OLEH:
NIM : 857931202
1. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbiter (mana suka) dan konvensional :
- Lambang atau simbol kerap digunakan oleh masyarakat untuk menginformasikan
sesuatu. Manusia memang makhluk bersimbol. Dalam kehidupan manusia tidak
terlepas dari lambang atau simbol.
- Arbiter adalah tidak adanya hubungan yang bersifat wajib antara lambing dengan
yang dilambangkannya. Dengan kata laina, hubungan antara Bahasa dan wujud
bendanya hanya didasarkan pada kesepakatan antara penurut Bahasa di dalam
masyarakat Bahasa yang bersangkutan. Misalnya, lambang Bahasa yang berwujud
bunyi kuda dengan rujukannya yaitu seekor binatang berkaki empat yang biasa
dikendarai, tidak ada hubungannya sama sekali, tidak ada ciri ilmiahnya sama
sdikitpun
- qKonvensional dapat diartikan sebagai satu pandangan atau anggapan bahwa kata-
kata sebagai penanda tidak memiliki hubungan instrinsik atau inhern dengan objek,
tetapi berdasarkan kebiasaan, kesepakatan atau persetujuan masyarakat yang
didahului pembentukan secara arbitrer. Tahapan awal adalah manasuka/ arbitrer,
hasilnya disepakati/ dikonvensikan, sehingga menjadi konsep yang terbagi bersama
(socially shared concept).
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat
arbiter, tetapi penerimaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu yang bersifat
konvensional. Artinya semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa
lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Jadi kalau
kearbiteran bahasa pada hubungan antara lambanag-lamabang bunyi dengan konsep yang
dilambangkannya, maka kekonvensionalan bahasa terletak pada kepatuhan para penutur
bahasa untuk menggunakan lambang itu sesuai dengan konsep yang dilambangkannya.
2. Bahasa pertama Kiki adalah Bahasa Jerman, sebab Bahasa jerman yang pertama kali
dikenal/digunkan dan dikuasai Kiki.
Bahsa kedua Kiki adalah Bahasa Indonesia, sebab Bahasa Indonesia dikenal dan dikuasai
Kiki setelah Bahasa Jerman. Bahasa Indonesia dikuasai dan dipelajari setelah pulang dan
bersekolah di Indonesia. Jadi Bahasa pertama dan kedua kiki diperoleh secara berurutan.
3. Pengertian pendekatan, metode dan Teknik pembelajaran
a. Pendekatan : sikap atau pandangan tentang sesuatu yang biasanya berupa asumsi atau
seperangkat asumsi yang saling berhubungan dengan sesuatu.
b. Metode : suatu prosedur untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan yang
meliputi pemilihan bahan, urutan bahan, penyajian bahan, dan pengulangan bahan.
c. Teknik : Teknik adalah upaya guru, usaha-usaha guru, atau cara-cara yang digunakan
guru untuk mencapai tujuan langusng dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam
kelas pada saat itu.
4. Natural Method atau Metode Murni atau Metode Alamiah adalah metode yag dalam
pelaksanaannya penggunaan peraga yang berupa benda-benda, gambar-gambar, atau
peragaan secara langsung dalam aktivitas sehari-hari.
Metode ini melmiliki ciri=ciri :
a. Kosakata baru dijelaskan dengan cara menggunakan kata-kata yang sudah diketahuai
siswa sebelumnya.
b. Makna sesuatu kata diajarkan dengan cara inferensi/menarik kesimpulan dari
beberapa contoh yang diberikan.
c. Kamus dipergunkan untuk mengingta kata-kata yang dilupakan atau mencari makna
kata-kata baru.
d. Tata Bahasa digunakan untuk membetulkan kesalahan.
e. Penyajian pelajaran mengikuti urutan: mendengarkan (menyimak), berbicara,
membaca, dan menulis, baru kemudian diajarkan tata Bahasa.
5. Prinsip belajar adalah pemecahan masalah yaitu suatu proses pembelajaran yang
keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah yang disajikan oleh Pendidikan dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya sehingga akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Implikasi
prinsip ini siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran, siswa aktif
menggunakan pengetahuannya dari penggalian Pustaka atau diskusi untuk memecahkan
masalah. Siswa bekerja secara kolaboratif Bersama-sama dalam menghadapi dan
memecahkan suatu permasalahan. Pemecahan masalah berbasis inquiri dimana siswa
belajar menyatakan pertanyaan dalam proses dan siswa menggali informasi lebih lanjut
sehingga dapat memahami masalah dengan informasi yang diperolehnya. Hal ini akan
merangsang siswa untuk lebih aktif bertanya.