Anda di halaman 1dari 8

SariPetunjuk Praktis

Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000 Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000: 155 - 162

Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan


Mulyadi M. Djer, Bambang Madiyono

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan jantung yang sudah didapat sejak
lahir. Manifestasinya klinis bergantung dari berat ringan penyakit, mulai dari asimtomatis
sampai dengan adanya gejala gagal jantung pada neonatus. Dengan berkembangnya
teknologi, terutama dengan ditemukannya ekokardiografi, banyak kelainan jantung
bawaan asimtomatis yang dapat dideteksi. Tata laksana meliputi non-bedah dan bedah.
Tata laksana non-bedah meliputi pengobatan medikamentosa dan kardiologi intervensi,
sedangkan tata laksana bedah meliputi bedah paliatif dan operasi definitif. Tujuan tata
laksana medikamentosa dan bedah paliatif adalah untuk mengatasi gejala klinis akibat
komplikasi PJB sambil menunggu waktu yang tepat untuk dilakukan operasi definitif.
Akhir-akhir ini telah dikembangkan kardiologi intervensi, suatu tindakan yang memberi
harapan baru bagi pasien PJB tanpa operasi, namun saat ini biayanya masih cukup
tinggi.

Kata kunci: penyakit jantung bawaan, bedah jantung, kardiologi intervensi, ekokardiografi

P enyakit jantung bawaan (PJB) merupakan


bentuk kelainan jantung yang sudah di-
dapatkan sejak bayi baru lahir. Manifestasi
klinis kelainan ini bervariasi dari yang paling ringan
Indonesia 200 juta, dan angka kelahiran 2%, maka
jumlah penderita PJB di Indonesia bertambah 32000
bayi setiap tahun. Kendala utama dalam menangani
anak dengan PJB adalah tingginya biaya pemeriksaan
sampai berat. Pada bentuk yang ringan, sering tidak dan operasi. Pengalaman kami di poliklinik Kardiologi
ditemukan gejala, dan tidak ditemukan kelainan pada RSCM, mendapatkan sebagian besar anak dengan PJB
pemeriksaan klinis. Sedangkan pada PJB berat, gejala yang berobat berasal dari keluarga yang tidak mampu.2
sudah tampak sejak lahir dan memerlukan tindakan Makalah ini membahas tentang hemodinamik,
segera. Dengan berkembangnya teknologi, khususnya klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tata
ekokardiografi, banyak kelainan jantung yang laksana, komplikasi PJB serta perkembangan mutakhir
sebelumnya tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan di bidang kardiologi.
fisis dan penunjang biasa, EKG, radiologi dengan
menggunakan alat ini dapat dideteksi dengan
mudah.1-4 Hemodinamik
Angka kejadian PJB di Indonesia adalah 8 tiap
1000 kelahiran hidup. 1 Jika jumlah penduduk Jantung sebagai pompa, berfungsi memompakan darah
ke seluruh tubuh untuk memenuhi tubuh akan
kebutuhan metabolisme.
Staff pengajar sub bagian kardiologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Sebagai pompa darah, kinerja jantung dipengaruhi
FKUI - RSCM (Dr. Mulyadi M . Djer Sp.A dan Prof. DR. Bambang oleh beban diastolik (preload), beban sistolik (afterload),
Madiyono SpAK, SpJP)
kontraktilitas dan laju jantung. Secara anatomis
jantung terdiri dari 4 ruang yang terpisah oleh sekat
Alamat korespondensi:
Dr. Mulyadi, Sp.A. yaitu 2 serambi (atrium) dan 2 bilik (ventrikel).
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Jl. Salemba 6, Jakarta 10430. Pembuluh nadi utama (aorta) keluar dari bilik kiri,
Tel. 392 5901, 315 5742, Fax. 3907743. sedangkan pembuluh nadi paru (arteri pulmonal)

155
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000

keluar dari bilik kanan jantung. Pembuluh balik besar Etiologi


(vena kava) yang menampung darah dari seluruh
tubuh, masuk ke dalam atrium kanan sedangkan Pada sebagian besar kasus, penyebab PJB tidak
pembuluh balik paru (vena pulmonalis) masuk ke diketahui. Pelbagai jenis obat, penyakit ibu, pajanan
dalam atrium kiri. terhadap sinar Rontgen, diduga merupakan penyebab
Darah yang mengandung oksigen tinggi dari eksogen penyakit jantung bawaan. Penyakit rubela yang
ventrikel kiri, melalui aorta akan dipompakan ke diderita ibu pada awal kehamilan dapat menyebabkan
seluruh tubuh untuk memenuhi metabolisme tubuh. PJB pada bayi. Di samping faktor eksogen terdapat
Selanjutnya darah dengan saturasi rendah yang berasal pula faktor endogen yang berhubungan dengan
dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke dalam kejadian PJB. Pelbagai jenis penyakit genetik dan
atrium kanan yang kemudian masuk ke dalam ventrikel sindrom tertentu erat berkaitan dengan kejadian PJB
kanan untuk selanjutnya dipompakan ke paru melalui seperti sindrom Down, Turner, dan lain-lain.1,5
arteri pulmonal untuk dibersihkan di paru. Darah yang
mengandung oksigen tinggi dari paru, melalui vena
pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, kemudian Manifestasi Klinis
dialirkan ke ventrikel kiri untuk selanjutnya dipompa-
kan ke seluruh tubuh. Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung dapat
Penyakit jantung bawaan dapat berupa defek pada memberikan gejala yang menggambarkan derajat
sekat yang membatasi ke dua atrium atau ventrikel kelainan. Adanya gangguan pertumbuhan, sianosis,
sehingga terjadi percampuran darah pada tingkat berkurangnya toleransi latihan, kekerapan infeksi
atrium atau ventrikel, misalnya defek septum saluran napas berulang, dan terdengarnya bising
ventrikel atau defek septum atrium. Dapat juga terjadi jantung, dapat merupakan petunjuk awal terdapatnya
pada pembuluh darah yang tetap terbuka yang kelainan jantung pada seorang bayi atau anak.1
seharusnya menutup setelah lahir seperti pada duktus
arteriosus persisten. Kelainan lain berupa kelainan a. Gangguan pertumbuhan. Pada PJB nonsianotik
yang lebih kompleks seperti tertukarnya posisi aorta dengan pirau kiri ke kanan, gangguan pertumbuh-
dan arteri pulmonalis atau kelainan muara vena an timbul akibat berkurangnya curah jantung.
pulmonalis.1 Pada PJB sianotik, gangguan pertumbuhan timbul
akibat hipoksemia kronis. Gangguan pertumbuh-
an ini juga dapat timbul akibat gagal jantung kronis
Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan pada pasien PJB.

Secara garis besar penyakit jantung bawaan dibagi 2 b. Sianosis. Sianosis timbul akibat saturasi darah yang
kelompok, yaitu penyakit jantung bawaan sianotik dan menuju sistemik rendah. Sianosis mudah dilihat
penyakit jantung bawaan nonsianotik. Penyakit pada selaput lendir mulut, bukan di sekitar mulut.
jantung bawaan sianotik ditandai oleh adanya sianosis Sianosis akibat kelainan jantung ini (sianosis
sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri, sebagai sentral) perlu dibedakan pada sianosis perifer yang
contoh tetralogi Fallot, transposisi arteri besar, atresia sering didapatkan pada anak yang kedinginan.
trikuspid.1 Sianosis perifer lebih jelas terlihat pada ujung-
Termasuk dalam kelompok penyakit jantung ujung jari.
bawaan nonsianotik adalah penyakit jantung bawaan
dengan kebocoran sekat jantung yang disertai pirau c. Toleransi latihan. Toleransi latihan merupakan
kiri ke kanan di antaranya adalah defek septum petunjuk klinis yang baik untuk menggambarkan
ventrikel, defek septum atrium, atau tetap terbukanya status kompensasi jantung ataupun derajat
pembuluh darah seperti pada duktus arteriosus kelainan jantung. Pasien gagal jantung selalu
persisten. Selain itu penyakit jantung bawaan menunjukkan toleransi latihan berkurang.
nonsianotik juga ditemukan pada obtruksi jalan keluar Gangguan toleransi latihan dapat ditanyakan pada
ventrikel seperti stenosis aorta, stenosis pulmonal dan orangtua dengan membandingkan pasien dengan
koarktasio aorta.1 anak sebaya, apakah pasien cepat lelah, napas

156
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000

menjadi cepat setelah melakukan aktivitas yang diagnostik kardiovaskular dalam dekade terakhir
biasa, atau sesak napas dalam keadaan istirahat. menyebabkan pergeseran persentase angka kejadian
Pada bayi dapat ditanyakan saat bayi menetek. beberapa jenis penyakit jantung bawaan tertentu. Hal
Apakah ia hanya mampu minum dalam jumlah ini tampak jelas pada defek septum atrium dan
sedikit, sering beristirahat, sesak waktu mengisap, transposisi arteri besar yang makin sering dideteksi
dan berkeringat banyak. Pada anak yang lebih besar lebih awal.1,6-8
ditanyakan kemampuannya berjalan, berlari atau Makin canggihnya alat ekokardiografi yang
naik tangga. Pada pasien tertentu seperti pada dilengkapi dengan Doppler berwarna, pemeriksaan
tetralogi Fallot anak sering jongkok setelah lelah tersebut dapat mengambil alih sebagian peran
berjalan. pemeriksaan kateterisasi dan angiokardiografi. Hal ini
sangat dirasakan manfaatnya untuk bayi dengan PJB
d. Infeksi saluran napas berulang. Gejala ini timbul kompleks, yang sukar ditegakkan diagnosisnya hanya
akibat meningkatnya aliran darah ke paru sehingga berdasarkan pemeriksaan dasar rutin dan sulitnya
mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pemeriksaan kateterisasi jantung pada bayi. Eko-
pasien dirujuk ke ahli jantung anak karena anak kardiografi dapat pula dipakai sebagai pemandu pada
sering menderita demam, batuk dan pilek. tindakan septostomi balon transeptal pada transposisi
Sebaliknya tidak sedikit pasien PJB yang sebelum- arteri besar. Di samping lebih murah, ekokardiografi
nya sudah diobati sebagai tuberkulosis sebelum di mempunyai keunggulan lainnya yaitu mudah
rujuk ke ahli jantung anak. dikerjakan, tidak menyakitkan, akurat dan pasien
terhindar dari pajanan sinar X. Bahkan di rumah sakit
e. Bising jantung. Terdengarnya bising jantung yang mempunyai fasilitas pemeriksaan ekokardiografi,
merupakan tanda penting dalam menentukan foto toraks sebagai pemeriksaan rutinpun mulai
penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang ditinggalkan. Namun demikian apabila di tangan
tanda ini yang merupakan alasan anak dirujuk seorang ahli tidak semua pertanyaan dapat dijawab
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lokasi dengan menggunakan sarana ini, pada keadaan
bising, derajat serta penjalarannya dapat menentu- demikian angiografi radionuklir dapat membantu.
kan jenis kelainan jantung. Namun tidak Pemeriksaan ini di samping untuk menilai secara akurat
terdengarnya bising jantung pada pemeriksaan fungsi ventrikel kanan dan kiri, juga untuk menilai
fisis, tidak menyingkirkan adanya kelainan jantung derasnya pirau kiri ke kanan. Pemeriksaan ini lebih
bawaan. Jika pasien diduga menderita kelainan murah daripada kateterisasi jantung, dan juga kurang
jantung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan traumatis.
penunjang untuk memastikan diagnosis. Tingginya akurasi pemeriksaan ekokardiografi,
membuat pemeriksaan kateterisasi pada tahun 1980
menurun drastis. Sarana diagnostik lain terus berkem-
Diagnosis bang, misalnya digital substraction angiocardiography,
ekokardiografi transesofageal, dan ekokardiografi
Diagnosis penyakit jantung bawaan ditegakkan intravaskular. Sarana diagnostik utama yang baru
berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisis, adalah magnetic resonance imaging, dengan dilengkapi
pemeriksaan penunjang dasar serta lanjutan. Pe- modus cine sarana pemeriksaan ini akan merupakan
meriksaan penunjang dasar yang penting untuk andalan di masa mendatang.1,6-8
penyakit jantung bawaan adalah foto rontgen dada,
elektrokardiografi, dan pemeriksaan laboratorium
rutin. Pemeriksaan lanjutan (untuk penyakit jantung Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan
bawaan) mencakup ekokardiografi dan kateterisasi
jantung. Kombinasi ke dua pemeriksaan lanjutan Dengan berkembangnya ilmu kardiologi anak, banyak
tersebut untuk visualisasi dan konfirmasi morfologi dan pasien dengan penyakit jantung bawaan dapat
pato-anatomi masing-masing jenis penyakit jantung diselamatkan dan mempunyai nilai harapan hidup
bawaan memungkinkan ketepatan diagnosis men- yang lebih panjang. Umumnya tata laksana penyakit
dekati seratus persen. Kemajuan teknologi di bidang jantung bawaan meliputi tata laksana non-bedah dan

157
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000

tata laksana bedah. Tata laksana non-bedah meliputi µg/kg/menit. Obat ini akan bekerja dalam waktu 10-
tata laksana medikamentosa dan kardiologi inter- 30 menit sejak pemberian dan efek terapi ditandai
vensi.1,9,10 dengan kenaikan PaO2 15-20 mmHg dan perbaikan
Tata laksana medikamentosa umumnya bersifat pH. Pada PJB dengan sirkulasi pulmonal tergantung
sekunder sebagai akibat komplikasi dari penyakit duktus arteriosus, duktus arteriosus yang terbuka lebar
jantungnya sendiri atau akibat adanya kelainan lain dapat memperbaiki sirkulasi paru sehingga sianosis
yang menyertai. Dalam hal ini tujuan terapi medika- akan berkurang. Pada PJB dengan sirkulasi sistemik
mentosa untuk menghilangkan gejala dan tanda di yang tergantung duktus arteriosus, duktus arteriosus
samping untuk mempersiapkan operasi. Lama dan cara yang terbuka akan menjamin sirkulasi sistemik lebih
pemberian obat-obatan tergantung pada jenis penyakit baik. Pada transposisi arteri besar, meskipun bukan
yang dihadapi. merupakan lesi yang bergantung duktus arteriosus,
Hipoksemia, syok kardiogenik, dan gagal jantung duktus arteriosus yang terbuka akan memperbaiki
merupakan tiga penyulit yang sering ditemukan pada percampuran darah.
neonatus atau anak dengan kelainan jantung bawaan. Pada pasien yang mengalami syok kardiogenik
Perburukan keadaan umum pada dua penyulit pertama harus segera diberikan pengobatan yang agresif dan
ada hubungannya dengan progresivitas penutupan pemantauan invasif. Oksigen harus segera diberikan
duktus arterious, dalam hal ini terdapat ketergantungan dengan memakai sungkup atau kanula hidung. Bila
pada tetap terbukanya duktus. Keadaan ini termasuk ventilasi kurang adekuat harus dilakukan intubasi
ke dalam golongan penyakit jantung bawaan kritis. endotrakeal dan bila perlu dibantu dengan ventilasi
Tetap terbukanya duktus ini diperlukan untuk (1) mekanis. Prostaglandin E1 0,1 µg/kg/menit dapat
percampuran darah pulmonal dan sistemik, misalnya diberikan untuk melebarkan kembali dan menjaga
pada transposisi arteri besar dengan septum ventrikel duktus arteriosus tetap terbuka. Obat-obatan lain
utuh, (2) penyediaan darah ke aliran pulmonal, seperti inotropik, vasodilator dan furosemid diberikan
misalnya pada tetralogi Fallot berat, stenosis pulmonal dengan dosis dan cara yang sama dengan tata laksana
berat, atresia pulmonal, dan atresia trikuspid, (3) gagal jantung.
penyediaan darah untuk aliran sistemik, misalnya pada Pada pasien PJB dengan gagal jantung , tata laksana
stenosis aorta berat, koarktasio aorta berat, interupsi yang ideal adalah memperbaiki kelainan struktural
arkus aorta dan sindrom hipoplasia jantung kiri. Perlu jantung yang mendasarinya. Pemberian obat-obatan
diketahui bahwa penanganan terhadap penyulit ini bertujuan untuk memperbaiki perubahan hemo-
hanya bersifat sementara dan merupakan upaya dinamik, dan harus dipandang sebagai terapi sementara
untuk‘menstabilkan keadaan pasien, menunggu sebelum tindakan definitif dilaksanakan. Pengobatan
tindakan operatif yang dapat berupa paliatif atau gagal jantung meliputi (1) penatalaksanaan umum
koreksi total terhadap kelainan struktural jantung yang yaitu istirahat, posisi setengah duduk, pemberian
mendasarinya. oksigen, pemberian cairan dan elektrolit serta koreksi
Jika menghadapi neonatus atau anak dengan terhadap gangguan asam basa dan gangguan elektrolit
hipoksia berat, tindakan yang harus dilakukan adalah yang ada. Bila pasien menunjukkan gagal napas, perlu
(1) mempertahankan suhu lingkungan yang netral dilakukan ventilasi mekanis (2) pengobatan medika-
misalnya pasien ditempatkan dalam inkubator pada mentosa dengan menggunakan obat-obatan. Obat-
neonatus, untuk mengurangi kebutuhan oksigen, (2) obat yang digunakan pada gagal jantung antara lain
kadar hemoglobin dipertahankan dalam jumlah yang (a) obat inotropik seperti digoksin atau obat inotropik
cukup, pada neonatus dipertahankan di atas 15 g/dl, lain seperti dobutamin atau dopamin. Digoksin untuk
(3) memberikan cairan parenteral dan mengatasi neonatus misalnya, dipakai dosis 30 µg/kg. Dosis
gangguan asam basa, (4) memberikan oksigen pertama diberikan setengah dosis digitalisasi, yang
menurunkan resistensi paru sehingga dapat menambah kedua diberikan 8 jam kemudian sebesar seperempat
aliran darah ke paru, (5) pemberian prostaglandin E1 dosis sedangkan dosis ketiga diberikan 8 jam
supaya duktus arteriosus tetap terbuka dengan dosis berikutnya sebesar seperempat dosis. Dosis rumat
permulaan 0,1 µg/kg/menit dan bila sudah terjadi diberikan setelah 8-12 jam pemberian dosis terakhir
perbaikan maka dosis dapat diturunkan menjadi 0,05 dengan dosis seperempat dari dosis digitalisasi. Obat
inotropik isoproterenol dengan dosis 0,05-1 µg/kg/

158
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000

menit diberikan bila terdapat bradikardia, sedangkan diameter arteri pulmonalis. Banding arteri pulmonalis
bila terdapat takikardia diberikan dobutamin 5-10 µg/ dilakukan pada kasus dengan aliran pulmonal yang
kg/menit atau dopamin bila laju jantung tidak begitu berlebihan akibat pirau dari kiri ke kanan di dalam
tinggi dengan dosis 2-5 µg/kg/menit. Digoksin tidak jantung seperti pada defek septum ventrikel besar,
boleh diberikan pada pasien dengan perfusi sistemik ventrikel kanan jalan keluar ganda tanpa stenosis
yang buruk dan jika ada penurunan fungsi ginjal, pulmonal, defek septum atrioventrikular, transposisi
karena akan memperbesar kemungkinan intoksikasi arteri besar, dan lain-lain. (2) Pirau antara sirkulasi
digitalis. (b) vasodilator, yang biasa dipakai adalah sistemik dengan pulmonal. Prosedur ini dilakukan
kaptopril dengan dosis 0,1-0,5 mg/kg/hari terbagi 2-3 pada kelainan dengan aliran darah paru yang sangat
kali per oral. Terakhir (c) diuretik, yang sering berkurang sehingga saturasi oksigen rendah, anak
digunakan adalah furosemid dengan dosis 1-2 mg/kg/ menjadi biru dan sering disertai asidosis. Jenis-jenis
hari per oral atau intravena.1,9,10 operasi pirau antara lain: (a) Blalock-Taussig klasik,
yaitu membebaskan arteri subklavia dan menyam-
bungkannya ke arteri pulmonalis kiri atau kanan, (b)
Bedah Jantung Modifikasi Blalock-Taussig, memasang pipa Gore-Tex
antara arteri subklavia dengan arteri pulmonalis kanan
Kemajuan dalam bidang perinatologi memungkinkan atau kiri, (c) Pirau sentral, membuat hubungan antara
bayi dengan keadaan umum yang buruk dapat aorta dengan arteri pulmonalis (Waterson, Potts,
bertahan hidup. Sementara itu perkembangan dengan Gore-Tex) dan (d) Pirau antara vena kava
teknologi diagnostik telah mampu mendeteksi kelainan superior dengan arteri pulmonalis (Glenn shunt atau
jantung secara dini pada bayi baru lahir, bahkan sejak bidirectional cavo-pulmonary shunt). (3) Septostomi
dalam kandungan dengan ekokardiografi janin. Di atrium. Prosedur ini dilakukan pada bayi sampai usia
dalam bidang bedah jantung, kemampuan untuk 3 bulan, yakni dengan kateter balon melalui vena
melakukan operasi ditunjang oleh (1) teknologi pintas femoralis. Tindakan ini dapat dilakukan di ruang
jantung-paru yang sudah semakin aman untuk bayi perawatan intensif dengan bimbingan ekokardiografi,
dengan berat badan yang rendah, (2) tersedianya atau dapat juga dikerjakan di ruangan kateterisasi
instrumen yang diperlukan, (3) perbaikan kemampuan jantung. Pada anak yang lebih besar, tindakan ini
unit perawatan intensif pasca bedah, dan (4) dilakukan menurut metode Blalock-Hanlon. Septos-
pengalaman tim dalam mengerjakan kasus yang tomi atrium dilakukan pada transposisi arteri besar
rumit.6,11,12 untuk menambah percampuran darah, pada anomali
Pada prinsipnya penanganan penyakit jantung parsial drainase v. pulmonalis untuk mengurangi
bawaan harus dilakukan sedini mungkin. Koreksi bendungan v. pulmonalis, dan pada atresia trikuspid
definitif yang dilakukan pada usia muda akan mencegah untuk mengurangi bendungan vena sistemik.
terjadinya distorsi pertumbuhan jantung, juga mencegah Kemajuan yang pesat dalam pembedahan memung-
terjadinya hipertensi pulmonal. Operasi paliatif saat ini kinkan dilakukannya tindakan korektif pada penyakit
masih banyak dilakukan dengan tujuan memperbaiki jantung bawaan. Tindakan pembedahan korektif ini
keadaan umum, sambil menunggu saat operasi korektif terutama dilakukan setelah ditemukan rancang-bangun
dapat dilakukan. Namun tindakan paliatif ini seringkali oksigenator yang aman, khususnya pada bayi kecil.
menimbulkan distorsi pertumbuhan jantung, di Metode yang banyak dipakai adalah “henti sirkulasi”,
samping pasien menghadapi risiko operasi dua kali sehingga lapangan operasi menjadi bersih dari genangan
dengan biaya yang lebih besar pula. Oleh karena itu terus darah dan tidak terganggu oleh kanula vena. Ada
dilakukan upaya serta penelitian agar operasi jantung beberapa kelainan jantung bawaan yang memerlukan
dapat dilakukan pada neonatus dengan lebih aman. pembedahan korektif pada usia neonatus misalnya
Kecenderungan di masa mendatang adalah koreksi anomali total drainase vena pulmonalis dengan
definitif dilakukan pada neonatus. obstruksi, transposisi tanpa defek septum ventrikel,
Bentuk operasi paliatif yang sering dikerjakan trunkus arteriosus dengan gagal jantung. Sebagian lagi
pada penyakit jantung bawaan antara lain (1) Banding pembedahan dapat ditunda sampai usia lebih besar, atau
arteri pulmonalis. Prosedur ini dilakukan dengan memerlukan operasi paliatif untuk menunggu saat yang
memasang jerat pita dakron untuk memperkecil tepat untuk koreksi.6,11,12

159
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000

Kardiologi Intervensi hasilnya cukup baik, dan biayanya juga jauh lebih
rendah dibandingkan dengan operasi. Di RSJHK,
Salah satu prosedur pilihan yang sangat diharapkan di prosedur ini sejak tahun 1985 telah dilakukan pada
bidang kardiologi anak adalah kardiologi intervensi 48 kasus stenosis katup pulmonal yang seringkali
nonbedah melalui kateterisasi pada pasien penyakit disertai stenosis infundibulum. Umumnya pasca
jantung bawaan. Tindakan ini selain tidak traumatis BVP kondisi fisik pasien bertambah baik. Penyulit
dan tidak menimbulkan jaringan parut, juga diharap- terjadi pada 1 kasus karena muskulus papilaris
kan biayanya lebih murah. Meskipun kardiologi katup trikuspid putus saat tindakan dikerjakan
intervensi telah dikembangkan sejak tahun 1950, sehingga memerlukan pembedahan emergensi.
namun hingga pertengahan tahun 1980 belum semua • Balloon mitral valvotomy (BMV) umumnya
jenis intervensi trans-kateter dapat dikerjakan pada dikerjakan pada kasus stenosis katup mitral akibat
anak, termasuk balloon atrial septostomy.13-15 demam reumatik.
Di Indonesia kardiologi intervensi pada anak • Balloon aortic valvuloplasty (BAV) belum dilakukan
dimulai pada tahun 1989, diawali dengan kemajuan rutin dan kasusnya juga jarang dijumpai. Prosedur
di bidang balloon mitral valvotomy yang dilakukan di ini baru dikerjakan pada 2 kasus.
Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta pada • Penyumbatan duktus arteriosus menggunakan coil
kasus stenosis katup mitral. Kemudian disusul Gianturco juga dikerjakan pada beberapa kasus,
prosedur balloon atrial septostomy pada tahun 1989.13 namun belum dianggap rutin karena harga coil dan
Pada tahun yang sama balloon pulmonal valvotomy peralatan untuk memasukkan coil tersebut cukup
mulai dikerjakan. Selanjutnya prosedur intervensi mahal. Tindakan ini telah dilakukan pada 12 kasus
yang dilakukan adalah oklusi duktus arteriosus dengan duktus arteriosus persisten, kesemuanya
persisten dengan coil Gianturco yang baru dimulai 3 memakai coil Gianturco. Penyulit hemolisis terjadi
tahun terakhir. Di Indonesia sejauh ini baru 3 pusat pada 3 kasus.13
pelayanan kardiologi anak yang melakukan intervensi • Di Subbagian Kardiologi FKUI/RSCM tindakan
kardiologi, yaitu RS Jantung Harapan Kita dan RSUP intervensi kardiologi yang pernah dilakukan adalah
Cipto Mangunkusumo di Jakarta dan RSUP Dr. dilatasi balon dan pemasangan stent pada arteri
Soetomo Surabaya. Berbagai jenis kardiologi renalis pada pasien arteritis Takayasu. Pasca
intervensi antara lain adalah: tindakan kondisi pasien baik dan tekanan darah
turun. Tindakan lainnya seperti penutupan DSA
• Balloon atrial septostomy (BAS) adalah prosedur (defek septum atrium), DSV (defek septum
rutin yang dilakukan pada pasien yang memer- ventrikel), fistula koroner, MAPCA (major aortico
lukan percampuran darah lebih baik, misalnya -pulmonary collateral arteries) belum pernah
TAB (transposisi arteri besar) dengan septum dilakukan.13
ventrikel yang utuh. Prosedur ini dilakukan • Di Institut Jantung Negara Kuala Lumpur
dengan membuat lubang di septum interatrium, Malaysia, penutupan duktus arteriosus persisten
dan biasanya dilakukan di ruang rawat intensif dilakukan dengan menggunakan umbrella, coil dan
dengan bimbingan ekokardiografi. Di RSJHK ADO (amplatzer ductal occluder); sedangkan untuk
telah dilakukan 64 prosedur BAS dan umumnya defek septum atrium ditutup dengan mengguna-
prosedur ini berhasil menciptakan lubang di kan ASO (amplatzer septal occluder).14 Di Royal
septum interatrium dan memperbaiki kondisi Children,s Hospital Melbourne, Australia telah
pasien. Namun sebanyak 3 pasien mengalami dilakukan penutupan defek septum ventrikel tipe
kegagalan karena sulitnya kateter balon memasuki muskular yang sulit dioperasi dengan amplatzer
foramen ovale paten pada pasien dengan septum device.8
atrium yang melengkung atau atrium kiri yang
kecil. Satu pasien meninggal karena perforasi di
daerah vena pulmonalis. Komplikasi
• Balloon pulmonal valvuloplasty (BPV) kini
merupakan prosedur standar untuk melebarkan Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit jantung
katup pulmonal yang menyempit, dan ternyata bawaan antara lain1

160
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000

1. Sindrom Eisenmenger. Komplikasi ini terjadi pada 6. Pemantauan yang cermat untuk mengetahui
PJB non-sianotik yang menyebabkan aliran darah adanya komplikasi, sehingga dapat dilakukan
ke paru yang meningkat. Akibatnya lama kelamaan tindakan sebelum komplikasi ada.
pembuluh kapiler di paru akan bereaksi dengan
meningkatkan resistensinya sehingga tekanan di
arteri pulmonal dan di ventrikel kanan meningkat. Penutup
Jika tekanan di ventrikel kanan melebihi tekanan
di ventrikel kiri maka terjadi pirau terbalik dari Ketelitian dan kecermatan sangat diperlukan dalam
kanan ke kiri sehingga anak mulai sianosis. menangani bayi atau anak dengan penyakit jantung
Tindakan bedah sebaiknya dilakukan sebelum bawaan. Semua jajaran tenaga kesehatan mulai dari
timbul komplikasi ini. paramedis, dokter umum, dokter keluarga, dokter
2. Serangan sianotik. Komplikasi ini terjadi pada spesialis anak, dokter spesialis jantung dan konsultan
PJB sianotik. Pada saat serangan anak menjadi kardiologi anak serta dokter spesialis bedah jantung,
lebih biru dari kondisi sebelumnya, tampak semuanya mempunyai andil dalam membentuk
sesak bahkan dapat timbul kejang. Kalau tidak jaringan pelayanan kardiologi anak terpadu yang saling
cepat ditanggulangi dapat menimbulkan melengkapi dalam satu sistem rujukan, dalam rangka
kematian. menuju pelayanan kesehatan komprehensif.
3. Abses otak. Abses otak biasanya terjadi pada PJB
sianotik. Biasanya abses otak terjadi pada anak
yang berusia di atas 2 tahun. Kelainan ini Daftar Pustaka
diakibatkan adanya hipoksia dan melambatnya
aliran darah di otak. Anak biasanya datang dengan 1. Allen HD, Franklin WH, Fontana ME. Congenital heart
kejang dan terdapat defisit neurologis. disease: untreated and operated. Dalam: Emmanoulides
GC, Riemenschneider TA, Allen HD, Gutgesell HP,
penyunting. Moss and Adams heart disease in infants,
Apa yang Harus Dilakukan bila Menghadapi children, and adolescents. Edisi ke-5. Baltimore:
Pasien atau Dicurigai Menderita PJB? Williams & Wilkins; 1995. h. 657-64.
2. Madiyono B. Kardiologi anak masa lampau, kini dan
masa mendatang: perannya dalam pencegahan dan
Bila menghadapi seorang anak yang dicurigai
penanggulangan penyakit kardiovaskular. Pidato
menderita penyakit jantung bawaan, yang perlu pengukuhan guru besar tetap dalam bidang ilmu
dilakukan adalah kesehatan anak, FKUI, Jakarta, 11 Juni 1997. Jakarta:
Lembaga Penerbit UI; 1997.
1. Menempatkan pasien khususnya neonatus pada 3. Rahayoe AU. Pelayanan penderita penyakit jantung
bawaan di Indonesia. Perkembangan, permasalahan dan
lingkungan yang hangat, dapat dilakukan antisipasi di masa depan. Dalam: Putra ST, Roebiono
dengan membedong atau menempatkannya PS, Advani N, penyunting. Penyakit jantung bawaan
pada inkubator. pada bayi dan anak. Jakarta: Forum Ilmiah Kardiologi
2. Memberikan oksigen Anak Indonesia; 1998. h. 1-17.
4. Rilantono LI. Kardiologi anak: tuntutan dan
3. Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi
perkembangannya. Dalam: Putra ST, Advani N,
gangguan elektrolit serta asam basa. Rahayoe AU, penyunting. Dasar-dasar diagnosis dan
4. Mengatasi kegawatan dengan menggunakan tata laksana penyakit jantung bawaan pada anak.
obat-obatan jika terdapat tanda tanda seperti Jakarta: Forum Ilmiah Kardiologi Anak Indonesia;
gagal jantung, serangan sianotik, renjatan 1996. h. 10-21.
5. Sastroasmoro S, Nurhamzah W, Madiyono B, Oesman
kardiogenik. IN, Putra ST. Association between maternal hormone
5. Menegakkan diagnosis/jenis kelainan yang exposure and the development of congenital heart disease
diderita. Jika tidak memiliki fasilitas, pasien of the truncal type A. A case-control study. Paediatr
dapat dirujuk ke tempat yang fasilitasnya Indones 1993; 33:291-300.
lengkap terutama tersedia alat ekokardiografi. 6. Emmanouilides GC. The development of pediatric
cardiology: history milestones. Dalam: Emmanoulides
Tata laksana PJB dan edukasi yang disampaikan GC, Riemenschneider TA, Allen HD, Gutgesell HP,
ke orangtua pasien, tergantung dari jenis penyunting. Moss and Adams heart disease in infants,
kelainan yang ada. children, and adolescents. Edisi ke-5. Baltimore:

161
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000

Williams & Wilkins; 1995. h. xxi-iv. perhatian khusus pada penyakit jantung bawaan. Dalam:
7. Rahayuningsih SE, Rahayoe AU, Harimurti GM, Putra ST, Advani N, Rahayoe AU, penyunting. Dasar-
Roebiono PS, Rachmat J. Diagnostic accuracy of dasar diagnosis dan tata laksana penyakit jantung bawaan
echocardiography in isolated ventricular septal defect. pada anak. Jakarta: Forum Kardiologi Anak Indonesia;
Indones J Pediatr Cardiol 1999,1:19-21. 1996. h. 23-31.
8. Wilkinson JL. Practical guidelines to early detection of 12. Rachmat J. Pembedahan jantung pada neonatus. Dalam:
congenital heart disease in the newborn period. Indones Sastroasmoro S, Madiyono B, Putra ST, penyunting.
J Pediatr Cardiol 1999,1:30-9. Pengenalan dini dan tata laksana penyakit jantung
9. Oesman IN. Tata laksana penyakit jantung bawaan bawaan pada neonatus. Pendidikan tambahan berkala
dengan penyulit pada neonatus. Dalam: Sastroasmoro bagian ilmu kesehatan anak FKUI ke-32, 1994. Jakarta:
S, Madiyono B, Putra ST, penyunting. Pengenalan dini Gaya Baru; 1994. h. 213-24.
dan tata laksana penyakit jantung bawaan pada neonatus. 13. Haryono N. Kardiologi intervensi pada penyakit jantung
Pendidikan tambahan berkala bagian ilmu kesehatan bawaan: pengalaman di Indonesia. Dalam: Putra ST,
anak FKUI ke-32, 1994. Jakarta: Gaya Baru; 1994. h. Roebiono PS, Advani N, penyunting. Penyakit jantung
168-76. bawaan pada bayi dan anak. Jakarta: Forum Ilmiah
10. Sastroasmoro S, Rahayuningsih SE. Tata laksana medis Kardiologi Anak Indonesia; 1998. h. 217-9.
neonatus dengan penyulit jantung bawaan kritis. Dalam: 14. Alwi M. Interventional cardiology for newborn with
Putra ST, Roebiono PS, Advani N, penyunting. Penyakit critical pulmonary stenosis or pulmonary atresia. Indones
jantung bawaan pada bayi dan anak. Jakarta: Forum J Pediatr Cardiol 1998; 1:10-3.
Ilmiah Kardiologi Anak Indonesia; 1998. h. 147-56. 15. Rao PS. Interventional pediatric cardiology: state of the art
11. Racmat J. Perkembangan bedah jantung di Indonesia: and future direction. Pediatr Cardiol 1997; 19:107-24.

162

Anda mungkin juga menyukai