Lampiran 3
Lampiran 3
Oleh:
Dwi Widaningsih
PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
KATA PENGANTAR
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari, masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, untuk menyempurnakan makalah
ini, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Hormat
Penulis
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. .............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan. .......................................................................................... 3
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Hama Gudang. ............................................................................. 4
2.2 Hama Gudang yang Menyerang Beras. ........................................................ 5
2.2.1 Sitophillus oryzae (L)………………………………………………. 5
2.2.2 Tribolium confusum Jacquelin du Val ............................................ 7
2.2.3 Corcyra cephalonica Stainton. ......................................................... 8
2.2.4. Doloessa viridis zell pada beras.. .................................................... 10
2.2.5 Sitophilluszeamais. ............................................................................ 11
2.3 Ekologi Serangga Hama Gudang. ................................................................ 13
2.3.1 Faktor Iklim. ................................................................................................. 13
2.3.2 Faktor Makanan. ......................................................................................... 14
III PEMBAHASAN
3.1 Pengendalian Hama Gudang. ........................................................................ 16
IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................................... 24
I PENDAHULUAN
Internal Feeder. Larva dari serangga kelompok ini ada di dalam biji
(kernel) komoditi yang diserang. Biasanya serangga- serangga ini menyerang
biji komoditi yang masih utuh atau belum diproses. Contohnya adalah
Sitophilus spp. (weevil), Rhyzopertha dominica (Iesser grainborer), Sitotroga
cerealella (angumois grain moth).
External Feeder. Serangga hama ini menyerang biji komoditi dari luar
biji baik yang masih utuh maupun yang telah diproses. Contohnya adalah
Tribolium spp, Lasioderma serricorne (tobacco beetle), Stegobium paniceum
(drugstore beetle), Trogoderma granarium (khapra beetle), Tenebroides
mauritanicus (cadelle beetle), dan Plodia interpunctella (indian meal moth).
1. Telur.
2. Larva.
3. Pupa.
Pupa adalah periode istirahat dalam perkembangan perubahan larva
menjadi dewasa. Selama periode ini pupa serangga hama tidak makan dan
tidak bergerak. Seperti halnya stadia telur, stadia pupa merupakan stadia yang
paling sulit untuk dibunuh oleh insektisida.
4. Dewasa.
Fungsi utama dari serangga dewasa adalah untuk tugas reproduksi dari
jenisnya. Ukuran tubuh serangga hama dari ordo Coleoptera
umumnya berukuran kecil, tetapi ukuran tubuh serangga tersebut tergantung
pula pada jenis makanan dimana ia hidup. Ukuran kecil sangat memudahkan
serangga hama tersebut untuk menyusup pada celah yang kecil sekalipun.
Ngengat sangat rapuh dan tidak dapat masuk ke dalam timbunan komoditi.
Untuk butir mengapur, dapat terjadi karena granula pati yang kurang
padat/rapat, sehingga tekstur menjadi lebih rapuh. Kekerasan beras pecah kulit
berkolerasi positif dengan ketahanan beras terhadap Sitophilus sp. (Juliano,
1972). Beras yang lunak akan lebih banyak dikonsumsi oleh serangga
dibandingkan beras yang bening, hal ini memungkinkan peningkatan populasi
S. zeamais apabila butir beras besar dan mengapur. Apabila kelembapan relatif
melebihi 15% kumbang bubuk ini sudah akan berkembang cepat. Yang
disenangi kumbang jenis beras pecah kulit, sedang yang sudah diselep sampai
putih kurang disukai. Serangan kumbang bubuk ini kadang-kadang juga
diikuti oleh serangan ulat Corcyra cephalonica Stt., sehingga beras menjadi
tambah hancur. Karena serangan bubuk dan kelembaban yang tinggi akan
meninggikan suhu maka cendawan pun akan ikut menyerang beras hingga
bertambah rusak dan berbau busuk (Pracaya, 2007).
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Coleoptera
Family :Tenebrionidae
Genus : Tribolium
Spesies : Triboliun confusum Jacquelin du Val
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Subordo : Mikrolepidoptera
Family : Pyralididae
Genus : Corcyra
Spesies : Corcyra cephalonica Stainton
2.2.4.1. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Family : Pyralidae
Genus : Doloessa
Spesies : Doloessa viridis (Zell)
Bedanya kumbang ini dapat terbang kuat tak seperti bubuk beras yang
kurang kuat. Karenanya dengan mudah kumbang ini menyerbu biji-biji jagung
yang telah masuk dilapangan sehingga tongkol jagung berlubang-lubang. Setiap
lubang yang dibor dimasuki satu butir telur kemudian ditutup dengan sekresi
yang keras. Larvanya makan dan berkembang dalam satu butir jagung dan
menjadi pupa disitu juga. Setelah selesai menjadi pupa lalu menjadi kumbang
dan keluar dari butir jagung dan mulai makan butiran jagung, sehingga banyak
yang rusak. Bubuk jagung ini bisa berumur sampai lebih kurang 5 bulan.
Dalam keadaan optimm, daur hidup dari telur sampai dewasa kira-kira 30
hari. Yang betina bisa bertelur sampai 300 butir dalam beberapa minggu
(Pracaya 1991).
Peningkatan suhu dan kadar air dari bahan simpan akan meningkatkan
produksi telur, hanya saja produksi telur tertinggi dan ketahanan hidup
tertinggi tidak terjadi pada satu titik suhu atau kadar air yang sama. Seperti
yang terjadi pada Tribolium, ketahanan hidup dan produksi telur yang
dihasilkan pada tingkat reproduksi maksimum terjadi pada suhu 27 0 C dan
kadar air 16%. Sejumlah ngengat diketahui meningkat produksi telurnya bila
menemukan sumber air, demikian pula kumbang Dermestes, Callosobruchus
juga meningkat produksi telurnya karena nutrisi.
III PEMBAHASAN
a. Sortasi, yaitu memilih dan memisahkan produk yang akan disimpan dalam
gudang, mana yang terserang hama dan mana pula yang keadaan atau
kualitasnya benar-benar baik;
- Gudang harus selalu dibersihkan tiap hari dengan cara disapu dan dipel.
4.1 Kesimpulan
1. Serangga hama yang menyerang beras dalam penyimpanan adalah
Sitophillus oryzae, Tribolium confusum, T. casteneum, Corcyra chepalonica,
Doloesa dan S. zeamais.
2. Pengendalian terhadap serangga hama di atas banyak cara, di antaranya
pengendalian dengan sanitasi, pengendalian mekanis dengan alat-alat
sederhana, pengendalian secara kimiawi dan pengendalian secara hayati, serta
pengendalian dengan bahan nabati.
4.2 Saran
Disarankan agar bahan-bahan pertanian yang disimpan terhindar dari
serangan serangga hama gudang, hendaknya material yang disimpan harus
memiliki kualitas persyaratan untuk standar produk penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara AW & Sudarmaji. 2009. Hama Pasca Panen Padi dan Pengendaliannya. Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi. BKPPP. 2012. Data Kandungan Gizi Bahan
Pangan dan Hasil Olahannya.
Haines, C.P. 1991. Insect and Arachinids of Tropical Stored Product Their Biology
and Identification. Natural Resource Institute, Central Avenue, Chatam
Maritime, Kent Mey 4 TB, United Kingdom
Jems Ilato1, M. F. Dien dan C. S. Rante. Jenis dan Populasi dan Populasi
Serangga
Hama pada Beras di Gudang Tradisional dan Modern di Propinsi
Gorontalo
Kalshoven, L.G.E. dan Van Der Laan. 1981. Pest of Crops in Indonesia.
Jakarta. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Kamble S.T, D.L. Keith et l.A. Kalisch. Insects pests of stored food in
kitchen and pantry. Httfi ://ianrpubs.unl. edu./insectsigl 1 j0.him.
Kartasapoetra, A.G. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Rineka Cipta.
Jakarta. ISBN: 979-518-205-6. 146 Hal.
MaIIis, A. 1990. Handbook of pest control 4th Ed.. Cle'eland, Ohio. USA.
Zewar, M.M. (1993). The use of high temperatures for disinfesting wheat from
Sitophilus granarius L., and cowpea Callosobruchus maculatus (F.).
Egyptian Journal of Agricultural Research. 71: 3, 671-678.