Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

TERHAHAP KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT


(STUDI KASUS PADA PRIMER KOPERASI WREDATAMA
PRIMKOPTAMA SAKINAH KERINCI – SUNGAI PENUH)

Disusun Oleh:

1) Sultan Rafid Izzuddin (101180723/Manajemen)


2) Ziyadatus Saidah (101180725/Manajemen)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN (S1)


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NAHDLATUL ULAMA
TRATE – GRESIK
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pengaruh Struktur Pengendalian Intern Terhahap Kelancaran Pengembalian
Kredit (Studi Kasus Pada Primer Koperasi Wredatama Primkoptama Sakinah
Kerinci – Sungai Penuh)” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Ibu Rini pada mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
Lainnya. Selain itu, makalah ini juga diharapkan untuk bisa menambah wawasan
tentang perkoperasian bagi para pembaca.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rini, selaku Dosen mata


kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank Lainnya yang telah
memberikanpengarahan serta bimbingan kepada kami selama proses pembuatan
makalah ini berlangsung. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu serta mau membagi ilmunya, sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat kami
nantikan agar kami bisa memperbaiki makalah ini serta guna menjadi acuanagar
kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Demikian atas makalah yang kami buat dengan harapan semoga


bermanfaat bagi para pembacanya. Dan semoga Allah SWT senantiasa
memberikan Taufiq dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal
‘alamin.

Gresik, 29 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................4

2.1 Pengertian..................................................................................................4

2.2 Tujuan........................................................................................................5

2.3 Fungsi........................................................................................................6

2.4 Pokok-Pokok Pembahasan........................................................................6

2.5 Variabel-Variabel......................................................................................8

BAB III PEMBAHASAN & PEMECAHAN MASALAH.....................................9

3.1 Pembahasan...............................................................................................9

3.2 Pemecahan Masalah................................................................................12

BAB IV PENUTUP...............................................................................................15

4.1 Kesimpulan..............................................................................................15

4.2 Saran........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang


beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan
masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada, dengan
bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha dengan tujuan
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

Dalam persaingan global saat ini, koperasi juga harus


mengembangkan misi negara yang sangat berat, yaitu sebagai sakaguru
perekonomian nasional. Pertumbuhan perekonomian suatu bangsa
memerlukan pengaturan sumber-sumber ekonomi yang tersedia agar terarah
dan terpadu sehingga dapat meningkatkan taraf hidup bangsa dan
kesejahteraan masyarakat. Sesuai dalam pasal 3 Undang-Undang No.25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Indonesia) bahwa tujuan koperasi
adalah:

“Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan massyarakat


pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur
berlandasakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.”

Kabupaten Kerinci merupakan salah satu kabupaten yang sedang


berkembang terutama dalam bidang koperasi, semakin pesatnya pertumbuhan
koperasi di Kabupaten Kerinci ini sehingga menimbulkan permasalahan yaitu
tinggi nya daya saing sehingga koperasi memerlukan adanya pengendalian
intern yang memadai dalam proses usahanya untuk dapat dipercayai oleh
masyarakat.

Fenomena yang terjadi pada primer Koperasi Wredatama


Primkoptama Sakinah Kerinci-Sungai Penuh adalah kurang baiknya
kerjasama antar pengurus, karyawati serta pelayanan terhadap anggota.

iv
Aktivitas koperasi yang menjadi sumber untuk mendapatkan Sisa
Hasil Usaha (SHU) adalah kegiatan simpan pinjam, sedangkan unsur paling
penting adalah pengembalian kredit. Apabila pengelolaan aktivitas tersebut
kurang baik maka dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan
mengalami kesulitan.

Masalah kredit yang sering dihadapi koperasi yaitu memiliki jumlah


piutang besar, hal tersebut bisa terjadi karena tidak tepatnya waktu dan
jumlah dalam proses pembayaran angsuran. Menurut Firdaus dkk (2008: 83)
dimana seharusnya mempertimbangkan beberapa hal seperti: character,
capacity, capital, condition of economy dan collateral. Namun pada
kenyataannya beberapa koperasi dapat memberikan kredit tanpa adanya
jaminan.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, maka penulis


memilih rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu “Bagaimana pengaruh
struktur pengendalian intern terhadap kelancaran pengembalian kredit pada
primer Koperasi Wredatama Primkoptama Sakinah Kerinci - Sungai Penuh
serta bagaimana stuktur pengendalian intern yang baik agar kelancaran
pengembalian kredit pada primer koperasi dapat tercapai”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data dari jurnal yang kami angkat sebagai landasan


pembuatan makalah ini, permasalahan yang ada adalah sebagai berikut:
1) Apakah terdapat pengaruh struktur pengendalian intern terhadap
kelancaran pengembalian kredit pada primer Koperasi Wredatama
Primkoptama Sakinah Kerinci - Sungai Penuh?
2) Bagaimana stuktur pengendalian intern yang baik agar kelancaran
pengembalian kredit pada primer koperasi dapat tercapai?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui ada tidak nya pengaruh struktur pengendalian intern


terhadap kelancaran pengembalian kredit pada Primer Koperasi
Wredatama Primkoptama Sakinah Kerinci - Sungai Penuh.

v
2) Untuk mengetahui bagaimana stuktur pengendalian intern yang baik agar
kelancaran pengembalian kredit pada primer koperasi dapat tercapai.

1.4 Manfaat Penulisan

Pembuatan makalah ini memberikan konstribusi, yaitu dengan adanya


analisis dalam pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang bermanfaat dalam membangun wawasan pengetahui
pembaca diantaranya:
1) Untuk memberikan informasi kepada pembaca secara umum apa saja
yang termasuk dalam pengendalian intern koperasi.
2) Untuk mengetahui tentang peranan atau pengaruh dari pengendalian
intern terhadap kelancaran pengembalian kredit pada umumnya.
3) Untuk mengetahui keefektifan dari pengaruh tersebut pada kelancaran
pengembalian kredit tersebut.

vi
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

Koperasi merupakan salah satu bentuk bahan hukum yang sudah lama
dikenal di Indonesia. Pelopor pengembangan perkoperasian di Indonesia
adalah Bung Hatta dan sampai saat ini beliau sangat dikenal sebagai bapak
koperasi Indonesia.

“Koperasi merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang


mempunyai tujuan atau kepentingan bersama. Jadi koperasi
merupakan bentukan dari kelompok orang yang memiliki tujuan
bersama, kelompok orang inilah yang akan menjadi anggota koperasi
yang didirikannya. Pembentukan berdasarkan asas kekeluargaan dan
gotong-royong khususnya untuk membantu para anggotanya yang
memerlukan bantuan baik berbentuk barang ataupun pinjaman uang.”
(Kasmir, 2014: 252)

Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang khusus bertujuan


melayani atau mewajibkan anggotanya untuk menabung, disamping dapat
memberikan pinjaman kepada anggotanya. Sehingga dalam menjalankan
kegiatannya koperasi simpan pinjam memungut sejumlah uang dari setiap
anggotanya, uang tersebut kemudian dijadikan modal untuk dikelola oleh
pengurus koperasi, dipinjamkan kembali bagi anggota yang
membutuhkannya.

vii
Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam

2.2 Tujuan

Karena berpedoman pada prinsip dasar koperasi, koperasi simpan


pinjam memiliki beberapa peran yang tujuannya untuk memperkuat ekonomi
anggota, diantaranya:
1. Meningkatkan pendapatan sekaligus kesejahteraan anggota melalui
penyaluran dana kredit.
2. Penetapan bunga ringan agar nasabah terhindar dari jeratan lintah darat.
3. Pembagian SHU sebagai suntikan dana segar bagi anggota yang
berkontribusi aktif di koperasi simpan pinjam.

viii
4. Pengelolaan dana simpanan atau tabungan anggota sebagai salah satu
bentuk investasi.
5. Sebagai stimulus agar timbul hasrat untuk menyimpan atau menabung di
koperasi.

2.3 Fungsi

Dalam prakteknya koperasi ini mempunyai beberapa fungsi dan


peranan yang sangat penting bagi anggotanya. Berikut ini adalah fungsi
koperasi ini bagi anggotanya:

 Fungsi simpanan
1. Uang yang disimpan lebih terjamin, aman dan produktif.
2. Tabungan di koperasi bisa menjadi investasi hari tua karena
jumlahnya akan terus bertambah.
3. Semua tabungan koperasi dapat diambil secara keseluruhan jika
ingin berhenti dari keanggotaan.
4. Menimbulkan keinginan untuk menabung uang dengan anggota.

 Fungsi pinjaman
1. Keberadaan pinjaman kredit koperasi akan membantu anggota dalam
meningkatkan pendapatan usahanya dan pada gilirannya akan
membantu mengentaskan kemiskinan.
2. Proses pemberian kredit kepada anggota lebih mudah dan cepat,
tanpa jaminan kredit atau agunan.
3. Memberikan pinjaman dengan tingkat bunga yang sangat rendah
kepada anggota koperasi.

2.4 Pokok-Pokok Pembahasan

Awalnya, koperasi simpan pinjam hanya memberikan pelayanan


kepada anggota saja. Tetapi pada perkembangannya koperasi simpan pinjam
juga bersedia melayani nonanggota selama saat melakukan simpan pinjam
status pihak tersebut adalah calon anggota. Ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi untuk menjadi anggota koperasi, yaitu:

ix
1. WNI
2. Keanggotaan bersifat perseorangan, bukan badan hukum
3. Mau membayar simpanan pokok dan wajib sebagaimana ketentuan
lembaga
4. Menyetujui Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART), dan
ketentuan yang berlaku dalam koperasi

Saat menjadi anggota koperasi simpan pinjam, seseorang berhak


melakukan berbagai transaksi keuangan termasuk mengajukan pinjaman.
Syarat-syarat pengajuan pinjaman adalah:
1. Berstatus anggota atau calon anggota
2. Mengisi formulir pinjaman
3. Menyerahkan fotocopy kartu identitas
4. Menyerahkan fotocopy KK, rekening listrik, slip gaji, dan dokumen atau
barang yang dijadikan jaminan

Ketika mengajukan pinjaman, nasabah biasanya akan mendapatkan


penjelasan mengenai bunga, akad, serta jangka waktu pinjaman. Secara
umum, bunga yang diberikan koperasi simpan pinjam cenderung lebih murah
dibandingkan bank atau lembaga keuangan lain. Karena tujuan utama
koperasi adalah untuk memberi kesejahteraan pada anggota.

Pengendalian intern adalah suatu proses, melibatkan seluruh anggota


organisasi dan memiliki tiga tujuan utama, yaitu: (1) efektifitas dan
efisiensi, (2) mendorong kehandalan laporan keuangan dan (3)
dipatuhinya hukum serta peraturan yang ada. (Saraswati, Lukyta. &
Yadnyana, I Ketut, 2014: 7(1), 124)

Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau


mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarrannya akan
dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Bayangkara (dalam Yunil dkk, 2020: 2(4-30), 66) Kelancaran


pengendalian kredit adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih
tujuan-tujuan yang paling tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara
dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.

x
2.5 Variabel-Variabel

Variabel X Variabel Y
Struktur Pengendalian Intern Kelancaran Pengembalian Kredit

 Lingkungan Pengendalian   Jumlah Pembiayaan


 Penilaian Risiko  Jangka Waktu Pelaksanaan
 Aktivitas Pengendalian  Pengalaman Usaha
 Informasi dan Komunikasi  Nilai Agunan
 Pengawasan

xi
BAB III
PEMBAHASAN & PEMECAHAN MASALAH

3.1 Pembahasan

 Pengendalian Intern
Menurut Commite of Sponsoring Organization (COSO) (dalam
Janvrin, et al, 2012) pengendalian intern terdiri dari beberapa unsur
meliputi lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan
komunikasi, aktivitas pengendalian dan pemantauan. Aktivitas
pengendalian intern yang utama pada proses kredit, yaitu dimulai dari
tahap awal proses pemberian kredit hingga proses pengembalian kredit.
Semakin banyak keterlambatan dalam penerimaan piutang maka semakin
banyak juga piutang yang tergolong kurang lancar.

Penelitian Faturrachman (2009), Kania (2009) dan Puspita (2012)


(dalam Saraswati, Lukyta. & Yadnyana, I Ketut, 2014: 7(1), 124):
 Lingkungan pengendalian adalah sikap dan kesadaran secara
menyeluruh dari anggota maupun pengurus koperasi. Penelitian yang
dilakukan oleh Faturrachman (2009) dan Kania (2009) menunjukkan
bahwa variabel lingkungan pengendalian berpengaruh secara positif
terhadap Kelancaran Penerimaan Piutang. Berdasarkan landasan
teori dan penelitian tersebut.
 Penilaian risiko merupakan menganalisis, identifikasi dan
pengelolaan risiko yang berkaitan dengan laporan keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Faturrachman (2009), Kania (2009),
Puspita (2012) menunjukkan bahwa variabel penilaian risiko
berpengaruh secara positif terhadap kelancaran penerimaan piutang.
Berdasarkan landasan teori dan penelitian tersebut.
 Pengertian Informasi dan komunikasi yaitu pertukaran informasi di
suatu waktu yang memungkinkan orang untuk melaksanakan
tanggung jawabnya. Faturrachman (2009) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa variabel informasi dan komunikasi berpengaruh

xii
secara positif terhadap kelancaran penerimaan piutang. Berdasarkan
landasan teori dan penelitian tersebut.
 Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur untuk
meyakinkan pegarahan manajemen dapat terlaksana dalam mencapai
tujuan. Penelitian dari Kania (2009) dan Puspita (2012)
menunjukkan bahwa variabel aktivitas pengendalian berpengaruh
secara positif terhadap kelancaran penerimaan piutang.

 Pengertian pemantauan adalah penilaian kualitas kerja dalam waktu


tertentu dengan evaluasi secara terpisah dari atasan terhadap
bawahan. Penelitian Faturrachman (2009), Kania (2009) dan Puspita
(2012) menunjukkan bahwa variabel pemantauan berpengaruh
secara positif.

Seluruh stakeholders koperasi sangat berperan penting dalam


pencapaian tujuan koperasi, oleh karena itu pada dasarnya semua
stakeholders bertanggung jawab atas implementasi pengendalian intern
yang memadai di koperasi. Namun yang paling bertanggung jawab pihak
internal koperasi, yakni pengawas, manajemen (pengurus dan
manajer/direksi), dan personel (karyawan), dan internal auditor jika ada.
 Pengawas, bertanggung jawab untuk menganalisis dan memastikan
apakah pengurus termasuk manajer/direksi memenuhi tanggung
jawab mereka dalam mengembangkan dan mengimplementasikan
pengendalian intern yang memadai pada koperasi. Bilamana
pengurus tidak memenuhi tanggung jawabnya, maka pengawas
berkewajiban mengingatkan agar tanggung jawab tersebut dipenuhi
sebagaimana mestinya.
 Pengurus, (termasuk manajer/direksi puncak koperasi)
bertanggungjawab mengembangkan dan mengimplementasikan
pengendalian intern koperasi secara efektif. Ketua bertanggungjawab
menciptakan atmosfir pengendalian ditingkat manajemen puncak,
agar kesadaran pentingnya pengendalian tumbuh diseluruh jajaran
organisasi. Bendahara bertanggung jawab agar semua komponen
pengendalian terimplementasi dalam pengelolaan keuangan

xiii
koperasi, sehingga tumbuh kepercayaan bahwa keuangan koperasi
dikelola dengan aman, teratur dan terencana dengan baik, sehingga
koperasi terhindar dari risiko keuangan yang tidak diinginkan.
Disamping itu, bendahara juga bertanggung jawab dalam
pemantauan pelaksanaan sistem akuntansi, sehingga menjamin
keakuratan data akuntansi dan mencegah kemungkinan terjadinya
penyimpangan. Sekretaris bertanggung jawab dalam
mengimplementasikan pengendalian intern yang berkaitan dengan
fungsi kesekretarisan, administrasi, kepegawaian, pengelolaan aktiva
tetap dan kerumahtanggaan koperasi. Manajer/direksi bertanggung
jawab mengimplementasikan pengendalian dalam setiap
pengambilan keputusan operasi, pemberian otorisasi transaksi dan
membantu pengurus menciptakan atmosfer yang mendorong setiap
personel mematuhi pengendalian intern.
 Auditor Intern, bilamana koperasi memilih fungsi auditor intern,
maka personel auditor intern bertanggung jawab mengevaluasi
efektivitas atau memadai tidaknya pengendalian intern yang ada dan
memberikan rekomendasi kepada pengurus dan manajer bilamana
tidak lagi memadai. Namun tanggung jawab untuk melakukan
perubahan terletak ditangan pengurus, bukan pada auditor intern.
 Personel Koperasi, setiap personel koperasi bertanggung jawab
dalam mengimplementasikan pengendalian intern dengan
semestinya, dengan menjalankan praktik yang sehat, serta saling
menginformasikan atau mengkomunikasikan informasi yang
dihasilkan pengendalian intern secara baik. Misalnya, bilamana
terdapat ketidakpatuhan atas kebijakan tertentu, maka setiap personel
yang mengetahui berkewajiban untuk mengkomunikasikannya pada
manajemen yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan
perbaikan.
 Pengembalian Kredit
Aktivitas koperasi yang menjadi sumber untuk mendapatkan Sisa
Hasil Usaha (SHU) adalah kegiatan simpan pinjam, sedangkan unsur

xiv
paling penting adalah pengembalian kredit. Apabila pengelolaan aktivitas
tersebut kurang baik maka dalam menjalankan operasinya akan
mengalami kesulitan.

Menurut Fathurrachman (2009) untuk menilai kelancaran


penerimaan piutang pada koperasi, dapat dilihat dari sejauh mana
realisasi pengembalian piutang dibandingkan dengan sasaran/rencana
pengembalian itu sendiri, yang dapat dilihat dari aspek waktu
pengembalian dan aspek nilai pengembalian piutang.

Masalah kredit yang sering dihadapi koperasi yaitu memiliki


jumlah piutang besar. Hal tersebut bisa terjadi karena tidak tepatnya
waktu dan jumlah dalam proses pembayaran angsuran. menurut Firdaus,
dkk (2008:83) dimana seharusnya mempertimbangkan beberapa hal
seperti character, capacity, capital, condition of economy dan collateral.
Namun pada kenyataannya beberapa koperasi dapat memberikan kredit
tanpa adanya jaminan.

Menurut ketentuan Undang-Undang Koperasi No. 17 Tahun 2012


dalam proses pemberian kredit pengurus atau manager yang ditunjuk oleh
anggota koperasi dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) seharusnya ikut
terlibat di dalamnya, namun pada pelaksanaannya pinjaman kredit dapat
diberikan langsung sesuai kebijakan staff kredit. Jika diterapkannya
pengendalian intern yang baik maka dalam pengembalian kredit pada
koperasi akan lancar dan tidak akan mengalami jumlah piutang yang besar.

3.2 Pemecahan Masalah

Model COSO adalah salah satu model pengendalian intern yang


banyak digunakan oleh para auditor sebagai dasar untuk mengevaluasi,
mengembangkan pengendalian intern. Pengendalian intern adalah suatu
proses, melibatkan seluruh anggota organisasi, dan memiliki tiga tujuan
utama, yaitu: (1) efektivitas dan efisiensi operasi, (2) mendorong kehandalan
laporan keuangan dan (3) dipatuhinya hukum serta peraturan yang ada.

xv
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diuraikan penerapan
pengendalian intern yang baik pada koperasi jika fokus-fokus pada poin-poin
berikut dapat terpenuhi atau sudah terlaksana, diantaranya:

NO FOKUS SUB FOKUS


1) Lingkungan Pengendalian 1. Nilai integritas dan etika.
2. Komitmen terhadap kompetensi.
3. Dewan komisaris dan komite audit.
4. Struktur organisasi.
5. Pembagian wewenang dan tanggung
jawab.
2) Penilaian Risiko 1. Prosedur akutansi.
2. Perubahan standar akutansi
3. Revisi sistem dan teknologo baru
3) Aktivitas Pengendalian 1. Pengendalian pengolahan informasi.
2. Pemisahan fungsi yang memadai.
3. Pengendalian fisik atas kekayaan dan
catatan.
4. Review atas kinerja.
4) Informasi dan Komunikasi 1. Laporan keuangan.
2. Penyampaian informasi kepada semua
personel.
5) Monitoring/Pemantauan 1. Kualitas kinerja.
1) Lingkungan Pengendalian:
 Koperasi menetapkan kebijakan tertulis mengenai kejujuran dan
kedisiplinan bagi seluruh karyawan.
 Karyawan dituntut untuk bersifat etis dalam melaksanakan
pekerjaannya.
 Evaluasi atas wewenang dan tanggung jawab berdasarkan job
description masing-masing.
 Pengendalian terhadap kooordinasi kegiatan atar karyawan
berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP) yang ada.
 Adanya bagian khusus koperasi dalam menangani internal audit.
2) Penilaian Risiko:
 Staff audit dalam melaksanakan tugasnya mendapatkan Pendidikan
dan latihan khusus terkait dengan pengerjaan tugas-tugas nya.
 Penilaian risiko terhadap: kredit lancar, kredit tidak lancar dan kredit
macet.
3) Aktivitas Pengendalian:
 Adanya rangkapan bukti pemberian kredit kepada beberapa bagian
berbeda guna kepentingan pengawasan internal.
 Pengecekan independent untuk menguji kesesuaian jumlah
pemberian kredit dengan data penerimaan kas yang diterima.

xvi
4) Informasi dan Komunikasi:
 Pencatatan data pada nasabah maupun peminjam pada buku
simpanan dan pinjaman anggota dan buku catatan keuangan pada
bendahara koperasi.
 Metode dalam transaksi pemberian kredit hanya berpedoman pada
Standard Operating Procedure (SOP) dan proses bisnis yang
dilandasi dengan asa kehati-hatian.
 Bagian keuangan, akutansi, sekertariat serta bendahara selalu
melakukan komunikasi dalam proses pembuatan laporan keuangan.
5) Monitoring/Pemantauan:
 Dilakukannya dokumentasi pengendalian, bisa dalam bentuk
prosedur, penjelasan bagan arus (floe chart) atau bentuk lainnya.
 Anggota yang mengajukan kredit wajib mengisi Formulir Pengajuan
Pinjaman (FPP)

xvii
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian


pengendalian intern, maka dapat disimpulkan bahwa struktur pengendalian
internal adalah serangkaian kebijakan dan prosedur yang telah diterapkan
oleh sebuah satuan usaha untuk dapat memberikan keyakinan yang cukup
atau memadai bahwa tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Artinya dengan adanya sistem pengendalian intern, maka diharapkan
organisasi dapat bekerja atau beroperasi sesuai dengan ketentuan organisasi,
jika dipatuhinya peraturan dan kebijakan maka penyimpangan dapat
dihindari. Jika diterapkannya pengendalian intern yang baik maka dalam
pengembalian kredit pada koperasi akan lancar dan tidak akan mengalami
jumlah piutang yang besar.
Sehingga tentunya pengendalian intern pada koperasi sangat
berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit pada primer Koperasi
Wredatama Primkoptama Sakinah Kerinci - Sungai Penuh. Dan
pengimplementasian struktur pengendalian intern yang baik agar kelancaran
pengembalian kredit tersebut dapat tercapai apabila Sebagian besar fokus-
fokus pada poin-poin pengendalian intern koperasi dapat dilaksanakan oleh
seluruh anggota koperasi tanpa terkecuali, hal tersebut juga harus
dilaksanakan sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) yang
berlaku.

4.2 Saran

Saran dari kami sebagai penulis yakni perlunya pembinaan dan


pelatihan kepada semua anggota maupun pengurus koperasi agar lebih
memahami pentingnya struktur pengendalian internal dalam menjalankan
setiap kegiatan usaha nya sehingga senantiasa selalu sesuai dengan tujuan
awal didirikannya koperasi tersebut serta dapat berperan sebagai mana
mestinya. Jika pengendalian intern ditepakan secara nyata pada setiap kegitan

xviii
usaha koperasi terutama dalam pengembalian kredit kredit, koperasi dapat
memiliki perputaran piutang yang baik untuk kelancaran kegiatan
operasioanal dan kemajuan koperasi itu sendiri.

xix
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. (2015). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi


2014). Jakarta: Rajawali Pers.
Konsep Pengendalian Intern Koperasi. (2009). Diakses pada 29 Mei 2021,
dari http://majidnanlohy.blogspot.com/2009/06/konsep-pengendalian-intern-
koperasi.html.
Saraswati, Lukyta. & Yadnyana, I Ketut. (2014) Pengaruh Struktur
Pengendalian Intern Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada Koperasi
Simpan Pinjam di Kota Dempasar, 7(1), 122-134.
Subagyo dkk. (2005). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi ke-2).
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta.
Yunil, Vhadyal Hifzil dkk. (2020). Pengaruh Struktur Pengendalian
Intern Terhahap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada Primer Koperasi
Wredatama (Primkoptama) Sakinah Kerinci – Sungai Penuh, 2(4-30), 66-73.

xx

Anda mungkin juga menyukai