OLEH
ANAK AGUNG NGURAH ADITYA PANJI (1914101089)
NI KADEK CINDY ARIESKA PUTRI (1914101098)
KADEK CHINTYA ANGELINA (1917051196)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan nikmat-
Nya dan juga atas kerja keras penulis, makalah ini dapat diselesaikan. Penulis mengambil
judul yaitu “Politik Menurut Perspektif Hindu”
Makalah ini disususun untuk memenuhi tugas Agama Hindu dengan tenggang waktu
yang diberikan satu minggu dan sampai pada pembuatan sehingga makalah ini dapat di
selesaikan.
Penyusunan makalah ini tidak mungkin diselesaikan tanpa dukungan dari semua
pihak. Untuk itu perkeanankan saya menyampaikan terima kasih kepada bapak Dr. I Gede
Astawan, S.pd., M.Pd. yang sudah memberikan petunjuk dan bimbingannya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
maka dari itu kritik dan saran snagat dibutuhkan untuk kesempurnaan makalah ini di
kesempatan yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA............................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
1.4 Manfaat........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Pengertian dan Sumber Ajaran Agama Hindu tentang politik (Nitisastra)..................................2
2.2 Kontribusi Agama Hindu dalam Kehidupan Politik Berbangsa dan Bernegara...........................5
2.3 Implementasi Politik Menurut Perspektif Agama Hindu.............................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata politik yang sering dikenal dalam Bahasa Indonesia dapat disamakandengan kata
nitisastra dalam sastra-sastra Hindu. Nitisastra adalah pengetahuantentang politik negara.
Sebagai suatu istilah Nitisastra dapat bermakna sebagaikebijakan yang berhubungan dengan
Etika Sosial Politik untuk menyelenggarakan pemerintahan suatu negara. Politik dalam
perspektif Hindu adalah pengetahuanuntuk menyelenggarakan pemerintahan suatu negara
guna mencapai tujuanmenciptakan masyarakat sejahtera. Politik dalam sejarah masyarakat
Bali memang belum pernah memberikan kenyamanan kepada masyarakat. Era perpolitikan
padatahun 1950an menghasilkan ketegangan di tengah-tengah masyarakat Bali terutama
ketika terjadi gerakan logis yang dilakukan sekelompok pejuang yang tidak puas dengan
kebijakan pemerintah republik Indonesia. Dalam konteks pemikiran seperti ini, pragmatisme
politik tergolong sebagai pemikiran yang di pengaruhi maya atau keadaan yang seolah-olah.
Bantuan keuangan seakan-akan telah memberikan kontribusi bagi masyarakat. Padahal
kenyataannya itu bisasebaliknya. Sebab tuntutan seperti ini, bukan tidak mungkin akan
menyeburkan budaya korupsi di kalangan penyelenggara pemerintahan. Menurut kitab suci
Weda, Politik merupakan cara untuk mencapai tujuan (menegakkan dharma). Dimana dalam
pelaksanaan untuk mencapai tujuan harus tetap berlandaskan akan agama serta moral dan
etika.
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dan sumber ajaran agama hindu tentang politik
(Nitisastra)
b. Untuk mengetahui apa saja kontribusi agama hindu dalam kehidupan politik
berbangsa dan bernegara
c. Untuk mengetahui apa saja implementasi politik menurut perspektif agama hindu
1.4 Manfaat
a. Bagi lembaga, bisa dijadikan sebagai pengetahuan untuk para mahasiswa tentang
politik dalam perspektif hindu
b. Bagi pembaca, bisa dijadikan acuan untuk pembuatan makalah selanjutnya
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Sumber Ajaran Agama Hindu tentang politik (Nitisastra)
Weda merupakan kumpulan sastra kuno dari zaman India Kuno yang
jumlahnya sangat banyak dan luas. Weda termasuk dalam penggolongan Sruti ,
karena umat Hindu percaya bahwa isi Weda merupakan kumpulan wahyu dari
Brahman (Tuhan). Weda diyakini sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia
yang masih ada hingga saat ini. Weda diturunkan /diajarkan dengan sistem lisan-
pengajaran dari mulut ke mulut, yang mana pada masa itu tulisan belum ditemukan
dari gutu ke siswa.
Para Rsi menuangkan ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan. Weda bersifat
apaurusheya, karena berasal dari wahyu, tidak dilarang oleh manusia, dan abadi.
Maha Rsi Byasa, kembali menyusun Weda dan membagi Weda menjadi empat bagian
utama yaitu: Regweda, Yajurweda, Samaweda, dan Atharwaweda. Secara etimologi,
kata Weda berakar dari kata “vid”, yang dalam bahasa Sansekerta berarti
“mengetahui”, dalam dalam Bahasa Indonesia berakar dari kata “weid” yang artinya
“melihat” atau “mengetahui” weid juga merupakan akar dari kata “wit” dalam Bahasa
Inggris.
Weda adalah sumber Agama Hindu yang di dalamnya mengalir semua ajaran
yang merupakan kebenaran Agama Hindu. Dalam kitab Weda mengalir ajaran Agama
Hindu dan dikembangkan baik dalam kitab Smerti, Sruti, Itihasa, Purana, Tantra,
Darsana, Upanisad, maupun lontar tatwa yang ada. Dalam kitab inilah terkandung
ajaran Nitisastra.
1. Kitab-Kitab Smerti
2
profesi. Secara garis besar Smerti digolongkan menjadi dua kelompok besar, yakni
kelompok Wedangga (Sadangga), dan kelompok Upaweda
Kelompok Wedangga
Kelompok ini disebut juga Sadangga yang terdiri dari 6 bidang Weda yaitu (1)
Siksa(Phonetika), yang memuat peunjuk tentang car yang tepat dalam pengucapan
mantra serta rendah tekanan suara. (2) Wyakarana ( Tata Bahasa), merupakan
suplemen batang tubuh Weda dan dianggap paling penting serta menentukan, karena
untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti, tidak mungkin tanpa bantuan pengertian
dan bahasa yang benar. (3) Chanda (Lagu), cabang Weda yang khusus membahas
aspek ikatan bahasa yang disebut lagu. (4) Nirukta, memuat berbagai penafsiran
otentikmengenai kata yang terdapat dalam Weda. (5) Jyotisa (Astronomi), pelengkap
Weda yang isinya memuat pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman
dalam melakukan yadnya, isinya adalah membahas tata surya, dan yang lainnya yang
mempunyai pengaruh didalam pelaksanaan yadnya. (6) Kalpa, merupakan kelompok
Wedangga (Sadangga) yang paling penting. Menurut jenis isinya, Kalpa dibagi
menjadi bebrapa bidang, yaitu bidang Srauta, bidang Grhya, bidang Dharma, dan
bidang Sulwa.
Kelompok Upaweda
Ditinjau dari arti Itihasa (berasal dari kata “iti”, “ha”, dan “asa” artinya adalah
“sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya”) maka Mahabharata merupakan
gambaran sejarah, yang memuat mengenai kehidupan keagamaan, sosial, dan politik
menurut ajaran Hindu.
Ajaran Nitisastra tersebar dalam kitab Smerti, seperti halnya dalam Adhyaya
VII yang memuat berbagai aspek hukum yang juga berkaitan dengan upaya
penyelenggaraan pemerintahan di Negara.
Sruti adalah kitab wahyu yang diturunkan secara langsung oleh Tuhan (Hyang
Widhi Wasa) melalui para maha Rsi. Sruti adalah Weda yang sebenarnya, yang
diterima melalui pendengaran, yang dturunkan sesuai dengan periodesasinya dalam
empat kelompok. Oleh karena itu, Weda Sruti disebut juga Catur Weda atau Catur
Weda Samhita.
3
Kitab-kitab Catur Weda tersebut adalah sebagai berikut.
Rg. Weda atau Rg Weda Samhita adalah wahyu yang paling pertama
diturunkan sehingga merupakan Weda yang tertua. Rg Weda berisikan
nyanyian pujaan. Wahyu Rg Weda dihimpun oleh Rsi Pulaha.
Sama Weda Samhita adalah Weda yang merupakan kumpulan mantra
dan memuat ajaran mengenai lagu pujaan. Wahyu Sama Weda dihimpun
oleh Rsi Jaimini.
Yajur Weda Samhita adalah Weda yang terdiri dari mantra-mantra dan
sebagian besar berasal dari Rg. Weda. Yajur Weda memuat ajaran
mengenai pokok-pokok yajus. Yajur Weda terdiri atas dua aliran, yaitu
Yayur Weda Putih dan Yayur Weda Hitam. Wahyu Yayur Weda dihimpun
oleh Rsi Waisampayana.
Atharwa Weda Samhita adalah kumpulan mantra yang memuat ajaran
yang bersifat magis. Isinya adalah doa-doa untuk kehidupan sehari-hari
seperti memohon kesembuhan dan lain-lain. Wahyu Atharwa Weda
dihimpun oleh Rsi Sumantu.
3. Kitab-kitab Itihasa
Kitab Itihasa merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam, yaitu
Ramayana dan Mahabharata. Kitab Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki. Di Indonesia
cerita Ramayana sangat populer dan diubah ke dalam bentuk kekawin dan berbahasa
Jawa Kuno. Di samping Ramayana, epos besar lainnya adalah Mahabharata, kitab ini
disusun oleh Maharsi Wyasa. Ditinjau dari arti Itihasa, berasal dari kata “iti”, “ha”,
dan “sa” artinya adalah “sesungguhnya kejadian itu begitulah nyata”, maka
Mahabharata tersebut adalah gambaran sejarah, yang memuat mengenai kehidupan
keagamaan, sosial, dan politik menurut ajaran agama Hindu.
4. Kitab-KitabPurana
Kitab Purana adalah kitab yang dikenal dengan kitab yang memuat cerita kuno
yang menceritakan kejadian yang terjadi di masa lalu. Kitab Purana ini memuat cerita
tentang dewa-dewa, raja-raja dsn rsi-rsi pada jaman kuno. Kitab Purana jumlahnya
cukup banyak dan di dalamnya memuat tentang nitisastra.
4
Kitab Purana berisi kumpulan cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia
dan silsilah para raja yang memerintah di dunia, juga mengenai silsilah dewa-dewa
dan bharata, cerita mengenai silsilah krturunan dan perkembangan dinasti
Suryawangsa dan Candrawangsa serta memuat cerita yang menggambarkan
pembuktian hukum yang pernah dijalankan. Yang terpenting dari kitab-kitab Purana
adalah memuat pokok ajaran mengenai Theisme (Krtuhanan) yang dianut menurut
berbagai madzab Hindu.
2.2 Kontribusi Agama Hindu dalam Kehidupan Politik Berbangsa dan Bernegara
Lahirnya bangsa dan negara kesatuan Indonesia dengan dasar Pancasila dan
lambang negara Garuda Pancasila dengan Sasanti Bhineka Tunggal Ika adalah sangat
tepat, didukung pemilihan yang cermat dari para pendiri Negara yang mengamati
kondisi nyata bangsa Indonesia yang memang amat majemuk.
Sasanti Bhineka Tunggal Ika diangkat dari karya Rakawi Empu Tantular
dalam Kakawin Sutasoma, yang memaparkan kondisi komunikasi antara Agama
Hindu dengan Agama Budha pada masa itu.
Dalam konteks politik berbangsa dan bernegara sesuai dengan cita-cita pendiri
bangsa dan negara ini, kalimat sasanti ini mempunyai makna bahwa Indonesia
berbeda-beda tetapi tetap satu, sebagai warga negara Indonesia tidak ada kebijakan
yang mendua kecuali cinta pada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sasanti Bhineka Tunggal Ika merupakan basis politik yang patut dipedomani dalam
menentukan kebijakan apapun dalam penyelenggaraan Negara ini.
6
akan memberikan solusi terhadap masalah yang ada. Antara anak dan orang tua harus
saling menghargai satu sama lain.
Sebagai seorang pemimpin sudah seharusnya belajar berbagi dan tidak segan
meminta orang lain untuk membantu. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
dalam mensejahterakan rakyatnya adalah dengan menjamin HAM warganya. Berhasil
menjamin HAM berarti mensejahterakan rakyat rakyat dan juga menyenangkan
rakyatnya.
Seperti yang terantum dalam kekawin Ramayana III, 54, yang menyatakan
bahwa seorang pemimpin yang baik menurut ajaran Hindu haruslah memperhatikan
masalah kesejahteraan para pengikutnya. Jika pemimpin sudah mampu menegakkan
HAM warganya berarti pemimpin tersebut sudah mampu melaksanakan Dharmanya.
Implementasi dalam kesenian yang masih populer di Bali adalah gamelan dan
tari yang ada di Bali. Para pendahulu atau nenek moyang Bali sebenarnya telah
mewarisi kesenian sejak dahulu kala. Banyak orang-orang di zaman kali ini tidak
perduli dengan hal tersebut. Masuknya budaya asing menjadi trend pada saat ini.
7
F. Implementasi Dalam Kasus Judi
Judi dilarang dalam Agama Hindu, Kitab suci Manawa Dharmasastra Buku IX
(Atha Nawano dhyayah) sloka 221, 222, 223, 224, 225, 226, 227 dan 228 dengan jelas
menyebutkan larangan itu.
Pera pemerintah dalam mengatasi judi harus lah ditingkatkan. Salah satu
alasan masyarakat berjudi di zaman dulu karena kurangnya fasilitas hiburan atau
rekreasi. Oleh karena itu, berjudi adalah makelecan (makelecan adalah hiburan).
Untuk itu salah satu upaya menjaga kesehatan rohani masyarakat yaitu pemerintah
menyediakan fasilitas hiburan atau rekreasi.
Pada suatu hari terjadi kebakaran karena api Agni Hotra terlalu besar yang
menyebabkan sebagian istana ikut terbakar, maka sejak kejadian itulah Raja
memberhentikan Agni Hotra, lalu diganti dengan Api Takep, pasepan atau dupa yang
digunakan sebagai sarana upacara yadnya
Ritual Agni Hotra merupakan ritual yang sangat penting dalam menjalankan
ajara weda. Seperti yang telah dijelaskan dalam kitab sarascamusccaya bahwa
seseorang tidak akan berhasil sebelum melakukan ritual Agni Hotra.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata politik dapat diasumsikan dengan kata Nitisastra. Nitisastra berasal dari
kata “Niti dan sastra” dalam bahasa Sansekerta. Dalam kamus bahasa kecil Sansekerta
Indonesia yang diterbitkan oleh pemerintah Daerah Bali I, kata “Niti artinya kemudi,
pimpinan, politik, sosial,etik, pertimbangan dan kebijakan”.
Dalam konteks politik berbangsa dan bernegara sesuai dengan cita-cita pendiri
bangsa dan negara ini, kalimat sasanti ini mempunyai makna bahwa Indonesia
berbeda-beda tetapi tetap satu, sebagai warga negara Indonesia tidak ada kebijakan
yang mendua kecuali cinta pada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sasanti Bhineka Tunggal Ika merupakan basis politik yang patut dipedomani dalam
menentukan kebijakan apapun dalam penyelenggaraan Negara ini.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca bisa dan dapat memperoleh
gambaran mengenai Niti Sastra secara lebih lengkap mengenai ajaran Niti Sastra
dalam kehidupan bernegara.