NAMA :
AYU PERMATA SARI (Q1A119069)
SULISTINA CAHAYANI (Q1A119058)
HERMIN (Q1A119077)
NUR AMALIA RAHMI (Q1A119064)
WA ODE NUR FAUSIAH (Q1A119101)
NADILA (Q1A119084)
SITI MAGHFIRA SUDIRMAN (Q1A119094)
RISNAWATI (Q1A119055)
NUR LAILA (Q1A119086)
WA ODE NADILA (Q1A119099)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam Allah
semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah ini membahas mengenai
Lipid yang bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kimia pangan dan sebagai
Lipid merupakan senyawa yang tidak larut dalam air yang diekstrak dari organisme
hidup menggunakan pelarut yang kepolarannya lemah. Jenis lipid yang paling banyak adalah
lemak dan triasilgliserol, yang merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua organisme.
Makalah ini disusun dengan berbagai literatur khususnya mata kuliah Kimia pangan,
buku-buku yang dianggap relevan, serta pengetahuan dari penyusun sehingga makalah ini
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penyusun mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing mata kuliah Kimia pangan yang telah memberikan bantuannya
dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka bagi para pembaca yang terhormat kami mengharapkan kritik dan saran
Penyusun
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal lemak berbentuk padat dan minyak
berbentuk cair pada suhu ruang. Contoh lemak seperti lemak kambing yang digunakan pada
pembuatan sate. Contoh minyak seperti minyak goring. Ditempat yang bersuhu di bawah
200C, minyak berbentuk setengah padat pada suhu ruang. Para ahli gizi mengelompokkan
lemak dan minyak dengan nama lipida. Termasuk kelompok lipida ialah zat lain selain lemak
Pada organisme hidup dikenal, ada kelompok senyawa ester organik yang
umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non polar, seperti benzena,
kloroform, dietil eter, dan karbon tetralorida. Kelompok senyawa ester ini disebut lipida atau
lipid. Lipid mempunyai peranan yang sangat penting untuk tubuh. Golongan lipid sederhana
seperti lemak, selain berfungsi sebagai sumber energi yang efisien juga berperan sebagai
pelarut vitamin yang tidak larut dalam air, serta sebagai sumber asam lemak esensial. Selain
itu, beberapa lipid yang terdapat dalam tubuh kita mempunyai fungsi khusus (Sumardjo,
2006).
Salah satu senyawa organic golongan ester yang banyak terdapat dalam
tumbuha,hewan atau manusia dan sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah lemak.
Lemak pada tubuh manusia terdapat pada jaringan bawah kulit disekitar perut, jaringan
lemak sekitar ginjal, yang mencapai 90% sedangkan pada jaringan otak sekitar 75% sampai
70% lemak pada suhu kamar berbentuk cair, sedangkan istilah lemak biasanya digunakan
untuk yang berwujud padat. Lemak umumnya bersumber dari hewan, sedangkan minyak dari
tumbuhan.
Secara umum senyawa yang disebut lipid biasanya diartikan sebagai suatu senyaw
yang dalam pelarut air tidak larut dalam air, namun larut dalam organic. Contohnya benzene,
eter, dan klorofom. Suatu lipid tersusun atas asam lemak dan gliserol. Berbagai kelas lipid d
kandungan asam lemaknya, maupun sifat kimianya. Kebanyakan lipid ditemukan dalam
kombinasi senyawa sederhana lainnya (seperti ester lilin, trigliserida, steril ester dan
(lipoprotein). Lipid yang sangat bervariasi struktur dan fungsinya. Mulai dari volatile sex
penggorengan.
PEMBAHASAN
2.1 Interesterifikasi
Lipida adalah suatu substansi yang terdapat di alam yang berupa gugusan
heterogen yang bersifat relatif tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti
eter, khloroform, benzena, dan aseton. Lipida merupakan unsur makanan yang penting.
Selain mempunyai energi yang tinggi, juga mengandung vitamin yang larut dalam lemak
serta asam lemak esensiil. Lipida disusun oleh C, H, O, kadang-kadang N, P. Kebanyakan
lipida berbentuk padatan yang lunak atau cair pada suhu kamar dan sulit mengkristal.
Lemak pangan atau edible fat adalah campuran dari trigliserida dan sedikit substansi lain
yang terdapat di alam atau berasal dari proses pengolahan dan penyimpanan lemak.
Umumnya lemak dan minyak terdiri dari trigliserida, digliserida, monogliserida, asam
lemak, fosfolipida, sterol, vitamin yang larut dalam lemak, pigmen, hidrokarbon, hasil-hasil
oksidasi, trace metal dan air.
Sebaliknya lemak yang sudah mengalami proses pengolahan kemungkinan
mengandung monogliserida dan digliserida lebih banyak, sampai lebih dari 20%. Untuk
mengetahui adanya substansi tersebut, sangat penting misalnya adanya vitamin yang larut
dalam lemak, sterol, fosfolipida merupakan penunjuk nilai nutrisi. Adanya asam lemak
bebas merupakan penunjuk tingkat hidrolisa trigliserida. Adanya peroksida aldehid dan
keton merupakan penunjuk jumlah kerusakan oksidatif yang terjadi dalam lemak. Adanya
(sterol, fosfolipida, karotenoid, logam) tertentu akan mendorong terjadinya kerusakan
oksidatif pada lemak.
Dimungkinkan untuk mengubah posisi radikal asam lemak pada gliserida dalam lemak
oleh proses yang dikenal sebagai interesterifikasi, pengacakan, atau pertukaran ester. Ini
karena, dengan adanya katalis tertentu, radikal asam lemak dapat dibuat untuk bergerak di
antara posisi hidroksil sehingga hasil distribusi asam lemak pada dasarnya acak, sesuai
dengan pola reaksi berikut
Jumlah teoritis gliserida yang dibentuk oleh interesterifikasi campuran mengandung asam
lemak yang berbeda telah dijelaskan oleh Rozenaal (1992) dan ditunjukkan pada Tabel 2-30.
Tabel ini juga memberikan rumus untuk menghitung jumlah total gliserida yang terbentuk.
Misalnya, untuk n = 4 jumlah gliserida yang terbentuk adalah 20 dan untuk n = 6 jumlahnya
adalah 56. Dengan demikian, interesterifikasi menghasilkan peningkatan kompleksitas
minyak.
Dalam interesterifikasi terarah, salah satu komponen reaksi dikeluarkan dari
campuran reaksi. Ini dapat dicapai dengan memilih suhu reaksi dimana glisida trisaturasi
menjadi tidak larut dan mengendap. Keseimbangan kemudian terganggu dan lebih banyak
trisaturat terbentuk, yang kemudian dapat diendapkan. Karena suhu rendah yang digunakan,
reaksi ini hingga 10 hingga 20 kali lebih lambat daripada proses acak. Prosedur
interesterifikasi terarah lainnya melibatkan penyaringan terus menerus dari asam lemak berat
molekul rendah, seperti 10 persen.
Prosedur interesterifikasi terarah lainnya melibatkan penyaringan terus menerus
dari asam lemak berat molekul rendah, seperti yang ada dalam minyak kelapa dengan
kandungan asam lemak bebas tinggi (Hustedt 1976). Mekanisme reaksi interesterifikasi
menggunakan natrium metoksida sebagai katalis adalah proses dua langkah (Sreenivasan
1978; Rozenaal 1992). Pertama, katalis bergabung dengan gliserida di salah satu lokasi
karbonil (Gambar 2-34). Lalu anion dari katalis dan gugus alkoksi dari ester dipertukarkan.
Katalis telah berubah tetapi tetap aktif. Pada akhir reaksi masih ada sejumlah metil ester
asam lemak yang setara dengan jumlah katalis natrium metoksida yang digunakan. Reaksi
pengacakan berlanjut sampai kesetimbangan tercapai.
Reaksinya diakhiri dengan menghancurkan katalis melalui penambahan air atau asam
organik, yang mengubah metil ester asam lemak menjadi asam lemak bebas. Reaksi
intramolekul maupun antar molekul. Freeman (1968) telah melaporkan bahwa penataan
ulang intramolekul terjadi pada tingkat yang lebih cepat daripada pengacakan umum.
Interesterifikasi dapat terjadi tanpa menggunakan katalis pada suhu tinggi (300 °
C atau lebih tinggi). Namun, proses ini lambat dan sejumlah reaksi lain terjadi seperti
polimerisasi dan isomerisasi. Proses ini biasanya dilakukan pada suhu sekitar 1 00 ° C atau
lebih rendah. Sejumlah katalis dapat digunakan, termasuk logam alkali dan alkali logam
alkali. Katalis ini sangat rentan terhadap kerusakan oleh air dan asam lemak bebas dan juga
dipengaruhi oleh peroksida, karbon dioksida, dan oksigen. Katalis yang berguna dan nyaman
adalah kombinasi natrium atau kalium hidroksida dan gliserol (Gambar 2-35). Langkah
pertama adalah pembentukan natrium gliserat, yang kemudian bereaksi dengan triasilgliserol
untuk membentuk katalis aktif dan monoasilgliserol sebagai produk samping. Langkah
pertama dilakukan pada 60 ° C di bawah vakum untuk menetralkan asam lemak bebas dan
menghilangkan air. Langkah kedua dan interesterifikasi terjadi pada 130 ° C. Kehadiran
gliserol menghasilkan pembentukan beberapa gliserida parsial. Rozenaal menentukan laju
reaksi untuk pengacakan minyak kelapa sawit (Gambar 2-36). Laju reaksi, yang diukur
dengan penentuan kadar lemak padat, meningkat dengan suhu. Ada bukti periode induksi
pada suhu yang lebih rendah.
Interesterifikasi acak dapat menghasilkan peningkatan atau penurunan titik leleh
dan kadar lemak padat, tergantung pada komposisi lemak asli atau campuran lemak. Ketika
cocoa butter diinteresterifikasi, sifat leleh uniknya benar-benar berubah (Gambar 2-37).
Interesterifikasi lemak babi telah digunakan secara luas. Lard menghasilkan kristal kasar
karena cenderung mengkristal dalam bentuk ~. Asam palmitat sebagian besar terletak pada
posisi sn-2 dari gliserida disaturasi (S2U). Ketika lemak babi diacak, kadar asam palmitat
pada posisi sn-2 turun dari 64 menjadi 24 persen. Hasilnya adalah lemak bertekstur halus
yang mengkristal dalam bentuk W. Lemak acak memiliki rentang plastik yang ditingkatkan
dan membuat pemendekan yang lebih baik. Minyak kelapa sawit menunjukkan fenomena
pasca-pengerasan atau pasca-kristalisasi.
Pertukaran aster lemak dengan kelebihan besar gliserol, pada suhu tinggi, di bawah
vakum, dan dengan adanya katalis, menghasilkan campuran kesetimbangan mono, di-, dan
trigliserida. Setelah menghilangkan gliserol berlebih, campuran ini disebut monogliserida
teknis dan mengandung sekitar 40 persen dari 1-monogliserida. Monogliserida teknis
digunakan sebagai agen pengemulsi dalam makanan. Distilasi molekuler menghasilkan
produk dengan lebih dari 90 persen monogliserida 1; monogliserida suling juga banyak
digunakan dalam makanan.
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. Biasanya emulsi mengandung dua zat atau lebih yang tidak dapat
bercampur,misalnya minyak dan air.(Anief, 1996).
a. Emulsi jenis minyak dalam air (m/a) ,Bila fase minyak di dispersikan sebagai
bola-bola ke seluruh fase kontinu air, sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi
minyak dalam air (m/a) (Martin,etal.,1993)
b. Emulsi jenis air dalam minyak (a/m) Bila fase minyak bertindak sebagai fase
kontinu, emulsi tersebut dikenal sebagai produk air dalam minyak (a/m) (Martin, etal.,
1993).
c. Emulsi jenis minyak dalam air dalam minyak (m/a/m) Emulsi minyak dalam air
dalam minyak (m/a/m) ,juga dikenal sebagai emulsi ganda ,dapat dibuat dengan
mencampurkan suatu pengemulsi m/a dengan suatu fase air dalam suatu mikser dan
perlahan-lahan menambahkan fase minyak untuk membentuk suatu emulsi minyak dalam
air (Martin, et al., 1993).
Ada beberapa teori emulsifikasi yang menjelaskan bagaimana zat pengemulsi bekerja
dalam menjaga stabilitas dari dua zat yang tidak saling bercampur, yaitu adsorpsi
monomolekuler, adsorpsi multimolekuler, dan adsorpsi partikel padat
a. Adsorpsi Monomolekuler, Zat yang aktif pada permukaan dapat mengurangi tegangan
anta rmuka karenaadsorpsinyapada batasm/amembentuklapisan-lapisan monomolekuler
(Martin,etal., 1993). Hal ini dianggap bahwa lapisan monomolekular dari zat pengemulsi
melingkari suatu tetesan dari fase dalam pada emulsi.Teori tersebut berdasarkan anggapan
bahwa zat pengemulsi tertentu mengarahkan dirinya disekitar dan dalam suatu cairan yang
merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentu (Ansel, 1989). Penggunaan emulsi
kombinasi dalam pembuatan emulsi saat ini lebih sering dibandingkan penggunaan zat
tunggal. Kemampuan campuran pengemulsi untuk mengemas lebih kuat menambah
kekuatan lapisan itu, dan karenanya menambah kestabilan emulsi tersebut. Umumnya
pengemulsi mungkin membentuk struktur gel yang agak rapat pada antarmuka,dan
menghasilkan suatu lapisan antarmuka yang stabil. Kombinasi dari natrium setil sulfat dan
kolesterol mengakibatkan suatu lapisanyang kompleks yang menghasilkan emulsi yang
sangat baik.Natrium setilsulfat danoleil alkohol tidak membentuk lapisan yang tersusun
dekat atau lapisan yang kompak dan akibatnya kombinasi tersebut menghasilkan suatu
emulsi yang jelek. Pada setiap lalkohol dan natrium oleat menghasilkan lapisan yang tertutup
erat ,tetapi kekompleksan diabaikan sehingga menghasilkan suatu emulsi yang jelek.
Pengertian dari suatu lapisan tipis monomolecular yang terarah dari zat pengemulsi tersebut
pada permukaan fase dalam dari suatu emulsi, adalah dasar paling penting untuk mengerti
sebagian besar teori emulsifikasi (Martin, et al., 1993).
Tipe emulsi yang dihasilkan ,m/a atau a/m, terutama bergantung pada sifat zat pengemulsi.
Karakteristik ini dikenal sebagai kesimbangan hidrofil-lipofil (hydrophile-lipophile
balance,HLB), yakni sifat polar-nonpolar dari pengemulsi. Kenyataannya, apakah suatu
surfaktan adalah suatu pengemulsi, zat pembasah detergen,atau zat penstabil dapat
diperkirakan dari harga kesimbangan hidrofil- lipofil (Martin, et al., 1993).
b. Adsorpsi Multimolekuler Koloid lipofili kini dapat dianggap seperti zat aktif
permukaan karena tampak pada batasan tarmuka minyak-air.Tetapi zat ini berbeda dari zat
aktif permukaan sintetis dalam dua hal , yaitu tidak menyebabkan penurunan tegangan
antarmuka dan membentuk suatu lapisan multimolekuler pada antar muka dan bukan
suatu lapisan monomolekuler. Zat ini bekerja sebagai bahan pengemulsi terutama karena
efek yang kedua, karena lapisan-lapisan yang terbentuk tersebut kuat dan mencegah
terjadinya penggabungan. Efek tambahan yang mendorong emulsi tersebut menjadi stabil
adalah meningkatnya viskositas dari medium dispers. Karena zat pengemulsi yang
terbentuk akan membentuk lapisan-lapisan multilayer disekeliling tetesan yang bersifat
hidrofilik ,maka zat pengemulsi ini cenderung untuk membentuk emulsi m/a (Martin, et al.,
1993).
c.Adsorpsi Partikel Padat Partikel-partikel padat yang terbagi halus yang dibasahi sampai
derajat tertentu oleh minyak dan air dapat bekerja sebagai zat pengemulsi.Ini di akibatkan
oleh keadaannya yang pekat antarmuka dimana dihasilkan suatu lapisan
berpartikelsekitar tetesan dispers sehingga dapat mencegah terjadinya penggabungan.Serbuk
yang mudah dibasahi oleh air akan membentuk emulsi tipem/a,sedangkan serbuk yang
mudah dibasahi dengan minyak membentuk emulsi a/m (Martin, et al., 1993).
Korpus emulsi mula-mula dibuat dengan empat bagian lemak,dua bagian air dan
satu bagian gom,selanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan.Metode ini juga disebu
tmetode4:2:1. Cara mencampurnya adalah empat bagian minyak dan satu bagian gom
diaduk dan dicampur dalam mortar yang kering dan bersih sampai tercampur benar, lalu
ditambahkan dua bagian air sampai terjadi korpus emulsi.Tambahkan sirup dan tambah
kan sisa air sedikit demi sedikit. Bila ada cairan alkohol sebaiknya ditambahkan setelah
diencerkan sebab alcohol dapat merusak emulsi (Anief, 1994).
b. Metode gom basah
Cara ini dilakukan sebagai berikut, dibuat musilago yang kental dengan sedikit air
lalu ditambahkan minyak sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat. Bila emulsi terlalu
kental ,tambahkan air sedikti demi sedikit agar mudah di aduk dan diaduk lagi ditambah
sisa minyak. Semua minyak sudah masuk ditambah air sambil diaduk sampai volume yang
dikehendaki.Cara ini digunakan terutama bila emulgator yang akan dipakai berupa cairan
atau harus dilarutkan dulu dalam air (Anief, 1994).
c. Metode boto
Emulgator Alam
Elmugator Yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit,dapat digolongkan menjadi
tiga golongan yaitu:
1. Elmugator dari tumbuh tumbuhan
Termasuk golongan karbohidrat dan merupakan elmugator tipe o/w, sangat peka terhadap
elektrolit dan alcohol kadar tinggi dan dapat dirusak oleh bakteri, pembuatan emulsi
dengan elmugator ini harus selalu menambahkan bahan pengawet.
a. Gom Arab
Sangat baik untuk elmugator tipe o/w dan untuk obat minum, emulsi terbentuk sangat
stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab
berdasarkan pada dua factor, yaitu:
b. Kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)
c. Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapannya cukup kecil,
tetapi masih dapat dituang (tiksotropik)
Jika tidak dinyatakan lain, emulsi yang dibuat dengan gom arab menggunakan gom arab
sebanyak 1 dari jumlah minyaknya, untuk membuat korpus emulsi (inti emulsi)
diperlukan 1,5 x bobot gom, kemudian diaduk kuat kuat lalu diencerkan dengan sisa
airnya
d.Tragakan
Tragakan dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi dengan viksositas
yang baik hanya diperlukan tragakan sebanyak satu persepuluh kali gom arab saja,
emulgator ini hanya bekerja optimum pada Ph 4,5-6.
Tragakan dibuat korpus emulsi dengan menambahkan air sekaligus sebanyak 20x berat
tragakan,tragakan hanya berfungsi sebagai pengental tidak dapat membentuk koloid
pelindung seperti pada gom
e. Agar Agar
Emulgator ini kurang efektif jika digunakan sendiri pada umumnya zat ini ditambahkan
untuk menambahkan viksositas dari emulsi dengan gom arab, sebelum dipakai agar agar
ini dilarutkan dulu dengan air mendidih kemudian didinginkan pelan pelan sampai sushu
tidak kurang dari 45 derajat celcius( jika kurang dari suhu tersebut maka agar agar akan
berubah menjadi gel)
f. Chondrus
Sangat baik dipakai untk emulsi minyak ikan karena dapat menutupi rasa dan bau pada
minyak ikan tersebut, cara mempersiapkannya sama seperti agar agar
g. Emulgator Lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetilselulosa(CMC); biasa digunakan 1-2%
2. Emulgator Hewani
a. Kuning Telur
Kuning telur mengandung lesitin (golongan protein atau asam amino) dan kolesterol.
Lesitin adalah emulgator tipe o/w, sedangkan kolesterol adalah tipe w/o, kemampuan
lesitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator
tipe o/w, lesitin mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali bobotnya dan minyak
menguap dua kali bobotnya
b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kolesterol, merupakan emulgator tipe o/w dan banyak
dipergunakan untuk pemakain luar. Penambahan emulgator ini akan menambah
kemampuan minyak untuk menyerap air, dalam keadaan kering dapat menyerap dua kali
bobotnya
Menggoreng dengan metode ini umumnya digunakan di rumah tangga dan pedagang
kaki lima, misalnya menggoreng tempe, tahu, bakwan, dan perkedel.
c. Menumis (Sauté frying/Stir frying)
a. Pastikan pangan goreng yang akan dikemas dalam kondisi tidak panas;
d. Jika menggunakan kemasan plastik, gunakan plastik yang mencantumkan logo tara
pangan (food grade);
e. Jangan menggunakan kertas bekas atau kantong kresek untuk mengemas pangan
goreng secara langsung karena kemasan tersebut mengandung residu logam
berat yang berisiko menyebabkan kanker;
f. Jangan menggunakan kembali kemasan sekali pakai seperti kertas, plastik, daun, dan
lain-lain yang sudah pernah digunakan sebagai pengemas pangan;
g. Jangan menggunakan pengikat yang dapat mencemari pangan seperti staples;
d. Jauhkan dari bahan nonpangan seperti sabun, deterjen, pembersih lantai, obat
penyemprot nyamuk;
Minyak goreng berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua yaitu minyak goreng
cair dan minyak goreng padat.
a. Minyak sawit
Minyak sawit adalah bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida berasal dari minyak
sawit, dengan atau tanpa perubahan kimiawi, pendinginan dan telah melalui proses
pemurnian dengan penambahan vitamin A.
b. Minyak kelapa
Minyak kelapa adalah minyak yang diperoleh dari hasil proses rafinasi/pemurnian dari
minyak kelapa mentah (crude coconut oil).
c. Minyak kedelai
Minyak kedelai adalah minyak yang diperoleh dari biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) dan
telah mengalami proses rafinasi/pemurnian.
d. Minyak jagung
Minyak jagung adalah minyak yang diperoleh dari biji jagung (Zea mays L.) dan telah
mengalami proses rafinasi/pemurnian.
e. Minyak kanola
Minyak kanola adalah minyak yang dihasilkan dari biji Brassica napus L., Brassica rapa L.,
Brassica juncea L. dan Brassica tournefortii Gouan. Masing-masing jenis minyak goreng
cair mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakteristik ini dapat digunakan
untuk mengenali dan memilih masing-masing jenis minyak sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
Minyak goreng padat terdiri atas minyak goreng padat tanpa hidrogenasi dan minyak
goreng padat dengan hidrogenasi.
a. Minyak goreng padat tanpa hidrogenasi yaitu minyak goreng yang dibuat dari minyak
sawit bagian yang padat (biasa disebut stearin)
b. Minyak goreng padat dengan hidrogenasi yaitu minyak goreng yang dibuat dari minyak
selain minyak sawit (minyak jagung, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari,
minyak kanola) yang diubah menjadi bentuk padat melalui proses hidrogenasi. Minyak
goreng ini biasanya mengandung asam lemak trans yang meningkatkan risiko penyakit
jantung. Minyak goreng cair dan minyak goreng padat mempunyai karakteristik yang
berbeda tidak hanya pada bentuknya. Perbedaan bentuk menyebabkan perbedaan
karakteristik yang lain. Perbedaan karakteristik kedua jenis minyak goreng disajikan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arief. 2000. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Gajah Mada University: Yogyakarta.
Direktorat standarisasi produk pangan. 2015. Pedoman cara menggoreng pangan yang baik
untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di akses pada 3 maret 2020
Pina B. 2007. Interesfikasi stearin sawit dengan minyak kemiri menjadi pengganti lemak
margarine. Jurnal Penelitian MIPA.vol 1 no (1). 1-2.
, 2012. Petunjuk Teknis Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik Untuk Pangan
Gorengan. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Kementerian
Perindustrian, Jakarta.
Kamaliah Ulfah, 2012. Perlakuan Blansir dan Edible Coating dari Pektin Untuk
Mereduksi Senyawa Akrilamida Pada Proses Penggorengan Keripik Pisang Ambon.
Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Ketaren, S, 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
SOAL DAN JAWABAN
1. Apa yang dimaksud dengan interesterifikasi?
Jawab : Reaksi interesterifikasi merupakan reaksi pengaturan kembali ikatan ester.
Interesterifikasi dapat digambarkan sebagai pertukaran gugus antara dua buah
ester dimana hal ini dapat terjadi apabila terjadi katalis.
2. Sebutkan hal-hal apa saja yang menyebabkan kerusakan emulsi atau ketidakstabilan
emulsi?
Jawab: Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yaitu satu bagian mengandung
fase dispers lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Bersifat reversible, artinya jika
dikocok perlahan akan terdispersi kembali.
3. Sebutkan hal-hal apa saja yang menyebabkan kerusakan emulsi atau ketidakstabian
emulsi?
Jawab: creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan yaitu satu bagian
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain bersifat reversible
artinya jika dikocok perlahan akan terdispersi kembali.
4. Jelaskan defenisi emulsi?
Jawab: emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang
terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok. Biasanya emulsi mengandung dua zat atau lebih yang tidak dapat bercampur,
misalnya minyak dan air.
5. Sebutkan apa saja yang tergolong pada jenis emulsi?
Jawab: jenis emulsi yang tergolong yaitu emulsi dalam, emulsi dalam minyak, emulsi
minyak dalam air dan minyak dan emulsi jenis air dalam minyak dan air.
6. Bagaimana cara penggorengan pangan yang baik?
Jawab : a. Metode Menggoreng
Menggoreng dengan metode ini umumnya digunakan di rumah tangga dan pedagang
kaki lima, misalnya menggoreng tempe, tahu, bakwan, dan perkedel.
7. Pada suhu berapakah proses penggorengan bahan pangan agar mutu dan keamanannya
terjaga
Jawab: Proses penggorengan berlangsung pada suhu di atas titik didih air, biasanya antara
170 derajat C – 190 derajat C. Panas yang dipindahkan dari minyak goring ke makanan akan
membantu dalam pembentukan warna dan flavor. Selama proses penggorengan terjadi
8. Apa peran pengemulsi dalam pembuatan es krim dan jenis pengemulsi apakah yang
paling banyak di gunakan dalam pembuatan es krim
Jawab : peran pengemulsi dalam pembuatan es krim adalah sebagai penstabil, Penambahan
kombinasi pengemulsi pada es krim memberikan efek penting berupa pembentukan bodi es
krim dan tekstur, terutama pada es krim rendah lemak. Cita rasa dan tekstur es krim
merupakan hasil kombinasi antara system lemak/air, udara/air, dan protein . Adapun
pengemulsi yang paling banyak digunakan dalam es krim adalah monogliserida karena dapat
berinteraksi dengan system lemak/air, udara/air, serta bertanggung jawab terhadap terjadinya
destabilisasi parsial emulsi lemak.
9.