Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN DAN HASIL PERTANIAN

ACARA PROTEIN
STANDARDISASI LARUTAN HCL 0,02 N

Disusun Oleh:

Nama : Adiba Tsalsabilla


NIM : 19/440326/TP/12435
Hari, tanggal praktikum : Kamis, 25 Februari 2021
Asisten : Maya Prilia Nur Fana

LABORATORIUM KIMIA DAN BIOKIMIA PANGAN DAN HASIL


PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
STANDARDISASI LARUTAN HCL 0,02 N

A. Tujuan
Mengetahui konsentrasi larutan standar HCl yang sebenarnya
dengan standardisasi
B. Tinjauan Pustaka
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer
adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi. Larutan standar
sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga
konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi. Karakteristik dari larutan
baku primer, yakni punya kestabilan yang tinggi, konsentrasi tetap (tidak
berubah-ubah), tidak higroskopis, dan massa molarnya besar. Sedangkan
larutan baku sekunder mempunyai karakteristik antara lain mempunyai
kemurnian yang cenderung rendah dan konsentrasi dari larutan ini baru
diketahui melalui percobaan standardisasi menggunakan larutan baku
primer (Day dan Underwood, 1999).
Prinsip standardisasi HCl adalah titrasi asam basa yang melibatkan
HCl sebagai titran dan basa Na-tetraborat dengan indikator BCG-MR
sebagai titer pada reaksi penetralan. Titran merupakan larutan yang
digunakan dalam mentitrasi larutan lainnya untuk mengetahui konsentrasi
dari larutan lain tersebut, sedangkan titrat adalah larutan yang dicari
konsentrasinya (Samiha, dkk, 2016). Sedikit demi sedikit, titran
ditambahkan hingga mencapai keadaaan equivalen, hal ini berarti secara
stoikiometri titran dan titer habis bereaksi. Keadaan tersebut dapat
dinamakan titik equivalen. Saat titik equivalen tercapai, ketika terjadi
perubahan warna dari biru menjadi merah muda, maka titrasi dihentikan
(Mulyono, 2006; Samiha, dkk, 2016).
Indikator asam-basa atau pH indikator merupakan senyawa yang
ditambahkan pada titrasi dan merepresentasikan rentangan pH pada titik
ekuivalen. Indikator asam-basa menunjukkan titik akhir titrasi dengan
adanya perubahan warna. Titik akhir titrasi bisa jadi belum tentu sama
dengan titik ekuivalen karena titik ekuivalen ditentukan dari stoikiometri
reaksi sedangkan titk akhir titrasi ditandai dari perubahan warna indikator.
Asam klorida (HCI) merupakan asam kuat yang biasa digunakan
dalam penentuan basa menggunakan metode titrasi. Akan tetapi pada
standardisasi ini, HCI tidak cocok digunakan untuk menjadi larutan baku
primer karena konsentrasi dari larutan "terkonsentrasi" tersebut tidak
diketahui secara akurat. Larutan baku primer yang lebih cocok digunakan
pada standadisasi ini adalah Na-tetraborat atau biasa disebut boraks. Boraks
cocok digunakan untuk menjadi standar baku primer karena kemurniannya
yang cukup tinggi, berat molekul yang besar sehingga memperkecil
kesalahan relatif saat penimbangan, cukup stabil, harganya tidak mahal, dan
banyak tersedia. Sedangkan BCG-MR atau indikator asam-basa merupakan
campuran dari methy red dan bromcresol green yang biasa digunakan dalam
standardisasi HCI menggunakan natrium karbonat.
Reaksi titrasi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Na2B4O7.5H2O (aq) + 2 HCl (aq) → 2 NaCl (aq) + 4 H3BO3 (aq)
(Mulyono, 2006)
Rumus perhitungan:
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎 − 𝑡𝑒𝑡𝑟𝑎𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 × 𝑚𝑔 𝑁𝑎 − 𝑡𝑒𝑡𝑟𝑎𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡
𝑁 𝐻𝐶𝑙 =
𝐵𝑀 𝑁𝑎 − 𝑡𝑒𝑡𝑟𝑎𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 × 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐻𝐶𝑙
(Mulyono, 2006)
C. Metode pelaksanaan
a. Alat dan jumlahnya
1. Labu Erlenmeyer (3)
2. Pipet ukur 10 Ml (3)
3. Pipet ukur 1 mL (1)
4. Labu takar 250 mL (1)
5. Propipet(1)
6. Buret dan statif (1)
7. Gelas beaker 100 mL(6)
8. Gelas ukur 25 mL (1)
9. Corong(1)
10. Pipet tetes(1)
11. Tissue dan label (secukupnya)

b. Bahan dan jumlahnya


1. Larutan Na-tetraborat 1% (12 mL)
2. HCl pekat ±12 N (secukupnya)
3. Indikator BCG-MR (secukupnya)
4. Akuades (secukupnya)

c. Cara kerja

Pembuatan larutan HCl 0,02 N

Pemindahan larutan HCl pekat ±12 N ke dalam gelas beaker

Pengambilan sebanyak 1 mL HCl ±12 N ke dalam gelas beaker lainnya

Penambahan 3 mL akuades ke dalam gelas beaker

Pengambilan sebanyak 1,25 mL larutan HCl ±4 N dari gelas beaker ke dalam


labu takar 250 mL

Penambahan akuades hingga tanda batas


Standardisasi larutan HCl 0,02 N

Pemindahan Na-tetraborat 1% ke dalam gelas beaker

Pengambilan 4 mL Na-tetraborat 1% ke dalam erlenmeyer

Penambahan 25 mL akuades ke dalam erlenmeyer

Penambahan 2 tetes indicator BCG-MR ke dalam erlenmeyer

Pelaksanaan titrasi dengan larutan HCl yang telah disiapkan

Pengulangan standardisasi HCl sebanyak 3 kali ulangan

d. Fungsi perlakuan
Pembuatan Larutan HCl 0,02 N
1. Penambahan akuades sebanyak 3 mL untuk mengencerkan
HCl pekat +- 12 N sehingga membentuk larutan HCl ±4N
2. Penambahan akuades sampai tanda batas ke dalam labu takar
250 mL untuk mengencerkan larutan HCl ±4N sehingga
membentuk Larutan HCl 0,02 N

Standardiasasi Larutan HCl 0,02 N


1. Pemindahan Na-tetraborat 1% ke dalam gelas beaker→ jumlah
yang terkena kontaminasi udara luar dan peralatan cukup pada
jumlah yang sekiranya diperlukan saja agar tidak membuang
banyak larutan
2. Penambahan akuades→ memperkecil konsentrasi larutan
3. Penambahan dua tetes indicator BCG-MR dalam
Erlenmeyer→ indikator penanda akhir dari titrasi
4. Titrasi dengan larutan HCl→ mengetahui normalitas dari Na-
tetraborat 1%
5. Pengulangan standardisasi HCl sebanyak 3 kali ulangan→
memperkecil galat pada hasil akhir sehingga meningkatkan
akurasi hasil.

D. Hasil dan Pembahasan


a. Tabel hasil percobaan
Ulangan Berat Na- Volume N HCl Rata- SD
tetraborat titrasi rata N
(mg) HCl 0,015 HCl
N (mL)
1 40 13,4 0,0157 0,0173 0,002
2 40 12,8 0,0164 0,0173 0,002
3 40 10,6 0,0198 0,0173 0,002

Berdasarkan data hasil percobaan, diperoleh N HCl standard pada ulangan


pertama sebesar 0,0157 N, ulangan kedua sebesar 0,0164 N, dan ulangan
ketiga sebesar 0,0198 N sehingga didapat rata-rata dari ketiga ulangan sebesar
0,0173 N. Namun, pada label kemasan HCl, tertera konsentrasi HCl sebesar
0,02 N dan hal tersebut menandakan bahwa hasil yang diperoleh pada
percobaan ini lebih rendah daripada label. Perbedaan hasil standardisasi ini
disebabkan oleh umur waktu simpan HCl yang sudah lama, perlakuan
praktikan selama pengujian, seperti subjektivitas praktikan dalam melihat
titik akhir titrasi dan perubahan warnanya.
E. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi hasil
standardisasi larutan standar HCl 0,02N adalah 0,01728 ± 0,02 N.

F. Daftar Pustaka
Referensi Buku:
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 1999. Kimia Analisa Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Mulyono. 2006. Membuat Reagen Kimia dari Laboratorium. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.

Referensi Jurnal:
Samiha, Y. T., Syarifah, dan Elmiana, D. A. 2016. Analisis Klorin pada
Beras di Pasar Induk Jakabaring dan Sumbangsihnya terhadap
Mata Pelajaran Biologi pada Materi Makanan Bergizi dan Menu
Seimbang di Kelas XI SMA/MA. Jurnal Biodata, 2(1): 93-98.

G. Lembar Pengesahan

Yogyakarta, 10 Maret 2021

Asisten, Praktikan

Maya Prilia Nur Fana Adiba Tsalsabilla

“Saya mengerjakan laporan praktikum ini dengan jujur sesuai dengan format
laporan yang diberikan asisten praktikum dan tidak bekerja sama dengan teman
maupun melakukan plagiarisme terhadap karya orang lain”
H. Lampiran
a. Perhitungan
𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑁𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑟𝑎𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑁𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑟𝑎𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡
𝑁 𝐻𝐶𝐿 =
𝐵𝑀 𝑁𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑟𝑎𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 × 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

Ulangan N HCl Rata-rata


1 2 × 40
𝑁 𝐻𝐶𝐿 =
381,37 × 13,4
𝑁 𝐻𝐶𝐿 = 0,0157
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
2 2 × 40
𝑁 𝐻𝐶𝐿 = 0,0157 + 0,0164 + 0,0198
381,37 × 12,8 =
3
𝑁 𝐻𝐶𝐿 = 0,0164
= 0,0173
3 2 × 40
𝑁 𝐻𝐶𝐿 =
381,37 × 10,6
𝑁 𝐻𝐶𝐿 = 0,0198

Standar deviasi:

[(0,0157 − 0,0173)2 + (0,0164 − 0,0173)2 + (0,0198 − 0,0173)2 ]


𝑆𝐷 = √
(3 − 1)

𝑆𝐷 = 0,002

b. Diskusi
- Kenapa harus ke 4 N dahulu? Hal itu dikarenakan ketersediaan
alat di lab. Sesungguhnya bisa langsung ke 0,02 N
- Pada Titrasi standarisasi HCl menggunakan BCGMR, dimana
pada kondisi basa akan biru kalau asam akan merah muda.
- HCL pekat 12 N diubah menjadi 0,02 N dengan proses HCL
diambil sejumlah 1 mL kemudian ditambahkan akuades 3 mL
lalu campurannya menjadi 4 N, kemudian diambil 4 N HCL
kemudian diambil 1,25 mL kedalam labu takar dan ditambahkan
akuades hingga tanda batas.
- Reagen yang digunakan pada percobaan ini adalah Na-
tetrabonat 1%, HCL 12 N dan indicator BCG-MR.
- Yang mempengaruhi konsentrasi larutan adalah faktor kondisi
penyimpanan, lama waktu penyimpanan dimana semakin lama
disimpan konsentrasinya akan mengalami penurunan, faktor
cahaya, dan peralatan yang digunakan bisa saja terkontaminasi.

c. Hasil plagiarism check

Anda mungkin juga menyukai