Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL

LITERATUR REVIEW : ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU

Penelitian Manajemen Keperawatan

DEANISA HASANAH

BP. 1611313020

PEMBIMBING

1. Dr. Yulasti Arif, S.Kp, M.Kep

2. Zhifriyanti Minanda Putri ,S.Kep, M.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
PROPOSAL

LITERATUR REVIEW : ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU

Penelitian Manajemen Keperawatan

DEANISA HASANAH

BP. 1611313020

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020

ii
PROPOSAL
LITERATUR REVIEW : ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU

Penelitian Manajemen Keperawatan

SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

DEANISA HASANAH

BP. 1611313020

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020

iii
PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal ini telah disetujui


Tanggal 18 Mei 2020

Oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Acc via Whatsapp Acc via Whatsapp

Dr. Yulasti Arif, S.Kp, M.Kep Ns. Zhifriyanti Minanda Putri ,S.Kep,
M.Kep
NIP. 197007242002122001 NIP. 197111231994032005

Mengetahui :
Ketua Prodi S1
Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

Yanti Puspita Sari, S.Kep, M.Kep


NIP.19820806201404200

iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI

LITERATUR REVIEW : ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU

Nama : Deanisa Hasanah

No. BP : 1611313020

Proposal ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji pada Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas pada tanggal 18 Mei 2020

Panitia penguji,

1. Dr. Yulastri Arif, S.Kp., M.Kep (..................................)

2. Ns. Zifriyanthi Minanda Putri, S.Kep., M.Kep (..................................)

3. Dr. dr. Susmiati, M.Biomed (..................................)

4. Ns. Yuanita Ananda, S.Kep., M.Kep (..................................)

5. Ns. Sovia Susianty, S.Kep., M.Kep (..................................)

v
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya yang selalu

dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Salawat serta salam dikirimkan kepada Nabi

Muhammad SAW. Alhamdulillah dengan nikmat dan hidayah-Nya, penulis telah dapat

menyelesaikan proposal ini dengan judul “Literatur Review : Analisis Hubungan Komunikasi

Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang ICU”.

Terimakasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Ibu Dr. Yulastri Arif,

S.Kp.,M.Kep dan Ibu Zifriyanthi Minanda Putri ,S.Kep., M.Kep sebagai pembimbing saya yang

telah dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing saya dalam menyusun proposal ini.

Terimakasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada Pembimbing Akademik saya, Ibu Ns.

Lili Fajria, S.Kep, M.Bomed yang telah banyak member motivasi, nasehat dan bimbingan

selama saya mengikuti perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Selain itu saya

juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Hema Malini, S.Kp, MN, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

2. Ibu Ns. Yanti Puspita Sari, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

3. Dewan Penguji yang telah memberikan kritik beserta saran demi kebaikan proposal ini

4. Seluruh Staf dan Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah memberikan

berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan

5. Orang tua dan keluarga yang selama ini memberikan dukungan dan do’a tulus kepada penulis

dalam seluruh tahapan proses penyusunan proposal ini

vi
6. Keluarga besar angkatan A 2016 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas dalam

kekompakan, semangat, dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis dalam penulisan

proposal ini

Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik

yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan ini.

Padang, 01 Juni 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam...................................................................................................ii

Halaman Persyaratan Gelar.............................................................................................iii

Persetujuan Proposal........................................................................................................iv

Penetapan Panitia Penguji................................................................................................v

Kata Pengantar..................................................................................................................vi

Daftar Isi.............................................................................................................................viii

Daftar Lampiran…………………………………………………………………………x

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................5

C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................6

D. Manfaat Penelitian...................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................8

A. Konsep Kecemasan.................................................................................................8

B. Konsep Komunikasi Terapeutik..............................................................................18

C. Konsep Keluarga.....................................................................................................26

D. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kecemasan Keluarga Pasien 28

BAB III KERANGKA KONSEP.....................................................................................30

A. Kerangka Teori........................................................................................................30

B. Kerangka Konsep Penelitian...................................................................................31

C. Hipotesis Penelitian.................................................................................................31

viii
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN........................................................................32

A. Jenis Penelitian........................................................................................................32

B. Populasi dan Sampel................................................................................................33

C. Waktu Penelitian......................................................................................................34

D. Instrumen Penelitian................................................................................................34

E. Metode Pengumpulan Data.....................................................................................34

F. Teknik Pengolahan Data..........................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................37

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian.............................................................................41


Lampiran 2. Kantu Bimbingan Proposal.............................................................................43
Lampiran 3. Curriculum Vitae.............................................................................................44

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecemasan terjadi ketika seseorang menghadapi suatu masalah dan

merasa tidak aman terhadap lingkungan sekitar atau situasi yamg sedamg

dihadapi. Kecemasan yaitu respon emosional yang menyebabkan perasaan

khawatir gelisah, takut, tidak tentram dan situasi tidak aman atau gangguan

sakit (Sulastri et al, 2019). Menurut Kristiani (2017) kecemasan merupakaan

perasaan subjektif yang berhubungan dengan ketegangan mental, perasaan

gelisah dan reaksi atas ketidakmampuan menghadapi masalah atau merasa

tidak aman. Kecemasan diartikan juga sebagai suatu keadaan khawatir bahwa

suatu hal yang buruk akan terjadi (Mahrifatulhijah, et.al, 2019). Jadi

kecemasan merupakan hal yang terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui pasti

apa penyebabnya. Di rumah sakit, kecemasan tidak hanya dirasakan oleh

pasien saja tetapi juga keluarga pasien.

Kecemasan yang dirasakan oleh keluarga akan semakin meningkat

apabila anggota keluarganya dirawat di ruang perawatan kritis seperti ICU.

Anggota keluarga dari pasien penyakit kronis beresiko tinggi mengalami

gejala kecemasan, depresi, dan stress (Jo et al, 2019). Menurut Rohmah

1
(2017) pasien yang dirawat di ruang perawatan kritis tidak hanya

membutuhkan pengobatan secara medis namun juga memerlukan dukungan

humanistik dari keluarganya. Penelitian Retnaningsih dkk (2018) mengatakan

pasien yang masuk dalam unit perawatan kritis berada dalam keadaan

mendadak sehingga menimbulkan berbagai macam stressor yang

menyebabkan terjadinya kecemasan. Oleh karena itu, kecemasan pada

keluarga penting untuk diperhatikan karena dalam perawatan keluarga dan

pasien merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Penanganan

kecemasan pada keluarga berbeda-beda tergantung pada tingkatannya.

Kecemasan yang dialami seseorang memiliki beberapa tingkatan.

Annisa (2016) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu kecemasan

ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan tingkatan panik. Dalam

penelitian Gezer et al, (2018) mengatakan bahwa ada perbedaan yang

signifikan antara tingkat kecemasan dan depresi pasien dirawat dalam

menerima informasi dan tidak menerima informasi. Penelitian yang dilakukan

oleh Krupic (2019) mengatakan bahwa untuk mengurangi kecemasan, perawat

diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan perawatan yang terbaik bagi

pasien serta menjawab semua pertanyaan yang diajukan pasien agar

kecemasan dapat diminimalisasikan. Jadi kecemasan yang dirasakan bisa

diatasi tergantung bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan dan pasien beserta keluarganya. Kecemasan yang dilakukan oleh

pasien dan keluarga juga disebabkan oleh beberapa faktor penyebabnya.

2
Setiap keluarga akan menggunakan koping yang berbeda dalam

menghadapi kecemasan yang timbul. Ada beberapa alasan yang menyebabkan

kecemasan pada keluarga pasien antara lain ketidaktahuan tentang penyakit

atau kondisi yang dialami pasien, serta ketidaktahuan tentang prosedur yang

diberikan kepada pasien yang sedang dirawat (Gufron et al, 2019). Penelitian

Novrianda et al, (2019) faktor yang paling berpengaruh terhadap kecemasan

adalah tingkat pengetahuan karena pengetahuan mempengaruhi pola pikir dan

pemahaman seseorang. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya

kecemasan pada keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit, salah satunya

faktor komunikasi terapeutik perawat (Nurhusna et al, 2019). Jadi faktor

penyebab kecemasan keluarga antara lain yaitu kurangnya pengetahuan

keluarga tentang kondisi pasien dan kurangnya komunikasi perawat dengan

keluarga. Komunikasi yang baik antara perawat dengan pasien dan keluarga

tidak akan menimbulkan kecemasan bagi mereka.

Komunikasi merupakan suatu hal yang sudah biasa kita gunakan

dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi terapeutik merupakan hubungan

saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien atau keluarga dalam

pelayanan keperawatan (Idealistiana, 2019). Penelitain Prip et al, (2019)

mengatakan komunikasi antar perawat dan pasien terutama difokuskan pada

aspek pengobatan. Berkomunikasi dengan perawat merupakan kunci dari

pengalaman pasien, yang mana melalui hubungan yang dibina bisa

memberikan pikiran positif dan keyakinan untuk sembuh bagi pasien (Tolotti

3
et al, 2018). Jadi, komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional

bagi perawat yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu

penyembuhan atau pemulihan pasien. Komunikasi yang baik diharapkan dapat

menurunkan kecemasan bagi pasien dan keluarga.

Atribut penting dari semua professional kesehatan yaitu komunikasi.

Komunikasi dijadikan sebagai alat penghubung dalam bersosial (Ikawati,

2014). Penelitian Fite et al, (2019) mengatakan komunikasi dibagi menjadi 2

yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Komnuikasi yang dilakukan secara

asertif dalam praktek keperawatan sangat berpengaruh dalam proses

penyembuhan, memenuhi kebutuhan dasar pasien, serta memberikan perasaan

tenang tanpa adanya cemas selama dirawat (Rahayu, 2016). Oleh karena itu,

komunikasi sangatlah penting dalam perawatan tidak hanya secara verbal tapi

juga non verbal. Namun demikian masih ada faktor yang menjadi penghambat

dalam komunikasi tersebut.

Keterampilan berkomunikasi bukanlah kemampuan yang kita bawa

sejak lahir dan tidak akan muncul secara tiba-tiba. Brommelsiek et al, (2019)

mengatakan miskomunikasi merupakan penyebab utama kesalahan medis.

Kredibilitas komunikator terhadap isi pesan sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan komunikasi (Desridius, 2018). Semakin positif persepsi pasien

dan keluarganya terhadap komunikasi teraputik perawat, maka akan semakin

rendah tingkat kecemasan keluarga begitu juga sebaliknya (Loriana, dkk

2018). Oleh sebab itu, perawat dituntut untuk melakukan komunikasi secara

4
terapeutik untuk meminimalkan faktor yang menjadi penghambat tersebut.

Komunikasi merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam setiap tindakan

dalam dunia kesehatan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Keswara et al, (2019)

terdapat hubungan antara komunikasi perawat dengan kecemasan keluarga

pasien yaitu sebesar 76,7% dari 20 reponden merasakan cemas. Selanjutnya

penelitian yang dilakukan oleh Riza (2019) di RSUP Dr. M. Djamil Padang

mengatakan bahwa komunikasi perawat yang kurang baik akan beresiko 10

kali terjadinya kecemasan terhadap keluarga pasien dibandingkan dengan

perawat yang berkomunikasi dengan baik. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Leile, et.all. (2017) menunjukkan komunikasi yang didapat di RS

Unisma tergolong kurang baik (46,7 %) sebanyak 14 orang dan didapatkan

hasil bahwa ada hubungan kuat antara komunikasi terapeutik perawat dengan

tingkat kecemasan keluarga.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Analisis Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan

Tingkat Kecemasan Keluarga dalam Merawat Pasien”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian “Bagaimana Analisis Hubungan Komunikasi

5
Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga dalam Merawat

Pasien”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis hubungan komunikasi perawat dengan tingkat

kecemasan keluarga dalam merawat pasien.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi bagaimana komunikasi terapeutik perawat

terhadap keluarga.

b. Untuk mengidentifikasi bagaimana tingkat kecemasan keluarga dalam

merawat pasien.

c. Untuk menganalisis hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan

tingkat kecemasan keluarga dalam merawat pasien.

3. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran dan informasi bagi

Kepala Ruang dan Staf Perawat Ruang tentang penerapan komunikasi

terapeutik dan hubungannya dengan kecemasan keluarga pasien.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian tinjauan literatur ini diharapkan dapat menjadi

tambahan bacaan dan informasi bagi mahasiswa dan institusi

6
pendidikan Fakultas Keperawatan dengan tinjauan ilmu keperawatan

berupa komunikasi terapeutik perawat dalam meminimalisir tingkat

kecemasan keluarga pasien.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan perbandingan serta

menambah data bagi peneliti dalam melakukan penelitian lebih lanjut

terkait analisis komunikasi perawat dalam menurunkan tingkat

kecemasan keluarga pasien.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kecemasan

1. Definisi

Kecemasan merupakan perasaan tidak tenang yang samar-samar karena

ketidaknyamanan atau perasaan yang tidak diketahui apa penyebab

spesifiknya oleh individu. Kecemasan bisa juga disebut sebagai suatu

perasaan waspada akan terjadinya sesuatu dan merupakan sinyak yang

membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi

ancaman. Kecemasan merupakan perasaan subjektif berrhubungan dengan

ketegangan mental, perasaan gelisah dan reaksi atas ketidakmampuan

menghadapi masalah atau merasa tidak aman (Kristiani, 2017). Kecemasan

diartikan juga bahwa suatu hal yang buruk akan terjadi (Mahrifatulhijah et, al

2019). Kecemasan terjadi ketika seseorang menghadapi suatu masalah atau

merasa tidak aman dengan lingkungan atau apa yang sedang dihadapinya.

Kecemasan merupakan hal yang terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui

apa penyebabnya. Menurut Nursalam (2015) kecemasan adalah suatu kondisi

yang menandakan suatu keadaan yang mengancam keutuhan serta keberadaan

dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku seperti rasa tidak berdaya,

8
rasa tidak mampu, rasa takut dan fobia tertentu. Ketika cemas individu akan

takut dan memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal mereka tidak

mengerti mengapa perasaan tersebut terjadi (Ghufron et al, 2019). Menurut

Sulastri et al, (2019) kecemasan yaitu respon emosional yang menyebabkan

kekhawatiran, gelisah, takut dan tidak tentram, situasi tidak aman dan

gangguan sakit. Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

kecemasan merupakan perasaan takut, tidak berdaya, perasaan yang terancam

serta tidak aman secara tiba-tiba yang dialami seseorang tanpa diketahui pasti

apa penyebabnya.

2. Penyebab Kecemasan

Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan. Sutejo

(2016) mengatakan penyebab terjdinya kecemasan antara lain :

a. Faktor biologis

Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus

yang bisa meningkatkan neuroreguler inhibisi dimana fungsinya

berperan penting dalam mekanisme biologis yang berkaitan dengan

kecemasan (Stuart 2013). Kecemasan juga disertai dengan gangguan

fisik yang selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk

menghadapi stressor.

9
b. Faktor psikologis

Faktor psikologis dapat dilihat dari :

- Pandangan psikonalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua

elemen kepribadian dalam diri seseorang.

- Pandangan interpersonal

Kecemasan timbul karena perasaan takut akan tidak adanya

penerimaan dan penolakan interpersonal.

- Pandangan perilaku

Kecemasan merupakan segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Sosial budaya

Kecemasan dengan mudah ditemukan dalam keluarga. Faktor ekonomi

dan latar belakang pendidikan juga berpengaruh terhadap terjadinya

kecemasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ghufron et al, (2019) menyebutkan

bahwa beberapa alasan yang menyebabkan kecemasan yang dialami

oleh keluarga pasien yaitu antara lain ketidaktahuan tentang penyakit

atau kondisi yang dialami pasien, serta ketidaktahuan tentang prosedur

yang diberikan kepada pasien yang sedang dirawat.

10
3. Tanda dan Gejala Kecemasan

Kecemasan juga memiliki beberapa tanda dan gejala baik itu secara

fisik, kognitif, perilaku maupun emosi. Menurut Sutejo (2016) tanda dan

gejala kecemasan yaitu sebagai berikut :

a. Segi Fisik

Dilihat dari segi fisik, seseorang yang mengalami kecemasan sering

nafas pendek, nadi cepat, tekanan darah naik, mulut tampak kering,

anoreksi, diare/konstipasi, gelisah, tremor, berkeringat, sulit tidur, dan

sakit kepala.

b. Segi Kognitif

Dilihat dari segi kognitif, gejala seseorang mengalami kecemasan

yaitu dari cara individu tersebut mempersepsikan sesuatu. Biasanya

orang yang mengalami kecemasan tidak mampu menerima rangsangan

dari luar, persepsinya menyempit, serta kerap berfokus pada apa yang

sedang terjadi padanya.

c. Segi Perilaku

Dilihat dari segi perilaku, orang yang mengalami kecemasan

cenderung melakukan gerakan yang tersentak-sentak, disertai dengan

cara bicara yang berlebihan dan cepat.

d. Segi Emosi

Dilihat dari segi emosi, penderita kecemasan juga mengalami

gangguan. Biasanya terlihat penuh dengan rasa menyesal, kesedihan

11
yang mendalam, iritabel, takut, gugup, suka cita yang berlebihan,

ketidakberdayaan yang meningkat, kekhawatiran yang meningkat, fok

us pada diri sendiri, distress dan lainnya.

4. Tingkat kecemasan

Kecemasan yang dirasakan oleh seseorang juga memilik beberapa

tingkatan tergantung pada keadaannya. Stuart (2016) membagi kecemasan

menjadi 4 tingkatan yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari. Penyebab kecemasan ini menjadikan seseorang lebih

waspada sehingga persepsinya menjadi luas. Pada tingkat ini, individu

masih mampu memotivasi diri untuk belajar dan memecahkan masalah

secara efektif.

b. Kecemasan Sedang

Pada fase ini individu memusatkan perhatian pada hal yang penting

dan mengesampingkan yang lain. Perhatian individu pada fase ini

menjadi lebih selektif namun masih mampu melakukan hal yang

diarahkan oleh orang lain.

c. Kecemasan Berat

Pada fase ini persepsi seseorang menjadi lebih sempit. Selain itu,

individu memiliki perhatian terfokus pada hal yang spesifik dan tidak

12
dapat berpikir tentang hal lain dan menunjukkan perilaku untuk

mengurangi ketegangan.

d. Tingkatan Panik

Kepanikan muncul akibat kehilangan kendali diri serta perhatian yang

kurang. Pada fase ini seseorang tidak mampu melakukan apapun

meskipun dengan arahan yang diberikan. Gejala yang biasanya muncul

pada fase ini yaitu peningkatan aktifitas motorik, berkurangnya

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, penyimpangan

persepsi, dan hilangnya pemikiran yang rasional dan disertai dengan

disorganisasi kepribadian.

Kecemasan bisa diatasi atau diminimalisir tergantung

bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh perawat terhadap keluarga

atau pasien. Menurut Gezer et al, (2018) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat

kecemasan dan depresi pasien dirawat dalam menerima informasi dan

tidak menerima informasi. Penelitian yang dilakukan oleh Krupic

(2019) mengatakan bahwa untuk mengurangi kecemasan, perawat

diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan perawatan yang

terbaik bagi pasien serta menjawab semua pertanyaan yang diajukan

pasien agar kecemasan dapat diminimalisasikan.

13
5. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Stuart & Sudden (2016) tingkat kecemasan dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang terkait meliputi hal berikut:

a. Potensi stressor

Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang

itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk

menanggulanginya.

b. Maturasi (kematangan)

Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan kepribadian

sehingga akan lebih sukar mengalami gangguan akibat stres, sebab

individu yang matang mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap

stressor yang timbul.

c. Status pendidikan dan status ekonomi

Status pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang

menyebabkan orang tersebut mengalami stres dibanding dengan

mereka yang status pendidikan dan status ekonomi yang tinggi.

d. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan

orang tersebut mudah stres.

14
e. Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit

badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalami stres. Disamping

itu orang yang mengalami kelelahan fisik juga akan lebih mudah

mengalami stres.

f. Tipe kepribadian

Setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Ada yang

lebih mudah mengalami kecemasan akibat stress, ada pula individu

yang tidak mudah terjadinya gangguan kecemasan. Kepribadian ini

misalnya dapat digambarkan di misalkan pada dua orang individu.

g. Sosial Budaya

Cara hidup individu di masyarakat yang sangat mempengaruhi pada

timbulnya stres. Individu yang mempunyai cara hidup sangat teratur

dan mempunyai falsafat hidup yang jelas maka pada umumnya lebih

suka mengalami stres. Demikian juga keyakinan agama akan

mempengaruhi timbulnya stres.

h. Lingkungan atau situasi

Individu yang tinggal pada lingkungan yang dianggap asing akan lebih

mudah mangalami stres.

15
i. Usia

Ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih mudah

mengalami stres dari pada usia tua, tetapi ada yang berpendapat

sebaliknya.

j. Jenis kelamin

Umumnya wanita lebih mudah mengalami stres, tetapi usia harapan

hidup wanita lebih tinggi dari pada pria.

Setiap orang akan menggunakan koping yang berbeda dalam

menghadapi kecemasan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan

kecemasan pada keluarga pasien antara lain ketidaktahuan tentang

penyakit atau kondisi yang dialami anggota keluarganya dan

ketidaktauan tentang prosedur yang diberikan (Ghufron et al, 2019).

Sementara itu (Nofrianda et al, 2019) mengatakan faktor yang paling

berpengaruh terhadap tingkat kecemasan adalah tingkat pengetahuan

seseorang karena pengetahuan mempengaruhi pola pikir dan

pemahaman seseorang. Banyak faktor penyebab terjadinya kecemasan

pada keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit salah satunya

yaitu komunikasi perawat (Nurhusna et al, 2019).

16
6. Penilaian Tingkat Kecemasan

a. Zung Self - Rating Anxiety Scale (SAS/ZRAS) merupakan penilaian

kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh Wiliam W. K.

Zung dan dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-II).

Terdapat 20 pernyataan, dimana setiap penyataan dinilai 1 - 4 (1: tidak

pernah, 2 : kadang-kadang, 3 : sebagian waktu, 4 : hampir setiap

waktu). Terdiri dari 15 pernyataan kearah kearah peningkatan

kecemasan dan 5 pernyataan kearah penurunan kecemasan (Nursalam,

2015).

Rentang penilaian 20-80 dengan pengelompokan antara lain :

Skor 20-44 : Normal/Tidak cemas

Skor 45-59 : Kecemasan ringan

Skor 60-74 : Kecemasan sedang

Skor 75-80 : Kecemasan berat

b. Hamilton Anxiety Rating Scale merupakan pengukuran kecemasan

yang didasarkan pada timbulnya gejala pada individu yang mengalami

kecemasan. Pada HARS ini Ada 14 gejala yang nampak pada individu

yang mengalami kecemasan dan setiap item diberikan 5 tingkatan skor

antara 0 sampai dengan 4. Cara pemberian nilai kecemasan yaitu :

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = satu dari gejala yang ada

17
2 = sedang/setengah dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari setengah gejala yang ada

4 = sangat berat/semua gejala ada

Hasil penilaian dari gejala kecemasan tersebut dikategorikan sebagai

berikut :

o Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan

o Skor 7-14 = kecemasan ringan

o Skor 15-27 = kecemasan sedang

o Skor lebih dari 27 = kecemasan berat

B. Komunikasi Terapeutik

1. Konsep Komunikasi Terapeutik

a. Pengertian

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis

yang artinya membuat kebersamaan antara dua orang atau lebih

(Nasir, 2009). Komunikasi merupakan proses yang sangat berarti

dalam hubungan antar manusia. Komunikasi yaitu proses yang

melibatkan komunikator (source), pesan (message), dan komunikan

(receiver). Menurut Stuart (2016) komunikasi terapeutik merupakan

hubungan interpersonal antara perawat dan klien dalam memperoleh

pengalaman belajar bersama untuk memperbaiki pengalaman

18
emosional klien. Komunikasi juga memiliki tujuan tertentu, artinya

komunikasi terjadi sesuai dengan keinginan dan kepentingan pelaku

komunikasi tersebut.

Komunikasi merupakan suatu hal yang sudah biasa kita

gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi terapeutik

merupakan komunikasi professional yang dilakukan secara sadar,

mempunyai tujuan membantu pasien untuk mengurangi kecemasan

melalui perbaikan emosi dan mengurangi ego pasien sehingga

mempercepat proses penyembuhan (Rohmah et al, 2017). Pada saat

sekarang ini, berkomunikasi mungkin tidak dilihat sebagai tanggung

jawab dokter sehingga anggota keluarga beralih ke perawat untuk

mendapattkan informasi tentang kondisi medis pasien dan

pengobatannya (Jo et al, 2019). Jadi, komunikasi terapeutik

merupakan komunikasi professional antara perawat dan klien yang

direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau

pemulihan pasien serta diharapkan dapat menurunkan kecemasan yang

dirasakan oleh klien.

19
b. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Nurhasanah (2010) membagi beberapa prinsip dasar yang

harus diketahui oleh perawat dalm membangun hubungan yang

terapeutik :

a. Hubungan antara perawat dan pasien merupakan hubungan

terapeutik yang saling menguntungkan. Dalam hubungan tersebut

terdapat prinsip” humanity of nurse and clients ”. Hal ini berarti

bahawa hubungan yang terjadi antara perawat dan klien akan

berkualitas ketika perawat mendefinisikan dirinya sebagai

manusia. Perawat harus memahami bahwa hubungan tersebut

bukan sekedar hubungan antara perawat dengan pasien akan tetapi

hubungan antar sesama manusia yang bermartabat.

b. Perawat seharusnya mampu menghargai dan mengerti terhadap

keunikan klien. Tiap individu mempunyai sifat dan karakter yang

berbeda-beda, karena itu perawat perlu memahami perasaan dan

perilaku yang dimiliki klien dengan melihat perbedaan latar

belakang keluarga, budaya, dan keunikan tiap individu.

c. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat saling menjaga

harga diri antara komunikator dan komunikan, dalam hal ini

perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.

d. Dalam berkomunikasi harus dapat menciptakan hubungan saling

percaya terlebih dahulu menggali permasalahan dan memberikan

20
langkah-langkah pemecahan masalah. Hubungan saling percaya

antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik

c. Unsur-Unsur Komunikasi Terapeutik

Menurut Potter & Perry (2011), unsur-unsur yang terkandung

dalam komunikasi terapeutik meliputi:

1. Keramahan

Perawat dalam membina hubungan saling percaya dan

menumbuhkan kesan yang baik.

2. Penggunaan nama

Pada saat proses komunikasi dengan pasien, perawat harus

mendahului pertemuan tersebut dengan memperkenalkan diri dan

menyebutkan nama pasien dengan benar. Hal ini bertujuan untuk

memberikan kesan kepada pasien bahwa mereka selalu dihargai.

Penyebutanan nama merupakan hal yang paling mendasar dalam

berkomunikasi dimana berfungsi mencegah keraguan yang muncul

dalam diri perawat dan pasien.

3. Dapat dipercaya

Pada saat melangsungkan komunikasi perawat harus menimbulkan

rasa kepada pasien bahwa perawat dapat dipercaya. Dapat

dipercaya ini merupakan salah satu keutamaan dalam

berkomunikasi demi kelancaran proses komunikasi.

21
4. Otonomi dan tanggung jawab

Hal yang dimaksud dari otonomi dan tanggung jawab adalah

keberanian yang harus dimiliki oleh seorang perawat dalam

membuat pilihan atau menentukan keputusan sekaligus

bertanggungjawab atas pilihan atau keputusan yang diambil.

5. Asertif (tegas)

Komunikasi asertif dapat memberikan kesempatan pada individu

dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya tanpa harus

menghakimi, menuduh, maupun menyakiti orang lain. Dalam

dunia keperawatan, sikap ini juga berfungsi untuk menimbulkan

rasa percaya dan menunjukan rasa penghormatan terhadap orang

lain

d. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan klien

kearah yang lebih positi dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang

meliputi :

- Realisasi diri

Realisasi diri bermaksud penerimaan diri serta peningkatan

kesadaran dan penghargaan diri klien. Melalui komunikasi

terapeutik ini diharapkan adanya perubahan yang terjadi dalam diri

klien.

22
- Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak

superfisial serta saling bergantung pada orang lain. Komunikasi

terapeutik membantu klien untuk bagaimana belajar menerima

orang lain dan diterima orang lain

- Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan

serta mencapai tujuan yang realistis

- Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri

klien.

Tujuan komunikasi terapeutik yaitu untuk membina hubungan

interpersonal antara perawat dan klien dalam membantu

mengurangi beban perasaan dan pikiran yang diderita klien demi

kesembuhan klien itu sendiri.

2. Fase Komunikasi Terapeutik

Hubungan terapeutik perawat-klien sebagaimana disebutkan Potter

dan Perry (2011) terdiri dari 4 tahapan komunikasi terapeutik, yaitu :

a. Fase pre interaksi

Pada tahap ini perawat melakukan masa persiapan sebelum memulai

hubungan dengan klien. Fase ini dimulai sebelum perawat bertemu

dengan klien untuk pertama kalinya dan merupakan fase dimana

perawat merencanakan pendekatan terhadap klien.

23
Tugas perawat pada fase ini adalah :

- Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasannya

- Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri

- Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat

rencana berinteraksi dengan klien

- Membuat rencana pertemuan secara tertulis yang akan diaplikasikan

saat bertemu dengan klien.

b. Fase orientasi

Fase ini dimulai saat pertama kali perawat bertemu dengan klien dan

saling mengenal satu sama lainnya. Perawat perlu menampilkan sikap

yang hangat, empati, menerima, dan bersikap penuh perhatian

sehingga hubungan saling percaya dapat terbina (Nurhasanah, 2010).

Tugas Perawat pada fase ini adalah :

- Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaaan

dan komunikasi terbuka.

- Merumuskan kontrak bersama klien, yaitu tempat, waktu, dan topik

pertemuan

- Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien

- Merumuskan tujuan dengan klien.

24
c. Fase Kerja

Fase kerja merupakan proses perawat dan klien saling bekerja sama

untuk menyelesaikan suatu persoalan untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam fase ini perawat harus bersikap caring dengan menyampaikan

informasi yang benar kepada pasien, melakukan tindakan teknik

komunikasi terapeutik yang sesuai.

d. Fase Terminasi

Fase terminasi yaitu fase penutup hubungan antara perawat dengan

klien dengan saling mengeksplorasi perasaan yang muncul akibat dari

perpisahan yang akan dijalani. Pada fase ini baik perawat maupun

klien dapat merasakan perasaan puas, senang, marah, sedih, jengkel

dan perasaan lainnya yang mungkin menimbulkan ketidaknyamanan.

Tugas perawat pada fase ini adalah :

- Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan,

evaluasi ini disebut evaluasi objektif.

- Melakukan evaluasi subjektif dengan menanyakan perasaan klien

setelah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu.

- Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.

25
- Membuat kotrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu

disepakati adalah topik, waktu, dan tempat pertemuan

C. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan elemen terkecil dari masyarakat. Keluarga

merupakan merupakan kumpulan antara dua orang atau lebih yang

disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang

menidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010).

2. Ciri-Ciri Keluarga

Menurut Padila (2012) ciri-cir keluarga yaitu sebagai berikut :

- Keluarga merupakan hubungan perkawinan

- Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat

gotong royong

- Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran

- Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan

dilakukan dengan cara musyawarah

- Berbentuk monogram

- Memiliki tanggung jawab

26
3. Struktur Keluarga

Struktur dan fungsi keluarga adalah hubungan yang dekat serta ada

interaksi terus menerus antara satu dengan yang lainnya. Struktur ini

sendiri didasari dengan organisasi anggota keluarga dan hubungan yang

terus menerus. Struktur keluarga ini sendiri dapat diperluas atau

dipersempit tergantung pada keluarga tersebut dalam merespon stressor

yang ada dalam keluarga. Susanto (2012) membagi struktur keluarga

menjadi empat elemen :

a. Pola Komunikasi Keluarga

Komunikasi dalam keluarga ada yang berjalan dengan baik dan ada

pula yang tidak. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal dalam

komponen komunikasi seperti sender, chanel media, massage,

environment dan receiver. Komunikasi dalam keluarga dapat berupa

komunikasi secara emosional, verbal dan non verbal, serta komunikasi

sirkular.

b. Pola Peran Keluarga

Peran adalah serangkaian kebiasaan yang diharapkan sesuai dengan

posisi social yang diberikan sehingga pada struktur peran bisa bersifat

formal atau informal. Peran dalam keluarga dapat fleksibel sehingga

anggota keluarga dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.

c. Pola Norma dan Nilai Keluarga

27
Nilai adalah persepsi seseorang tentang suatu hal apakah baik atau

bermanfaat bagi dirinya. Norma yaitu peran yang dilakukan manusia

berasal dari nilai budaya yang terkait. Nilai keluarga juga merupakan

suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan

peraturan. Norma yaitu perilaku yang baik menurut masyarakat dan

berdasarkan nilai dalam keluarga.

d. Pola Kekuatan Keluarga

Kekuatan keluarga merupakan kemampuan potensial atau actual dari

individu untuk mengendalikan perubahan perilaku seseorang ke arah

yang lebih baik. Hasil dari pola kekuatan dalam keluarga akan

mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan dalam keluarga.

D. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan

Keluarga Pasien

Salah satu faktor penyebab terjadinya kecemasan yang dialami oleh

pasien dan keluarga adalah komunikasi terapeutik perawat. Kecemasan ini

juga akan meningkat jika anggota keluarga dirawat di ruang perawatan kritis

seperti ICU. Semakin positif persepsi pasien dan keluarganya terhadap

komunikasi yang dilakukan perawat maka akan semakin rendah tingkat

kecemasan yang dialami dan begitu juga sebaliknya (Loriana et al, 2018).

Kecemasan yang dialami oleh keluarga secara tidak langsung mempengaruhi

28
kondisi pasien yang dirawat dan berakibat pada pengambilan keputusan yang

tertunda (Kristiani et al, 2017).

Hubungan antara komunikasi dengan kecemasan keluarga pasien

maupun pasien sangatlah berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien.

Setiap orang mempunyai koping yang berbeda dalam menghadapi kecemasan

tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Riza (2019) di RSUP Dr. M. Djamil

Padang mengatakan bahwa komunikasi perawat yang kurang baik akan

beresiko 10 kali terjadinya kecemasan terhadap keluarga pasien dibandingkan

dengan perawat yang berkomunikasi dengan baik. Komunikasi yang

dilakukan oleh perawat juga merupakan salah satu peranan penting dalam

kesembuhan pasien. Maka dari itu, setiap perawat atau tenaga kesehatan

dituntut untuk melakukan komunikasi terapeutik yang baik sehingga dapat

menurunkan kecemasan yang dialami oleh pasien maupun keluarganya.

29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pencarian literature yaitu

penguraian secara teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan

penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Peneliti

menganalisis gambaran hubungan komunikasi terpeutik perawat dengan

tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian sekunder yang berjenis Systematic Literatur Review (SLR).

Systematic Literatur Review merupakan suatu metode yang menggunakan

review, telaah, evaluasi terstruktur, pengklasifikasian, dan pengkategorian dari

evidence based yang telah dihasilkan sebelumnya (Hariyati, 2010). Metode

pencarian menggunakan elektronic data base PubMed, Google Scholar, dan

Science Direct. Peneliti menuliskan kata kunci sesuai MESH (Medical Subject

30
Heading) yaitu “Anxiety/Kecemasan”, “Nurses Communication/ Komunikasi

Perawat”.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Notoadmojo (2010), populasi adalah seluruh objek atau

subjek penelitian yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi

penelitian ini yaitu keluarga yang merawat pasien diruang ICU.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang terjangkau dan dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,

2013). Sampel pada penelitian ini adalah keluarga pasien yang merawat

pasien diruang ICU berdasarkan jurnal-jurnal terkait topik penelitian.

Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini meliputi :

a. Tahun publikasi antara 2015-2020

b. Jurnal dipublikasi dari database PubMed, Science Direct, dan Google

Scholar

c. Jurnal ditulis dalam bahasa inggris dan bahasa indonesia

d. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga pasien di ruang ICU

31
Kriteria eksluksi sampel pada penelitian ini yaitu:

a. Artikel berupa abstrak.

b. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia dan bahasa inggris.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2019 sampai dengan bulan

Juni 2020.

D. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen

dokumentasi. Instrumen dokumentasi dapat memberikan informasi dan

berbagai macam sumber yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan

penelitian. Sumber dokumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu

dokumen sekunder, berupa dokumen yang diperoleh dari berbagai media

seperti laporan penelitian atau jurnal publikasi lainnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan sistematik literatur review.

Sistematik literatur review adalah metode literatur revew yang

mengidentifikasi, menilai, dan menginterprestasi seluruh temuan-temuan pada

32
suatu topik penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian (research

question) yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengumpulan data menggunakan data sekunder atau sering disebut

metode penggunaan bahan dokumen , karena data yang diperoleh tidak secara

langsung dari responden melainkan mengambil data dari hasil penelitian-

penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain. Pada penelitian ini,

peneliti mengumpulkan artikel-artikel atau jurnal yang berkaitan dengan

variabel-variabel penelitian.

F. Teknik Pengolahan Data

Pada penelitian ini, teknik pengolahan data menggunakan systematic literatur

review.

Tahapan Systematic Literatur Review :

1. Planning

Research Question (RQ) adalah bagian awal dimulainya proses SLR.

Research Question digunakan untuk menuntun proses pencarian dan

ekstrasi literatur. Formulasi RQ harus didasarkan pada 5 elemen yang

disebut PICOC (Planning, Intervention, Comparison, Outcomes, Context).

Langkah berikutnya yang perlu dilakukan adalah menyusun protokol

SLR. Protokol SLR adalah rencana yang berisi prosedur dan metode yang

33
kita pilih dalam melakukan SLR. Secara umum ptotokol SLR memuat 7

elemen sebagai berikut :

a. Background

b. Research Questions

c. Search terms

d. Selection criteria

e. Quality checlist and procedures

f. Data extraction strategy

g. Data synthesis strategy

2. Conducting

Tahapan conducting adalag tahapan yang berisi pelaksanaan dari SLR

dan harus sesuai dengan protokol SLR yang telah ditentukan. Berikut

langkah-langkah conducting :

a. Dimulai dari penentuan keyword pencarian literatur yang basisnya

adalah PICOC.

b. Kemudian penentuan sumber dari pencarian literatur.

c. Semua literatur didapatkan, lalu memilih literatur yang sesuai.

d. Langkah terakhir ekstraksi data.

e. Kemudian melakukan sintesis berbagai hal yang kita temukan dari

literatur-literatur yang sudah dipilih.

3. Reporting

34
Reporting adalah tahapan penulisan hasil SLR dalam bentuk tulisan,

baik untuk dipublikasikan dalam bentuk paper ke jurnal ilmiah atau untuk

literatur review dari skripsi/tesisi/disertasi.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00

Brommelsiek, M., Graybill, T. L., & Gotham, H. J. (2019). Improving


communication, teamwork and situation awareness in nurse-led primary care
clinics of a rural healthcare system. Journal of Interprofessional Education and
Practice, 16(December 2018), 100268.
https://doi.org/10.1016/j.xjep.2019.100268

Fite, R. O., Assefa, M., Demissie, A., & Belachew, T. (2019). Predictors of
therapeutic communication between nurses and hospitalized patients. Heliyon,
5(10), e02665. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2019.e02665

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2010). Buku ajar keperawatan
keluarga: Riset, teori, dan praktik, alih bahasa, Akhir Yani S. Hamid
dkk.Jakarta:EGC

Gezer, D., & Arslan, S. (2019). The Effect of Education on the Anxiety Level of
Patients Before Thyroidectomy. Journal of Perianesthesia Nursing, 34(2), 265–
271. https://doi.org/10.1016/j.jopan.2018.05.017

Gufron, M., Widada, W., & Putri, F. (2019). Pengaruh Pembekalan Kesejahteraan
Spiritual Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Di Ruang Intensive
Care Unit (Icu) Rsd Dr. Soebandi Jember. The Indonesian Journal of Health
Science, 11(1), 91. https://doi.org/10.32528/ijhs.v11i1.2242

35
Idealistiana, L., Komunikasi, H., Perawat, T., Tingkat, T., Keluarga, K., Studi, P.,
Sekolah, K., Ilmu, T., Abdi, K., Jakarta, N., Studi, P., Sekolah, K., Ilmu, T.,
Abdi, K., Jakarta, N., Tujuan, A., Ugd, R., Zahirah, R. S. U., Penelitian, M., …
Terapeutik, K. (2019). KECEMASAN KELUARGA PASIEN Jurnal Antara
Keperawatan September - Desember Tahun 2019 Jurnal Antara Keperawatan
September - Desember Tahun 2019. 1(3), 107–111.

Ikawati, V. C., & Sulastri. (2011). Hubungan Komunikasi Teraupetik Perawat dengan
Anggota Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Pasien yang
Dirawat di Unit Perawatan Kritis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Publikasi
Ilmiah, 114–121.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3629/VIVIN
CANDRA IKAWAT-SULASTRI Fix.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Jo, M., Song, M. K., Knafl, G. J., Beeber, L., Yoo, Y. S., & Van Riper, M. (2019).
Family-clinician communication in the ICU and its relationship to psychological
distress of family members: A cross-sectional study. International Journal of
Nursing Studies, 95, 34–39. https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2019.03.020

Keswara, U. R., Trismiyana, E., & Wandini, R. (2019). HUBUNGAN


KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KECEMASAN
KELUARGA PASIEN DI RUANG BEDAH RS PERTAMINA BINTANG
AMIN BANDAR LAMPUNG. Malahayati Nursing Journal, 1(1).

Kitchenham, B. And Chartes, S. (2007). Guidelines for Performing Systematic


Literature Reviews in Software Engineering, Technical Report EBSE 2007-2010.
Keele University and Durham University. Join Report

Komunikasi, H., Terhadap, T., Kecemasan, T., & Pasien, K. (2018). Desridius et al :
Hubungan Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga
Pasien. 1(2), 86–91.

Kristiani, R. B., & Dini, A. N. (2017). Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat


Kecemasan Keluarga Pasien Di Intensive Care Unit (Icu) Rs Adi Husada
Kapasari Surabaya. Adi Husada Nursing Journal, 3(2), 71–75.
file:///C:/Users/MyBook 11/Documents/Komunikasi dengan tingkat
kecemasan.pdf

Krupic, F. (2019). Nurse Anesthetists’ Communication in Brief Preoperative Meeting


With Orthopaedic Patients—An Interview Study. Journal of Perianesthesia
Nursing, 34(5), 946–955. https://doi.org/10.1016/j.jopan.2019.01.008

36
Leite, E. G. (2017). Hubungan Antara Komunikasi Perawat dengan Tingkat
Kecemasan Keluarga Pasien yang dirawat di Unit Perawatan Kritis RS Unisma.
Journal Nursing News, 2(2), 286–294.

Leite, E. G., Kusuma, F. H. D., & Widiani, E. (2017). HUBUNGAN ANTARA


KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT
KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT
PERAWATAN KRITIS RUMAH SAKIT UNISMA. Nursing News: Jurnal
Ilmiah Keperawatan, 2(2).

Loihala, M. (2016). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat


Kecemasan Keluarga Pasien yang Dirawat di Ruangan Hcu Rsu Sele Be Solu
Kota Sorong. Jurnal Kesehatan, 7(2), 176-181.

Loriana, R., & Hilda, H. (2018). HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA. MNJ
(Mahakam Nursing Journal), 2(4), 159-165.

Mahrifatulhijah, M., & Heni, S. S. (2019). SUMBER KECEMASAN PADA


KELUARGA PASIEN OPERASI SEKTIO CAESARIA DI RUMAH
SAKIT. Avicenna: Journal of Health Research, 2(1).

Mohd, A. R. (2019). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat


Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit RSUP Dr. M. Djamil
Padang (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

Novrianda, D., Hermalinda, & Fauziah, M. (2019). Faktor – Faktor Yang


Mempengaruhi Kecemasan Orang Tua pada Anak Pra-Operasi Di Ruang Bedah
Anak. Jurnal Keperawatan, 15(1), 36–47.

Nurhusna, N., & Oktarina, Y. (2019, February). ANALISIS PENERAPAN


KOMUNIKASI TERAUPETIK PERAWAT PELAKSANA TERHADAP
KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG DI RAWAT DI RUANG
INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD RADEN MATTAHER. In Proceeding
Seminar Nasional Keperawatan (Vol. 4, No. 1, pp. 156-163).

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan :Aplikasi dalam Praktik keperawatan


Professional. Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika.

Potter, P., & Perry. (2011). Fundamental of Nursing (7th ed.). Elsevier.

37
Prip, A., Pii, K. H., Møller, K. A., Nielsen, D. L., Thorne, S. E., & Jarden, M. (2019).
Observations of the communication practices between nurses and patients in an
oncology outpatient clinic. European Journal of Oncology Nursing,
40(December 2018), 120–125. https://doi.org/10.1016/j.ejon.2019.03.004

Retnaningsih, D. (2018). Hubungan Komunikasi Perawat dengan Tingkat Kecemasan


Keluarga Pasien di Unit Perawatan Kritis. Jurnal Keperawatan Soedirman,
11(1), 35. https://doi.org/10.20884/1.jks.2016.11.1.638

Rohmah, M. (2017). Komunikasi terapeutik perawat menurunkan kecemasan


keluarga pasien kritis. Journals of Ners Community, 08(nurvember), 144–151.

Stuart, G. W., & Keliat, B. A. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan
Jiwa Stuart 1.

Sulastri, S., Cahyanti, A. I., & Rahmayati, E. (2019). Perilaku Caring menurunkan
Kecemasan Pasien Preoperasi. Jurnal Kesehatan, 10(3), 382.
https://doi.org/10.26630/jk.v10i3.1224

Susanto, T. (2012). Buku ajar keperawatan keluarga. Jakarta Timur:CV.Trans Info


Media

Tolotti, A., Bagnasco, A., Catania, G., Aleo, G., Pagnucci, N., Cadorin, L., Zanini,
M., Rocco, G., Stievano, A., Carnevale, F. A., & Sasso, L. (2018). The
communication experience of tracheostomy patients with nurses in the intensive
care unit: A phenomenological study. Intensive and Critical Care Nursing, 46,
24–31. https://doi.org/10.1016/j.iccn.2018.01.001

Tuasikal, H. (2017). SYSTEMATIC REVIEW: EFEKTIFITAS METODE


HANDOVER DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI PERAWAT.

38
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Nama : Deanisa Hasanah
No.Bp : 1611313020
LITERATUR REVIEW : ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT
KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU

No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli


Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
Penelitian
2 Acc Judul
Penelitian
3 Penyusunan
Proposal
Penelitian
4 Persiapan
Seminar
Proposal
5 Seminar
Ujian
Proposal
6 Perbaikan
Proposal
Penelitian
7 Pelaksanaan
Penelitian
8 Pengolahan
Data dan

39
Analisa Data
9 Penyusunan
Hasil
Penelitian

40
Lampiran 2. Kartu Bimbingan/Konsultasi Skripsi

41
Lampiran 2. Curriculum Vitae

Curriculum Vitae

A. Biodata Pribadi

Nama : Deanisa Hasanah

Tempat/Tanggal Lahir : Padang/18 Agustus 1998

Agama : Islam

Daerah Asal : Padang

Pekerjaan : Mahasiswi Fakultas Keperawatan Unand

Status : Belum Menika

Nama Ayah : Lian Nasution

Nama Ibu : Anni Usri Siregar

Alamat : Jl. DPR IV No.23 Kec.Dadok Tunggul Hitam

Email : hdeanisa@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 01 Sawahan : 2004-2010

2. SMP Negeri 5 Padang : 2010-2013

3. SMA Negeri 6 Padang : 2013-2016

4. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas : 2016-Sekarang

42

Anda mungkin juga menyukai