Ekma4214 Edisi 2
Ekma4214 Edisi 2
Edisi Kedua
Cetakan pertama, April 2011 Cetakan keenam, September 2014
Cetakan kedua, April 2012 Cetakan ketujuh, Juni 2015
Cetakan ketiga, Januari 2013
Cetakan keempat, November 2013
Cetakan kelima, Januari 2014
658.3
ISW ISWANTO, Yun
m Materi pokok manajemen sumber daya manusia; 1 – 9/
EKMA4214/ 3 sks/ Yun Iswanto, Adie Yusuf.
-- Cet.7; Ed.2 --. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2015.
516 hal: 21 cm
ISBN: 978-979-011-602-3
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Riwayat Singkat Perkembangan dan Pendekatan Pengelolaan
Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) ...................................... 1.24
Latihan …………………………………………............................... 1.32
Rangkuman ………………………………….................................... 1.34
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.35
Kegiatan Belajar 3:
Pergeseran Peran Manajemen Sumber Daya Manusia ...................... 1.37
Latihan …………………………………………............................... 1.45
Rangkuman ………………………………….................................... 1.46
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 1.47
Kegiatan Belajar 2:
Keunggulan Kompetitif dan Sumber Daya Manusia Stratejik .......... 2.21
Latihan …………………………………………............................... 2.48
Rangkuman ………………………………….................................... 2.49
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.50
Kegiatan Belajar 2:
Ketentuan-Ketentuan Pokok Ketenagakerjaan Masa Selama Bekerja
(During Employment) ......................................................................... 3.15
Latihan …………………………………………............................... 3.27
Rangkuman ………………………………….................................... 3.28
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.30
Kegiatan Belajar 3:
Ketentuan-ketentuan Pokok Ketenagakerjaan Masa Setelah Bekerja
(Post Employment) ......................................................................... 3.32
Latihan …………………………………………............................... 3.39
Rangkuman ………………………………….................................... 3.40
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 3.41
Kegiatan Belajar 4:
Ketentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di Indonesia ............................................................................. 3.43
Latihan …………………………………………............................... 3.55
Rangkuman ………………………………….................................... 3.55
Tes Formatif 4 ……………………………..…….............................. 3.56
Kegiatan Belajar 2:
Deskripsi Jabatan ................................................................................ 4.22
Latihan …………………………………………............................... 4.33
Rangkuman ………………………………….................................... 4.33
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.34
Kegiatan Belajar 3:
Spesifikasi Jabatan dan Desain Jabatan .............................................. 4.36
Latihan …………………………………………............................... 4.43
Rangkuman ………………………………….................................... 4.44
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 4.44
Kegiatan Belajar 2:
Perekrutan Karyawan ........................................................................ 5.24
Latihan …………………………………………............................... 5.44
Rangkuman ………………………………….................................... 5.45
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.46
vi
Kegiatan Belajar 3:
Seleksi dan Penempatan Karyawan ................................................... 5.48
Latihan …………………………………………............................... 5.67
Rangkuman ………………………………….................................... 5.68
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 5.69
Kegiatan Belajar 4:
Pemutusan Hubungan Kerja dan Pemberhentian Karyawan ............. 5.71
Latihan …………………………………………............................... 5.80
Rangkuman ………………………………….................................... 5.81
Tes Formatif 4 ……………………………..…….............................. 5.81
Kegiatan Belajar 2:
Sistem Pengupahan Individual dan Insentif ....................................... 6.30
Latihan …………………………………………............................... 6.41
Rangkuman ………………………………….................................... 6.43
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.43
Kegiatan Belajar 2:
Pengembangan Karier Karyawan ....................................................... 7.27
Latihan …………………………………………............................... 7.45
Rangkuman ………………………………….................................... 7.48
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.48
Kegiatan Belajar 2:
Desain Pelatihan ................................................................................. 8.12
Rangkuman ………………………………….................................... 8.30
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.31
Kegiatan Belajar 3:
Pelatihan Berbasis Web (Web-Based Training) ................................ 8.33
Rangkuman ………………………………….................................... 8.47
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 8.47
Kegiatan Belajar 4:
Pengembangan Manajemen dan Organisasi ...................................... 8.50
Rangkuman ………………………………….................................... 8.57
Tes Formatif 4 ……………………………..…….............................. 8.58
Kegiatan Belajar 2:
Kepemimpinan dan Produktivitas ...................................................... 9.25
Rangkuman ………………………………….................................... 9.39
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.39
Peta Kompetensi
Manajemen Sumber Daya Manusia/EKMA4214
Modul 1
PE N D AHUL U AN
SDM dan keunggulan kompetitif dan aspek legal dalam MSDM. Secara
khusus mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan:
1. fungsi manajemen sumber daya manusia;
2. riwayat singkat perkembangan dan pendekatan manajemen sumber daya
manusia;
3. pergeseran peran dan fungsi Departemen Sumber Daya Manusia;
4. tantangan manajemen sumber daya manusia;
5. sumber daya manusia sebagai keunggulan kompetitif;
6. manajemen sumber daya manusia global;
7. manajemen sumber daya manusia stratejik;
8. peraturan dan ketentuan tentang ketenagakerjaan;
9. peraturan dan ketentuan tentang hubungan perburuhan;
10. peraturan dan ketentuan tentang kesehatan kerja;
11. peraturan dan ketentuan tentang keselamatan kerja.
EKMA4214/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1
A. PENGERTIAN
1. Pengertian Fungsi
Saudara mahasiswa, kita sering mendengar atau bahkan menggunakan
istilah fungsi. Tetapi seberapa jauh kita memahami tentang arti fungsi? Apa
bedanya fungsi dengan tugas? Fungsi, menurut Poerwadarminta (2006),
berarti jabatan atau pekerjaan yang dilakukan. Contoh, jika ketua tidak ada,
wakil ketua melakukan fungsi ketua. Artinya, wakil ketua melakukan
pekerjaan yang dilakukan oleh ketua. Kalau begitu, apa bedanya dengan
tugas? Fungsi dan tugas memang tidak ada bedanya. Menurut
Poerwadarminta, tugas itu artinya sama dengan fungsi (jabatan).
Dahulu, istilah fungsi dan tugas ini sering digunakan secara bersama-
sama. Pada dokumen organisasi dan tata kerja instansi pemerintah, misalnya
sering kita jumpai istilah tugas pokok dan fungsi atau disingkat TUPOKSI.
Misalnya, tugas pokok dan fungsi fakultas. Fakultas mempunyai tugas pokok
melaksanakan pendidikan akademik, profesi, dan/ atau vokasi dalam salah
satu atau seperangkat cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian
tertentu. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut fakultas memiliki fungsi
sebagai berikut.
a. Pengembangan program pendidikan, penelitian, dan abdimas.
b. Pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
c. Pembinaan dan pengembangan dosen dan tenaga kependidikan.
d. Pembinaan mahasiswa dan alumni.
f. Pemantauan dan evaluasi kegiatan fakultas.
g. Ketatausahaan fakultas.
1.4 Manajemen Sumber Daya Manusia
Dengan contoh ini, lebih jelas bagi kita bahwa pada dasarnya tidak ada
perbedaan pengertian antara fungsi dengan tugas. Fungsi berarti tugas, dan
tugas berarti juga fungsi. Menjalankan fungsi berarti melaksanakan
pekerjaan, menjalankan tugas berarti juga melaksanakan pekerjaan. Baiklah,
sekarang kita beralih pada pembahasan tentang pengertian manajemen
sumber daya manusia.
2. Pengertian MSDM
Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari
manajemen umum, seperti manajemen keuangan, manajemen pemasaran, dan
manajemen operasi. Manajemen sumber daya manusia menjadi bidang kajian
penting dalam organisasi karena permasalahan yang dihadapi organisasi
(baca: perusahaan) bukan hanya persoalan bahan mentah, alat-alat kerja dan
produksi, atau modal kerja saja, tetapi juga masalah tenaga kerja atau sumber
daya manusia yang nota bene adalah pihak yang menjalankan dan mengelola
faktor-faktor produksi sekaligus merupakan tujuan dari kegiatan produksi itu
sendiri. Mengutip pernyataan Rivai (2005), keberadaan manajemen sumber
daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur,
mengurus, dan menggunakan SDM sehingga dapat berfungsi secara
produktif, efektif, dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Kegagalan
perusahaan dalam mengelola SDM-nya dapat mengakibatkan perusahaan
gagal dalam mencapai sasaran dan tujuannya. Contoh, ketidakpedulian
perusahaan komputer Apple terhadap SDMnya telah membawa kepada
kejatuhan perusahaan tersebut pada pertengahan Tahun 1980-an. Menurut
Pfeffer (dalam Anthony, W.P., et al., 2002), dalam menghadapi tantangan
dari para pesaingnya yang semakin meningkat pada pertengahan Tahun 1980
an, perusahaan Apple Computer justru melakukan tindakan merumahkan
banyak karyawan yang sangat berbakat dan langka, sehingga menyebabkan
jatuhnya kemampuan bersaing Apple Computer akibat tidak adanya inovasi.
Baik, sekarang kita kembali kepada pembicaraan tentang definisi
manajemen sumber daya manusia. Definisi MSDM adalah pendekatan
stratejik dan koheren untuk mengelola aset paling berharga milik organisasi
yaitu orang-orang yang bekerja di dalam organisasi, baik secara individu
ataupun kolektif, dalam rangka memberikan sumbangan untuk mencapai
sasaran organisasi. Untuk mempermudah saudara dalam mencerna makna
definisi MSDM, pertama-tama kita dapat mulai dengan mendefinisikan
istilah manajemen. Manajemen pada umumnya didefinisikan sebagai suatu
EKMA4214/MODUL 1 1.5
proses pencapaian sasaran melalui pihak lain. Menurut Stoner, et al. (1996),
istilah manajemen umumnya didefinisikan dalam empat fungsi spesifik dari
manajer, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan. Dengan kata lain, kita dapat mengatakan bahwa manajemen
merupakan proses membuat perencanaan, mengorganisasikan, memimpin,
dan mengendalikan berbagai usaha dan semua sumber daya, termasuk
sumber daya manusia, untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi.
Mengutip pendapat Flippo (1991), manajemen adalah pihak yang
mempergunakan wewenang dan kepemimpinan atas pihak lain. Lantas
pertanyaannya adalah kewenangan dan kepemimpinan dalam hal apa yang
dipergunakan oleh manajemen SDM? Mengenai hal ini terdapat berbagai
pendapat dari para ahli, tetapi secara umum kewenangan dan kepemimpinan
MSDM adalah dalam hal pengadaan tenaga kerja, pengembangan karyawan,
pemberian kompensasi, pemeliharaan karyawan, dan pemutusan hubungan
kerja. Berdasarkan pengertian ini, kita dapat merumuskan pengertian
manajemen sumber daya manusia secara lengkap sebagai berikut.
Manajemen sumber daya manusia adalah proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan seluruh kegiatan
pengadaan tenaga kerja, pengembangan karyawan, pemberian kompensasi,
pemeliharaan karyawan, dan pemutusan hubungan kerja berdasarkan
ketentuan dan perundangan yang berlaku untuk mencapai sasaran dan tujuan
individu karyawan, perusahaan, dan masyarakat.
Saudara mahasiswa, sebenarnya masih banyak definisi-definisi MSDM
lain di samping apa yang telah kita bahas tadi meskipun secara prinsip tidak
jauh berbeda. Sebagai contoh, berikut adalah beberapa definisi MSDM dari
beberapa pakar MSDM.
Mondy, Noe, dan Premeaux (1996) secara sederhana mendefinisikan
MSDM sebagai pemanfaatan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan
organisasional. Selanjutnya, Anthony, Kacmar, dan Perrewe (2002)
memberikan pemahaman MSDM sebagai bermacam-macam tugas berkaitan
dengan usaha untuk memiliki, melatih, mengembangkan, memotivasi,
mengorganisasi, dan memelihara karyawan perusahaan. Sedangkan menurut
Cascio (2003), setiap manajer yang bertanggung jawab terhadap sumber daya
manusia harus memperhatikan lima aktivitas yang berkaitan dengan
pengangkatan staf, usaha untuk mempertahankan karyawan, pengembangan
karyawan, usaha untuk menjaga ketaatan dan ketertiban karyawan, serta
usaha meningkatkan kemampuan organisasi.
1.6 Manajemen Sumber Daya Manusia
Tabel 1.1.
Perbandingan antara Nilai-nilai Sektor Publik Tradisional
dengan Kompetisi sebagai Titik Berat
Tradisional Baru
Nilai-Nilai Level Makro
Monopoli Kompetisi
Regulasi (organisasi untuk mengontrol) Insentif pasar (organisasi sekitar misi)
Pengurangan lawan pertumbuhan Pengembangan berkelanjutan
Penambahan program Pengubahan program
Tradisional Baru
Nilai-Nilai Tentang Karyawan
Ketidaksamaan sistem Kebutuhan karyawan
Karyawan sebagai biaya Karyawan sebagai kekayaan
Fokus pada manajer Fokus pada karyawan
Penilaian/sanksi/rangking Pengembangan/belajar/pengakuan
Sumber: Berman, E. M., et al. (2001). Human Resource Management in
Public Service: Paradoxes, Processes, and Problems. London: Sage
Publications. Inc.
a. Perencanaan SDM
Saudara mahasiswa, perencanaan SDM merupakan kegiatan yang sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan staf organisasi sebagai akibat dari
adanya perubahan-perubahan organisasi dalam menghadapi suatu lingkungan
bisnis yang dinamis dan kompleks. Menurut Mondy, Noe, dan Premeaux
(1996), perencanaan SDM merupakan proses pengkajian dan penelaahan
kebutuhan SDM secara sistematis untuk memastikan bahwa sejumlah
karyawan yang dibutuhkan dan sesuai dengan persyaratan keahlian yang
telah ditentukan dan tersedia pada saat diperlukan. Proses perencanaan
tersebut meliputi prakiraan kebutuhan sumber daya manusia organisasional
dan pengembangan program, demi untuk memastikan bahwa jumlah dan tipe
individu karyawan tersedia pada waktu dan tempat yang dibutuhkan. Dengan
kata lain bidang pekerjaan perencanaan SDM ini meliputi kegiatan
perencanaan kualitas dan kuantitas SDM.
Saudara mahasiswa, menurut Soetjipto (2006) kegiatan perencanaan
kualitas dan kuantitas SDM tersebut merupakan pekerjaan manajemen SDM
yang paling mengandung ketidakpastian karena adanya faktor peramalan
terhadap kecenderungan lingkungan bisnis yang tentu saja bergerak sangat
dinamis dari waktu ke waktu. Dalam kaitan ini, perusahaan harus mampu
melihat kecenderungan perkembangan teknologi, misalnya, yang dapat
1.14 Manajemen Sumber Daya Manusia
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 1 menjelaskan pengertian dan fungsi manajemen
sumber daya manusia. Pengertian manajemen sumber daya manusia
diperoleh berdasarkan pada pemahaman terhadap definisi manajemen
sumber daya manusia yang diberikan oleh beberapa ahli. Menurut para
ahli, manajemen sumber daya manusia adalah proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan seluruh kegiatan
pengadaan tenaga kerja, pengembangan karyawan, pemberian
kompensasi, pemeliharaan karyawan, dan pemutusan hubungan kerja
berdasarkan ketentuan dan perundangan yang berlaku untuk mencapai
sasaran dan tujuan individu karyawan, perusahaan, dan masyarakat.
Kegiatan Belajar 1 juga menjelaskan fungsi manajemen sumber
daya manusia yang mencakup: perencanaan; pengangkatan dan
pemberhentian karyawan; pengupahan dan pemberian tunjangan;
penilaian kinerja, penghargaan, dan pengembangan karier; pelatihan dan
pengembangan; keselamatan dan kesehatan kerja; kepemimpinan; dan
produktivitas.
TE S FOR MATIF 1
Kegiatan Belajar 2
Jabatan
Perencanaan Pengembangan
Organisasi Individu
Tujuan
Bisnis
Memodifikasi
Lingkungan
Inventori
Sumber Daya Analisis Penilaian
Manusia Kinerja
Gambar 1.1
Fungsi Personalia Tradisional
subsistem apapun adalah tidak layak, kecuali mereka dapat berhasil mencapai
tujuan organisasional. Dengan demikian, kriteria evaluasi suatu rencana
subsistem atau program harus dilihat dari kontribusinya terhadap sistem
manajemen sumber daya manusia secara total.
Dalam masing-masing siklus kinerja, terdapat dua macam keluaran
(outputs) yang dihasilkan yaitu pertama, keluaran organisasional dari
produktivitas yang berisi barang dan jasa dan kedua, adalah keluaran individu
yang berisi terpenuhinya kebutuhan, kepuasan, pengembangan, dan motivasi
untuk siklus masa depan kinerja.
Umpan balik melengkapi sistem manajemen sumber daya manusia.
Umpan balik dari kinerja diperlukan untuk pengendalian dan regulasi mandiri
terhadap sistem. Oleh karena itu, umpan balik dari keluaran individu dan
organisasional mengalir ke dalam sistem penilaian dan sistem penghargaan,
kemudian dari sini mengalir ke dalam sistem analisis dan sistem kontrol.
Tujuan organisasional dibandingkan dengan hasilnya (outputs) seperti pada
langkah pertama dalam penilaian organisasional. Tujuan individu juga
dibandingkan dengan hasil individu di dalam sistem penilaian tersebut. Hasil
penilaian tersebut kemudian digunakan oleh manajer untuk memberikan
penghargaan kepada individu yang layak untuk itu berkaitan dengan
kinerjanya. Selanjutnya, penilaian tersebut menjadi masukan terhadap sistem
analisis. Sistem analisis mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil, menguji kekuatan dan berbagai masalahnya. Keluaran dari sistem
analisis menjadi umpan balik terhadap inventori ketenagakerjaan dan
estimasi kapabilitas internal. Idealnya, masing-masing siklus dari
perencanaan, kinerja, dan umpan balik sistem manajemen sumber daya
manusia akan meningkatkan keluaran dan kapabilitas organisasi.
1.32 Manajemen Sumber Daya Manusia
Gambar 1.2
Manajemen Sumber Daya Manusia: Suatu Tinjauan Sistem
EKMA4214/MODUL 1 1.33
L ATIHAN
1) Upah pekerja yang rendah, kerja yang monoton dan tidak aman, kondisi
kerja yang jelek dan pekerja yang tidak terlindungi, penggunaan buruh
anak, serta pelaksanaan kerja selama 12 jam sehari, telah mendorong
para pekerja bersatu dalam perserikatan untuk melindungi kepentingan
mereka dan berusaha meningkatkan standar hidup mereka.
Dengan adanya permasalahan pekerja tersebut, pemerintah mulai turun
tangan dengan menyediakan hak-hak dasar dan memberikan
perlindungan kepada pekerja. Selanjutnya, para pengusaha juga mulai
sadar bahwa produktivitas perusahaan berhubungan erat dengan
kepuasan dan partisipasi karyawan. Mereka juga sadar bahwa
perusahaan tidak akan dapat memenuhi skedul produksi jika bekerja
dengan sekumpulan pekerja yang tidak puas. Oleh karena itu, pada akhir
tahun 1800-an dan awal 1900-an, para profesional personel yang tumbuh
kepedulian dan keprihatinannya terhadap tingginya ketidakhadiran dan
perputaran karyawan mencoba membantu memecahkan permasalahan
pekerja melalui fungsi-fungsi manajemen personel dasar, seperti seleksi
karyawan, pelatihan, dan kompensasi yang selanjutnya, telah
melahirkan perkembangan baru, yaitu pembentukan departemen
personalia dalam perusahaan.
2) Motivasi mendapat perhatian sejak dilakukannya studi Hawthorne, yaitu
serangkaian studi eksperimental yang mengeksplorasi tentang bagaimana
perubahan dalam lingkungan kerja mempengaruhi produktivitas. Studi
tersebut menemukan adanya hubungan yang lebih besar antara
1.34 Manajemen Sumber Daya Manusia
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 2 menjelaskan secara singkat mengenai
perkembangan manajemen sumber daya manusia mulai dari pengaturan
kerja yang pertama kali antara ahli perajin dengan orang yang magang
kepadanya. Sebelum revolusi industri pengaturan kerja melibatkan
hubungan yang erat antara para mentor dan para pemagang yang
berkomitmen belajar mengenai usaha dagang tertentu. Di sini terjadi
saling berbagi rasa antara guru (ahli perajin) dengan para pemagang,
baik dalam waktu senang maupun waktu susah atau pada saat
memperoleh untung maupun pada saat mengalami rugi. Hubungan kerja
mentor dan pemagang ini kemudian berakhir setelah datangnya era
industrial. Dalam gelombang perubahan yang cukup hebat, pemikiran-
pemikiran yang berkaitan dengan pekerjaan bergeser dari gilde-gilde dan
rumah-rumah toko ke pabrik-pabrik yang dijalankan dengan mesin-
mesin uap. Setelah era industrial ini secara berturut-turut muncullah
pergerakan administrasi personel, hubungan manusia, dan pergerakan
sumber daya manusia.
Selanjutnya pada Kegiatan Belajar 2 ini juga membahas pendekatan
pengelolaan sumber daya manusia dari model manajemen personalia
EKMA4214/MODUL 1 1.35
TE S FOR MATIF 2
3) Hubungan kerja dengan serikat buruh yang pertama kali dilakukan oleh
National Cash Register Co. terutama bertujuan untuk ....
A. menangani keluhan, pemberhentian, dan keamanan
B. mengatur keterwakilan serikat buruh dalam manajemen perusahaan
C. memberikan penghargaan kepada buruh
D. menetapkan hak dan kewajiban buruh dan pengusaha
Kegiatan Belajar 3
P ara manajer sumber daya manusia pada saat ini diharapkan dapat
memberikan arah yang diperlukan untuk mengatasi berbagai
permasalahan dan tantangan yang terus meningkat. Contoh, dalam beberapa
dekade mendatang diperkirakan lebih dari separuh jabatan yang ada pada saat
ini kemungkinan akan berubah, bahkan menurut Mondy, Noe, dan Premeaux
(1996), sekitar 30% dari keseluruhan jabatan yang ada pada saat ini akan
hilang akibat dari kemajuan teknologi. Oleh karena itu, para profesional
sumber daya manusia (SDM) harus memberikan respons secara positif
terhadap kecenderungan tersebut sambil secara seksama menjaga
keseluruhan sasaran organisasi.
Saudara mahasiswa, dalam riwayat singkat perkembangan manajemen
sumber daya manusia secara implisit dinyatakan bahwa beberapa dekade
yang lalu masyarakat terlibat dalam tugas-pekerjaan departemen SDM di
bawah nama-nama jabatan seperti welfare secretary dan klerk. Tugas-tugas
mereka sangat terbatas dan sering kali hanya berkaitan dengan pengupahan,
menangani masalah kesehatan karyawan, rekreasi, atau perumahan karyawan.
Departemen personalia atau kini dikenal departemen SDM, pada umumnya
dianggap memiliki kebanggaan diri yang rendah. Dalam struktur organisasi,
pada umumnya posisi departemen personalia dekat dengan hierarki terbawah
(Mondy, Noe, dan Premeaux, 1996). Dalam beberapa organisasi, posisi
manajer SDM merupakan posisi yang disediakan bagi mereka yang tidak
memiliki kinerja bagus di posisi masing-masing sebelumnya dalam
organisasi. Saat ini situasi tersebut telah berubah. Banyak organisasi telah
menyadari pentingnya departemen SDM. Mereka telah belajar bahwa
departemen SDM memiliki pengaruh besar terhadap keefektifan dan
profitabilitas keseluruhan organisasi.
Oleh karena besarnya pengaruh terhadap keberhasilan organisasi, maka
karier dalam manajemen SDM diperkirakan naik sekitar 22 persen dalam
tahun 2000 an. Demikian juga pendapatan profesional di bidang SDM
mengalami kemajuan, untuk gaji eksekutif SDM level korporat tergantung
pada ukuran organisasi yang mempekerjakan eksekutif SDM yang
1.38 Manajemen Sumber Daya Manusia
Pada masa lalu Menurut Ulrich (1997), peran profesional sumber daya
manusia sering dilihat hanya merupakan transisi peran dari: operasional ke
stratejik, kualitatif ke kuantitatif, polisi ke kemitraan, jangka pendek ke
jangka panjang, administratif ke konsultatif, orientasi fungsional ke orientasi
bisnis, fokus internal ke fokus pelanggan dan eksternal, reaktif ke proaktif,
atau fokus aktivitas ke fokus solusi.
Pada saat ini pandangan transisi dianggap menyederhanakan masalah,
karena dalam kenyataannya peran profesional SDM sangat banyak (multi
peran), tidak hanya tunggal. Mereka harus melaksanakan seluruh peran di
atas baik peran operasional maupun stratejik, sebagai polisi maupun sebagai
mitra, bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran secara kualitatif
maupun kuantitatif, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Singkat
kata, dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks maka peran
profesional SDM juga semakin kompleks bahkan mungkin saling
bertentangan.
Saudara mahasiswa, berkaitan dengan peran ganda manajemen SDM
tersebut Ulrich (1997) menggambarkan peran ganda manajemen SDM dalam
sebuah model sebagaimana pada Gambar 1.3 berikut.
EKMA4214/MODUL 1 1.39
Gambar 1.3
Model Peran Multi Manajemen SDM
Tabel 1.2
Definisi Peran SDM
SDM dan eksekutif garis melakukan uji coba praktek SDM dengan mencari
cara yang membedakan dia dengan para pesaingnya. Salah satu cara adalah
dengan membujuk orang-orang yang berkualitas bagus yang bekerja di
perusahaan pesaing bersedia bekerja untuk Marriott. Setelah
mempertimbangkan berbagai pilihan, perusahaan menawarkan kepada calon
karyawan potensial untuk bekerja di hotel Marriott selama lima hari kerja per
minggu dibanding 6 hari kerja seminggu sebagaimana diterapkan secara
tradisional oleh perusahaan-perusahaan pesaing. Meskipun ini kelihatannya
merupakan kebijakan yang sederhana, namun sangat penting untuk karyawan
yang potensial. Lima hari kerja seminggu menjadi batu loncatan strategi
perusahaan untuk mencapai pelayanan yang berkualitas tinggi yang
memungkinkan perusahaan untuk beriklan, meminta, dan mempertahankan
karyawan berkualitas dan berbakat bersedia memberikan pelayanan di pasar
Hong Kong.
Keterselenggaraan manajemen SDM stratejik adalah strategi eksekusi.
Berikut adalah beberapa contoh mengenai hal ini. Ketika perusahaan Sears
berusaha menurunkan biaya, manajer SDM menerapkan kompensasi, rotasi
pekerjaan, dan praktek-praktek downsizing yang menurunkan biaya tenaga
kerja untuk setiap toko. Pada waktu perusahaan Whirlpool berusaha
memperluas pangsa pasar global, strategi SDM-nya adalah memodifikasi
praktek-praktek pengangkatan dan jalur karier untuk memastikan kompetensi
internasionalnya. Sedangkan pada saat Colgate-Palmolive ingin
meningkatkan pendapatan globalnya, sistem kompensasinya diubah untuk
memberikan penghargaan pada pertumbuhan penjualan.
Masing-masing praktek SDM tersebut pada contoh di atas membantu
pelaksanaan strategi bisnis. Eksekutif SDM yang merancang praktek-praktek
baru tersebut adalah mitra stratejik: mereka menguasai keahlian diagnose
organisasional dan menyelaraskan praktek-praktek SDM dengan strategi
bisnis perusahaan.
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 3 menjelaskan mengenai pergeseran peran
manajemen SDM. Dalam beberapa dekade yang lalu masyarakat terlibat
dalam tugas-pekerjaan departemen SDM di bawah nama-nama jabatan
seperti welfare secretary dan klerk. Tugas-tugas mereka sangat terbatas
dan sering kali hanya berkaitan dengan pengupahan, menangani masalah
kesehatan karyawan, rekreasi, atau perumahan karyawan. Dalam struktur
organisasi, pada umumnya posisi departemen personalia dekat dengan
EKMA4214/MODUL 1 1.47
TE S FOR MATIF 3
Daftar Pustaka
Berman, E. M., Bowman, J. S., West, J. P., dan Wart, M. V. (2001). Human
Resource Management in Public Service: Paradoxes, Processes, and
Problems. London: Sage Publications. Inc.
Mondy, R. W., Noe, R. M., dan Premeaux, Sh. R. (1996). Human Resource
Management. Sixth Edition. New York: Prentice Hall. Inc
EKMA4214/MODUL 1 1.51
P E N DA H U LU A N
S audara mahasiswa. Pada topik bahasan sebelumnya (Modul 1), kita telah
membahas beberapa sub topik berkaitan dengan
Perkembangan MSDM yang menjelaskan tentang: 1) fungsi manajemen
Fungsi dan
yang semakin krit is. Itu semua menjad ikan manajer SDM berhadapan dengan
tantangan yang lebih besar dalam kaitannya dengan keselamatan kehidupan
organisasi dan keunggulan kompetitif, yaitu kemampuan organisasi untuk
memformu lasikan strategi yang menempatkannya pada posisi yang relatif
menguntungkan dibanding dengan perusahaan lain di dalam indu stri.
Saudara mahasiswa, setelah Saudara mempelajari Modul 2 ini, secara
umu m Saudara diharapkan dapat menjelaskan mengenai sumber daya
manusia dan keunggulan ko mpetitif. Secara khusus, setelah mempelajari
Modul 2 ini Saudara diharapkan mampu menjelaskan:
1. manajemen sumber daya manusia global;
2. tantangan manajemen sumber daya manusia;
3. sumber daya manusia sebagai keunggulan ko mpetitif;
4. manajemen sumber daya manusia stratejik.
2.4 Manajemen Sumber Daya Manusia
yang kita inginkan dan akan menjadi alat untuk membantu mencapai
butir 3 di atas.
5. Kembangkan dari dalam, tetapi stimulasi dari luar. Oleh karena kita
mengangkat pemain terbaik, maka tidak ada alasan untuk mengisi posisi
dari luar. Meskipun begitu, disarankan bahwa ide-ide baru dimasukkan
ke dalam organisasi melalui pengangkatan konsultan atau pekerja
temporer.
6. Dorong setiap orang mengambil tanggung jawab tugas/pekerjaan apa
saja secara penuh. Dorong para manajer mengembangkan bakat para
karyawannya. Dorong para karyawan untuk membuat keputusan dan
bekerja mengikuti keputusan tersebut.
Keberagaman angkatan kerja ini diperkirakan akan terus berlan jut di masa
mendatang.
Pada dasarnya, keberagaman di dalam angkatan kerja meliputi banyak
dimensi perbedaan termasuk jenis kelamin, ras, penduduk asli, agama, u mur,
atau dari kelo mpok orang-orang cacat. Keberagaman di tempat kerja jelas
menggambarkan suatu tantangan baru dan unik bagi setiap manajer sumber
daya manusia. Keberhasilan organisasi di masa mendatang sangat tergantung
pada kemampuan mengelo la sosok keberagaman talenta karyawan yang
dapat mengantarkan pada ide-ide, perspektif, dan pandangan kerja yang
inovatif.
Selain tantangan keberagaman di tempat kerja, ada beberap a tantangan
lain yang harus dihadapi oleh manajemen su mber daya manusia di masa
mendatang. Menurut Byars dan Rue (1997) beberapa tantangan lain tersebut
antara lain tantangan akibat adanya perubahan tuntutan dari pemerintah,
struktur organisasi, teknologi, atau adanya pendekatan-pendekatan
manajemen baru. Secara lebih rinci berbagai tantangan tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
LA TI H A N
R A NG K U MA N
TES F O R MA TI F 1
Cocokkan lah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
2.20 Manajemen Sumber Daya Manusia
A. KEUNGGULAN KOMPETITIF
1. Nilai Pelanggan
Perusahaan dapat membangun keunggulan kompetit if melalu i
peningkatan nilai yang diterima pelanggan (atau persepsi pelanggan) dari
mengonsumsi barang dan/atau jasa perusahaan. Apabila suatu perusahaan
gagal menga mbil keunggulan dari kapabilitas uniknya, maka dapat
membahayakan perusahaan. Contoh, IBM adalah pemilik awal industri
ko mputer hingga tahun 1970-an, akan tetapi karena gagal mengidentifikasi
dan melihat pentingnya kemunculan pasar komputer personal (PC), IBM
mengalami kerugian sebanyak 90 juta dollar dalam pasar kapitalisasi, dan
terpaksa menerima tindakan reposisi dan restrukturisasi organisasional secara
drastis (Bernardin dan Russell, 1998). Hal in i mengisyaratkan bahwa
penekanan pada nilai pelanggan sebagai kerangka untuk melestarikan
keunggulan kompetitif lebih banyak mendasarkan diri pada sumber daya
manusia organisasi.
Keunggulan kompetit if terjad i jika berdasarkan persepsi pelanggan,
mereka memperoleh nilai leb ih tinggi dari transaksinya dengan orga nisasi
2.22 Manajemen Sumber Daya Manusia
pelanggan akan mengurungkan niat membelinya. Oleh karena itu, tidak heran
jika perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat, misalnya, banyak yang ikut
dalam keg iatan olimp iade yang diselenggarakan empat tahun sekali, karena
berdasarkan hasil riset pemasaran menunjukkan bahwa persepsi terhadap
kualitas produk dipengaruhi secara positif oleh keikutsertaan perusahaan
dalam kegiatan olimp iade. Demikian juga, reputasi perusahaan yang
berkaitan dengan kebijakannya terhadap lingkungan, terhadap penggunaan
tenaga kerja anak-anak, atau terhadap kondisi perburuhan yang tidak
menyenangkan, akan mempengaruhi pelanggan dalam pengambilan
keputusan untuk membeli. Sebagai contoh, ketika sebuah perusahaan di
Amerika Serikat, Kathie Lee Gifford dituduh mengekplo itasi tenaga kerja
anak-anak di pabrik pakaian Honduran, sejumlah p elanggan menghindari
membeli produk pakaiannya. Demikian pula, ketika Nike dituduh telah
menggunakan buruh anak-anak Indonesia untuk membuat sepatu atletiknya,
maka bisnis Nike menjad i terpengaruh sejauh pelanggan mempertimbangkan
tuduhan tersebut ketika akan membeli sepatu atletik.
Oleh karena itu, reputasi organisasi yang berkaitan dengan isu, seperti
etika perusahaan, atau tanggung jawab sosial, kebijakan yang pro keluarga,
atau praktik-praktik keberagaman dapat mengarah pada pengujian nilai
pelanggan, paling tidak bagi seju mlah pelanggan tertentu. Isu -isu semacam
itu tidak hanya mempengaruhi perilaku pelanggan tetapi juga (mungkin yang
terpenting) adalah kemampuan organisasi untuk merekrut dan
mempertahankan karyawan berharga. Sebagai contoh, Dow Chemical di
Midland, Michigan telah mendapatkan reputasi negatif di kampus -kampus
berkaitan dengan napalm, yaitu suatu produk kimia yang digunakan dalam
perang Vietnam. A kibat kejadian itu, Do w telah mengalami masa-masa yang
tidak menguntungkan ketika ingin mere krut ahli kimia dan profesional
penting lainnya.
Jelaslah di sini, bahwa citra perusahaan memiliki dampak pada
kemampuan organisasi dalam menarik dan mempertahankan karyawan
berkualitas. Dengan demikian, strategi bisnis perusahaan harus meliputi
pertimbangan-pertimbangan mengenai factor-faktor lingkungan yang penting
tersebut.
2. Memelihara Keunikan
Prinsip kedua dari keunggulan kompetitif yaitu diturunkan dari
penawaran suatu produk atau jasa di mana perusahaan pesaing tidak dapat
2.24 Manajemen Sumber Daya Manusia
dengan mudah untuk meniru atau mengcopy. Sebagai contoh, jika kita
membu ka sebuah restoran yang melayani ayam goreng di mana pesaing
membu ka restoran yang sama dengan kita baik dari segi rasa, biaya, dan
persiapan lainnya, maka tanpa kita sadari kita dapat kehilangan bagian pasa r
bisnis kita yang pindah ke tempat pesaing. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka restoran kita butuh sesuatu yang unik untuk mempertahankan
ketertarikan pelanggan pada restoran kita. Keunggulan kompetitif dikatakan
berhasil jika itu menambah nilai pelanggan melalui sesuatu bentuk yang unik.
Ada tiga tipe tradisional sumber daya untuk menawarkan keunikan
kepada pelanggan, yaitu kapital finansial, kapital fisik, dan kapital manusia.
Di samping tiga sumber daya tersebut bisnis juga dapat menawarkan
keunikan bagi pelanggan melalui kapabilitas non-tradisional, yaitu
kapabilitas organisasional. Mekanis me keempat kap ital tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
Pertama, suatu bisnis memerlu kan finansial atau kapital. Keunikan in i
datang ketika suatu bisnis menerima akses spesial terhadap pendanaan
finansial, atau dapat memproduksi barang dan jasa yang lebih murah dari
yang lainnya. Sebagai contoh, jika dalam restoran ayam goreng kita tadi
menerima hadiah finansial dari keluarga atau teman untuk membangun
restoran tanpa harus mengembalikan hadiah tersebut, maka kita akan dapat
menetapkan tarif untuk produk kita leb ih rendah dari pesaing yang meminjam
dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya. Harga ayam goreng yang
lebih murah tersebut akan menjadi sumber keunikan yang merupakan nilai
bagi pelanggan.
Sumber keunikan kedua berada dalam kapital fisik organisasi. Ini
mencakup seluruh bangunan dan peralatan perusahaan juga kemampuan
perusahaan untuk membeli peralatan kantor yang diperlukan. Contoh khusus
kapital fisik yang dapat digunakan untuk menciptakan keunggulan kompetitif
meliputi perangkat keras dan perangkat lunak ko mputer yang spesial, sistem
pengelolaan pabrik dengan menggunakan robot, dan pengendalian lokasi
geografis secara prima. Kapital fisik membantu menciptakan keunggulan
ko mpetitif dengan mengizin kan perusahaan mengembangkan suatu
kemampuan teknis dan operasional yang unik, yaitu perusahaan dapat
memiliki cara yang berbeda di dalam pembuatan dan penyampaian produk
atau jasa. Seperti dalam restoran ayam goreng, perbedaan peralatan masak
(yang satu menggunakan ko mpor minyak dan yang lain menggunakan
EKMA4214/MODUL 2 2.25
Praktik-praktik Manajemen
Sumber Daya Manusia
Keunggulan Bersaing
Gambar 2.1
Contoh Praktik-praktik M anajemen Sumber Daya M anusia yang
Membantu Perusahaan dalam M enciptakan Keunggulan Kompetitif
Gambar 2.2
Dimensi Utama Praktik M anajemen Sumber Daya M anusia
Isu tersebut akan berdampak pada isu bisnis yang berarti atau adanya
keterkaitan antara SDM dengan bisnis.
Dengan fenomena demikian, maka pengelola SDM harus memiliki
perspektif bisnis seperti kepedulian pada karyawan lini bawah, pencapaian
laba, kefektifan, dan kelangsungan hidup. Pernyataan ini menunjukkan
bahwa ada upaya menghadapi isu bisnis dan rencana operasi dengan
mempertimbangkan isu pada masing-masing jenjang organisasi dan dengan
mempertimbangkan perspektif dari semua pihak yang berkepentingan.
Beberapa isu utama yang berkaitan dengan SDM sehingga menyebabkan
perusahaan perlu melakukan reposisi fungsi SDM antara lain (Schuller, 1990)
adalah sebagai berikut.
tenaga kerja kasar menurun dan banyak pekerjaan klerikal diamb il alih oleh
mesin oto matis. Oleh karena itu perlu d ilakukan rancang ulang sistem seleksi,
sistem ko mpensasi, uraian tugas, dan sistem pelatihan.
Adanya tuntutan organisasi yang ramping, datar dan fleksibel telah
memberikan pengaruh besar pada MSDM dan sistem manajemen (Walker,
1990). Semakin tinggi pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan SDM
membuat hubungan kerja, semakin bersifat kemitraan. Perencanaan karir
bersifat semakin transparan sehingga perlu penerapan sistem manajemen
yang lebih terbuka.
dengan ketrampilan, bahasa, latar belakang budaya, umur, dan jenis kelamin
yang berbeda. MSDM harus dapat menciptakan psikologi lingkungan yang
positif seperti meningkat kan bobot dan nilai pekerjaan, men ingkatkan
keamanan dan kenyamanan kondisi kerja, memelihara tingkat upah dan
sistem imbalan yang memadai, menciptakan kepastian kerja, kepenyeliaan
yang mu mpuni, menciptakan peluang yang lebih besar untuk maju dan
berkembang, adanya umpan balik (feedback ), serta lingkungan sosial yang
positif dan keadilan.
tuntutan terhadap kinerja unit-unit bisnis dan kinerja indiv idual dapat
menyebabkan unit-unit bisnis mengalami kemunduran karena sulitnya
melepaskan manajer-manajer berbakat untuk bertugas di lokasi-lo kasi yang
tersebar yang jauh dari kantor pusat. Oleh karena itu diperlu kan suatu cara
untuk mengelola SDM dalam organisasi yang lebih datar dan lebih ramping.
suatu bagian yang integral dari sistem kerja terbaru, dan merupakan
ko mit men yang lebih besar terhadap pentingnya pelatihan dan
pengembangan SDM. Pelatihan akan memberikan hasil yang positif
hanya jika karyawan yang dilatih memperoleh kesempatan untuk
menggunakan keahlian tersebut. Di samping perlunya pelatihan dan
pengembangan bagi karyawan dan manajer, organisasi juga
membutuhkan perubahan struktur kerja, yaitu dengan memberikan
kepada mereka keleluasaan untuk melakukan segala sesuatunya
secara berbeda. Pelatihan tidak hanya menunjukkan ko mit men
perusahaan terhadap karyawan, tetapi juga memastikan bahwa
fasilitas akan tetap dilengkapi dengan orang -orang yang memiliki
kualifikasi yang tinggi, yang secara lebih spesifik telah dilatih untuk
pekerjaan mereka yang baru.
10) Pemanfaatan dan pelatihan silang (cross utilization and cross
training). Perusahaan yang menugaskan seorang karyawan dengan
pekerjaan ganda akan memiliki seju mlah keuntungan potensial bagi
perusahaan dan karyawan yang bersangkutan. Dengan melakukan
sesuatu lebih banyak dapat membuat pekerjaan yang dilakukan lebih
menarik. Adanya keragaman dalam pekerjaan mengijinkan adanya
suatu perubahan yang cepat dalam aktiv itas, dan secara potensial
akan memberikan perubahan kemampuan karyawan untuk
berhubungan dengan sesama. Masing-masing bentuk keragaman in i
dapat membuat kehidupan kerja lebih menantang.
11) Kesamaan derajat secara simbolis (symbolic egalitarian). Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001, P 285 egalitarianis me adalah
doktrin atau pandangan yang menyatakan bahwa manusia itu
ditakdirkan sama derajat. Egalitarianis m dalam sebuah perusahaan
yang sedang ingin memberdayakan SDM secara maksimal yaitu
sejumlah cara untuk memberikan tanda bahwa mereka yang berasal
dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan, memiliki
kesamaan ko mparat if. M isalnya, tidak membedakan arena parkir
untuk manajer, pimp inan atas, dan karyawan biasa. Egalitariaris m
ini membuat semua aktiv itas dan tindakan berjalan leb ih lancar dan
lebih mudah, karena t idak adanya perbedaan status. Dalam konteks
ini semua orang adalah sederajat.
12) Pengetatan upah (wage compression). Masalah ini sering
dipertimbangkan dalam bentuk ko mp resi hirarkis. Tugas yang saling
EKMA4214/MODUL 2 2.39
men ingkat. Selain itu maraknya fenomena d iversitas SDM diharapkan dapat
men jadi su mber keunggulan bersaing bagi perusahaan.
men ingkatkan posisi ko mpetit ifnya. Tetapi semua sistem tadi harus
dijalankan oleh manusia. Nah, dalam kasus ini manajemen sumber daya
manusia stratejik menjalankan penilaian terhad ap persyaratan keterampilan
karyawan untuk men jalan kan sistem tersebut serta menggunakan praktek-
praktek sumber daya manusia, seperti seleksi dan pelatihan untuk
mengembangkan keteramp ilan karyawan tersebut.
Saudara mahasiswa, untuk dapat menggunakan sebu ah pendekatan
stratejik dalam manajemen sumber daya manusia, pertama-tama kita perlu
memahami peran manajemen sumber daya manusia dalam proses manajemen
stratejik.
dipilih dapat berhasil. Sebagai contoh, para eksekutif su mber daya manusia di
PepsiCo telah mengetahui bahwa perusahaan tidak mempunyai keahlian
dalam mengelo la sebuah gugus tugas (work force) pada restoran cepat saji.
Oleh karena itu, mereka memiliki peranan terbatas ketika melawan rencana
akuisisi karena kurangnya sumber daya tersebut. Di sisi lain mereka dapat
mempengaruhi keputusan eksekutif puncak melalui pendid ikan sesuai dengan
biaya yang dikaitkan dengan pemero lehan orang -orang yang memiliki
keahlian yang cocok untuk mengelola gugus tugas semacam itu.
Proses pengambilan keputusan manajemen stratejik perusahaan pada
umu mnya berada di level puncaknya. Di situ terdapat kelompok perencana
stratejik yang meliputi CEO, CFO, presiden, dan wakil presiden, dan masing -
masing ko mponen proses melibatkan isu-isu bisnis berkaitan dengan orang.
Oleh karena itu, fungsi-fungsi SDM perlu dilibatkan pada setiap komponen
tersebut. Suatu studi menunjukkan, dari 115 un it bisnis stratejik di korporasi
dalam Fo rtune 500 d itemukan antara 49 dan 69 persen perusahaan memiliki
semacam hubungan antara manajemen sumber daya manusia dengan proses
perencanaan stratejik, meskipun level keterkaitannya bervariasi. Oleh karena
itu penting mengetahui perbedaan level keterkaitan tersebut.
Menurut Noe, et al. (2000), ada empat level keterkaitan/integrasi antara
fungsi sumber daya manusia dengan fungsi manajemen stratejik. Keempat
level keterkaitan tersebut digambarkan sebagai berikut (Gambar 2.3).
Fungsi Sumber
Fungsi Sumber Fungsi Sumber Fungsi Sumber
Daya Manusia
Daya Manusia Daya Manusia Daya Manusia
Gambar 2.3
Pertalian Perencanaan Stratejik dengan
M anajemen Sumber Daya M anusia
EKMA4214/MODUL 2 2.43
a. Keterkaitan Administratif
Ini merupakan level integrasi yang paling rendah. Pada level in i
perhatian fungsi sumber daya manusia difokuskan pada aktivitas sehari-hari.
Eksekutif sumber daya manusia tidak memiliki waktu atau kesempatan
mengambil strategi isu-isu sumber daya manusia keluar. Di sin i ada fungsi
perencanaan bisnis stratejik perusahaan, tetapi tanpa masukan apapun dari
departemen sumber daya manusia. Dengan demikian, pada level integrasi ini,
departemen sumber daya manusia terpisah secara sempurna dari ko mponen
proses manajemen stratejik apa pun baik pada formulasi stratejik maupun
pada implementasi stratejik. Departemen su mber daya manusia hanya
melakukan pekerjaan-pekerjaan adminsitratif yang tidak ada kaitannya
dengan kebutuhan bisnis inti perusahaan.
d. Keterkaitan Integratif
Keterkaitan integratif adalah pertalian yang dinamis dan banyak segi dan
berbasis pada kontinyuitas daripada interaksi sekuensial. Dalam banyak
kasus, eksekutif sumber daya manusia merupakan anggota integral dari tim
manaje men senior. Perusahaan dengan keterkaitan integratif memiliki fungsi
sumber daya manusia yang telah menyatu dengan proses formulasi dan
implementasi strategi.
Dengan demikian dalam manajemen su mber daya manusia stratejik,
fungsi sumber daya manusia terlibat baik dalam proses formulasi maupun
implemetasi strategi. Eksekutif sumber daya manusia memberi informasi
mengenai kapabilitas sumber daya manusia perusahaan kepada perencana
stratejik dan kapabilitas tersebut biasanya merupakan fungsi langsung dari
praktik-praktik sumber daya manusia. Informasi tentang kapabilitas sumber
daya manusia tersebut membantu manajer puncak dalam memilih strategi
terbaik, karena mereka dapat mempertimbangkan mengenai seberapa baik
masing-masing alternatif stratejik akan dapat diimp lementasikan. Sekali
pilihan stratejik ditentukan, maka peran sumber daya manusia berubah ke
pengembangan dan penyelarasan praktek-praktek sumber daya manusia yang
akan memberi perusahaan karyawan-karyawan yang memiliki keahlian yang
diperlukan untuk mengimp lementasikan strategi.
E. FORMULAS I STRATEGI
Analisis
Eksternal
Peluang
Tantangan
Pilihan
Misi Sasaran Stratejik
Analisis
Internal
Kekuatan
Kelemahan
Gambar 2.4
Formulasi Strategi
F. IMPLEMENTAS I S TRATEGI
Sumber: Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B. dan Wright, P.M. (2000). Human
Resource Management: Gaining a Competitive Advantage. 3rd Edition. Boston:
McGraw -Hill Companies, Inc. p.52
Gambar 2.5
Lima Variabel Penting untuk Implementasi Strategi
LA TI H A N
1) Proses manajemen stratejik terd iri atas dua kegiatan utama, yaitu
formulasi strategi dan implementasi strategi. Formu lasi strategi adalah
pengambilan keputusan tentang arah stratejik yang diperoleh melalu i
pendefinisian misi dan sasaran organisasi, peluang dan tantangan, serta
kekuatan dan kelemahan di sisi internal. Proses pengambilan keputusan
dimulai dari pemunculan berbagai macam alternatif stratejik, kemudian
membandingkan kemampuan dari berbagai alterantif stratejik tersebut
dalam mencapai misi dan sasaran perusahaan. Akhir dari proses tersebut
EKMA4214/MODUL 2 2.49
R A NG K U MA N
TES F O R MA TI F 2
1) Salah satu prinsip utama yang menjelaskan sejauh man a suatu organisasi
memiliki keunggulan ko mpetitif adalah ....
A. nilai saham
B. nilai pelanggan
C. memelihara keko mpakan
D. memelihara keharmonisan
Cocokkan lah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Daftar Pustaka
Bernard in, H.J. dan Russel. J.E.A. (1998). Human Resource Management:
An Experiential Approach, 2nd Edition. Boston: McGraw-Hill
Co mpanies, Inc.
Mondy, R. W., Noe, R. M., dan Premeau x, Sh. R. (1996). Human Resource
Management. Sixth Edit ion. New York: Prentice Hall. Inc
Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B. dan Wright, P.M. (2000). Human
Resource Management: Gaining a Competitive Advantage. 3rd Edition.
Boston: McGraw-Hill Co mpanies, Inc.
Walker, J.W. (1988). Human Resources’ Role for the 1990’s. Human
Resources Planning. Vo l. 9:55-60.
Wortzel, H.V., dan L.H. Wortzel. 1997. Strategic Management In the Global
Economy. New Yo rk: John Wiley & Sons, Inc.
Modul 3
PE N D AHUL U AN
Kegiatan Belajar 1
S audara mahasiswa, ada dua kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh
organisasi/perusahaan sebelum mempekerjakan karyawan, yaitu
menyelenggarakan proses perekrutan dan proses pengangkatan karyawan.
Oleh karena itu, penting bagi organisasi/perusahaan mempelajari berbagai
peraturan dan ketentuan yang berkaitan dengan kedua kegiatan tersebut agar
tidak terjadi penyimpangan atau pelanggaran terhadap peraturan perundangan
yang berlaku sehingga dapat menghindarkan diri dari perselisihan dengan
atau penuntutan oleh karyawan atau calon karyawan. Sebagaimana telah
dikemukakan pada bagian sebelumnya banyak peraturan perundangan yang
mengatur soal ketenagakerjaan yang menyangkut masa sebelum bekerja (pre
employment), tetapi secara sistematika operasional peraturan perundang-
undangan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu yang mengatur
tentang kewajiban melaporkan lowongan pekerjaan, perekrutan calon
karyawan, dan penempatan tenaga kerja.
1. Ketentuan Perekrutan
Dalam perekrutan calon karyawan, organisasi/perusahaan diberi
kebebasan untuk memilih apakah melakukan perekrutan sendiri ataukah
menggunakan jasa penempatan tenaga kerja. Pasal 35 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa pemberi kerja yang
memerlukan tenaga kerja dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang
dibutuhkan atau melalui pelaksana penempatan tenaga kerja. Pelaksana
penempatan tenaga kerja ini bisa instansi pemerintah yang bertanggung
jawab bidang ketenagakerjaan atau lembaga swasta berbadan hukum yang
telah memiliki ijin usaha dari menteri terkait. Jika organisasi/perusahaan
menyerahkan proses perekrutan tersebut kepada pelaksana penempatan
tenaga kerja, maka pelaksana penempatan tenaga kerja ini wajib memberikan
perlindungan kepada calon tenaga kerja tersebut sejak mulai perekrutan
sampai penempatan. Oleh karena tanggungjawabnya inilah maka pelaksana
penempatan tenaga kerja swasta boleh memungut biaya penempatan tenaga
kerja dari pengusaha atau dari calon tenaga kerja.
Perjanjian kerja dapat dibuat secara tertulis atau secara lisan. Perjanjian
kerja yang dibuat secara tertulis harus memuat sekurang-kurangnya tentang:
a. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha.
b. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh.
c. Jabatan atau jenis pekerjaan.
d. Tempat pekerjaan.
e. Besarnya upah dan cara pembayarannya.
f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan
pekerja/buruh.
g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja.
h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat.
i. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 1 membahas mengenai ketentuan-ketentuan pokok
ketenagakerjaan masa sebelum bekerja (pre employment). Ada dua
kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh organisasi/perusahaan
sebelum mempekerjakan karyawan, yaitu menyelenggarakan proses
perekrutan dan proses pengangkatan karyawan. Hal penting yang harus
diperhatikan oleh pengusaha pada waktu melakukan proses perekrutan
adalah adanya kewajiban lapor lowongan pekerjaan. Sesuai dengan
Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1980 setiap pengusaha atau
pengurus perusahaan wajib segera melaporkan secara tertulis setiap ada
atau akan ada lowongan pekerjaan kepada Menteri/Pejabat yang ditunjuk
yang memuat paling sedikit tentang:
1. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
2. Jenis pekerjaan dan syarat-syarat jabatan yang digolongkan.
3. Jenis Kelamin.
4. Usia.
5. Pendidikan, keterampilan/keahlian dan pengalaman.
6. Syarat-syarat lain yang dipandang perlu.
TE S FOR MATIF 1
2) Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh pengusaha yang ingin
mempekerjakan anak adalah ....
A. memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
B. memberikan upah yang menarik
C. mendapatkan ijin dari serikat pekerja/buruh
D. tidak melanggar kebijaksanaan pemerintah
Kegiatan Belajar 2
2. Asas Pengupahan
Asas pengupahan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981, adalah sebagai berikut (Khakim,
2007):
a. Hak menerima upah timbul sebagai akibat adanya hubungan kerja dan
hak menerima upah akan berakhir pada saat putusnya hubungan kerja.
b. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak bekerja.
c. Pengusaha tidak boleh mengadakan diskriminasi upah bagi
pekerja/buruh laki-laki dan wanita untuk jenis pekerjaan yang sama.
d. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari ketentuan upah
minimum.
e. Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, dengan
formulasi upah pokok minimal 75% dari jumlah upah pokok dan
tunjangan tetap. Tunjangan tetap adalah pembayaran kepada
pekerja/buruh yang dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan
kehadiran atau pencapaian prestasi kerja tertentu.
f. Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau
kelalaian dapat dikenakan denda.
g. Pengusaha yang karena kesengajaannya atau kelalaiannya
mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai
dengan persentase tertentu dari upah pekerja/buruh.
h. Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak
lainnya dari pekerja/buruh merupakan hutang yang didahulukan
pembayarannya.
i. Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang
timbul dari hubungan kerja menjadi kedaluarsa setelah melampaui
jangka waktu dua tahun sejak timbulnya hak.
3. Upah Minimum
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999
(Khakim,2007), upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri
atas upah pokok termasuk tunjangan tetap. Beberapa ketentuan pokok
menyangkut upah minimum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999
jo. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-
226/Men/2000 sebagai berikut (Khakim, 2007).
3.20 Manajemen Sumber Daya Manusia
jam kerja lembur yang pertama dibayar upah sebesar 200% kali
upah sejam, selanjutnya untuk jam kesembilan dibayar sebesar
300% kali upah sejam, dan jam kesepuluh dibayar sebesar 400%
upah sejam.
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 2 membahas mengenai ketentuan-ketentuan pokok
ketenagakerjaan masa selama bekerja (during employment). Dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 1981, dan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999, mengatur beberapa ketentuan
pokok masa selama bekerja yang meliputi waktu kerja, pelatihan kerja,
pengupahan, keselamatan dan kesehatan kerja, kesejahteraan, serikat
pekerja/serikat buruh, dan perselisihan hubungan industrial.
Pada dasarnya pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu
kerja, yaitu 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu (1
minggu 6 hari kerja) atau 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu
minggu (1 minggu 5 hari kerja). Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh melebihi waktu kerja tersebut wajib membayar upah kerja
lembur. Pengusaha juga wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada
pekerja/buruh secara memadai. Pengusaha juga wajib memberikan
kesempatan secukupnya kepada pekerja/buruh untuk melaksanakan
ibadah yang diwajibkan oleh agamanya.
Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan/atau
pengembangan kompetensi pekerja melalui pelatihan kerja. Pelatihan
kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas,
disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian
tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,
meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Pelatihan
kerja juga diarahkan untuk menyiapkan tenaga kerja agar siap mengisi
peluang/lowongan pekerjaan/jabatan.
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Penghidupan
yang layak adalah jumlah pendapatan pekerja/buruh dari hasil
bekerjanya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh
yang bersangkutan dan keluarganya secara wajar yang meliputi
kebutuhan makan-minum, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan,
EKMA4214/MODUL 3 3.29
TE S FOR MATIF 2
Kegiatan Belajar 3
perubahan status (Khakim, 2007). PHK oleh pengusaha terlebih dahulu harus
memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial. Artinya, pengusaha tidak boleh semena-mena mem-PHK
karyawannya.
Tabel 3.1
Perhitungan Uang Pesangon
Tabel 3.2
Perhitungan Uang Penghargaan Masa Kerja
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 3 membahas mengenai ketentuan-ketentuan pokok
ketenagakerjaan masa setelah bekerja (post employment). Pemerintah
telah mengeluarkan berbagai ketentuan menyangkut perlindungan
terhadap karyawan yang telah mengakhiri masa kerjanya baik karena
berhenti, diberhentikan, pensiun, atau meninggal dunia. Dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, beberapa hal
tersebut diatur dalam Bab Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Ada
empat jenis pemutusan hubungan kerja, yaitu pemutusan hubungan kerja
demi hukum, pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan, pemutusan
hubungan kerja oleh pekerja/buruh, dan pemutusan hubungan kerja oleh
pengusaha.
Pada dasarnya semua pihak (pengusaha dan pekerja/buruh) harus
berupaya untuk menghindari terjadinya PHK. Namun jika tetap tidak
dapat dihindari, maka pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau
pekerja/buruh harus mengadakan perundingan. Jika perundingan berhasil
maka dibuatlah persetujuan bersama, tapi jika gagal maka pengusaha
EKMA4214/MODUL 3 3.41
TE S FOR MATIF 3
1) Hubungan kerja berakhir jika habis masa waktu yang ditetapkan dalam
perjanjian termasuk dalam jenis pemutusan hubungan kerja ....
A. bersyarat
B. demi hukum
C. oleh pengadilan
D. jatuh tempo
Kegiatan Belajar 4
Tabel 3.4.1
Golongan Kepangkatan dan Ruang
1. Pengadaan Pegawai
Sebelum pengangkatan pegawai, dilakukan tahapan penyusunan formasi
yang didasarkan pada pemetaan jabatan dan analisis kebutuhan internal
3.48 Manajemen Sumber Daya Manusia
b. Promosi Pegawai
Promosi PNS didasarkan antara lain pada prestasi kerja, disiplin,
loyalitas, daftar urutan kepangkatan (DUK) yang dikategorikan baik,
mempunyai perilaku yang tidak tercela, dan lulus Diklat penjenjangan.
Disamping itu diperlukan rekomendasi dari Badan Pertimbangan Jabatan dan
Kepangkatan (Baperjakat). Menurut Thoha (2007), pada umumnya pegawai
yang akan dipromosikan harus memenuhi persyaratan pendidikan dan
prestasi kerja yang baik, sehingga setelah dipromosikan akan terjadi
peningkatan kinerja. Secara lebih spesifik promosi harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam peraturan-peraturan kepegawaian, antara
lain:
1) Pangkat/golongan telah memenuhi syarat;
2) Disiplin ilmu/latar belakang pendidikan formal;
3) Mempunyai kinerja/prestasi kerja yang lebih baik;
4) Telah mengikuti Diklat Struktural/fungsional;
5) Memerhatikan DUK;
6) DP-3 paling tidak bernilai baik;
7) Usia;
8) Usulan unit kerja ke Baperjakat; dan
9) Disetujui oleh pimpinan instansi.
d. Kesejahteraan Pegawai
Kesejahteraan PNS diatur dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 mulai Ayat (1) hingga Ayat (6) yang menyatakan bahwa untuk
meningkatkan kegairahan bekerja, diselenggarakan usaha kesejahteraan PNS
yang meliputi program pensiun dan tabungan hari tua, asuransi kesehatan,
tabungan perumahan, dan asuransi pendidikan bagi putra-putri PNS.
Selanjutnya, untuk penyelenggaraan usaha kesejahteraan, PNS wajib
membayar iuran setiap bulan dari penghasilan PNS yang bersangkutan.
Sedangkan untuk penyelenggaraan program pensiun dan asuransi kesehatan,
pemerintah menanggung subsidi dan iuran. Besarnya subsidi dan iuran
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
3.52 Manajemen Sumber Daya Manusia
f. Pemberhentian Pegawai
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, pemberhentian
PNS dilakukan oleh Presiden yang dalam pelaksanaannya didelegasikan
kepada pejabat pembina kepegawaian pusat atau pejabat pembina
kepegawaian daerah.
Ada dua jenis pemberhentian PNS, yaitu pemberhentian dengan hormat
dan pemberhentian tidak dengan hormat. PNS dapat diberhentikan dengan
hormat karena:
1) Atas permintaan sediri;
2) Mencapai batas usia pensiun;
3) Perampingan organisasi pemerintah; atau
4) Tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan
kewajiban sebagai PNS.
Sebaliknya, PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:
a) Melanggar sumpah/janji PNS dan sumpah/janji jabatan;
b) Melakukan penyelewengan terhadap ideologi Negara atau terlibat dalam
kegiatan yang menentang Negara dan pemerintah;
c) Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak
pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan.
g. Disiplin Pegawai
Ketentuan tentang disiplin PNS diatur dalam PP Nomor 30 Tahun 1980
dan ketentuan pelaksanaannya ditetapkan dengan Surat Edaran Kepala Badan
Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 23/SE/1980 Tahun 1980 (Thoha,
3.54 Manajemen Sumber Daya Manusia
L ATIHAN
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 4
C. sentralisasi
D. keterwakilan daerah
Tes Formatif 4
1) D
2) C
3) A
4) C
5) A
EKMA4214/MODUL 3 3.59
Daftar Pustaka
Analisis Jabatan
dan Desain
Dr. Adie E. Yusuf, M.A.
PE N D AHUL U AN
Pada Modul 4 ini kita akan membahas tentang analisis jabatan dan
bagian-bagiannya yang berkaitan dengan perencanaan Sumber Daya
Manusia. Setelah mempelajari modul 4 mahasiswa secara umum diharapkan
dapat menjelaskan hakikat Perencanaan Sumber Daya Manusia dan secara
khusus dapat:
1. menjelaskan pengertian, jenis dan metode analisis jabatan;
2. menjelaskan proses analisis jabatan;
3. menjelaskan deskripsi jabatan;
4. menjelaskan spesifikasi jabatan;
5. menjelaskan desain jabatan;
6. menjelaskan hubungan analisis jabatan dengan desain jabatan.
EKMA4214/MODUL 4 4.3
Kegiatan Belajar 1
Analisis Jabatan
A. PENGERTIAN
tidak perlu atau menambah tanggung jawab. Bobot pada pekerjaan dengan
tanggung jawab yang sulit akan lebih besar dibandingkan dengan bobot pada
pekerjaan dengan tanggung jawab yang ringan.
c. Kompensasi
Informasi analisis jabatan penting untuk mengidentifikasi kompensasi
yang sesuai bagi karyawan karena informasi yang terdapat dalam analisis
jabatan digunakan untuk menentukan isi pekerjaan, tanggung jawab jabatan
serta tanggung jawab pekerjaan di dalam dan di luar organisasi.
e. Penilaian kinerja
Proses penilaian kinerja harus dikaitkan dengan deskripsi jabatan dan
standar kinerja yang dikembangkan secara obyektif dan realistis dari analisis
jabatan. Dengan membandingkan standar kinerja dengan pencapaian tugas
yang sebenarnya, maka manajer dapat menentukan tingkat kinerja yang
dicapai oleh karyawan.
g. Hubungan industrial
Informasi analisis jabatan dapat digunakan untuk menentukan apakah
pekerjaan termasuk dalam perjanjian serikat pekerja, menentukan secara rinci
batas-batas tugas yang termasuk dalam suatu pekerjaan serta dapat
mengurangi tuntutan karyawan.
Selain memberikan manfaat bagi organisasi, analisa jabatan juga
bermanfaat bagi pegawai untuk mencapai tujuan-tujuan pribadinya. Dengan
ditempatkan pada jabatan yang sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki, maka
berarti para pegawai tersebut telah diberikan kesempatan untuk
mengembangkan diri dan merealisasikan potensinya seoptimal mungkin.
Satu konsep yang penting dalam analisis jabatan adalah bahwa analisis
dilakukan terhadap jabatan (the job), bukan terhadap orang (person).
4.10 Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Observasi
Dalam metode ini yang diamati adalah individu yang melakukan
pekerjaan, kemudian mencatat semua kegiatannya untuk menguraikan tugas
dan kewajiban yang dilakukannya. Observasi bersifat kontinu atau
berdasarkan sampling intermiten.
Pemakai metode observasi terbatas karena banyak pekerjaan yang tidak
memiliki kewajiban pekerjaan yang lengkap dan mudah diamati atau siklus
pekerjaan yang lengkap.
EKMA4214/MODUL 4 4.11
b. Wawancara
Metode ini mengharuskan untuk mengunjungi setiap tempat pekerjaan
dan berbicara dengan karyawan yang melakukan setiap pekerjaan. Metode ini
sangat memakan waktu, oleh karena itu menggabungkan wawancara dengan
salah satu metode lainnya sangat dianjurkan.
c. Angket
Suatu alat survei yang dibuat dan diberikan kepada karyawan untuk diisi.
Keuntungan utama dari metode ini adalah informasi atas sejumlah besar
pekerjaan dapat dikumpulkan secara murah dalam waktu relatif singkat.
Metode angket biasanya dikombinasi dengan wawancara dan observasi untuk
mengklarifikasikan dan memverifikasikan informasi dari angket. Jenis angket
yang biasa dipakai adalah checklist yang menyuguhkan cara sederhana bagi
karyawan untuk memberikan informasi. Wawancara biasanya digunakan
untuk pekerja harian maupun bulanan, sedangkan observasi terutama untuk
pekerja-pekerja harian.
Walaupun demikian harus disadari bahwa masing-masing teknik
mempunyai kelemahan dan kebaikan sendiri-sendiri. Kelemahan teknik
kuesioner dan written narrative terletak pada data yang diperoleh sering kali
tidak lengkap, tidak teratur dan tidak kompak. Tetapi kebaikannya adalah
bisa digunakan sebagai latar belakang pengetahuan untuk melakukan
interview terhadap pemangku-pemangku jabatan. Sedangkan metode lainnya
terutama memberikan data yang lebih lengkap, lebih teliti dan penggunaan
waktu yang lebih baik. Jika pelaksanaan tugas merupakan pekerjaan yang
sederhana dan berulang-ulang maka teknik observasilah yang paling tepat
digunakan.
Banyak para analisis jabatan yang menggunakan teknik wawancara
sebagai metode pengumpulan data. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa
sikap dasar dan teknik yang bisa digunakan untuk memperoleh informasi
yang lengkap dan akurat. Sikap-sikap dan teknik-teknik tersebut bisa
4.12 Manajemen Sumber Daya Manusia
Ciri penting analisis ini adalah spesifitas data yang dapat dikumpulkan.
Semua data spesifik ini disusun ke dalam satu database analisis pekerjaan.
3. Metode Kombinasi
Metode kombinasi merupakan perpaduan antara berbagai metode yang
digunakan dalam menganalisis jabatan. Setiap metode tersebut memiliki
kekuatan dan kelemahan, dan metode kombinasi biasanya lebih disukai
karena dapat meminimalkan kelemahan metode yang satu dengan kelebihan
metode yang lain. Dalam hal memilih metode analisis pekerjaan yang paling
sesuai dengan kondisi dan karakteristik organisasi, spesialis sumber daya
manusia dan pelaku analisis pekerjaan harus hati-hati untuk mencatat semua
langkah yang diambil.
Gambar 4.1
Tahap-tahap Proses Analisis Jabatan
4.14 Manajemen Sumber Daya Manusia
dengan surat yang menjelaskan proses dan petunjuk cara pengisian dan
pengembalian kuesioner terisi tersebut. Informasi yang diperoleh dari analisis
jabatan dapat dikumpulkan, kemudian disusun dan diklasifikasi sesuai
dengan jenis jabatan dan unit organisasi. Data yang dikumpulkan harus
ditinjau ulang kelengkapannya dan ditindaklanjuti dengan wawancara atau
pertanyaan yang lebih mendalam kepada manajer dan karyawan.
1. Nama Jabatan :
2. Bagian/Departemen :
3. Unit/Seksi :
4. Bertanggung jawab kepada :
5. Membawahi/mengawasi :
L ATIHAN
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 1
3) Analisis jabatan pada bisnis kecil dilakukan secara informal dan tidak
terstruktur, sedangkan pada perusahaan besar untuk mampu
menganalisis jabatan harus diperlukan ....
A. konsentrasi khusus
B. pelatihan khusus
C. informasi yang sesuai
D. layanan khusus
5) Data yang diperoleh sering kali tidak lengkap, tidak teratur dan tidak
kompak, merupakan kelemahan dari salah satu teknik menganalisis
jabatan, yaitu ....
A. wawancara dan written narative
B. kuesioner dan wawancara
C. observasi dan wawancara
D. kuesioner dan written narative
EKMA4214/MODUL 4 4.21
Kegiatan Belajar 2
Deskripsi Jabatan
Hasil pertama yang segera diperoleh dari analisa jabatan adalah deskripsi
jabatan. Deskripsi jabatan adalah suatu pernyataan tertulis yang berisi uraian
atau gambaran tentang apa saja yang harus dilakukan oleh si pemegang
jabatan (jobholder/incumbent), bagaimana suatu pekerjaan dilakukan dan
alasan-alasan mengapa pekerjaan tersebut dilakukan. Uraian tersebut berisi
tentang hubungan antara suatu posisi tertentu dengan posisi lainnya di dalam
dan di luar organisasi dan ruang lingkup pekerjaan di mana si pemegang
jabatan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan oleh divisi/unit kerja atau tujuan organisasi secara
keseluruhan.
Jadi Saudara Mahasiswa, deskripsi jabatan adalah suatu pernyataan
tertulis tentang apa yang senyatanya dilakukan oleh pemegang jabatan,
bagaimana melakukannya, dan dalam kondisi seperti apa jabatan tersebut
dilaksanakan. Informasi ini pada gilirannya akan digunakan untuk menulis
spesifikasi jabatan, yaitu daftar pengetahuan, kemampuan, dan keahlian yang
dibutuhkan untuk melaksanakan jabatan secara memuaskan.
Pada dasarnya tidak ada format baku yang harus digunakan dalam
menulis deskripsi jabatan. Namun menurut Dessler (2000), deskripsi jabatan
pada umumnya berisikan komponen-komponen sebagai berikut.
1. Identifikasi jabatan.
2. Ringkasan jabatan.
3. Tanggung jawab dan kewajiban.
4. Wewenang pemegang jabatan.
5. Standar kinerja.
6. Kondisi kerja.
7. Spesifikasi jabatan.
EKMA4214/MODUL 4 4.23
Setiap kewajiban utama jabatan harus didaftar secara terpisah dan dijelaskan
dalam beberapa kalimat. Kewajiban tersebut misalnya “mengokohkan
sasaran pemasaran untuk menjamin adanya segmen pasar tertentu”,
“mengembangkan dan melaksanakan perencanaan dan program pemasaran”,
“berkomunikasi dengan agen advertensi di luar”, “mengembangkan dan
merekomendasikan strategi harga”. Contoh tipikal kewajiban untuk jabatan-
jabatan lainnya adalah memelihara persediaan yang seimbang dan terkontrol,
membuat pembukuan rekening yang harus dibayar secara akurat, memelihara
variasi harga pembelian yang menguntungkan, dan sebagainya. Kita dapat
menggunakan kamus nama-nama pekerja yang diterbitkan oleh pemerintah
untuk membuat butir-butir kewajiban dan tanggung jawab jabatan tersebut.
Bagian ini juga harus mendefinisikan batasan wewenang pemegang
jabatan seperti wewenang pengambilan keputusan, pensupervisian langsung
dari personel yang lain, dan batasan anggaran. Sebagai contoh, pemegang
jabatan dapat memiliki kewenangan untuk menyetujui permintaan pembelian
hingga Rp.50.000.000, memberi izin untuk tidak masuk kantor, pemberian
sanksi kepada karyawan, merekomendasikan kenaikan upah, menyeleksi dan
mengangkat karyawan baru.
Fungsi jabatan :
Uraian tugas :
1. Tujuan Jabatan
Menggambarkan fokus dan rasional dari suatu jabatan dan bagaimana
kontribusinya pada organisasinya dan terdiri dari satu kalimat.
Contoh: Tujuan Manajer Pembelian.
Membeli kebutuhan perusahaan atas barang dan jasa dengan biaya rendah,
bermutu dan memadai, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan
penjualan, mutu dan laba.
2. Sasaran Jabatan
Menjelaskan kriteria kunci untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang bersifat umum dan terdiri dari beberapa hal.
Contoh: Sasaran Manajer Pembelian
a. Menjamin semua produk barang dan jasa yang dibeli memenuhi standar
mutu perusahaan.
b. Menjamin kelangsungan barang dan jasa untuk produksi.
c. Menjamin bahwa perusahaan mengeluarkan biaya yang efisien tanpa
mengabaikan mutu.
3. Pelaporan
Menjelaskan hubungan pelaporan ke atas, ke bawah atau ke samping.
Contoh: Melapor kepada manajer umum
4.28 Manajemen Sumber Daya Manusia
7. Pengukuran Kinerja
Suatu pengukuran untuk pemangku jabatan yang akuntabel, dan
melakukan performasi jabatan dengan baik.
Contoh:
a. Biaya total tidak melampaui tingkat inflasi 10%;
b. Terpelihara mutu material;
c. Laporan menunjukkan nilai efektif dan efisien.
EKMA4214/MODUL 4 4.29
8. Budaya Kerja
Asumsi-asumsi, nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan yang harus dimiliki
manajer dan karyawan dalam melakukan pekerjaan.
Contoh:
a. Mutu tinggi.
b. Akuntabilitas.
c. Fleksibel.
d. Kompetitif.
9. Preferensi Kerja
Menyesuaikan sifat jabatan dengan karakteristik kepribadian, dan sifat.
Contoh:
a. Kemandirian.
b. Aktivitas tinggi.
c. Lingkungan kerja yang bervariasi.
FORM
DESKRIPSI JABATAN BERBASIS KOMPETENSI
VISI ORGANISASI:
MISI ORGANISASI :
NAMA JABATAN :
(TITLE)
TUJUAN JABATAN :
(JOB PURPOSE/MISSION)
SASARAN JABATAN :
(GOAL AND OBJECTIVIES)
HUBUNGAN PELAPORAN:
(REPORTING RELATIONSHIP)
EKMA4214/MODUL 4 4.31
PENGUKURAN KINERJA :
(PERFORMANCE MEASURES)
4.32 Manajemen Sumber Daya Manusia
BUDAYA KERJA:
(CULTURE)
PREFERENSI KERJA:
(PREFERENCES)
MODEL KOMPETENSI:
(COMPETENCY MODEL)
●
EKMA4214/MODUL 4 4.33
L ATIHAN
Jelaskan apa yang dimaksud dengan deskripsi jabatan dan komponen apa
saja yang tercakup dalam sebuah deskripsi jabatan?
R AN GKUMAN
Deskripsi jabatan merupakan hasil pertama yang diperoleh dari
analisis jabatan yang intinya merupakan penjelasan tentang deskripsi
pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang pemangku jabatan dan
bagaimana pekerjaan dilakukan. Komponen yang terkait dalam deskripsi
jabatan terdiri dari identifikasi jabatan, ringkasan jabatan, tanggung
jawab dan kewajiban,wewenang pemegang jabatan, standar
kinerja,kondisi kerja dan spesfikasi jabatan. Adapun komponen
deskripsi jabatan berbasis kompetensi terdiri dari tujuan jabatan, sasaran
jabatan, pelaporan, ugas dan tanggung jawab, pengetahuan dan
keterampilan utama, faktor keberhasilan utama, pengukuran kinerja,
model kompetensi dan preferensi.
4.34 Manajemen Sumber Daya Manusia
TE S FOR MATIF 2
3) Informasi yang berisi tentang judul atau sebutan jabatan terdapat dalam...
A. spesifikasi jabatan
B. indentifikasi jabatan
C. tanggung jawab dan kewajiban
D. ringkasan Jabatan
Kegiatan Belajar 3
A. SPESIFIKASI JABATAN
1. Identifikasi Jabatan
a. Nama.
b. Bagian.
2. Persyaratan Kerja
a. Pendidikan.
b. Tingkat kecerdasan minimum yang diperlukan.
c. Pengalaman.
d. Pengetahuan dan Keterampilan.
e. Persyaratan Fisik.
f. Status Perkawinan.
EKMA4214/MODUL 4 4.37
g. Jenis Kelamin.
h. Usia.
i. Kewarganegaraan.
j. Kualifikasi Emosi.
k. Kemampuan Khusus.
Persoalan akan menjadi lebih rumit, jika kita ingin mengisi jabatan
dengan orang yang tidak terlatih (untrained people). Di sini kita harus
menentukan kualitas seseorang, seperti sifat fisik, kepribadian, kesukaan,
atau keahlian yang berkaitan dengan panca indra lainnya, yang
mengisyaratkan suatu potensi untuk melaksanakan jabatan atau potensi untuk
dilatih pada jabatan yang bersangkutan. Sebagai contoh, suatu jabatan
memerlukan kemampuan detail dalam merakit komponen-komponen radio
pada circuit board. Maka yang diperlukan adalah seseorang yang memiliki
skor tinggi pada keterampilan tangan. Untuk melakukan identifikasi orang
yang dibutuhkan untuk jabatan tersebut dapat dilakukan melalui suatu
pendekatan judgemental subjective atau melalui analisis statistik.
B. DESAIN JABATAN
a. Pendekatan Mekanistik
Desain jabatan telah menjadi isu sentral dalam model manajemen
saintifik Taylor. Desain jabatan Taylor menunjukkan bagaimana perspektif
desain jabatan tertentu lebih berfokus pada produktivitas daripada kepuasan.
Karya Taylor dan prinsip manajemen ilmiah telah memberikan perhatian
yang besar dalam studi struktur jabatan secara sistematis. Penekanannya pada
penstrukturan jabatan, dimaksudkan agar pekerjaan terbagi ke dalam tugas-
tugas yang lebih sederhana dan berulang. Sehingga dengan sekali belajar
maka tugas-tugas tersebut dapat dikerjakan dengan cepat dan efisien. Sampai
saat ini prinsip-prinsip manajemen ilmiah Taylor masih sangat relevan, di
antaranya merekomendasi mengenai:
EKMA4214/MODUL 4 4.41
b. Pendekatan Motivasional
Gagasan tentang peningkatan kepuasan kebutuhan karyawan sebagai
cara pendesainan jabatan berasal dari teori motivasi kerja dua faktor
Frederick Herzberg. Ide dasarnya adalah karyawan akan termotivasi oleh
jabatan yang meningkatkan rasa harga diri mereka. Usaha peningkatan
kepuasan kebutuhan harga diri mereka dalam kaitannya dengan pendesainan
jabatan dapat dilakukan melalui pengayaan jabatan (job enrichment) dan
perluasan jabatan (job enlargement). Pengayaan jabatan, adalah usaha untuk
mendesain jabatan dalam rangka membantu pemegang jabatan memuaskan
kebutuhan mereka untuk tumbuh, dikenal, dan memperoleh tanggung jawab.
Pada pengayaan jabatan, jabatan diperluas secara vertikal dimana karyawan
diberi tanggung jawab lebih oleh atasan. Sedangkan perluasan jabatan adalah
4.42 Manajemen Sumber Daya Manusia
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Spesifikasi jabatan adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi
oleh orang yang menduduki suatu jabatan, agar ia dapat melaksanakan
4.44 Manajemen Sumber Daya Manusia
TE S FOR MATIF 3
9) Dalam desain jabatan dikenal istilah job enrichment yang artinya ....
A. pengayaan suatu pekerjaan
B. pemanfaatan suatu pekerjaan
C. penilaian suatu pekerjaan
D. penyusunan suatu pekerjaan
10) Kaitan antara desain jabatan dan analisa jabatan amat erat, maka
hubungan antara analisa jabatan dengan desain jabatan adalah ….
A. aplikasi langsung dari analisis jabatan digunakan untuk mendesain
ulang suatu jabatan
B. analisa jabatan merupakan sebagai langkah-langkah yang digunakan
dalam mendesain sebuah jabatan
C. desain jabatan adalah sebagai dasar untuk menyusun jalur analisa
jabatan
D. analisa jabatan dan desain jabatan sama-sama untuk mengumpulkan
informasi-informasi mengenai suatu jabatan
Daftar Pustaka
Gomez-Mejia, L.R, Balkin, D.B. dan Cardy, R.L. (1995). Managing Human
Resource. London: Prentice Hall International.
Noe, R.A., Hollenbec, J.R. Gerhart, B. dan Wright, P.M. (2003). Human
Resource Management: Gaining a Competitive Advantage. Fourth
Edition. New York: McGraw-Hill-Irwin.
PE N D AHUL U AN
P ada Modul 5 ini kita akan membahas tentang perencanaan sumber daya
manusia (SDM). Perencanaan sumber daya manusia menghasilkan
informasi tentang kebutuhan karyawan di masa mendatang dan program-
program untuk menjamin tersedianya karyawan secara tepat, baik jumlah
maupun jenis dan pada saat diperlukan, atau dengan kata lain perencanaan
SDM menghasilkan informasi tentang jumlah dan tipe karyawan untuk
direkrut ke dalam organisasi. Untuk dapat mengetahui jumlah karyawan yang
dibutuhkan, perusahaan perlu mengadakan proses peramalan tenaga kerja.
Dalam proses peramalan tenaga kerja tersebut berbagai metode dapat
digunakan, seperti analisis beban kerja (work load analysis) dan analisis
angkatan kerja (work force analysis). Sedangkan untuk mengetahui tipe
karyawan yang akan dibutuhkan oleh perusahaan/organisasi perlu dilakukan
serangkaian kegiatan yang dimulai dari kegiatan analisis jabatan. Kegiatan
analisis jabatan akan menghasilkan informasi mengenai deskripsi jabatan (job
description), yaitu suatu daftar mengenai apa yang harus dilakukan oleh
suatu jabatan. Selanjutnya, berdasarkan deskripsi jabatan tersebut akan
disusun apa yang disebut dengan spesifikasi jabatan (job specification), yaitu
tipe orang seperti apa yang dapat memegang jabatan yang akan diisi.
Mengenai analisis jabatan ini telah diuraikan pada Modul 4. Pada Modul 5 ini
kita akan membahas lebih jauh tentang perencanaan SDM khususnya yang
menyangkut penentuan jumlah karyawan yang akan dibutuhkan oleh
perusahaan/organisasi. Selanjutnya akan dibahas pula tentang proses
rekrutmen. Dan Modul 5 ini akan ditutup dengan penjelasan mengenai
pemberhentian dan pemensiunan karyawan.
5.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
Kegiatan Belajar 1
Sumber: Byars, L. L. dan Rue, L. W. (1997). Human Resource Management. 5th Edition.
Chicago: The McGraw-Hill Companies, Inc. p. 141.
Gambar 5.1
Hubungan antara Analisis Jabatan, Perencanaan
Sumber Daya Manusia, Rekrutmen, dan Seleksi
5.4 Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber: Anthony, Kacmar, dan Perrewe. 2002. Human Resource Management: A Strategic
Approach. Fourth Edition. Ohio: South-Western Thomson Learning. p.117
Gambar 5.2
Pilihan-pilihan Strategik Secara Kontinu
Sumber: Anthony, Kacmar, dan Perrewe. 2002. Human Resource Management: A Strategic
Approach. Fourth Edition. Ohio: South-Western Thomson Learning. p.117
Gambar 5.3
Keluasan Fokus dalam Perencanaan SDM
B. PERENCANAAN STRATEGIK
Sumber: Mondy, R.W. 2008. Human Resource Management. Pearson International Edition.
Tenth Edition. New Jersey: Prentice Hall Pearson Education International. p.60
Gambar 5.4
Formulasi dan Implementasi Strategi
5.8 Manajemen Sumber Daya Manusia
1. Menentukan Misi
Saudara mahasiswa, pada Gambar 5.4 dapat kita lihat bahwa langkah
pertama dalam rangka formulasi dan implementasi strategi adalah
menentukan misi organisasi. Misi merupakan tujuan kontinu unit atau alasan
keberadaan organisasi/perusahaan. Misi korporat merupakan penjumlahan
total dari tujuan organisasi yang sedang berjalan. Untuk sampai pada
pernyataan tentang misi organisasi maka perlu menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut: Apa yang akan dilakukan oleh manajemen dan untuk
siapa? Haruskah memaksimalkan keuntungan sehingga para pemegang
saham akan menerima dividen yang lebih tinggi atau harga per lembar saham
menjadi lebih tinggi? Atau apakah perlu menekankan pada stabilitas
pendapatan sehingga para karyawan akan tetap aman?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut cenderung akan
terpendam di dalam budaya perusahaan dan akan membantu dalam penetapan
misi organisasi. Pimpinan puncak organisasi berharap aktivitas-aktivitas
SDM berjalan erat dengan misi tersebut dan memberikan nilai tambah ke
arah pencapaian sasaran organisasi.
2. Menilai Lingkungan
Saudara mahasiswa, langkah berikutnya setelah misi organisasi
ditetapkan adalah organisasi perlu melakukan penilaian terhadap kekuatan
dan kelemahannya pada lingkungan internal dan juga ancaman dan
peluangnya pada lingkungan eksternal. Penyusunan perencanaan strategis
organisasi melibatkan informasi yang mengalir baik dari lingkungan internal
dan eksternal. Singkat kata, tugas pada fase perencanaan adalah
mengembangkan strategi-strategi untuk mengambil keuntungan dari kekuatan
perusahaan dan meminimalkan kelemahan dalam kaitannya untuk merebut
peluang dan menghindarkan ancaman.
Para professional SDM berada pada posisi terbaiknya dalam
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan angkatan kerjanya. Dengan
menggunakan basis data maka data demografi dari angkatan kerja yang ada
pada saat ini segera dapat ditentukan. Oleh karena itu jika perusahaan
mempertimbangkan, misalnya, apakah akan merger atau akuisisi, maka
professional SDM dapat segera bekerja dengan manajemen puncak
menentukan seberapa banyak angkatan kerja yang ada pada saat ini dapat
secara efektif berintegrasi dengan angkatan kerja perusahaan yang dimerger.
EKMA4214/MODUL 5 5.9
3. Menetapkan Sasaran
Saudara mahasiswa, sasaran merupakan hasil akhir yang diharapkan dari
setiap aktivitas organisasi. Menurut Mondy (2008), sasaran harus memiliki
empat karakteristik dasar: (1) Harus dinyatakan secara tertulis, (2) Harus
dapat diukur, (3) Harus spesifik terhadap waktu, dan (4) Harus menantang,
tapi ada kemungkinan untuk dapat dicapai. Sasaran dikembangkan hanya
setelah analisis biaya-manfaat dari setiap alternatif dipertimbangkan.
4. Menetapkan Strategi
Langkah formulasi dan implementasi strategi berikutnya adalah
menetapkan strategi. Strategi dikembangkan untuk mencapai sasaran
organisasi. Strategi dikembangkan untuk mengambil keuntungan dari
kekuatan organisasi dan untuk meminimalkan kelemahan-kelemahannya
dalam rangka merebut peluang dan menghindari ancaman. Adalah tugas para
penentu strategi organisasional untuk mengkomunikasikan secara jelas
bagaimana organisasi akan mencapai tujuannya. Para professional SDM
harus sangat terlibat dalam aktivitas-aktivitas ini karena komposisi angkatan
kerja akan pasti berpengaruh terhadap strategi yang dipilih.
5. Implementasi Strategi
Saudara mahasiswa, begitu proses perencanaan strategi sudah lengkap
dilakukan maka strategi harus segera diimplementasikan. Implementasi
strategi merupakan bagian yang tersulit dan terpenting dari manajemen
strategik, karena sebaik dan sekreatif apapun rencana strategi diformulasikan
jika diimplementasikan secara keliru, maka organisasi tidak akan
memperoleh keuntungan apa-apa.
Implementasi strategi membutuhkan perubahan dalam perilaku
organisasional yang dapat dibawa melalui perubahan satu atau lebih dimensi
organisasional, termasuk kemampuan kepemimpinan manajemen, struktur
organisasional, sistem informasi dan kontrol, teknologi produksi, dan SDM.
Sumber : Miner, J.B. dan Crane, D. P.1995. Human Resource Management: The
Strategic Perspective. New York: Harper Collins College Publisher
Gambar 5.5
Kerangka bagi Perencanaan Sumber Daya Manusia Strategik
Sumber : Miner, J.B. Dan Crane. D.P. 1995. Human Resource Management: The Strategic
Perspective. New York: Harper Collins College Publisher
Gambar 5.6
Tinjauan Proses Perencanaan Suksesi dalam Konteks Strategik
5.14 Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber: Mondy, R.W. 2008. Human Resource Management. Pearson International Edition.
Tenth Edition. New Jersey: Prentice Hall Pearson Education International. p.63.
Gambar 5.7
Proses Perencanaan Sumber Daya Manusia
5.16 Manajemen Sumber Daya Manusia
d. Model-model Simulasi
Saudara mahasiswa, ini merupakan teknik peramalan untuk eksperimen
dengan situasi dunia nyata menggunakan model matematika. Model ini
merupakan abstraksi dari dunia nyata. Dengan demikian, model simulasi
mencoba menggambarkan situasi dunia nyata melalui logika matematika
untuk memperkirakan apa yang akan terjadi. Simulasi membantu para
manajer untuk banyak bertanya dengan menggunakan kata tanya “apa-jika”
tanpa harus mempunyai konsekuensi tertentu pada dunia nyata. Dalam
manajemen SDM model simulasi dapat dikembangkan untuk
menggambarkan kesalingterhubungan antara level pekerja dengan banyak
variable yang lain. Contoh, manajer dapat bertanya seperti: Apa yang akan
terjadi jika kami menempatkan 15 persen angkatan kerja untuk bekerja
lembur?; Apa yang akan terjadi jika pabrik menggunakan dua shift?; dan
seterusnya. Tujuan dari model ini adalah memberikan kesempatan kepada
para manajer untuk mendapatkan banyak pemikiran/ide untuk permasalahan
tertentu sebelum membuat keputusan secara nyata.
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 1 menjelaskan mengenai perencanaan sumber
daya manusia (SDM), yaitu merupakan peramalan kebutuhan SDM
EKMA4214/MODUL 5 5.21
TE S FOR MATIF 1
Kegiatan Belajar 2
Perekrutan Karyawan
1. Pengertian Perekrutan
Saudara mahasiswa, peran utama perekrutan sumber daya manusia
(SDM) adalah membangun sebuah pasokan calon karyawan baru yang
potensial yang sewaktu-waktu organisasi dapat menariknya jika
membutuhkannya. Perekrutan berisi praktek atau aktivitas yang dilakukan
oleh organisasi dengan tujuan utama mengidentifikasi dan menarik karyawan
potensial (Noe, et al., 2007). Bowin dan Harvey (2001) mendefinisikan
rekrutmen sebagai proses untuk menemukan, menarik, dan mengidentifikasi
pool calon karyawan yang berkualitas dalam jumlah yang memadai untuk
mengisi angkatan kerja yang dibutuhkan pada saat ini dan di masa
mendatang. Senada dengan definisi rekrutmen di atas, Mondy (2008)
mendefinisikan rekrutmen sebagai proses menarik individu-individu dengan
batas waktu tertentu, dalam jumlah yang cukup, dan dengan kualifikasi yang
memadai, untuk melamar jabatan kepada sebuah organisasi/perusahaan.
EKMA4214/MODUL 5 5.25
Sumber: Noe, R.A, et al. 2007. Fundamentals of Human Resource Management. Second Edition.
New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. p.153.
Gambar 5.8
Tiga Aspek Perekrutan
5.26 Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Kebijakan-kebijakan personalia
Kebijakan-kebijakan personalia organisasi merupakan keputusan-
keputusan dari organisasi yang bersangkutan tentang bagaimana dia akan
menjalankan manajemen SDM-nya termasuk bagaimana dia akan mengisi
lowongan pekerjaannya. Kebijakan-kebijakan tersebut mempengaruhi sifat
dari posisi yang lowong. Beberapa kebijakan personalia khususnya yang
relevan dengan perekrutan adalah (Noe, et al., 2007):
1) merekrut karyawan yang sudah ada untuk mengisi lowongan atau
mengangkat dari luar organisasi;
2) memenuhi atau melampaui tingkat pasaran upah karyawan;
3) menekankan pada keamanan pekerjaan atau melakukan pemberhentian
karyawan secara benar;
4) imej organisasi yang dibawa dalam advertensinya.
b. Sumber perekrutan
Aspek kritis lain dari strategi perekrutan organisasi adalah keputusan
tentang di mana tempat mendapatkan pelamar. Pada dasarnya pasar tenaga
kerja total adalah terbentang luas di seluruh permukaan bumi. Namun untuk
kepentingan praktis sebuah perusahaan hanya akan mengambil sebagian saja
dari pasar tenaga kerja total. Metode yang dipilih organisasi untuk
mengkomunikasikan kebutuhan tenaga kerjanya dan memilih audien
sasarannya akan menentukan ukuran dan sifat pasar tenaga kerja, tempat di
mana organisasi akan mengisi lowongan pekerjaannya. Contoh, orang yang
merespons iklan pekerjaan melalui internet mungkin akan berbeda dengan
orang yang merespons pengumuman yang tergantung di luar pabrik. Sumber
utama tempat organisasi melakukan perekrutan meliputi sumber internal dan
eksternal.
organisasi perlu membawa orang dari luar untuk mendapatkan ide atau
cara-cara baru menjalankan bisnis. Perekrutan eksternal ini biasanya
untuk posisi entry level atau posisi-posisi spesialis di level yang lebih
tinggi. Beberapa metode perekrutan secara eksternal meliputi: pelamar
langsung dan referrals, advertensi, agen-agen kerja, sekolah, dan web
sites.
e. Perekrutan elektronik
Internet telah membuka nuansa baru bagi perusahaan dalam usahanya
merekrut calon karyawan yang berbakat. Semakin lama perusahaan juga
semakin selektif dalam penggunaan media untuk perekrutan calon karyawan.
Berdasarkan hasil survei tahun 2001 di Amerika Serikat (Noe, et al., 2007)
menunjukkan bahwa electronic job boards merupakan sumber perekrutan
calon karyawan yang paling efektif.
Ada berbagai cara menggunakan Internet untuk perekrutan. Salah satu
cara termudah masuk dalam “e-cruiting” adalah memanfaatkan secara
sederhana Website perusahaan untuk mengumpulkan lamaran. Meskipun
banyak perusahaan (besar) memiliki kemampuan untuk itu, tetapi belum
banyak yang belajar tentang perekrutan secara efektif. Beberapa perusahaan
hanya menyediakan informasi tentang karier di perusahaan secara umum
saja. Pada saat ini pencari kerja berharap banyak untuk mendapatkan uraian
posisi lowongan secara terbuka dan secara gampang menyampaikan lamaran.
Di samping itu, pencari kerja juga harus dapat akses ke informasi tentang
perusahaan untuk melakukan penilaian apakah perusahaan tersebut cukup pas
dengan interes dan kekuatan/kapabilitas calon pelamar. Para pelamar akan
sangat senang jika perusahaan bersedia memberikan jawaban melalui e-mail
tentang lamaran yang telah diterimanya, lebih-lebih jawaban yang berkaitan
dengan jadwal kelanjutan dari lamaran tersebut.
Penggunaan Internet untuk menarik pelamar ini ternyata tidak cukup
berhasil bagi perusahaan-perusahaan kecil atau belum dikenal, karena hanya
sedikit orang yang mengunjungi website-nya (Noe, et al., 2007). Untuk itu
bagi perusahaan-perusahaan tersebut disarankan untuk menggunakan Website
yang memang telah dirancang untuk menarik para pencari kerja, seperti
Monster, HotJobs, atau CareerBuilder. Pada situs-situs tersebut pencari kerja
menyampaikan lamaran/resume yang terstandar dan perusahaan dapat
mencari database situs untuk resume-resume tersebut termasuk kata-kata
kunci tertentu. Perusahaan juga dapat menyampaikan informasi tentang
lowongan pekerjaan mereka sehingga pencari kerja dapat mencari informasi
lowongan pekerjaan tersebut dengan menggunakan kata-kata kuncinya.
Dengan saling menyampaikan informasi dan saling melakukan pencarian
antara pengusaha dan pencari kerja maka situs ini menawarkan cara yang
paling efisien untuk menemukan kecocokan antara pencari kerja dengan
lowongan pekerjaan. Namun demikian, kelemahan dari situs ini adalah
website jabatan yang begitu besar dapat memberikan begitu banyak kualitas
EKMA4214/MODUL 5 5.33
inferior karena melayani terlalu banyak pencari kerja dan pengusaha, bukan
merupakan segmen yang selektif.
Untuk itu, dapat digunakan Website yang lebih kecil (disebut niche
boards) karena lebih mudah disesuaikan dengan kebutuhan, fokus pada
industri, pekerjaan, atau area geografi tertentu. Contoh, Telecommcareers.net
merupakan situs yang berfokus pada industri telekomunikasi; CIO.com
merupakan situs pendamping majalah CIO yang khusus disediakan bagi
kepala kantor informasi (Noe, et al., 2007). Di samping itu, sejumlah blogs
meliput jabatan-jabatan dalam industri tertentu. Ditulis secara informal, blogs
menarik pencari kerja yang ingin membaca komentar dan berita dari tangan
pertama mengenai jabatan-jabatan dalam spesialisasi mereka. Beberapa
perekrut pada Microsoft, misalnya, menulis blogs mengenai karier pada
perusahaan tersebut. Sedangkan blogs lainnya berkaitan dengan industri
daripada perusahaan tertentu. Dari sisi perusahaan blogs dapat menjangkau
orang-orang yang serius mencari pekerjaan. Kelemahan dari blogs adalah
perusahaan hanya memiliki sedikit kontrol mengenai informasi dalam blogs
itu sendiri atau sumber di mana blogs tersebut dihubungkan.
Dengan banyaknya sumber informasi yang siap tersedia secara online,
perusahaan harus memperoleh pengalaman sumber informasi mana yang
cocok dan efektif untuk organisasi tertentu dan tipe posisi yang akan diisi.
Perusahaan mungkin akan mengunjungi situs yang berbeda untuk mengisi
tipe posisi yang berbeda.
f. Kantor pemerintah
Perusahaan dapat menyampaikan informasi lowongan pekerjaan ke
kantor tenaga kerja pemerintah yang tugas fungsionalnya mengurus
ketenagakerjaan baik secara nasional maupun lokal. Menurut Siagian (1993),
salah satu aktivitas kantor pemerintah adalah membina kerja sama dengan
berbagai instansi baik di lingkungan pemerintah maupun dunia usaha. Bentuk
kerja sama tersebut antara lain kantor tenaga kerja pemerintah menerima
berbagai informasi tentang lowongan pekerjaan dari berbagai perusahaan,
kemudian menyalurkan berbagai informasi lowongan pekerjaan tersebut
kepada para pencari kerja yang telah terdaftar pada kantor pemerintah
tersebut. Perusahaan dapat melakukan interviu dan/ atau tes kepada para
calon untuk melihat sejauh mana mereka cocok dengan lowongan yang telah
ditawarkan perusahaan.
5.34 Manajemen Sumber Daya Manusia
tertentu untuk jenis lowongan yang sudah ditentukan dibagi dengan jumlah
orang yang diangkat untuk mengisi jenis lowongan tersebut. Biaya per
pengangkatan rendah berarti bahwa sumber perekrutan tersebut efisien, yaitu
menghasilkan calon yang berkualitas dengan biaya minimum. Contoh
perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.1
Contoh Perhitungan Hipotetis Rasio Hasil Usaha Perekrutan
Sumber Perekrutan
Perusahaan
Universitas Universitas Iklan Surat Iklan
Referrals Pencari
Lokal Terkenal Kabar Online
Eksekutif
Lamaran yang
200 400 50 500 7000 20
dihasilkan
Tawaran interviu
175 100 45 400 500 20
yang diterima
Pelamar yang
dinyatakan 100 95 40 50 350 19
diterima
Rasio hasil
45 2,5 70 5 2,86 75
kumulatif(%)
Biaya ($)
30.000 50.000 15.000 20.000 5.000 90.000
Biaya per
pengangkatan ($) 333 5.000 429 800 25 6.000
Sumber: Noe, R.A, et al. 2007. Fundamentals of Human Resource Management. Second Edition.
New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. p.164.
a. Karakteristik perekrut
Saudara mahasiswa, oleh karena karakteristik perekrut pada derajat
tertentu dapat berpengaruh terhadap pilihan-pilihan jabatan para pelamar
maka perusahaan perlu menentukan apakah pelaksana perekrutan di
perusahaannya adalah spesialis SDM atau pakar pada jabatan tertentu (yaitu,
mereka yang pada saat ini memegang jenis jabatan yang sama, atau supervisi
5.38 Manajemen Sumber Daya Manusia
b. Perilaku perekrut
Hasil dari suatu proses perekrutan tidak hanya dipengaruhi oleh cukup
banyaknya informasi yang diberikan kepada calon, tetapi juga kebenaran dari
informasi yang diberikan/disediakan. Oleh karena tugas dari para perekrut
adalah bagaimana dapat menarik para calon pelamar untuk bersedia melamar
lowongan pekerjaan yang ditawarkan maka sering kali mereka bertindak
dengan melebih-lebihkan segi positif dari lowongan yang ditawarkan dan
menutupi segi negatif/kelemahannya. Hal ini karena pada umumnya para
pelamar sangat sensitif dengan informasi yang negatif. Lebih-lebih pelamar
yang sangat berkualitas, mereka tidak akan bersedia mengejar jabatan jika
mengetahui segi negatif dari jabatan tersebut. Namun demikian, jika perekrut
terlalu menonjol-nonjolkan segi positifnya saja maka pelamar dapat terkecoh
dan terpikat untuk menerima jabatan yang telah salah dipersepsikan tersebut.
Hal ini nantinya akan menimbulkan ketidakpuasan terhadap karyawan karena
kenyataannya tidak sesuai dengan harapan dan pada gilirannya akan
meningkatkan angka perputaran karyawan. Dengan demikian dapat dikatakan
jika perekrut menjelaskan jabatan yang ditawarkan secara tidak realistik,
maka akhirnya akan menimbul ketidakpercayaan orang-orang yang telah
menerima tawaran jabatan tersebut dan menganggap perusahaan telah
membuat kebohongan.
EKMA4214/MODUL 5 5.39
a. Outsourcing
Outsourcing merupakan proses mengupah penyedia tenaga kerja
eksternal untuk melakukan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan secara
internal (Mondy, 2008). Mensubkontrakkan berbagai fungsi kepada
perusahaan lain telah menjadi praktek umum beberapa dekade terakhir ini.
Keputusan outsourcing tersebut cukup masuk akal jika kontraktor dapat
menjalankan fungsi yang telah ditentukan, seperti pemeliharaan, yang
(bahkan) mungkin dapat lebih efektif dan efisien dibanding jika dikerjakan
secara internal oleh perusahaan yang bersangkutan. Menurut Mondy,
Outsourcing ini beberapa tahun yang lalu telah meluas digunakan dan
semakin menjadi alternatif perekrutan populer bahkan melibatkan setiap area
bisnis secara virtual. Selanjutnya, Mondy menyatakan bahwa di Amerika
Serikat perusahaan korporasi dalam segala ukuran telah melakukan
outsourcing kepada para penyedia jasa di India, China, dan Eropa Timur
untuk memuaskan kebutuhan pelanggannya. Dalam kenyataannya tidak
semua usaha outsourcing mengalami sukses. Dell Computer, contohnya,
banyak menuai complain mengenai aksen yang kental dan pelayanan yang
buruk ketika meng-outsource-kan pusat pendukung tekniknya di India.
c. Kerja lembur
Apabila perusahaan sedang menghadapi tekanan untuk memenuhi target
produksi, maka dapat menjadi pertanda bahwa karyawan perlu melakukan
kerja lembur. Dengan memiliki karyawan yang bersedia melakukan kerja
lembur, maka organisasi dapat menghindari biaya perekrutan dan sekaligus
memiliki tambahan karyawan. Kerja lembur dapat memberikan pendapatan
tambahan bagi karyawan. Namun demikian, terdapat beberapa masalah
potensial yang berkaitan dengan kerja lembur, yaitu timbulnya masalah
kelelahan, meningkatnya kecelakaan, dan meningkatnya tingkat absensi
karyawan.
Oleh karena itu, kerja lembur dianggap sebagai alternatif rekrutmen
hanya dalam pengertian bahwa karena terpaksa dilakukan dan dalam waktu
yang relatif pendek. Kerja lembur yang berlangsung terus-menerus sering
kali mengakibatkan biaya tenaga kerja lebih tinggi dan mengurangi
produktivitas.
d. Leasing karyawan
Praktek leasing karyawan banyak terjadi di Amerika Serikat. Praktek ini
berkembang pesat setelah diterimanya Undang-Undang tentang Pajak
Kekayaan dan Tanggung jawab Fiskal di Amerika Serikat tahun 1982 (Snell
dan Bohlander, 2007). Leasing karyawan dilakukan oleh organisasi
pengusaha profesional (PEOs). Pada dasarnya PEO mengambil alih
manajemen dari tugas-tugas SDM perusahaan yang lebih kecil dan menjadi
pendamping pengusaha dalam urusan karyawannya. Perusahaan yang
menggunakan jasa leasing ini membayar fee kepada perusahaan leasing yang
melaksanakan keseluruhan aktivitas perekrutan, penempatan, pelatihan,
pengompensasian, dan pengevaluasian. Karyawan perusahaan leasing digaji
5.42 Manajemen Sumber Daya Manusia
untuk menyediakan pool tenaga kerja yang telah siap bekerja. Perusahaan-
perusahaan kecil-menengah menemukan keuntungan dalam manajemen
leasing karyawan, karena mereka tidak perlu terlibat dalam aktivitas-aktivitas
manajemen sumber daya manusia dan administrasi lainnya. Leasing
karyawan mirip dengan bantuan dalam pengaturan karyawan sementara,
meskipun di bawah perusahaan leasing itu sendiri karyawan menjadi
karyawan tetap, tidak sementara.
potensial. Oleh karena itu, penting bagi mereka yang menyambut dan
memproses pelamar (baik yang datang langsung maupun lewat telepon)
terlatih baik dalam teknik-teknik berkomunikasi dan keahlian interpersonal.
Mereka harus merasa senang berjumpa dan melayani publik serta membantu
pihak lain yang penuh stres karena mencari pekerjaan agar dengan begitu
dapat menjadikan kesan tersendiri yang sulit dilupakan oleh calon pelamar.
Dalam organisasi yang lebih kecil, orang-orang sumber daya manusia
melakukan fungsi multiguna, yaitu melakukan tugas perekrutan bersamaan
dengan pelaksanaan tugas mereka lainnya. Kadang-kadang organisasi
menempatkan secara bersama-sama suatu komite perekrutan yang berasal
dari manajer operasi dan sumber daya manusia.
Tabel 5.2
Peran Manajer Operasi (MO) dan Sumber Daya Manusia (SDM)
dalam Perekrutan
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Pada Kegiatan Belajar 2 dibahas lebih lanjut tentang proses
perekrutan pada organisasi bisnis. Menurut Bernardin dan Russell
(1998), terdapat dua aspek yang paling penting dalam pengisian jabatan
suatu organisasi, yaitu perencanaan sumber daya manusia dan
rekrutmen. Perencanaan merupakan peramalan kebutuhan SDM dalam
konteks perencanaan bisnis strategik, sedangkan rekrutmen merupakan
proses menarik pelamar untuk posisi yang diperlukan. Proses ini harus
terintegrasi penuh dengan proses perencanaan SDM dan aktivitas-
aktivitas manajemen SDM lain, khususnya proses seleksi, karena
keberhasilan rekrutmen mempengaruhi keberhasilan seleksi dan
penggunaan prosedur seleksi yang baik dapat mempengaruhi
keberhasilan rekrutmen. Terdapat berbagai sumber karyawan. yang
umumnya dapat digunakan organisasi/perusahaan untuk melakukan
perekrutan. Suatu organisasi dapat mengisi jabatan tertentu baik dengan
orang yang ada di dalam organisasi yang telah siap untuk dipekerjakan
(sumber internal) ataupun orang yang berasal dari luar organisasi
(sumber eksternal).
Pada dasarnya, sumber karyawan internal dapat diperoleh melalui
tiga cara dasar, yaitu 1) melalui transfer (seorang karyawan dari satu
jabatan ke jabatan lain yang serupa dalam satu perusahaan); 2) melalui
promosi (yaitu dari suatu jabatan yang lebih rendah ke jabatan yang
lebih tinggi tingkatannya); dan 3) melalui peningkatan (up grading),
yaitu meningkatkan level pendidikan atau keahlian seorang karyawan
yang sedang memegang jabatan pada saat ini.
Ivancevich (1992) mengemukakan ada beberapa sumber perekrutan
eksternal, di antaranya, yaitu media advertensi, agen penempatan tenaga
kerja dan perusahaan pencari eksekutif, serta acara-acara khusus untuk
perekrutan (special events recruiting). Di samping sumber internal dan
eksternal, terdapat sumber alternatif perekrutan yang perlu
dipertimbangkan, yaitu bekerja lembur, leasing karyawan dan
penempatan tenaga kerja temporer.
5.46 Manajemen Sumber Daya Manusia
TE S FOR MATIF 2
4) Menurut salah satu hasil studi di Amerika Serikat, para pelamar memiliki
persepsi tertentu terhadap spesialis SDM dan pakar jabatan tertentu,
yaitu ....
A. spesialis SDM adalah orang-orang tepercaya
B. spesialis SDM adalah orang-orang yang kurang tepercaya
C. pakar jabatan tertentu adalah orang-orang yang kurang tepercaya
D. pelamar lebih menghargai spesialis SDM dibanding pakar jabatan
Kegiatan Belajar 3
A. SELEKSI
1. Pengertian Seleksi
Saudara mahasiswa, menurut Ivancevich (1992) seleksi adalah suatu
proses di mana suatu organisasi memilih orang atau orang-orang yang terbaik
dari suatu daftar pelamar yang memenuhi kriteria seleksi untuk posisi-posisi
yang tersedia untuk diisi. Definisi ini mengandung pengertian bahwa semua
program seleksi pada dasarnya berusaha mengidentifikasi pelamar yang
diperkirakan akan dapat memenuhi (atau bahkan melampaui) standar kinerja
organisasi yang telah dinyatakan dalam uraian setiap jabatan yang akan diisi.
Senada dengan definisi Ivancevich, Mondy (2008) mendefinisikan seleksi
sebagai proses memilih dari kelompok pelamar, yaitu individu yang paling
EKMA4214/MODUL 5 5.49
cocok dengan posisi tertentu dan dengan organisasi. Dalam definisi ini
dinyatakan bahwa kecocokan secara tepat/pas antara orang dengan jabatan
dan organisasi merupakan tujuan dari proses seleksi. Adanya ketidakcocokan
antara individu dengan jabatan atau budaya organisasi, karena calon terlalu
berkualitas, atau kurang berkualitas, atau sebab lainnya, akan menyebabkan
mereka tidak efektif bekerja dan ada kemungkinan besar mereka akan
meninggalkan perusahaan baik secara sukarela atau sebab lainnya. Proses
seleksi yang efektif dapat menghasilkan keuntungan yang berulang-ulang
setiap tahun, sebaliknya keputusan seleksi yang jelek dapat menimbulkan
kerusakan yang sulit diperbaiki. Pengangkatan karyawan yang jelek dapat
mempengaruhi moral keseluruhan pegawai, terutama pada posisi-posisi di
mana dituntut adanya kerja tim.
b. Lingkungan internal
Lingkungan internal merupakan lingkungan yang dapat mempengaruhi
proses seleksi suatu organisasi. Biasanya sektor swasta, baik sektor
manufaktur maupun jasa menggunakan metode yang sama, sedangkan sektor
publik menggunakan metode berbeda. Secara tradisional seleksi pada sektor
5.50 Manajemen Sumber Daya Manusia
publik dibuat dengan dasar bersifat politik patronage atau merit. Sistem
patronage memberi jabatan kepada mereka yang telah bekerja kepada pejabat
publik yang terpandang. Sistem yang ideal dalam memilih karyawan secara
sistematik adalah pemilihan dengan sistem merit murni, yaitu pemilihan yang
didasarkan pada kemampuan dan pengalaman karyawan.
Selain metode seleksi, ada aspek organisasi lain yang dapat
mempengaruhi seleksi yaitu ukuran organisasi, kekompleksitas, dan teknik
seleksi yang canggih. Teknik-teknik seleksi yang valid, reliabel dan
sistematik pada umumnya mahal, sehingga hanya organisasi yang besar saja
yang mampu menggunakan teknik semacam itu. Demikian pula, jika
organisasi kompleks yang memiliki banyak jabatan dengan hanya sedikit
karyawan, maka dengan menggunakan teknik seleksi yang canggih akan
menghemat biaya.
e. Tuntutan pemerintah
Kondisi lingkungan selanjutnya yang dapat mempengaruhi seleksi
adalah pemerintah. Contoh, pemerintah mensyaratkan organisasi untuk
mempekerjakan para invalid (orang cacat fisik) dalam proporsi tertentu.
EKMA4214/MODUL 5 5.51
Memberi peluang kerja yang adil (equal) bagi semua penduduk. Tidak
mempekerjakan buruh, anak dan lain sebagainya.
g. Lokasi organisasi
Lokasi organisasi juga mempengaruhi proses seleksi. Banyak perusahaan
yang menempatkan lokasi pabriknya di daerah tertentu karena memberi
banyak pasokan karyawan. Contoh, perusahaan tekstil yang banyak
memerlukan tenaga tidak ahli (unskill labor) ditempatkan di daerah yang
padat penduduknya, misal di pulau Jawa.
a. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada seberapa stabil suatu pengukuran yang
dilakukan berulang-ulang atas berbagai situasi dan kondisi tes. Contoh
5.52 Manajemen Sumber Daya Manusia
b. Validitas
Validitas mengacu pada seberapa akurat suatu prediktor benar-benar
memprediksi kriteria dari keberhasilan jabatan. Contoh, seorang pelamar
melamar pekerjaan untuk posisi pengetik yang akan mengetik rata-rata 120
kata per menit. Pelamar tersebut harus dapat melaksanakan dengan baik
pekerjaan itu jika kecepatan mengetik merupakan suatu kriteria yang valid
untuk keberhasilan pekerjaan. Suatu prediktor yang akan digunakan dalam
keputusan seleksi maka harus valid. Gambar 5.9 menunjukkan hubungan
antara analisis jabatan dan validitas. Suatu kriteria seperti penilaian kinerja
dapat digunakan baik sebagai prediktor maupun sebagai kriteria keberhasilan
EKMA4214/MODUL 5 5.53
dituntut untuk menjadi sekretaris yang bagus. Validitas isi tidak layak untuk
perilaku pekerjaan yang lebih abstrak seperti, potensi kepemimpinan, gaya
kepemimpinan, atau etika kerja. Jika prosedur seleksi mencakup penggunaan
tes untuk mengukur karakteristik kepemimpinan dan atau kepribadian, maka
validitas konstruk lebih memadai dibanding validitas isi.
Validitas konstruk (Construct Validity). Suatu tes dikatakan valid secara
konstruk, jika tes itu mengukur sifat yang penting untuk suatu jabatan.
Validitas konstruk didefinisikan sebagai yang memperlihatkan hubungan
antara yang mendasari sifat atau “konstruk hipotetis” yang disimpulkan dari
perilaku dan satu set tes yang mengukur hubungannya dengan konstruk.
Contoh, jika kepemimpinan adalah penting untuk melaksanakan pekerjaan
manajer proyek, maka suatu tes yang mengukur kepemimpinan dikatakan
memiliki validitas konstruk. Untuk membuktikan validitas konstruk, manajer
harus membuktikan bahwa tes benar-benar mengukur sifat (kepemimpinan)
dan sifat kepemimpinan benar-benar diperlukan untuk pekerjaan yang
bersangkutan.
Gambar 5.9
Hubungan antara Analisis Jabatan dan Validitas
EKMA4214/MODUL 5 5.55
5. Proses Seleksi
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, bahwa
sasaran proses seleksi adalah terpilihnya individu pelamar yang dapat
melaksanakan pekerjaan dengan sukses. Dalam program seleksi secara
lengkap, proses seleksi didasarkan atas analisis jabatan, perencanaan sumber
daya manusia secara komprehensif, dan proses perekrutan yang efektif.
Hubungan antara seleksi, analisis jabatan, perencanaan sumber daya manusia,
dan program perekrutan nampak pada Gambar 5.10.
5.56 Manajemen Sumber Daya Manusia
Gambar 5.10
Hubungan antara Seleksi, Analisis Jabatan, Perencanaan
Sumber daya Manusia, dan Program Perekrutan
a. Penyaringan pendahuluan
Penyaringan awal ditujukan untuk mengurangi pelamar yang jelas-jelas
tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini akan mengurangi
waktu dan biaya seleksi yang dikeluarkan. Contoh, seluruh pelamar diberi
wawancara penyaringan selama 10 menit untuk menentukan apakah mereka
memiliki pendidikan, pelatihan, minat, dan pengalaman yang diperlukan
untuk jabatan yang bersangkutan. Pewawancara dapat juga memberikan
informasi kepada pelamar tentang sifat dasar dan persyaratan minimal dari
jabatan yang sedang ditawarkan. Jika tuntutan dari organisasi nampak sesuai
dengan kualifikasi dan minat pelamar dalam penyaringan awal tersebut, maka
pelamar diminta untuk melengkapi formulir lamarannya dan selanjutnya
mengikuti proses seleksi tahap berikutnya. Adakalanya seorang pelamar tidak
berkualifikasi untuk suatu jabatan tertentu, tetapi berkualifikasi untuk yang
lainnya. Jika individu yang sedang menjalankan proses penyaringan tersebut
diberi informasi seluruh kebutuhan sumber daya manusia organisasi, maka
mereka akan dapat menyesuaikan dengan jabatan yang cocok untuk
kualifikasi mereka.
c. Melaksanakan tes
Tes untuk pelamar biasanya diselenggarakan setelah wawancara
pendahuluan dilaksanakan dan blangko lamaran telah diperiksa. Tes
dikembangkan dalam usaha untuk menemukan cara pengukuran kualifikasi
pelamar yang lebih objektif. Suatu pengembangan dan pengadministrasian
program tes yang memadai dapat memberikan cara penilaian pelamar
pekerjaan yang lebih obyektif dan meningkatkan akurasi proses seleksi.
Beberapa tes yang umum digunakan adalah sebagai berikut.
1) Tes pengetahuan pekerjaan dan kecakapan
Tes pengetahuan pekerjaan mengukur pengetahuan yang dimiliki oleh
pelamar berkaitan dengan pekerjaan yang dilamar. Tes ini dapat
berbentuk tertulis atau oral (lisan). Pelamar harus menjawab pertanyaan
yang membedakan pekerja berpengalaman dan ahli dengan pekerja yang
kurang berpengalaman dan kurang ahli. Sedangkan tes kecakapan
mengukur seberapa baik pelamar dapat melaksanakan suatu contoh
pekerjaan.
2) Tes kemampuan umum atau kecerdasan
Tes kemampuan umum atau kecerdasan berusaha mengukur kapasitas
individu atau kemampuan belajar menyeluruh. Meskipun tes ini telah
terbukti valid bagi jabatan level tertentu, namun sering kali
disalahgunakan dalam menyaring pelamar untuk suatu jabatan yang
harus diukur dengan tes kinerja atau tes bakat. Walaupun tes kecerdasan
sering kali bermanfaat dalam pemilihan individu yang dapat dilatih
dengan baik, namun kecerdasan itu sendiri belum terbukti secara valid
sebagai prediktor keberhasilan jabatan. Bahkan ditemukan orang-orang
yang tidak memiliki skor tinggi pada tes kecerdasan dalam kenyataannya
menjalankan berbagai jabatan dengan rentang level keahlian yang luas.
3) Tes bakat
Tes bakat berusaha mengukur kemampuan belajar tentang pekerjaan
tertentu atau mengukur kapasitas seseorang, yaitu kemampuan potensial
untuk belajar dan melaksanakan pekerjaan. Tes ini dapat berupa
multibakat atau bakat tertentu. Beberapa tes yang lebih sering digunakan
mengukur kemampuan verbal, numerik, kecepatan persepsi, kemampuan
spasial, dan kemampuan rasional. Tes kemampuan verbal mengukur
EKMA4214/MODUL 5 5.59
6) Tes minat
Tes minat didesain untuk menentukan seberapa tinggi minat seseorang
dibanding dengan minat keberhasilan seseorang dalam jabatan tertentu.
Tes ini menunjukkan pekerjaan atau area pekerjaan mana yang paling
diminati pelamar. Dasar asumsi dalam penggunaan tes minat adalah,
bahwa orang akan lebih memiliki kemungkinan untuk sukses dalam
pekerjaan yang mereka sukai. Problem utama penggunaan tes minat
untuk tujuan seleksi adalah bahwa respons terhadap pertanyaan tidak
selalu jujur.
7) Tes polygraph
Terkenal sebagai detektor kebohongan (lie detector), yaitu suatu alat
yang merekam perubahan secara fisik pada tubuh di saat subjek tes
menjawab serangkaian pertanyaan. Catatan polygraph berfluktuasi
sesuai tekanan darah, pernafasan, dan keringat pada sebuah pergerakan
gulungan kertas grafik. Penggunaan polygraph tergantung pada
serangkaian asumsi sebab-akibat; seperti stres menyebabkan perubahan
psikologis tertentu dalam badan; takut dan merasa bersalah
menyebabkan stres; bohong menyebabkan rasa takut dan bersalah. Teori
yang berada di balik penggunaan tes polygraph adalah ada anggapan
suatu hubungan langsung antara respons subjek terhadap pertanyaan dan
respons psikologis dicatat pada polygraph. Bagaimanapun juga, mesin
polygraph itu sendiri tidak mendeteksi kebohongan, tetapi hanya
mendeteksi perubahan secara psikologis. Operator harus
menginterpretasikan data yang dicatat oleh mesin. Dengan demikian,
detektor kebohongan yang sebenarnya adalah operator, bukan mesin.
8) Tes obat terlarang dan AIDS
Tes obat terlarang semakin banyak digunakan oleh organisasi. Banyak
organisasi tidak akan mengangkat calon karyawan potensial yang hasil
tesnya menunjukkan positif dalam penyalahgunaan obat terlarang.
Banyak organisasi pada saat ini juga melakukan pemeriksaan AIDS bagi
calon karyawannya. Di Amerika Serikat, misalnya, calon karyawan yang
terkena AIDS dan calon karyawan yang hasil tesnya positif terjangkit
HIV mendapat proteksi oleh Vocational Rehabilitation Act dan
American with Disahilities Act. AIDS di tempat kerja telah
menyebabkan ketakutan di antara karyawan dan kolega.
EKMA4214/MODUL 5 5.61
9) Memeriksa referensi
Banyak organisasi menyadari pentingnya pemeriksaan referensi dan
menyediakan ruang pada formulir aplikasi untuk menuliskan referensi.
Sebagai bagian dari proses seleksi, pelamar diminta untuk menyerahkan
referensi atau surat rekomendasi dari individu, sekolah, atau karyawan
organisasi. Referensi tersebut menunjukkan perilaku masa lalu dan
seberapa baik pelamar telah menjalankan pekerjaannya. Agar surat
rekomendasi bermanfaat, maka harus memenuhi kondisi tertentu sebagai
berikut.
a) Penulis rekomendasi harus mengetahui tingkat kinerja pelamar dan
memiliki kompetensi untuk menilainya.
b) Penulis rekomendasi harus mengkomunikasikan evaluasi secara
efektif kepada majikan yang potensial.
c) Penulis rekomendasi harus penuh kejujuran.
10) Melaksanakan Wawancara.
Mewawancarai calon karyawan masih merupakan alat yang paling
penting dan paling banyak digunakan dalam proses seleksi. Wawancara
yang efektif memungkinkan pewawancara belajar lebih banyak tentang
latar belakang pelamar pekerjaan serta minat. Nilai wawancara hanya
suatu cara untuk mendapatkan informasi tertentu tentang pelamar, seperti
kemampuan berkomunikasi, sikap, dan klarifikasi informasi yang telah
dituliskan oleh pelamar pada blangko lamaran. Wawancara juga
memungkinkan pewawancara memberikan informasi kepada pelamar
lebih lengkap tentang pekerjaan yang sedang ditawarkan organisasi.
11) Melaksanakan tes kesehatan
Tahapan terakhir dalam proses seleksi adalah pengujian secara fisik.
Pengujian semacam ini akan mengidentifikasi pelamar mana yang
memiliki kualifikasi fisik yang layak untuk memenuhi tuntutan jabatan
yang sedang dipertimbangkan. Oleh karena biaya tes kesehatan ini cukup
mahal banyak perusahaan meminta pelamar melengkapi surat
lamarannya dengan surat keterangan kesehatan. Jika tidak menunjukkan
problem kesehatan yang serius pada surat keterangan kesehatan tersebut
pada umumnya pelamar tidak diminta mengikuti tes kesehatan.
dengan seleksi, sedangkan pada organisasi menengah dan besar, baik manajer
operasi maupun manajer sumber daya manusia terlibat keputusan berkaitan
dengan program seleksi.
Pada beberapa organisasi, karyawan dilibatkan dalam proses seleksi.
Pelamar diwawancara oleh karyawan, yang kemudian karyawan tersebut
diminta untuk mengemukakan preferensi mereka.
Secara umum dapat dikatakan bahwa keputusan berkaitan dengan seleksi
akan lebih efektif jika pertama, melibatkan banyak orang, seperti tim kerja
atau panel. Kedua, informasi yang memadai diberikan kepada calon yang
diseleksi.
7. Keputusan seleksi
Setelah mereviu lamaran, menilai hasil tes, melaksanakan wawancara,
dan memeriksa referensi, perusahaan perlu membuat keputusan tentang calon
yang akan ditempatkan dalam jabatan yang telah ditentukan. Pada
prakteknya, perusahaan umumnya menemukan lebih dari satu orang calon
untuk mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia. Untuk itu perlu dipilih
calon sesuai dengan kebutuhan dan kriteria yang telah ditentukan.
setelah itu dilakukan reviu terhadap seluruh nilai peserta untuk menemukan
calon yang paling diinginkan.
B. ORIENTASI
1. Level Orientasi
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, orientasi dilaksanakan
baik pada level organisasional maupun level departemen dan pekerjaan.
a. Orientasi organisasional
Topik yang dikemukakan dalam orientasi organisasional harus
didasarkan pada kebutuhan, baik kebutuhan organisasi maupun karyawan.
Pada umumnya, organisasi sangat interes pada penciptaan keuntungan,
pemberian pelayanan yang baik kepada pelanggan, memuaskan kebutuhan
dan kesejahteraan karyawan, dan memiliki tanggung jawab sosial. Di sisi
lain, karyawan baru pada umumnya lebih tertarik pada gaji dan upah,
tunjangan, dan syarat serta kondisi khusus pekerjaan. Untuk itu, suatu
keseimbangan yang baik antara kebutuhan organisasi dan karyawan baru
perlu diusahakan agar program orientasi menghasilkan hasil yang positif.
a. Mengurangi kegelisahan
Yang dimaksud dengan kegelisahan adalah perasaan takut gagal dalam
pekerjaan. Ini merupakan ketakutan normal dari ketidaktahuan dalam
mengkonsentrasikan kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Kegelisahan
ini dapat menjadi fatal jika karyawan senior melakukan perploncoan terhadap
karyawan baru tersebut.
5.66 Manajemen Sumber Daya Manusia
b. Mengurangi perputaran
Orientasi yang efektif dapat mengurangi keinginan karyawan baru untuk
berhenti dan pindah ke tempat lain pada periode awal mereka bekerja. Jika
karyawan baru pada masa awal bekerjanya sudah memiliki persepsi bahwa
dia tidak efektif bekerja; atau tidak diinginkan/diperlukan organisasi maka
dia dapat bereaksi untuk mundur dari organisasi. Berdasarkan pengalaman,
tingkat perputaran karyawan pada periode awal ini cukup tinggi. Oleh karena
itu, suatu orientasi yang efektif diharapkan dapat mengurangi reaksi yang
merugikan perusahaan tersebut.
3. Program Orientasi
Program orientasi karyawan baru cukup bervariasi, yaitu dari yang
bersifat sangat formal sampai yang kurang formal. Orientasi formal pada
umumnya mencakup kegiatan-kegiatan seperti meninjau ke fasilitas-fasilitas
organisasi, penggunaan slide, grafik dan gambar-gambar. Dalam istilah Byars
dan Rue (1997), setiap karyawan baru menerima sebuah kit orientasi atau
paket informasi yang merupakan pelengkap dari program orientasi verbal.
KIT orientasi antara lain berupa: 1) bagan organisasi, 2) peta fasilitas
organisasi, 3) buku tentang kebijaksanaan organisasi dan prosedur, 4) daftar
hari libur dan tunjangan, 5) formulir penilaian kinerja dan prosedur, 6)
formulir-formulir lain yang diperlukan, dan 7) nomor telepon orang-orang
penting organisasi.
Kegiatan orientasi ini biasanya melibatkan sejumlah besar karyawan
baru yang diorientasikan. Orientasi pertama yang didapat masih bersifat
informasi umum tentang organisasi, kemudian mereka diberi orientasi
departemen dari pekerjaan yang bersifat lebih khusus. Dalam organisasi yang
lebih kecil, orientasi dilakukan oleh manajer operasi. Bagi organisasi-
EKMA4214/MODUL 5 5.67
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 3 dimaksudkan untuk membekali mahasiswa
mengenai berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan proses seleksi
yang meliputi pengertian dan sasaran seleksi, berbagai faktor yang
terlibat dalam pembuatan keputusan seleksi yang efektif, proses seleksi,
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan seleksi, reliabilitas dan
validitas kriteria seleksi dan analisis biaya-manfaat bagi keputusan
seleksi.
Tujuan yang paling dasar dari seleksi adalah menemukan karyawan
yang paling mungkin memenuhi standar kinerja organisasi dan yang
akan dapat merasa puas serta dapat berkembang dalam jabatan yang
dipangkunya. Seleksi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik lingkungan
internal maupun eksternal perusahaan.
Proses seleksi dapat mencakup enam tahapan, yaitu wawancara
penyaringan pendahuluan, melengkapi blangko lamaran/biodata,
wawancara penempatan, tes penempatan, pemeriksaan referensi dan
surat rekomendasi, serta pengujian secara fisik. Agar keputusan
pemilihan lebih efektif perlu melibatkan baik manajer operasional,
manajer sumber daya manusia, dan supervisor di dalam pengambilan
keputusan seleksi.
Untuk mencapai keakurasian prediksi tentang calon karyawan yang
akan ditempatkan, perlu juga informasi dari calon karyawan tersebut
secara akurat. Untuk itu, diperlukan uji informasi yang memenuhi aspek
reliabilitas dan validitas.
EKMA4214/MODUL 5 5.69
TE S FOR MATIF 3
Kegiatan Belajar 4
meliputi PHK yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak,
milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik
milik swasta ataupun milik negara, maupun usaha-usaha sosial dan usaha-
usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Sedangkan pemberhentian
karyawan adalah pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh pengusaha
yang pada umumnya disebabkan adanya pelanggaran disiplin oleh karyawan
atau karena karyawan berkinerja buruk. Apapun namanya, apakah itu
pemutusan hubungan kerja ataukah pemberhentian kedua-duanya mempunyai
dampak meningkatkan tingkat perputaran karyawan. Tingkat perputaran
karyawan adalah ukuran seberapa besar karyawan meninggalkan perusahaan
(Mejia, Balkin, dan Cardy, 2007). Perusahaan yang dikelola dengan baik
akan selalu memantau tingkat perputaran karyawannya dan mengidentifikasi
serta mengelola penyebab perputaran karyawan agar dapat meminimalkan
tingkat perputaran karyawan sehingga menghemat biaya penggantian
karyawan. Jadi, perusahaan/organisasi harus mengendalikan pemutusan
hubungan kerja.
baik disebabkan oleh mungkin pekerjaan yang ada sekarang tidak menarik
lagi. Kondisi kerja jelek, gaji dan tunjangan rendah, hubungan dengan atasan
tidak bagus, dan sebagainya. Dalam banyak kasus PHK, keputusan untuk
meninggalkan perusahaan adalah akibat dari kombinasi adanya tawaran yang
lebih menarik dari luar dan aspek tidak bahagia di tempat kerja yang
sekarang.
Menurut Mejia, Balkin, dan Cardy (2007) pemutusan hubungan kerja
secara sukarela dapat berbentuk dapat dihindarkan atau tidak terhindarkan.
PHK secara sukarela yang tidak terhindarkan merupakan hasil dari keputusan
kehidupan karyawan di luar kontrol karyawan yang bersangkutan, seperti
karena keputusan pasangan hidupnya untuk pindah ke tempat lain yang jauh
dari tempat kerjanya yang sekarang. Berdasarkan hasil studi sekitar 80 persen
PHK secara sukarela terjadi dalam bentuk yang dapat dihindarkan dan
banyak diantaranya karena kesalahan dalam pengangkatan. Oleh karena itu,
melalui investasi pada perekrutan, seleksi, pelatihan, dan program
pengembangan perusahaan dapat menghindari ketidakserasian antara
karyawan dan jabatannya. Ada dua tipe PHK secara sukarela, yaitu berhenti
dan mengundurkan diri (Mejia, Balkin, dan Cardy, 2007).
Berhenti. Keputusan untuk berhenti tergantung pada (a) tingkat
ketidakpuasan karyawan dengan pekerjaannya, (b) jumlah alternatif menarik
yang dimiliki karyawan di luar perusahaan. Karyawan dapat merasa tidak
puas dengan pekerjaan itu sendiri, dengan lingkungannya, atau kedua-
duanya. Pada akhir-akhir ini sejumlah perusahaan menggunakan upah
insentif untuk mendorong karyawannya berhenti secara sukarela. Pengusaha
menggunakan program tersebut untuk mengurangi besarnya angkatan kerja
dengan menghindarkan diri dari faktor-faktor negatif yang dikaitkan dengan
pengurangan karyawan.
Mengundurkan diri. Mengundurkan diri berbeda dengan berhenti dalam
beberapa hal. Pertama, mengundurkan diri biasanya terjadi pada akhir karier
seseorang, sedangkan berhenti dapat terjadi kapan saja dan umumnya terjadi
pada tahap awal karier seseorang di mana pada saat itu dia sangat mungkin
untuk berubah pekerjaan. Kedua, mengundurkan diri biasanya menghasilkan
penerimaan individu berupa tunjangan pengunduran diri dari perusahaan.
Penerimaan tersebut termasuk pendapatan tambahan dari dana tabungan
pegawai dan tunjangan keamanan sosial. Sedangkan mereka yang berhenti,
tidak mendapatkan tunjangan semacam itu. Terakhir, pada umumnya
perusahaan membuat perencanaan pengunduran diri terlebih dahulu. Staf
5.74 Manajemen Sumber Daya Manusia
lisan, selanjutnya akan diberi peringatan secara tertulis dalam periode waktu
tertentu. Jika karyawan tersebut masih belum berhenti melanggar maka
pengusaha dapat melakukan pemecatan karyawan yang bersangkutan. Para
manajer harus mencatat kejadian pelanggaran yang dilakukan karyawan dan
menyediakan bukti bahwa karyawan tahu tentang peraturan-peraturan
tersebut dan telah diperingatkan bahwa pelanggarannya dapat mengantarkan
pada pemecatan.
Pemberhentian. Pemberhentian merupakan alat perusahaan untuk
memangkas biaya. Contoh, pemberhentian massal 25.000 karyawan blue-
collar oleh General Motor diperkirakan dapat dialihkan ke dalam tabungan
tahunan sebesar $2,5 miliar. Pemberhentian berbeda dengan pemecatan
dalam beberapa hal. Pertama, dalam pemberhentian karyawan kehilangan
pekerjaannya karena adanya perubahan dalam lingkungan atau strategi
perusahaan yang memaksa perusahaan mengurangi angkatan kerjanya.
Kompetisi global, menurunnya permintaan terhadap produk perusahaan,
perubahan teknologi yang menyebabkan menurunnya kebutuhan karyawan,
dan merger serta akuisisi merupakan faktor utama di balik sebagian besar
pemberhentian (Mejia, Balkin, dan Cardy, 2007). Kedua, pemberhentian
memiliki efek kuat pada organisasi. Mereka dapat mempengaruhi moral
karyawan yang masih tinggal di perusahaan karena takut kehilangan
jabatannya di masa mendatang.
1. Uang Pesangon
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 4 menjelaskan tentang pemutusan hubungan kerja
baik ditinjau dari aspek teoritis maupun aspek yuridis. Secara teoritis
pemutusan hubungan kerja harus dikelola dengan baik agar tetap
mempertahankan citra perusahaan di mata masyarakat, sehingga di masa
mendatang jika perusahaan akan membutuhkan kembali karyawan tidak
mengalami hambatan psikologis. Dari segi yuridis formal, pengusaha,
karyawan, dan pemerintah dianjurkan untuk sedapat mungkin
menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja. Namun demikian,
jika tetap dilaksanakan pemutusan hubungan kerja maka harus
dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan. Dirundingkan
dengan baik antara perusahaan dengan pekerja/buruh atau perusahaan
dengan serikat pekerja/serikat buruh bagi pekerja/buruh yang menjadi
anggota serikat pekerja/buruh.
TE S FOR MATIF 4
5) Salah satu syarat untuk dapat melakukan pengunduran diri secara legal
adalah ....
A. permohonan diajukan paling lambat 45 hari sebelum pengunduran
diri
B. tidak terikat dalam ikatan dinas
C. permohonan diajukan kepada dewan komisaris
D. tidak memiliki hutang kepada bendahara perusahaan
Tes Formatif 4
1) C
2) A
3) D
4) A
5) B
5.84 Manajemen Sumber Daya Manusia
Daftar Pustaka
Mejia, Luis, R.G., Balkin, D. B., dan Cardy, R. L. (2007). Managing Human
Resources. Fifth Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
PE N D AHUL U AN
Kegiatan Belajar 1
A. PENGERTIAN KOMPENSASI
1. Definisi Kompensasi
Kompensasi merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya
manusia yang berkaitan dengan persoalan penghargaan yang diberikan
kepada karyawan sebagai ganti dari pelaksanaan tugas organisasional.
Artinya, kompensasi pada dasarnya merupakan kegiatan hubungan tukar-
menukar antara karyawan dengan organisasi, yaitu karyawan menukarkan
tenaganya dengan penghargaan yang disediakan oleh organisasi. Definisi
kompensasi dalam pengertian tukar-menukar ini juga dikuatkan oleh Mondy
(2008). Menurut Mondy, kompensasi adalah total dari keseluruhan
penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai penukar/ganti dari
jasa-jasa mereka. Tujuan keseluruhan dari pemberian kompensasi adalah
untuk menarik, mempertahankan, dan memotivasi karyawan.
Dengan demikian, berdasarkan konsep tukar-menukar tersebut maka
kompensasi dapat dipandang sebagai: (1) sistem penghargaan yang
memotivasi karyawan agar melaksanakan pekerjaannya; (2) cara
berkomunikasi penting yang digunakan organisasi untuk menyampaikan dan
menguatkan nilai, budaya, dan perilaku yang diinginkan; dan (3) mekanisme
penting yang memungkinkan organisasi untuk mencapai sasaran bisnisnya.
2. Komponen Kompensasi
Kompensasi pada dasarnya mencakup penghargaan baik yang berupa
penghargaan finansial maupun penghargaan non finansial. Kompensasi
finansial ada yang langsung dan ada yang tidak langsung. Kompensasi
finansial langsung terdiri atas pembayaran yang diterima oleh seorang
karyawan dalam bentuk upah, gaji, bonus, dan komisi. Kompensasi finansial
tidak langsung (atau biasa disebut tunjangan) terdiri atas semua penghargaan
finansial yang tidak termasuk dalam kompensasi finansial langsung, seperti
tunjangan cuti, tunjangan hari besar/hari raya, dan berbagai macam asuransi.
Sedangkan menurut Bernardin dan Russell (1998), kompensasi finansial
langsung dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu (1) program upah dan
gaji (misal upah dasar, upah lembur, dan perbedaan shift) dan (2) pem-
6.4 Manajemen Sumber Daya Manusia
bayaran yang tergantung pada kinerja (misal, jasa yang meningkat, bonus,
bagi hasil, dan komisi penjualan). Sedangkan yang termasuk dalam
kompensasi non finansial adalah seperti penghargaan/hadiah (praise), harga
diri, dan pengakuan (prestasi atau penemuan dan sebagainya). Tabel 6.1
adalah contoh komponen program kompensasi total.
Pada Tabel 6.1 nampak bahwa kompensasi total meliputi kompensasi
finansial dan non finansial. Kompensasi finansial terdiri atas kompensasi
finansial langsung dan kompensasi finansial tidak langsung. Kompensasi
finansial langsung terdiri atas pembayaran yang diterima seseorang dalam
bentuk upah, gaji, komisi, dan bonus-bonus. Kompensasi finansial tidak
langsung (tunjangan) meliputi seluruh penghargaan finansial yang tidak
termasuk dalam kompensasi finansial langsung. Kompensasi non finansial
meliputi kepuasan yang diterima seseorang dari pelaksanaan pekerjaannya itu
sendiri atau dari lingkungan fisik dan/atau psikologis di mana seseorang
tersebut bekerja.
Sistem kompensasi total menggunakan ide bangku dengan tiga kaki
untuk menyeimbangkan kompensasi karyawan. Tiga kaki tersebut adalah
kompensasi finansial langsung, kompensasi finansial tidak langsung, dan
kompensasi non finansial. Jika salah satu kakinya patah atau lebih pendek
daripada yang lain, maka bagian-bagian dari paket kompensasi juga akan
mengalami masalah. Ibarat seseorang berusaha duduk pada sebuah bangku di
mana satu atau dua kaki dari tiga kaki bangkunya lebih pendek, maka tidak
nyaman.
Tabel 6.1
Contoh Komponen Program Kompensasi Total
KOMPENSASI
Finansial Non Finansial
Langsung Tidak Langsung Jabatan/Pekerjaan Itu Lingkungan
(Tunjangan) Sendiri Pekerjaan
1. Upah 1. Keamanan/Jaminan 1. Variasi Keahlian 1. Kebijakan
2. Gaji Sosial 2. Identitas Tugas yang sehat
3. Komisi 2. Kompensasi waktu 3. Signifikansi Tugas 2. Manajer yang
4. Bonus- menganggur 4. Otonomi kapabel
Bonus 3. Perawatan Kesehatan 5. Umpan Balik 3. Karyawan
4. Asuransi Jiwa yang
5. Program Pensiun kompeten
4. Kondisi kerja
5. Waktu kerja
yang fleksibel
6. Berbagi
pekerjaan
EKMA4214/MODUL 6 6.5
Gambar 6.1
Elemen Kompensasi Total
Sumber: Mejia, Balkin, dan Cardy. (2007). Managing Human Resources. Fifth
Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc. p. 296.
B. PENENTUAN KOMPENSASI
D. KOMPENSASI DASAR
1. Berapa tarif upah terendah yang bisa ditawarkan untuk suatu jabatan
yang dapat memikat karyawan berkualitas berhasrat menjadi anggota
organisasi?
2. Berapa tarif upah yang harus ditawarkan kepada karyawan untuk
memastikan bahwa mereka akan tetap tinggal bersama organisasi?
3. Apakah organisasi berkeinginan untuk mengakui senioritas dan kinerja
pengabdian melalui pengaturan upah dasar?
4. Apakah itu kebijakan ataukah keperluan menawarkan lebih dari satu
tarif upah kepada karyawan yang melaksanakan pekerjaan yang identik
atau serupa?
5. Apa yang dipertimbangkan agar ada perbedaan yang layak pada tarif
upah dasar di antara jabatan yang mensyaratkan berbagai level
pengetahuan, keahlian, dan tanggung jawab?
6. Apakah organisasi berkeinginan untuk memberikan pengakuan terhadap
kondisi kerja yang berbahaya dan penuh stres dalam pengaturan upah
dasar?
7. Haruskah ada perbedaan dalam peluang pertumbuhan upah dasar di
antara pekerjaan dari berbagai harga?
8. Apakah karyawan memiliki peluang yang signifikan ke level jabatan
yang lebih tinggi? Jika ya, harus seperti apa hubungan antara promosi ke
jabatan yang lebih tinggi dan perubahan dalam upah dasarnya?
9. Apakah kebijakan dan regulasi akan mengizinkan karyawan untuk
memperoleh tarif upah yang lebih tinggi dari tarif maksimum yang ada
atau memperoleh yang lebih rendah dari tarif minimum yang ada?
Seperti apakah alasan untuk mengizinkan penyimpangan semacam itu?
10. Bagaimanakah struktur upah akan mengakomodasi semua orang, biaya
hidup, atau penyesuaian lainnya yang tidak ada kaitannya dengan masa
jabatan, kinerja, atau tanggung jawab dan perubahan-perubahan tugas?
nilai relatif antara individu yang satu dengan lainnya dalam jabatan yang
sama (keadilan individu).
Tabel 6.2
Sistem Klasifikasi Pekerja Klerek
Kelas I Pekerjaan sederhana, tidak ada tanggung jawab pengawasan, tidak ada
kontak dengan publik
Kelas II Pekerjaan sederhana, tidak ada tanggung jawab pengawasan, ada kontak
dengan publik
Kelas III Pekerjaan dengan kompleksitas sedang, tidak ada tanggung jawab
pengawasan, ada kontak dengan publik.
Kelas IV Pekerjaan dengan kompleksitas sedang, ada tanggung jawab pengawasan,
dan ada kontak dengan publik.
Kelas V Pekerjaan kompleks, ada tanggung jawab pengawasan, dan ada kontak
dengan publik.
Sumber: Ivancevich, J. M. (1992). Human Resource Management: Foundations of Personnel.
Fifth Edition. Boston: Richard D. Irwin. P.373.
kurang nyaman, dan jumlah tanggung jawab yang tercakup dalam jabatan.
Artinya, jika semua faktor tersebut dijumlah, maka akan memperoleh hasil
evaluasi jabatan.
Sistem poin mengevaluasi banyak aspek atau subaspek dari setiap
jabatan. Beberapa persyaratan terhadap aspek yang dipilih untuk dievaluasi
adalah sebagai berikut (Ivancevich, l992).
1) aspek-aspek tersebut harus tidak tumpang tindih;
2) harus membedakan perbedaan yang nyata di antara jabatan;
3) harus didefinisikan seobjektif mungkin;
4) harus dipahami dan diterima baik oleh manajemen maupun oleh
karyawan.
Tabel 6.3
Evaluasi Butir untuk Jabatan Klerikal (Sistem Poin-500)
BOBOT DERAJAT
FAKTOR
% Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima
1. Pendidikan 50 50 100 150 200 250
2. Pengalaman 25 25 50 75 100 125
3. Kompleksitas 12 12 24 36 48 60
jabatan
4. Hubungan dengan 8 8 24 40
pihak lain
5. Kondisi kerja 5 10 15 20 25
Ivancevich, J. M. (1992). Human Resource Management: Foundations of Personnel. Fifth
Edition. Boston: Richard D. Irwin. P.374.
EKMA4214/MODUL 6 6.17
Pada Tabel 6.3 dapat dilihat pada aspek pengalaman dapat didefinisikan
dengan cara sebagai berikut.
1) Derajat pertama, yaitu sampai dengan tiga bulan adalah 25 poin.
2) Derajat kedua, lebih dari tiga bulan dan kurang dari enam bulan adalah
50 poin.
3) Derajat ketiga, lebih dari enam bulan sampai dengan satu tahun adalah
75 poin.
4) Derajat keempat, lebih dari satu tahun sampai dengan tiga tahun adalah
100 poin.
5) Derajat kelima, lebih dari tiga tahun adalah 125 poin.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.4 tentang skala
pembandingan faktor. Cara ini dapat diterapkan ke jabatan lain dengan
membandingkan apa yang ada pada setiap faktor dengan yang ada pada
jabatan kunci dan menjumlahkan rupiah yang terkait dengan nilai hingga
mencapai tarif per jam. Contoh, sebuah jabatan baru (misal jabatan X) sedang
dievaluasi. Jabatan X tersebut memiliki level keahlian yang dipersyaratkan
sama seperti jabatan 3 (1250); level tanggung jawabnya sama seperti jabatan
4 (1100); memiliki kondisi kerja yang sedikit lebih berisiko dibanding
kondisi kerja pada jabatan 2 (700); dan persyaratan usaha yang agak lebih
besar daripada jabatan 4 (900). Hal ini berarti upah per jam yang layak untuk
jabatan X adalah Rp3.950,-.
EKMA4214/MODUL 6 6.19
Tabel 6.4
Skala Pembandingan Faktor
Tarif Faktor
Keahlian Usaha Tanggung jawab Kondisi
Jabatan
500 Jabatan 1 Jabatan 1 Jabatan 3
550 Jabatan 4
600
650 Jabatan 1 Jabatan 2
700 Jabatan 2 Jabatan 3 Jabatan X
750 Jabatan 2 Jabatan 3
800 Jabatan 4
850
900 Jabatan X Jabatan 1
950 Jabatan 2
1.000
1.050
1.100 Jabatan 4 Jabatan 4;
Jabatan X
1.150
1.200
1.250 Jabatan 3;
Jabatan X
1.300
1.350
1.400
Sumber: Fisher, C.D., Schoenfeldt, L.F. dan Shaw, J.B. (1990). Human Resource
Management. Boston: Houghton Mifflin Company.
Gambar 6.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Level Upah
1990-an yang sangat banyak dan dengan kualitas tenaga kerja rendah, telah
menekan level upah tenaga kerja Indonesia ke bawah, sehingga menjadi
demikian murahnya.
Informasi apa yang perlu dikumpulkan? Menurut Byars dan Rue (1997),
ada beberapa topik yang dapat dicakup dalam suatu survei gaji dan upah.
Topik-topik tersebut meliputi:
berisi rentang jabatan dan level upah yang relatif lebar. Tabel 6.5 merupakan
contoh dari sistem pengelompokan upah yang lebar (broadbanding).
Tabel 6.5
Contoh Broadbanding
Sumber: Noe, R. A., Hollenbeck, J. R., Gerhart, B., dan Wright, P. M. (2007). Fundamental of
Human Resource Management. Second Edition. Boston: McGraw-Hill Irwin.
L ATIHAN
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 1
Kegiatan Belajar 2
3. Metode Pengupahan
Ada beberapa metode pembayaran yang dapat digunakan oleh organisasi
baik secara parsial maupun sekaligus. Organisasi dapat mengupah
karyawannya berdasar jam kerja, atau dapat pula berdasar pada keluaran
(output) yang dihasilkan, seperti penjahit pada perusahaan konfeksi, pelinting
rokok pada perusahaan rokok, ataukah kombinasi antara keduanya.
B. PENGUPAHAN INSENTIF
a. Program Gaji
Pada program gaji, tenaga penjual diupah dengan gaji tetap, walaupun
kadang diberi insentif dalam bentuk bonus, hadiah kontes penjualan, dan
semacamnya. Ada beberapa alasan digunakannya program ini pertama,
6.38 Manajemen Sumber Daya Manusia
b. Program Komisi
Program ini mengupah tenaga penjual dengan proporsi langsung
terhadap hasil penjualan mereka. Mereka diupah berdasarkan hasil. Cara ini
sangat menarik bagi tenaga penjual yang mengetahui bahwa usaha yang
dilakukannya akan secara langsung membawa kepada penghargaan. Biaya
penjualan akan proporsional dengan tingkat penjualan. Keuntungan lain
adalah dasar komisi mudah dipahami dan mudah dihitung.
c. Program Kombinasi
Banyak perusahaan mengupah tenaga penjual mereka dengan
mengkombinasikan antara gaji dan komisi di mana komponen gaji
merupakan proporsi yang lebih besar daripada komisi. Pada umumnya
proporsi gaji dan komisi secara berturut-turut adalah 80% gaji-20% insentif,
70% gaji-30% insentif, dan 60% gaji-40% insentif. Program kombinasi
memberikan beberapa keuntungan atau kekurangan dibanding program gaji
langsung atau komisi langsung. Program kombinasi tersebut dilaksanakan
melalui rincian jasa-jasa mana yang akan menjadi komponen gaji dan
komponen-komponen mana yang akan memperoleh komisi.
Tabel 6.6
Panduan Kenaikan Jasa (Merit)
Sumber: Fisher, C.D., Schoenfeldt, L.F. dan Shaw, J.B. (1990). Human Resource Management.
Boston: Houghton Mifflin Company.
a. Suggestion systems
Merupakan sistem yang biasanya menawarkan insentif secara tunai
untuk memberikan sugesti kepada karyawan agar dapat menghasilkan
keuntungan yang meningkat atau dapat menekan biaya (Byas dan Rue, 1997).
Berkaitan dengan usaha menaikkan keuntungan organisasi, Sugestion
Systems dapat digunakan sebagai alat untuk membuat karyawan semakin
merasa menjadi bagian organisasi dan untuk meningkatkan komunikasi
antara para manajemen dan karyawan. Kata kunci untuk dapat memiliki
sistem sugesti yang berhasil adalah mengkomunikasikan secara jelas dan
pasti bagaimana kerja sistem. Karyawan harus yakin bahwa setiap sugesti
akan dievaluasi dengan adil. Sistem sugesti modern umumnya melibatkan
prosedur penyampaian ide yang spesifik dan memanfaatkan komite untuk
menelaah dan mengevaluasi sugesti.
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 2 lebih rinci menjelaskan isu-isu penting yang
berkaitan dengan masalah kompensasi khususnya penentuan upah
individual, metode pengupahan, bentuk upah insentif yang mencakup
insentif untuk karyawan operasional; insentif untuk manajer dan
eksekutif; insentif untuk tenaga penjual; insentif untuk profesional; dan
program insentif organisasi. Penentuan upah individual berusaha
menjawab pertanyaan tentang mengapa seorang karyawan harus diupah
relatif terhadap karyawan lain yang melaksanakan pekerjaan yang sama.
Ada dua metode pengupahan, yaitu upah secara jam-jaman dan upah
berupa gaji. Kebanyakan karyawan diupah dengan gaji, kecuali tenaga
kerja langsung (blue-collar) dan beberapa tenaga klerikal. Program
insentif individual merupakan metode yang paling efektif untuk
mengaitkan upah dengan kinerja. Program insentif berikutnya adalah
program insentif kelompok dan terakhir adalah program insentif
organisasi secara luas. Kebanyakan tenaga penjual diupah dengan gaji
plus komisi (insentif). Permasalahan yang muncul pada upah jenis
komisi langsung adalah adanya kecenderungan untuk menjual secara
cepat dan besar-besaran, tanpa memperhatikan pembinaan pelanggan
dalam jangka panjang. Program gain sharing dan profit sharing
merupakan contoh program insentif organisasi secara luas. Program ini
ditujukan terutama untuk membangun rasa kebersamaan dan komitmen
di antara para karyawan.
TE S FOR MATIF 2
Penilaian Kinerja
dan Pengembangan Karier
Dr. Adie E. Yusuf, M.A.
PE N D AHUL U AN
Kegiatan Belajar 1
Gambar 7.1
Hubungan antara perilaku dan kinerja
Sumber: Walker (1992). Human Resource Strategy.
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa ada empat (4) determinan
utama yakni perilaku individual, kinerja, penghrgaan dan motivasi. Variabel-
variabel tertentu yang mempengaruhi kinerja dan dapat dikontrol oleh
manajemen antara lain desain pekerjaan (tugas atau aktivitas untuk
EKMA4214/MODUL 7 7.5
1. Pendefinisian kinerja
Sistem manajemen kinerja dikhususkan bagi aspek-aspek kinerja yang
relevan terhadap organisasi, terutama yang diperoleh melalui analisis jabatan.
Banyak fungsi dan kegunaan yang dapat diperoleh dari penilaian kinerja.
Menurut Byars dan Rue (1997), fungsi penilaian kinerja adalah untuk
pembuatan keputusan administratif yang berkaitan dengan promosi,
pemberhentian, pemutusan hubungan kerja dan peningkatan upah yang
berdasarkan atas jasa karyawan. Sebagai contoh, informasi yang
dikumpulkan dari penilaian kinerja dapat digunakan untuk kompensasi,
peningkatan kinerja atau manajemen, dan dokumentasi. Di samping itu, data
penilaian kinerja juga dapat dipergunakan untuk menetapkan keputusan
(misalnya promosi, transfer, pemberhentian, dan pemensiunan), analisis
kebutuhan pelatihan, pengembangan karyawan, dan riset serta evaluasi
(Bernardin & Russell, 1998).
Penilaian kinerja merupakan bagian dari sistem reward dan hukuman
suatu organisasi. Karyawan yang memperoleh hasil evaluasi yang baik akan
cenderung untuk menerima reward dari organisasi, seperti upah yang
meningkat atau menerima bonus. Sedangkan bagi karyawan yang
memperoleh hasil evaluasi yang buruk akan mendapatkan sanksi/hukuman
secara organisasional, seperti penurunan pangkat atau pemecatan. Selain itu,
hasil dari penilaian kinerja dapat digunakan sebagai masukan untuk
menetapkan keputusan personalia yang berhubungan dengan peningkatan
kinerja karyawan, seperti transfer dan pendisiplinan karyawan. Reward yang
diberikan kepada karyawan harus benar-benar bernilai bagi karyawan dan
organisasi yang bersangkutan juga harus mengembangkan suatu sistem
reward yang berdasarkan kinerja, di mana karyawan harus memiliki persepsi
bahwa sistem tersebut dilakukan secara fair.
Informasi penilaian kinerja juga dapat memberikan input yang
dibutuhkan untuk menentukan kebutuhan pelatihan dan pengembangan, baik
individu maupun organisasi. Sebagai contoh, informasi penilaian kinerja
dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
karyawan secara individual. Data ini, selanjutnya dapat dipergunakan untuk
menentukan kebutuhan pelatihan dan pengembangan organisasi secara
keseluruhan.
Fungsi lain dari penilaian kinerja adalah untuk mendorong peningkatan
kinerja. Dalam hal ini, penilaian kinerja digunakan sebagai sarana
komunikasi dengan karyawan mengenai bagaimana mereka bekerja dan
sarana apa yang diperlukan untuk mengubah perilaku dan sikap, serta sarana
EKMA4214/MODUL 7 7.9
yang tinggi dan rendah harus menerima nilai kriteria yang secara akurat
menggambarkan perbedaan kinerja mereka.
c. Praktis. Kriteria harus mudah diukur, dan pengumpulan data dilakukan
secara efisien.
3. Penilai
Biasanya, penilaian kinerja karyawan dilakukan oleh supervisor, namun
demikian banyak juga perusahaan yang menggunakan penilai lain untuk
melengkapi hasil penilaian kinerja yang dilakukan oleh supervisor. Beberapa
pihak yang dapat dijadikan sebagai penilai dalam menilai kinerja karyawan
antara lain:
Sebaliknya mereka enggan dinilai oleh bawahan jika hasil penilaian tersebut
digunakan untuk tujuan administratif.
d. Dinilai oleh orang dari luar (Teknik reviu lapangan)
Pendekatan semacam ini memerlukan biaya yang banyak, sehingga
biasanya digunakan untuk menilai pekerjaan yang penting-penting saja. Satu
hal yang perlu diperhatikan ketika Anda ingin menggunakan metode ini
adalah penilai dari luar tidak cukup banyak memiliki data seperti yang
dimiliki oleh penilai dari dalam. Di samping itu, menggunakan penilai dari
luar menunjukkan suatu pendekatan yang sedikit tidak normal untuk
penilaian kinerja.
Gambar 7.2
Penilaian Kinerja 360°
Pihak atasan, bawahan, teman kerja, konsumen, dan mungkin diri sendiri
memberikan masukan terhadap proses penilaian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa umumnya ada kesepakatan terbatas antara sumber-
sumber penilaian. Namun demikian, haruslah kita ingat bahwa tujuan
penilaian kinerja 360° ini bukanlah untuk meningkatkan reliabilitas dengan
cara mengumpulkan berbagai macam pandangan. Akan tetapi, bertujuan
untuk mendapatkan berbagai macam evaluasi yang berbeda-beda yang
didapat individu sesuai dengan perannya yang berbeda-beda.
1. Pendekatan Komparatif
Pendekatan komparatif untuk mengukur kinerja berisikan teknik-teknik
yang menuntut penilai membandingkan kinerja individu dengan individu
lain. Pendekatan ini biasanya menggunakan suatu penilaian secara
menyeluruh terhadap kinerja atau nilai dari individu, dan berusaha membuat
ranking dari individu-individu dalam suatu kelompok tertentu. Setidaknya
EKMA4214/MODUL 7 7.13
terdapat tiga teknik yang masuk ke dalam pendekatan ini, yaitu ranking,
forced distribution, dan paired comparison.
a. Ranking
Ranking adalah teknik sederhana yang dapat digunakan oleh para
manajer untuk mengurutkan peringkat karyawan dalam departemen mereka
mulai dari yang memiliki kinerja tertinggi hingga yang memiliki kinerja
terendah. Cara melakukan teknik ini adalah menuliskan daftar nama-nama
karyawan untuk dinilai pada sisi kiri lembar kertas penilaian. Pilih karyawan
yang memiliki kinerja paling tinggi dari daftar tersebut, dan beri tanda silang.
Kemudian pindahkan nama karyawan tersebut pada daftar paling atas di sisi
sebelah kanan kertas penilaian. Selanjutnya pilih dan beri tanda silang pada
nama karyawan yang memiliki kinerja paling buruk dari daftar pada kolom
sebelah kiri, dan pindahkan pada daftar terbawah pada kolom sebelah kanan.
Ulangi proses ini untuk seluruh nama karyawan pada daftar sebelah kiri
lembar kertas penilaian. Daftar nama-nama yang telah dihasilkan pada kolom
sebelah kanan akan menunjukkan suatu ranking karyawan dari yang
memiliki kinerja paling tinggi hingga yang memiliki kinerja paling rendah.
b. Forced Distribution
Teknik ini juga menggunakan format ranking, tetapi karyawan yang di-
ranking dimasukkan ke dalam sebuah kelompok. Teknik ini menuntut penilai
untuk membandingkan kinerja karyawan dan menempatkan suatu persentase
karyawan tertentu pada berbagai level kinerja. Teknik ini beranggapan level
kinerja dalam suatu kelompok karyawan akan didistribusikan sesuai dengan
bentuk kurva normal. Sebagai contoh, 60% karyawan memenuhi harapan,
20% melampaui harapan dan 20% tidak memenuhi harapan.
2. Pendekatan Atribut
Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada sejauh mana individu
memiliki atribut tertentu (ciri atau sifat) yang diyakini diperlukan untuk
keberhasilan perusahaan. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini
cenderung untuk menetapkan seperangkat sifat (seperti inisiatif,
kepemimpinan, kemampuan bersaing, dan sebagainya) dan menilai individu
pada sifat-sifat tersebut.
Bentuk paling umum dari pendekatan atribut adalah skala penilaian
grafik. Dalam teknik ini penilai dihadapkan pada seperangkat dimensi kinerja
yang telah ditentukan dan memberikan penilaian pada setiap dimensi
tersebut, misalnya mulai dari skala 1 (kurang) sampai dengan 5 (istimewa).
3. Pendekatan Keperilakuan
Pendekatan ini berusaha untuk mendefinisikan perilaku karyawan yang
harus efektif dalam pekerjaan (Noe, et. al., 2000). Berbagai macam teknik
mendefinisikan perilaku tersebut, selanjutnya meminta manajer untuk menilai
sejauh mana karyawan bekerja. Berikut ini akan dibahas tiga teknik yang
termasuk ke dalam pendekatan keperilakuan (Noe, et. al., 2000).
Gambar 7.3
Proses MBO
melampaui target yang telah ditetapkan, maka pantas jika mereka diberi
penghargaan yang sesuai dengan jasa yang telah mereka berikan kepada
organisasi. Teori yang mendasari hubungan antara kinerja dan penghargaan
adalah bahwa karyawan akan termotivasi untuk mencapai kinerja tinggi jika
mereka yakin bahwa motivasi tersebut akan membawa mereka kepada
penghargaan yang mereka inginkan.
Byars dan Rue (1997) mengemukakan bahwa terdapat beberapa
prakondisi yang harus dipenuhi agar kita dapat mengimplementasikan
program upah untuk kinerja (pay-for-performance program) secara berhasil,
seperti:
1. percaya pada manajemen. Karyawan harus mempercayai manajemen,
dengan begitu, pembuatan dan pelaksanaan program pengupahan untuk
kinerja akan berjalan dengan baik;
2. tidak adanya hambatan untuk berkinerja. Penataan pekerjaan secara
terstruktur akan membuat kinerja karyawan dapat berjalan dengan baik
dan tidak akan terhambat oleh faktor-faktor di luar kontrol mereka;
3. adanya supervisor dan manajer yang terlatih baik. Supervisor dan
manajer yang terlatih dengan baik akan memiliki keahlian untuk
merancang dan mengukur kinerja dengan baik, tanpa adanya hal ini,
akan sulit untuk memperoleh alat pengukur kinerja yang dapat dipercaya
dan valid;
4. adanya sistem pengukuran yang baik. Dengan adanya sistem pengukuran
dan standar kinerja yang baik, akan mempermudah pelaksanaan program
upah untuk kinerja secara adil;
5. kemampuan untuk membayar. Porsi balas jasa yang diberikan kepada
karyawan harus seimbang dengan kinerja mereka. Jika karyawan melihat
penambahan pendapatan tidak proporsional dengan kenaikan kinerja,
maka mereka tidak akan meningkatkan kinerja mereka secara signifikan;
6. harus jelas perbedaan antara biaya hidup, senioritas, dan merit. Dengan
tidak adanya bukti yang kuat terhadap perbedaan tersebut, karyawan
akan beranggapan bahwa kenaikan upah yang mereka terima disebabkan
oleh kenaikan biaya hidup atau faktor senioritas;
7. kebijaksanaan upah secara keseluruhan dikomunikasikan dengan baik.
Karyawan harus memperoleh pemahaman yang jelas tentang sejauh
mana kesesuaian antara upah berdasarkan jasa mereka;
8. adanya jadwal penghargaan yang fleksibel. Perusahaan akan lebih
mudah untuk mengadakan program upah untuk kinerja yang dipercaya,
EKMA4214/MODUL 7 7.19
Gambar 7.4
Model Pengharapan (Expectancy)
M = E.Σ (I.V)
7.20 Manajemen Sumber Daya Manusia
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 1 membahas tentang konsep dasar penilaian
kinerja dan perancangan sistem penilaian kinerja. Penilaian kinerja
adalah suatu proses membandingkan kinerja karyawan dengan standar
yang telah ditetapkan oleh organisasi. Secara umum, penilaian kinerja
digunakan untuk pembuatan keputusan yang bersifat administratif dan
juga digunakan untuk menentukan kebutuhan pelatihan dan
pengembangan individu maupun organisasi. Sedangkan hal-hal yang
harus diperhatikan pada saat kita merancang sistem penilaian kinerja
antara lain isi pengukuran, proses pengukuran, penentuan siapa yang
menilai dan siapa yang dinilai, serta karakteristik administratif.
TE S FOR MATIF 1
Kegiatan Belajar 2
Pengembangan
Karier Karyawan
1. Pilihan Karier
Suatu pertanyaan yang barangkali cukup penting, berkaitan dengan masa
depan seseorang dan sering kali ditanyakan adalah ingin menjadi apa
seseorang tersebut kelak di kemudian hari. Dengan kata lain, karier apa yang
ingin dikejar oleh seseorang untuk dicapainya.
Seorang ahli bimbingan karier, John I. Holland (dalam Invancevich,
1992), telah mengadakan studi dan mengemukakan bahwa pilihan karier
adalah suatu ekspresi kepribadian dan bukan suatu kejadian yang bersifat
random, meskipun kesempatan dapat memainkan peran. Dia juga percaya
bahwa apa yang berhasil dilaksanakan oleh seseorang dan apa yang
dihasilkan dari suatu karier, tergantung pada kesesuaian antara kepribadian
dan lingkungan kerja mereka.
Selanjutnya Holland menyatakan bahwa setiap individu, pada derajat
tertentu, dapat memiliki kepribadian yang mirip dengan salah satu dari enam
tipe kepribadian berikut.
a. Realistis. Individu ini lebih menyenangi aktivitas-aktivitas yang
melibatkan manipulasi permesinan dan peralatan, contohnya adalah
seorang mekanik.
b. Investigatif. Individu ini lebih menyenangi hal-hal yang bersifat analitis,
penuh keingintahuan, metodis dan ketepatan, contohnya adalah seorang
ilmuwan/periset.
c. Artistik. Individu ini ekspresif, tidak melakukan penyesuaian-
penyesuaian, original, dan introspektif, contohnya seorang penghias
rumah (dekoratif).
d. Sosial. Individu ini menikmati kerja dengan dan membantu orang lain
secara sistematis untuk tujuan tertentu, berusaha menghindari aktivitas
yang melibatkan alat-alat dan mesin, contohnya seorang pembimbing
sekolah.
e. Usahawan (enterprising). Individu ini menikmati aktivitas-aktivitas yang
memungkinkan mereka untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai
sasaran, contohnya seorang pengacara.
7.30 Manajemen Sumber Daya Manusia
Gambar 7.5
Proses Perencanaan Karier
a. Perencanaan karier
Perencanaan dan peluang individu dan organisasional dapat disesuaikan
dalam berbagai cara. Menurut Ivancevich (1992), pendekatan yang paling
luas digunakan adalah (1) bimbingan informal oleh staf personalia dan
(2) bimbingan karier oleh supervisor. Kedua pendekatan tersebut sering kali
agak informal. Pendekatan yang agak lebih formal, namun kurang luas
digunakan adalah praktik-praktik yang mencakup workshop, seminar, dan
pusat-pusat penilaian sendiri.
Tahap 1:
pencarian identitas, seseorang memilih berbagai alternatif
karier.
Tahap 2: memilih kesempatan dan menetapkan jalur karier.
Tahap 3: mempertahankan kehidupan yang dijalani dan atau
melakukan penyesuaian, karier berubah, karena orang
mempertanyakan kualitas kehidupannya.
Tahap 4: kekuatan dan kemampuan fisik mental berkurang, aspirasi
dan motivasi seseorang menjadi menurun.
2) Career anchors (Dasar karier)
Lima motif yang berbeda, menjadi catatan dalam memilih dan
menyiapkan karier:
a) Managerial competence (kemampuan manajerial).
b) Technical/functional competence (kemampuan teknis/fungsional).
c) Security (keamanan).
d) Creativity (kreativitas).
e) Autonomy & independence (otonomi dan kebebasan) (Edgar
Schein).
3) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja di mana perencanaan karier berlangsung telah
mengalami perubahan dengan cepat. Bila kita amati, faktor penting yang
mempengaruhi perencanaan karier adalah lingkungan kerja yang
dihadapi oleh karyawan. Karena, bagi kebanyakan karyawan
perencanaan karier mencakup merencanakan cara-cara untuk
mempertahankan pekerjaan mereka yang sekarang di tengah-tengah
perubahan lingkungan kerja yang drastis.
Tabel 7.3
Contoh Neraca Kekuatan/Kelemahan
Kekuatan Kelemahan
Bekerja baik dengan orang lain Sangat dekat hanya dengan beberapa orang
Manajer yang baik bagi karyawan Tidak menyukai supervisi secara tetap
Pekerja keras Sangat halus perasaannya
Dipandu dengan contoh Tidak mau aktif
Memiliki semangat yang tinggi Tidak sabar
Tabel 7.4
Contoh Neraca Kekuatan/Kelemahan
3. Jalur Karier
Hasil dari perencanaan karier adalah penempatan seseorang dalam
pekerjaan yang merupakan awal dari serangkaian sekuensi pekerjaan. Secara
definitif, jalur karier merupakan serangkaian aktivitas pengembangan yang
melibatkan pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja, baik secara formal
maupun informal yang membantu membuat seseorang mampu memegang
jabatan/pekerjaan yang lebih maju (Byars dan Rue, 1997). Dari perspektif
organisasi, jalur karier merupakan input penting dalam perencanaan angkatan
kerja. Angkatan kerja organisasi di masa depan tergantung pada perjalanan
individu yang diproyeksikan melalui kedudukan (penjenjangan). Dari
pandangan individu, suatu jalur karier merupakan konsekuensi pekerjaan, di
mana individu bersedia mengerjakan dalam kaitannya untuk mencapai
sasaran personal dan karier. Sedangkan menurut Mondy dan Noe (1996),
jalur karier merupakan suatu garis perpindahan yang fleksibel di mana
seorang karyawan dapat melakukan suatu perpindahan selama bekerja
dengan perusahaan yang bersangkutan.
Walaupun pada dasarnya tidak mungkin secara sempurna menyatukan
kebutuhan individu dan organisasional dalam perancangan jalur karier,
EKMA4214/MODUL 7 7.35
Tabel 7.5
Langkah Dasar Jalur Karier
Menurut Mondy dan Noe (1996), ada empat tipe jalur karier yang dapat
digunakan oleh suatu organisasi, yaitu tradisional, jaringan, keahlian lateral,
dan rangkap.
Salah satu keunggulan dari jalur karier ini adalah keterbukaan sistemnya
(straightforward), karena jalur kariernya disiapkan secara jelas dan terbuka
yang memungkinkan karyawan mengetahui secara spesifik urutan-urutan dari
jabatan yang harus dilalui oleh mereka. Beberapa kelemahan dari tipe jalur
karier tradisional menurut Mondy dan Noe (1996), meliputi hal-hal berikut
ini.
a. Pengurangan besar-besaran level manajemen berkaitan dengan adanya
merger, perampingan, stagnasi, daur pertumbuhan, dan perekayasaan
ulang.
b. Hilangnya paternalisme dan keamanan jabatan.
c. Adanya erosi loyalitas karyawan.
d. Adanya lingkungan kerja di mana keahlian-keahlian baru harus
senantiasa dipelajari.
E. MENGEMBANGKAN KARIER
Tabel 7.6
Aktivitas Sumber Daya Manusia Tradisional Lawan
Fokus Pengembangan Karier
a. Penilaian individu
Berbagai macam bahan untuk penilaian sendiri banyak tersedia baik
secara komersial maupun secara nonkomersial, seperti yang dilakukan
organisasi. Organisasi dapat membuat format-format yang dijalin/disusun
dari bahan-bahan yang telah tersedia tersebut untuk karyawannya. Pilihan
lain adalah menggunakan beberapa format dari tes psikologi. Hal yang
EKMA4214/MODUL 7 7.43
b. Penilaian organisasi
Organisasi memiliki beberapa sumber informasi potensial yang dapat
digunakan untuk menilai karyawan. Secara tradisional, sumber yang paling
sering digunakan adalah proses penilaian kinerja. Pusat penilaian juga dapat
menjadi sumber informasi yang bagus. Sumber potensial lain yang dapat
digunakan oleh organisasi meliputi catatan-catatan personel yang
merefleksikan informasi, seperti pendidikan dan pengalaman kerja
sebelumnya. Adalah suatu ide yang bagus bahwa suatu organisasi jangan
tergantung hanya pada satu sumber informasi saja, tetapi menggunakan
sebanyak mungkin informasi yang mudah diperoleh dan tersedia. Penilaian
organisasi terhadap seorang karyawan, normalnya harus diselenggarakan
bersama-sama dengan personel bagian sumber daya manusia dan atasan
langsung karyawan yang dinilai.
d. Bimbingan karier
Bimbingan karier merupakan aktivitas yang mengintegrasikan langkah-
langkah berbeda dalam proses perencanaan karier. Bimbingan karier dapat
dilaksanakan oleh atasan langsung karyawan, spesialis sumber daya manusia,
atau kedua-duanya. Dalam banyak kasus, lebih disukai bimbingan
dilaksanakan oleh atasan langsung dengan masukan (input) yang memadai
yang berasal dari bagian sumber daya manusia. Atasan langsung pada
umumnya memiliki keunggulan dalam hal pengalaman praktis, memahami
7.44 Manajemen Sumber Daya Manusia
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 2 membahas tentang konsep perencanaan karier,
jalur karier dan pengembangan karier. Karier dapat didefinisikan sebagai
suatu jalan yang ditempuh oleh seseorang berkaitan dengan
pekerjaannya. Maka dari itu, untuk meningkatkan kinerja karyawan dan
produktivitas organisasi, maka organisasi yang bersangkutan perlu
merencanakan dan mengembangkan karier setiap karyawannya. Terdapat
empat jalur karier yang terdapat di dalam sebuah organisasi, yaitu jalur
karier tradisional, jalur karier jaringan, jalur karier lateral, dan jalur
karier rangkap.
Sedangkan pengembangan karier dapat didefinisikan sebagai suatu
usaha yang terus-menerus yang secara formal dilakukan oleh organisasi
dan berfokus pada pengembangan dan pengayaan sumber daya manusia
organisasi, dalam rangka memenuhi kebutuhan baik individu maupun
organisasi. Pengembangan karier ini dimaksudkan agar karyawan dapat
terus termotivasi untuk bekerja dan memberikan kinerja terbaiknya bagi
organisasi. Selain itu, pada Kegiatan Belajar 2 Modul 7 ini dibahas juga
mengenai pendekatan baru pengembangan karier, komponen sistem
pengembangan karier, empat langkah dasar implementasi program
pengembangan karier, dan metode pengembangan karier. Dalam
kegiatan belajar ini juga dibahas mengenai pilihan karier yang
disesuaikan dengan 6 kepribadian individu, yaitu realistis, investigatif,
artistik, sosial, usahawan, dan konvensional.
TE S FOR MATIF 2
3) Noe, et, al, (2000) menyatakan bahwa konsep baru karier akan
menyebabkan karier yang sering berubah berdasarkan pada interest,
kemampuan, nilai seseorang, dan perubahan lingkungan yang disebut
juga ....
A. Career Changes
B. Career Plateau
C. Dual Career
D. Protean Career
Daftar Pustaka
PE N D AHUL U AN
Kegiatan Belajar 1
Pelatihan dan
Pengembangan
S audara mahasiswa, pada Kegiatan Belajar 1 ini topik bahasan kita adalah
Pelatihan dan Pengembangan (Training and Development). Namun
sebelum kita berbicara lebih jauh mengenai apa itu Pelatihan dan
Pengembangan, hendaknya kita pahami terlebih dahulu pengertian Pelatihan
dan Pengembangan itu sendiri.
Mungkin Anda pernah mendengar atau bahkan mengalami bahwa
pelatihan adalah pengalaman belajar yang berbasis keahlian atau pengetahuan
untuk mempertahankan atau menambah keahlian kerja Anda pada saat ini.
Sementara pengembangan adalah aktivitas belajar bagi pekerjaan yang
berhubungan dengan masa yang akan datang yang mungkin berhubungan
atau bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan pekerjaan yang dilakukan
sekarang. Pengembangan dapat diidentifikasikan ke dalam tiga tipe yaitu
pengembangan individu atau pengembangan karir, pengembangan
manajemen, dan pengembangan organisasi.
Dalam kegiatan belajar ini, Anda akan menemui pembahasan mengenai
pelatihan dan pengembangan individu. Pengembangan manajemen dan
organisasi sendiri akan dibahas kemudian pada kegiatan belajar 4.
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1 ini, Anda diharapkan dapat
menerapkan teori dasar pelatihan dan pengembangan.
Tabel 8.1
Perbedaan Pelatihan dan Pengembangan
1. Tujuan
Mari kita perhatikan kembali definisi pelatihan dan pengembangan. Pada
definisi pelatihan maupun pengembangan, secara tersirat maupun tersurat,
terkandung di dalamnya tujuan pelatihan dan pengembangan. Untuk lebih
jelasnya, mari bersama-sama kita perhatikan skema berikut.
EKMA4214/MODUL 8 8.5
Gambar 8.1
Tujuan Pelatihan dan Pengembangan
2. Metode
Metode pelatihan dan pengembangan ditentukan oleh tujuan dari
pelatihan dan pengembangan itu sendiri. Oleh karenanya, sebelum kita
memilih metode pelatihan dan pengembangan yang hendak kita terapkan,
kita perlu memperhatikan tujuan dari pelatihan dan pengembangan itu
sendiri. Berikut ini merupakan beberapa contoh pemilihan metode pelatihan
dan pengembangan berdasarkan tujuan pengembangan yang dipecahkan ke
dalam sifat pengembangan:
Tabel 8.2
Metode Pelatihan dan Pengembangan Berdasarkan
Tujuan dan Pengembangan
Tabel 8.3
Metode Pelatihan dan Pengembangan
3. Prinsip
Menurut Dale Yoder dalam mengembangkan program pelatihan dan
pengembangan, hendaknya kita memperhatikan beberapa prinsip penting
yang harus ada dalam pelatihan dan pengembangan sebagai berikut:
a. perbedaan individu;
b. hubungan dengan analisis jabatan;
c. motivasi;
d. partisipasi aktif;
e. seleksi peserta pelatihan;
f. seleksi pelatih;
g. pelatihan bagi pelatih;
h. metode pelatihan;
i. prinsip belajar.
4. Penentuan Kebutuhan
Sebelum merancang suatu program pelatihan atau pengembangan kita
perlu menemukan kesenjangannya terlebih dahulu. Kesenjangan yang
dimaksud adalah perbedaan antara kondisi yang diharapkan oleh suatu
organisasi dengan kondisi yang berlangsung dalam organisasi sehingga perlu
diadakan pelatihan dan pengembangan bagi karyawan dalam organisasi
tersebut. Penentuan kebutuhan pelatihan dan pengembangan dilakukan
dengan mengadakan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan pelatihan
dilakukan melalui:
a. Analisis di tingkat organisasi untuk mengetahui bagian/divisi mana yang
memerlukan pelatihan.
b. Analisis di tingkat jabatan/tugas/pekerjaan untuk memperoleh informasi
isi pelatihan yang dibutuhkan agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan
karyawan. Tujuan dari analisis jabatan ini adalah untuk memperoleh
informasi tentang:
1) tugas yang harus dilakukan karyawan
2) tugas yang telah dilakukan saat itu
3) tugas yang seharusnya dilakukan namun tidak/belum dilakukan
karyawan
4) pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan dengan baik, dan sebagainya.
c. Analisis di tingkat individu, yaitu untuk mengidentifikasi kebutuhan
karyawan. Keahlian/keterampilan apa yang masih mereka butuhkan
dalam menjalankan tugas sesuai dengan jabatan mereka masing-masing.
Jika satu atau lebih indikator tersebut terjadi dalam suatu organisasi
maka kesenjangan yang ada di lapangan telah terasa dengan nyata, sehingga
program pelatihan dan pengembangan perlu dilakukan untuk mengembalikan
keadaan seperti sediakala, sebagaimana yang diharapkan organisasi.
R AN GKUMAN
Pelatihan dan pengembangan adalah suatu bentuk pembelajaran
yang menekankan pada peningkatan keahlian, sikap, dan pengetahuan.
Oleh karenanya, prinsip pelatihan dan pengembangan menerapkan
prinsip-prinsip pembelajaran. Pelatihan merupakan proses pendidikan
jangka pendek yang dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas
karyawan dalam bekerja. Sementara pengembangan dilakukan dengan
jangka waktu yang lebih panjang dalam rangka pengembangan karier
karyawan di masa yang akan datang. Namun demikian pelatihan dan
pengembangan sama-sama menambahkan pengetahuan, keterampilan,
dan perubahan sikap.
Tujuan dilakukannya pelatihan dan pengembangan yakni untuk
dalam rangka peningkatan produktivitas kerja karyawan. Penurunan
produktivitas merupakan tanda bahwa organisasi membutuhkan program
pelatihan dan pengembangan bagi karyawannya. Untuk mengembangkan
program pelatihan dan pengembangan yang baik, analisis kebutuhan
pelatihan penting untuk dilakukan sehingga pelatihan dan
pengembangan dapat mencapai tujuannya secara efektif dan tidak
menjadi sia-sia.
8.10 Manajemen Sumber Daya Manusia
TE S FOR MATIF 1
Kegiatan Belajar 2
Desain Pelatihan
A. MENGANALISIS KEBUTUHAN
Gambar 8.2
Proses Analisis Pelatihan
EKMA4214/MODUL 8 8.13
Ada tiga hal yang dapat kita lakukan saat menganalisis kebutuhan suatu
pelatihan, diantaranya:
1. Analisis Organisasi
Analisis organisasi merupakan suatu proses untuk menentukan
kelayakan bisnis dari suatu pelatihan. Organisasi merupakan tempat dimana
pelatihan akan berlangsung. Oleh karenanya, manajer harus mempertimbang-
kan tiga hal sebelum memutuskan suatu pelatihan perlu dilakukan sebagai
solusi dari masalah yang terjadi dalam organisasi, yaitu 1) tujuan strategis
organisasi, 2) ketersediaan sumber daya pelatihan, dan 3) dukungan dari
manajer dan rekan sejawat terhadap aktivitas pelatihan.
2. Analisis Individu
Selain menganalisis organisasi, individu atau personal juga hendaknya
dianalisis. Analisis ini berguna untuk mencari program pelatihan atau
pengembangan apa yang dibutuhkan oleh karyawan sesuai dengan tugasnya
masing-masing. Analisis individu melibatkan:
a. apakah kekurangan dalam kinerja merupakan akibat dari kurangnya
pengetahuan, keahlian, atau kemampuan atau adanya masalah dalam
desain pekerjaan yang berpengaruh buruk terhadap motivasi
b. mengidentifikasi siapa yang membutuhkan pelatihan, dan
c. menentukan kesiapan pegawai untuk mengikuti pelatihan.
Secara singkat analisis individu merupakan proses penentuan apakah
pegawai membutuhkan pelatihan, siapa yang membutuhkan pelatihan, dan
apakah mereka siap mengikuti pelatihan.
3. Analisis Tugas
Analisis tugas merupakan proses mengidentifikasi tugas, pengetahuan,
keahlian, dan sikap yang perlu ditekankan dalam proses pelatihan nantinya.
Hasil dari analisis tugas berupa deskripsi aktivitas kerja, termasuk tugas yang
dikerjakan oleh para pegawai serta pengetahuan, keahlian, dan kemampuan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dengan baik.
8.14 Manajemen Sumber Daya Manusia
2. Kemampuan Awal
Motivasi karyawan untuk mengikuti program pelatihan dipengaruhi pula
oleh tingkat kemampuan awal yang mereka butuhkan untuk mengerti isi
program pelatihan. Kemampuan awal meliputi kemampuan kognitif serta
kemampuan membaca dan menulis.
Penelitian menyatakan bahwa kemampuan kognitif mempengaruhi
belajar dan kinerja. Kemampuan kognitif sendiri meliputi dimensi
pemahaman verbal, kemampuan kuantitatif, dan kemampuan pengambilan
keputusan secara logis dalam memecahkan suatu masalah.
EKMA4214/MODUL 8 8.15
Seperti yang kita ketahui, belajar adalah perubahan tingkah laku secara
permanen, tentunya ke arah yang lebih baik. Ahli pendidikan dan psikologi
industri, serta perancang pembelajaran diperlukan dalam menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif sehingga tujuan pelatihan yang telah
dirancang sebelumnya dapat tercapai secara efektif dan peserta pelatihan
dapat belajar dengan baik. Beberapa hal yang hendaknya diperhatikan dalam
merancang lingkungan belajar diantaranya adalah sebagai berikut.
Tujuan pelatihan yang baik mendeskripsikan dengan jelas hasil apa yang
diharapkan peserta, dan dapat dievaluasi dan diukur pada akhir program
pelatihan.
3. Praktik
Dalam proses pelatihan, peserta pelatihan hendaknya diberi kesempatan
untuk mempraktekkan materi pelatihan mereka. Metode praktik memberikan
kesempatan bagi para peserta pelatihan untuk menunjukkan kemampuan
belajar mereka seperti yang telah ditetapkan dalam tujuan pelatihan. Proses
belajar tidak terjadi apabila peserta pelatihan hanya sekedar mengungkapkan
apa yang hendak mereka lakukan.
Peserta pelatihan tetap harus berlatih secara berkelanjutan (overlearning)
agar pengetahuan dan keahlian yang mereka pelajari dan kuasai selama
program pelatihan dapat terus meningkat dan menjadi bagian dari perilaku
mereka. Untuk mencapai tujuan ini, tentunya praktik harus sesuai dengan
tujuan akhir pelatihan. Praktik juga memberikan penguatan kepada peserta
pelatihan tentang apa yang sebelumnya mereka pelajari di kelas.
4. Umpan Balik
Sebagai penguatan dari perubahan perilaku yang terjadi selama program
pelatihan, peserta pelatihan membutuhkan umpan balik (feedback). Umpan
balik merupakan informasi tentang sebaik apa peserta pelatihan mencapai
tujuan pelatihan yang telah ditetapkan sebelumnya. Perubahan perilaku
positif yang ditunjukkan oleh peserta pelatihan hendaknya diikuti dengan
pemberian umpan balik berupa penguatan positif agar perilaku tersebut dapat
tetap bertahan dan mampu meningkatkan kinerja peserta pelatihan.
EKMA4214/MODUL 8 8.17
5. Observasi Lainnya
Peserta pelatihan belajar dengan berbagai macam cara, beberapa diantara
adalah melalui observasi, pengalaman, dan berinteraksi dengan peserta lain.
Berdasarkan teori belajar sosial, manusia dapat belajar dengan baik melalui
pengamatan dan meniru perilaku model. Oleh karenanya, agar pelatihan
dapat berlangsung dengan efektif, perlihatkan model yang karakteristiknya
sesuai dengan peserta pelatihan dan tunjukkan tujuan pencapaian
pengetahuan dan keahlian yang diharapkan dari suatu program pelatihan.
Gambar 8.3
Karakteristik Lingkungan Kerja yang mempengaruhi Transfer Pelatihan
1. Iklim Transfer
Pada dasarnya iklim transfer merupakan persepsi peserta pelatihan
tentang lingkungan kerja (dukungan sosial dan keterbatasan kondisi) yang
dapat memfasilitasi atau bahkan menghambat penggunaan kemampuan atau
perilaku yang dipelajari selama pelatihan. Penelitian menunjukkan bahwa
iklim transfer memiliki hubungan yang berarti pada perubahan perilaku
setelah pelatihan.
1. Metode Presentasi
Metode presentasi merupakan metode dimana peserta pelatihan menjadi
penerima informasi pasif. Metode ini sesuai untuk menyampaikan fakta dan
informasi baru, filosofi yang berbeda, dan proses atau solusi pemecahan
masalah alternatif. Metode presentasi meliputi:
a. Pembelajaran dalam kelas
Metode ini merupakan metode tradisional, dimana pelatih berbicara di
depan sekelompok peserta pelatihan. Metode ini biasanya digabungkan
dengan metode tanya jawab, diskusi, atau studi kasus.
b. Belajar jarak jauh
Belajar jarak jauh biasanya dilakukan oleh organisasi yang memiliki
kantor cabang yang tersebar dan akan menyulitkan jika dilakukan
pelatihan dalam kelas pada tiap-tiap/beberapa kantor cabang. Materi
dalam metode ini biasanya meliputi informasi produk, peraturan, dan
prosedur baru dan dikemas sebagaimana diperoleh langsung dari pelatih
maupun ahli. Namun perlu diingat, belajar jarak jauh ini pun harus
menyediakan fasilitas komunikasi dua arah.
Melalui metode ini, organisasi dapat menekan biaya akomodasi
perjalanan baik untuk mendatangkan para ahli maupun mengirim
karyawannya untuk mengikuti program pelatihan. Kantor cabang yang
terpisah jauh pun dapat tetap memperoleh pelatihan langsung dari para
ahli yang tidak memungkinkan untuk didatangkan ke tempat mereka
secara langsung.
Salah satu kekurangan belajar jarak jauh ini adalah kurangnya interaksi
antara pelatih dan peserta pelatihan.
EKMA4214/MODUL 8 8.21
c. Audio visual
Pembelajaran audiovisual meliputi pembelajaran melalui overhead,
slide, dan video. Penggunaan video dalam pelatihan memiliki banyak
keuntungan.
1) Pelatih dapat mengulang, memperlambat, atau mempercepat
pelajaran, yang berarti fleksibilitas dalam belajar.
2) Peserta pelatihan dapat dibekali pengetahuan dalam mengatasi
permasalahan yang tidak mungkin/sulit untuk didemonstrasikan,
seperti kesalahan penggunaan peralatan dan ketidakpuasan
pelanggan.
3) Peserta pelatihan memperoleh informasi dan instruksi yang
konsisten.
4) Rekaman peserta pelatihan memungkinkan mereka melihat sendiri
kinerja mereka bukan melalui interpretasi dari pelatih sehingga
dapat meminimalisir bias evaluator.
2. Metode Hand-on
Metode hand-on merupakan metode yang melibatkan peserta pelatihan
secara aktif dalam proses belajar. Metode ini cocok untuk pengembangan
keahlian tertentu, memahami bagaimana keahlian dan sikap dapat bermanfaat
dalam pekerjaan, mengalami semua aspek dalam menyelesaikan suatu
penugasan, dan berhubungan dengan wacana interpersonal yang muncul
dalam pekerjaan.
b. Simulasi
Simulasi adalah metode pelatihan yang merepresentasikan situasi nyata
dimana keputusan yang diambil peserta pelatihan berpengaruh pada hasil dan
merefleksikan keadaan sebenarnya di lapangan. Simulasi digunakan untuk
membekali peserta pelatihan dengan kemampuan produksi dan proses serta
kemampuan manajemen dan intrapersonal. Metode ini biasanya
menggunakan alat bantu yang disebut simulator. Simulator harus identik
dengan kondisi lingkungan kerja yang sesungguhnya. Alasan tersebut
membuat pengadaan simulator membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain
itu, simulator juga membutuhkan update konstan jika ada perubahan baru di
lingkungan kerja yang sesungguhnya.
EKMA4214/MODUL 8 8.23
d. Model perilaku
Riset menyatakan bahwa peniruan perilaku adalah salah satu teknik
efektif dalam mengajarkan kemampuan interpersonal. Role playing atau
bermain peran merupakan upaya menampilkan peniruan kinerja dalam
mencapai kesuksesan agar dapat ditiru oleh peserta pelatihan.
e. Video interaktif
Video interaktif mengkombinasikan keuntungan dari pemanfaatan media
video dan pembelajaran berbasis komputer. Keuntungan dari video interaktif
sendiri di antaranya adalah:
1) pelatihan dapat diindividualisasi; yaitu dimana peserta pelatihan dapat
mengontrol aspek program pelatihan yang ingin mereka lihat;
2) peserta pelatihan mendapatkan umpan balik yang segera terhadap kinerja
mereka;
3) pelatihan akan lebih menyenangkan baik bagi peserta pelatihan maupun
pelatih.
f. E-learning
E-learning atau online learning adalah pembelajaran dan penyampaian
pelatihan dengan menggunakan komputer melalui jaringan internet atau
intranet organisasi. E-learning meliputi Web-based Training (WBT), belajar
jarak jauh, kelas virtual, dan penggunaan CD-ROM. Terdapat tiga
karakteristik utama dari e-learning, yaitu:
1) e-learnining melibatkan jaringan elektronik yang memungkinkan
informasi dan pembelajaran tersampaikan, dibagi, dan di-update dengan
cepat,
2) e-learning disampaikan kepada peserta pelatihan melalui komputer
dengan teknologi internet,
3) berfokus pada solusi belajar yang lebih daripada pelatihan tradisional
untuk menyertakan informasi dan alat yang meningkatkan kinerja.
Gambar 8.4
Karakteristik e-learning
3. Metode Kelompok
b. Belajar berpetualang
Belajar berpetualang memiliki fokus belajar pada pengembangan kerja
sama dan kemampuan kepemimpinan melalui aktivitas luar ruang yang
terstruktur.
c. Pelatihan kelompok
Pelatihan kelompok mengkoordinasikan kinerja individual yang bekerja
bersama untuk mencapai suatu tujuan umum. Pelatihan semacam itu
merupakan wacana penting ketika informasi harus dibagikan dan individu
mempengaruhi kinerja kelompok secara keseluruhan. Strategi pelatihan
kelompok meliputi pelatihan silang dan pelatihan koordinasi. Dalam
pelatihan silang, anggota kelompok memahami dan mempraktikkan keahlian
masing-masing sehingga para anggota dipersiapkan untuk melangkah masuk
dan mengambil alih tempat anggota yang lain. Pelatihan koordinasi melatih
kelompok untuk berbagi informasi dan keputusan untuk memaksimalkan
kinerja kelompok. Pelatihan kelompok biasanya menggabungkan banyak
metode di dalamnya.
Berdasarkan hasil penelitian kelompok yang efektif mampu
mengembangkan prosedur untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
kesalahan, mengoordinasikan pengumpulan informasi, dan saling
menguatkan.
d. Belajar aksi
Dalam belajar aksi, kelompok atau kelompok kerja memperoleh
permasalahan bisnis yang sebenarnya, bekerja untuk memecahkan
permasalahan, dan berkomitmen terhadap rencana aksi, serta bertanggung
jawab untuk melaksanakan rencana tersebut. Biasanya belajar aksi
EKMA4214/MODUL 8 8.27
a. Hasil kognitif
Hasil kognitif menentukan tingkat dimana peserta pelatihan terbiasa
dengan prinsip, fakta, teknik, prosedur, atau proses yang ditekankan dalam
pelatihan. Pengukuran kognitif biasanya dilakukan melalui tes kertas dan
pensil.
c. Hasil afektif
Hasil afektif meliputi sikap dan motivasi. Salah satu jenis hasil afektif
adalah reaksi peserta pelatihan melalui program pelatihan. Hasil reaksi adalah
persepsi peserta pelatihan terhadap program termasuk fasilitas, pelatih, dan
materi pelatihan. Informasi ini biasanya dikumpulkan pada penutupan
program. Reaksi berguna untuk mengidentifikasikan apa yang dipikirkan
peserta pelatihan telah berlangsung dengan sukses dan apa yang menyulitkan
belajar.
8.28 Manajemen Sumber Daya Manusia
d. Return on investment
Return on investment (ROI) adalah perbandingan antara keuntungan
finansial pelatihan dengan biaya yang dikeluarkan. Biaya pengeluaran
pelatihan terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya
langsung meliputi pengeluaran bagi seluruh pegawai yang terlibat dalam
pelatihan, termasuk pelatih, instruktur, konsultan, dan pegawai yang
mendesain program pelatihan; materi dan supply program; sewa atau
pembelian alat atau ruangan; dan biaya perjalanan. Biaya tidak langsung
tidak berhubungan langsung dengan desain, pengembangan, atau
penyampaian dari program pelatihan.
Teknik pengukuran pelatihan mana yang terbaik? Jawabannya akan
berbeda bergantung pada tujuan dari pelatihan itu sendiri.
b. Pretest/Postest
Metode ini sama dengan rancangan metode pretest/posttest dengan
kelompok pembanding tetapi memiliki satu perbedaan utama yaitu tidak
adanya kelompok pembanding. Rancangan ini biasanya digunakan oleh
organisasi yang ingin mengevaluasi program pelatihan tetapi tidak nyaman
bila mengikutsertakan pegawai lainnya atau hanya ingin melatih sekelompok
kecil pegawai.
c. Hanya postest
Dalam metode ini hanya hasil pelatihan yang dikumpulkan. Desain
metode ini sesuai ketika peserta pelatihan (dan kelompok pembanding, jika
ada) diharapkan untuk menguasai tingkat pengetahuan, perilaku, atau hasil
yang sama dengan pelatihan sebelumnya.
d. Rangkaian waktu
Dalam metode rangkaian waktu, hasil pelatihan dikumpulkan secara
periodik sebelum dan setelah pelatihan dilakukan. Salah satu keuntungan dari
desain ini adalah bahwa desain ini memungkinkan analisis kestabilan hasil
pelatihan dari waktu ke waktu. Jenis desain ini biasanya digunakan untuk
mengevaluasi program pelatihan yang berfokus pada pengembangan hasil
yang bervariasi dari waktu ke waktu.
Pada dasarnya, tidak ada satu pun rancangan evaluasi yang paling cocok
untuk satu program pelatihan. Beberapa faktor harus dipertimbangkan dalam
memilih salah satunya adalah:
1) ukuran program pelatihan;
2) tujuan pelatihan;
3) implikasi jika program pelatihan tidak berhasil;
4) norma organisasi berkaitan dengan evaluasi;
5) biaya desain dan pengelolaan evaluasi;
6) kecepatan dalam memperoleh informasi keefektifan program.
8.30 Manajemen Sumber Daya Manusia
3. Analisis Cost-Benefit
Analisis biaya dan keuntungan adalah proses menentukan keuntungan
ekonomi dari program pelatihan dengan menggunakan metode akunting yang
melibatkan penentuan biaya dan keuntungan pelatihan. Informasi biaya
pelatihan penting untuk beberapa alasan:
a. memahami pengeluaran total bagi pelatihan, termasuk biaya langsung
dan tidak langsung;
b. membandingkan dengan biaya program pelatihan alternatif;
c. mengevaluasi proporsi pengeluaran uang dalam pengembangan
pelatihan, administrasi, dan evaluasi, sebagaimana membandingkan
biaya yang dikeluarkan pada pelatihan kelompok pegawai yang lain.
d. Untuk mengontrol pengeluaran.
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 2 menjelaskan proses desain pelatihan. Pada
dasarnya desain pelatihan disusun untuk mempersiapkan pelatihan agar
pada saat implementasi dapat berjalan dengan baik. Proses desain
pelatihan dimulai dengan melakukan analisis kebutuhan. Analisis
kebutuhan, pada dasarnya merupakan suatu proses yang digunakan
untuk menentukan bahwa suatu pelatihan perlu diadakan. Setelah proses
analisis kebutuhan dilakukan, hal yang selanjutnya dilakukan adalah
meyakinkan bahwa calon peserta siap melakukan pelatihan, baik
kesiapan dari dalam diri maupun kesiapan dukungan dari lingkungan
dimana mereka bekerja. Proses selanjutnya adalah penciptaan
lingkungan belajar yang sesuai, meyakinkan transfer pelatihan,
pemilihan metode pelatihan, dan yang tidak kalah penting yaitu proses
evaluasi dari pelatihan yang telah dilakukan.
Metode pelatihan dipilih berdasarkan analisis kebutuhan. Dengan
kata lain, metode penyampaian materi pelatihan dipilih berdasarkan
materi apa yang hendak disampaikan dan tujuan apa yang hendak
dicapai dalam pengadaan suatu pelatihan. Evaluasi pelatihan sendiri
dilakukan untuk menilai efektivitas pelatihan dalam mencapai tujuan
pelatihan. Evaluasi pelatihan juga dilakukan untuk menghitung
keuntungan yang diperoleh organisasi ketika mereka melakukan
investasi dalam bidang pelatihan.
EKMA4214/MODUL 8 8.31
TE S FOR MATIF 2
Kegiatan Belajar 3
Tabel 8.4
Jenis Pelatihan Berbasis Web
1. Kelebihan Strategis
Pelatihan berbasis web strategis hanya digunakan untuk mendukung
tujuan umum penting dalam jangka panjang. Alasan strategis dari
implementasi pelatihan berbasis web meliputi beberapa hal yaitu:
2. Kelebihan Taktis
a. Mengurangi pengeluaran perjalanan dan akomodasi
Dengan memanfaatkan pelatihan berbasis web, organisasi dapat
mengurangi biaya perjalanan dan akomodasi pelatih maupun peserta
pelatihan dalam pelatihan.
5. Keterbatasan Bandwith
Keterbatasan bandwith yang dimiliki suatu organisasi dapat menyulitkan
dalam proses penyampaian materi pelatihan. Materi-materi yang banyak
membutuhkan gambar, suara, bahkan video akan lambat untuk di-download
atau bahkan ter-download dengan tidak sempurna yang mengakibatkan
berkurangnya esensi materi.
6. Keterbatasan Browser
Setiap browser memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Tiap
browser juga memiliki cara yang berbeda untuk membaca script penyusun
halaman web yang mengakibatkan perbedaan tampilan halaman yang dapat
berbeda antara satu browser dengan browser lainnya. Hal ini dapat menjadi
halangan yang cukup mengganggu dalam penyampaian materi.
Tabel 8.5
Tipe Pembelajaran/Pelatihan
1. Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif termasuk memecahkan masalah, mengaplikasikan
peraturan, dan membedakan antara satu hal dengan hal lain. Kemampuan
kognitif biasanya disampaikan menggunakan teks, grafik, simbol, dan
beberapa strategi pembelajaran seperti membaca, menjawab, memecahkan
masalah, dan menyelesaikan latihan. Hampir semua hal yang berkenaan
dengan kemampuan kognitif sesuai dengan metode pelatihan berbasis web.
2. Kemampuan Psikomotor
Kemampuan psikomotor membutuhkan kombinasi kompleks antar
pergerakan fisik dan pikiran. Hal demikian agak sulit untuk dihantarkan
melalui program pelatihan berbasis web karena peserta membutuhkan
lingkungan dengan pelatih dan umpan balik yang terperinci. Namun dengan
pendanaan dan waktu yang cukup, masih memungkinkan untuk merancang
program yang demikian.
3. Kemampuan Afektif
Melatih peserta pelatihan untuk mengubah opini dan sikap mereka
merupakan hal yang menantang baik dengan media apapun, dan akan lebih
sulit lagi jika dilakukan melalui pelatihan berbasis web. Alat yang
memungkinkan pelatih mengembangkan simulasi, mengelola diskusi, dan
memfasilitasi kelompok belajar biasanya mahal dan mempersyaratkan
peserta pelatihan untuk menggunakan komputer dengan spesifikasi yang
baik.
Bukanlah hal yang tidak mungkin untuk mengembangkan kemampuan
psikomotor dan afektif menggunakan web, namun program sejenis itu sulit
untuk dirancang dan dikembangkan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, organisasi harus yakin bahwa
semua peserta pelatihan memiliki komputer dengan koneksi internet,
browser, dan kemampuan berinternet. Bahkan peserta yang memenuhi
persyaratan di atas masih harus dibatasi lagi. Mereka yang belum begitu ahli
menggunakan hal-hal di atas lebih baik dilatih dengan menggunakan aplikasi
pelatihan pada browser. Sementara mereka yang memiliki kemampuan lebih
EKMA4214/MODUL 8 8.41
dapat diberikan materi pelatihan yang lebih beragam, seperti melalui aplikasi
audio dan video yang perlu mendownload dan menginstall software plug-ins.
Persyaratan yang paling penting diantara semua hal sebelum
diadakannya pelatihan berbasis web dalam sebuah organisasi yaitu adanya
hardware yang mendukung program pelatihan berbasis web dengan koneksi
internet dan spesifikasi yang mencukupi, ketersediaan software yang
dibutuhkan dan tersedianya pegawai yang dapat mendukung peserta pelatihan
baik secara teknis maupun materi pelatihan.
web ini adalah aspek motivasi peserta pelatihan. Motivasi menjadi isu yang
penting dalam suatu pelatihan berbasis web karena pelatihan ini lebih banyak
dilakukan sendiri oleh peserta pelatihan. Mereka harus distimulasi agar
mereka tidak bosan dan kehilangan motivasi untuk melanjutkan program
pelatihan berbasis web yang tengah mereka ikuti. Berikut adalah sepuluh
prinsip desain dan penyampaian dalam pelatihan berbasis web yang radikal
dan berbeda dari yang telah ada sebelumnya. Prinsip ini baik diikuti bagi
mereka yang siap untuk bergerak dalam revolusi e-learning.
5. Anda Dapat Melatih Diri Anda Sendiri Lebih Baik daripada yang
Dilakukan Pelatih atau Pembicara Terbaik Di dunia
Instruktur kadangkala merasa lebih penting dalam proses belajar
dibandingkan dengan fungsi mereka sebenarnya. Secara alami, seseorang
8.44 Manajemen Sumber Daya Manusia
mengajarkan diri mereka sendiri. Ketika terjadi kesalahan maka dirinya akan
bertanya kepada diri mereka sendiri, dimana yang salah? Apa yang telah
dilakukan hingga terjadi kesalahan? Kemudian dengan sendirinya mereka
akan mencari solusi yang benar agar kesalahan yang sama tidak akan
terulang di kemudian hari. E-learning yang baik memungkinkan peserta
pelatihan untuk menjadi pelatih bagi diri mereka sendiri.
Tabel 8.6
Ilustrasi Evaluasi Kirkpatrick
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 3 menjelaskan mengenai strategi pelatihan berbasis
web. Pelatihan berbasis web pada dasarnya bukan sesuatu hal yang baru
namun belum begitu banyak dimanfaatkan, terlebih di Indonesia.
Pelatihan berbasis web memiliki banyak kelebihan, terutama dapat
menekan waktu dan biaya yang dikeluarkan selama pelatihan. Namun
bukan berarti pelatihan berbasis web ini tidak memiliki kekurangan.
Seperti halnya semua jenis strategi pelatihan, pelatihan berbasis web
memiliki beberapa kekurangan yang diantaranya berkaitan dengan
bandwith internet karena sebagian besar pelatihan berbasis web
disampaikan melalui jaringan internet.
Pelatihan berbasis web ini akan sangat efektif untuk menyampaikan
materi pelatihan yang bersifat kognitif. Sementara itu, berkembang pula
pelatihan dengan mengadaptasi sistem belajar campuran (blended
learning) untuk materi yang bersifat semi psikomotor dan/atau afektif,
dimana metode pelatihan berbasis web ini digabungkan dengan metode
tatap muka/klasikal untuk prakteknya.
Sepuluh prinsip pengembangan pembelajaran berbasis web yang
revolusioner dimaksudkan agar proses pelatihan dapat menarik perhatian
peserta. Selain itu, pada kegiatan belajar ini, dibahas pula mengenai
contoh cara mengevaluasi pembelajaran berbasis web melalui metode
evaluasi empat level Kirkpatrick.
TE S FOR MATIF 3
Kegiatan Belajar 4
Pengembangan Manajemen
dan Organisasi
A. PENGEMBANGAN MANAJEMEN
Tabel 8.7
Metode Pengembangan Manajemen
Di Tempat Kerja (On the Job) Di Luar Tempat Kerja (Off the Job)
Transitory, Anticipatory understudy Pelatihan kelas
assignment Kuliah
Coaching Studi Kasus
Rotasi Jabatan (Job Rotation) Permainan peran (role playing)
Proyek Khusus dan Penugasan Komite In-basket technique
Permainan Bisnis
Seminar universitas dan asosiasi
profesi
b. Coaching
Coaching merupakan metode pengembangan manajemen yang
diselenggarakan di tempat kerja, melibatkan manajer yang berpengalaman
dan memberikan panduan kepada peserta pelatihan dalam memecahkan
masalah manajerial.
Kelebihan metode ini adalah peserta memperoleh pengalaman praktik
dan melihat hasil dari keputusannya. Sementara kelemahannya, jika pelatih
tidak memiliki keahlian yang memadai maka metode ini akan percuma. Oleh
karena itu, kepakaran dan pengalaman pelatih menjadi hal terpenting untuk
diperhatikan dalam metode ini.
d. Pelatihan kelas
Metode ini tidak hanya digunakan dalam program pengembangan
manajemen, tetapi juga dalam orientasi aktivitas pelatihan. Beberapa metode
yang termasuk di dalamnya yaitu:
1) Kuliah
Metode ini merupakan metode klasik dimana peserta duduk diam dan
mendengarkan penjelasan dari pelatih, dengan bantuan media-media
lain.
2) Studi Kasus
Dalam teknik ini, peserta diberikan kasus untuk kemudian dianalisis.
Peserta distimulasi untuk berpikir melalui masalah yang diberikan,
mengusulkan pemecahan, dan memilih salah satu pemecahan dari
beberapa alternatif yang mungkin muncul, serta menganalisis
konsekuensi dari keputusan yang diambil.
3) Bermain Peran (Role-Playing)
Peserta diberikan peran yang berbeda-beda dan diminta untuk
melaksanakan peran tersebut dalam situasi nyata. Diharapkan peserta
EKMA4214/MODUL 8 8.53
B. PENGEMBANGAN ORGANISASI
Tidak ada fungsi yang paling terlibat dalam perubahan dan pembaharuan
dalam organisasi kecuali sumber daya manusia. Pada bagian ini, akan dibahas
proses dan teknis perubahan dan pengembangan organisasional serta peran
penting sumber daya manusia dalam proses tersebut.
Pengembangan organisasi merupakan suatu perluasan yang terencana
dengan tujuan meningkatkan kinerja organisasional melalui intervensi dan
pengalaman pelatihan.
8.54 Manajemen Sumber Daya Manusia
d. Aplikasi strategik
Merupakan aplikasi pengembangan organisasi terbaru, yaitu program
organisasi secara luas yang bertujuan pada pencapaian suatu keserasian
antara strategi organisasi, struktur, budaya, dan lingkungan eksternal, dimana
intervensinya meliputi empat tahap:
1) menganalisis strategi saat ini dan desain organisasi;
2) memilih strategi dan desain organisasi yang diinginkan;
8.56 Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Team building
Metode ini berusaha meningkatkan keefektifan kelompok kerja melalui
pengembangan proses interpersonal, klarifikasi sasaran, dan klarifikasi peran.
Idealnya, membangun tim merupakan suatu proses yang berkesinambungan,
melibatkan sesi diagnosis secara reguler dan selanjutnya mengembangkan
pelatihan-pelatihan sebagaimana diperlukan.
b. Survey feedback
Umpan balik survei mencakup pengumpulan data dari anggota
organisasi dan memberikan kembali data tersebut kepada mereka dalam
serangkaian pertemuan dimana organisasi melakukan eksplorasi dan
pendiskusian data tersebut. Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk
menyarankan atau menyusun formulasi perubahan yang muncul dari data
tersebut.
Dalam beberapa hal umpan balik survei mirip dengan membangun
kelompok kerja, bedanya survei umpan balik cenderung berfokus pada
pengumpulan data yang valid dan kurang menekankan pada proses
interpersonal dari kelompok kerja. Sebaliknya, survei umpan balik cenderung
memfokuskan pada hubungan antara anggota organisasi dengan organisasi
yang lebih luas.
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 4 menjelaskan mengenai pengembangan bagi
manajemen dan organisasi. Pengembangan manajemen merupakan suatu
usaha untuk meningkatkan kinerja manajerial dengan menanamkan
pengetahuan, mengubah sikap, atau meningkatkan keahlian. Tujuan
akhir dari pengembangan manajemen adalah sama dengan
8.58 Manajemen Sumber Daya Manusia
TE S FOR MATIF 4
Tes Formatif 4
1) C
2) A
3) D
4) B
5) C
EKMA4214/MODUL 8 8.61
Daftar Pustaka
http://en.wikipedia.org/wiki/Management_Development
http://en.wikipedia.org/wiki/Organizational_development
http://www.osp.state.nc.us/client/od/od.html
http://www.wbtic.com/
Modul 9
PE N D AHUL U AN
Kegiatan Belajar 1
b. Perencanaan
Pimpinan perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna
mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Manajemen K3,
dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan tersebut harus
memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan dengan
mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku, serta hasil
pelaksanaan tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Penerapan
Untuk mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan
harus menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan
sistem yang diterapkan. Kualifikasi tersebut mencakup jaminan kemampuan
dan kegiatan pendukung seperti komunikasi pelaporan dan
pendokumentasian. Perusahaan juga harus melakukan identifikasi sumber
bahaya untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, yang
selanjutnya melakukan pengendalian untuk menurunkan tingkat risiko.
EKMA4214/MODUL 9 9.11
menunjukkan hubungan yang pasti antara faktor emosi, seperti stres, dengan
kecelakaan kerja. Penelitian lain menunjukkan pentingnya perbedaan
individual, sikap, dan proses belajar sebagai faktor kunci dalam
mengendalikan elemen manusia dalam keselamatan kerja.
Keselamatan kerja berdasarkan individual berusaha mengidentifikasikan
dan memodifikasi prilaku yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Pendekatan ini bisa menggunakan seorang “pelatih” atau “pengamat” dalam
mengidentifikasikan perilaku yang berbahaya.
cukup tidur di siang harinya, sehingga mereka kembali bekerja dalam kondisi
yang tidak begitu siaga. Juga, karena cenderung kurang banyaknya atasan
atau manajer yang bekerja pada shift malam, maka para pekerja cenderung
kurang menerima pelatihan dan pengawasan. Kedua faktor ini yang
menyebabkan tingginya kecelakaan kerja.
Kedua tingkat tersebut baru bernilai jika dibandingkan dengan hal yang
sama pada departemen atau divisi lain dalam suatu organisasi untuk tahun
sebelumnya, atau dibandingkan dengan organisasi yang berbeda. Melalui
pembandingan tersebut, maka prestasi keselamatan kerja suatu departemen
atau organisasi belajar dapat dievaluasi dengan baik.
Definisi lain dari kesehatan adalah kondisi fisik, mental dan sosial yang
sejahtera (Ivancevich, 1992). Titik berat dari definisi ini adalah pada
hubungan antara badan, pikiran dan pola sosial. Contohnya, karyawan yang
kompeten, tetapi selalu merasa tertekan (stres) dan memiliki kepercayaan diri
yang rendah, sama saja kondisinya dengan kondisi orang yang terluka atau
sakit, sehingga tidak produktif. Oleh karena itu, manajer harus menyadari
bahwa mereka perlu menaruh perhatian pada kesehatan umum karyawan
termasuk kesehatan jiwanya. Mereka harus menyelenggarakan program-
program yang dapat membantu meningkatkan kesehatan karyawan, baik
kesehatan badan maupun jiwa. Ada dua program yang dapat diselenggarakan
oleh organisasi, yaitu program kesehatan preventif dan manajemen stres.
Gambar 9.1
Kerangka untuk Memahami Stres dan Akibatnya
9.20 Manajemen Sumber Daya Manusia
4. Dukungan Sosial
Dukungan sosial dari atasan, teman sekerja, keluarga dan teman dapat
menolong tingkat stres seseorang, karena karyawan yang bersangkutan
merasa bahwa orang lain siap membantunya, sehingga dia tidak merasa
sendirian sepanjang waktu. Intinya, seseorang merasa lebih baik dan kuat
karena tantangan dapat dihadapi bersama-sama. Dukungan emosional
merupakan bagian dari suatu proses dukungan sosial di mana pekerja dapat
menyandarkan diri kepadanya, pekerja merasa mendapatkan dorongan, dan
pekerja merasa ada seseorang yang mau mendengarkan keluh kesahnya atau
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Dukungan yang bersifat informasi juga
dapat diberikan. Pihak lain dapat memberikan pengetahuan tertentu untuk
menanggulangi stres dan untuk menghadapi ketidakpastian. Meskipun secara
formal perusahaan jarang menggunakan dukungan sosial sebagai program
untuk mengurangi stres, secara informal supervisor dan teman sekerja harus
melakukannya setiap hari.
Ketika terjadi merger dan akuisisi, maka cenderung jumlah pekerja yang
stres menjadi bertambah banyak. Hal ini dikarenakan banyak pekerja yang
tidak mengetahui apakah dirinya masih digunakan atau tidak, dan juga tidak
tahu apa yang akan terjadi berkaitan dengan program kariernya. Untuk itu,
EKMA4214/MODUL 9 9.21
dalam situasi seperti ini peranan dukungan yang bersifat informasi menjadi
sangat penting untuk mengurangi ketidakpastian dan mengefektifkan kinerja.
R AN GKUMAN
Kegiatan Belajar 1 membahas mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, karena jika keselamatan kerja sudah terlaksana dengan baik
maka kesehatan kerja pun akan tercapai (Husni, 2000). Keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan usaha untuk mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja bermaksud melindungi atau menjaga
pekerja dari kejadian atau keadaan perburuhan yang merugikan
keselamatan dan kesehatan pekerja.
Sistem manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, prosesi dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
tercapainya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Kegiatan Belajar 1 juga membahas mengenai kesehatan kerja.
Menurut Ivancevich ada dua program kesehatan yang secara umum
dapat dilakukan suatu perusahaan. Pertama, program perawatan
kesehatan preventif. Program ini mencakup pengeluaran untuk
membangun fasilitas yang membantu perawatan mandiri karyawan
secara lebih baik. Program ini memberikan dorongan kepada karyawan
untuk melakukan perubahan terhadap gaya hidupnya melalui perbaikan
gizi, program olahraga secara teratur, pantangan merokok dan minum
alkohol, bimbingan stress dan pemeriksaan fisik (kesehatan) secara
terstur setahun sekali. Kedua, program manajemen stres. Program ini
dapat dilaksanakan secara jalin menjalin dengan program kesehatan fisik
karyawan. Program ini dapat direncanakan dan ditawarkan dengan
ditangani oleh seorang konsultan ahli.
TE S FOR MATIF 1
Kegiatan Belajar 2
A. KEPEMIMPINAN
2. Peran Kepemimpinan
Peran antar manusia akan meliputi:
a. peran selaku tokoh,
b. peran selaku pimpinan,
c. peran selaku penghubung.
3. Peran Informatif
Masing-masing peran informatif itu dilakukan sebagai berikut:
a. peran selaku pemantau,
b. peran selaku penyebar,
c. peran selaku public relation (hubungan masyarakat).
c. Teori ekologis
Calon pemimpin, sedikit banyak telah membawa bakat sejak lahir
tetapi bakat saja belum cukup untuk dijadikan modal memipin,
karena itu bakat harus dilengkapi dengan pendidikan dan
pengalaman hidup, sehingga ia berhasil menjadi pemimpin.
Diantara ketiga teori ini, teori yang dianggap paling mendekati
kebenaran dan mempunyai pengikut yang banyak dalam situasi
sekarang adalah teori ekologis.
Bentuk bagan managerial grid terdiri dari sistem salib sumbu, absis
(sumbu horizontal) menyatakan kepedulian terhadap sumber daya manusia,
dan ordinat (sumbu vertikal) sebagai lambang kepedulian terhadap tujuan
organisasi
Gambar 9.2
Teori Manajerial Grid
3. Teori Kontingensi
Teori ini dikembangkan oleh Fred Fielder yang menyatakan bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditopang oleh kemampuan yang dimilikinya
EKMA4214/MODUL 9 9.33
serta keadaan sekitarnya yang menunjang. Dalam teori ini disebutkan ada dua
kiat kepemimpinan, yaitu:
a. kiat kepemimpinan yang mengutamakan tugas (task oriented);
b. kiat kepemimpinan yang mengutamakan hubungan kemanusiaan (human
relationship oriented).
Fungsi Kepemimpinan
Saudara mahasiswa, kepemimpinan terdiri dari dua fungsi, yaitu:
1. Fungsi utama, yang penting bagi proses kepemimpinan, yaitu:
a. Pemimpin sebagai pemandang: memiliki pandangan ke masa datang
dan menyampaikan keyakinan kepada kelompoknya.
b. Pemimpin sebagai eksekutif: menentukan sasaran kelompok,
mengarahkan serta mengkoordinasikan kegiatan kelompok dalam
mencapai sasaran.
c. Pemimpin sebagai perencana: menentukan bagaimana kelompoknya
harus mencapai sasaran.
d. Pemimpin sebagai pembuat kebijakan: berperan serta dalam
merumuskan kebijakan dalam bentuk petunjuk berkesinambungan
mengenai apa yang dikerjakan kelompok.
9.34 Manajemen Sumber Daya Manusia
Keahlian Kepemimpinan
Saudara mahasiswa ada 6 hal yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin
yang efektif, yaitu:
a. kenali diri sendiri;
b. kenali situasi yang dihadapi;
c. pilih gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi;
d. penuhi kebutuhan tugas;
e. penuhi kebutuhan kelompok;
f. penuhi kebutuhan individu.
5) imajinatif;
6) kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain melalui keantusiasan
dan pandangan anda;
7) kemauan bekerja keras;
8) kemampuan menganalisis;
9) integritas;
10) kemampuan mengubah gaya kepemimpinan agar sesuai dengan situasi.
B. PRODUKTIVITAS
R AN GKUMAN
Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi
pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Gaya kepemimpinan yang ada
dalam suatu kelompok atau masyarakat tergantung pada situasi yang
terdapat pada kelompok/masyarakat tersebut. Wibawa kepemimpinan
adalah ciri yang melekat pada diri seorang pemimpin sehingga ia
dipatuhi dan diikuti oleh bawahan/pengikutnya. Douglas Mcgregor
menyatakan bahwa kiat kepemimpinan itu ditentukan oleh dua perilaku
manusia yang berlainan, yaitu:
1. perilaku menurut Teori X,
2. perilaku menurut Teori Y.
TE S FOR MATIF 2
Daftar Pustaka
http://en.wikipedia.org/wiki/Management_Development
http://en.wikipedia.org/wiki/Organizational_development
http://www.osp.state.nc.us/client/od/od.html
http://www.wbtic.com/