Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan prioritas
masalah Gangguan Pola Tidur.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan
kemampuan serta pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan
adanya kritik serta saran dari semua pihak yang membangun guna dijadikan
pedoman bagi penulis dikemudian hari.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.........................................................................................................1
C. Metoda Penulisan........................................................................................................2
D. Sistematikan Penulisan...............................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI................................................................................................................3
BAB III.................................................................................................................................32
TINJAUAN KASUS............................................................................................................32
A. Pengkajian...............................................................................................................32
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................................39
C. PERENCANAAN....................................................................................................40
D. PELAKSANAAN....................................................................................................43
E. EVALUASI..............................................................................................................46
BAB IV.................................................................................................................................48
PEMBAHASAN...................................................................................................................48
a. Pengkajian.................................................................................................................48
b. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................48
c. Perencanaan..............................................................................................................49
d. Implementasi.............................................................................................................49
ii
e. Evaluasi....................................................................................................................49
BAB V..................................................................................................................................50
PENUTUP............................................................................................................................50
A. Kesimpulan..................................................................................................................50
B. Saran............................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................51
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan
kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap
individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali
kesehatannya. Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-
ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang
berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah
tidur dan
istirahat yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi dan beraktivitas akan
menurun
serta meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003).
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan
aktivitas metabolisme tubuh menurun (Choppra, 2003), tingkat kesadaran
yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons
terhadap stimulus eksternal (Wahid, 2007).
Pola istirahat dan tidur yang biasa dari seorang dapat berubah dan
dipengaruhi
oleh penyakit yang dapat menyebabkan gangguan tidur, seperti pasien post
operasi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari asuhan keperawatan ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah Gangguan Pola Tidur.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan masalah gangguan
tidur
1
penulis mampu :
a) Melakukan pengkajian pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar
Tidur.
b) Menegakkan diagnosa pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar
Tidur.
c) Menyusun rencana keperawatan pada Ny. S dengan prioritas masalah
kebutuhan
dasar Tidur.
d) Melakukan intervensi keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang
sudah dibuat pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.
e) Melakukan evaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.
C. Metoda Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menggunakan metode penulisan
melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi ( rekam
medis)
D. Sistematikan Penulisan
Dalaam penyusunan kasus ini secara garis besar dibagi menjadi V BAB,
adapun sistematika penulisannya sebagai berikut : BAB I pendahuluan,
menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematik penulisan. BAB II tinjauan teori merupakan
konsep teoritis yang menguraikan tentang pola tidur. BAB III tinjauan kasus,
mencakup tinjauan kasus yang menguraikan tentang pengkajian , diagnose
keperawatan, perencanaan , pelaksanaan dan evaluasi.BAB IV pembahasan,
mencakup kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus
pengkajian , diagnosa, perencanaan, pelaksanaan , dan evaluasi. BAB V
Penutup , yang mencakup kesimpulan dan saran.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP TEORI KEBUTUHAN
1. DEFINISI
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya
hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012:522).
Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan
yang baik dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu
membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik
dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan untuk
berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian
akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas.
Yang dimaksud dengan istirahat disini adalah suatu keadaan dimana
kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar.
Sedangkan yang dimaksud dengan tidur adalah suatu keadaan relative tanpa
sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus
yang berulang-ulang dan masing-masing menanyakan fase kegiatan otak dan
badaniah yang berbeda.
A. TAHAPAN TIDUR
EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada
level otak, otot dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua
bagian yaitu non rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement
(REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan
memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM
adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur terakhir.
1) Tahapan Tidur NREM
a. NREM tahap I
Tingkat transisi.
3
Merespons cahaya.
Berlangsung beberapa menit.
Mudah terbangun dengan rangsangan.
Aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme
menurun.
Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
b. NREM tahap II
Periode secara teratur.
Mulai relaksasi otot.
Berlangsung 10-20 menit.
Fungsi tubuh berlansung lambat.
Dapat dibangunkan dengan mudah.
c. NREM tahap III
Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak.
Sulit dibangunkan.
Relaksasi otot menyeluruh.
Tekanan darah menurun.
Berlangsung 15-30 menit.
d. NREM tahap IV
Tidur nyenyak.
Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif.
Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun.
Sekresi lambung menurun.
Gerak bola mata cepat.
2) Tahapan Tidur REM
a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur
NREM.
b. Pada orang dewasa normal REM 20-25% dari tidur
malamnya.
c. Jika inidvidu terbangun pada tidur REM maka biasanya
terjadi mimpi.
d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi
juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi.
4
Karakteristik Tidur REM
a. Mata : cepat terbuka dan tertutup.
b. Otot-otot : kejang otot kecil, otot besar
immobilisasi.
c. Pernapaasan : tidak teratut, kadang dengan apnea.
d. Nadi :cepat dan ireguler.
e. Tekanan darah : meningkat atau fluktuasi.
f. Sekresi gaster : meningkat.
g. Metabolism : meningkat, temperature tubuh naik.
h. Gelombang otak : EEG aktif.
i. Siklus tidur : sulit dibangunkan.
B. SIKLUS TIDUR
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan
periode sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada masa kantuk
yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir
10 hingga 20 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk
tertidur akan berlangsung satu jam atau lebih.
Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur
penuh, tiap siklus terdiri dari 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari
tidur REM. Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap 4
NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke-3, lalu ke-2, diakhiri dengan periode dari
tidur REM. Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke
siklus tidur.
Tahap-tahap Siklus Tidur Orang Dewasa
Tahap pra tidur
Tidur REM
5
NREM NREM
tahap II tahap II
C. FUNGSI TIDUR
Kegunaan tidur masih belum jelas (Hodgson, 1991). Tidur dipercaya
mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Aswald, 1984, Aneh
dkk, 1988). Menurut teori, tidur adalah waktu perbaikan waktu perbaikan dan
persiapan untuk periode terjaga berukutnya. Selama tidur NREM, fungsi
biologis menurun. Laju denyut jantung normal pada orang dewasa sehat
sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut per menit atau lebih rendah jika
individu berada pada kondisi fisik yang sempurna. Akan tetapi selama tidur
laju denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau lebih rendah. Hal
ini berarti bahwa denyut jantung 10 hingga 20 kali lebih sedikit dalam setiap
menit selama tidur atau 60 hingga 120 kali sedikit dalam setiap jam. Secara
jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung.
Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis
secara rutin. Selama tidur gelombang-gelombang rendah yang dalam (NREM
tahap IV), tubuh melepaskan hormone pertumbuhan manusia untuk
memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti otak (Horne,
6
198 3; Mandelson 1987; Borne, Muth, dan Fehn 1998). Akan tetapi, Horne
(1983) juga berpendapat bahwa peran hormone pertumbuhan yang umur
sebagai suatu promoter sintesis protein adalah terbatas dikarenakan
pelepasannya tidak berhubungan dengan kadar glukosa darah dan asam
amino. Penelitian lain menujukkan bahwa sintesis protein dan pembagian sel
untuk pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsum tulang, mukosa
lambung, atau otak terjadi selama istirahat dan tidur (Oswald, 1984). Tidur
NREM menjadi sangat penting khususnya pada anak-anak yang lebih banyak
mengalami tidur tahap IV.
Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energy
selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara prgresif, dan tidak adanya
kontraksi otot menyimpan energy kimia untuk proses seluler. Penurunan laju
metabolic basal lebih jauh menyimpan persediaan energy tubuh.
Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM
dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan
aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan efinefrin.
Hubungan ini dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran.
Selama tidur, otak menyaring informasi yang disimpan tentang aktivitas hari
tersebut.
Kegunaan tidur pada perilaku seringkali tidak diketahui sampai
seseorang mengalami masalah akibat deprivasi tidur. Kurangnya tidur REM
dapat mengarah pada perasaan bingung dan curiga. Tidak ada hubungan
sebab dan akibat yang jelas keberadaannya antara kehilangan tidur dan
disfungsi tubuh yang spesifik (Webcter dan Thomson, 1986). Akan tetapi,
berbagai fungsi tubuh (misal, penampilan motorik, memori, dan
keseimbangan) dapat berubah ketika terjadi kehilangan tidur memanjang.
MIMPI
Meskipun mimpi terjadi selama tidur baik NREM maupun REM,
mimpi dari tidur REM lebih nyata dan rumit serta diyakini penting secara
fungsional untuk konsolidasi memori jangka panjang. Mimpi REM dapat
berkembang dalam isi sepanjang malam dari mimpi tentang kejadian terbaru
sampai mimpi masa anak-anak atau masa lampau. Kepribadian
7
mempengaruhi kualitas mimpi, sebagai contoh, seorang yang kreatif dapat
memiliki mimpi yang kreatif, dan seorang yang depresi dapat bermimpi tidak
berdaya.
Kebanyakan orang mimpi tentang masalah terbaru seperti
argumenatasi dengan pasangan, rencana pernikahan, atau kecemasan
terhadap pekerjaan. Kadang-kadang seseorang tidak sadar ketakutan di
tampilkan dalam mimpi buruk. Orang yang lulus dari pendidikan di bidang
psikologi akan mencoba menganalisis sifat simbolik tidur. Kemampuan
untuk menguraikan mimpi dan menginterpretasi maknanya dapat membantu
mengatasi perjatian atau ketakutan seseorang.
Teori lain menyatakan bahwa mimpi menghapus fantasi tertentu atau
emosi yang non esensial. Karena kebanyakan mimpi terlupakan, banyak
orang mencapai ingatan mimpi yang sedikit dan tidak percaya bermimpi
sama sekali. Untuk mengingat mimpi, seseorang harus secara sadar berfikir
mimpi itu ketika terjaga. Orang yang mengingat mimpi secara jelas biasanya
segera setelah periode tidur REM.
8
otak tertinggi. Hal ini dianggap esensial bagi perkembangan karena
neonates tidak terjaga cukup lama untuk stimulasi eksternal.
Keadaan tidur dan terjaga penuh pada bayi baru lahir dapat
diperlihatkan pada table di bawah ini.
KEADAAN PERILAKU
Tidur aktif (AS-REM) - Terdapat gerakan menghisap.
- Sentakan halus hampir selalu
diikuti oleh beberapa kali gerakan
otot yang jelas.
- Terdapat mimic wajah yang
berubah, tersenyum, dan tremor.
- Pergerakan mata fasik dan
Tidur tetap (CPS-NREM) pernapasan yang tidak teratur
terjadi bersamaan.
- Pergerakan minimal.
- Tonus otot meningkat
Tidur yang tidak dapat bandingkan tidur aktif.
ditetapkan. - Pernapasan 25 kali per menit atau
kurang.
- Kriteria jelas untuk AS ataupun
Terjaga QS tidak tidak ditemukan.
- Tonus otot terus-menerus terjadi
dengan aktivitas yang jelas.
- Mata terbuka.
- Pernapasan lebih dari 45 kali
permenit.
- Suara terdengar vocal.
- Pergerakan motorik kasar terus-
menerus terjadi.
9
b) Bayi
Pada umumnya bayi mengalami pola tidur malam hari pada
usia 3 bulan. Bayi tertidur beberapa kali pada siang hari tetapi
biasanya tidur rata-rata 8 sampai 10 jam pada malam hari. Sekitar 30
% dari waktu dihabiskan dalam siklus REM. Bangun biasanya terjadi
pada pagi hari, meskipun tidak umum bagi bayi untuk terjaga selama
malam hari. Jika bangun selama malam hari menjadi rutin,
masalahnya pada diet karena lapar seringkali membangunkan anak.
Bayi yang lebih besar tidur lebih lama daripada bayi yang lebih kecil
karena kapasitas lambungnya yang lebih besar. Seorang bayi antara
usia 1 bulan sampai 1 tahun rata-rata 14 jam ssehari. Dibandingkan
dengan anak-anak yang lebih besar, tidur aktif (REM) membentuk
proporsi tidur yang lebih besar. Sebaliknya pada bayi baru lahir yang
tidur dan bangun bergantian sepanjang periode tujuan. Setelah usia 3
bulan periode tidur terpanjang terlihat pada malam hari.
c) Toddler
Pada usia 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam
dan tidur pada siang hari setiap hari. Total tidur kira-kira 12 jam,
sehari. Tidur siang dapat hilang pada usia 3 tahun. Hal yang umum
bagi toddler terbangun pada malam hari. Persentase tidur REM
berlanjut menurun. Selama periode ini toddler tidak ingintidur pada
malam hari. Ketidakinginan ini dapat berhubungan dengan
kebutuhan untuk otonomi, atau takut perpisahan. Toddler
mempunyai kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memuaskan
kenginannya, yang dapat menjelaskan mengapa beberapa dari
mereka mencoba untuk menunda waktu tidur.
d) Pra sekolah
Rata-rata tidur anak usia pra sekolah sekitar 12 jam semalam
(sekitar 20 % REM). Pada usia 5 tahun, anak pra sekolah jarang tidur
siang. Kecuali kebudayaan yaitu siesta adalah kebiasaan. Anak usia
pra sekolah biasanya mengalami kesulitan untuk relaks atau diam
10
setelah hari-hari aktif, panjang. Anak usia pra sekolah untuk tidur
juga mempunyai masalah dengan ketakutan tidur, terjaga pada malam
hari, atau bermimpi buruk. Orang tua paling berhasil untuk membawa
anak pra sekolah untuk tidur dengan membawa ritual yang konsisten
yang mencakup waktu tenang sebelum tidur. Biasanya, para ahli tidak
merekomendasikan seorang anak diperbolehkan tidur dengan orang
tua. Akan tetapi, di beberapa kebudayaan, berbagi tempat tidur atau
ruangan dengan orang tua telah diterima sebagai praktik tidur.
f) Remaja
½
Remaja meperoleh sekitar 7 jam untuk tidur setiap malam.
Pada saat kebutuhan tidur yang actual meningkat, remaja umumnya
mengalami sejumlah perubahan yang seringkali mengurangi waktu
tidur. Biasanya orang tua tidak lagi terlibat dalam penataan waktu
11
tidur yang spesifik. Tuntutan sekolah, kegiatan social setelah
sekolah, dan pekerjaan paruh waktu menekan waktu yang tersedia
untuk tidur. Remaja pergi tidur lebih larut dan bangun lebih cepat
pada waktu sekolah menengah atas. Harapan social yang umum
adalah remaja membutuhkan tidur yang sedikit daripada pra remaja.
Akan tetapi, data laboratorium menunjukkan bahwa remaja
mempunyai kebutuhan fisiologis, maka remaja seringkali
mengantukl berlebihan pada siang hari (excessive daytime sleepness,
EDS). Penampilan di sekolah, kerentanan terhadap kecelakaan, dan
masalah perilaku dan suasana hati karena EDS yang berhubungan
dengan tidur yang tidak cukup. Orang tua, guru, dan remaja itu
sendiri seringkali kekurangan pengetahuan tentang apa itu tidur yang
tepat. Mereka memerlukan pendidikan untuk meningkatkan apa yang
menjadi masalah kesehatan yang penting bagi remaja.
g) Dewasa Muda
Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6 sampai
81/2 jam, tetapi hal itu bervariasi. Dewasa muda jarang sekali tidur
siang, kurang lebih 20 % waktu tidur dihabiskan yaitu tidur REM,
yang konsisten sepanjang hidup. Dewasa muda yang sehat
membutuhkan cukup tidur untuk berpartisipasi dalam kesibukan
aktivitas yang mengisi hari-hari mereka. Akan tetapi, adalah hal yang
umum untuk berpartisipasi dalam kesibukan aktivitas yang tuntunan
hidup yang mengganggu pola tidur yang umum. Stress pekerjaan,
hubungan keluarga, dan aktivitas social dapat mengarah pada
ansomnia ( misal. kesulitan memulai dan/atau mempertahankan
tidur ) dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka
panjang medikasi tersebut dapat mengganggu pola tidur dan
memperburuk masalah insomnia.
h) Dewasa tengah
Selama masa dewasa tengah total waktu yang digunakan
untuk tidur malam hari mulai turun. Jumlah tidur tahap 4 mulai
12
menurun, suatu penurunan yang berlanjut dengan bertambahnya usia.
Gangguan tidur seringkali mulai didiagnosa diantara orang-orang
pada rentang usia ini bahkan ketika gejala dari gangguan yang telah
ada untuk beberapa tahun. Insomnia terutama lazim terjadi, mungkin
disebabkan oleh kecemasan, depresi, atau penyakit fisik ringan
tertentu. Wanita yang megalami insomnia, dapat dialami oleh wanita
yang gejala menopause. Anggota kelompok usia ini dapat tergantung
pada obat tidur.
i) Lansia
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia.
Akan tetapi, kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada
kebanyakan lansia. Episode tidur REM cenderung memendek.
Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4,
beberapa lansia hamper tidak memiliki tahap 4, atau tidur yang
dalam. Seorang lansia yang terbangun lebih sering di malam hari,
dan membutuhkan bamyak waktu untuk jatuh tertidur. Akan tetapi,
pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan fisiologis
dan psikologis dalam penuaan lebih mmudah memelihara tidur REM
dan berkelangsungan dalam siklus tidur yang mirip dengan dewasa
muda.
Keragaman dalam perilaku tidur lansia adalah umur. Keluhan
umum tentang kesulitan tidur waktu malam seringkali terjadi diantara
lansia, seringkali akibat keberadaan kronik yang lain. Kecenderungan
untuk tudur siang kelihatannya meningkat secara progresif dengan
bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk
tidur dapat terjadi karena seringya terbangun pada malam hari.
Dibandingkan dengan jumlah waktu yang dihabiskan di tempat tidur,
waktu yang dipakai tidur menurun sejam atau lebih.
Perubahan pola tidur pada lansia disebabkan perubahan SSP
yang mempengaruhi pengaturan tidur. Kerusakan sensorik, umum
dengan penuaan, dapat mengurangi sensivitas terhadap waktu yang
mempertahankan irama sirkandian.
13
2. FISIOLOGI TIDUR
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan
periode yang lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur-terjaga mempengaruhi
dan mengatur fungsi fisiologis dan respons perilaku.
1) IRAMA SIRKANDIAN
Orang mengalami irama siklus sebagai bagian dari kehidupan mereka
setiap hari. Irama yang paling dikenal adalah siklus 24 jam, siang-malam
yang dikenal dengan irama diurnal atau sirkandian (berasal dari bahasa latin :
Circa “tentang”, dan dies “hari”. Siklus menstruasi wanita adalah sebuah
irama sirkandian, siklus yang terjadi dalam siklus yang lebih lama dari 24
jam. Siklus biologis berakhir kurang dari 24 jam disebut irama ultradian.
Irama sirkandian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi
perilaku. Fluktuasi dan perkiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah,
sekresi hormone, kemampuan sensorik, dan suasana hati terganrung pada
pemeliharaan siklus sirkandian 24 jam.
Irama sirkandian, termasuk siklus tidur-bangun harian, dipengaruhi oleh
cahaya dan suhu tubuh serta factor-faktor eksternal sepeti aktivitas social dan
rutinitas kerjaan. Semua orang mempunyai jam yang sinkron dengan siklus
tidur mereka. Beberapa orang dapat tertidur pada pukul 08.00 malam,
sementara yang lain tidur pada tengah malam atau dini hari. Orang yang
berbeda juga berfungsi terbaik pada waktu yang berbeda dalam satu hari.
(Horne & Ostberg 1976) menguraikan dua kelompok orang, jenis pagi dan
malam. Orang pagi menyukai pergi tidur dan bangun pagi, melakukan
kegiatan pada pagi hari adalah paling baik. Orang malam menyukai tidur dan
banngun lambat, palinng baik berfungsi pada malam hari.
Rumah sakit atau fasilitas perawatan-lanjutan biasanya tidak
mengadaptasikan perawatan dengan pilihan untuk siklus tidur-bangun klien.
Rutinitas yang tipikal menyebabkan gangguan dalam tidur atau mencegah
klen tertidur pada waktu biasanya. Jika siklus tidur-bangun seseorang
berubah secara bermakna, maka akan menghasilkan kualitas tidur yang
buruk. Sebaliknya dalam siklus tidur-bangun seperti tertidur pada siang hari
(atau sebaliknya untuk orang yang kerja pada malam hari) dapat
14
menunjukkan penyakit yang serius. Kecemasan, kurang istirahat, mudah
tersinggung,dan gangguan penilaian adalah gejala umum gangguan dalam
siklus tidur.
Irama biologis tidur seringkali menjadi sinkron dengan fungsi tubuh yang
lain. Perubahan dalam suhu tubuh, sebagai contoh, berkorelasi dengan pola
tidur. Secara normal, suhu tubuh meningkat memuncak pada siang hari,
menurun secara bertahap, dan kemudian turun secara tajam setelah seseorang
tertidur. Jika siklus tidur-bangun menjadi terganggu (missal:perputaran dinas
kerja), fungsi biologis lain dapat berubah juga. Sebagai contoh, seseorang
mungkin mengalami penurunan nafsu makan dan kehilangan berat badan.
Kegagalan untuk mempertahankan siklus tidur-bangun individual yang
biasanya dapat secara berlawanan mempengaruhi kesehatan keseluruhan
seseorang.
2) PENGATURAN TIDUR
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh
intergrasi tinggi aktivitas system syaraf pusat yang berhubungan dengan
perubahan dalam system saraf periferal, endokrin, kardiovaskuler,
pernapasan dan muscular. Tiap rangkaian diidentifikasi dengan respons fisik
tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG)
yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram
(EMG) yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang
mengukur gerakan mata, memberikan informasi stuktur aspek fisiologi tidur.
Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua
mekanisme serebral yang mengaktivasi secara secara intermitten dam
menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah
mekanisme menyebabkan terjaga, dan yang lain menyebabkan teratur.
System aktivasi retikuler (SAR) terlokasi pada batang otak teratas. SAR
dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan
terjaga. SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri, dan taktil.
Aktivasi korteks serebral (misal, proses emosi atau pikiran) juga
menstimulasi SAR. Saat yang mengeluarkan katekolamin seperti
norepineprin (Sleep Research Society, 1995).
15
Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel yang terganggu
dalam system tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah
otak juga disebut daerah sinkronisasi bulbar ( bulbar synchronizing
segion/BSR). Apakah seseorang tetap terjaga atau tertidur tergantung pada
keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi (misal,
pikiran), reseptor sensori perifer (misal, stimulus bunyi atau cahaya) dan
system limbic (emosi).
Ketika orang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada
dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan
tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR
mengambil alih, yang menyebabkan tertidur/
3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISTIRAHAT TIDUR
a) Penyakit Fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan
fisik (misal, kesulitan bernapas), atau masalah suasana hati, seperti
kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur. Sesorang
dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah kesulitn tidur atau
tetap tertidur. Penyakit juga memaksa klien untuk tidur dalam posisi
yang tidak enak (biasa). Sebagai contoh, memperolrh posisi yang
aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi pada traksi dapat
mengganggu tidur.
b) Obat-obatan
Hipnotik
- Mengganggu dengan mencapai tahap tidur yang lebih
dalam.
- Memberikan hanya peningkatan kualitas tidur
sementara (1-minggu).
- Seringkali meyebabkan “rasa mengembang” sepanjang
siang hari; perasaan mengantuk yang berlebihan
bingung, penurunan energy.
- Memperburuk apnea tidur pada lansia.
Diuretic
16
- Menyebabkab nokturia.
Anti depresan dan stimulant
- Menekan tidur REM.
- Menurunkan total waktu tidur.
Alcohol
- Mempercepat mulanya tidur.
- Mengganggu tidur REM.
- Membangunkan seseorang pada malam hari dan
menyebutkan kesulitan untuk kembali tidur.
Kapein
- Mencegah seseorang tertidur.
- Dapat menyebabkan seseorang terbangun di malam
hari.
Penykat- Beta
- Menyebakan mimpi buruk.
- Menyebabkan insomnia.
- Menyebabkan terbangun dari tidur.
Benzodiazepam
- Meningkatkan waktu tidur.
- Meningkatkan kantuk di siang hari.
Narkotika (Morfin / Demerol)
- Menekan tidur REM.
- Menyebabkan peningkatan perasaan kantuk pada siang
hari.
c) Pola Tidur Yang Biasa Dan Mengantuk Yang Berlebihan Pada Siang
Hari (EDS)
EDS seringkali menyebabkan kerusakan pada fungsi terjaga,
penampilan kerja atau sekolah yang buruk, kecelakaan saat
mengemudi dan menggunakan peralatan, dan masalah perilaku atau
emosinal. Perasaan mengantuk biasanya paling intens saat terbangun
17
dari atau sesaat sebelum tidur, dan sekitar 12 jam setelah periode
tengah tidur.
d) Stress Emosi
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat
mengganggu tidur. Stress emosional menyebabkan seseorang menjadi
tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stress
juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur,
sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stress
yang berlanjut dapat menyeababkan kebiasaan tidur yang buruk.
e) Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan
nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh, maka
akan membuat terhambat tidurnya.
f) Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
g) Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode
pertama dari tahap REM.
18
badan meyebabkan tidur pendek dan terputus-putus. Gangguan tidur
tertentu dapat dihasilkan dari diet sempurna/semipuasa
(semistravation) yang popular di dalam kelompok masyarakat yang
sadar-berat badan.
19
c) Gangguan tidur irama sirkandian
- Sindrom perubahan waktu tidur (jot log).
- Gangguan tidur karena jam kerja.
- Sindrom fase tidur tertunda.
2. Parasomnia
a) Gangguan terjaga
- Berjalan dalam tidur.
- Teror tidur.
b) Gangguan transisi tidur-bangun.
- Berbicara dalam tidur.
- Kram tungkai nocturnal.
c) Parasomnia biasanya berkaitan dengan tidur REM.
- Mimpi buruk.
- Gangguan perilaku tidur REM.
d) Parasomnia yang lain
- Bruksisme tiur (menggeretak gigi).
- Enuresis tidur (ngompol).
- Sindrom kematian bayi mendadak.
20
- Sindrom tersedak sewaktu tidur.
Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami oleh klien yang
mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur,
dan/atau tidur singkat atau tidur non restoraktif. Penderita insomnia
mengeluhkan rasa kantuk yang berlebihan di siang hari dan kuatitas
serta kualitas tidurnya tidak cukup. Namun, seringkali klien tidur
lebih banyak dari yang disadarinya. Insomnia dapat menandakan
adanya gangguan fisik atau psikologis. Terapi untuk pasien insomnia
dapat bersifat simtomatik, termasuk memperbaiki tindakan hygiene
tidur, umpan balik biologis, teknik kognitif dan teknik relaksasi.
Apnea Tidur
Adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran
udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih
saat tidur. Ada tiga jenis apnea tidur yaitu apnea sentral, obstruktif,
dan campuran yang mempunyai komponen apnea sentral dan
obstruktif.
Klien yang mengalami apnea tidur seringkali tidak memiliki
tidur dalam yang signifikan. Selain itu banyak juga terjadi keluhan
mengantuk yang berlebihan di siang hari, serangan tidur, keletihan,
sakit kepala di pagi hari, dan menurunnya gairah seksual.
Pengobatannya mencakup terapi untuk komplikasi jantung dan
pernapasan yang utama dan terapi untuk masalah emosional yang
muncul akibat gejala dari gangguan ini. Hygiene tidur dan program
penurunan berat badan juga dapat membantu.
Hipersomnia
Adalah berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9
jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa
tepi, beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolisme.
21
Parasomnia
Merupakan sekumpulan penyakit yang menggangu tidur anak
seperti samnohebalisme (tidur sambil penyakit).
Narcolepsy
Suatu keadaan/kondisi yang ditandai dengan adanya keinginan
yang terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita saat tidur
sama dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak terdapat gas
darah atau endokrin.
Deprivasi Tidur
Adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat
disomnia. Penyebabnya adalah dapat mencakup penyakit (misal,
demam, sulit bernapas, atau nyeri), stress emosional, obat-obatan,
gangguan lingkungan, dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait
dengan waktu kerja.
Gejala defrivasi tidur adalah :
Gejala fisiologis
- Ptosis, penglihatan kabur.
- Kekakuan motorik harus.
- Penurunan reflex.
- Waktu respons melambat.
- Rasionalisasi dan penilaian menurun.
- Kewaspadaan pendengaran dan penglihatan menurun.
- Aritmia jantung.
Gejala psikologis
- Bingung (konfusi) dan disorientasi.
- Peningkatan sensitivitas terhadap nyeri.
- Iritabel, menarik diri, apatis.
- Rasa kantuk berlebihan.
- Agitasi.
- Hiperaktif.
- Penurunan motivasi.
22
d. Komplikasi
1. Pembesaran jaringan hidung, mulut, atau tenggorokan.
2. Kelainan bentuk tulang.
3. Konsumsi alkohol.
4. Konsumsi obat-obatan tertentu.
5. Konsumsi berlebihan bahan makanan yang kadar gulanya tinggi
atau sugar rush.
6. Tidur telentang dan menggunakan bantal.
7. Kebiasaan tidur yang buruk.
8. Kelainan hormon
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami
gangguan atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian
terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.
Ada 3 jenis pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan :
1. Electroencephalogram (EEG)
2. Electromyogram (EMG)
3. Electroocologram (EOG)
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan Terapi
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan. Ada pun
cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress
yang dapat mengganggu tidur , biasa dilakukan dengan teknik
23
pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih
dan nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan
tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita
mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau
stress berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini
dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
2. Terapi Farmakologi
24
c. Perilaku : iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara
lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, nata
tampak lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.
b. Diagnose keperawatan
1) Gangguan pola tidur b.d kebisingan lingkungan, kekhawatiran
kehilangan pekerjaan, ketergantungan terhadap obat-obatan.
2) Gangguan proses berfikir b.d deprivasi tidur.
3) Cemas b.d stress, perubahan dalam status kessehatan.
4) Koping keluarga rendah b.d pemahaman pasangan tentang narkolepsi.
5) Resiko cidera b.d serangan berjalan waktu tidur.
c. Perencanaan
Prioritas diagnose keperawatan :
Gangguan pola tidur b.d kebisingan lingkungan, kekhawatiran
kehilangan pekerjaan, ketergantungan terhadap obat-obatan.
N TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O
D
X
1 Setelah dilakukan Sleep Enhancement
tindakan keperawatan 1. Monitor/catat 1. Memberikan
… x 24 jam, pola tidur informasi dasar
diharapkan pola tidur pasien dan dalam
pasien menjadi normal jumlah jam menentukan
(tidak ada gangguan), tidur. rencana
dengan criteria : 2. Monitor pola keparawatan.
Rest tidur dan catat 2. Memberikan
Jumlah pemeriksaan informasi dasar
istirahat baik. fisik (apnea dalam
Pola tidur, menentukan
istirahat baik. obstruksi jalan rencana
Kualitas napas, keparawatan.
25
Jam tidur baik. frekuensi (terlalu lelah)
Pasien bisa perkemihan) dapat
memantau jam dan/atau mempengaruhi
tidur dengan psikologi pola tidur.
baik (takut atau 4. Mengatur pola
26
tempat tidur)
untuk
kesempurnaan
tidur.
7. Bantu untuk
mengeluarkan
situasi sress
sebelum jam
tidur.
8. Naikkan
pertambahan
jumlah tidur
sesuai
kebutuhan.
9. Atur jadwal
pemberian
pengobatan
untuk
mendukung
tidur/putaran
tidur pasien.
10. Jelaskan
pentingnya
tidur yang
adekuat
selama sakit,
stress
psikososial.
2 Setelah dilakukan Self Modification
tindakan keperawatan 1. Bantu pasien 1. Menambah
… x 24 jam, dalam metode informasi
diharapkan proses mengidentifik tentang
berpikir pasien tidak asi control gangguan
27
mengalami ganguan, syarat tingkah berfikir pasien.
dengan criteria : laku. 2. Menambah
Self Esteem 2. Bantu pasien informasi
Dukungan diri dalam tentang
secara verbal mengidentifi- gangguan
baik (selalu kasi frekuensi pikiran pasien.
berpikir dengan 3. Mengurangi
positif). tingkah laku gangguan
Pasien dapat yang terjadi pikiran
menggambar- secara 4. Mengurangi
kan dirinya spesifik. gangguan
dengan baik. 3. Bantu pasien pikiran
Komunikasi untuk 5. Mengurangi
pasien yang mengidentifik gangguan
terbuka. asi tujuan pikiran
mendengarkan perubahan.
28
3 Setelah dilakukan Coping
tindakan keperawatan Enchacement 1. Mengurangi
… x 24 jam, 1. Instruksikan cemas.
diharapkan cemas pasien untuk
pasien dapat melakukan
berkurang, dengan teknik
criteria : relaksasi
Anxiety Control sesuai 2. Mengurangi
Pasien bisa kebutuhan. cemas.
memonitor 2. Berikan 3. Mengurangi
intensitas informasi cemas.
cemas yang yang benar 4. Mengurangi
dialaminya. tentang cemas.
Bisa diagnose, 5. Memperkuat
menggunakan pengobatan, dalam
strategi yang dan mengatasi
efektif. prognosisnya. cemas.
Dapat 3. Anjurkan
menggunakan pasien untuk
teknik relaksasi mengidentifik
dalam asi dirinya
mengatasi tentang
cemas. kekuatan dan
Dapat kebiasaan
melaporkan mengatasi
adekuat. 4. Anjurkan
pasien untuk
mengidentifik
asi gambaran
diri yang nyata
dalam
perannya.
29
5. Berikan
pengetahuan
tentang
spiritual
pasien/latar
belakang
kebudayaan.
d. Pelaksanaan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi.
e. Evaluasi
S : Klien mengatakan sudah bisa tidur dengan nyenyak dan tidur dengan
cukup
O : Klien tidak tampak lemah, tidak ada kantung mata dan lingkar hitam
A : Diagnosa I teratasi
P : Hentikan intervensi
30
WOC
Menurunkan
daya ingat
Sulit Perubahan
berkonsentrasi mood
Gangguan
Istirahat/Tidur
1. Mata cowong
2. Adanya kantong mata
3. Merasa lemas
4. Ketidaknyamanan fisik
Penyakit
Lingkungan Kelelahan
- Diare
- Ramai Gaya Hidup - Olahraga
- Sesak nafas
- Ribut - Merokok - Beraktivitas
- Kanker tingkat
- Bising - Minum Alkohol berlebihan
lanjut
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 Januari 2020 di Ruang …………..
Data yang diperoleh menggunakan teknik wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dan catatan penunjang pasien.
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 24 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Pendidikan : SD -
Alamat : Dusun Pemenang, Klungkung.
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Tanggal MRS : 14-01-2020
Tanggungan : BPJS
b. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama masuk rumah sakit
Benjolan di leher.
b. Keluhan sejak pengkajian
Pasien mengatakan kaku setelah dilakukan operasi pada bagian
leher.
c. Riwayat penyakit sekarang
Sebelumnya Pasien datang ke RSUD ……… untuk melakukan
pemeriksaan pada leher yang terdapat benjolan.
. Setelah di periksa ternyata keluarga pasien di infokan bahwa
pasien harus segera di operasi. Setelah dilakukan operasi pasien
32
mengatakn merasa tidak nyaman dan terasa kaku pada bagian
leher, pasien juga mengatakan bahwa ia merasa cemas dengan
kondisinya sehingga sulit untuk tidur. Pasien juga mengeluh
bahwa ia merasa tidak nyaman karena tidak biasa berada di
rumah sakit.
d. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien belum pernah mengalami benjolan pada leher dan belum
pernah mengalami operasi sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya adayang mengalami
penyakit yang sama seperti dia. Dalam hal ini anggota keluarga
yang pernah mengidap penyakit yang sama dengan pasien
adalah kakak dari pasien.
2. Pola kebiasaan pasien
a. Bernafas
- Sebelum pengkajian, pasien mengatakan sebelumnya belum
pernah sesak napas setelah beraktivitas berat.
- Saat pengkajian pasien mengatakan tidak sesaksama sekali.
TTV RR: 16x/menit N : 60x/menit S : 36oC TD : 90/60
mmHg
b. Makan dan Minum
a. Makan
- Sebelum pengkajian, pasien biasa makan 3x sehari
dengan menu nasi, lauk, sayur, dan buah.
- Saat pengkajian pasien hanya makan sedikit karena sulit
dan tidak nyaman saat menelan makanan.
b. Minum
- Sebelum sakit pasien bisa minum 3-4 gelas perhari
dengan volume 1500 cc perhari.
- Saat pengkajian pasien hanya minum air putih 2-3 gelas
perhari.
c. Eliminasi
a. BAB
33
- Sebelum pengkajian pasien mengatakan tidak
mengalami gangguan BAB
- Saat pengkajian, pasien mengatakan belum BAB setelah
operasi dilakukan.
b. BAK
- Sebelum pengkajian pasien mengatakan minum air putih
4-8 gelas per hari dan tidak ada masalah saat BAK
- Saat pengkajian pasien mengatakan minum hanya
sedikit kira-kira 2 gelas perhari dan merasa nyeri sedikit
saat BAK.
d. Gerak dan Aktivitas
- Sebelum pengkajian pasien mengatakan sebelum sakit
pasien biasa melakukan kegiatan sehari-harinya dengan
sendiri.
- Saat pengkajian pasien dibantu oleh keluarganya untuk
melakukan kegiatan sehari-hari, jenis kegiatan utama pasien
sekarang tidak ada, hanya tidur di bed.
e. Istirahat Tidur
- Sebelum pengkajian pasien mengatakan tidur jam 10 malam
dan bangun biasanya jam 5 pagi, dan tidak ada mengalami
gangguan pola tidur
- Saat pengkajian pasien mengatakan mengalami gangguan
saat tidur, ia merasa sulit tidur karena tidak nyaman dan
banyak pikiran.
f. Kebersihan Diri
- Sebelum pengkajian pasien mengatakan mandi 2x sehari.
- Saat pengkajian pasien hanya di lap saja, mengganti pakaian
setelah dilap dan itu dibantu oleh Ibunya.
g. Pengaturan Suhu Tubuh
- Sebelum pengkajian pasien mengatakan tidak ada gangguan
suhu tubuh
34
- Saat pengkajian pasien mengatakan tidak ada perasaan
panas atau dingin pada tubuhnya, pasien tidak tampak
berkeringat.
h. Rasa Nyaman
- Sebelum pengkajian pasien mengatakan aktivitas tidak
terganggudan nyaman.
- Saat pengkajian pasien mengatakan sedikit susah bergerak
karena memakai selang infuse pada tangan kiri yang
mengakibatkan pasien agak terganggu, serta pasien merasa
kaku pada leher sehingga itu membuatnya terganggu dan
tidak nyaman
i. Rasa Aman
- Sebelum pengkajian pasien mengatakan baik-baik saja dan
merasa aman.
- Saat pengkajian pasien merasakan cemas karena lehernya
terasa kaku.
j. Data Sosial
- Sebelum pengkajian data dan saat pengkajian keluarga
pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarga dan
tetangga baik, kondisi lingkungan rumah juga baik ,
kemampuan ekonomi keluarga sedang.
k. Prestasi dan Produktifitas
- Sebelum dan saat pengkajian keluarga pasien mengatakan
pasien tidak memiliki prestasi. Keluarga pasien juga
mengatakan bahwa tidak ada pengaruh pekerjaan terhadap
penyakit yang di derita pasien.
l. Belajar
- Sebelum pengkajian keluarga pasien mengatakan kurang
mengerti dengan penyakit yang di derita begitu juga pasien.
- Saat pengkajian pasien kurang mengerti dengan penyakitnya
sekarang
m. Rekreasi
35
- Sebelum pengkajian keluarga pasien mengatakan bila ada
waktu luang pasien bisa menghabiskan waktu dengan keluarga
- Saat pengkajian pasien hanya ditemani oleh Ibunya saja.
n. Spiritual
- Sebelum pengkajian pasien mengatakan biasa sembahyang 2x
sehari di tempat suci yang ada dirumahnya, pasien juga
mengatakan dia beragama hindu.
- Saat pengkajian pasien mengatakan hanya bisa berdoa di
tempat tidur pasien.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Pasien
1) Penilaian kualitatif : CM (compos metis)
Penilaian kuantitatif : GCS : E4 M6 V5
2) Bangun tubuh : sedang
3) Postur tubuh : tegak
4) Ukuran
- BB sebelum pengkajian : 36 kg
- BB saat pengkajian : Tidak dapat diobservasi
- TB : Tidak dapat diobservasi
Karena setelah pasien sakit tidak pernah mengukur tinggi dan berat
badan.
5) Gejala Kardinal
- Tekanan darah:90/60 mmHg
- Suhu : 36oC
- Nadi : 60x/menit
- Respirasi : 16x/menit
6) Warna kulit : sawo matang
Turgor kulit : elastis
b. Keadaan fisik
1) Kepala : bentuk simetris, rambut halus, warna rambut
hitam, kulit kepala kurang bersih.
36
2) Mata : tidak ada edema pada kelopak mata,
pergerakan bola mata baik, konjungtiva baik (merah muda).
3) Hidung : bentuk simetris, tidak ada secret , hidung
bersih, tidak terdapat darah, tidak ada luka. Tampak
menggunakan otot bantu nafas cuping hidung.
4) Telinga : bentuk simetris, tidak terdapat serumen pada
kedua telinga , tidak terdapat darah, telinga bersih.
5) Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada pendarahan
pada gusi, tidak ada karies gigi, gigi lengkap, gigi bersih, lidah
bersih, dan tonsil tidak membesar.
6) Leher : ada bekas luka operasi akibat operasi tyroid
yang dilakukan pada daerah leher.
7) Thorak
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot
pada dada, gerakan dada bebas, tidak ada nyeri pada dada, tidak
ada luka, pengembangan dada simetris, taktil fremitus simetris,
suara paru sonor, vesicular. Suara jantung reguler
8) Abdomen : bentuk abdomen simetris, tidak ada benjolan,
luka, bekas jahitan. Ada sedikit striae pada abdomen, peristaltic
usus 20x/menit, saat perkusi suara timpani, terdapat nyeri tekan
pada kuadran atas abdomen.
9) Ekstremitas : sebelum pengkajian pasien masih
terpengaruhi anastesi dan di lengan kiri terpasang infuse dan
tidak ada edema, tidak ada sianosis pada ujung kuku, kekuatan
otot
555 555
555 555
37
5. Analisa Data
38
hari,terutama
pada pemenuhan
personal hygiene
walaupun hanya
sekedar dilap
- Pasien
mengatakan
kegiatan utama
pasien sekarang
tidak ada, hanya
tidur di bed.
a. Rumusan Masalah
Prioritas masalah :
Gangguan pola tidur b.d faktor external yang ditandai dengan susah tidur,
tidur tidak nyenyak, dan wajah tampak tidak segar.
b. Analisa Masalah
P : Gangguan pemenuhan kebutuhan istirhat dan tidur
E : Factor Eksternal
S :Klien mengatakan susah tidur, Klien merasa tidak nyaman dengan
lingkungan serta merasa ada beban dan selalu merasa cemas. Klien
mengeluh sering terjaga.
TD: 90/60mmHg RR: 16x/menit.N: 60x/mntS: 36’C. Diagnosa medis SNT
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Prioritas Utama Diagnosa Keperawatan
Gangguan pola tidur
2. Formulasi Diagnosa Keperawatan
Klien mengatakan susah tidur, Klien merasa tidak nyaman dengan lingkungan
serta merasa ada beban dan selalu merasa cemas. Klien mengeluh sering
terjaga.
TD: 90/60mmHg RR: 16x/menit.N: 60x/mnt S: 36’C. Diagnosa medis SNT
39
3. Proses Terjadinya
Factor eksternal yang mengganggu dan menyebabkan pasien tidak nyaman
memicu pasien untuk tidak dapat istirahat dan tidur secara optimal.
4. Akibat Jika Tidak Ditanggulangi
Dapat memperburuk keadaan pasien ( Tekanan darah dan nadi melemah)
C. PERENCANAAN
1. Prioritas Masalah
Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
2. Rencana Keperawatan
40
kualitas tidur. 3. Mengatur
istirahat baik. 3. Tetapkan pola tidur.
Sleep tidur/pola aktivitas
jam tidur pasien. 4. Menguran
baik. 4. Atur gi gangguan tidur.
pasien bisa lingkungan (cahaya, 5. Menguran
41
D. PELAKSANAAN
42
mata pasien,
TD : 90/60
mmHg
S : 36 oC
N : 60x/menit
RR : 16x/menit
TD :
90/60mmHg
S :36,3oC
-Mengkaji pola tidur pasien
N : 78 x/menit
43
RR : 18 x/menit
DO : Pasien
tidak terlihat
pucat dan tidak
tampak lemas.
TD : 110/70
mmHg
S : 36,3 0C
N : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
44
E. EVALUASI
Hari / tanggal /
No jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf
1 Selasa,16 Januari Gangguan pemenuhan kebutuhan S:
2020 istirahat tidur b.d factor external - Pasien
Pasien mengatakan susah tidur, tidak mengatakan
nyaman dengan lingkungan, klien sudah bisa tidur
merasa ada beban dan merasa cemas dengan nyaman
dan pasien juga mengeluh sering dan lebih
terjaga di malam hari. Pasien tampak nyenyak
gelisah dan tidak nyaman, lemas serta - Pasien
terdapat lingkar hitam pada bagian mengatakan
bawah mata pasien. setelah
diajarkan teknik
relaksasi dan
distraksi sudah
lebih paham
cara untuk tidur
TTV lebih optimal.
- Pasien
mengatakan
dapat tidur
dengan baik.
- Pasien
45
mengatakan
tidak terjaga
lagi di malam
hari.
- Pasien
mengatakan
akan melakukan
teknik distraksi
dan relaksasi
apabila tidak
dapat tidur lagi
secara optimal.
O:
TTV
- S :36,30C
- N :76X/Menit
- R : 20X/menit
- TD : 110/60
mmHg
- Pasien tidak
tampak lemas
dan terlihat
lebih segar
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan intervensi.
46
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien Ny. S dengan POST
Op SNT di Ruang Apel RSUD Klungkung. Dalam hal ini ini, penulis akan membahas meliputi
segi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan mengenai kasus yang penulis angkat.
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan didalam proses keperawatan.
Pengkajian ini melalui pengkajian pada fungsional menurut Gordon, pemeriksaan fisik dengan
metode head to toe, dan pengumpulan informasi atau data – data ini diperoleh dari wawancara
dengan pasien, keluarga pasien, melakukan observasi, catatan keperawatan, dan pemeriksaan
fisik.Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan pengkajian tidak beda jauh di bandingkan
dengan tinjauan teori yang ada.
Sebelumnya Pasien datang ke RSUD Klungkung untuk melakukan pemeriksaan pada
leher yang terdapat benjolan.
. Setelah di periksa ternyata keluarga pasien di infokan bahwa pasien harus segera di
operasi. Setelah dilakukan operasi pasien mengatakn merasa tidak nyaman dan terasa kaku
pada bagian leher, pasien juga mengatakan bahwa ia merasa cemas dengan kondisinya
sehingga sulit untuk tidur. Pasien juga mengeluh bahwa ia merasa tidak nyaman karena tidak
biasa berada di rumah sakit.
b. Diagnosa Keperawatan
Tanda-tanda yang dikenal pada awal proses diagnostic dapat dipahami hanya jika ada
penjelasan yang masuk akal untuk tanda-tanda tersebut dengan konteks suatu situasi, ini
adalah proses berpikir aktif ketika perawat mengeksplorasi pengetahuan dalam memorinya
untuk mendapatkan kamungkinan kejelasan data.
47
S :Klien mengatakan susah tidur, Klien merasa tidak nyaman dengan lingkungan serta
merasa ada beban dan selalu merasa cemas. Klien mengeluh sering terjaga.
TD: 90/60mmHg RR: 16x/menit.N: 60x/mntS: 36’C. Diagnosa medis SNT
c. Perencanaan
Menurut UU Perawat No.38 tahun 2014, perencanaan merupakan semua tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi semua masalah keperawatan yang diberikan kepada
pasien.
Diagnose pertama yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan factor eksternal
ditandai dengan susah tidur, tidur tidak nyenyak, dan wajah tampak tidak segar.
d. Implementasi
1. gangguan pola tidur berhubungan dengan factor eksternal ditandai dengan susah
tidur, tidur tidak nyenyak, dan wajah tampak tidak segar. Tindakan keperawatan
untuk mengatasi diagnose ini adalah mengjarkan teknik distraksi dan relaksasi serta
memberikan informasi akan kondisi pasien untuk mencegah kecemasan yang
berlebihan.
e. Evaluasi
1) Gangguan pola tidur
Kriteria hasil untuk diagnose diatas adalah mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
kepada pasien, memperbaiki poola tidur pasien, mampu mengidentifikasikan dan
mencegah faktor yang dapat mengganggu pola tidur.
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien Ny. S yang mengalami
masalah gangguan tidur dengan diabetes melitus didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Faktor resiko gangguan tidur pada Ny. S meliputi penyakit pasien yang mengalami
gangguan pola tidur yang tidak biasanya sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman dan
melelahkan.
2. Tindakan penanganan gangguan tidur dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang
tenang, kurangi kebisingan bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada saat
tidur.
3. Masalah keperawatan yang muncul pada Ny. S adalah gangguan pola tidur
4. Implementasi yang sudah dilakukan pada Ny. S dapat berupa menentukan jam tidur
klien, menjelaskan pentingnya tidur yang cukup dan banyak melakukan aktivitas pada
siang hari, mendorong pasien untuk mengurangi tidur pada siang hari, dan menganjurkan
pasien untuk menghindari yang mengganggu kebutuhan tidur sehari-hari.
B. Saran
1. Pasien hendaknya dapat melaksanakan segala bentuk anjuran demi perbaikan keadaannya
dan menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan ulang yang lebih buruk.
2. Keluarga dapat memberikan saran ataupun peringatan pada pasien bila melanggar apa-apa
yang sudah dianjurkan oleh perawat dan keluarga sebaiknya dapat meningkatkan fungsi
keluarga sebagaimana mestinya.
3. Ruangan ataupun lingkungan rumah dapat memberikan asuhan keperawatan secara lebih
baik lagi untuk hasil yang optimal, lebih melengkapi sarana yang terkait dengan penyakit
hipertensi.
49
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., dkk. 2019. Nursing Interventions Classification (NIC) Ed. 6. United
Kingdom: Elsevier.
Moorhead, Sue., dkk. 2019. Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed. 5. United Kingdom:
Elsevier.
Mubarak, Wahit Iqbal, Lilis Indrawati, Joko Susanto. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar.Jakarta.Salemba Medika.
50