Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Dosen Pengampu

Ns. Arif Rohman Mansur, M.Kep

Disusun Oleh:
Wahyuni Irwan
2211316006
Kelas RPL 2022

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Atention Defisit Hiperactivity Disorder (ADHD)


Sasaran : Anak-anak dengan ADHD
Waktu : 30 menit
Hari & Tanggal : , 2023
Tempat : Ruangan laboratorium

A. Latar Belakang
ADHD sering diterjemahkan dengan keadaan hiperaktivitas meskipun sebenarnya
hiperaktivitas merupakan gejala saja dari ADHD. Istilah hiperaktivitas digunakan untuk anak
dengan kelainan perilaku. Sebenarnya anak normal pun dalam tahap perkembangan tertentu
juga mengalami semacam hiperaktivitas tetapi istilah yang dipakai untuk anak normal adalah
overaktivitas. Gangguan hiperaktivitas adalah gangguan pada anak yang timbul pada usia
perkembangan dini dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktivitas, dan
impulsivitas. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut sampai dewasa.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan keluarga pasien dapat mengetahui dan memahami tentang
ADHD
2. Tujuan khusus
Setelah diberikan penyuluhan keluarga pasien dapat:
a. Mampu memahami pengertian ADHD
b. Mampu memahami gejala ADHD
c. Mampu memahami factor penyebab ADHD
d. Mampu memahami tipe dan gejala ADHD
e. Mampu memahami penatalaksanaan ADHD

C. Sasaran
Pasien dengan ADHD

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

E. Media
1. Leaflet

F. Materi Penyuluhan
1. Pengertian ADHD
2. Gejala ADHD
3. Factor penyebab ADHD
4. Tipe dan gejala ADHD
5. Penatalaksanaan ADHD

G. Kegiatan Penyuluhan

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


1 5 menit Pembukaan:
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari 4. Memperhatikan
penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang
akan diberikan

2 20 menit Pelaksanaan: 1. Menjawab pertanyaan


1. Bertanya kepada pasien
pengetahuannya ADHD 2. Memperhatikan
2. Menjelaskan tentang 3. Memperhatikan
pengertian ADHD 4. Bertanya dan
3. Menjelaskan tentang gejala menjawab pertanyaan
ADHD yang diajukan
4. Menjelaskan tentang factor
penyebab ADHD
5. Menjelaskan tentang tipe dan
gejala ADHD
6. Menjelaskan tentang
penatalaksanaan ADHD
7. Memberi kesempatan peserta
untuk bertanya

3 1 menit Terminasi :
1. Menanyakan kepada peserta
1. Menjawab pertanyaan
tentang materi yang telah
2. Mengucapkan salam
diberikan
2. Mengucapkan terimakasih
3. Mengucapkan salam penutup

H. Pengaturan Tempat

Keterangan gambar:

: Pemateri

: Peserta

I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta penyuluhan yang hadir di Ruang laboratorium
b. Pengaturan tempat teratur, berbentuk persegi panjang
c. Suasana tenang dan tidak ada yang mondar mandir
2. Evaluasi Proses
a. Selama proses berlangsung diharapkan semua peserta penyuluhan dapat mengikuti
seluruh kegiatan penyuluhan
b. Selama kegiatan berlangsung diharapkan audiens berperan aktif untuk bertanya
c. Selama kegiatan berlangsung diharapkan peserta penyuluhan tidak meninggalkan
tempat saat penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
a. Klien dapat menyebutkan pengertian ADHD
b. Klien dapat menyebutkan gejala ADHD
c. Klien dapat menyebutkan factor penyebab ADHD
d. Klien dapat menyebutkan tipe dan gejala ADHD
e. Klien dapat menyebutkan penatalaksanaan ADHD
Materi Penyuluhan
Atention Defisit Hiperactivity Disorder (ADHD)

A. Pengertian
Anak dengan gangguan pemusatan perhatian secara umum disebut sebagai anak hiperaktif.
Secara medis, gangguan ini dinamakan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Anak-anak yang memiliki gangguan ini sulit untuk berkonsentrasi pada satu hal dan
cenderung tidak bisa duduk diam. Mereka bertindak secara impulsif, yakni melakukan hal
sesuai dengan keinginannya tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan. Hal tersebut bisa
menjadi masalah serius, apabila anak-anak melakukan hal yang berbahaya dan melukai diri
mereka sendiri. Beberapa anak dengan gangguan ini juga kesulitan membuat hubungan
pertemanan. ADHD merupakan sindrom bawaan lahir. Anak yang lahir dari keluarga pemilik
riwayat ADHD memiliki risiko tinggi menderita gangguan ini. ADHD adalah suatu kondisi
yang dapat membuat anak sulit untuk duduk diam, memperhatikan, atau membuat keputusan
yang baik. ADHD sering dimulai pada masa kanak-kanak. ADHD dapat menyebabkan anak
mengalami kesulitan di sekolah, di rumah, atau dengan teman-temannya

B. Gejala
Gejala sering dimulai pada saat anak berusia 4 tahun dan dapat berubah seiring waktu. Anak-
anak sering terus mengalami gejala saat remaja atau dewasa.
1. Peningkatan aktivitas, juga disebut hiperaktivitas
Seorang anak mungkin mengalami kesulitan untuk duduk diam atau bermain dengan
tenang.
2. Pengambilan keputusan yang buruk
Seorang anak mungkin menyela orang lain atau melakukan sesuatu tanpa
memikirkannya terlebih dahulu.
3. Masalah memperhatikan
Seorang anak mungkin pelupa, kehilangan barang, atau kesulitan menyelesaikan proyek.
C. Faktor Penyebab
Etiologi dari ADHD masih belum jelas sampai sekarang. Menurut dugaan, terdapat
hubungan antara genetik dan faktor neurologikal yang memainkan peran penting dalam
terjadinya ADHD. Faktor etiologi lain yang dikatakan memiliki kontribusi dalam
menyebabkan ADHD adalah sebagai berikut:
1. Faktor Genetik
ADHD terkait dengan genetik karena sering terdapat dalam keluarga. Penelitian
menunjukkan bahwa 25% keluarga dekat dari anak yang menderita ADHD, juga
menderita ADHD. Penelitian pada anak kembarpun menunjukkan adanya kaitan genetik
yang kuat. Sampai saat ini belum dapat dibuktikan adanya kromosom abnormal sebagai
penyebab gangguan ini. Walaupun ADHD sangat terkait dengan faktor bawaan, namun
kemungkinan besar gangguan ini disebabkan oleh faktor heterogen.
2. Faktor Neurologik
Pengetahuan tentang struktur otak, telah membantu para peneliti untuk memahami
ADHD. Rutter berpendapat bahwa ADHD disebabkan oleh gangguan pada fungsi otak,
karena didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan adanya patologi di area prefrontal
dan/atau sagital frontal pada otak dengan predominasi pada korteks otak. Adanya
kerusakan otak merupakan risiko tinggi terjadinya gangguan jiwa, termasuk ADHD.
Kerusakan otak pada janin dan neonatal paling sering disebabkan oleh kondisi hipoksia.
Pada tahun 2002 National Institute of Mental Health di Amerika melakukan penelitian
terhadap 152 anak laki-laki dan perempuan yang menderita ADHD dibandingkan dengan
139 anak normal dengan umur yang sama. Dilakukan pemindaian (scanning) pada otak
kedua kelompok, minimal sebanyak 2 kali. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak
yang menderita ADHD mempunyai otak yang lebih kecil 3 –7% pada beberapa bagian
bila dibandingkan dengan otak anak normal.
3. Faktor Neurotransmiter
Neurotransmiter yang diperkirakan berkaitan dengan terjadinya ADHD antara lain nor-
epinefrin dan dopamine.
4. Faktor Psikososial
Faktor psikososial bukan merupakan penyebab namun dapat berpengaruh pada perjalanan
penyakit dan prognosis gangguan ini.
5. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin dari lingkungan yang dianggap sebagai penyebab ADHD antara lain:
Rokok dan alkohol Penelitian menunjukkan adanya kemungkinan hubungan antara
merokok dan minum alkohol selama kehamilan dan risiko terjadinya GPPH. Oleh karena
itu sebaiknya selama kehamilan jangan merokok atau minum alkohol. Konsentrasi timbal
(Pb) yang tinggi dalam tubuh anak prasekolah juga merupakan risiko tinggi terhadap
terjadinya ADHD. Timbal biasanya banyak terdapat pada cat, asap knalpot, bensin dll.
6. Trauma Otak
Beberapa anak yang mengalami kecelakaan dan trauma otak mungkin menunjukkan
beberapa gejala yang sama dengan perilaku penderita GPPH, namun hanya sedikit
penderita ADHD yang mempunyai riwayat trauma otak.
7. Gula dan Zat Tambahan Pada Makanan
Pada Tahun 1982 The National Institute of Health America menyatakan bahwa
pembatasan diet hanya menolong 5% dari anak penderita ADHD, umumnya hanya pada
anak yang alergi terhadap gula/zat tambahan.

D. Tipe dan Gejala


1. Tipe Hiperaktivitas-impulsif
Anak dengan tipe ini menunjukkan kelakuan yang agresif, perilaku yang aneh, tanpa rasa
bersalah atau tidak disukai, dan berprestasi buruk di sekolah. Mereka akan menunjukkan
pengendalian diri yang lemah dan impulsifvitas yang lebih besar. Anak hiperaktif lebih
berisik, kacau, berantakan, tidak tanggung jawab, dan tidak matang (Martin G.L, 2008).
2. Kurang Memperhatikan, Mudah Mengalami Gangguan
Anak-anak yang kurang perhatian yang dominan tidak acuh cenderung cemas, malu,
menarik diri dari pergaulan, agak kurang disukai, buruk dalam olahraga, dan memiliki
prestasi akademik buruk. Anak dengan tipe ini digambarkan seorang yang pemalas dan
sering tenggelam dalam pikirannya sendiri, apatis dan lesu. Ia kurang agresif, impulsif
dan hiperaktif di rumah maupun di sekolah dan lebih sedikit memiliki masalah dalam
pergaulan (Martin G.L, 2008).
3. Kombinasi
Anak pada tipe ini memiliki sebagian besar manifestasi perilaku tidak acuh, seperti
kegagalan untuk fokus dalam hal-hal detail, kesalahan-kesalahan yang ceroboh, dan
mudah terganggu oleh stimulus-stimulus luar. Selain itu anak suka menggerakkan tangan
dan kaki, tidak tahan duduk berlama-lama dan selalu sibuk, mengganggu orang lain serta
tidak sabar menunggu giliran. Perilaku-perilaku tersebut diatas sering terjadi di
lingkungan sekolah, tempat ibadah dan tempat berbelanja seperti halnya di rumah (Martin
G.L, 2008).

E. Penatalaksanaan ADHD
1. Farmakologi
Dokter dapat meresepkan obat yang berbeda untuk membantu anak memperhatikan dan
berkonsentrasi dengan lebih baik. Obat-obatan ADHD seringkali sangat efektif untuk
memperbaiki kondisi, tetapi dapat menyebabkan efek samping. Beberapa anak perlu
mencoba lebih dari 1 obat untuk mengetahui mana yang tepat untuk mereka.
2. Perawatan perilaku
Orang tua dapat memperbaiki perilaku anak dengan membuat perubahan di rumah.
Misalnya, membuat daftar periksa untuk digunakan anak setiap pagi agar mereka ingat
apa yang harus dilakukan. Atau dapat menyuruh anak menyimpan PR di tempat yang
sama agar tidak hilang.
3. Perubahan di sekolah
Guru dapat membuat perubahan di kelas untuk membantu anak-anak dengan ADHD agar
lebih baik di sekolah. Misalnya, seorang guru mungkin menuliskan apa pekerjaan
rumahnya setiap hari agar anak tidak lupa. Atau seorang guru mungkin mengizinkan
seorang anak memiliki waktu ekstra untuk menyelesaikan tugas sekolah. Orang tua perlu
bekerja sama dengan guru dan sekolah untuk membuat "rencana sekolah" yang tepat
untuk anak. Perlu diingat bahwa rencana sekolah mungkin perlu diubah seiring waktu
seiring bertambahnya usia anak atau jika gejalanya berubah.
4. Non Farmakologi
Terapi non farmakologi adalah terapi yang digunakan untuk menangani anak ADHD
tanpa menggunakan obat-obatan. Berikut ini beberapa terapi non farmakologi pada anak
ADHD menurut Tanoyo D.P (2015)
a. Terapi Konseling
Terapi konseling atau yang biasa disebut psikoterapi adalah terapi yang dilakukan
oleh seorang dokter spesialis, psikiater maupun tenaga ahli di bidangnya. Terapi ini
sangat bermanfaat karena dapat mengurangi perilaku negatif pada anak tersebut.
Namun terapi ini sangat membutuhkan biaya yang cukup tinggi karena ditangani oleh
tenaga ahli dibidangnya secara langsung.
b. Terapi Perilaku
Terapi perilaku bertujuan untuk mengurangi konflik orang tua dan anak serta
mengurangi ketidakpatuhan anak. Terapi ini dilakukan oleh orang tua dan dapat
melibatkan psikolog atau dokter spesialis tumbuh kembang anak, dan pekerja sosial.
Terapi ini juga dapat membantu menormalisasi gangguan dan membantu penderita
agar fokus pada informasi umum.
c. Stimulasi Senam Otak/ Brain Gym
Penanganan terpenting untuk ADHD adalah edukasi dan pelatihan (edu feed back).
Hal tersebut dibutuhkan bertujuan agar keluarga memahami dengan benar penyebab,
gejala dan penanganannya. Salah satu contoh edukasi yang diberikan ke keluarga dan
anak adalah dengan memberikan stimulasi senam otak (brain gym). Memberikan
stimulasi senam otak pada anak ADHA sangat bermanfaat, selain mudah dilakukan
dimana saja, penerapan stimulasi brain gym juga tidak membutuhkan biaya. Jadi,
orang tua diharapkan mampu menerapkan stimulasi tersebut kepada anaknya.

Anda mungkin juga menyukai