari gigi asli
yang hilang
Bahan dasar gigi tiruan dapat bermacam-macam, yaitu:resin akrilik,
porselen,logam

Elemen gigi tiruan resin akrilik


o mudah aus, terutama pada penderita yang mempunyai kekuatan kunyah yang
kuat
o perlekatannya dengan basis merupakan persenyawaaan kimia, karena
bahannya sama
o dapat berubah warna
o mudah tergores
o mudah dibentuk/diperkecil sesuai dengan ruangan
o lebih ringan dibanding gigi tiruan yang dari porselen dan logam
o dapat diasah dan dipoles
o karena sifat mudah aus, baik sekali dipakai untuk prosesus alvolaris yang datar

Elemen gigi tiruan porselen:


o tidak mudah aus/tergores
o perlekatannya dengan basis secara mekanis, sehingga elemen gigi tiruan harus
mempunyai retensi untuk pelekatnya terhadap basis
bentuk retensi gigi tiruan porselen:undercur,pin,alur
o tidak berubah warna
o tidak dapat diasah
o lebih berat daripada akrilik
o tidak baik dipakai untuk prosesus alveoalris yang datar(resorbsi)

Elemen gigi tiruan logam:


o biasanya dibuat sendiri sesuai dengan ruang protesa yang ada, terutama untuk
gigi posterior yang ruang protesanya sempit
o estetis kurang baik
o tahan terhadap daya kunyah yang besar/kuat

4. Cengkeram
disebut juga klammer

Cengekram adalah bagian dari gigi tiruan lepas yang berbentuk bulat/gepeng.
Terbuat dari kawat stainless steel/ logam tuang, yang melingkari/ memegang
gigi penjangakaran

Fungsi cengkeram
o untuk retensi
o untuk stabilisasi
o untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran

Syarat umum gigi penjangkaran


1. gigi vital atau non vital yang telah dilakukan PSA dengan sempurna
2. bentuk anatomis dan besarnya noraml
3. tidak ada kerusakan/kelainan.Misalnya:tambalan yang besar, karies,
hypoplasia, konus
4. posisi dalam lengkung gigi normal
5. keadaan akar gigi:
• bentuk ukurannya normal
• tertanam dalam tulang alveolar dengan perbandingan mahkota akar 2:3
• jaringan periodonta sehat
• tidak ada kelainan periapikal
6. sedapat mungkin tidak goyang

Cengkeram kawat
Bagian-bagian dari cengkeram kawat:
1. lengan cengekeram
2. jari cengkeram
3. bahu cengkeram
4. badan cengkeram
5. oklusal rest
6. retensi dalam akrilik

Bagian-bagian dari cengkeram kawat:


1. lengan
yaitu bagian dari cengkeram kawat yang terletak/melingkari bagian
bukal/lingual gigi penjangkaran
sifat:agak lentur
fungsi:retensi dan stabilisasi
2. jari
bagian dari lengan yang terletakdi bawah lingkaran terbesar gigi
sifat:lentur/fleksibel
fungsi/retensi
3. bahu
bagian dari lengan yang terleta di atas lingkaran terbesar dari gigi
sifat:kaku
fungsi:stabilisasi yaitu menahan gaya-gaya bucco-lingual
4. badan/body
bagian yang cengekaram kawat yang terletak di atas titik kontak gigi di daerah
aproksimal
sifat:kaku
fungsi:stabilisasi yaitu menaha gaya-gaya antero-posterior
5. oklusal rest
yaitu bagian dari cengekaram kawat yang terletak di bagaian oklusal gigi
sifat:kaku, panjang ±1/3 lebar mesio-distal gigi
fungsi:meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran
6. retensi dalam akrilik
bagian dari cengkeram kawat yang tertanam dalam basis akrilik

Syarat-syarat cengkeram kawat yang melingkari gigi:


1. harus kontak garis
2. tidak boleh menekan/harus pasif
3. ujung jari tidak boleh menyinggung gigi tetangga dan tidak boleh tajam/harus
dibulatkan
4. tidak ada lekukan bekas tang(luka)pada lengan cengkeram
5. bagian cengkeram yang melalui oklusal gigi tidak boleh mengganggu
oklusi/artikulasi
6. jarak bagian jari ke servikal gigi:
cengkeram paradental:1/2-1 mm
cengekeram gingival:1 ½-2 mm
7. bagian retensi dalam akrilik harus dibengkokkan

Macam-macam desain cengkeram


Desain cengkeram menurut fungsinya dibagi dalam dua bagian:
1. Cengkeram paradental
yaitu cengkeram yang fungsinya selain dari retensi dan stabilisasi protesa, juga
sebagai alat untuk meneruskan beban kunyah yang diterima gigi tiruan ke gigi
penjangkarannya
Jadi,cengkeram paradental harus mempunyai bagian yang melalui bagian oklusal
gigi penjangkaran atau melalui titik kontak antara gigi penjangkaran dengan gigi
tetangganya

2. Cengkeram gingival
yaitu cengkeram yang fungsinya hanya untuk retensi dan stabilisasi protesa. Jadi,
karena tidak berfungsi untuk meneruskan beban kunyah yang diterima protesa
ke gigi penjangkaran, maka cengkeram ini tidak mempunyai bagian yang melalui
bagian oklusal gigi penjangkaran, bisa diatas permukaan oklusal.

Macam-macam cengkeram paradental


1. Cengkeram 3 jari
terdiri dari:
• lengan bukal dan lingual
• body
• bahu
• oklusal rest
• bagian retensi dalam akrilik
indikasi:gigi molar dan premolar

2. Cengkeram jackson
Disain cengkeram ini mulai dari palatal/lingual, terus ke oklusal di atas titik
kontak, turun ke bukal melalui di bawah lingkaran terbesar, naik lagi ke oklusal
di atas titik kontak, turun ke lingual masuk retensi akrilik.
Indikasi:
Gigi molar,premolar yang mempunyai kontak yang baik di bagian mesial dan
distalnya
Bila gigi penjangkaran terlalu cembung, seringkali cengkeram ini sulit masuk
pada waktu pemasangan protesa.
3. Cengkeram ½ jackson paradental
Disainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual
dan terus ke retensi akrilik

Indikasi:
gigi molar dan premolar
gigi terlalu cembung sehingga cengkeram jackson sulit melaluinya
ada titik kontak yang baik di anatar 2 gigi

4. Cengkeram S
Disain cengkeram ini mulai dari bukal terus ke oklusal/insisal di atas titik
kontak, turun ke lingual melalu atas cingulum, kemudian turun ke bawah masuk
ke dalam akrilik

Indikasi:
Untuk kaninus rahang atas perlu diperhatikan agar letak cengkeram tidak
mengganggu oklusi

5. Cengkeram Kippmeider
Tidak mempunyai lengan, yang ada hanya rest di atas cingulum
Indikasi:
Hanya untuk kaninus
Bentuk cingulum harus baik

Fungsi:hanya untuk menerusan beban kunyah dan stabilisasi

6. Cengkeram rush angker


Disainnya mulai dari oklusal di aproksimal(daerah mesial/distal)terus ke arah
lingual ke bawah, masuk dalam akrilik

Indikasi:molar, premolar yang mempunyai titik kontak yang baik

Fungsi:hanya untuk meneruskan beban kunyah protesa ke gigi penjangkaran


dan sebagai retensi pada pembuatan splin

7. Cengkeram roach
Disainnya mulai dari oklusal di daerah titik kontak aproksimal, turun ke bukal
dan lingual terus ke aproksimal di daerah diastema, masuk dalam akrilik
Indiksai:gigi molar dan premolar yang mempunyai konta yang baik
Macam-macam cengkeram gingival
1. Cengkeram 2 jari
Disainnya sama dengan cengkeram 3 jari, hanya tidak mempunyai rest
Indikasi:gigi molar dan premolar

2. Cengkeram 2 jari panjang


Disainnya seperti cengkeram 2 jari, hanya disini melingkari 2 gigi berdekatan
Iindikasi:gigi molar,premolar, dimana gigi yang deat diastema urang
kuat(goyang 10 )
3. Cengkeram ½ jacson
hampir sama dengan cengkeram ½ jacson paradental
bedanya cengkeram ini melalui bagian proksimal dekat diastema dan di bagian
lingual lurus ke bawah, tetap di tepi lingual
indikasi:gigi molar,premolar dan kaninus

4. Cengkeram vestibular finger


cengkeram ini berjalan mulai dari sayap bukal protesa ke arah undercut di
vestibulum bagian labial, ujungnya ditutupi akrilik
indikasi:
gigi sisa hanya gigi anterior yangtidak dapat dilingkari cengkeram, dan bagian
vestibulum labial harus mempunyai undercut yang cukup
fungsi:
untuk tambahan retensi, tetapi kurang efektif

2.3.Tahapan Perawatan

2.3.1 Pemeriksaan Utama


a. Pemeriksaan subjektif
Anamnsesis yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan tanya jawab. Cara ini
umumnya dilakukan untuk mencari riwayat penyakit dan data pribadi pasien
dan keluarga.
Beberapa hal yang ditanyai dalam anamnesis antara lain:
1. daftar pribadi
(nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,dll)
2. Data kesehatan umum
- Penyakit sistemik, misalnya hipertensi diabetes mellitus.
- obat yang digunakan.
- kebiasaan pasien untuk mengontrol kesehatannya.
3. Data jenis kesehatan gigi mulut
- jenis penyakit yang ada atau sedang diderita
- riwayat hilangnya gigi
- Kebiasaan jelek,misalnya mengunyah satu sisi atau bruksism
- Apakah pernah memakai gigi tiruan, jika pernah bagaimana keluhan- keluhan
gigi tiruan yang lama.
- frekuensi kunjungan ke dokter gigi
- keinginan khusus tentang gigi tiruannya.
- perawatan yang ada atau yang sedang diterimanya.

b.Pemeriksaan objektif
Terbagi dua:
1. Pemeriksaan ekstraoral
2. Pemeriksaan intraoral

Pada pemeriksaan objektif ini pemeriksaan dapat dilakukan dengan :


a. Melihat
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Sonde
e. Termis
f. Roentgen foto

Pemeriksaan ekstraoral
Pemeriksaan ekstraoral meliputi pemeriksaan terhadap:
1. Bentuk muka/wajah
a. Dilihat dari arah depan:
-Oval/ovoid
-Persegi/square
-Lonjong/tapering
b. Dilihat dari arah samping
-cembung
-lurus
-cekung

2. Bentuk bibir
- Panjang, pendek
- Normal
- Tebal,tipis
- Flabby

3. Sendi Rahang
- Menggeletuk
- Krepitasi
- Sakit

Pemeriksaan intraoral
Pemeriksaan intraoral meliputi pemeriksaan terhadap gigi, antara lain:
1. Gigi yang hilang
2. Keadaan gigi yang tinggal:
- Gigi yang mudah terkena karies
- Banyaknya tambalan pada gigi
- Mobilitas gigi
- Elongasi
- Malposisi
- Atrisi
Jika dijumpai adanya kelainan gigi yang mengganggu pada pembuatan gigi
tiruan, maka sebaiknya gigi-gigi tersebut dicabut.
3. Oklusi: diperhatikan hubungan oklusi gigi atas dengan gigi bawah yang ada,
apakah hubungan Angle Kelas I, II, III.
4. Adanya overclosedocclusion pada gigi depan dapat disebabkan antara lain
karena:
- Erupsi yang tidak teratur.
- Kehilangan gigi posterior dalam waktu yang lama.
- Atrisi gigi geligi
Overclosed occlusion dapat menyebabkan:
1. Angular cheilosis
2. Disfungsi TMJ
3. Spasme otot kunyah
5. Warna gigi
Warna gigi pasien harus dicatat sewaktu akan membuat gigi tiruan sebagian
lepasan, terutama pada pembuatan gigi tiruan di daerah anterior untuk
kepentingan estetis.
6. Oral Hygiene
- adanya karang gigi
- adanya akar gigi tertinggal
- adanya gigi yang karies
- adanya peradangan pada jaringan lunak, misalnya gingivitis.
7. Resesi gingival
Terutama pada gigi tiruan sebagian lepasan yang dilihat untuk gigi penyangga
dari gigi tiruan tersebut.

- Pemeriksaan terhadap mukosa/ jaringan lunak yang menutupi tulang


alveolar,seperti:
1. Inflamasi
2. Keras/ lunak.

- Pemeriksaan terhadap bentuk tulang alveolar; bentuk U atau V, datar, sempit,


luas

- Pemeriksaan ruang antar rahang


1. Besar , dapat disebabkan karena pencabutan yang terlalu lama.
2. Kecil, dapat disebabkan karena elongasi
3. Cukup, minimal jaraknya 5 mm

-Pemeriksaan torus:
1. Pada palatum, disebut torus paltina
2. Pada mandibula disebut torus mandibula
Torus ini bila mengganggu pada pembuatan gigi tiruan harus dibuang.

-Pemeriksaan jaringan pendukung gigi


Pemeriksaan terhadap frenulum, apakah perlekatannya tinggi atau rendah
sampai puncak tulang alveolar.3

2.3.2 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Radiograf
Berfungsi sebagai informasi tambahan bagi pemeriksan klinis. Dapat diketahui
adanya:
1. Kualitas tulang pendukungdari gigi penyangga
2. Gigi yang terpendam, sisa-sisa akar
3. Kista
4. Kelainan periapikal
5. Resorpsi tulang
6. Sklerosis

Pemeriksaan Laboratorium
1. Penyakit tulang
Tingkat kalsium dan fofsor dalam serum darah dan urin dan serum enzim da
alkalin fosfat melibatkan penyakit tulang.
a. Normal kalsium dalam darah 8,9-10,1 mg/dl dan diseimbangkan oleh
beberapa faktor. Hormon paratiroid (PTH) mempengaruhi keseimbangan
kalsium dalam ginjal, tulang, intestinal, dan kelenjar laktasid mammary. Jika
sirkulasi PTH secara abnormal tinggi, maka resiko terhadap osteoporosis.

c. Normal Fosfor dalam darah 2,5-2,4 mg/dl. Tingginya fosfor diasosiasikan


dengan hiperparatyroidisme dan juga bisa dikaitkan dengan penyebab kanker.

2. Hematology
Pemeriksaan ini berfungsi untuk:
- kapisitas daya angkut oksigen
- identifikasi elemen selular
- analisis mekanisme pembekuan darah
penjelasan beberapa komponen dalam darah:
a. Hemoglobin
Normal laki-laki 14-17 g/dl
Normal perempuan 12-15 g/dl
b. Hematokrit
Normal laki-laki 42-54 %
Normal perempuan 38-46 %
c. Eritrosit
Normal laki-laki 4,5-6,2 million/mm3
Normal perempuan 4,2-5,4 million/mm3
d. leukosit
normal 4100-10900/mm3
e. glukosa dalam darah
normal 70-100mmg/dl (puasa)
jika terjadi peningktan maka terjadi DM atau penyakit lever kronik

3. Urinalisis
Yang dianalisis :
a. warna
normal urin berwarna kuning bersih. Jika berwarna merah, coklat, atau hitam
menunjukkan adanya konsistensi darah pada beberapa tahap fisiologis abnormal
pada urine.
b. PH
Normal PH 4,8-8,0
c. Gravity spesifik
normal 1003-1026. kapasitas fungsional ginjal ditentukan oleh kemampuannya
untuk mecairkan atau konsentrasi urin.

Temuan mikroskopik :
a. gula
normalnya tidak ada gula dalam urin. Jika ada maka pasien menderita DM.
b. Keton
Memproduksi metabolisme lemak. Ada dalam urin pasien yang menderita
busung lapar, dehidrasi, atau acidosis saat mengalami DM.
c. Protein
` tidak biasa terdapat dalam urin, tapi normal ada pada saat sedang hamil.

4. Pemeriksaan dan tes lainnya


a. Tes serology
Untuk konfirmasi penyakit kelamin, seperti sifilis.
b. Tes patch (kulit)
Biasanya digunakan untuk mengetahui atau membuktikan adanya alergi dalam
pemakaian basis material. Kontak lokal dermatitis biasanya terjadi antara 24-48
jam setelah aplikasi material.4

2.3.3 Mencetak
Macam-macam sendok cetak
1. Stock tray:sendok cetak yang sudah dibuat oleh pabrik
bahan:metal/aluminium,plastik
ukuran:nomor 1,2,3
huruf S,M,L
fungsi:untuk rahang bergigi,bentuk dasar bersudut
untuk rahang tak bergigi,bentuk dasar agak membulat

Syarat-syarat sendok cetak yang sesuai:


 lebar bucco-lingual: jarak tepi sendok cetak ke arah bukal gigi/ lingual
gigi=1/2 cm
 panjang ke distal:
rahang bawah:sampai retromolar pad
rahang atas:tuber maksila dan batas palatum molle
 harus ada retensi untuk bahan cetak.
 Tinggi sendok cetak sesuai dengan tinggi gigi dalam kedalaman vestibulum

Indikasi stock tray


 Untuk mendapatkan model studi
 Untuk mendapatkan model kerja pada kasus kelas II dan kelas IV Kennedy
dengan sadel yang pendek
 Untuk mendapatkan model pendahuluan untuk membuat sendok cetak
perseorangan
2. Custom tray:sendok cetak yang dibuat sendiri sesuai dengan ukuran rahang
pasien

Bahan yang dipakai:akrilik, shellac, compound

Tujuan:untuk mendapatkan hasil cetakan yang akurat, terutama pada daerah


tepi sendok cetak(daerah vestibulum, frenulum, dan retromylohyoid dari
rahang)
Cara membuat custom tray
 cetak rahang dengan sendok cetak anatomis
 gambar batas sendok cetak pada model
 tutup gigi pada model dan bagian labial/bukal model yang mempunyai
undercut dengan wax setebal ±2mm sehingga tidak ada undercut
 lapisi permukaan model dengan bahan separasi
 siapkan bahan sendok cetak, tempelkan selapis tipis(1-2mm)diseluruh
permukaan model sampai batas yang sudah digambar
 buat pegangan sendok cetak
 cobakan ke mulut pasien, bila ukuran sudah sesuai dilubangi untuk retensi
bahan cetak

batas-batas custom tray


• daerah posterior:
rahang atas:sampai batas palatum durum dan palatum molle serta menutupi
daerah tuber maxilae
rahang bawah:sampai menutupi retromolar pad
• daerah bukal/labial:sampai batas mukosa bergerak dan tidak bergerak
• tidak boleh menutupi frenulum
• daerah lingual:sampai batas dasar mulut di lingual/retromylohyoid

macam-macam bahan cetak


proses pengerasannya ada 2 macam
 secara reaksi kimia.Contohnya:Plaster of Paris, Zinc oxide eugenol pasta,
irreversible hydrocolloid, mercaptan rubber base dan silicone
 secara pemanasan(termoplastik). Contohnya: Modelling compound, reversible
hydrocolloid, wax. Bahan ini memerlukan pemanasan untuk melunakkan dan
pendinginan untuk mengeras.

1. Impression plaster
Digunakan untuk membuat cetakan akhir guna mendapatkan model kerja
dengan tekanan minimal. Sifat bahan ini tidak elastis, jadi tidak dapat digunakan
bila ada ceruk. Diperlukan sendok cetak khusus dengan dibuat ruangan antara
sendok cetak dengan jaringan penyangganya. Ini bertujuan agar ketebalan bahan
cetaknya cukup.
2. Zinc oxide eugenol pasta
Digunakan untuk membuat cetakan akhir guna mendapatkan model kerja. Bahan
ini dapat mencatat detail jaringan dengan baik, karena sifatnya yang mudah
mengalir sebelum mengeras dan dalam keadaan tidak elastis waktu mengeras.
Keuntungan lain dari bahan ini, sendok cetak perseorangan yang dibuat,
berkontak langsung dengan mukosa pendukung.
3. Bahan cetak elastomer
Digunakan untuk membuat cetakan akhir sama mendapatkan model kerja.
Bahan ini dapat mencatat detail jaringan dengan baik. Oleh karena sifatnya
elastis, dapat digunakan bila ada ceruk. Jaringan mulut perlu dikeringkan
sebelum dicetak dengan bahan ini.
4. Tissue conditioning material
Tissue conditioning material dapat didefinisikan sebagai bahan yang lunak yang
diletakkan untuk sementara pada permukaan cetakan gigi tiruan, bertujuan agar
distribusi beban menjadi lebih sama, jadi membiarkan jaringan mukosa untuk
embali ke bentuk yang normal.
5. Irrevesible hydrocolloid
Bahan ini dapat mencatat detail yang baik, tetapi sangat dipengaruhi oleh cairan
saliva. Hasil cetakan harus segera dituang dengan stone gips karena bahan ini
dipengaruhi oleh kelembaban.
6. Reversible hydrocolloid
Diperlukan pemanasan untuk mencairkan bahan ini.Proses pengerasannya:dari
gel ke sol ke gel.Bahan ini dapat memberikan detail yang baik untuk cetakan,
tetapi ia mempunyai beberapa kekurangan. Diperlukan sendok cetak khusus
yang ada saluran air di tepinya untuk mendinginkan bahan cetak.Umumnya
digunakan untuk cetakan permulaan.
7. Malam cetak
Diperlukan pemansan untuk mencairkan bahan ini. Umumnya digunakan untuk
koreksi pada cetakan akhir yang menggunakan bahan lain seperti plaster atau
zinc oxide eugenol pasta/
8. Modelling compound/impression compound
Sifatnya termoplastik, menjadi lunak bila dipanaskan pada temperatur 55-700
C.Viskositas yang tinggi dari bahan ini, dan kenyataannya menjadi keras bila
didinginkan, serta dapat dilunakkan kembali, merupakan keuntungan tersendiri.

Teknik mencetak
1. Secara mukostatis→untuk tahanan jaringan rendah
2. Secara mukokompresi/mukofungsional→untuk tahanan jaringan yang tinggi

Penjelasan:
Pada tahanan jaringan tinggi, keadaan mukosa bila tertekan bergerak, bila
dicetak secara muko statis, akan didapat model dengan bentuk mukosa yang
pasif/tidak tertekan secara fungsional.
Pada kasus GTSL, bila mencetak dengan tekanan fungsional, akan menghasilkan
protesa yang stabil waktu berfungsi. Dalam keadaan istirahat, protesa tersebut
tetap akan stabil/tak bergerak, karena ada cengkeram yang menahan sebagai
retensi protesa.

Hasil cetakan yang baik


• bahan cetak tidak terlepas dari sendok cetak
• pada hasil cetakan boleh terdapat gelembung udara, sobek dan lipatan
• bagian-bagian sendok cetak tidak boleh terlihat
• gigi-gigi, mukosa, frenulum, vestibulum, batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak, teromolar pad, tubermaxila batas palatum durum dan palatum molle,
batas gingiva dengan gigi, perlekatan otot-otot, harus terlihat dengan jelas

cara memelihara hasil cetakan:


hasil cetakan yang baik, dicuci sampai bersih
bila diletakkan di atas meja kerja harus ditopang di bawahnya agar bagian
posterior tidak menyentuh meja.
Tujuannya: untuk menghindari terlepasnya bahan cetak bagian posterior dan
sendok cetak

2.3.4. Perawatan preprostetik:


Perawatan periodontal
Perawatan bedah
Konservasi gigi
Rekonturing (mahkota tiruan, pengasahan gigi miring, pengasahan gigi ekstrud)
Persiapan tempat cengkeram
Macam cetakan RA & RB (mukostatis, muko-
kompresi/mukofungsional/selective pressure

Faktor pertimbangan Dalam Rencana Perawatan


1. Faktor Personal
Yang perlu diperhatikan pada pasien :
- keinginan atau ketidakpuasan terhadap protesa
- kesehatan dan pola hidup pasien
- kondisi dan kesehatan jaringan oral dan perioral
- tidak adekuatnya protesa yang digunakan.
Selain itu, faktor personal yang perlu dipertimbangkan adalah:
- faktor sosial ekonomi
memperhatikan biaya pembuatan dan pemeliharaan
- faktor umur
restorasi protesa dapat direkonstruksi pada pasien dengan semua umur.
- faktor pengalaman
faktor pengalaman hidup sehari-hari dapat mengubah rencana terbaik untuk
perawatan dan sering tidak bisa dihindari, seperti :
pekerjaan
profesi
status sosial
lingkungan
2. Faktor Fisik
- Tulang
Faktor klinis yang berhubungan dengan resorpsi tulang bervariasi. Kategori
menurut Atwood adalah :
b. faktor anatomi
ukuran, bentuk dan densitas ridge
karakteristik dan ketebalan mukosa penutup
hubungan ridge
jumlah dan kedalaman alveolar
c. faktor metabolik
segala faktor nutrisi, hormonal dan metabolik lainnya yang mempengaruhi
aktivitas relative selular pembentuk tulang (osteoblas) dan peresorpsi tulang
(osteoklas).
d. faktor fungsional
frekuensi, intensitas, durasi, serta direksi pengalikasian tekanan pada tulang
yang mempengaruhi densitas (resorpsi dan deposisi) pada tulang.
e. faktor protesa
banyaknya teknik, material, prinsip, konsep, dan praktek termasuk ke faktor
protesa.
- Faktor kontrol
Tiga hal yang termasuk ke bagian faktor kontrol adalah :
a. genetik
b. sistemik
c. lokal
yang termasuk bagian ini yaitu :
faktor biomekanika
faktor neurotropik
vascular
enzim dan PH
potensial bioelektrik
tekanan udara
suhu(temperatur)
persarafan
reflek neuromuscular

- Faktor prostetik
Perkembangan dan pemeliharaan prosesus alveolar secara langsung berkaitan
dengan erupsi dan hadirnya gigi geligi. Dua konsep yang diperhatikan mengenai
hilangnya residual bone yang tidak dapat dihindari:
Satu pendapat bahwa saat gigi hilang akan adanya variasi perkembangan
hialngnya residual bone. Satu pendapat lainnya mengatakan bahwa hilangnya
resdual bone belum tentu akibat hilangnya gigi geligi.

- Gigi
Harus dievaluasi secara seksama terlebih dahulu:
Jumlah gigi
Lokasi gigi di dalam lengkung
Posisi individual gigi
Mobilitas dan vitalitas
Rasio mahkota akar
Ukuran dan bentuk akar
Kerentanan adanya karies
Keterlibatan patologis
Kondisi bidang oklusal gigi yang tersisa
Morfologi yang mempengaruhi perawatan dan tipe protesa yang digunakan.

- Jaringan Lunak
Karakteristik dan respon perlu dipertimbangkan untuk retensi, persepsi,
stabilitas dari protesa yang akan digunakan. Sedangkan pola sensori pada
jaringan pendukung khususnya penting dalam pemakaian gigi tiruan.4

2.3.5. Relasi Rahang

Oklusi gigi pada kasus GTSL ada kemungkinan:


1. oklusi ada, dan fixed(mantap/stabil)
minimal ada 3 gigi pada 3 regio kiri, kanan dan anterior yang beroklusi dengan
benar.
2. oklusi ada tapi tidak fixed(tidak mantap/tidak stabil)
hanya ada 2 regio dari gigi yang berkontak dengan oklusi yang benar(kiri+kanan,
atau kiri+anterior,atau kanan+anterior)
3. oklusi tidak ada
tidak ada gig yang beroklusi dengan benar

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diagnosis kasus
Diagnosis ditentukan setelah merangkum semua informasi yang didapat dari
pemeriksaan utama dan penunjan. Klinisi harus menentukan etiologi utamadari
ketidaknyamanan pasien tersebut. Dari kasus ditemukan :
Nama : Bapak Tasrif
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Pedagang asongan

Keluhan utama
Tidak enak makan karena giginya sudah banyak hilang.

EO.E
Bentuk wajah persegi dan simetri

IO.E
RA
(14)(15)(24)(25) hilang
(16) karies dentin distal
(26) karies email bukal
(27) ekstrud
Ketahanan jaringan mukosa kanan dan kiri rendah
RB
(35) (36) (37) (38) (46) hilang
(47) tipping mesial lebih kurang 10 derajat
(33) karies email oklusal
Ketahanan jaringan mukosa kiri dan kanan tinggi

RA : kelas 3 modifikasi 1
RB : kelas 2 modifikasi 1

RA kelas 3 Modifikasi 1
Dukungan : Paradental
Reainer : Direct retainer
(13) (23) cengkeram S → C RA
(17)(27) Full Jackson
(16) Half Jackson
RB kelas 2 modifikasi 1
Kanan (bounded)
Dukungan : ParaDental
Retainer : (47) Cengkeram 3 jari
Cengkeram S
Kiri (Free End Saddle)
Dukungan : gingival
Retainer : cengkeram 2 jari

Trauma From Occlusion (TFO)


2.1.1 Definisi
Trauma From Occlusion ( TFO ) adalah kerusakan jaringan periodonsium akibat
tekanan oklusi yang melebihi kapasitas adaptasi jaringan periodonsium. Trauma
oklusi juga dapat didefinisikan sebagai kerusakan pada bagian dari system
mastikasi yang dihasilkan oleh kontak oklusal.1

2.1.2 Etiologi
Beberapa faktor penyebab yang dapat meningkatkan tekanan pada jaringan
periodonsium yaitu:
 Ketidakseimbangan oklusi
o Hambatan oklusal pada waktu oklusi sentris ( kontak ke premature dan gerak
artikulasi (blocking) )
o Gigi hilang tidak diganti
o Perbandingan mahkota akar tidak seimbang
o Kontak edge to edge
o Alat prostetik dan restorasi yang buruk
 Kebiasaan buruk
o Bruxism
o Cleancing
o Menggunakan tusuk gigi
Etiologi lainnya :
1. Perubahan pada tekanan oklusal
 Besarnya tekanan oklusi meningkat sehingga pelebaran ruang periodontal,
peningkatan jumlah dan lebar serat ligament periodontal, dan peningkat densitas
tulang alveolar.
 Perubahan arah tekanan oklusi dapat mengakibatkan reorientasi tekanan
dalam periodonsium sehingga serat ligament periodontal utama diatur
sedemikian rupa untuk mengkomodasi tekanan oklusi sepanjang sumbu utama
gigi.
 Durasi tekanan oklusi tekanan konstan pada tulang lebih berefek negatif
dibandingkan tekanan intermiten.
 Frekuensi tekanan oklusi semakin banyak frekuensi tekanan intermiten,
semakin besar injuri terhadap jaringan periodonsium.

2. Berkurangnya kemampuan jaringan periodonsium uantuk menerima tekanan


oklusi.

Stress oklusal yang melebihi batas adaptasi jaringan dapat menimbulkan trauma
oklusi, karena :
 Aktifitas abnormal / parafungsi
o Menggeletuk, mengerot dan menggigit benda asing
 Perawatan gigi
o Geligi tiruan sebagian lepasan kurang baik dan orthodontic
 Ketidakharmonisan oklusal
o Kontak gigi yang mengganggu kelancaran gerak menutup disepanjang setiap
arah ke posisi intercuspal.1

2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan efek :
1. Trauma Akut (Acute TFO)
Dihasilkan dari occlusal impact yang tiba-tiba, seperti saat menggigit benda
keras. Restorasi atau alat-alat prostetik juga dapat mengubah arah gaya oklusal
sehingga dapat menimbulkan trauma akut.
Trauma akut menyebabkan nyeri pada gigi, sensitivitas terhadap perkusi, dan
peningkatan mobilitas gigi. Bila tekanan oklusalnya dikurangi, luka akan sembuh
dan gejala di atas akan berkurang. Bila tidak, luka periodontal akan bertambah
parah dan menjadi nekrosis, yang diikuti oleh pembentukan abses periodontal,
atau menjadi kronis dan tanpa gejala. Trauma akut juga dapat menyebabkan
pecahnya sementum.
2. Trauma Kronis (Chronic TFO)
Biasanya disebabkan oleh perubahan pada oklusi karena ausnya gigi, drifting,
dan ekstrusi, ditambah dengan parafungsi. Gaya oklusal tidak terlalu besar, tetapi
terus-menerus menekan dan mengiritasi jaringan periodontal.
Berdasarkan etiologi :
1. TFO Primer
Adalah gaya oklusal berlebihan pada jaringan periodontal yang sehat (tidak ada
migrasi apikal dari epitel jungsional atau kehilangan jaringan ikat gingiva). Salah
satu contohnya adalah TFO karena penempatan restorasi atau insersi fixed bridge
atau partial denture. Perubahan yang tampak adalah penebalan ligament
periodontal, mobilitas gigi, bahkan nyeri. Perubahan ini reversible bila trauma
dihilangkan.
2. TFO Sekunder
Adalah gaya oklusal abnormal pada jaringan periodontal tidak sehat yang telah
lemah karena adanya periodontitis. TFO sekunder terjadi pada gigi yang jaringan
periodontalnya telah mengalami migrasi apikal epitel jungsional dan kehilangan
perlekatan. Gigi dengan jaringan periodontal yang tidak sehat dan terinflamasi,
ditambah gaya oklusal yang berlebihan akan mengalami kehilangan tulang dan
pembentukan poket yang cepat.1,2

2.1.4 Mekanisme
Stage I: Injury
Besar lokasi dan pola kerusakan jaringan tergantung pada besar, frekuensi dan
arah gaya yang menyebabkan kerusakan tersebut. Tekanan berlebih yang ringan
akan menstimulasi resopsi pada tulang alveolar disertai terjadinya pelebaran
ruang ligamen periodontal. Tegangan berlebih yang ringan juga menyebabkan
pemanjangan serat-serat ligamen periodontal serta aposisi tulang alveolar. Pada
area dimana terdapat peningkatan tekanan, jumlah pembuluh darah akan
berkurang dan ukurannya mengecil. Sedangkan pada area yang keteganganya
meningkat, pembuluh darahnya akan membesar.
Tekanan yang besar akan menyebabkan terjadinya perubahan pada jaringan
periodonsium, dimulai dengan tekanan dari serat-serat yang menimbulkan area
hyalinisasi. Kerusakan fibroblast dan kematian sel-sel jaringan ikat kemudian
terjadi yang mengarah kepada area nekrosis pada ligamen periodontal.
Perubahan pembuluh darah terjadi: selama 30 menit, hambatan dan stase
(penghentian) pembuluh darah terjadi: selama dua sampai tiga jam, pembuluh
darah terlihat bersama eritrosit yang mulai terbagi menjadi kepingan-kepingan
dan dalam waktu antara satu hingga tujuh hari, terjadi disintegrasi dinding
pembuluh darah dan melepaskan isinya kejaringan sekitarnya.pada keadaan ini
terjadi peningkatan resopsi tulang alveolar permukaan gigi.
Stage II: Repair
Perbaikan selalu terjadi secara konstan dalam jaringan periodonsium yang
normal dan trauma oklusi menstimulasi peningkatan aktivitas perbaikan.
Jaringan yang rusak dihilangakan, sel-sel dan serat-serat jaringan ikat, tulang
dan sementum dibentuk dalam usaha untuk mengantikan jaringan periodonsium
yang rusak.
Stage III: Adaptasi
Ketika proses perbaikan tidak dapat menandingi kerusakan yang diakibatkan
oklusi, jaringan periodonsium merubah bentuk dalam usaha untuk
menyesuaikan struktur jaringan dimana tekanan tidak lagi melukai jaringan.
Hasil dari proses ini adalah penebalan pada ligamen periodontal yang
mempunyai bentuk funnel pada puncak dan angular pada tulang tanpa formasi
poket dan terjadi kelonggaran pada gigi yang bersangkutan.1

2.1.5 Gambaran Klinis


Gambaran klinis dari TFO:
1. Sakit atau rasa ketidaknyamanan.
2. Sensitif pada tekanan.
3. Sakit pada wajah atau sendi temporomandibula.
4. Resesi pada gingival.
5. Celah pada gingival yang hiperplastis dan menyeluruh atau disebut juga Mc
Call’s Festoon.
6. Poket periodontal/ kehilangan perlekatan epitel gingival.
7. Kegoyangan gigi.
8. Migrasi dan atau posisi gigi yang abnormal.1

2.1.6 Gambaran Radiografis


Interpretasi Radiografik Kelainan Periodontal
Yang harus dibaca pada radiograf jaringan periodontal
1. Keadaan tulang yang ada
• Kuantitas (tinggi/lebar) dan kualitas (pola/densitas)
• Gambaran keseluruhan
 Luas kerusakan (local/menyeluruh)
 Pola kerusakan (horizontal &/vertical)
 Densitas (rarefraksi/condensed)
 Pola trabekulasi (normal/berubah)

2. Alveolar crest (merupaka bagian penting)


• Kortikal → lamina dura
• Tinggi ; 0,5-1,5mm d bawah CEJ 2 gigi bertetangga
• Bentuk; tergantung posisi gigi
• Outline; halus, rata, kesinambungan, kepadatan, lebar

3. Ruang periodontal
• Ada/tidak, lebarnya

4. Keterlibatan furkasi (akar ganda)


5. Perbandingan mahkota-akar keterlibatan furkasi (akar ganda)1,3

2.1.7 Dampak dari TFO


 Terjadi injuri pada jaringan-jaringan pendukung periodontal.
 Tidak cukupnya stimulasi menyebabkan menebalnya ligamen periodontal,
atrofi serabutan, osteoporosis tulang alveolar dan reduksi tulang yang tinggi.
 Hipofungsi dapat dihasilkan dari hubungan open-bite dan tidak adanya fungsi
antagonis 

2.1.8 Cara Pemeriksaan TFO 


Pemeriksaan oklusi untuk melihat ada atau tidaknya Trauma From Occlusion
bisa dilakukan dengan:
1. Maximum Intercuspation or Intercuspal position
Pasien diperintahkan untuk menutup mulut dengan posisi intercuspal
maksimum tanpa mencari gigitan yang nyaman (posisi menelan ludah). Cara
yang paling efisien untuk melihat kontak oklusal adalah dengan meletakkan
matriks Mylar antara gigi dan menyuruh pasien untuk menutup mulut dan
kemudian matriks dipindahkan. Dari matriks terlihat seberapa banyak gigi yang
berkontak. Ada atau tidaknya kontak dapat terlihat untuk gigi molar, premolar,
kaninus,dan insisivus.

2. Excursive movement
Kualitas kontak gigi selama pergerakan mandibula dapat dilihat dengan
menyuruh pasien menggerakkan rahang bawah ke depan, kanan dan kiri.

3. Initial contact in centric relation closure arc


Jika ada gigi yang berkontak sebelum ada gigi yang lain berkontak sempurna
(kurang dari 50%) maka terjadi bloking.

4. Tooth mobility
Kegoyangan gigi dapat diperkirakan dengan tekanan gigi. Setelah gigi berkontak,
maka pasien dapat menghentakkan gigi dan dokter dapat melihat kegoyangan
gigi pasien.
5. Attrition
Yaitu penggunaan gigi karena sering berkontak. Atrisi yang berlebihan terlihat
sebagai kebiasaan parafungsi yang dapat meningkatkan trauma oklusi dan
menyebabkan jaringan periodonsium dimana otot penguyahan mayor
mengganggu dan mengguncang gigi dalam alveolus.

6. Penggunaan kertas artikulasi 


Berguna untuk mengindentifikasi kontak oklusal yang dapat merusak mandibula,
kegoyangan gigi atau menyebabkan trauma pada gigi dan periodonsiumnya.
Dalam kasus spesifik, metode ini digunakan untuk melihat hubungan oklusi,
lokalisasi sisi pengunyahan gigi, oklusal adjustment dan melihat peningkatan
perubahan oklusi.5

2.1.9 Perbedaan TFO dan TO


Trauma karena oklusi adalah gaya oklusal yang berlebihan terhadap penyesuaian
kapasitas jaringan yang menghasilkan injuri pada jaringan. Trauma oklusi adalah
oklusi yang dapat menyebabkan trauma, contohnya premature kontak. 
Ketika tekanan oklusal melebihi kapasitas adaptif jaringan periodonsium, maka
akan terjadi kerusakan jaringan periodonsium. Kerusakan ini disebabkan karena
trauma oklusi. Trauma from occlusion adalah kerusakan jaringan periodonsium
akibat tekanan oklusi yang melebihi kapasitas adaptasi jaringan, sedangkan
oklusi yang menyebabkan kerusakan disebut traumatic oklusi.
Trauma karena oklusi mengarah pada kerusakan jaringan bukan pada tekanan
okusalnya. Daya oklusi yang berlebihan dapat mengganggu fungsi otot
pengunyahan dan menyebabkan nyeri yang berupa sentakan, cedera Temporo
Mandibular Joint (TMJ) atau menghasilkan penggunaan gigi yang berlebihan.1

2.1.10 Diagnosis dan Prognosis


Diagnosis: Gigi 31 mengalami Trauma From Occlusion (TFO) karena adanya
blocking.
Prognosis: baik, karena masih ada dukungan tulang, OH baik, gigi goyang ⁰2,
kooperatif pasien dan tidak disertai penyakit sistemik.1

2.1.11 Rencana Perawatan6


I. Terapi Inisial
•DHE + fisioterapi oral
•RA/RB=scaling dan root planning
•Oklusal adjustment
Evaluasi untuk melihat keberhasilan perawatan.
IV. Terapi Pemeliharaan setelah perawatan berhasil.
II. Terapi Bedah tidk dilakukan (-).
III. Rekonstruksi tidak dilakukan (-).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma From Occlusion (TFO) merupakan akibat dari adanya trauma oklusi
misalya adanya premature kontak. Trauma karena oklusi mengarah pada
kerusakan jaringan periodonsium bukan kepada tekanan oklusalnya.
TFO yang tidak dirawat akan berbahaya karena dapat mengganggu oklusi dan
bisa menyebabkan cedera pada jaringan periodonsium. 

Anda mungkin juga menyukai