Disusun Oleh :
NPM : E1J019004
Prodi : Agroekoteknologi
PENDAHULUAN
1.1. Dasar Teori
Nama ilmiah jahe adalah Zingiber officinale Rosc. Kata Zingiber berasal dari bahasa
Yunani yang pertama kali dilontarkan oleh Dioscorides pada tahun 77 M. Nama inilah
yang digunakan Carolus Linnaeus seorang ahli botani dari Swedia untuk memberi nama
latin jahe (Anonimus, 2007).
Menurut para ahli, jahe (Zingiber officinale Rosc.) berasal dari Asia Tropik, yang
tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu, kedua bangsa itu disebutsebut sebagai
bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe, terutama sebagai bahan minuman, bumbu
masakan, dan obat-obatan tradisional. Belum diketahui secara pasti sejak kapan mereka
mulai memanfaatkan jahe, tetapi mereka sudah mengenal dan memahami bahwa
minuman jahe cukup memberikan keuntungan bagi hidupnya (Santoso, 1994).
Obat-obat herbal sebagai obat-obatan tradisional telah ada sejak dahulu. WHO
menyebutkan bahwa hingga 65% dari penduduk negara maju menggunakan pengobatan
tradisional dan obat-obat dari bahan alami.22 Sebanyak 49,5% atau setengah penduduk
Indonesia masih menggunakan pengobatan tradisional berupa jamu-jamuan dan sekitar
4,5% mengkonsumsinya setiap hari serta sisanya hanya mengkonsumsinya sesekali.
Walaupun jahe merah tidak pernah diteliti dalam pengobatan asma, menurut DR.
Suwijiyo Pramono, ahli fitofarmaka dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
kemungkinan rasa hangat karena kandungan minyak asiri itulah yang menyebabkan rasa
lega bagi penderita asma. (Purnomo dan Adiono.)
“Pada dasarnya jahe merah tidak memiliki kandungan zat yang bersifat bronko
splasmolitika (zat pelega saluran napas). Kemungkinan lain efek antihistamin pada jahe
yang menyebabkan asma mereda,” tutur doktor fitokimia lulusan Universite Toulose
Perancis itu. Namun, bagi penderita asma sekaligus maag, sebaiknya menghindari
konsumsi jahe merah. Karena gingerolnya mampu menyebabkan lambung panas dan
iritasi. Produk gula jahe merah yang dihasilkan berasa pedas yang cukup tajam
dibandingkan gula jahe dari jahe putih. Hal ini disebabkan karena kandungan senyawa
komponen kimia ginger dari jahe merah lebih tinggi daripada jahe putih.( Buckle, K.A.,
R.A Edwards., G.H Fleet., dan M. Wootton. 1987)
Jahe instan merupakan produk pangan yang berbentuk serbuk, terbuat dari
ekstrak jahe yang ditambah gula atau rempah-rempah lain.
Minuman instan ekstrak jahe dimanfaatkan untuk menciptakan produk yang praktis dan
efisien, sehingga diharapkan diperoleh manfaat bagi kesehatan. Sirup jahe merupakan
salah satu bentuk produk olahan dari rimpang jahe dengan kadar gula yang tinggi dan
mempunyai rasa khas jahe
2.2 Metode
A. jahe instan
1. Jahe dikupas atau dicuci sampai bersih, kemudian diris-iris
2. Irisan jahe diblender sampai halus, kemudian diperas dan diambil airnya.
3. Tuang air perasan jahe ke dalam wajan, tambahkan gula, kayu manis dan daun serai
4. Masak sampai mendidih sambil diaduk terus, sampai membentuk gelembung yang
meletup-letup
5. Angkat sedikit cairan dengan sendok kayu sampai terlihat adanya benang kristal
yang tidak terputus. Jika keadaan ini telah tercapai, api dimatikan.
6. Adonan diaduk terus menerus sampai terbentuk Kristal.
7. Kristal jahe instan yang halus dipisahkan dengan cara mengayak mengunakan
saringan, sementara yang kasar dihaluskan dengan menggunakan gilingan kayu atau
blender.
8. Jahe instan dimasukkan ke dalam kantong plastik, kemudian disegel dan beri label.
Jahe instan dapat disimpan sampai 6 bulan.
B. sirup jahe
1. Jahe dibakar, kemudian dikupas, dan dicuci bersih
2. Hancurkan dengan menggunakan parutan atau blender dengan menambahkan air
secukupnya.
3. Saring hasil parutan dengan menggunakan kain saring sehingga didapatkan sari
jahe.
4. Campurkan gula pasir dan CMC/tepung jelly, masukkan ke dalam sari jahe.
Tambahkan gula merah, serai, cengkeh, kayu manis, dan garam. Aduk sampai
CMC/tepung jelly dan gula larut
5. Masak sampai mendidih selama 15 menit
6. Sirup jahe disaring dengan kain, kemudian masak lagi dengan cara di tim selama 15
menit.
7. Siapkan wadah sirup jahe dengan cara merebus botol selama 1 jam. Setelah itu,
masukkan sirup jahe ke dalam botol hingga batas 1,5-2,5 cm dari tutup botol.
8. Panaskan botol yang sudah diisi sirup pada panci yang telah diisi air mendidih
selama 15 menit.
9. Angkat, dikeringkan dan diberi label.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum yaitu :
a. Biaya Variabel
No Nama Bahan Jumlah Yang Harga Satuan Jumlah Harga
digunakan
1 Air mineral 1 dus Rp 500 Rp 17.000
2 Serai 2 ikat Rp 1.000 Rp 2.000
3 Cengkeh 5 gram Rp 13.000 Rp 13.000
4 Kayu manis 1 ons Rp 15.000 Rp 15.000
5 Kapulaga 25,5 gram Rp 11.500 Rp 11.500
6 Gula pasir 2,5 kg Rp 13.000 Rp 32.500
7 Plastik bungkus 25 lembar Rp 300 Rp 7.500
8 Jahe 1 kg Rp 15.000 Rp 15.000
Total Rp. 69.300 Rp 113.500
b. Biaya Produksi
No Nama Alat Harga Satu (Rp) Umur Pakai
1 Blender Rp 600.000 2 tahun
2 Kuali/Wajan Rp 90.000 2 tahun
3 Sendok kayu Rp 5.000 2 tahun
4 Saringan Rp 20.000 2 tahun
5 Baskom Rp 20.000 2 tahun
6 Telenan Rp 10.000 2 tahun
7 Pisau Rp 15.000 2 tahun
8 Kompor Rp 500.000 2 tahun
9 Tabung gas Rp 300.000 2 tahun
10 Serbet Rp 5.000 5 bulan
11 Panci Rp 250.000 2 tahun
12 Pisau Rp 15.000 2 tahun
13 Timbangan Rp 120.000 2 tahun
Total Rp 1.833.000
Dari praktikum “Pembuatan Jahe Merah Instan” ini, diketahui bahwa jahe dapat di
olah menjadi produk yang bervariasi dengan bentuk yang menarik.
Diharapkan dari praktikum pembuatan jahe merah instant ini memberikan manfaat
bagi semua praktikan, baik manfaat untuk diri sendiri ataupun sebagai modal apabila
ingin membuka usaha kecil nantinya. Sehingga jahe lebih bermanfaat bukan hanya
sebagai obat saja, tetapi dapat dimanfaatkan sebagai minuman segar dan menyehatkan.
Jahe merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Dengan banyaknya manfaat
yang diperoleh dari tumbuhan jahe, kami mencoba membuat produk yang praktis
mudah dibawa kemana-mana dan dapat dinikmati dengan berbagai varian rasa. Dapat
dikonsumsi untuk semua umur, karena berbahan dasar jahe asli tanpa ada campuran
bahan pengawet dan sejenisnya. Sehingga aman bagi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., R.A Edwards., G.H Fleet., dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI-press. Jakarta.
Pairul P,P,B. Et all. 2017. Jahe (Zingeiber oficicinale) sebagai anti Ulserogenik. Medula
vol. 3 no.5.
Okos et all. 1992. Food Dehydration In Handbook Food Engineering. Marcel Dekker Inc. :
New York
Wardani, 2018. Pengaruh Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc.) var. Gajah Terhadap
Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus) yang Terpapar 2-Methoxyethanol.
Perpustakaan Universitas Airlangga
Winarno, F.G.1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta