Anda di halaman 1dari 14

ISSN 2085 255X

EKONOMI POLITIK MEDIA DI INDONESIA

HALIDA BAHRI & MASRIADI


Halida Bahri,
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Malikussaleh,
(Email : alied.bahri@gmail.com)

Masriadi,
Dosen Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh,
(Email: dimas@unimal.ac.id).

Abstrak
Perusahaan media menjadi perusahaan unik dalam ranah industri di tanah air. Pada satu sisi,
media wajib menjaga independensi dalam menjalankan aktivitasnya. Di sisi lain, media sebuah
industri dan menjadi keniscayaan berbicara untung-rugi. Menjaga independensi dalam sebuah
industri media massa membutuhkan kecapakan manajamen. Dalam konteks ini, mengkaji
ekonomi politik media menjadi keniscayaan. Bisnis media massa mulai dari penjualan hasil
cetakan, iklan, dan semakin berkembang dewasa ini. Tulisan ini mengkaji transformasi media
massa di tanah air dari sisi ekonomi politik.

Kata Kunci: Ekonomi Politik dan Media

Abstract
Media company becomes a unique company in the industrial sector of Indonesia. On the one
hand, media has to keep its independence in running the activities. On another hand, media
is an industry, thus it certainly runs for profits. Keeping the independence in a media industry
requires a skillful management. In this context, studying the politic economy of the media
becomes necessary. The business of the media starts from selling the prints, advertisements,
and is getting more developed these days. This paper studies the transformation of mass media
in Indonesia from the perspective of politic economy.

a. Pendahuluan berita investigas menarik, artikel-artikel opini


MEDIA adalah alat untuk menyebarluaskan maupun cerpen terpilih yang ditulis para
informasi atau pandangan. Pengertian seperti
pembacanya, atau kaos-kaos yang terdapat
ini dibentuk dari cara melihat media dari aspek
gambar/tulisan unik yang berkaitan dengan
fungsinya. Tapi media juga adalah sebuah media tersebut.
perusahaan. Dan perusahaan, pada umumnya, Kalau media didefinisikan pula sebagai
menjalankan praktik-praktik ekonomi. Dalaminstitusi pencari laba, tentu tak keliru. Bahkan
konteks media, apa sajakah aktivitas-aktivitas
Tempo, misalnya, mencari keuntungan dari
ekonomi yang dijalankan? sektor lain dengan mengadakan pelatihan
Yang paling umum kita ketahui adalah
jurnalistik, investigasi, dan penulisan laporan
penjualan terbitan yang rutin, baik itu koran,
khas majalah tersebut yang terbuka untuk
tabloid, majalah, ataupun jurnal. Kadang umum, dengan biaya pendaftaran tentunya.
media juga menjual produk-produk tidak Artinya, definisi tersebut semakin tak
rutin, seperti buku yang berisi rangkuman mungkin dibantah ketika media semakin

25
ISSN 2085 255X
mengembangkan dirinya dalam hal pembukaan kepada masyarakat selaku audience media?”
aneka sumber pemasukan. menjadi sangat relevan.1
Jadi, jika pada bab sebelumnya Sebagaimana diketahui, pemilik media
disebutkan bahwa media adalah pula institusi/ adalah para pebisnis. Mereka mengeluarkan
aktor politik, ia juga institusi/aktor ekonomi. modal dan memikirkan bagaimana caranya
Posisi ini dijalankan berbarengan dengan keuntungan diraih dalam secara kontinuitas.
hakikat dasarnya sebagai institusi/aktor Mereka mencari keuntungan ekonomi
penyebar informasi. melalui usahanya itu. Sudut pandang utama
Ekonomi politik sejatinya adalah yang digunakan pun adalah “kompetisi”. Ini
bidang studi yang memadukan perangkat menyangkut apakah medianya kompetitif di
analisis atau teori yang terdapat dalam ilmu pasar atau tidak.
ekonomi maupun ilmu politik. Pendekatan ini Setiap media pasti akan menghitung
ada karena ada hal-hal tertentu yang tidak bisa laba yang dikeluarkan dalam setiap
dijelaskan oleh ilmu ekonomi murni sehingga operasionalnya. Akan tetapi, dalam kerja
perlu meminjam teori-teori yang berada di pemberitaannya, media tak hanya menghitung
bawah naungan ilmu politik. Begitu pula ongkos operasional liputan. Sebagaimana
sebaliknya. diterusnya Milana, “Dalam menjalankan
Dalam praktiknya, kita sudah pernah usahanya, media atau pemilik media
mendengar rahasia umum di mana para jurnalis bersinggungan dengan kekuasaan. Para
memeras sejumlah orang, misalnya pejabat pemilik media kerap ditemukan sebagai elite-
pemerintahan atau politikus, yang memiliki elite bisnis industri yang berhubungan erat
informasi vital yang dapat diberitakan. dengan para elite pemegang kekuasaan. Bisnis
Dalam ilmu ekonomi, hal ini tidak dapat mereka kerap terkait dengan kebijakan elite
dijelaskan secara utuh karena ia berhenti kekuasaan”.2
sampai penjelasan mengenai pencarian laba. Bab ini akan menekankan pada
Ini kemudian menjadi lengkap ulasannya sejumlah persoalan pengejaran kepentingan
ketika meminjam sejumlah penjelasan dalam politik media yang tidak bisa dijelaskan
ilmu politik mengenai siasat “mendapat apa, oleh ilmu ekonomi murni serta pengejaran
bagaimana, kapan”. kepentingan ekonomi media yang tidak
Dalam pendekatan ekonomi politik, dapat dijelaskan oleh ilmu politik murni.
kepemilikan media (media ownership) Dalam hal ini akan diperlihatkan bahwa
mempunyai arti penting untuk melihat aktivitas-aktivitas media tidak bisa dipahami
peran, ideologi, konten media dan efek yang secara holistik apabila hanya menggunakan
ditimbulkan media kepada masyarakat. pendekatan dari salah satu bidang ilmu tersebut
Karena itu pertanyaan-pertanyaan mengenai saja. Karena apabila itu dipaksakan, kita hanya
“apakah perbedaan pemilik media akan juga akan membuat analisis atau memperoleh
berarti adanya perbedaan pada konten media?”
atau “apakah perbedaan pemilik media dapat 1 Robby Milana, “Kepemilikan Media:
memberikan implikasi yang berbeda pula Perspektif Ekonomi Politik”, 2010.
2 Ibid.,

26 | AT-TANZIR: Vol. X. No. 1, Januari - Juni 2018


ISSN 2085 255X
kesimpulan yang dangkal. Namun sebelum dinamika pembentukan serikat, agitasi-agitasi
lebih jauh melangkah, hendaknya pemaparan yang digunakan para pemimpin aktivis buruh
“ekonomi politik media” diawali dengan untuk memperbesar keanggotaan, munculnya
penjelasan mengenai ekonomi politik. dampak signifikan dari perlawanan tersebut,
atau persoalan resistensi. Penjelasan tersebut
1. Memahami Ekonomi Politik: Proses, adalah dalam khasanah ilmu politik, misalnya
Kebijakan, dan Produksi Public Good dalam teori konflik, teori relative deprivation,
Ekonomi politik adalah sebuah teknik propaganda dan agitasi politik, dan
pendekatan untuk menelaah masalah-masalah beberapa lainnya. Dengan meminjam teori-
dalam dunia ekonomi yang tidak bisa dijelaskan teori dari studi ilmu politik, diperoleh
serta diselesaikan oleh ilmu ekonomi murni. penjelasan mendalam untuk kemudian
Pendekatan ini dimunculkan pada abab 18 digunakan sebagai acuan penyelesaian
dengan tujuan untuk membantu orang dalam masalah.
memahami dan mengatasi beraneka ragam Penjelasan sederhananya,
permasalahan dramatis dalam sistem pemuasan “Ekonomi politik mengaitkan seluruh
kebutuhan manusia, baik dengan memahami penyelenggaraan politik, baik yang
sifat dari kebutuhan/keinginan itu sendiri dan menyangkut aspek, proses, maupun
cara memproduksi serta mendistribusikan kelembagaan dengan kegiatan
barang untuk memuaskannya. ekonomi yang dilakukan oleh
Sebagai contoh kasus di luar konteks masyarakat maupun yang diintrodusir
media, kita terlebih dahulu bisa melihatnya oleh pemerintah, Harus juga dipahami
dalam permasalahan upah, tenaga kerja, bahwa pendekatan ini meletakkan
perusahaan, dan resistensi. Ketika para bidang politik subordinat terhadap
buruh di sejumlah pabrik melihat upah yang ekonomi. Artinya, instrumen-
diterimanya tidak mencukupi lagi untuk instrumen ekonomi seperti mekanisme
kebutuhan sehari-hari karena harga barang- pasar, harga, dan investasi dianalisis
barang konsumsi harian naik, mereka dengan mempergunakan setting
kemudian berserikat. Dalam tuntutannya sistem politik di mana kebijakan atau
tersebut, mereka kemudian dihadapkan pada peristiwa ekonomi tersebut terjadi”3
keputusan perusahaan untuk tidak bersedia
menaikkan upah para pekerjanya karena ingin Pendekatan ekonomi politik sendiri
mempertahankan “nilai lebih” yang diperoleh secara definitif dimaknai sebagai interrelasi
dari penjualan komoditas. Tidak terima dengan di antara aspek, proses, dan institusi politik
keputusan tersebut, serikat buruh kemudian dengan kegiatan ekonomi, yang meliputi
memutuskan untuk menyelenggarakan protes aktivitas produksi, investasi, penciptaan harga,
berupa demonstrasi hingga mogok kerja. perdagangan, konsumsi, dan lain sebagainya.4
Di situ, apa yang tidak dapat dijelaskan
3 Ahmad Erani Yustika, 2009,
oleh ilmu ekonomi murni, karena mereka Ekonomi Politik: Kajian Teoritis dan Analisis Empiris,
tidak memiliki perangkat teorinya, adalah Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Hlm. 8.
4 James A. Caporaso dan David P.

Ekonomi Politik Media Di Indonesia | 27


ISSN 2085 255X
Pendekatan ini melihat ekonomi kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya,
sebagai cara melakukan tindakan (a way of implementasi dari kebijakan ekonomi politik
acting), sedangkan politik menyediakan ruang selalu mempertimbangkan strukur kekuasaan
bagi tindakan tersebut (a place to act). Dengan dan sosial yang hidup dalam masyarakat,
pengertian ini, satu asumsi keliru yang selama khususnya target masyarakat yang menjadi
ini diyakini banyak orang telah diluruskan, sasaran kebijakan.7
yakni asumsi yang menyatakan bahwa Produksi material (barang dan jasa)
pendekatan ekonomi politik berupaya untuk adalah kegiatan di dalam bidang ekonomi,
mencampur analisis ekonomi dan politik dalam yang tujuannya adalah penenuhan kebutuhan
pengkajian suatu persoalan. Padahal, seperti publik. Begitu pula dengan sirkulasi barang.
yang bisa dipahami, antara analisis ekonomi Sementara itu, produksi material tersebut
dan politik tidak dapat dicampur karena selalu bersinggungan dengan desain struktur
keduanya—dalam banyak hal—memiliki produksi dengan penekanan—dalam ilmu
dasar yang berbeda.5 Antara ilmu ekonomi ekonomi—bahwa pasar bisa mengatur dirinya
dan ilmu politik memang berlainan, dalam sendiri. Di sinilah keberadaan ekonomi dan
pengertian di antara keduanya mempunyai alat politik (kelembagaan) terpisah.
analisis sendiri-sendiri yang bahkan memiliki Di samping itu, ilmu politik memuat
asumsi yang berlawanan.6 tiga lingkup analisis yang baku, yakni politik
Namun keduanya bisa dipadukan sebagai pemerintah, sebagai otoritas yang
karena memiliki proses dan perhatian yang mengalokasikan nilai, dan politik sebagai
sama terhadap beberapa isu, antara lain soal penjaga publik. Politik sebagai pemerintah
bagaimana mengorganisasi dan mengoordinasi jelas tugasnya untuk memberikan direksi
kegiatan manusia, mengelola konflik, dan mengeluarkan regulasi. Dalam hal ini,
mengalokasikan beban dan keuntungan, dan sifat pemerintah berupaya menyediakan
menyediakan kepuasan bagi kebutuhan dan panduan dan melakukan intervensi sehingga
keinginan manusia. Keduanya menjadikan bertabrakan dengan sifat ekonomi yang
“kehidupan umum” sebagai fokus utamanya, memercayai pasar bisa bekerja secara mandiri.8
baik dalam lingkup penelaahan teoritis Dalam perspektif negara, seluruh agenda
maupun praksis. ekonomi haruslah terencana. Ini yang biasanya
Berdasarkan pemahaman ini, disebut dengan “ekonomi perencanaan”.
pendekatan ekonomi politik mempertemukan Bertolak belakang dengan ekonomi pasar
antara bidang ekonomi dan politik dalam hal bebas di mana pergerakan ekonomi haruslah
alokasi sumber daya ekonomi dan politik dalam arena mekanisme pasar—yang melihat
(yang terbatas) untuk dapat memenuhi kesejahteraan publik tidak akan bisa terwujud
dengan campur tangan negara, melainkan
Levine, 2008, Teori-teori Ekonomi Politik, Yogyakarta: lewat “tangan tak tampak”.
Pustaka Pelajar, Hlm. 31.
5 Ahmad Erani Yustika, Ekonomi
Politik... Op.cit., Hlm. 6 7 Ahmad Erani Yustika, Ekonomi
6 James A. Caporaso dan David P. Politik... Op.cit, Hlm. 8-9.
Levine, Teori-teori Ekonomi... Op.cit., Hlm. 7 8 Ibid., Hlm. 9

28 | AT-TANZIR: Vol. X. No. 1, Januari - Juni 2018


ISSN 2085 255X
Ilmu ekonomi berusaha memahami adalah aktivitas yang melaluinya masyarakat
bagaimana masyarakat mengalokasikan membuat, memelihara, dan memperbaki
sumber-sumber dayanya yang langka. aturan umum yang diselenggarakan untuk
Sameulson dan Nordhaus mengatakan, mengatur kehidupan mereka. Politik terkait
“Dalam mempelajari implikasi kelangkaan, erat dengan fenomena konflik dan kerja
ilmu ekonomi mencoba menyelesaikan 1001 sama. Inilah mengapa jantung dari politik
teka-teki kehidupan sehari-hari”.9 Pertanyaansering digambarkan sebagai sebuah proses
besar di sini: barang-barang apa yang akan resolusi konflik, di mana pandangan dan
diproduksi, bagaimana barang-barang ini kepentingan yang saling bersaing didamaikan
diproduksi, dan untuk siapa diproduksi? satu sama lain.12 Seperti misalnya dalam kasus
Dalam definisi lain, ilmu ekonomi diposisikanpertentangan buruh dengan pemilik modal di
sebagai ilmu pilihan. Maksudnya, dipelajari atas. Akan tetapi, ada paradigma kebijaksanaan
bagaimana orang-orang memilih menggunakan lain yang menyatakan bahwa dalam makna
sumber daya produksi yang langka atau yang luas politik lebih baik dilihat dari sudut
terbatas (misalnya tenaga kerja, mesin, atau pandang “pencarian” penyelesaian konflik
keterampilan teknis) untuk memproduksi daripada sudut pandang “pencapaian”, karena
berbagai komoditas (misalnya beras, koran, pada kenyataannya tidak semua konflik dapat
atau alat elektronik), dan menyalurkannya ke dipecahkan.13
masyarakat untuk dikonsumsi.10 Andrew Heywood mengatakan, politik
“Inti dari ilmu ekonomi terletak memiliki tarikan-tarikan ekonomis tertentu.
pada fakta adanya kelangkaan. Ahli Ini didasarkan pada bekerjanya dua realitas
ekonomi mempelajari bagaimana dalam kehidupan manusia, yakni keragaman
barang diproduksi dan dikonsumsi, yang menyangkut soal “kita tidak semuanya
karena orang ingin mengonsumsi sama” dalam banyak hal, terutama hal-hal
jauh lebih banyak daripada yang yang vital atau sensitif, dengan kelangkaan
dapat diproduksi oleh perekonomian. yang menyangkut soal “tidak ada sesuatu
Jika setiap barang dapat diproduksi yang cukup banyak untuk dibagi pada semua
dalam jumlah tak terbatas, atau jika orang”. Di arena, pertautan kedua realitas
keinginan manusia dapat sepenuhnya ini acap kali menghasilkan realitas-realitas
dipenuhi, orang tidak perlu melakukanlanjutan yang buruk, di mana persaingan
efisiensi penggunaan sumber-sumber keras dalam kelangkaan tersebut kadang
daya yang langka”11 membuat terjadinya pertumpahan darah. Ini
yang kemudian membuat (ilmu) politik kerap
Dalam makna yang luas, politik dipandang buruk.
“Hampir pada semua level, politik
9 Paul A. Samuelson
dan William D. Nordhaus,1995, Makro selalu berjalin dengan ekonomi. Politik
Ekonomi, Jakarta: Penerbit Erlangga, Hlm.
2 .
12 Andrew Heywood, 2014, Politik,
10 Ibid., Hlm. 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Hlm. 2-3.
11 Ibid., Hlm. 4-9. 13 Ibid., Hlm. 3.

Ekonomi Politik Media Di Indonesia | 29


ISSN 2085 255X
memengaruhi hasil-hasil ekonomi ekonomi politik adalah sudut pandang “politik
dalam beragam cara, mulai dari sebagai urusan publik”. Ketika dipahami
kemampuan negara untuk menjamin sebagai “urusan publik” atau “kehidupan
sebuah kerangka tatanan publik di publik”, politik telah dipandang secara lebih
mana hak-hak kepemilikan dilindungi luas. Politik tidak dikurung dalam awang-
dan kontrak-kontrak ditegakkan hingga awang teoritis yang terkadang tidak berkaitan
kemampuan pemerintahan untuk dengan penyejahteraan publik.
membuat aturan-aturan ekonomi, atau Agus Sudibyo dalam Ekonomi Politik
bahkan melakukan kontrol langsung Media Penyiaran mengatakan, pendekatan
atas kehidupan ekonomi melalui kritis dalam studi ekonomi politik media
perencanaan dan nasionalisasi. Tidak dicirikan oleh tiga karakter sentral. Pertama,
kalah penting adalah bagaimana pendekatan ekonomi politik yang bersifat
ekonomi memengaruhi hasil- holistik. Ia meneliti secara menyeluruh
hasil politik. Partai-partai politik, interelasi antara dinamika sosial, politik,
misalnya, bersaing meraih kekuasaan dan budaya dalam suatu masyarakat,
dengan menjanjikan peningkatan serta menghindari kecenderungan untuk
pertumbuhan ekonomi, penurunan mengabstraksikan realitas-realitas sosial ke
inflasi, penanganan kemiskinan, dan dalam teori ekonomi atau teori politik. Kedua,
sebagainya”14 pendekatan kritis ekonomi politik media
bersifat historis. Bukan hanya berkaitan
Dengan demikian, setiap usaha dari dengan fokus perhatian terhadap proses dan
menjelaskan makna dari “politik” pada pergerakan sejarah, melainkan terutama
akhirnya harus menghadapi dua problem sekali adalah ekonomi politik kritis berusaha
utama. Yang pertama adalah banyaknya menjelaskan secara memadai bagaimana
asosiasi dari kata tersebut ketika digunakan perubahan-perubahan dan dialektika yang
dalam bahasa sehari-hari; dengan kata lain, terjadi berkaitan dengan posisi dan peranan
politik adalah sebuah istilah yang mengandung media komunikasi dalam sistem kapitalisme
“banyak makna”. Sementara kebanyakan global. Ketiga, pendekatan kritis studi ekonomi
orang melihat, misalnya ilmu ekonomi, politik juga bersifat praksis. Ekonomi politik
geografi, sejarah, dan biologi sebatas sebagai kritis mempunyai perhatian terhadap segi-segi
bidang studi akademis, hanya sedikit orang aktivitas manusia yang bersifat kreatif dan
yang melihat ilmu politik tanpa prasangka bebas dalam rangka untuk mengubah keadaan,
(buruk).15 terutama di tengah arus besar kapitalisme.
Artinya ada banyak sudut pandang Pendekatan praksis memandang pengetahuan
yang bisa dan rasional dipakai dalam melihat adalah produk dari dan dialektika antara teori
politik. Semuanya penting dan berkaitan, tetapi dan praktik secara terus-menerus.16
yang paling utama bersesuaian dengan kajian Aspek historistis berusaha memahami

14 Ibid., Hlm. 221. 16 Agus Sudibyo dkk, 2004, Ekonomi


15 Ibid., Hlm. 4. Politik Media Penyiaran, Yogyakarta: LKiS, Hlm. 6-8.

30 | AT-TANZIR: Vol. X. No. 1, Januari - Juni 2018


ISSN 2085 255X
perubahan sosial dan transformasi sejarah mendasar yang menjadi perhatiannya adalah
dalam kaitannya dengan momen-momen mengenai keadilan, kesetaraan, dan barang
ekonomi, politik, budaya dan ideologi dari publik (public good). Kajian ekonomi politik
kehiduapan sosial dengan dinamika yang media tidaklah bersifat bebas nilai dalam
berakar dari konflik sosial ekonomi. Proses- arti kajiannya didasari oleh kepentingan
proses historis yang penting bagi ekonomi memperjuangkan keadilan, kesamaan dan
politik budaya adalah pertumbuhan media, kepentingan umum.18
perluasan jangkauan korporasi, komodifikasi, Karena ia memiliki sifat praksis atau
perubahan peran negara dan intervensi implementatif, maka ekonomi politik menjadi
pemerintahan. Analisis holistik dalam pendekatan yang cukup penting bagi semua
pendekatan politik ekonomi membahas kalangan yang berkenaan dengan kegiataan
masalah-masalah dalam kaitan dengan disiplin pemenuhan kebutuhan publik, mulai dari
ilmu lain (sosiologi, politik dan ekonomi). pedagang kecil di pasar, pelaku ekonomi
Oleh karena itu seluruh arena menengah, pemodal raksasa, hingga penguasa.
sosial merupakan bidang analisis ekonomi Di masa silam, ekonomi politik adalah ilmu
politik. Dalam kaitan dengan Marxian, yang berusaha memberikan nasihat-nasihat
totalitas itu berarti memahami hubungan kepada para negarawan tentang bagaimana
politik dan ekonomi, juga bidang sosial cara mengelola urusan ekonomi dari negara
dan budaya yang lebih luas. Sebagai contoh agar kebutuhan-kebutuhan warga dapat
mempelajari dampak dinamika ekonomi dipenuhi. Seiring perkembangan, ekonomi
terhadap keragaman ekspresi budaya publik politik dipakai bukan hanya oleh penguasa.
dan ketersediaannya bagi kelompok sosial Pendekatan ini digunakan oleh para pelaku
tertentu. Terakhir, orientasi praksis. Di sini politik dan ekonomi untuk keperluan tertentu.
kajian ekonomi politik media diarahkan pada Bagi para pelaku ekonomi, produksi
suatu tindakan yang mempunyai implikasi barang kebutuhan publik (public goods)
praktis. Dengan demikian kajian ekonomi adalah kegiatan utama mereka. Dalam mazhab
politik dibangun oleh teori dan praktek. Kajian ekonomi politik klasik—yang kemudian
ekonomi politik media dimaksudkan untuk menjadi dasar teoritis ilmu ekonomi murni—
kepentingan praktis yang tercermin dalam dijelaskan bahwa hukum pembuatan dan
tindakan perjuangan kelas.17 distribusi barang publik bekerja dalam rumus:
Di samping corak yang dipaparkan “produksi ada karena permintaan ada”.
Sudibyo di atas, ekonomi politik juga Dalam ilmu ekonomi, permintaan
berorientasi pada moral. Artinya ia mengacu didefinisikan sebagai situasi di mana
pada konsepsi nilai-nilai sosial dan praktik- masyarakat (konsumen) berkeinginan untuk
praktik sosial yang pantas. Masalah moral membeli suatu barang kebutuhan selama
periode waktu tertentu. Singkatnya permintaan
17 S. Sarwoprasodjo-Agung, adalah banyaknya jumlah barang yang diminta
“Perbandingan Pendekatan Ekonomi Politik Media dan
Studi Kebudayaan dalam Kajian Komunikasi Massa”, pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga
Jurnal Komunikasi Pembangunan, Vol. 06, No. 1,
2008. 18 Ibid.,

Ekonomi Politik Media Di Indonesia | 31


ISSN 2085 255X
tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan politik”. Di sini kita akan mulai melihat apakah
dalam periode tertentu. Ada sejumlah faktor dalam praktiknya media menerapkan norma
yang mendorong terjadinya permintaan. kesosialan tersebut ataukah dikesampingkan
Pertama, harga barang itu sendiri sama sekali demi tujuan lain.
(bilamana harga barang semakin murah, Sejatinya, masyarakat modern
maka permintaannya bertambah). Kedua, menempatkan informasi sebagai salah satu
harga barang lain yang terkait. Ketiga, tingkat kebutuhan yang cukup penting. Dalam situasi
pendapatan perkapita. Keempat, selera atau di mana semakin banyak orang menjadi melek
kebiasaan. Kelima, jumlah penduduk (semakin politik, memiliki kesadaran politik untuk
banyak jumlah penduduk yang mempunyai bersikap kritis terhadap realitas di sekitarnya,
selera atau kebiasaan akan kebutuhan barang informasi politik menjadi kebutuhan yang
tertentu, maka semakin besar permintaan pasti selalu dicari. Di sini, pihak yang berposisi
terhadap barang tersebut). Keenam, perkiraan sebagai produsen informasi-informasi politik
harga di masa mendatang. Ketujuh, distribusi sebagai salah satu public good adalah media.
pendapatan. Kedelapan, usaha-usaha produsen Bagi publik, informasi atau berita
meningkatkan penjualan (promosi). politik adalah bahan baku untuk memutuskan
Permintaan menjadi sinyal bagi sikap politik. Darinya, publik menilai. Ada
pelaku ekonomi untuk memproduksi barang- dua motif sebenarnya konsumsi atas berita-
barang yang kemudian dipasarkan. Semakin berita politik. Pertama, tujuannya semata
banyak permintaan, semakin banyak volume untuk mengikuti perkembangan. Berita-berita
barang yang harus diproduksi. Sifat barang politik dibaca hanya “untuk tahu”. Di sini tidak
publik tidaklah eksklusif. Artinya ketika ada tindak lanjut dari pembacaan tersebut
barang ini dikonsumsi dalam jumlah tertentu dalam konteks kerja-kerja inteligensia. Kedua,
oleh sebagian populasi maka tidak akan membaca untuk memproduksi pengetahuan,
mengurangi ketersediaan bagi bagian populasi yang dibangun lewat penelaahan atau analisis
lainnya. Produsen tidak memproduksi barang informasi yang diterima. Jika dibawa dalam
publik untuk golongan tertentu saja. Produsen konteks produksi public goods secara umum,
bekerja dalam kerangka setiap orang berhak hal ini berada dalam perkara “konsumsi untuk
menikmati barang yang diproduksi tersebut. konsumsi” atau “konsumsi untuk produksi”.
Oleh karenanya, media dan publik
2. Informasi politik sebagai public good tak ubahnya hubungan pabrik sepatu dengan
Di atas kita sudah membahas bahwa pemakai sepatu. Akan tetapi, dalam ilmu
ekonomi politik dalam aspek moralitasnya ekonomi media dilihat semata sebagai badan
menjunjung tinggi “praktik-praktik sosial yang usaha semata. Sementara dalam ekonomi
pantas”. Dalam ekonomi politik media, praktik politik, media dilihat sebagai salah satu
tersebut mewujud dalam produksi informasi- kelompok kepentingan; yang memperjuangkan
informasi politik yang tujuan besarnya adalah agenda-agenda politik tertentu untuk meraih
pencerdasan publik, suatu aktivitas luhur yang profit ekonomi. Arianto menjelaskan,
lebih lazim disebut dengan istilah “pendidikan “...media massa memang telah

32 | AT-TANZIR: Vol. X. No. 1, Januari - Juni 2018


ISSN 2085 255X
menjelma sebagai industri yang Suatu idealitas yang sayangnya belakangan ini
menjuall produk berupa informasi telah digeser menjadi pemberitahuan atas hal-
untuk dikonsumsi masyarakat demi hal yang tidak ada manfaatnya bagi kehidupan
memperoleh profit bagi pemiliknya. umum, yakni promosi-promosi bahasa aktor
Pola ini telah menggurita secara politik yang tidak mencerdaskan.
global dalam suatu sistem kapitalisme Perusahaan media menghasilkan
media, di mana media massa berperan produk, yakni medianya, baik berupa media
penting sebagai agen ideologis yang cetak harian, mingguan, bulanan, televisi,
membentuk pola pikir dan memandu radio, atau situs online. Akan tetapi media
perilaku konsumennya. Nilai umum bukanlah tujuan utama/akhir perusahaan
yang biasanya ditanamkan adalah media. Media-media tersebut hanyalah alat
perihal memacu hasrat konsumsi, untuk memproduksi dan mendistribusi produk
pandangan hidup liberal, melegitimasi utama mereka, yakni berita-berita dan ruang-
wacana investasi dan pasar bebas, ruang untu pengiklanan. Pandangan ini,
hingga memassifkan budaya trend- sekali lagi, muncul dari cara melihat media
popular, dan sebagainya. 19 dalam perspektif pengejaran keuntungan
ekonominya.
Dalam memproduksi berita-berita Apa yang menjadi komoditas di sini
politik, pendekatan ekonomi politik melihat adalah isi media, yakni publikasi-publikasinya
media sebagai institusi yang memadukan tiga (secara keseluruhan). Komoditas itulah yang
tujuan, yang mana dua di antaranya—ekonomi akan dijual di pasar. Informasi yang disebarkan
dan politik—telah disebutkan di atas. Namun pun disesuaikan dengan selera pasar. 20 Secara
itu adalah tujuan lanjutan dari media dalam umum tindakan ini adalah tindakan konservatif
perkembangannya, setelah tujuan sosial, dalam dunia bisnis yang tujuannya adalah
yakni tujuan “untuk memberitahu”, telah untuk meningkatkan kesukaan konsumen yang
diselenggarakan. muaranya adalah naiknya angka konsumsi
Yang dimaksud dengan fungsi komoditas. Dengan begitu, kerugian bisa
memberitahu adalah membuat publik tahu terhindarkan. Asumsi awal yang dibangun
akan permasalahan-permasalahan yang adalah bahwa setiap kelompok kepentingan
ada di lapangan. Selain itu, publi juga tahu berupaya untuk mendapatkan keuntungan
mengenai fakta-fakta yang belum tersingkap ekonomi yang sebesar-besarnya dengan upaya
atau disembunyikan secara sistematis untuk yang sekecil-kecilnya.21
kepentingan tertentu. Semuanya adalah Di sinilah persaingan ekonomi di antara
segala hal yang berhak diketahui publik. Jadi, media-media yang ada terjadi. Jika ditilik
sifat pemberitahuan tersebut adalah dengan dari sudut pandang pencarian keuntungan
mengedepankan kemanfaatan bagi publik. (ekonomi), ternyata tidak semua menghasilkan

19 Arianto, “Ekonomi Politik Lembaga 20 Ibid.,


Media Komunikasi”, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, 21 Ahmad Erani Yustika, Ekonomi
No. 2, 2011. Politik... Op.cit., Hlm. 57.

Ekonomi Politik Media Di Indonesia | 33


ISSN 2085 255X
pemberitaan-pemberitaan yang diprediksi kegiatan seorang agen yang berhadapan
dapat meraih mayoritas pembaca. Sebagai dengan pilihan, atau seorang individu, di
ilustasi, media tahu bahwa pendukung tokoh mana agen atau individu ini berusaha untuk
politik a adalah mayoritas yang ditunjukkan melakukan yang terbaik yang ia mampu untuk
dengan hasil pemilu. Namun media A malah memenuhi kebutuhannya dengan sebaik
memutuskan menghasilkan pemberitaan- mungkin ketika dihadapkan pada situasi di
pemberitaan yang membela tokoh politik mana ada peluang sekaligus ada hambatan”.22
B, pihak yang kalah dalam pemilu tersebut. Di sini, “keuntungan yang lebih besar”
Di sinilah politik bermain dalam kalkulasi bukan melulu dihitung secara ekonomis
ekonomi tersebut. dalam waktu tersebut. Seperti disebutkan tadi,
Keberpihakan politis itu bisa didorong media yang mendukung aktor politik yang
oleh faktor nonidentifikasi ideologi. Misalnya, kalah, yang pemilihnya (konsumen/pembaca
itu terjadi akibat media memiliki ketegangan berita) lebih sedikit, tidak akan memperoleh
atau konflik dengan seorang tokoh politik, pemasukan/laba yang lebih besar dibanding
lalu, dengan hasrat politisnya, ia mencari- jika mendukung aktor politik pemenang.
cari tempat melekat bak parasit yang mencari Dua hal tersebut tidak kontradiktif di sini,
tempat hidup. Ketika ia menemukan tokoh ketika keberpihakan politis tersebut dilakukan
politik lain yang berseberangan dengan dengan maksud investasi (ekonomi). Artinya,
tokoh politik yang pertama tadi, ia merapat ada kontrak di mana jika tokoh politik
ke situ. Jadi identifikasinya karena faktor yang kalah tersebut akan menang pada
kofliktual. Biasanya identifikasi seperti ini kompetisi elektoral selanjutnya keduanya
tidak mengakar. Di samping media yang akan membangun hubungan yang saling
menjadikan dasar identifikasi seperti itu menguntungkan. Sekali lagi, yang dimainkan
sebenarnya bersifat oportunistis; ke mana oleh media dalam persekutuan politik seperti
keuntungan bisa diraih, ke situ akan merapat; itu adalah investasi.
ke mana keuntungan yang lebih besar bisa Maka, pertimbangan untung rugi pun
diraih, posisi keberpihakan akan dialihkan ke diwujudkan secara tidak lazim. Ini kemudian
sana. membantah tesis bahwa media dalam
Akan tetapi, yang bekerja di sini adalah pencarian keuntungannya “memantapkan
kalkulasi ekonomi murni, yang dijadikan kedudukan kelompok-kelompok yang sudah
landasan untuk menetapkan keberpihakan mapan dalam pasar lembaga media massa
politis. Menurut Levine dan Caporaso, besar dan mematikan kelompok-kelompok
“Kalkulasi ekonomi adalah sebuah cara yang tidak memiliki modal dasar yang
untuk memanfaatkan apa yang tersedia demi diperlukan untuk mampu bergerak”. Jika
memenuhi kebutuhan, bahkan mendapatkan modal dasar politiknya besar tapi modal dasar
‘kelebihan’ (surplus) ... Kalkulasi ekonomi ekonominya lemah, media akan mendukung.
mendefinisikan pokok bahasannya sebaga Tapi tetap ada harga yang harus dibayar oleh
masalah efisiensi dan pilihan yang dibatasi.
Pendekatan ini mengambil titik tolak dari 22 James A. Caporaso dan David P.
Levine, Teori-teori Ekonomi... Op.cit., Hlm 38-39.

34 | AT-TANZIR: Vol. X. No. 1, Januari - Juni 2018


ISSN 2085 255X
si aktor politik di kemudian hari atas investasi yang melekat. Sekalipun waktu yang habis
ekonomi politik tersebut. untuk membuat kalung emas lebih singkat,
misalnya hanya 5 jam.
3. Harga sebagai sinyal Namun untuk berita politik pesanan
Kegiatan ekonomi dalam sistem penetapan harga tidaklah melibatkan faktor
kapitalisme digerakkan dan dikoordinasikan durasi kerja seperti itu, meski ia pula merupakan
oleh pasar (bebas) dengan instrumen harga salah satu jenis komoditas. Setidaknya,
sebagai penanda (sinyal). Jika harga dianggap ada beberapa faktor yang memengaruhi
melebihi biaya produksi dan margin laba, terbentuknya harga berita politik pesanan.
maka itu merupakan sinyal bagi pelaku Pertama, status kedudukan aktor.
ekonomi lain untuk masuk ke dalam pasar Media biasanya mempertimbangkan
untuk menambah persediaan (supply) barang/ kedudukan politikus pemesan berita, baik dari
jasa sehingga dapat menurunkan harga.23 segi kedudukan politik maupun ekonominya.
Sebelum kita membahas bagaimana Semakin prestise kedudukannya, yang berarti
harga menjadi sinyal dalam produksi siaran- ia menempati “lahan basah”, semakin rasional
siaran politik yang memuat kepentingan apabila tarif yang tinggi dipasang. Begitu
praktis di dalamnya, sebaiknya kita pula sebaliknya. Kesepakatan harga di sini
mengetahui terlebih dahulu bagaimana harga biasanya dibangun antara relasi politikus
tersebut ditetapkan. Untuk itu, kita pun harus dengan wartawan.
mengacu pada bagaimana harga komoditas Kedua, tingkat potensi keterpengaruhan
pada umumnya dibuat. teks. Penulis berita tahu bahwa teks yang kuat,
Ketetapan yang dipakai oleh teori nilai yang mampu memberi pengaruh kuat, tidak
dan distribusi cukup sederhana: nilai suatu bisa ditulis dalam satu jam. Ini membutuhkan
barang/jasa diturunkan dari sistem pembagian kerja penulisan teks yang cermat. Tetapi ini
kerja. Di sini harga suatu barang/jasa dihitung bukan masalah jam kerja. Yang menjadi ukuran
dari jumlah jam kerja dan jumlah tenaga di sini adalah kempleksitas, “kemewahan”,
kerja yang digunakan. Misalnya, bila untuk dan kekuatan teks yang dibuat. Tantangannya
memproduksi jaket dibutuhkan 10 jam kerja di sini adalah bagaimana membuat teks
sedangkan untuk membuat kursi diperlukan yang singkat, tidak perlu panjang lebar,
20 jam kerja, maka harga kursi dua kali lipat tetapi efektif. Kebanyakan orang tidak suka
dari harga jaket.24 Dalam kasus lain, nilai juga membaca yang panjang-panjang di media.
ditentukan oleh jenis material yang digunakan Apalagi kalau penulisnya sama sekali tidak
serta prestise yang melekat padanya. Misalnya, cakap, yang bisa membuat sejumlah repetisi
produksi kursi dan kalung emas sama-sama di dalam tulisannya.
membutuhkan 20 jam kerja. Akan tetapi Ketiga, jumlah permintaan dan
kalung emas lebih mahal harganya karena kesinambungannya. Jika jumlah permintaan
faktor jenis bahan, kegunaan, dan nilai prestise berita politik dianggap banyak, maka
negosiasi harga cukup terbuka. Pun begitu
23 Ibid., Hlm. 24. dengan berapa lama berita-berita seperti itu
24 Ibid., Hlm. 47.

Ekonomi Politik Media Di Indonesia | 35


ISSN 2085 255X
harus disiarkan. Semakin lama maka semakin karena ada biaya untuk pembuatannya. Yang
“murah” harga satuannya. Faktor pembentuk dimaksud di sini bukanlah berita iklan atau
harga ini biasanya didasari kontrak berdurasi semi-advertorial. Tetapi yang dimaksud
maupun tidak. adalah berita politik sebagai teks informasi
Keempat, faktor media-media lain publik. Harga, dalam hal ini, bukanlah melulu
yang berafinitas pada politikus tersebut. uang tunai yang diserahkan langsung setelah
Seorang politikus berpengaruh biasanya berita diproduksi. Dalam hubungan politik
didekati banyak media. Terlebih jika ia ini, media diberikan sejumlah privilege oleh
memiliki sumber daya finansial yang kuat. entitas politik yang didukungnya.
Dalam posisi ini, ia memiliki posisi tawar Melalui itulah kemudian media yang
yang kuat untuk menekan harga. Sebab apabila bersangkutan memperoleh keuntungan-
media yang satu menolak dengan harga yang keuntungan. Jika pihak tersebut adalah otoritas
dipaksakannya, ia bisa mendapatkan ruang di politik, biasanya dalam bentuk pengerahan
media lain. instansi-instansi pemerintahan agar memasang
Ketika seorang politikus mengeluarkan iklan di media tersebut secara rutin, sehingga
biaya di atas margin laba secara signifikan, keuntungan yang diperoleh media tersebut
katakanlah Rp 5000.000 dari harga normal Rp pun berkelanjutan.
2000.000 untuk satu serangkaian berita politik Di daerah, hal semacam ini bsa
yang menguntungkannya dari segi citra, gampang ditemui. Bahkan warga suatu kota
terbentuknya persepsi positif dari publik, atau bisa terkejut ketika suatu hari baru mengetahui
untuk melancarkan tekanan politik tertentu, ada tabloid yang sudah terbit selama lima
maka ini menjadi sinyal bagi pelaku ekonomi tahun. Media macam ini tidak memerlukan
lain untuk masuk ke dalam pasar media guna laku banyaknya cetakan mereka. Karena
memperbanyak suplai berita yang demikian, dengan bayaran-bayaran yang mereka peroleh
sehingga politikus tersebut bisa menawar dari politikus dan pejabat yang berita positif
harga yang lebih rendah kepada media pertama tentangnya dimuat di sana, mereka sudah
tadi untuk jenis dan jumlah berita politik yang cukup memperoleh laba. Di samping mereka
sama. Karena jika media tersebut bersikukuh meraup keuntungan dari sejumlah iklan yang
pada nominal tadi maka pemesan berita bisa dipasang. Dan mereka tahu, tidak mungkin
beralih ke media-media lain yang mematok memaksakan terbitannya banyak terjual
harga lebih rendah, bahkan sangat signifikan. karena tidak mampu bersaing dengan media-
Dalam ekonomi politik media, media mapan.
penciptaan harga bukan hanya pada satuan Media-media macam ini tidak
eksemplar media, atau biaya pembuatan media mematok harga mahal. Biasanya sebagian
dan biaya publikasi dalam konteks media besar keuntungan diambil wartawan yang
online. Biaya bukan hanya pada penciptaan meliput dan menulis aktifitas atau pernyataan
“alat publikasi” (laman, koran, televisi, radio, politikus dan pejabat. Baik pejabat maupun
dan lain-lain). politikus pun tahu bahwa mereka tidak
Setiap berita juga dipasangi harga selalu bisa dan mampu memublikasikan diri

36 | AT-TANZIR: Vol. X. No. 1, Januari - Juni 2018


ISSN 2085 255X
di media-media besar. Selain karena faktor dan proses integrasi, secara vertikal maupun
selektivitas, mereka pun akan diberatkan horizontal.26
dengan biaya yang tidak sedikit. Dalam lingkup ilmu ekonomi,
Di pasar, kaum pengusaha bertindak sebenarnya permintaan informasi politik
untuk memaksimalkan keuntungan mereka. telah lama menjadi topik utama teori pilihan
Di arena politik, para politikus dan birokrat rasional. Di dalam cakupan berita, tekanan
bertindak semata-mata untuk memperbesar pasar harus mengarah pada liputan yang sama
kekuasaan yang mereka miliki. Dalam oleh berbagai media. Tapi publik akan melihat
perspektif ini, bagi teori polihan rasional begitu banyak klaim yang berbeda-beda. Bias
kebijakan publik adalah hasil dari interaksi ini bisa dianggap sebagai kecenderungan
politik di antara para pelaku rasional yang mencari informasi yang menegaskan asumsi
ingin memaksimalkan keuntungan bagi politik tertentu. Konsumsi informasi bias
dirinya sendiri.25 berbanding lurus dengan naiknya keuntungan
perusahaan media.27 Maka, tantangan
4. Implikasi dan kritik terbesar dalam studi ekonomi media adalah
Kajian ekonomi politik media berfokus persoalan akurasi. Sementara permasalahan-
pada struktur produksi industri media di permasalahan yang telah disebut di atas adalah
bawah kapitalisme dalam mengonsumsi fakta- pemicu-pemicu. Akurasi pemberitaan adalah
fakta sebagai bahan baku untuk memproduksi dampak atau implikasi dari itu semua.
informasi publik. Dalam kerangka ini, muncul Maka, hingga hilangnya kritisisme
implikasi-implikasi negatif yang memapar dari media-media bukanlah “akibat akhir”
publik, konsumen media. Ini terjadi ketika dari penerapan kapitalisme media. Kritik-
produk jurnalistik lebih berorientasi pada kritik adalah corak produksi media kritis.
kebutuhan elite, bukan apa yang seharusnya Ketika corak tersebut diganti dengan segala
dan sebaiknya dibaca publik. hal yang berantonim dengan kritisisme,
Menurut Arianto, kualitas pengetahuan ekonomi politik cukup mampu memberikan
tentang masyarakat, yang diproduksi oleh penjelasan. Kurangnya suara-suara kritis di
media untuk masyarakat, sebagian besar dapat berbagai media juga dapat dijelaskan dengan
ditentukan oleh nilai tukar pelbagai ragam isi merenungkan ekonomi politik media dan
dalam kondisi yang memaksakan perluasan sistem produksi media.
pasar, dan juga ditentukan oleh kepentingan Mullainathan dan Shleifer meneliti
ekonomi para pemilik dan penentu kebijakan. faktor penentu akurasi media dalam
Berbagai kepentingan tersebut berkaitan model teori semacam, yang secara khusus
dengan kebutuhan untuk memperoleh berfokus pada efek kepercayaan pembaca,
keuntungan dari hasil kerja lembaga media dan pembaca heterogenitas, dan persaingan
juga dengan keinginan bidang usaha lainnya yang memunculkan bias media. Keduanya
untuk memperoleh keuntungan, sebagai akibat
26 Arianto, “Ekonomi Politik...”
dari adanya kecenderungan monopolistis Op.Cit.,
27 John T. Gasper, “Reporting for Sale:
25 Ibid., Hlm. 50-51. The Market for News Coverage”, Jstor, 2009.

Ekonomi Politik Media Di Indonesia | 37


ISSN 2085 255X
berpendapat bahwa analisis akurasi media KAJIAN PUSTAKA
sangat bergantung pada bagaimana seseorang Agus Sudibyo dkk, 2004, Ekonomi Politik
mengonseptualisasikan permintaan untuk Media Penyiaran, Yogyakarta: LKiS,
berita. Dalam konsepsi tradisional tentang Hlm. 6-8.
permintaan berita, konsumen membaca, Ahmad Erani Yustika, 2009, Ekonomi Politik:
menonton, dan mendengarkan berita untuk Kajian Teoritis dan Analisis Empiris,
mendapatkan informasi. Kualitas informasi Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Hlm. 8.
ini adalah keakuratannya. Secara umum, Andrew Heywood, 2014, Politik, Yogyakarta:
heterogenitas pembaca lebih penting untuk Pustaka Pelajar, Hlm. 2-3.
akurasi di media daripada persaingan Arianto, “Ekonomi Politik Lembaga Media
antarmedia.28 Komunikasi”, Jurnal Ilmu Komunikasi,
Pers yang bebas dan independen sangat Vol. 1, No. 2, 2011.
penting bagi masyarakat dan pemerintahan James A. Caporaso dan David P. Levine,
yang demokratis. Periklanan memainkan peran 2008, Teori-teori Ekonomi Politik,
penting sebagai sumber utama pendanaan Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Hlm. 31.
media. Idealnya, periklanan memengaruhi John T. Gasper, “Reporting for Sale: The
kemampuan dan insentif bagi media dalam Market for News Coverage”, Jstor,
peningkatan kualitasnya. Ada dua pandangan 2009.
kontras. Pertama, paradigma liberal tentang Matthew Ellman dan Fabrizio Germano,
sejarah media mengklaim bahwa iklan itu “What Do The Papers Sell?: A Model
positif efeknya pada media. Kedua, paradigma of Advertising and Media Bias”, JEL,
“peraturan” yang berpendapat bahwa media 2008.
dapat mendistorsi cakupan pemberitaan Paul A. Samuelson dan William D.
mereka karena mengakomodasi kepentingan Nordhaus,1995, Makro Ekonomi,
pemasang iklan, bahkan mengklaim bahwa Jakarta: Penerbit Erlangga, Hlm. 2.
komersialisme berlebihan dalam berita dan Robby Milana, “Kepemilikan Media:
konten media melemahkan fondasi demokrasi Perspektif Ekonomi Politik”, 2010.
yang partisipatif.29 Dengan asumsi-asumsi S. Sarwoprasodjo-Agung, “Perbandingan
di atas, Ellman dan Germano kemudian Pendekatan Ekonomi Politik Media
mengembangkan kerangka pemersatu dan Studi Kebudayaan dalam Kajian
sederhana di mana kedua variabel tersebut Komunikasi Massa”, Jurnal Komunikasi
dapat diartikulasikan, di mana pengiklanan Pembangunan, Vol. 06, No. 1, 2008.
dapat menaikkan kompetisi sehingga media Sendhil Mullainathan dan Andrei Shleifer,
akan memedulikan akurasi. “The Market for News”, The American
Economic Review, 2005.
28 Sendhil Mullainathan dan Andrei
Shleifer, “The Market for News”, The American
Economic Review, 2005.
29 Matthew Ellman dan Fabrizio
Germano, “What Do The Papers Sell?: A Model of
Advertising and Media Bias”, JEL, 2008.

38 | AT-TANZIR: Vol. X. No. 1, Januari - Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai