Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners

Disusun Oleh :
1. Guci Niken Mustikasari, S.Kep 40221025
2. Hanan Agustin, S.Kep 40221026
3. Maulidiyatul Aisyah Dini P, S.Kep 40221031
4. Nadya Dwi Siswanti, S. Kep 40221032
5. Reda Ayu Saraswati, S.Kep 40221038
6. Rokhimahtul Fayyadhah, S.Kep 40221039
7. Timing Dwi Noer Setyo, S.Kep 40221044

PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Down Syndrome


Sub Pokok Bahasan :
- Menjelaskan tentang Down Syndrome
- Menyebutkan Klasifikasi Down Syndrome
- Menyebutkan penyebab Down Syndrome
- Menyebutkan tanda dan gejala Down Syndrome
- Menjelaskan karakteristik Down Syndrome
- Menjelaskan tentang komplikasi Down Syndrome
Sasaran : Pasien Di Poli Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
Waktu : 10.00 WIB
Hari/tanggal : Selasa, 4 Januari 2022
Tempat : RSJ MENUR
Pelaksana : Mahasiswa Profesi Ners

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :


Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 jam tentang Down Syndrome,
diharapkan Peserta mampu memahami dan mengerti tentang Down
Syndrome.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :


Setelah diberikan penyuluhan selama selama 1 jam tentangDown Syndrome,
diharapkan seluruh peserta dapat :
1. Menjelaskan tentang Down Syndrome
2. Menyebutkan Klasifikasi Down Syndrome
3. Menyebutkan penyebab Down Syndrome
4. Menyebutkan tanda dan gejala Down Syndrome
5. Menjelaskan karakteristik Down Syndrome
6. Menjelaskan tentang komplikasi Down Syndrome
III. MATERI
Down Syndrome
IV. PENGORGANISASIAN
a. Penanggung jawab : Timing Dwi Noer Setyo
b. Moderator : Hanan Agustin
c. Penyaji : Guci Niken Mustikasari
d. Notulen : Maulidiyatul Aisyah Dini
e. Fasilitator : Nadya Dwi Siswanti
Reda Ayu Saraswati
f. Dokumentasi : Rokhimahtul Fayyadhah

V. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode
1. Pembukaan 1. Mengucapkan 1. Menjawab
salam salam
2. Memperkenalkan 2. Memerhati
diri kan
3. Menyampaikan penjelasan
tentang tujuan
pokok materi
4. Menyampaikan
pokok
pembahasan
5. Kontrak waktu

2. Pelaksanaan 1. Penyampaian 1. Memperhat Leaflet


materi ikan
2. Menjelaskan penjelasan
tentang Down 2. Mengajuka
Syndrome n
3. Menyebutkan pertanyaan
tanda dan gejala tentang
Down Syndrome materi
4. Menyebutkan yang
penyebab Down kurang
Syndrome dipahami
5. Menjelaskan
tentang
penatalaksanaan
Down Syndrome
6. Menejelaskan
tentang
komplikasi
Down Syndrome
7. Tanya jawab

3. Penutup 1. Melakukan 1. Menjawab


evaluasi salam
2. Menyampaikan
kesimpulan
materi
3. Mengakhiri
pertemuan dan
salam

VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VII. MEDIA DAN SUMBER


Media : Leaflet
Sumber : Internet, Jurnal

VIII. EVALUASI
a. Standart persiapan
1. Menyiapkan materi penyuluhan
2. Menyiapakan Leaflet
b. Standart proses
1. Membaca materi tentang Down Syndrome
2. Memberi penyuluhsn tentang Down Syndrome

c. Evaluasi Hasil
Diharapkan Peserta mampu :
1. Mengetahui tentang pengertian Down Syndome
2. Mengetahui tentang tanda dan gejala Down Syndome
3. Mengetahui tentang penyebab Down Syndome
4. Mengetahui tentang Klasifikasi Down Syndome
5. Mengetahui tentang komplikasi Down Syndome

MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN
Down Syndrome Istilah Down syndrome pertama kali diperkenalkan oleh
Dokter berkewarganegaraan dari Inggris, yaitu Dr. John Langdon Down pada
tahun 1866. Down Syndrome atau Sindrom Down merupakan kelainan
genetik disebabkan olehkelebihan kromosom 21 yang memiliki tiga
kromosom (trisomi 21). Kelebihan kromosom pada penderita Down
Syndrome mengubah keseimbangan genetik tubuh dan mengakibatkan
perubahan karakteristik fisik dan kemampuan intelektual, serta gangguan
dalam fungsi fisiologi tubuh. Down Syndrome terjadi sekitar 1 dari 700
kelahiran bayi dan lebih sering terjadi pada ibu hamil berusia di atas 35 tahun
(Pienaar, 2012; Abdullah, 2016).

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Mangungsong (2014:131-134), bahwa anak down
syndrome memiliki IQ yang berkisar antara mild dan moderate mental
retardation.
1. Mild Mental Retardation/ringan
mereka juga tidak memperlihatkan kelainan fisik yang mencolok
dalam segi pendidikan mereka termasuk yang bisa di didik di sekolah
umum, meskipun hasilnya sedikit rendah dibanding anak-anak normal
pada umumnya, rentang perhatian pendek sehingga sulit
berkonsentrasi dalam jangka waktu lama
2. Moderate Mental Retardation/menengah
pada tingkatan ini dapat dilatih untuk beberapa keterampilan
tertentu, seperti membaca dan menulis sederhana. Mereka memiliki
kekurangan dalam kemampuan mengingat, bahasa, konseptual,
perseptual, dan kreativitas, sehingga perlu diberikan tugas yang lebih
ringan, memiliki koordinasi fisik yang buruk dan mengalami masalah
situasi sosial.
3. Severe Mental Retardation/berat
pada tingkatan ini mereka membutuhkan perlindungan dan
pengawasan yang lebih teliti, pelayanan, dan pemeliharaan yang terus
menerus karena mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri tanpa
bantuan dari orang lain.
4. Profound Mental Retardation/parah.
Pada tingkat ini mereka memiliki problem yang serius, baik itu
menyangkut fisik, intelegensi, serta program pendidikan yang tepat
bagi mereka. Pada umumnya mereka memperlihatkan kerusakan pada
otak serta kelainan fisik yang nyata, seperti hydrocephal, mongoloism,
dan sebagainya. Mereka dapat makan dan berjalan sendiri, namun
kemampuan berbicara dan berbahasa mereka sangat rendah, begitupun
dalam berinteraksi sangat terbatas. Mereka juga sangat kurang dalam
penyesuaian diri, tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain,
sehingga membutuhkan bantuan pelayanan medis yang baik dan
intensif.

C. ETIOLOGI (PENYEBAB)
Down Syndrome Secara umum etiologi Down Syndrome merupakan kelainan
kromosom yang disebabkan oleh genetik, umur ibu dan ayah, radiasi, infeksi, dan
autoimun. Berdasarkan patogenesis dari Down Syndrome disebabkan oleh
kelainan genetik yang terjadi pada lebih dari 350 gen ekstra kromosom 21 yang
menyebabkan gambaran karakteristik fenotipe khas Down syndrome (Kliegman et
al, 2017).Terdapat tiga tipe kelainan kromosom sebagai penyebab Down
Syndrome:
1. Tipe trisomi 21 reguler atau biasa disebut non-Disjuction yang merupakan
kasus terbesar padakelainan Down Syndrome (95%). Penderita Down Syndrome
memiliki 3 salinan kromosom 21, dimana yang normal seharusnya 2 salinan,
sehingga menghasilkan 47 pasang kromosom. Ada juga yang berpendapat pada
seluruh sel tubuh terjadi akibat kegagalan pemisahan kromosom saat oosis
bermeiosis.
2. Tipe translokasi (3-4%), yang terjadi bila sebagian atau seluruh kromosom
ekstra 21 menempel (translokasi) pada kromosom lain (13,14,15,22). Penderita
Down Syndrome mempunyai pasangan kromosom yang normal yaitu 46 pasang
kromosom.
3. Tipe mosaik (1-2%). Penderita Down Syndrome tidak terjadi pemisahan pada
tahap divisi sel, sehingga beberapa sel mempunyai pasangan kromosom yang
normal yaitu 46 pasangan kromosom dan beberapa sel lain mempunyai 47
pasangan kromosom (dengan jumlah kromosom 21 yang berlebih). Manifestasi
klinis pada penderita Down Syndrome ini tidak begitu parah dibanding dua tipe
lainnya (Bell et al, 2012).

D. MANIFESTASI KLINIS
Penderita sindrom Down akan mengalami beberapa masalah kesehatan.
Masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh penderita sindrom Down adalah
sebagai berikut:
1. Kelainan otak
Anak dengan sindrom Down akan mengalami retardasi mental
ringan hingga sedang dengan rentang intelligence quotient (IQ) 50-90.
Setelah umur 6 bulan, ukuran otak pada anak sindrom Down pada
umumnya lebih kecil dari pada ukuran normal. Selain itu juga terdapat
keterlambatan myelinisasi (25%), penyempitan girus temporosuperior
(35%), penurunan korteks sel granul saraf (20-50%) dan penyusutan
ukuran batang otak dan serebelum pada sebagian besar kasus.
2. Kelainan jantung
Sekitar 40%-60% penderita sindrom Down akan mengalami
penyakit jantung bawaan dengan bentuk tersering berupa
atrioventricular septal defect (AVSD). Bentuk lain kelainan yang
terjadi adalah atrial septal defect (ASD), ventricular 11 septal defect
(VSD), dan tetralogy of Fallot (ToF). Kelainan jantung cenderung
semakin berkembang seiring berjalannya usia. Usia remaja atau
dewasa muda merupakan saat kelainan katup jantung mulai terjadi.
3. Kelainan mata
Pada 60-70% penderita sindrom Down akan mengalami kelainan
refraksi, termasuk hipermetropia yang memerlukan koreksi untuk
mencegah cacat sekunder. Kelainan mata lain juga dapat terjadi seperti
katarak kongenital, strabismus, nistagmus, keratokonus, blefaritis,
glaukoma, dan sumbatan duktus nasolakrimalis.
4. Kelainan ortopedi
Penderita sindrom Down akan lebih rentan mengalami kelainan
ortopedi berupa skoliosis, subluksasi/dislokasi panggul, pes planus,
dan metatarsus varus. Selain itu ketidak seimbangan pada sendi juga
dapat terjadi termasuk ketidak seimbangan patella dan craniovertebral.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan hipotonia, kelemahan ligamen, dan
displasia skeletal.
5. Kelainan gastrointestinal
Kelainan gastointestinal terjadi pada 10% penderita sindrom
Down. Kelainan yang terjadi dapat berupa malformasi kongenital
saluran pencernaan, termasuk atresia esofagus, duodenum, jejunum,
dan anus, serta pankreas annular. Penyakit celiac dan Hirschprung juga
umum terjadi pada penderita sindrom Down.
6. Kelainan imunologis
Anak dengan sindrom Down akan mengalami kelainan fungsi
imunologis sehingga lebih rentan mengalami infeksi virus dan bakteri
terutama infeksi saluran pernapasan.
7. Kelainan hematologi
Kelainan hematologi umum terjadi pada neonatus penderita
sindrom Down. Walaupun kelainan darah yang banyak terjadi
umumnya jinak, tetapi 1-2% kelainan tersebut dapat berkembang
menjadi leukemia. Transient myeloperative disorder (TMD) terjadi
pada sekitar 5% neonatus. Kelainan ini bersifat tidak simtomatis dan
mengalami regresi spontan pada usia 3 bulan, tetapi risiko terjadinya
leukemia akan meningkat.
8. Kelainan tiroid
Kelainan tiroid berupa hipotiroidisme umum terjadi pada 15-30%
penderita sindrom Down. Tanda dan gejala kelainan tiroid tidak
terlihat dengan jelas karena tersamarkan dan menjadi bagian dari
fenotipe sindrom Down. Hipertiroidisme walaupun lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan hipotiroid, tetapi frekuensi kejadiannya
meningkat pada penderita sindrom Down dibandingkan populasi
normal yaitu 0,12-1,6% atau 28 kali lebih besar dari populasi normal.
9. Kelainan pendengaran
Sebanyak 50-75% anak dengan sindrom Down akan mengalami
gangguan pendengaran, baik tipe conductive hearing loss (CHL)
maupun sensorineural hering loss (SNHL). Kelainan pendengaran tipe
CHL pada umumnya disebabkan oleh karena otitis media efusi (OME).
Penelitian yang dilakukan Barr menunjukkan 13 prevalensi OME pada
tahun pertama adalah 93% sedangkan pada tahun kelima sebesar 68%
pada anak sindrom Down.25 Kelainan SNHL memiliki onset lebih
lama, mengenai frekuensi tinggi, dan prevalensinya meningkat dengan
usia.

E. KARAKTERISTIK
Menurut Selikowitz dalam Romadheny (2016:70-71) karakteristik
yang muncul pada anak down syndrome bervariasi, mulai dari yang tidak
nampak sama sekali, tampak minimal, hingga muncul tanda yang khas.
Ciri-ciri down syndrome yang tampak khas yaitu ciri fisiknya yang dapat
diamati antara lain:
1. Kepala dan Wajah.
penampilan fisik dari kepala yang relatif lebih kecil dari normal
(microchepaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar dengan
paras wajah yang mirip seperti orang mongol, hidung, sela hidung datar
dan pangkal hidung pesek, telinga, lebih rendah dan leher agak pendek dan
lebar, mata, jarak antara dua mata jauh dengan 100 mata sipit dengan
sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthol folds) sebesar 80%.
mulut, ukuran mulutnya kecil, tetapi ukuran lidah besar dan menyebabkan
lidah selalu menjulur (macroglossia) dengan pertumbuhan gigi yang
lambat dan tidak teratur dan down syndrome mengalami gangguan
mengunyah, menelan dan bicara, Rambut anak down syndrome biasanya
lemas dan lurus.
2. Kulit
anak down syndrome memiliki kulit lembut, kering dan tipis.
Sementara itu, lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatologlyhics).
3. Tangan dan kaki
memiliki tangan yang pendek, jarak antara ruas-ruas jarinya
pendek, mempunyai jari-jari yang pendek dan jari kelingking
membengkok ke dalam, tapak tangan biasanya hanya terdapat satu garisan
urat dinamakan “simian crease”, kaki agak pendek dan jarak antara ibu jari
kaki dan jari kaki keduanya agak jauh terpisah.
4. Otot dan tulang
otot down syndrome lemah sehingga mereka menjadi agak lemah
untuk menghadapi masalah dalam perkembangan motorik kasar. Masalah
yang berkaitan seperti masalah kelainan organ terutama jantung dan usus.
Tulangtulang kecil dibagian leher tidak stabil sehingga menyebabkan
berlakunya penyakit lumpuh (atlantaoxial instability). Selain ciri-ciri fisik
yang nampak, anak down syndrome juga memiliki tanda-tanda yang tidak
nampak atau penyakit penyerta lainnya.
Dalam Potads (2019:26-31), penyakit jantung kongenital sering
ditemukan pada down syndrome dengan prevelensi 40-50%, juga
gangguan pendengaran dan penglihatan. Dalam Rahmatunnisa (2017:231-
232), 70-80% anak dengan down syndrome memiliki gangguan
pendengaran karena memiliki rongga hidung kecil, yang membuat lebih
sulit bagi mereka untuk melawan flu dan infeksi, serta sering mengalami
gangguan penglihatan atau katarak. Beberapa kasus, terutama yang disertai
kelainan kongenital yang berat lainnya, akan terjadi gangguan
pertumbuhan pada masa bayi/prasekolah. Sebaliknya ada juga kasus justru
terjadinya obesitas pada masa remaja atau setengah dewasa.
Dalam Rohmadheny (2016:68-69) Penyandang down syndrome
mempunyai risiko tinggi mendapat Leukimia (Leukimia Limfoblastik akut
dan Leukemia Myeloid), penyandang down syndrome mempunya risiko
12 kali lebih tinggi dibandingkan orang normal untuk mendapat infeksi
karena mereka mempunyai respons sistem imun yang rendah,
diperikirakan sekitar 18-38% anak down syndrome risiko mendapat
gangguan psikis. Masalah perkembangan belajar anak down syndrome
secara keseluruhan mengalami keterbelakangan perkembangan dan
kelemahan akal, karena anak down syndrome memiliki IQ rata-rata 35-50.
Pada tahap awal perkembangannya, mereka mengalami masalah dalam
semua aspek perkembangan, yaitu lambat untuk berjalan, mengalami
gangguan mengunyah, menelan dan berbicara, anak down syndrome juga
memiliki keterlambatan purbertas. Pada saat berusia 30 tahun, mereka
kemungkinan dapat mengalami demensia (hilang ingatan, penurunan
kecerdasan dan perubahan kepribadian).

F. CIRI-CIRI DOWN SYNDROME


Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya
penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari
normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada
bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil 5 dan
lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan
sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada
bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jarijarinya serta
jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.
Tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar
menyerupai orang Mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid.
Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).
Anak-anak dengan down syndrome menderita berbagai defisit dalam belajar
dan perkembangan. Mereka cenderung tidak terkoordinasi dan kurang memiliki
tekanan otot yang cukup sehingga sulit bagi mereka untuk melakukan tugas-tugas
fisik dan terlibat dalam aktivitas bermain seperti anak-anak lain. Anakanak ini
mengalami defisit memori, khususnya untuk informasi yang ditampilkan secara
verbal, sehingga sulit untuk belajar di sekolah. Mereka juga mengalami kesulitan
mengikuti instruksi dari guru dan mengekspresikan pemikiran atau kebutuhan
mereka dengan jelas secara verbal. Disamping kesulitan-kesulitan tersebut,
sebagian besar dapat belajar membaca, menulis, dan mengerjakan tugastugas
aritmatika sederhana bila mereka menerima pendidikan yang tepat dan dukungan
yang baik (Nevid, dkk., 2013).

G. KOMPLIKASI
Penderita Down Syndrome berpotensi mengalami komplikasi,
bahkan seirin bertambahnya usia, risiko ini dapat menjadi semakin tinggi
pula. Komplikasi yang dapat terjadi, meliputi :
1. Cacat Jantung
Sekitar setengah dari anak-anak yang menderita Down Sindrome
dilahirkan dengan berbagai jenis kelainan jantung bawaan. Masalah –
masalah jantung ini dapat mengancam jiwa dan mungkin memerlukan
pembedahan pada masa awal setelah dilahirkan
2. Kelainan saluran pencenaan
Sebagian anak dengan down sindrome ditemukan memiliki
kelainan pada saluran pencernaa mereka. Kondisi ini juga bisa disebut
sebagai gastrointestional (GI). Kelainan bisa terjadi pada usus,
kerongkongan, trakea atau juga anus. Akibat kelainan tersebut risiko
muncunya penyakit lain bisa lebih tinggi. Mulai dari penyumbatan saluran
pencernaan, heartburn (gastroesophageal reflux), dan peyakit celiac
(autoimun).
3. Kegemukan
Para penderita down syndrome memiliki kecenderungan lebih
besar untuk mengalami obesitas dibandingkan dengan populasi umum.
4. Masalah pada tulang belakang
Beberapa penderita down syndrome memiliki ketidakstabilan pada
dua tulang teratas dibagian leher. Kondisi ini juga disebut sebagai
atlantoaxial instability. Kondisi tersebut membuat mereka lebih beresiko
terkena cidera serius pada sumsum tulang belakang.
5. Leukimia
Anak – anak dengan penyakit down syndrome memiliki risiko
lebih tinggi terkena leukimia atau kanker darah
6. Demensia
Penderita down syndrome memiliki risiko besar terkena demensia.
Rata – rata gejalanya akan ditunjukkan saat pendrita 50 tahun. Disamping
itu, penderita down sydrome juga berisiko terkena alzheimer. Down
syndrome juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada ogan lain.
Seperti masalah endokrin, masalah gigi, kejan, infeksi telinga, dan
gangguan pendengaran dan penglihatan
7. Gangguan pada sistem kekebalan tubuh
Para penderita down syndrome memiliki gangguan kekebalan
tubuh sejak awal. Sehingga mereka lebih berisiko terkena penyakit lain
seperti auto imun, beragam jenis kanker, penyakit menular, seperti
pneumonia.
8. Sleep apnea atau gangguan tidur
Sleep apnea adalah kondisi serius terkait pernapasan yang sering
terhenti saat tidur. Pada penderita down syndrome, risiko mereka
mengalami sleep apnea lebih tinggi karena adanya perubahan kerangka
serta jaringan lunak dalam tubuh.

F. CARA PENANGANAN ANAK DENGAN DOWN SYNDROM


1. Terapi Fisik
Penanganan pertama yang perlu dilakukan adalah perawatan dengan
terapi fisik, termasuk aktivitas dan latihan. Terapi ini dapat membantu
membangun keterampilan motorik, meningkatkan kekuatan otot, serta
memperbaiki postur dan keseimbangan anak sindrom Down.
Ibu perlu tahu bahwa terapi fisik itu penting, terutama di awal
kehidupan anak. Pasalnya, kemampuan fisik menjadi dasar untuk
keterampilan lainnya. Kemampuan untuk membalik, merangkak, dan
menjangkau, dapat membantu Si Kecil belajar tentang dunia di sekitar
mereka dan bagaimana berinteraksi dengannya.
2. Terapi Bicara
Terapi bahasa dapat membantu anak dengan sindrom Down meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dan menggunakan bahasa secara lebih efektif.
Si Kecil akan sering belajar berbicara lebih lambat dari pada teman
sebayanya. Terapi bahasa bicara dapat membantu anak sindrom down
mengembangkan keterampilan awal yang diperlukan untuk berkomunikasi,
seperti meniru suara. Terapi juga dapat membantunya kamu menyusu
dengan baik, karena kegiatan menyusu dapat memperkuat otot yang
digunakan untuk berbicara.
3. Terapi Kerja
Ternyata, anak dengan gejala sindrom Down juga
memiliki keterampilan dan bisa mandiri. Nah, terapi kerja ini
akan membantunya menemukan cara untuk menyesuaikan
tugas dan kondisi sehari-hari, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Jenis terapi ini mengajarkan keterampilan perawatan diri, seperti makan,
berpakaian, menulis, dan menggunakan komputer.
4. Terapi Okupasi
Terapi ini mungkin menawarkan alat khusus yang dapat membantu
memperbaiki fungsi sehari-hari, seperti pensil yang lebih mudah
digenggam. Di tingkat SMA, terapis okupasi dapat membantu remaja
mengidentifikasi pekerjaan karir, atau keterampilan yang sesuai dengan
minat dan kekuatan mereka.
5. Pemberian Obat dan Suplemen
Beberapa orang dengan sindrom down mengonsumsi suplemen asam
amino atau obat-obatan yang memengaruhi aktivitas otak mereka. Namun,
baru-baru ini, beberapa uji klinis menunjukkan bahwa perawatan ini kurang
terkontrol dan menimbulkan berbagai efek samping. Sejak itu, obat
psikoaktif baru yang jauh lebih spesifik telah dikembangkan.
6. Perangkat Bantu
Banyak anak dengan gejala sindrom down menggunakan alat bantu
untuk meningkatkan pembelajaran atau membuat tugas mereka lebih mudah
diselesaikan. Contohnya termasuk perangkat amplifikasi untuk masalah
pendengaran, alat musik yang membantu pergerakan, pensil khusus untuk
membuat tulisan lebih mudah, komputer layar sentuh, dan komputer dengan
keyboard huruf besar.

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA


KEDIRI
PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN
Alamat : Jl. K.H Wakhid Hasyim No 65 Bandar Lor
Kota Kediri, Jawa Timur, 64114
DAFTAR PESERTA PENYULUHAN
No Nama Alamat TTD
1. 1.

2. 2.
3.
3.
4.
4.
5.
5.
6.
6.
7.
7. 8.
8. 9.

9. 10.

10. 11.
12.
11.
13.
12.
14.
13.
15.
14. 16.
15. 17.
16. 18.

17. 19.
20.
18.

19.

20.

No Nama Alamat TTD


21. 21.
22. 22.
23. 23.
24. 24.
25. 25.
26. 26.
27. 27.
28. 28.
29. 29.
30. 30.
31. 31.
32. 32.
33. 33.
34. 34.
35. 35.
36. 36.
37. 37.
38. 38.
39. 39.
40. 40.

Anda mungkin juga menyukai