PENDAHULUAN
(7) keterbukaan terhadap perubahan, (8) apresiasi terhadap kelebihan orang lain
dan kebenaran, (9) perilaku produktif dan lainnya.
2.2. Kondisi Sumber Daya Manusia Kehutanan
Sumber daya manusia di bidang kehutanan di Indonesia dapat dipilah
menjadi: sumber daya manusia aparatur pemerintah, sumber daya manusia
pengusaha, sumber daya manusia masyarakat sekitar hutan. Pengelolaan sumber
daya manusia yang profesional akan memberikan pelatihan kepada tenaga kerja
sehingga mereka belajar dan melakukan pekerjaan berdasarkan pelatihan yang
telah diberikan (Ingham 1991). Para pengusaha hutan sebagai sumber daya
manusia kehutanan kebanyakan masih belum profesional, baik sebagai pengusaha
secara umum maupun sebagai pengusaha kehutanan. Sebagai pengusaha secara
umum, masih ditemukan kasus-kasus pengusaha yang tidak memahami adanya
prinsip log atau pohon marginal, tidak memahami pentingnya hutan normal bagi
kesinambungan dan keseimbangan cash flow perusahaan, disamping bagi
kelestarian hutannya sendiri.
Machrany dalam Darusman (2002) mengemukakan permasalahan sumber
daya manusia kehutanan sebagai berikut: (1) telah terjadi penurunan produktivitas
tenaga kerja kehutanan dari laju pertumbuhan 1,56% pada pelita I menjadi 2,9%
di Pelita IV, (2) telah terjadi underemployment di bidang kehutanan, yakni pada
tahun 1988 dari 274 ribu tenaga kerja di bidang kehutanan, 59% diantaranya
bekerja kurang dari 35 jam per minggu dan (3) terdapat kekurangan yang sangat
besar pada kemampuan penyediaan tenaga kerja menengah dibandingkan dengan
kebutuhaannya.
Selain itu, para profesional kehutanan belum diberikan kesempatan untuk
menerapkan/melaksanakan keprofesionalannya. Hal ini dapat dilihat secara
objektif melalui empat dimensi penggunaan tenaga kerja sebagai berikut:
1. Jumlah, yakni berapa bagian posisi-posisi keprofesian kehutanan yang diisi
oleh profesional kehutanan. Terdapat banyak HPH dan industri hasil hutan
yang masih terlalu sedikit menempatkan profesional kehutanan di posisi-posisi
yang sesuai dalam perusahaannya.
2. Kualifikasi, yakni berapa bagian posisi-posisi keprofesionalan tersebut diisi
dengan kualifikasi kehutanan yang cocok/sesuai dengan pemilahan keahlian
5
Hal ini juga diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi
Kehutanan Nomor: P.8/VI-SET/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kewajiban
Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) untuk
mempekerjakan sarjana kehutanan dan tenaga teknis pengelolaan hutan produksi
lestari. Dalam pasal 2 dinyatakan bahwa Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam atau IUPHHK Restorasi Ekosistem
pada Hutan Alam atau IUPHHK pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan
Tanaman wajib mempekerjakan sarjana kehutanan atau tenaga teknis pengelolaan
hutan produksi lestari (GANIS PHPL).
Tenaga sarjana kehutanan adalah tenaga terdidik strata satu bidang
kehutanan dari perguruan tinggi nasional dan atau luar negeri. Sedangkan tenaga
teknis pengelolaan hutan produksi lestari (GANISPHPL) adalah tenaga teknis di
bidang pengelolaaan hutan dengan kompetensi masing-masing sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.58/menhut-
II/2008 tentang kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis pengelolaan hutan
produksi.
2.4. Manajemen Sumber Daya Manusia
Michael J. Jucius dalam Siagian (2006) mendefinisikan manajemen sumber
daya manusia sebagai bagian dari manajemen yang berkaitan dengan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap fungsi
mencari, mendapatkan, mengembangkan, memelihara dan menggunakan suatu
angkatan kerja sebaik-baiknya sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
berjalan dengan lancar.
Perencanaan sumber daya manusia harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Manfaat yang dapat diambil
dari perencanaan sumber daya manusia antara lain: (1) organisasi dapat
memanfaatkan sumber daya manusia yang sudah ada dalam organisasi secara
lebih baik, (2) produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui perencanaan
sumber daya manusia, (3) perencanaan sumber daya manusia berkaitan dengan
penentuan kebutuhan akan tenaga kerja di masa depan, baik dalam arti jumlah dan
kualifikasi untuk mengisi berbagai jabatan dan penyelenggaraannya berbagai
aktivitas baru kelak, (4) dengan perencanaan tenaga kerja akan diperoleh
7
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
KARYAWAN PERUSAHAAN
SUPRA SARANA
1. KEBIJAKSANAAN
PEMERINTAH
2. HUBUNGAN INDUSTRIAL
3. MANAJEMAN
K 1. PENDIDIKAN
A 2. LATIHAN
PENINGKATAN
R 3. ETOS KERJA
Y 4. MOTIVASI KERJA PRODUKTIVITAS
A 5. SIKAP MENTAL KARYAWAN
W 6. FISIK PERRUSAHAAN
A
N
SARANA PENUNJANG
unit, kepala bagian, dan pimpinan cabang. Corak kegiatan middle manager
adalah memimpin lower manager dan menguraikan kebijakan pokok yang
dikeluarkan oleh top manager. Lower manager adalah pimpinan terendah yang
secara langsung memimpin, mengarahkan dan mengawasi para karyawan
pelaksanan dalam mengerjakan tugas-tugasnya, supaya tujuan-tujuan
perusahaan tercapai.
8. Bidang perkerjaan, artinya setiap kotak dalam struktur organisasi memberikan
informasi mengenai tugas dan pekerjaan serta tanggung jawab yang dilakukan
pada bagian tersebut.
9. Tingkat manajemen, artinya sebuah struktur organisasi tidak hanya
menunjukkan manajer dan bawahan secara perorangan, tetapi juga herarki
manajemen secara keseluruhan. Semua karyawan yang melapor kepada orang
yang sama berada pada tingkat manajemen yang sama, tidak jadi soal dimana
mereka di tempatkan dalam organisasi.
10. Pimpinan organisasi, artinya struktur organisasi memberikan informasi
tentang apakah pimpinan tunggal atau pimpinan kolektif atau presidium.
Untuk memperlihatkan struktur organisasi, manager biasanya menyusun
suatu bagan organisasi yang menggambarkan diagram fungsi-fungsi, bagian
(departemen) atau jabatan dalam suatu organisasi dan menunjukkan hubungan
satu dengan yang lainnya. Unit-unit organisasi yang terpisah biasanya
digambarkan dalam bentuk kotak yang dikaitkan satu sama lain oleh garis-garis
tebal yang menunjukkan garis komando dan saluran komunikasi yang resmi
(Stoner dan Freeman 1991).
BAB III
METODE PENELITIAN
Sediaan kayu berdasarkan hasil IHMB keseluruhan jenis untuk pohon kecil
adalah 1.790.308 pohon (71,88 pohon/ha) atau 709.017 m3 (28,47 m3/ha). Pohon
besar sebanyak 1.074.366 pohon (43,13 pohon/ha) atau 2.435.615 m3 (97,78
m3/ha). Pohon kelas diameter 40 cm up sebanyak 727.825 pohon (29,22
pohon/ha) atau 2.137.363 m3 (85,81 m3/ha) dan kelas diameter 50 cm up
sebanyak 409.660 pohon (16,45 pohon/ha) atau 1.642.859 m3 (65,96 m3/ha) (CV.
Pangkar Begili 2011).
Distribusi sediaan tegakan hutan berdasarkan kualitas batang untuk vegetasi
tingkat pohon kelas diameter 40 cm up bebas cacat (komersial dan kualitas baik
dapat diperdagangkan) dengan jumlah 685.555 pohon (27,52 pohon/ha) atau
18
transportasi sungai seperti perahu sampan, tug boat dan motor temple dan sarana
komunikasi di sekitar areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili berupa handphone
(CV. Pangkar Begili 2011).
4.8 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya
4.8.1 Pusat kegiatan perekonomian
Sarana dan prasarana perekonomian di desa sekitar areal kerja IUPHHK-HA
CV. Pangkar Begili secara umum masih relatif terbatas baik ragam maupun
jumlahnya. Hal ini disebabkan karena desa di daerah ini relatif jauh dari pusat
perekonomian dan jumlah penduduknya relatif sedikit, serta keterbatasan sarana
dan prasana transportasi. Adanya keterbatasan akses, tingkat pendidikan yang
relatif rendah dan belum memadainya sarana dan prasarana perekonomian
menyebabkan aktivitas perekonomian di sekitar IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili
kurang berkembang. Sarana perekonomian seperti warung dan toko masih dapat
dijumpai di desa-desa, tetapi untuk pasar hanya dapat dijumpai di ibukota
kecamatan. Kelancaran arus distribusi barang masih sangat rendah, walaupun
sarana jalan yang dapat menghubungkan desa dengan kota kecamatan sudah
dibangun (CV. Pangkar Begili 2011).
4.8.2 Mata pencaharian dan perekonomian lokal
Mata pencaharian sebagian besar penduduk desa sekitar areal kerja
IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili sebagai petani ladang berpindah. Selain itu
terdapat juga masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pedagang, karyawan
perusahaan IUPHHK, PNS dan penambang emas. Pada umumnya masyarakat
yang bermata pencaharian sebagai petani berladang masih menggunakan cara-cara
tradisional dalam melakukan budidaya pertanian sistem berladang. Tanaman yang
dibudidayakan dalam kegiatan berladang selain padi adalah jenis sayuran seperti
kacang panjang, bayam, terong, cabe, singkong dan lain-lain. Kegiatan sambilan
yang dilakukan oleh petani berladang antara lain menoreh karet dan kegiatan
berburu (CV. Pangkar Begili 2011).
4.8.3 Kependudukan
Penduduk kecamatan Nanga Serawai sebagian besar merupakan penduduk
dari etnis Dayak dan Melayu. Luas wilayah Kecamatan Nanga Serawai adalah
2.128 km² dengan jumlah penduduk pada tahun 2008. Berdasarkan data