Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AGAMA HINDU

POLITIK MENURUT PERSPEKTIF HINDU

OLEH
ANAK AGUNG NGURAH ADITYA PANJI (1914101089)
NI KADEK CINDY ARIESKA PUTRI (1914101098)
KADEK CHINTYA ANGELINA (1917051196)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


TAHUN 2020/2021
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan nikmat-
Nya dan juga atas kerja keras penulis, makalah ini dapat diselesaikan. Penulis mengambil
judul yaitu “Politik Menurut Perspektif Hindu”

Makalah ini disususun untuk memenuhi tugas Agama Hindu dengan tenggang waktu
yang diberikan satu minggu dan sampai pada pembuatan sehingga makalah ini dapat di
selesaikan.

Penyusunan makalah ini tidak mungkin diselesaikan tanpa dukungan dari semua
pihak. Untuk itu perkeanankan saya menyampaikan terima kasih kepada bapak Dr. I Gede
Astawan, S.pd., M.Pd. yang sudah memberikan petunjuk dan bimbingannya.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
maka dari itu kritik dan saran snagat dibutuhkan untuk kesempurnaan makalah ini di
kesempatan yang akan datang.

Singaraja, 2 maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA............................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
1.4 Manfaat........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Pengertian dan Sumber Ajaran Agama Hindu tentang politik (Nitisastra)..................................2
2.2 Kontribusi Agama Hindu dalam Kehidupan Politik Berbangsa dan Bernegara...........................5
2.3 Implementasi Politik Menurut Perspektif Agama Hindu.............................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata politik yang sering dikenal dalam Bahasa Indonesia dapat disamakandengan kata
nitisastra dalam sastra-sastra Hindu. Nitisastra adalah pengetahuantentang politik negara.
Sebagai suatu istilah Nitisastra dapat bermakna sebagaikebijakan yang berhubungan dengan
Etika Sosial Politik untuk menyelenggarakan pemerintahan suatu negara. Politik dalam
perspektif Hindu adalah pengetahuanuntuk menyelenggarakan pemerintahan suatu negara
guna mencapai tujuanmenciptakan masyarakat sejahtera. Politik dalam sejarah masyarakat
Bali memang belum pernah memberikan kenyamanan kepada masyarakat. Era perpolitikan
padatahun 1950an menghasilkan ketegangan di tengah-tengah masyarakat Bali terutama
ketika terjadi gerakan logis yang dilakukan sekelompok pejuang yang tidak puas dengan
kebijakan pemerintah republik Indonesia. Dalam konteks pemikiran seperti ini, pragmatisme
politik tergolong sebagai pemikiran yang di pengaruhi maya atau keadaan yang seolah-olah.
Bantuan keuangan seakan-akan telah memberikan kontribusi bagi masyarakat. Padahal
kenyataannya itu bisasebaliknya. Sebab tuntutan seperti ini, bukan tidak mungkin akan
menyeburkan budaya korupsi di kalangan penyelenggara pemerintahan. Menurut kitab suci
Weda, Politik merupakan cara untuk mencapai tujuan (menegakkan dharma). Dimana dalam
pelaksanaan untuk mencapai tujuan harus tetap berlandaskan akan agama serta moral dan
etika.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dan Sumber Ajaran Agama Hindu tentang Politik(Nitisastra)?
b. Apa kontribusi Agama hindu dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara?
c. Apa implementasi politik menurut perspektif agama hindu?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dan sumber ajaran agama hindu tentang politik
(Nitisastra)
b. Untuk mengetahui apa saja kontribusi agama hindu dalam kehidupan politik
berbangsa dan bernegara
c. Untuk mengetahui apa saja implementasi politik menurut perspektif agama hindu

1.4 Manfaat
a. Bagi lembaga, bisa dijadikan sebagai pengetahuan untuk para mahasiswa tentang
politik dalam perspektif hindu
b. Bagi pembaca, bisa dijadikan acuan untuk pembuatan makalah selanjutnya

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Sumber Ajaran Agama Hindu tentang politik (Nitisastra)

A. Pengertian Politik Menurut Perspektif Hindu


Kata politik dapat diasumsikan dengan kata Nitisastra. Nitisastra berasal dari
kata “Niti dan sastra” dalam bahasa Sansekerta. Dalam kamus bahasa kecil Sansekerta
Indonesia yang diterbitkan oleh pemerintah Daerah Bali I, kata “Niti artinya kemudi,
pimpinan, politik, sosial,etik, pertimbangan dan kebijakan”.

Dapat disimpulkan bahwa Nitisastra merupakan pengetahuan tentang politik


negara. Sebagai suatu istilah Nitisastra dapat bermakna sebagai kebijakan yang
berhubungan dengan etika sosial politik untuk menyelenggarakan pemerintahan suatu
negara.

B. Sumber Ajaran Hindu tentang Politik

Weda merupakan kumpulan sastra kuno dari zaman India Kuno yang
jumlahnya sangat banyak dan luas. Weda termasuk dalam penggolongan Sruti ,
karena umat Hindu percaya bahwa isi Weda merupakan kumpulan wahyu dari
Brahman (Tuhan). Weda diyakini sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia
yang masih ada hingga saat ini. Weda diturunkan /diajarkan dengan sistem lisan-
pengajaran dari mulut ke mulut, yang mana pada masa itu tulisan belum ditemukan
dari gutu ke siswa.

Para Rsi menuangkan ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan. Weda bersifat
apaurusheya, karena berasal dari wahyu, tidak dilarang oleh manusia, dan abadi.
Maha Rsi Byasa, kembali menyusun Weda dan membagi Weda menjadi empat bagian
utama yaitu: Regweda, Yajurweda, Samaweda, dan Atharwaweda. Secara etimologi,
kata Weda berakar dari kata “vid”, yang dalam bahasa Sansekerta berarti
“mengetahui”, dalam dalam Bahasa Indonesia berakar dari kata “weid” yang artinya
“melihat” atau “mengetahui” weid juga merupakan akar dari kata “wit” dalam Bahasa
Inggris.

Weda adalah sumber Agama Hindu yang di dalamnya mengalir semua ajaran
yang merupakan kebenaran Agama Hindu. Dalam kitab Weda mengalir ajaran Agama
Hindu dan dikembangkan baik dalam kitab Smerti, Sruti, Itihasa, Purana, Tantra,
Darsana, Upanisad, maupun lontar tatwa yang ada. Dalam kitab inilah terkandung
ajaran Nitisastra.

1. Kitab-Kitab Smerti

Smerti adalah Weda yang disusun kembali berdasarkan ingatan. Penyusunan


ini didasarkan atas pengelompokan isi materi secara sistematis menurut bidang

2
profesi. Secara garis besar Smerti digolongkan menjadi dua kelompok besar, yakni
kelompok Wedangga (Sadangga), dan kelompok Upaweda

 Kelompok Wedangga

Kelompok ini disebut juga Sadangga yang terdiri dari 6 bidang Weda yaitu (1)
Siksa(Phonetika), yang memuat peunjuk tentang car yang tepat dalam pengucapan
mantra serta rendah tekanan suara. (2) Wyakarana ( Tata Bahasa), merupakan
suplemen batang tubuh Weda dan dianggap paling penting serta menentukan, karena
untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti, tidak mungkin tanpa bantuan pengertian
dan bahasa yang benar. (3) Chanda (Lagu), cabang Weda yang khusus membahas
aspek ikatan bahasa yang disebut lagu. (4) Nirukta, memuat berbagai penafsiran
otentikmengenai kata yang terdapat dalam Weda. (5) Jyotisa (Astronomi), pelengkap
Weda yang isinya memuat pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman
dalam melakukan yadnya, isinya adalah membahas tata surya, dan yang lainnya yang
mempunyai pengaruh didalam pelaksanaan yadnya. (6) Kalpa, merupakan kelompok
Wedangga (Sadangga) yang paling penting. Menurut jenis isinya, Kalpa dibagi
menjadi bebrapa bidang, yaitu bidang Srauta, bidang Grhya, bidang Dharma, dan
bidang Sulwa.

 Kelompok Upaweda

Kelompok Upaweda terdiri dari beberapa jenis, misalnya Itihasa. Itihasa


merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam yaitu Ramayana dan Mahabharata
Kitab Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki.Di samping Ramayana, epos besar lainnya
adalah Mahabharata . kitab ini disusun oleh Rsi Wyasa. Isinya adalah menceritakan
kehidupan keluarga Bharata dan menggambarkan pecahnya perang saudara di antara
bangsa Arya sendiri.

Ditinjau dari arti Itihasa (berasal dari kata “iti”, “ha”, dan “asa” artinya adalah
“sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya”) maka Mahabharata merupakan
gambaran sejarah, yang memuat mengenai kehidupan keagamaan, sosial, dan politik
menurut ajaran Hindu.

Ajaran Nitisastra tersebar dalam kitab Smerti, seperti halnya dalam Adhyaya
VII yang memuat berbagai aspek hukum yang juga berkaitan dengan upaya
penyelenggaraan pemerintahan di Negara.

2. Kitab-Kitab Veda (Sruti)

Sruti adalah kitab wahyu yang diturunkan secara langsung oleh Tuhan (Hyang
Widhi Wasa) melalui para maha Rsi. Sruti adalah Weda yang sebenarnya, yang
diterima melalui pendengaran, yang dturunkan sesuai dengan periodesasinya dalam
empat kelompok. Oleh karena itu, Weda Sruti disebut juga Catur Weda atau Catur
Weda Samhita.

3
Kitab-kitab Catur Weda tersebut adalah sebagai berikut.

 Rg. Weda atau Rg Weda Samhita adalah wahyu yang paling pertama
diturunkan sehingga merupakan Weda yang tertua. Rg Weda berisikan
nyanyian pujaan. Wahyu Rg Weda dihimpun oleh Rsi Pulaha.
 Sama Weda Samhita adalah Weda yang merupakan kumpulan mantra
dan memuat ajaran mengenai lagu pujaan. Wahyu Sama Weda dihimpun
oleh Rsi Jaimini.
 Yajur Weda Samhita adalah Weda yang terdiri dari mantra-mantra dan
sebagian besar berasal dari Rg. Weda. Yajur Weda memuat ajaran
mengenai pokok-pokok yajus. Yajur Weda terdiri atas dua aliran, yaitu
Yayur Weda Putih dan Yayur Weda Hitam. Wahyu Yayur Weda dihimpun
oleh Rsi Waisampayana.
 Atharwa Weda Samhita adalah kumpulan mantra yang memuat ajaran
yang bersifat magis. Isinya adalah doa-doa untuk kehidupan sehari-hari
seperti memohon kesembuhan dan lain-lain. Wahyu Atharwa Weda
dihimpun oleh Rsi Sumantu.

Masing-masing bagian Catur Weda memiliki kitab Brahmana yang isinya


adalah penjelasan tentang bagaimana menggunakan mantra dalam rangkaian upacara.
Di samping kitab Brahmana, kitab Catur Weda juga memiliki Aranyaka dan
Upanisad.

Kitab Aranyaka isinya adalah penjelasan tentang bagian mantra dan


Brahmana. Sedangkan, kitab Upanisad mengandung ajaran filsafat, yang berisikan
tentang bagaimana cara melenyapkan awidya (kebodohan), menjelaskan tentang
hubungan Atma dengan Brahmana.

3. Kitab-kitab Itihasa

Kitab Itihasa merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam, yaitu
Ramayana dan Mahabharata. Kitab Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki. Di Indonesia
cerita Ramayana sangat populer dan diubah ke dalam bentuk kekawin dan berbahasa
Jawa Kuno. Di samping Ramayana, epos besar lainnya adalah Mahabharata, kitab ini
disusun oleh Maharsi Wyasa. Ditinjau dari arti Itihasa, berasal dari kata “iti”, “ha”,
dan “sa” artinya adalah “sesungguhnya kejadian itu begitulah nyata”, maka
Mahabharata tersebut adalah gambaran sejarah, yang memuat mengenai kehidupan
keagamaan, sosial, dan politik menurut ajaran agama Hindu.

4. Kitab-KitabPurana

Kitab Purana adalah kitab yang dikenal dengan kitab yang memuat cerita kuno
yang menceritakan kejadian yang terjadi di masa lalu. Kitab Purana ini memuat cerita
tentang dewa-dewa, raja-raja dsn rsi-rsi pada jaman kuno. Kitab Purana jumlahnya
cukup banyak dan di dalamnya memuat tentang nitisastra.

4
Kitab Purana berisi kumpulan cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia
dan silsilah para raja yang memerintah di dunia, juga mengenai silsilah dewa-dewa
dan bharata, cerita mengenai silsilah krturunan dan perkembangan dinasti
Suryawangsa dan Candrawangsa serta memuat cerita yang menggambarkan
pembuktian hukum yang pernah dijalankan. Yang terpenting dari kitab-kitab Purana
adalah memuat pokok ajaran mengenai Theisme (Krtuhanan) yang dianut menurut
berbagai madzab Hindu.

Slokantara maupun Sarasamuscaya adalah kitab yang juga memuat tentang


ajaran Nitisastra yang di kemas dalam bentuk cerita yang mengandung kiasan tentang
pemerintahan maupun masalah sosial. Dalam kitab Tantri Kamandaka , banyak
terdapat cerita yang memuat ajaran tentang Nitisastra ini.

2.2 Kontribusi Agama Hindu dalam Kehidupan Politik Berbangsa dan Bernegara

A. Dari Negara Kesatuan Terpuruk ke Alam Penjajahan

Ketika Gajah Mada dilantik menjadi Maha Patih Kerajaan Majapahit di


pendopo Agung kerajaan disaksikan oleh para raja dan segenap bejabat kerajaan, ia
mengucapkan sumpah bahwa ia bertekad menyatukan seluruh wilayah nusantara
dalam satu kesatuan negara yang merdeka dan berdaulat. Sumpah tersebut dikenal
dengan sebutan Sumpah Palapa.

Cita-cita negara kesatuan yang dicetuskan oleh pusat pemerintahan yang


sudah terwujud. Sejarah membuktikan bahwa Majapahit telah meletakkan dasar-dasar
negara kesatuan. Seiring berjalannya waktu, Majapahit sebagai negara kesatuan
runtuh , sampai kesatuan nusantara putus bukan karena serangan dari luar melainkan
karena pelapukan , wilayah nusantara tercerai-berai kembali, masing-masing berjalan
sendiri-sendiri lagi. Kaum kapitalis kolonial sudah mulai mengincar wilayah
nusantara dengan kedatangan orang-orang Portugis dan Belanda yang semula
didorong oleh kepentingan ekonomi yang pada akhirnya Belanda dapat menguasai
wilayah nusantara. Nusantara diperkenalkan dengan nama Hindia Belanda , akibatnya
rasa persatuan dan kesatuan setelah Majapahit runtuh sekitar tiga setengah abad
nusantara tenggelam dalam penjajahan Belanda.

B. Lahirnya Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Alam penjajahan menyebabkan seluruh penduduk nusantara berada dalam


penindasan, tanpa harga diri apalagi kekuasaan. Sejarah memberikan pengalaman
bahwa akibat terkoyaknya persatuan yang menjerumuskan nusantara ke dalam
penjajahan.

Perkembangan politik dunia Internasional pada saat itu ikut memberikan


pengaruh bangkitnya rasa kesadaran nasional, kesadaran berbangsa. Cita-cita
persatuan Indonesia yang dipelopori organisasi sosial politik, gaungnya juga bergema
dikalangan golongan pemuda seluruh nusantara yang kemudian melahirkan Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang mencetuskan : Satu Nusa, Satu Bangsa,
5
Satu Bahasa yaitu Bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda menjadi perekat kesadaran
persatuan Bangsa, sehingga untuk kepentingan Persatuan Bangsa dalam
memperjuangkan cita-cita itu, setiap orang harus rela berkorban dengan
mengesampingkan kepentingan pribadi atau golongan sewaktu-waktu Persatuan
Bangsa itu diperukan.

Berkat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia mencapai puncaknya dengan


di-Proklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945 oleh Ir. Soekarno-Hatta. Pada hari itulah lahirnya bangsa Indonesia dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Negara berdasarkan Pancasila dengan Konstitusi
UUD1945, serta lambang negara Garuda Pancasila dengan Sasanti Bhineka Tunggal
Ika.

C. Kontribusi Agama Hindu dalam Kehidupan Politik Berbangsa dan Bernegara

Lahirnya bangsa dan negara kesatuan Indonesia dengan dasar Pancasila dan
lambang negara Garuda Pancasila dengan Sasanti Bhineka Tunggal Ika adalah sangat
tepat, didukung pemilihan yang cermat dari para pendiri Negara yang mengamati
kondisi nyata bangsa Indonesia yang memang amat majemuk.

Sasanti Bhineka Tunggal Ika diangkat dari karya Rakawi Empu Tantular
dalam Kakawin Sutasoma, yang memaparkan kondisi komunikasi antara Agama
Hindu dengan Agama Budha pada masa itu.

Dalam konteks politik berbangsa dan bernegara sesuai dengan cita-cita pendiri
bangsa dan negara ini, kalimat sasanti ini mempunyai makna bahwa Indonesia
berbeda-beda tetapi tetap satu, sebagai warga negara Indonesia tidak ada kebijakan
yang mendua kecuali cinta pada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sasanti Bhineka Tunggal Ika merupakan basis politik yang patut dipedomani dalam
menentukan kebijakan apapun dalam penyelenggaraan Negara ini.

2.3 Implementasi Politik Menurut Perspektif Agama Hindu

A. Implementasi Dalam Diri Sendiri

Implementasi dalam diri sendiri tercermin di dalam pengendalian diri.


Bagaimana kita mampu menjadi seorang pemimpin yaitu memimpin diri kearah yang
lebih baik dan untuk hal yang positif. Dengan selalu merasa bersyukur maka masalah
yang dihadapi dapat diatasi, sehingga dalam menghadapi masalah tidak dengan jalan
yang disalahkan oleh Agama.

B. Implementasi Dalam Keluarga

Dalam kehidupan berumah tangga, banyak kasus pertengkaran dan perang


antar sesama saudara. Orang tua haruslah bersikap sebagai pemimpin, dimana
pemimpin yang adil terhadap anak-anaknya dalam artian tidak membedakan anaknya.
Musyawarah antara anak dan orang tua sangatlah penting, karena dengan musyawarah

6
akan memberikan solusi terhadap masalah yang ada. Antara anak dan orang tua harus
saling menghargai satu sama lain.

C. Implementasi Dalam Masyarakat

Subak adalah organisasi yang mengatur tentang pertanian di Bali. Organisasi


ini sudah ada kurang lebih 10 abad yang lalu. Konsep yang dianut oleh subak adalah
konsep Tri Hita Karana, yaitu 3 hubungan manusia dengan alam, manusia dengan
Tuhan, dan manusia dengan manusia. Dalam konsep ini, menuju je hubungan manusia
dengan alam , Subak, selain mengurus tanah, mereka juga mengurus kelestarian hutan
sebagai salah satu sumber air. Setiap subak memiliki pemimpin yang sering disebut
dengan Pekaseh.

Perkembangan politik sekarang ini di Indonesia sangat berbeda dengan yang


diharapkan, sebenarnya politik bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat tetapi
malah kebalikannya. Politik yang digunakan saat ini oleh pejabat adalah “politik tanpa
prinsip”. Maksudnya adalah politik yang menyimpang dari keadilan dan kebenaran
yang menyebabkan masyarakat menjadi menderita. Saat ini dibutuhkan seorang
pemimpin yang dapat mengayomi masyarakat dengan baik. Politik yang baik adalah
politik yang berlandaskan Dharma dan berakar dari keterbukaan dari pemimpin
terhadap masyarakat.

D. Implementasi Dalam Bernegara

Sebagai seorang pemimpin sudah seharusnya belajar berbagi dan tidak segan
meminta orang lain untuk membantu. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
dalam mensejahterakan rakyatnya adalah dengan menjamin HAM warganya. Berhasil
menjamin HAM berarti mensejahterakan rakyat rakyat dan juga menyenangkan
rakyatnya.

Seperti yang terantum dalam kekawin Ramayana III, 54, yang menyatakan
bahwa seorang pemimpin yang baik menurut ajaran Hindu haruslah memperhatikan
masalah kesejahteraan para pengikutnya. Jika pemimpin sudah mampu menegakkan
HAM warganya berarti pemimpin tersebut sudah mampu melaksanakan Dharmanya.

Seorang pemimpin tidak boleh bertindak sesuka hatinya ketika ia memegang


kekuasaan. Berdasarkan semua hukum-hukum yang harus dipedomani oleh seorang
pemimpin, disimpulkan dalam Dharma yang mengandung pengertian segala sesuatu
yang mendukung orang untuk mendapatkan kerahayuan.

E. Implementasi Dalam Kesenian

Implementasi dalam kesenian yang masih populer di Bali adalah gamelan dan
tari yang ada di Bali. Para pendahulu atau nenek moyang Bali sebenarnya telah
mewarisi kesenian sejak dahulu kala. Banyak orang-orang di zaman kali ini tidak
perduli dengan hal tersebut. Masuknya budaya asing menjadi trend pada saat ini.

7
F. Implementasi Dalam Kasus Judi

Judi dilarang dalam Agama Hindu, Kitab suci Manawa Dharmasastra Buku IX
(Atha Nawano dhyayah) sloka 221, 222, 223, 224, 225, 226, 227 dan 228 dengan jelas
menyebutkan larangan itu.

Para penjudi dan peminum minuman keras digolongkan sebagai orang-orang


sramana kota (sloka 225) disebut pencuri-pencuri tersamar (sloka 226) yang
mengganggu ketentraman hidup orang baik-baik. Judi menimbulkan pencurian (sloka
222), permusuhan (sloka 227) dan kejahatan (sloka 228). Para penguasa khususnya di
Bali diharapkan memahami benar tentang jenis-jenis judi agar tidak terkecoh dengan
dalih pelaksanaan adat dan upacara agama.

Pera pemerintah dalam mengatasi judi harus lah ditingkatkan. Salah satu
alasan masyarakat berjudi di zaman dulu karena kurangnya fasilitas hiburan atau
rekreasi. Oleh karena itu, berjudi adalah makelecan (makelecan adalah hiburan).
Untuk itu salah satu upaya menjaga kesehatan rohani masyarakat yaitu pemerintah
menyediakan fasilitas hiburan atau rekreasi.

G. Implementasi Dalam Agni Hotra

Agnihotra adalah pemujaan atau persembahan kepada Hyang Agni yang


dalam Agnihotra atau “Agni Hotra” dalam suatu acara prosesi Agama Hindu
sebagaimana disebutkan dalam Agastya Parwa, yaitu persembahan berupa minyak
dari biji-bijian (kranatila), madu kayu cendana (sri wrksa), mentega susu dan
sebagainya. Pada waktu itu masyarakat di Bali amat sejahtera karena hasil bumi yang
berlimpah.

Pada suatu hari terjadi kebakaran karena api Agni Hotra terlalu besar yang
menyebabkan sebagian istana ikut terbakar, maka sejak kejadian itulah Raja
memberhentikan Agni Hotra, lalu diganti dengan Api Takep, pasepan atau dupa yang
digunakan sebagai sarana upacara yadnya

Ritual Agni Hotra merupakan ritual yang sangat penting dalam menjalankan
ajara weda. Seperti yang telah dijelaskan dalam kitab sarascamusccaya bahwa
seseorang tidak akan berhasil sebelum melakukan ritual Agni Hotra.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kata politik dapat diasumsikan dengan kata Nitisastra. Nitisastra berasal dari
kata “Niti dan sastra” dalam bahasa Sansekerta. Dalam kamus bahasa kecil Sansekerta
Indonesia yang diterbitkan oleh pemerintah Daerah Bali I, kata “Niti artinya kemudi,
pimpinan, politik, sosial,etik, pertimbangan dan kebijakan”.

Dalam konteks politik berbangsa dan bernegara sesuai dengan cita-cita pendiri
bangsa dan negara ini, kalimat sasanti ini mempunyai makna bahwa Indonesia
berbeda-beda tetapi tetap satu, sebagai warga negara Indonesia tidak ada kebijakan
yang mendua kecuali cinta pada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sasanti Bhineka Tunggal Ika merupakan basis politik yang patut dipedomani dalam
menentukan kebijakan apapun dalam penyelenggaraan Negara ini.

Implementasi Politik Menurut Perspektif Agama Hindu:


a. Implementasidalam Diri Sendiri
b. Implementasi Dalam Keluarga
c. Implementasi Dalam Masyarakat
d. Implementasi Dalam Bernegara
e. Implementasi Dalam Kesenian
f. Implementasi Dalam Kasus Judi

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca bisa dan dapat memperoleh
gambaran mengenai Niti Sastra secara lebih lengkap mengenai ajaran Niti Sastra
dalam kehidupan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai