Makalah Kelompok 5 Identifikasi Isu-Isu Dan Topik Negoisasi
Makalah Kelompok 5 Identifikasi Isu-Isu Dan Topik Negoisasi
NAMA KELOMPOK 5:
SAFRIANTO 1810011211065
DOSEN AKADEMIK:
Dr RENI YULIVIONA, SE.,M.SI
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUNG HATTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, krena atas karunia-Nya lah kami
diberi kesempatan menyelesaikan tugas makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Teknik
Negosiasi Bisnis” makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Identifikasi Isu-Isu dan Topik Negosiasi” yang disajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebsar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari ksempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................i
Daftar isi................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Kesimpulan ...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjadi penghasilan yang menjanjikan, karena melalui bisnis kita bisa menghasilkan
simbiosis mutualisme untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat hidup kita sebagai
manusia. Hal yang tidak lepas dari makhluk hidup adalah komunikasi. Komunikasi
menjadikan elemen yang membedakan kita sebagai makhluk hidup dengan benda,
bisnis juga merupakan elemen penting yang tidak hanya membedakan kita dengan
benda, tetapi juga membedakan kita sebagai manusia dengan hewan. Jika kita
gabungkan dua kekuatan elemen ini, “komunikasi dengan bisnis”, pasti akan menjadi
sesuatu hal yang berguna di dalam dunia usaha. Bisnis merupakan aktivitas yang
selalu ada di sekitar kita dan dikenal oleh kaum muda hingga kaum tua.
Hasil penelitian seorang pakar komunikasi menyimpulkan bahwa sekitar 75% - 90%
waktu kerja digunakan pemimpin atau manajer untuk berkomunikasi. Jika dua orang
atau lebih bekerja sama maka perlu adanya komunikasi antar mereka. Makin baik
komunikasi, makin baik pula kemungkinan kerja sama mereka. Komunikasi yang
efektif menuntut rasa saling menghormati, percaya, terbuka, dan tanggung jawab.
Dalam lingkungan bisnis terdapat juga proses negosiasi, di mana hal ini
merupakan proses dari sebuah transaksi usaha untuk dapat menjalin kerja sama
dengan calon mitra usaha. Negosiasi diperlukan dalam kehidupan manusia karena
1
sifatnya yang begitu erat dengan filosofi kehidupan manusia dimana setiap manusia
memiliki sifat dasar untuk mempertahankan kepentingannya, disatu sisi manusia lain
juga memiliki kepentingan. Padahal, kedua pihak tersebut memiliki suatu tujuan yang
kepentingan terhadap suatu hal, maka timbullah suatu sengketa. Dalam penyelesaian
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
Negosiasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Suasana Hati dan Sifat Kepribadian dalam Negosiasi
sifat kepribadian tidak memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap proses tawar-
menawar ataupun hasil negosiasi. Namun teori terbaru mempertanyakan penilaian yang
menganggap sifat tidak berpengaruh pada proses negosiasi. Teori terbaru menunjukan bahwa
ada hubungan yang saling terkait antara kepribadian dan proses negosiasi. Orang ekstrovert
Ego yang besar juga mempengaruhi negosiasi. Sebuah studi menunjukan bahwa
individu-individu yang sangat memperdulikan penampilan sebgai orang yang kompeten dan
sukses dalam negosiasi (yaitu menyelamatkan muka) – dapat berpengaruh negative terhadap
memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mencapai kesepakatan. Ini dikarenakan
mereka yang terlalu kompetitif negosiasi melakukan perundingan untuk membuat diri mereka
tampak lebih cerdas, baik, dll daripada untuk mencapai kesepakatan terbaik bagi semua pihak
terkait. Jadi orang yang mampu melepas ego mereka sendiri mampu menegosiasikan
kesepakatan secara lebih baik bagi mereka maupun pihak lain, baik dalam distributive
maupun integrative.
Streotip popular yang dianut banyak orang mengatakan bahwa kaum perempuan lebih
kooperatif dan menyenangkan dalam negosiasi daripada kaum laki-laki. Namun, laki-laki
ditemukan mampu menegosiasikan hasil yang lebih baik ketimbang perempuan, meskipun
perbedaanya relative kecil. Diasumsikan bahwa perbedaan ini kiranya dikarenakan laki-laki
3
Penelitian menunjukan bahwa para manajer yang tidak memiliki kekuasaan tidak
banyak, tanpa memandang jenis kelamin, cenderung berusaha menyenangkan lawan mereka
dan menggunakan teknik persuasive yang lembut ketimbang konfrontasi langsung dan
ancaman. Dalam situasi dimana laki-laki dan perempuan memiliki kekuasaan yang sama,
rasanya tidak signifikan perbedaan gaya negosiasi. Namun jika stereotip popular (perempuan
= menyenangkan, laki-laki = alot) diaktifkan lagi yang terjadi adalah terpenuhinya ramalan
negosiasi dan lebih tidak puas dengan kinerja mereka setelah proses perundingan selesai,
bahkan ketika hasil yang dicapai = hasil yang dicapai laki-laki. Kesimpulannya menunjukan
bahwa perempuan bias terlalu menghukum diri sendiri karena tidak bias ikut dalam negosiasi
Gaya bernegosiasi beragam antara satu kultur dengan kultur lainnya. Konteks kultur
dalam negosiasi secara signifikan mempengaruhi jumlah dan jenis persiapan untuk tawar-
menawar, penekanan relative pada tugas disbanding hubungan antarpersonal, dan bahkan
melalui negosiasi langsung. Dalam kasus ini, mereka dapat berpaling ke pihak ketiga untuk
a) Mediator
Pihak ketiga bersikap netral yang memfasilitasi negosiasi solusi dengan menggunakan
4
b) Arbitrator
Pihak ketiga memiliki wewenang untuk menentukan kesepakatan. Bisa bersifat sukarela
arbitrator beragam sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh para perunding.
penyelesaian entah win-win solution maupun kemenangan di salah satu pihak yang
lawannya. Dalam prakteknya, konsiliator tidak hanya sebagai saluran komunikasi namun juga
Pihak ketiga yang terlatih dan tak berpihak yang berupaya memfasilitasi pemecahan masalah
melalui komunikasi dan analisis dengn dibantu oleh pengetahuan mereka mengenai
jangka waktu yang panjang karena membangun persepsi dan sikap yang baru dan positif
Client
Keputusan Investasi (Investment Decision) Pemilihan Tender yang paling disukai
Tender / Negosiasi
5
Kontraktor
Berdasarkan gambar diatas, jika dikaitkan dengan model fase negosiasi sebagai berikut :
1. Fase pencarian dan persiapan merupakan fase intelligence atau pre-negosiasi, yang mana
dan peluang perkembangan industri yang relevan), identifikasi partisipan, mencari tahu
interest dan batna dari masingmasing pihak, pihak lain (mengevaluasi situasi kompetitif),
serta isu negosiasi (mempengaruhi dalam memperoleh spesifikasi tender yang bagus bagi
kontraktor).
2. Fase penawaran dan negosiasi mengacu pada fase perancangan (design) atau di meja
negosiasi (around the table negotiation), yang mana setiap partisipan mendefinisikan masing-
penawaran) dan mengevaluasi kombinasi yang berbeda dari setiap option (kontrak) yang
berhubungan dengan interest (membuat keputusan mengenai harga dan penggunaan sumber
daya (resources).
3. Fase implementasi dan transisi mengacu pada fase memilih atau paket perjanjian, yang
mana partisipan bersama sama memilih (penawaran awal projek) dan setuju terhadap kontrak
Negosiator yang baik hendaknya membangun kerangka dasar yang penting tentang negosiasi
yang akan dilakukan, agar berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Negosiasi adalah cara
untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima beberapa pihak dan
menyetujui bagaimana tindakan yang akan dilakukan. Ujung dari negosiasi adalah poin
kesepakatan yang diambil kedua belah pihak. Negosiasi berpotensi untuk terjadinya konflik
mulai awal hingga akhir pembicaraan. Negosiasi dapat menggunakan cara-cara pertukaran
6
sesuatu baik berupa barter ataupun bargaining. Umumnya negosiasi dilakukan hampir selalu
wajah. Ada tiga konsep penting yang harus dipahami oleh seorang negosiator, untuk
alternatif yang akan dilakukan oleh seorang negosiator bila negosiasi tidak mencapai
kesepakatan. Misalnya mengenai pesangon yang akan dibayarkan oleh pengusaha dalam
proses PHK tidak dapat disepakati oleh pihak pekerja, maka ada dua pilihan yang bisa
ditawarkan oleh pihak pengusaha yaitu mencoba untuk melakukan trade off dengan pasal
penambahan cuti atau meninggalkan perundingan bila tidak ada tanda-tanda positif dari pihak
b) Reservation price Nilai atau tawaran terendah yang dapat diterima sebagai sebuah
kesepakatan dalam negosiasi. Sebagai contoh : Negosiator dari pihak pekerja akan
c) Zone of Possible Agreement atau disingkat ZOPA Suatu zona atau area yang
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negosiasi akan berjalan dengan baik jika diantara pihak-pihak secara terbuka bersedia
mengemukakan ide dan gagasan yang mereka miliki. Negosiator mempunyai tujuan dan
sudut pandang berbeda untuk mencapai kepuasan masing–masing mengenai masalah yang
aspek. Mulai dari komunikasi yang jelas, informasi, persuasi yang semuanya jika dapat
dipenuhi dengan sempurna maka sama halnya dengan menerapkan etika bernegosiasi dalam
berdiplomasi. Tidak hanya itu, pada dasarnya etika berdiplomasi meliputi etika dalam
bersikap dan bertutur kata yang harus dipenuhi oleh seorang negosiator agar kepentingan
8
DAFTAR PUSTAKA
Onong U. Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007)