Anda di halaman 1dari 16

Laporan Hasil Observasi

Perilaku Tawuran Antar Pelajar


Sebagai Bentuk Luruhnya Sila Kedua Pancasila
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pembimbing: Dwi Afrimetty Timoera, SH, MH

Oleh

Ananda Diefa Ayuning Putri


NIM P3.73.24.1.21.004
D4 Kebidanan dan Profesi Bidan

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


PROGRAM PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya, observasi penerapan Pancasila mengenai “Pengaruh
Tawuran Antar Pelajar Terhadap Luruhnya Sila Kedua Pancasila” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Meskipun Penulis menyadari masih banyak terdapat
kesalahan di dalamnya. Tidak lupa pula Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Dwi
Afrimetty Timoera, SH, MH yang telah membimbing dan memberikan tugas ini. Penulis
sangat berharap dengan adanya observasi ini dapat memberikan manfaat dan edukasi
pada para pembaca.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan observasi ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun.
Demikian yang dapat Penulis sampaikan, semoga observasi ini dapat
bermanfaat. Penulis juga yakin bahwa observasi yang Penulis lakukan jauh dari kata
sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca untuk menjadi lebih
baik ke depannya.

Bekasi, 30 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 4
1.2 Tujuan........................................................................................................ 5
1.3 Manfaat...................................................................................................... 5
BAB II PELAKSANAAN OBSERVASI................................................................... 6
2.1 Hari dan Tanggal Pengamatan................................................................... 6
2.2 Lokasi dan Waktu Observasi..................................................................... 6
2.3 Objek Observasi......................................................................................... 6
2.4 Hasil Observasi.......................................................................................... 6
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 13
3.2 Saran.......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 15
LAMPIRAN............................................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata tawuran sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, karena
peristiwa tawuran hampir disetiap daerah pernah terjadi, Tawuran seperti
budaya turun munurun pada para pelajar. Tanpa mereka sadari perbuatan
yang mereka lakukan sangat tidak mencerminkan sikap seorang pelajar yang
disekolah selalu dibekali ilmu yang positif malah diluar sekolah mereka
melakukan hal yang sangat tidak terpuji.
Tawuran yang melibatkan tindakan kekerasan sudah menjadi sorotan
publik sejak lama yang tidak bisa dianggap sebagai hal ringan. Fenomena
tawuran yang dilakukan oleh pelajar dianggap sebagai bentuk agresivitas
yang merupakan potret buram dunia pendidikan. Perilaku tawuran pelajar itu
sendiri tidak hanya meresahkan sekolah, namun juga menimbulkan
kecemasan dan perasaan tidak aman pada lingkungan sekitar. Tradisi
kekerasan yang diwariskan menjadi penyebab utama terjadinya tawuran.
Perselisihan bisa bertahan puluhan tahun karena terwariskan kepada murid-
murid baru atau generasi selanjutnya. Secara tidak langsung, hal tersebut
memperlihatkan betapa kekerasan telah menjadi cara membuktikan diri serta
identitas (Rudi, 2013).
Indonesia adalah negara berdasarkan Pancasila. Pancasila merupakan
pegangan, pedoman, dan petunjuk arah bagi segala aspek kehidupan dalam
bermasyarakat dan bernegara. Banyaknya pelajar yang terlibat dalam
tawuran hingga menelan korban merefleksikan sudah mulai luruhnya nilai-
nilai luhur Pancasila sebagai pandangan hidup bagi pelajar saat ini. Tawuran
merupakan perilaku yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan khususnya
pada Pancasila, yaitu sila kedua. Pelajar yang seharusnya memiliki etika dan
adab dalam bersikap, kini lebih memilih untuk melakukan tindak kekerasan.
Namun realitas yang terjadi, tawuran kini tidak hanya mengandalkan
ketrampilan tangan, tinju, maupun menggunakan batu. Perkelahian

4
antarkelompok kini menggunakan senjata-senjata tajam yang beresiko besar.
Senjata tajam tersebut berpotensi tidak hanya melukai namun dapat
membunuh pelajar lain.
Dari uraian tersebut, maka penulis bermaksud untuk menyusun laporan
observasi dengan judul tentang “Pengaruh Tawuran Antar Pelajar Terhadap

Luruhnya Sila Kedua Pancasila”.

1.2 Tujuan
1. Diketahuinya persepsi remaja laki-laki mengenai perilaku tawuran.
2. Diketahuinya sikap remaja terhadap perilaku tawuran.
3. Diketahuinya tawuran merupakan perilaku yang menyebabkan luruhnya
sila kedua pancasila mengenai adab serta etika seorang manusia.

1.3 Manfaat
1. Dapat menjadi pembelajaran kepada semua remaja terkhusus remaja laki-
laki di kelurahan Jatimulya mengenai dampak negatif perilaku tawuran.
2. Menambah pengetahuan remaja laki-laki mengenai sila kedua pancasila
yaitu adab dan etika seorang manusia.

5
BAB II
ISI

2.1 Hari dan Tanggal Pengamatan


Observasi dilaksanakan pada Jumat, 22 Oktober 2021.

2.2 Lokasi dan Waktu Observasi


2.2.1 Lokasi
Observasi dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting
dalam bentuk wawancara.
2.2.2 Waktu
Observasi dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB.

2.3 Subjek dan Objek Observasi


2.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi, 2013). Pada
observasi ini, populasinya yaitu remaja laki-laki yang pernah melakukan
tindakan tawuran yang bertempat tinggal di Kelurahan Jatimulya, Bekasi.
2.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau sebagai wakil populasi yang akan diteliti
(Arikunto, 2006). Jika peneliti hanya akan meneliti beberapa bagian dari
populasi, maka observasi ini disebut penelitian sampel. Observasi ini dilakukan
dengan teknik purposive sampling yang berarti teknik penentuan sampel yang
didasarkan pertimbangan peneliti mengenai sampel mana yang paling sesuai,
bermanfaat dan dianggap dapat mewakili suatu populasi. Sehingga sampel yang
diambil sejumlah dua orang remaja laki-laki.

2.4 Hasil Observasi


Penulis telah melakukan wawancara secara daring melalui aplikasi zoom
meeting dengan 2 remaja laki-laki sebagai narasumber. Penulis mengambil sampel

6
dari remaja laki-laki yang bertempat tinggal di Kelurahan Jatimulya untuk
mengetahui bagaimana perilaku tawuran antar pelajar sehingga dapat menyebabkan
luruhnya sila kedua pancasila mengenai etika serta adab sebagai seorang manusia.
Melalui observasi yang telah dilakukan penulis, maka diperoleh data sebagai
berikut:
Pertanyaan yang diajukan kepada Jumlah narasumber
narasumber
10 soal pertanyaan 2 remaja laki-laki

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, didapatkan hasil dari


wawancara dengan 2 narasumber remaja laki-laki yang pernah melakukan tawuran
sebagai berikut:

1. Menurut anda tawuran itu apa?


 Jawaban narasumber 1:
Perilaku tawuran yaitu perkelahian secara fisik antara 2 pihak dimana ada
pihak yang menang dan kalah.
 Jawaban narasumber 2:
Tawuran yaitu bentuk pelampiasan emosi untuk mengetahui seberapa
hebat dalam hal kekuatan fisik.

Dari jawaban kedua narasumber dapat diketahui bahwa paranarasumber


memiliki persepsi/pandangan masing-masing mengenai perilaku tawuran yang
pernah mereka lakukan. Narasumber 1 memberikan jawaban berupa apa yang
dilakukan saat tawuran. Sedangkan narasumber 2 memberikan jawaban berupa
apa yang memicu mereka melakukan tawuran.

2. Apa saja faktor yang memicu anda melakukan tawuran?


 Jawaban narasumber 1:
Faktor pemicu saya melakukan tawuran yaitu salah satunya karena ada
pihak yang memancing amarah sehingga terjadi tawuran.
 Jawaban narasumber 2:

7
Seperti yang saya katakan tadi, faktor pemicu saya melakukan tawuran
yaitu masalah harga diri, karena saya ingin membuktikan seberapa hebat
saya dalam berkelahi.

Dari jawaban kedua narasumber dapat diketahui bahwa faktor yang


memicu paranarasumber untuk melakukan tawuran yaitu berbeda. Narasumber
1 memberikan jawaban yaitu adanya pihak lawan yang memancing amarah
sehingga terjadi tawuran. Sedangkan narasumber 2 memberikan jawaban yaitu
masalah harga diri dan ingin mengetahui seberapa hebat sang narasumber 2
dalam hal berkelahi.

3. Siapa yang mempengaruhi anda untuk melakukan tawuran?


 Jawaban narasumber 1:
Karena ajakan teman dan faktor lingkungan.
 Jawaban narasumber 2:
Karena keinginan diri sendiri.

Dari jawaban kedua narasumber dapat diketahui bahwa terdapat


perbedaan jawaban. Narasumber 1 mengatakan bahwa ajakan teman dan
pengaruh lingkungan bermain bisa mempengaruhi sang narasumber 1 untuk
melakukan tawuran. Sedangkan pada narasumber 2 yang mempengaruhi sang
narasumber 2 yaitu keinginan diri sendiri untuk melakukan tawuran.

4. Apakah anda mengetahui jika tawuran merupakan perilaku yang dapat


menyebabkan luruhnya sila kedua dimana sila kedua yang dimaksud yaitu
mengenai adab serta etika manusia dalam berperilaku dan bersikap?
 Jawaban narasumber 1:
Ya, saya mengetahuinya.
 Jawaban narasumber 2:
Ya, saya mengetahuinya.

Dari jawaban kedua narasumber dapat diketahui bahwa kedua


narasumber mengetahui akan hal negatif yang diakibatkan dari tawuran.

8
Kemudian penulis menanyakan kembali apa yang menyebabkan para
narasumber masih melakukan tawuran.

5. Apa yang menjadi alasan anda masih dilakukannya tawuran?


 Jawaban narasumber 1:
Karena tawuran merupakan bentuk pelampiasan emosi atau kekesalan
saya dari masalah keluarga ataupun pertemanan saya, jadi tawuran
membantu saya untuk meluapkan emosi dan amarah saya.
 Jawaban narasumber 2:
Karena mengikuti keegoisan dan keinginan diri sendiri sehingga tidak ada
pemikiran panjang akan masa depan dari dampak negatif tawuran.

Dari jawaban kedua narasumber dapat diketahui bahwa kedua


narasumber memiliki alasan yang berbeda. Narasumber 1 mengatakan bahwa
alasan masih dilakukannya tawuran yaitu sebagai bentuk pelampiasan emosi
atau amarah dari masalah yang ada pada hidup sang narasumber 1. Sedangkan
narasumber 2 mengatakan bahwa alasan masih dilakukannya tawuran yaitu
karena masih mementingkan rasa egoisme dan tidak berpikir panjang dalam
bertindak.

6. Bagaimana dampak yang anda rasakan setelah melakukan tawuran terhadap fisik
dan psikis anda?
 Jawaban narasumber 1:
Fisik saya mendapatkan banyak luka, tubuh saya juga mengalami luka
memar. Untuk psikis saya menjadi merasa bersalah kepada para lawan
sehingga membuat perasaan saya tidak tenang.
 Jawaban narasumber 2:
Secara fisik saya tidak pernah mendapat luka sedikitpun. Sedangkan
secara psikis saya mengalami perasaan takut akan ditangkap atau
diamankan oleh pihak berwajib.

9
Dari jawaban kedua narasumber dapat diketahui bahwa kedua
narasumber memiliki dampak yang berbeda baik secara fisik ataupun psikis.
Narasumber 1 mengatakan bahwa mendapatkan dampak baik secara fisik

ataupun psikis. Sedangkan pada narasumber 2 mengatakan bahwa hanya


mendapatkan dampak secara psikis.

7. Sanksi apa yang anda terima setelah melakukan tawuran? Berupa sanksi sosial
atau sanksi fisik?
 Jawaban narasumber 1:
Ya, saya mendapat kedua sanksi tersebut. Sanksi fisik yang saya dapat
berupa push up dari pihak berwajib. Lalu sanksi sosial yaitu berupa
nasihat dari keluarga saya.
 Jawaban narasumber 2:
Secara fisik saya tidak pernah mendapatkan sanksi, namun saya
mendapatkan sanksi sosial berupa nasihat dari keluarga dan masyarakat
yang ada di lingkungan rumah saya menjauhi saya.

Berdasarkan jawaban kedua narasumber dapat diketahui bahwa kedua


narasumber memiliki sanksi yang berbeda baik secara fisik ataupun sosial.
Narasumber 1 mengatakan bahwa mendapatkan sanksi baik secara fisik ataupun
sosial. Sedangkan pada narasumber 2 mengatakan bahwa hanya mendapatkan
sanksi secara sosial.

8. Jika anda tidak melakukan tawuran, apa yang akan anda rasakan?
 Jawaban narasumber 1:
Saya merasa kurang jika dulu tidak melakukan tawuran. Tawuran
merupakan suatu hal kebiasaan bagi saya dulunya.
 Jawaban narasumber 2:
Saya merasa bahwa tawuran merupakan suatu kebiasaan yang saya
lakukan dulunya, jadi jika tidak melakukan tawuran seperti ada sesuatu
yang kurang pada aktivitas saya dulu.

10
Berdasarkan jawaban kedua narasumber dapat diketahui bahwa kedua
narasumber memiliki jawaban yang sama mengenai apa yang mereka rasakan
jika dulunya mereka tidak melakukan perilaku tawuran. Narasumber 1 dan
narasumber 2 mengatakan bahwa adanya rasa ketidakpuasan jika mereka tidak
melakukan tawuran, karena mereka mengatakan bahwa tawuran merupakan
suatu kebiasaan yang mereka lakukan.

9. Kapan terakhir kali anda melakukan tawuran?


 Jawaban narasumber 1:
Kurang lebih 2 tahun yang lalu pada saat usia saya 16 tahun.
 Jawaban narasumber 2:
Sekitar 1,5 tahun yang lalu pada saat usia saya 16 tahun.

Berdasarkan jawaban kedua narasumber dapat diketahui bahwa kedua


narasumber sudah lumayan lama tidak melakukan perilaku tawuran. Narasumber
1 dan narasumber 2 mengatakan bahwa mereka melakukan tawuran pada saat
usia mereka 16 tahun.

10. Apakah anda masih ingin melakukan perilaku tawuran di masa depan?
 Jawaban narasumber 1:
Tidak ingin lagi, karena saya juga sudah bisa berpikir dewasa mengenai
perilaku tawuran yang tidak mencerminkan sila kedua pancasila yaitu
adab serta etika seorang manusia.
 Jawaban narasumber 2:
Tidak ingin lagi, karena saya sudah mengetahui lebih banyak mengenai
dampak negatif dari perilaku tawuran yang pernah saya lakukan, dan
seperti yang tadi sudah dibahas pada pertanyaan sebelumnya bahwa
tawuran dapat menyebabkan luruhnya sila kedua pancasila mengenai
adab serta etika seorang manusia.

Berdasarkan jawaban kedua narasumber dapat diketahui bahwa kedua


narasumber sudah tidak ingin lagi melakukan perilaku tawuran. Narasumber 1
dan narasumber 2 mengatakan bahwa mereka sudah menyadari akan dampak

11
negatif dari perilaku tawuran terhadap luruhnya sila kedua pancasila yaitu
mengenai adab serta etika seorang manusia.

12
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Berdsarkan hasil observasi dapat disimpulkan mengenai pemahaman
para remaja mengenai perilaku tawuran terhadap luruhnya sila kedua
pancasila dirasa masih kurang. Kemudian penulis mendapatkan beberapa
informasi dari narasumber bahwa perilaku tawuran seperti berkelahi,
kekerasan dan lain sebagainya sangatlah tidak mencerminkan adab serta etika
dari seorang manusia. Oleh karena itu dengan adanya observasi ini para
narasumber yaitu remaja laki-laki yang pernah melakukan perilaku tawuran
di masa lalu agar tidak mengulangi perilaku tawuran dan dapat menerapkan
sila kedua pancasila dengan baik kedepannya.
Menurut Kaelan (2010, h.31) nilai-nilai yang terkandung dalam sila
kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah bangsa Indonesia diakui
dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya selaku makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, menjunjung tinggi
hak-hak asasi manusia, sama hak dan kewajibannya, tanpa membeda-
bedakan agama, suku ras, dan keturunan. Mengembangkan sikap saling
mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap
sesama manusia, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

3.2Saran

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dari hasil wawancara


dengan para narasumber, pada dasarnya observasi ini berjalan dengan baik.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan observasi ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, Penulis ingin
mengemukakan saran yang mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca.
Adapun saran yang penulis ajukan:

13
1. Hendaknya pada observasi selanjutnya penulis dapat lebih memperdalam
mengenai implementasi sila kedua pancasila mengenai adab serta etika
seorang manusia.
2. Hendaknya pada observasi selanjutnya penulis dapat lebih luas
memperoleh narasumber dan pengumpulan data agar lebih optimal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ayudya, Hilda Maulika. 2014. Luruhnya Sila Kedua Pancasila. Semarang:


Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Kaelan. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.


Yogyakarta: Paradigma.

Rudi, A. 2013. Selain Tradisi Kekerasan Ini Penyebab Lain Tawuran


Pelajar.http://megapolitan.kompas.com/read/2013/10/11/1840481/Selain.Tr
adisi.Kekerasan.Ini.Penyebab.Lain.Tawuran.Pelajar. Diakses pada tanggal
30 September 2021 pukul 19.40 WIB

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai