3.1 Ergosistema
Ilmu faal olahraga merupakan ilmu yang harus dimiliki oleh para pelatih dan guru
pendidikan jasmani (Penjas), karena hal ini akan dapat menjanjikan suatu hasil yang besar
dalam membina atlet atau muridnya untuk mencapai prestasi tinggi. Melatih suatu
fungsional sistem tubuh sesuai dengan tuntutan penampilan olahraga itu sampai ke
tingkat maksimal, baik dari aspek kemampuan dasar maupun pada aspek keterampilan
tekniknya. Jadi, dengan tidak mengecilkan peranan dari disiplin ilmu lain dan faktor
pengenalan, pemahaman, dan aplikasi dari ilmu faal olahraga sangatlah mendesak dan
namun kiranya sangat penting untuk mengenal lebih jauh fungsional struktur raga itu
secara sistematis. Jasmani atau raga terdiri dari kumpulan struktur-struktur yang secara
anatomis disebut “sistema”. Sistema raga tersebut terdiri dari: sistema skelet (kerangka),
Fungsi jasmani yang terdiri dari berbagai macam sistema tersebut ialah untuk:
gerak, kerja, mempertahankan hidup, dan mendapatkan kepuasan lahir dan batin dari
suatu kinerja yang dilakukan. Oleh karena itu, jasmani dapat disebut sebagai satu
Dalam menjalankan fungsinya sebagai satu ES atau SK, sistema anatomis tersebut
dibagi menjadi tiga (3) bagian yaitu SK primer, SK sekunder, dan SK tersier, sebagai
berikut:
1. Perangkat pelaksana gerak disebut ES I atau SK primer, terdiri dari: sistema skelet,
3. Perangkat pemulih disebut ES III atau SK tersier, terdiri dari: sistema digestivus,
humoral (melalui cairan jaringan) dan fungsinya tersebar pada ketiga ES tersebut, baik
pada saat istirahat maupun pada saat bekerja. Sedangkan sistema sensoris berfungsi
jasmani yang terdiri dari dua bagian: anatomical fitness dan physiological fitness. Berkaitan
jasmani sedangkan komponen fisiologisnya adalah fungsi dasar dari ES I dan ES II.
Fungsi dasar sistema skelet dalam hubungannya dengan aktivitas fisik terletak
pada kelentukannya yang dicerminkan dalam bentuk luas pergerakan persendian, yang
merupakan kualitas dari persendian itu. Fungsi otot hanya satu yaitu berkontraksi dan
ketepatan gerakan, atau dengan perkataan lain bahwa kualitas dari SK primer tercermin
dalam kondisi fisik: kelentukan, kekuatan dan daya tahan otot, serta koordinasi gerakan.
Secara lebih terperinci tentang fungsi dasar ES I ini dapat dilihat pada Tabel 1
berikut.
Tabel 3.1 Fungsi dasar dari ergosistema I atau sistema kerja primer
kecepatan (speed), dan power (daya ledak otot). Oleh karena itu, bila ditemui atlet
kembali pada komponen dasar fisiologisnya. Suatu contoh, ada kecenderungan atlet
memerlukan: kelentukan, kecepatan, dan ketepatan gerak. Maka karena itu atlet tersebut
54
harus dilatih dulu untuk meningkatkan kelentukan, kekuatan, dan koordinasi fungsi
sarafnya.
sangat tergantung pada dukungan ES II. Kekuatan otot, kelentukan, dan koordinasi
akan semakin maksimal, bila didukung oleh transportasi oksigen dan proses pemulihan
karbondioksida dari darah dan paru terjadi secara maksimal. Oleh karena itu sangatlah
wajar, bila sistem darah, cairan tubuh, dan limfatik bahu membahu dengan sistem
pernapasan dan sirkulasi menciptakan suatu kualitas daya tahan umum atau general
endurance. Istilah daya tahan umumpun dapat diganti dengan istilah kapasitas aerobik
atau daya tahan jantung-paru, sesuai dengan komponen fisiologis yang membentuknya.
Sementara itu istilah kapasitas aerobik didasarkan pada kualitas pertukaran oksigen dan
karbondioksida serta peredaran darah ke seluruh jaringan tubuh per menit secara
maksimal.
Tabel 3.2 Fungsi dasar dari ergosistema II atau sistema kerja sekunder
Sementara itu ES III akan berperan pada saat aktivitas fisik tersebut berlangsung
dan setelah berhenti. Sistem digestivus menyediakan energi anaerobik dan aerobik untuk
kinerja sistem saraf, dan sistem endokrin secara keseluruhan mengatur seluruh rangkaian
aktivitas fisik sampai taraf pemulihan, misalnya dengan cara mengatur peningkatan
sekresi keringat sebagai cerminan kerja sistem eksresi, mengatur penurunan suhu, dan
Bila ditinjau dari klasifikasi kebugaran jasmani, seperti yang telah diungkapkan
pada Bab II, maka komponen anatomical fitness terdiri dari ES I dan ES II, sedangkan
demikian, maka komponen kebugaran jasmani menurut konsep ilmu faal terdiri dari:
1. Kemampuan atau kualitas dasar ES I yaitu kelentukan, kekuatan, daya tahan otot, dan
2. Kemampuan atau kualitas dasar ES II yaitu daya tahan umum atau kapasitas aerobik.
kebugaran jasmani menurut Larson, yang terdiri dari: daya tahan umum, fungsi biologi,
komposisi tubuh, kekuatan, daya ledak otot, daya tahan otot, kecepatan, kelincahan,
Komponen kebugaran jasmani berdasar konsep ilmu faal dibagi menjadi tiga
komponen, yaitu: komponen anatomis terdiri dari komposisi tubuh, kondisi kesehatan
statis: fungsi biologis, dan komponen kebugaran fisiologis terdiri dari kualitas dari ES I
dan kualitas ES II. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kulaitsa komponen kebugaran
56
jasmani, harus dimulai melalui pembinaan komponen dasar dari ES I dan ES II secara
untuk gerak dalam berolahraga atau beraktivitas fisik. Macam olahdaya tersebut ada dua
Olahdaya aerobik merupakan hasil kerjasama antara ES I (otot) yang tergantung dengan
kemampuan fungsional ES II. Artinya, kemampuan gerak (otot) akan tetap berlangsung
dengan adanya dukungan ES II, yaitu transportasi nutrisi, oksigen, dan karbondioksida,
serta suplay darah yang mencukupi untuk kuatnya kontraksi otot tersebut.
menyebabkan menumpuknya zat kelelahan (asam laktat dan karbondioksida) yang dapat
merugikan atlet, karena akan meningkat kadar keasaman cairan tubuh, sehingga
mekanisme kontraksi otot akan terganggu atau macet. Fenomena ini sring juga dikelan
dengan istilah kram otot, yang salah satunya terjadi karena cairan tubuh terlalu asam.
dilakukan. Oleh karena itu, semakin meningkat kualitas ES I maka semakin mampu tubuh
melakukan beban pekerjaan yang berat. Dalam keadaan istirahat maupun bekerja, tubuh
tetap memerlukan olahdaya anaerobik maupun aerobik. Oleh karena itu, konsep ini
menjadi dasar pemikiran kita semua, bahwa sebenarnya tidak ada aktivitas fisik yang
57
murni disuplay dari salah satu olahdaya tersebut. Begitu pula untuk konsep pembagian
olahraga dari sudut pandang olahdaya, tidak ada satu jenispun olahraga yang murni
sebagai olahraga aerobik maupun olahraga anaerobik. Artinya yang adalah jenis olahraga
Olahraga aerobik bila dalam penampilannya minimal 70% dari seluruh energi
yang digunakan disediakan melalui olahdaya aerobik. Artinya, maksimal hanya 30%
olahdaya anaerobik yang tidak terliput olahdaya aerobik dan akan terliput pada saat
pemulihan. Karakteristik lain dari olahraga aerobik lebih dominan menggunakan tipe otot
merah atau otot lambat, intensitas rendah, dan waktu relatif lama. contoh olahraganya
Olahraga anaerobik bila penampilannya minimal 70% dari seluruh energi yang
olahdaya anaerob yang terliput oleh olahdaya aerob. Olahraga anaerobik lebih melibatkan
tipe otot cepat atau putih, waktu pelaksanaan relatif sangat cepatm dan mudah terjadi
Kegiatan olahraga yang kita lakukan dengan waktu yang relatif lama, pada suatu
saat akan mengakibatkan otot-otot tubuh tidak mampu lagi untuk bekerja (berkontraksi).
Biasanya kita mengatakan otot tersebut mengalami kram. Anggapan tersebut tidak
seluruhnya benar. Oleh karena itu, kita harus mengetahui mengapa otot tidak mampu
berkontraksi?. Seluruh rangkaian gerakan yang kita lakukan pada dasarnya secara
58
anaerobik karena adanya kontraksi otot dan secara aerobik karena adanya daya dukung
1. Sistem saraf, yaitu saraf tidak mampu mengirim impuls (rangsang yang telah diolah
oleh akhiran saraf/post sinaptik yang kaya dengan neurotransmitter achetyl cholin) ke
3. Mekanisme kontraksi otot yang tidak dapat mengeluarkan energi karena faktor
4. Sistem saraf pusat khususnya pada tingkatan pengaturan gerak kasar (sumsum tulang
Ke empat teori tersebut berupaya untuk menjelaskan mengapa otot tidak mampu
istilah kelelehan. Pada umumnya kelelahan pada kegiatan olahraga terjadi karena adanya
karena susunan saraf pusat tidak mampu melaksanakan fungsi integrasi. Oleh karena itu,
daya ledak otot, dan dilakukan dengan intensitas yang berubah-ubah. Oleh karena itu
kelelahan ini banyak terjadi pada tipe serabut otot cepat. Kepayahan ini terjadi karena
kekurangan zat neurotransmitter (achetyl cholin) yang dikeluarkan oleh pre sinaptik dan
post sinaptik yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls ke dalam serabut otot
yang berkontraksi. Jenis kepayahan ini sering terjadi pada atlet cabang olahraga
permainan seperti: basket, sepak bola, dan beberapa nomor lari dalam atletik.
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: menurunnya jumlah cadangan energi ATP-PC,
cadangan energi utama bagi kontraksi otot (ATP dan PC) biasanya terjadi pada latihan
berat yang kurang mendapat suplay oksigen. Namun demikian, bila sudah mendapat
sedikit oksigen dalam waktu 2 menit kadar ATP yang hilang sampai 15% sudah
meningkat kembali ke kondisi awal sekitar 76%. Terlebih lagi bila atlet segera
pada cabang olahraga yang dilakukan dalam waktu lama atau pada olahraga yang
ataupun basket). Menurunnya jumlah cadangan glikogen pada situasi ini akan
menyebabkan menurunnya koordinasi otot dan saraf atau biasa dikenal dengan sebutan
Bonking. Koordinasi saraf dan otot menjadi tidak teratur, oleh karena glikogen di dalam
serabut otot tidak dapat diresintesis menjadi energi dalam bentuk ATP dan tidak dapat
dipindahkan ke lain otot yang tidak aktif. Misalnya bila kehabisan glikogen pada serabut
otot tangan, maka tidak dapat diganti dari cadangan glikogen yang berasal dari daerah
kaki. Dalam upayanya untuk meresintesis glikogen otot, maka dosis kegiatan olahraga
tersebut harus dikurangi, sehingga suplay oksigen ke sekelompok otot yang aktif akan
bertambah. Hal ini disadari bahwa, bila dosis olahraga menurun, maka vaskulerisasi
pembuluh darah akan meningkat, dan pasokan darah yang kaya dengan oksigen ke
Kelelahan otot yang disebabkan karena meningkatnya akumulasi asam laktat, ini
sudah sangat diyakini sejak lama. Penumpukan asam laktat ini sering menimbulkan rasa
sakit atau biasa yang disebut kram. Rasa sakit ini biasanya terjadi pada serabut otot tipe
tingkat keasaman cairan tubuh karena konsentrasi zat hidrogen meningkat). Bila keadaan
ini berlangsung lama dan tidak segera mendapat oksigen, maka mekanisme kontraksi
otot tidak berlangsung. Oleh karena ion hidrogen dapat menghambat kerja enzim-enzim
ATP-ase dan miokinase tidak berfungsi. Oleh karena itu sangat dianjurkan setelah
61
melakukan olahraga berat, pelaku harus melakukan beberapa hal yang dapat membantu
1. Outomassage pada bagian tubuh yang sangat dominan digunakan untuk aktivitas
3. Mengkonsumsi minuman yang kaya dengan glukosa dan garam serta makanan
Walaupun teori yang mengkaji kepayahan oleh karena susunan saraf pusat belum
begitu jelas, namun muncul pendapat bahwa kepayahan ini disebabkan karena gangguan
lokal yang dikirim ke saraf pusat dari susunan saraf penerima (sensorik) dan gangguan
otak dalam menghantarkan perintah motorik kepada serabut otot yang aktif, sehingga
Pulih asal berarti kembalinya fungsi alat-alat tubuh ke kondisi semula sebelum
melakukan pekerjaan. Mekanisme pulih asal ini sangat erat dengan keberadaan
Pada dasarnya untuk pemulihan energi dalam otot memerlukan waktu. Oleh
karena itu, bentuk latihan fisik yang dilakukan juga bertujuan untuk menyediakan dan
meningkatkan cadangan energi yang ada di dalam otot sesuai dengan energi predominan
yang dibutuhkan untuk cabang olahraga tersebut. Berkaitan dengan hal itu, sangat
penting kiranya bagi seorang atlet dan pelatih untuk mengetahui apa dan bagaimana cara
mengantisipasi hal itu. Dalam hal ini akan dibahas tentang pemulihan cadangan energi,
pembuangan asam laktat darah dari otot dan pemulihan cadangan oksigen.
Kita sudah mengetahui secara pasti bahwa sistem penyediaan energi itu ada tiga
macam secara garis besarnya. Yaitu sistem energi pre-dominan anaerobik, sistem energi
pre-dominan aerobik, dan kombinasi antar keduanya. Hal inipun secara langsung
dominan anaerobik, atau kombinasi antar keduanya. Karakteristik yang dominan dari
cabang olahraga dominan anaerobik adalah cabang olahraga tersebut dilakukan dalam
cepat. Olahraga dominan aerobik berkarakteristik dengan waktu yang relatif lama dengan
pengerahan energi secara efisien dari berbagai sistem fisiologik, dan olahraga gabungan
yang didasarkan pada pengerahan energi yang efisien dari sistem fisiologik. Namun
demikian pada prakteknya sistem penyediaan energi bila dikaitan dengan durasi untuk
berlangsungnya aktivitas fisik tersebut, masih dibagi-bagi lagi dalam 5 zona penyediaan
energi. Lima (5) zona yang dimaksud seperti yang tercantum pada Tabel 3.1 berikut ini.
63
Tabel 3.3 Zona Penyediaan Energi dikaitakn dengan Intensitas Latihan Fisik
AL
3 1-6 menit Sub-maksimum LA+ AEROBIK 70 (40-30) 30 (60-70)
4 6-30 menit Menengah AEROBIK (40-30)-10 (60-70)-90
5 Di atas 30 Ringan/rendah AEROBIK 5 95
menit
Sumber energi anaerobic yang utama dipasok dari ATP-PC yang tersedia di dalam
otot dan merupakan energi siap pakai dalam beberapa detik saja. ATP (adenosin tri
phospat) merupakan sumber energi utama yang dapat digunakan secara langsung oleh
cepat. Oleh karena itu cadangan energi anaerobic yang dapat diganti dalam fase
pemulihan dilakukan melalui sistem ATP-PC dan glikogen yang terdapat di dalam hati
dan otot. Cadangan ATP-PC dalam otot sangat terbatas dan sedikit, sehingga habis dalam
beberapa detik saja. Di seluruh tubuh terdapat hanya 570-690 mM ATP-PC dengan
jumlah kalori 5,7-6,9 Kcal. Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan ATP-PC paling
tidak 30 detik sebanyak 70% dari jumlah semula telah terbentuk kembali dan dalam
waktu 3-5 menit sudah pulih sempurna. Bentuk-bentuk gerakan aktif (istirahat yang aktif)
Olahraga yang dominan aerobik dan dilakukan dalam jangka waktu relatif lama
dan olahraga dengan intensitas berubah-ubah dan melelahkan akan sangat menguras
64
cadangan glikogen otot dan hati. Untuk mempercepat terjadinya pemulihan cadangan
glikogen otot dan hati memerlukan penatalaksanaan yang lebih rumit. Hal-hal itu
berkaitan dengan:
a. Berilah konsumsi cairan dan makanan yang kaya akan glukosa atau sukrosa setelah
b. Lakukan istirahat yang pasif selama beberapa waktu setelah selesai bertanding atau
c. Berilah diet makanan tinggi karbohidrat dan es krim atau juice buah-buahan yang
kaya akan vitamin C dan kalsium. Hal ini akan mempecepat pemulihan cadangan
glikogen hati.
dalam waktu 2 jam akan memulihkan cadangan glikogen sebanyak 40%, 5-10 jam
memulihkan cadangan glikogen sebanyak 60% dari jumlah semula., sedangkan setelah
e. Untuk cabang olahraga yang simultan dan dominan aerobik (dominan daya tahan)
membutuhkan waktu pulih asal yang lebih lama yaitu sekitar 10 jam untuk mencapai
cadangan sebanyak 60%, sedangkan untuk pulih 100% membutuhkan waktu 46-48 jam
(2 hari).
Terbentuknya asam laktat sangat erat kaitannya dengan intensitas dan macam
olahraga yang dilakukan. Semakin bertambah berat intensitas olahraga akan semakin
65
besar pula pembentukan asam laktat di dalam darah dan otot. Olahraga yang dilakukan
dengan intensitas sub maksimal (60% dari DNM) akan mempercepat terbentuknya asam
laktat. Asam laktat yang terbentuk selama latihan dengan otomatis akan dibuang melalui
keringat (bila pengaturan cairan tubuh oleh ginjal berjalan baik) dan melalui urine setelah
latihan. Lebih lanjut Bompa (1994) mengungkapkan bahwa terbentuknya asam laktat,
dimulai dari zona intensitas medium dan semakin meningkat bila mencapai zona
intensitas maksimum. Zona pencapaian intensitas dengan indikator jumlah denyut nadi,
Tabel 3.4 Zona pencapaian Intensitas yang Didasarkan pada Denyut Nadi
Untuk segera menurunkan kadar asam laktat di dalam darah dan otot setelah
latihan, lakukan istirahat aktif dan kontinyu. Hal ini didasarkan bahwa asam laktat akan
diubah kembali menjadi glikogen di hati (20% dari yang terbentuk) bila suplay oksigen
mencukupi. Pemulihan asam laktat memerlukan waktu minimal 25-60 menit setelah
berolahraga. Indikator bahwa asam laktat telah terurai kembali menjadi energi, apabila
kita merasakan tubuh kita segar dan tidak lelah setelah berolahraga.
Oksigen yang tersedia di dalam tubuh simpanannya sangat kecil sekali (hanya
yang terikat oleh Hb dan dalam ruang alveolar). Namun demikian keadaan ini menjadi
66
sangat penting pada saat berolahraga, terutama olahraga yang terputus-putus, karena
oksigen tersebut digunakan selama periode kerja dan diisi kembali sewaktu istirahat.
Oksigen bersenyawa dengan mioglobin otot dan tersimpan sekitar 11,2 ml/kg otot.
Fase pemulihan cadangan oksigen otot memerlukan waktu sekitar 10-15 menit. Pemulihan
oksigen terjadi secara cepat (rapid recovery) melalui proses alaktasid, artinya pemulihan
oksigen tidak tergantung pada proses pembuangan asam laktat otot dan darah, tetapi
proses tersebut ditujukan untuk merestorasi cadangan fosfagen otot. Selanjutnya diikuti
pemulihan secara lambat (low recovery) berkaitan dengan proses laktasid, artinya
pemulihan oksigen tergantung dari pembuangan asam laktat dari otot dan darah sewaktu
Sebagai kesimpulan dari macam proses pemulihan di dalam tubuh, dapat disimak
waktu pemulihan yang dianjurkan setelah latihan yang melelahkan, sampai menguras
Tabel 3.5 Waktu pemulihan yang dibutuhkan tubuh sesuai dengan sistem energi
tidak lengkap bila kita tidak mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi waktu pulih
67
asal seseorang. Proses pemulihan itu sendiri terjadi sangat multi-dimensional dan
dipengaruhi banyak factor. Oleh karena itu seorang guru penjas dan pelatih, harus
1. Usia, atlet yang masih muda dan remaja, membutuhkan pemulihan dalam jangka
yang relatif lebih cepat, semakin mendekati usia dewasa, akan membutuhkan waktu
mengendalikan stress fisik dan psikis, sehingga pemulihan relatif lebih cepat daripada
3. Tingkatan berat ringannya latihan fisik. Latihan berat dan padat, akan
4. Jenis kelamin laki-laki dan wanita berbeda dalam pemulihan. Proses pemulihan
pada wanita terjadi dengan cara yang lebih lambat, sementara laki-laki terjadi lebih
cepat.
pemulihan.
Teknik untuk mencapai pemulihan yang optimal dalam jangka waktu yang relatif
lebih pendekpun, penting dikuasai oleh penjas dan pelatih. Teknik pemulihan dipandang
68
dari cara proses dan fasilitasnya, dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: teknik pemulihan
Teknik pemulihan alamiah artinya upaya untuk mencapai pemulihan dengan cara
yang biasa terjadi secara siklik dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Teknik tersebut
adalah:
a. Tidur, ini merupakan bentuk dari istirahat pasif yang sangat bermanfaar bagi
pemulihan fisiologik, cadangan energi, dan stress psikologik. Tidur yang dianjurkan
dalam posisi kepala tidak menggunakan bantalan, suasana redup (bukan gelap), dan
bila perlu lakukan dulu massage ringan, sehingga otot menjadi jauh lebih rileks.
Waktu yang baik untuk pemulihan kualitas seluruh sistem tubuh dan mental, paling
b. Kinoterapi, merupakan bentuk dari istirahat aktif, dan sangat cocok bila seorang
atlet dalam keadaan tegang karena pengaruh emosional. Cara yang terbaik dari
kinoterapi adalah berenang atau sekedar berendam dalam air hangat atau dingin
c. Pola hidup, sangat erat dengan kondisi keluarga dan teman sekelompok atau
teman bermain, dan atmosfir tim. Kekompokan dan saling pengertian dalam tim akan
sangat membantu seseorang terlepas dari ketegangan dan kepayahan yang berlebih.
Kondisi ini akan membawa kesenangan dan kepuasan. Oleh karena itu mencari angin
segar dan berekreasipun bagi atlet dan pelatih sama pentingnya dengan berlatih.
tubuh setelah melakukan olahraga berat atau latihan fisik yang melelahkan. Teknik ini
tersebut adalah:
a. Massage, dapat dilakukan dengan manuver spesifik baik dengan cara manual,
mekanikal, atau elektrikal. Secara manual biasanya dilakukan oleh seorang masseur
sistem otot yang tegang, mengeliminir substansi racun dari jaringan tubuh,
Lakukan massage dalam jangka waktu 15-20 menit sebelum berlatih, berendam
sauna sekitar 20-30 menit, dan pijat dalam waktu 30-60 menit.
bagian tubuh yang dominan digunakan pada saat beraktivitas. Efeknya peredaran
darah akan menjadi lancar dan pembentukan cadangan energi akan lebih cepat,
karena suplay oksigen ke jaringan semakin banyak. Ultrasound, sangat tepat untuk
menurunkan suhu tubuh yang berlebihan, menghilangkan rasa nyeri pada tendon
dan ligamen, dan sebagai antiimflamasi pada jejas karena traumatic yang berskala
c. Balneo terapi. Teknik terapi ini didasarkan pada konsep propilaktik. Media dari
teknik ini adalah penggunaan air sebagai bahan terapi. Teknik terapi ini sangat tepat
untuk sistem saraf dan sistem endokrin. Misalnya saja mandi dengan cara shower air
panas (38-420C ) selama 8-10 menit, berendam di air panas (36-40 0 C) selama 10-20
70
menit akan sangat membantu relaksasi sirkulasi darah dan otot. Sementara itu
termoterapi dengan suhu (40-800C) sangat baik untuk terjadinya vasodilatasi dan
oksigen. Oksigenoterapi dilakukan atas dasar bahwa tubuh pada saat melakukan
aktivitas berat dan lama, sangat dimungkinkan untuk menghutang oksigen, karena
ketersediaan oksigen dalam darah dan jaringan tidak mencukupi kebutuhan aktivitas
jaringan. Oleh karena itu, setelah latihan berat, dapat saja atlet diberikan konsumsi
oksigen secara eksternal, sehingga penyingkiran racun dari darah dan otot menjadi
maksimal.
melakukan aktivitas berat, refleks tubuh sedemikian padat, sehingga butuh waktu
untuk membuat rileks sistem refleks tubuh. Salah satunya adalah dengan teknik
pesimistis, dan kondisi yang depresi karena beban latihan atau bertanding yang
f. Khemoterapi. Teknik ini didasarkan pada zat-zat gizi yang berperan dalam
memepercepat reaksi oksidasi bahan makanan. Vitamin yang dibutuhkan adalah: Vit
B, untuk katalisator, vit H, D2, dan E, untuk penghancur zat-zat kelelahan, anemia,
dan metabolisme otot. Untuk lebih rinci dianjurkan hal-hal sebagai berikut:
71
f.1. Untuk olahraga yang berdurasi pendek di atas 60 detik (anaerobik), maka diberikan
vitamin B12 5 mg, vit B2 10 mg, garam 200 mg, kalsium 75 mg, magnesium 250 mg, zat
f.2 Untuk olahraga yang berdurasi panjang, diberikan vitamin B12 10 mg, vit B2 20 mg,
garam 500 mg, kalsium 75 mg, magnesium 250 mg, zat besi 3.5 mg, dan glikokol 200
sistem saraf pusat. Hal ini sangat difahami bahwa, selama berlatih apalagi dalam keadaan
bertanding, kondisi psikologis atlet sedemikian tertekan. Oleh karena itu seorang pelatih
atau guru penjas harus mampu membangkitkan motivasi, pengertian, dan cara mengatasi
tekanan mental pada atlet, sehingga atlet mampu melakukan “self-suggestion”. Dengan
kemampuan tersebut, atlet dapat mengantisipasi beban fisik dan psikis pada saat berlatih
dan bertanding.