“PERKEMBANGAN BAYI”
Andini Nurul
Syafiqah ( 200404500017)
KELAS B
2021
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
1
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. PERKEMBANGAN FISIK DI MASA BAYI................................................................5
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik di Masa Bayi.................................................5
B. Perkembangan Motorik.............................................................................................11
C. Perkembangan Sensori dan persepsi pada masa bayi................................................14
B. PERKEMBANGAN KOGNITIF DI MASA BAYI.....................................................15
A. Teori Piaget mengenai Perkembangan Bayi..............................................................15
B. Belajar, Mengingat, dan Konseptualisasi..................................................................19
C. Perbedaan Individual dan Pengukuran.....................................................................21
D. Perkembangan Bahasa...............................................................................................22
C. PERKEMBANGAN SOSIOEMOSI DI MASA BAYI................................................26
A. Perkembangan Emosi dan Kepribadian.....................................................................26
B. Orientasi atau pemahaman sosial dan Kelekatan......................................................39
C. Konteks Sosial...........................................................................................................45
BAB III.....................................................................................................................................50
PENUTUP................................................................................................................................50
A. Kesimpulan...................................................................................................................50
B. Saran..............................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................51
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan
seseorang. Dikatakan masa kritis karena pada masa bayi sangat peka terhadap
2
lingkungan dan dikatakan masa keemasan karena masa bayi berlangsung sangat
singkat dan tidak dapat diulang kembali (Depkes, 2009).
Bayi adalah individu yang lemah dan memerlukan adaptasi. Kesulitan proses
adaptasi akan menyebabkan bayi mengalami penurunan berat badan, keterlambatan
perkembangan, perilaku yang tidak teratur bahkan bisa sampai meninggal dunia,
sehingga bayi sangat memerlukan peran seorang ibu (Mansur, 2009). Seorang ibu
adalah perawat utama bagi bayi. Sebaik-baik orang lain mengasuh bayi, jauh lebih
baik seorang ibu karena ibu sekaligus memberikan kasih sayang kepada bayinya. Jika
bayi merasa disayangi dan dicintai ibunya, maka dalam dirinya akan muncul basic
trust (kepercayaan dasar), sehingga bayi akan merasa aman (Indiarti, 2008).
Menurut Heinz Kohut dalam buku SemiunYustinus (2006) mengatakan bayi
sangat membutuhkan peran seorang ibu yang memberi perhatian dan kasih sayang.
Seorang ibu tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik saja tetapi juga memenuhi
kebutuhan psikologis dasarnya. Dengan demikian, seorang ibu dituntut untuk
mengetahui dan memenuhi kebutuhan fisik maupun psikis bayi. Teori psikososial
Sigmund Frued dalam buku Wong Dona (2004) mengatakan
Proses perkembangan jasmani dan perkembangan rohani sudah dimulai sejak
anak di dalam kandung, biasanya Sembilan bulan lamanya. Jadi perkembangan bukan
dimulai dari saat lahirnya. Pada waktu lahir kemampuan otak telah terbentuk 50% dan
kemampuan itu akan terus bertambah sampai dengan umur 5 Tahun. Pertumbuhan
otak sangat bergantung pada kondisi kesehatan anak, untuk anak berumur 2 tahun
berat badan yang ideal 10 kg. dan anak berumur 3 tahun berat badannya 11,5 kg.
pertambahan berat badan itu dipengaruhi oleh keadaan gizi yang terkandung dalam
kebutuhan makanan.
Perkembangan rohani tak dapat diselidiki terlepas dari perkembangan jasmani.
Sunggupun ada perbedaan antara keduanya, perbedaan itu tidak selalu perlu apalagi
pada seorang bayi. Pada saat lahir yang dapat dilakukan bayi ialah menggerakkan
(Desi Ratna Sari)
bibir dan lidahnya berupa gerakan menghisap-isap. Bila diberi air jeruk yang masam,
obat yang pahit, ia meludah-ludah mengeluarkan benda yang tidak enak rasanya.
Pada saat lahirnya, bayi yang satu menunjukkan perbedaan-perbedaan dengan
bayi yang lainnya, perbedaan keadaan tubuh dan perbedaan kesanggupan. Dalam hal
keadaan tubuh umpamanya berbeda beratnya, panjangnya, rambutnya, dan
sebagainya. Dalam hal kesanggupan umpamanya ia dapat menentang cahaya, dapat
3
mengenggam, menangis untuk menyatakan perasaan tak senang, dan sebagainya.
Sedangkan bayi lain baru memperlihatkan kesanggupan semacam itu setelah ia
berumur beberapa hari.
Bayi merupakan makhluk yang perlu dilindungi. Semua kebutuhannya harus
dipenuhi seperti yang diinginkannya, tetapi ia belum pandai menyatakan keinginan
itu. Ia hanya pandai menangis. Bila ibu mendengar bayinya menangis, ibu yang
pertama kali mempunyai bayi tentu merasa bingung tidak mengerti apa yang harus
diperbuatnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya diatas, rumusan
masalah dari penelitian ini adalah
1) Bagaimana Proses Perkembangan Fisik di Masa Bayi
2) Bagaimana Proses Perkembangan Kognitif di Masa Bayi
3) Bagaimana Proses Sosioemosi di Masa Bayi
C. Tujuan
Sesuai rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Tujuan Utama
Untuk mengetahui Proses Perkembangan Fisik di Masa Bayi, Proses
Perkembangan Kognitif di Masa Bayi, dan Proses Sosioemosi di Masa Bayi
2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi
2) Mengidentifikasi Perkembangan Motorik
3) Mengidentifikasi Perkembangan sensoris dan Persepsi
4) Menganalisis Teori Piaget mengenai Perkembangan Bayi
5) Mengidentifikasi Pembelajaran, Mengingat, dan Konseptualisis
6) Menganlisis Perbedaan Individual dan Pengukuran
7) Mengidentifikasi Perkembangan Bahasa
8) Mengidentifikasi Perkembangan Emosi dan Kepribadian
9) Mengidentifikasi Orientasi/Pemahaman Sosial dan Kelekatan
10) Mengidentifikasi Konteks Sosial
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
kakinya ketika berusia 12 minggu dan dengan tangannya ketika berusia 16
minggu.
Pertumbuhan juga memiliki pola proksimodistal, yaitu pertumbuhan yang
dimulai dari bagian tengah lalu bergerak menuju bagian ujung. Sebagai contoh,
bayi dapat mengendalikan otot-otot batang tubuh dan lengannya sebelum dapat
mengendalikan tangan dan jari-jarinya, dan mereka harus menggunakan
keseluruhan tangannya sebelum dapat mengendalikan jari-jarinya.
c) Otak
Pada saat kelahiran, bayi yang awalnya berupa sebuah se tunggal kini telah
berkembang dengan otak yang mengandung sekitar 100 millar vel saraf atau
neuron. Perkembangan otak yang luas ini terus berlangsung setelah kelahlran
6
hingga selama masa bayi dan selanjutnya (Diamond, Casey, & Munakata, 2011.
Nelson, 2011). Karena perkembangan otak di masa bayi masih berlangsung begitu
cepat, kepala bayi sebaiknya dilindungi agar tidak terbentur karena terjatuh atau
hal hal lain dan sebaiknya juga jangan digoncang-goncang. Shaken baby
synarome, yang mengakibatkan pembengkakan dan pendarahan pada otak, yang
dialami oleh ratusan bayi di Amerika Serikat (Croucher, 2010; Fanconi & Lips,
2010). Analisis baru-baru ini menemukan bahwa para ayah menjadi penyebab
yang paling sering untuk sindrom OTAK ini, disusul para perawat bayi, dan teman
laki-laki dari ibu bayi bersangkutan (National Center on Shaken Baby Syndrome,
2010) Studi perkembangan otak di masa bayi merupakan kegiatan yang lebih
menantang dibanding anggapan awam. Bahkan teknologi pencitraan otak yang
terkini sekalipun (uang telah dideskripsikan di Bab l dapat memindai otak
manusia dewasa secara terperind dan sama sekali tidak dapat digunakan pada otak
bavi (Nelson, 2011). Positron-emission-tomography (PET scan mengandung
bahaya radiasi dan bayi juga terlalu sering bergerak sehingga kurang dapat
dipindai dengan magnetic resonance inaging (MRI). Tapi. para peneliti telah
mencapai kesuksesan dengan menggunakan electroencephalogram (EEG), sebuah
alat ukur aktiyitas listrik di otak, dalam mempelajari perkembangan otak di masa
bayi (Bell & Wolfe, 2007). Di antara para peneliti yang meraih banyak kemajuan
dalam meneliti secara lebih lanjut mengenai perkembangan otak di masa bayi
terdapat nama Charles Nelson dan rekan-rekannya (Nelson, 2011; Nelson,
Thomas & de Haan, 2006) .
Perkembangan Otak Ketika lahir, berat otak bayi kurang lebih 25 persen dari
berat otak ketika dewasa. Pada ulang tahun kedua, berat otaknya telah mencapai
75 persen dari berat otak dewasa. Meskipun demikian, kematangan area-area otak
tidak ! terjadi secara bersamaan.
Memetakan Otak Para ilmuwan menganalisis dan mengategorikan area-area
otak dalam banyak cara (Levene, & Chervenak, 2009; Nelson, 2011). Kita
memberi perhatian paling besar pada bagian yang letaknya paling jauh dari saraf
(Desi Ratna Sari)
tulang belakang yang dikenal sebagai otak depan (forebrain) dan mencakup
korteks serebral dan sejumlah struktur di bawahnya. Korteks serebral (cerebral
cortex) menyelimuti otak depan seperti topi berkeriput. Korteks serebral memiliki
dua belahan atau hemisfer. Berdasarkan bukit dan lembah yang terdapat pada
7
korteks, para ilmuwan membedakan empat area utama yang disebut lobus di
setiap hemisfer. Meski pun lobus-lobus ini biasanya saling berfungsi bersama,
masing-masing memiliki fungsi utama tersendiri.
• Lobus frontal (frontal lobe) terlibat dengan gerakan disengaja, berpikir,
personalitas, dan niat atau tujuan.
• Lobus oksipital (occipital lobe) terlibat dengan fungsi penglihatan.
• Lobus temporal (temporal lobe) berperan aktif dengan pendengaran, pemrosesan
bahasa, dan memori.
• Lobus parietal (parietal lobe) berperan penting dengan menentukan lokasi
spasial, atensi, dan kendali motorik.
Secara umum, beberapa daerah di otak, contohnya daerah motorik primer,
berkembang lebih awal dibandingkan daerah lainnya, contohnya daerah sensoris
primer. Lobus frontal belum matang pada saat bayi lahir. Meskipun demikian,
ketika neuron-neuron di lobus frontal mengalami mielinasi dan saling berkaitan
selama satu tahun pertama kehidupan, bayi mengembangkan kemampuan untuk
meregulasikan kondisi-kondisi fisiologisnya, contohnya tidur, dan lebih mampu
mengendalikan refleks-refleksnya. Keterampilan-keterampilan kognitif yang
membutuhkan pemikia yang lebih berkonsentrasi baru mnuncul di kemudian hari
pada tahun pertama terscoe (Bell & Fox, 1992; Bell & Morasch, 2007), Jelas
bahwa daerah prefrontal dan to frontal memiliki masa perkembangan yang paling
lama dibandingkan daerah-daerah otak lainnya, karena perubahan-perubahan yang
berlangsung dapat terdeteksi minimum hingga usia dewasa awal (Steinberg,
2009).
Pengalaman Dini dan Otak Anak-anak yang dibesarkan di lingkungan yang
sangat kekurangan dapat mengalami aktivitas otak yang rendah (Polak dkk.,
2010). Sebagaimana seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak
responsif dan tidak banyak memberi stimulasi, contohnya di panti asuhan model
Roma, memiliki aktivitas otak yang rendah dibandingkan dengan aktivitas otak
anak normal.
(Desi Ratna Sari)
d) Tidur
8
Ketika kita masih bayi, kita tidur lebih banyak dibandingkan sekarang.
Biasanya, bayi baru lahi: akan membutuhkan waktu tidur sebanyak kira-kira 18
jam, namun demikian masing-masing bayi akan sangat bervariasi waktu tidurnya
(Sadeh, 2008).
Bayi juga memiliki pilihan jam tidur dan pola tidur yang bervariasi. Meskipun
jumlah waktu yang diluangkan untuk tidur tetap konsisten, seorang bayi dapat
mengubah waktu tidurnya mulai dari tidur sesekali selama 7 atau 8 jam per hari
menjadi sebanyak tiga atau empat kali tapi selama hanya beberapa jam per
harinya. Rentang waktunya berkisar antara 10 hingga 21 jam. Pada usia sekitar 1
bulan, banyak bayi-bayi di Amerika yang mulai tidur lebih lama di waktu malam.
Pada usia sekitar 6 bulan, pola tidur mereka biasanya mulai menyerupai pola tidur
orang dewasa, dengan tidur paling lama di malam hari dan bangun paling lama di
siang hari (Sadeh, 2008).
Masalah yang paling umum dilaporkan oleh orang tua mengenai waktu tidur
be adalah bangun di waktu malam. Survei menunjukkan 20 hingga 30 persen d
keseluruhan bayi mengalami kesulitan tidur di waktu malam dan tidur sepaniane
malam (Sadeh, 2008). Faktor-faktor apa yang terlibat dalam masalah bayi bangun
waktu malam? Masalah bayi bangun di waktu malam memiliki hubungan
konsisten dengan keterlibatan yang berlebihan dari orang tua terhadap interaksi
yang berkaitan dengan aktivitas tidur sang bayi (Sadeh, 2008). Juga, sebuah studi
terhadap bayi-bayi berusia 9 bulan mengungkapkan bahwa waktu bangun di
malam hari berhubungan dengan faktor-faktor intrinsik seperti aktivitas menangis
dan gelisah di waktu siang. serta faktor-faktor ekstrinsik seperti kesedihan ketika
berpisah dengan sang ibu, pemberian ASI, dan tidur bersama orang tua dalam satu
tempat tidur (DeLeon & Karraker, 2007).
Variasi budaya juga mempengaruhi pola tidur bayi. Sebagai contoh, di budaya
Kipsigis di Kenya, bayi tidur bersama ibunya di malam hari dan boleh menyusui
sewaktu-waktu (Super & Harkness, 1997). Di siang hari, mereka digendong di
punggung ibunya, kemudian menemani sang ibu yang menjalankan serangkaian
tugas dan aktivitas sosial. Sebagai hasilnya, bayi-bayi Kipsigis tidak tidur
(Desi Ratna Sari)
9
sepanjang maiam seperti halnya bayi-bayi Amerika. Selama delapan bulan
pertama kehidupannya. bay bayi Kipsigis jarang tidur lebih lama dari tiga jam,
bahkan di malam hari. Pola tidur seperti ini berbeda secara ekstrem dengan pola
tidur bayi-bayi Amerika, yang berusia 8 bulan sudah mulai tidur delapan jam per
hari.
e) Gizi
Sejak lahir hingga usia satu tahun, pertambahan berat tubuh manusia mencansi
hampir tiga kali lipatnya dan pertambahan panjang tubuhnya mencapai 50 persen.
Apa saja yang dibutuhkan agar pertumbuhan ini dapat terus terjaga? Kebutuhan
Gizi Perbedaan individual di antara para bayi dalam hal penyimpanan nutrisi,
komposisi tubuh, tingkat pertumbuhan, dan pola aktivitas menyulitkan penentuan
kebutuhan nutrisi aktual (Schiff, 2011; Wardlaw & Smith, 2011). Meskipun
demikian, karena orang tua membutuhkan pedoman, ahli nutrisi merekomendasi
para bayi untuk mengonsumsi sekitar 50 kalori per hari untuk setiap pon berat
tubuhnya dibutuhkan orang dewasa per ponnya. dua kali lebih banyak dari yang
Sejumlah perubahan perkembangan yang mencakup aktivitas makan menjadi
karakteristik tahun pertama dalam kehidupan bayi (Black & Hurley 2007). Seiring
peningkatan keterampilan motorik bayi, terjadi perubahan dari gerakan mengisap-
dan-menelan ASI atau susu formula menjadi mengunyah-dan-menelan makanan
semi padat dan yang lebih kompleks. Seiring peningkatan keterampilan motorik
bayi di tahun pertama, terjadi transisi dari disuapi menjadi menyuap sendiri.
"Menjelang akhir tahun pertama kehidupan, anak-anak mampu duduk sendiri,
mampu mengunyah dan menelan sejumlah tekstur makanan, belajar menyuap
makanan sendiri, dan menjalani transisi menuju emu dan pola makan keluarga"
(Black & Hurley, 2008, h. I). Di posisi ini, bayi perlu mendapatkan menu yang
mencakup berbagai macam makanan--terutama buah dan sayur.
Para pengasuh berperan penting dalam perkembangan awal dari pola makan
bayi (Black & kawan-kawan, 2009). Pengasuh yang tidak sensitif terhadap
perubahan perkembangan terkait kebutuhan gizi bayi, pengasuh yang teledor, dan
kondisi miskin dapat berkontribusi terhadap berkembangnya masalah makan pada
bayi (Black & Lozoff, 2008).
(Desi Ratna Sari)
10
B. Perkembangan Motorik
a) Pandangan Sistem Dinamik
Seorang ahli perkembangan, Arnold Gesell (1934), melalui pengamatan yang
cermat berhasil mengungkapkan bagaimana manusia mengembangkan
keterampilan motoriknya. la menemukan bahwa bayi dan anak-anak
mengembangkan kemampuan berguling, berdiri, dan becbagai keterampilan
motorik lainnya dengan urutan tertentu dan dalam kerangka waktu yang spesifik.
Menurut Gesell, hasil pengamatannya ini memperlihatkan bahwa perkembangan
motorik uncul melalui pengembangan suatu rencana genetik atau pematangan
(maturation). Meskipun demikiari, studi-studi selanjutnya nemperlihatkan bahwa
rangkaian perkembangan idak bersifat pasıi dan tidak ierkat begitu kuat dengan
faktor keturunan seperti yang dikemukakan oleh Gesell (Adolph, Karasik, &
Tamis-LeMonda, 2010; Soska, Adolph, & Johnson, 2010). Selaua dua dekade
belakangn, studi mengenai perkembangan motorik mengalani kebangkitan
kembali setelah para psikolog mengemiangkan wawasan-wawasan baru mengenai
bugaimana keterampilan motorik berkembang (Theien & Smith, 1998, 2006).
Salah satu teori yang makin berpengaruh adalah teori sistem dinamik yang
dikemukakan oleh Esther Thelen. Menurut teori sistem dinamik (dynamic system
theory), bayi membangun berbagai keterampilan motorik untuk membentuk
persepsi dan bertindak. Perhatikan banwa teori ini menganggap persepsi dan
tindakan sebagai sebuah pasangan (Thelen & Smith. 1998, 2006). Agar dapat
mengembangkan keterampilan motorik, bayi harus membentuk persepsi mengenai
sesuatu di lingkungannya yang depat menotivasi dirinya uituk bertindak dan
menggunekan persepsinya itu untuk memperhalus gerakan gerakannya.
Keterampilan motorik menjadi solusi terhadap tujuan diri bayi (Bertenthal, 2008)
Bagaimanakah perkembangan keterampilan motorik menur teori ini? Ketika
bayi termotivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat membentuk sebuah
perilaku motorik baru. Perilaku baru tersebut merupakan hasil dari perjumpaan
berbagai faktor perkembangan sistem saraf. karakteristik fisik tubuh dan
kemungkinan pergerakannya, sasaran yang hendak diraih oleh anak, dan
dukungan lingkungam untuk memperoleh keterampilan ini. Sebagai contoh, bayi
hanya dapat belajar berjalan jika sistem sarafnya sudah cukup matang sehingga -
(Desi Ratna Sari)
11
memungkinkan dirinya untuk mengendalikan otot-otot kaki tertentu. ketika kaki
mereka telah cukup berkembang schingga dapat mendukung berat tubub mereka,
dan ketika mereka juga memiliki keinginan untuk bergerak
Penguasaan terhadap sebuah keterampilan motorik menuntut usaha aktif bayi
untuk mengkoordinasikan sejumlah komponen dari keterampilan tersebut Bayi
mengeksplorasi dan menyaring kemungkinan-kemungkinan solusi yang dapa:
dipakal untuk memenuhi tantangan baru; mereka merancang pola-pola adaptif
dengan memodifikasi pola-pola gerakan yang teiah tersedia. Langkah pertama
terjadi ketika bayi ternotivasi oleh sebuah tantangan tugas baru-seperti hasrat
untuk melintasi ruangan-sehingga memulai "usaha coba-coba" sesuai tugas itu
berupa beberapa langkah terhuyung-huyung. Kemudian, bayi "menyetel" gerakan-
gerakannya agar lebih mulus dan efektif. Penyetelan ini dicapai dengan cara
mengulang rangkaian tindakun tersebut dan mempersepsikan konsekuensi dari
tindakan tersebut. Menurut pandangan sistem dinamik, semua tonggak sejarah
yang hersifat universal seperti merangkak, meraih, dan berjalan dipelajari melalui
proses adaptasi ini: Bayi mengatur pola-pola gerakannya agar sesuai dengan tugas
baru, dengan cara mengeksplorasi dar menyaring konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin (Adolph, Karasik, & Tamis-LeMonda, 2010: Thelen & Smith, 2006).
Untuk melihat bagaimana teori sistem dinamis menjelaskan perilaku mutorik,
bayangkan bahwa Anda menawarkan sebuah mainan ke seorang bayi bernama
Gabriel (Thelen 6 kawan-kawan, 1993). Tidak ada program baku yang dapat
memberitahukan kepada Gabriel sebelumnya mengena: cara menggerakkan
lengan, tangan, dan jan- jarinya untuk memegang mainan itu. Gabriel harus
mengadaptasikan tujuannya- niemegang mainan-dan konteksnya. Dari posist
duduk, ia harus melakukan penyesuaian yang cepat sekali unt uk merentangkan
lengannya, menjaga agar tubuhnya tetap stabil schingga lengan dan tubuhnya
tidak jatuh menabrak mainan itu. Otot-otot di lengan dan pundaknya mengkerut
dan merenggang dalam berbagai kombinasi, sesuai sejamilah kekuatan yang
dikerahkannya secara bervariasi. la mengimprovisası cara untuk menggapai
dengan lengannya dan menggenggamkan jari-jarinya pada mainan itu.
Dengan demikian, menurut teori sistem dinamis, perkembangan motorik
bukanlan suatu proses pasif, yang rangkaian perkembangan keteramplannya dari
waktu ke waktu didikte oleh gen. Namun. bayi secara aktif turut terlibat dalam
mengembangkan keterampilan yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan,
12
sesuai dengan keterbatasan tubuh dan lingkungannya. Bawaan dan pengasuhan,
bayi dan lingkutgail. semuanya bekerjasama sebagai bagian dari suatu sistem yang
senantiasa berubah.
b) Refleks
Bayi yang baru lahir tidak sepenuhnya tidak berdaya. Di antara hal-hal lain
yang bisa dilakukannya. bayi memiliki refleks. Sebagai contoh, bayi baru lahir
akan secara otomatis mampu menahan nalas dan mengontraksikan
kerongkongannya untuk meajaga agar air tidak masuk. Refleks merupakan reaksi
terhadap stimuli; refleks mengatur gerakan-gerakan bayi secara otomatis dan
berada di luar kendalinya. Secara genctis, refleks merupakan mekanisme yang
berguna untuk pertahanan hidup. Refleks memungkinkan bayi berespons secara
adaptif terhadap lingkungan sebelum ia memiliki kesempatan untuk belajar lebih
banyak
c) Keterampilan Motorik Kasar
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar,
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh, yang dipengaruhi oleh usia, berat
badan dan perkembangan anak secara fisik. Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, atau naik turun tangga. Perkembangan motorik ini beriringan
dengan proses kematangan fisik anak. Dan kemampuan motorik ini merupakan
hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan sistem saraf, kemampuan fisik yang
memungkinkannya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung
perkembangan kemampuan motorik.
d) Keterampilan Motorik Halus
Motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan
fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus
ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan secara rutin,
seperti bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang
sesuai bentuknya dan sebagainya. Kemampuan motorik halus setiap anak berbeda-
beda, baik dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini dipengaruhi
oleh pembawaan anak dan stimulai yang didapatnya.
Setiap anak bisa mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal
asal mendapatkan stimulasi tepat. Anak justru bisa menjadi bosan dan malas -
(Desi Ratna Sari)
13
mengembangkan kemampuan motorik halusnya jika ia kurang mendapatkan
rangsangan. Tapi, bukan berarti Anda boleh memaksakan satu bentuk stimulasi
atau rangsangan pada anak.
14
e) Persepsi Menyeluruh ( Intermodal)
Bentuk sederhana dari persepsi menyeluruh--kemampuan mengintegrasikan
informasi dari dua atau lebih modalitas sensori.-telah dimiliki bayi baru lahir dan
akan mengalami kemajuan selama satu tahun pertama kehidupannya.
f) Bawaan Pengasuhan dan Perkembangan Persepsi.
Dalam persepsi, pendukung paham bawaan (nature) disebut sebagai nativist
dan. pendukung pengasuhan sebagai empiricist. Pandangan ekologi Gibson yang
telah banyak memandu penelitian perkembangan persepsi berdasarkan pada
pendekatan nativist namun tetap memberi celah bagi perubahan perkembangan
dalam fitur tertentu. Pandangan konstruktivist Piaget berdasarkan pada
pendekatan enpiricist menekankan bahwa berbagai pencapaian persepsi harus
menunggu perkembangan tahap kognitif di masa bayi. Pendekatan empiricist yang
kuat tidak terjamin, Perkenbangan persepsi yang lengkap mencakup peran
bawaan, pengasuhan, dan perkembangan sensitivitas terhadap informasi.
g) Kerja Sama Persepsi
persepsi dan motorik tidak berlangsung sendiri-sendiri namun merupakan
suatu kerjasama. Individu membentuk persepsi agar dapat bergerak dan bergerak
agar dapat membentuk persepsi.
15
(Andini Nurul Syafiqah)
16
Sebagai subtahap yang pertama, berhubungan dengan satu bulan pertama sejak
(Andini Nurul Syafiqah)
17
(Andini Nurul Syafiqah)
18
(Andini Nurul Syafiqah)
demikian, kesalahan A bukan B mungkin terkait dengan kegagalan mengingat.
Kemungkinan penjelasan lainnya adalah bahwa bayi cenderung untuk mengulang
perilaku motoric sebelumnya.
b) Perkembangan Persepsi dan Harapan
Jenis-jenis ekspetasi atau harapan seperti apa yang dibentuk bayi? Eksperimen
yang dilakukan oleh Elizabeth Spelke menjawab pertanyaan ini.Ia berkesimpulan
bahwa sejak usia 4 bulan, meskipun bayi belum mampu berbicara mengenai,
memanipulasi, atau bahkan mengamati dengan resolusi yang tinggi terhadap objek-
objek tertentu mereka mengharapkan objek-objek itu padat permanen. Meskipun
demikian, bayi diusia 4 bulan itu mengharapkan bahwa objek menaati hukum
gravitasi.
Meltzoff mengedepankan bahwa aspek penting dalam pengukuran permanensi objek
adalah apakah bayi-bayi bertindak menurut persepsi mereka; ia menyatakan bahwa
tidak ada bukti bahwa bayi berusia muda mampu bertindak sesuai informasi yang
diterimanya itu. Maka Meltzoff menyimpulkan bahwa apakah waktu yang dihabiskan
untuk memandang adalah ukuran valid untuk permanensi objek, dan sedini apa bayi
mengembangkan permanensi objek, masih tetap menjadi kontroversi.
19
penting dilingkungan serta mengenali objek dan karakteristiknya. Jenis atensi yang
lain adalah Atensi yang dipertahankan, juga disebut atensi yang difokuskan. Stimuli
yang baru biasanya akan memicu respons orientasi dan diikuti atensi dipertahankan.
Adalah atensi dipertahankan yang memungkinkan bayi mempelajari dan mengingat
karakteristik suatu stimulus sehingga menjadi familiar.
a) Habituasi dan Dishabituasi, Disebut habituasi, menurunnya responsivitas terhadap
stimulus setelah disajikan berulang kali. Dishabituasi adalah meningkatnya
responsivitas setelah stimulus diubah. Para peneliti mempelajari terjadinya
habituasi, contohnya menghisap (menghisap akan berhenti apabila bayi
memperhatikan sebuah objek baru), kecepatan detak jantung, dan jumlah waktu
yang dihabiskan oleh bayi untuk mengamati objek tertentu. Para peneliti terhadap
dishabituasi berusaha menentukan sejauh apa bayi mampu melihat, mendengar,
mencium, dan menyentuh. Pengetahuan mengenai habituasi dan dishabituasi dapat
membantu interaksi orang tua dan bayi agar berlangsung lebih efektif. Bayi
merespons terhadap perubahan stimulasi. Orang tua yang bijaksana akan
mengenali ketika bayinya memperlihatkan minat dan menyadari bahwa mereka
harus mengulang sejumlah hal beberapa kali dihadapan bayi agar bayi dapat
memproses informasi. Orang tua mengehntikan atau mengubah perilakunya ketika
bayi mengarahkan atensinya ketempat lain.
b) Atensi bersama, Yaitu lebih bersama mensyaratkan individu berfokus pada objek
atau peristiwa yang sama.Diawal masa bayi, atensi bersama mencakup tindakan
pengasuh yang menunjuk, mengarahkan kepala bayi, menjentikkan jari, atau
memakai kata-kata untuk mengarahkan atensi bayi.
3. Memori
Adalah aktivitas mempertahankan informasi selama berjalannya waktu. Atensi
berperan penting terhadap memori sebagai bagian dari proses encoding, yaitu proses
masuknya informasi kedalam memori.
a) Memori implisit, merujuk pada memori yang tidak disertai dengan ingatan yang
disadari-memori mengenai keterampilan dan prosedur rutin yang ditampilkan secara
otomatis.
b) Memori eksplisit, merujuk pada memori yang disadari, mengenai fakta-fakta dan
pengalaman-pengalaman.
(Andini Nurul Syafiqah)
20
4. Meniru
Meltzoff berkesimpulan bahwa bayi tidak begitu saja meniru semua yang
dilihatnya dan seringkali menunjukkan kesalahan kreatif.Meltzoff juga mempelajari
peniruan yang tertunda, yaitu peniruan yang terjadi setelah jeda waktu berjam-jam
atau berhari-hari. Piaget menyatakan bahwa peniruan yang tertunda tidak terjadi
hingga kira-kira usia 18 bulan.
5. Pembentukan Konsep dan Kategorisasi
Konsep dan kategori membantu kita untuk menyederhanakan dan merangkum
informasi. Apakah bayi membentu konsep?Ya, meskipun kita tidak mengetahui
seberapa dini pembentukan konsep itu dimulai.Banyak bayi memiliki “konsep-konsep
awal yang bersifat secara luas dan umum, misalnya ‘hewan’ atau ‘objek-objek dalam
ruangan’.
Terdapat penemuan menarik mengenai besarnya perbedaan gender
antarkategori, dengan ketertarikan luar biasa terhadap kategori tertentu bagi anak laki-
laki dibandingkan dengan perempuan. Kategorisasi yang sangat diminati oleh anak
laki-laki berfokus pada kendaraan, kereta api, mesin, dll.Sedangkan minat kuat pada
anak perempuan cenderung mencakup busana dan buku bacaan.
21
menyebabkan munculnya berbagai pengukuran baru, khususnya yang mengevaluasi
cara bayi dalam memproses informasi. Fagan Test Of Infant Intelligence semakin
banyak digunakan. Tes ini berfokus pada kemampuan bayi dalam memproses
informasi dengan cara membuat sandi (encoding) terhadap sifat-sifat objek,
mendeteksi persamaan dan perbedaan diantara objek, membentuk representasi mental,
dan meningat kembali representasi mental ini.
2. Memprediksikan Inteligensi
Penggunaan tes bayi berkembang dari tradisi tes IQ.Meskipun demikian, tes-
tes IQ untuk anak-anak yang lebih tua mengedepankan pengukuran terhadap
kemampuan verbal. Tes-tes untuk bayi mengandung jauh lebih banyak item-item
yang berkaitan dengan perkembangan perseptual-motorik dan mencakup pengukuran
interaksi sosial.
Keseluruhan skor dalam tes semacam itu, seperti yang terdapat dalam skala
Gesell dan skala Bayley, tidak memiliki korelasi yang tinggi terhadap skor IQ yang
diperoleh kelak dimasa anak-anak.Hal ini tidak mengejutkan karena komponen-
komponen yang diukur pada tes untuk bayi berbeda dengan komponen-komponen
yang diukur dalam tes IQ seperti itu.
D. Perkembangan Bahasa
1. Definisi Bahasa
Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi baik yang diucapkan, ditulis, atau
diisyaratkan yang didasarkan pada sebuah system simbol.Bahasa terdiri dari kata-kata
yang digunakan oleh komunitas serta ketentuan-ketentuan yang diperlukan untuk
memvariasikan dan mengombinasikan kata-kata tersebut.
Semua bahasa manusia memiliki sejumlah karakteristik umum.Karakteristik
ini mencakup generativitas yang tidak terbatas maupun ketentuan-ketentuan yang
terorganisasi.Generativitas tak berhingga adalah kemampuan menghasilkan kalimat-
kalimat bermakna dalam jumlah tak terbatas dengan menggunakan serangkaian kata
dan ketentuan yang jumlahnya terbatas. Ketentuan-ketentuan mendeskripsikan cara
kerja bahasa.
2. Sistem-Sistem Aturan Bahasa
Organisasi bahasa melibatkan lima system ketentuan:
(Andini Nurul Syafiqah)
22
1) Fonologi, semua bahasa tersusun atas bunyi-bunyi dasar. Fonologi adalah studi
mengenai system bunyi bahasa, mengenai bunyi-bunyi yang biasa digunakan dan
kombinasinya.
2) Morfologi, merujuk pada unit-unit makna yang terlibat dalam pembentukan kata.
Morfem adalah unit makna terkecil; morfem berupa sebuah kata atau suatu bagian
yang lebih kecil yang masih bermakna. Ketentuan morfologi mendeskripsikan
bagaimana satuan-satuan yang bermakna dapat dikombinasikan menjadi kata-kata.
3) Sintaksis, mencakup bagaimana kata-kata dikombinasikan untuk membentuk
ungkapan dan kalimat yang masuk akal.
4) Semantik, merujuk pada makna kata-kata atau kalimat.
5) Pragmatif, yakni system mengenai cara menggunakan percakapan yang sesuai dan
pengetahuan mengenai cara menggunakan bahasa secara efektif sesuai konteksnya.
23
d) Kata-kata Pertama
Anak-anak telah memahami kata-kata pertama merekaa sebelum mampu
mengucapkannya. Sejak usia 5 bulan, bayi sudah mengenali namanya sendiri ketika
ada yang menyebutkannya. Pada umumnya bayi memahami sekitar 50 kata di usia 13
bulan, namun mereka tidak dapat mengucapkan kebanyakan kata-kata itu sampai
sektiar 18 bulan. Dengan demikian, kosa kata reseptif (kata yang dipahami oleh anak)
muncul terlebih dahulu sebelum kosa kata diucapkan atau spoken vocabulary (kata
yang digunakan oleh anak). Kosa kata bayi akan meningkat pesat setelah ia mampu
mengucapkan kata-kata pertamanya.
e) Ungkapan Dua Kata
Ketika berusia 18 hingga 24 bulan, anak-anak biasanya mengucapkan
ungkapan yang terdiri dari dua kata.Dalam upaya mengungkapkan makna dari
ungkapan yang hanya terdiri dari dua kata ini, anak-anak banyak mengandalkan
bahasa tubuh, nada dan konteks.
24
mencakup fonologi, sintaksis, dan semantik.
b) Pengaruh Lingkungan
Pandangan teori-teori perilaku tidak lagi dianggap sebagai suatu penjelasan
yang berlaku mengenai bagaimana anak-anak memeroleh bahasa.Kebanyakan
penelitian mendeskripsikan mengenai bagaimana pengalaman lingkungan anak-
anak memengaruhi keterampilan bahasa mereka. Banyak ahli bahasa menyatakan
bahwa pengalaman seorang anak, khususnya bahasa yang dipelajari dan konteks
terjadinya proses belajar itu, dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap
pemerolehan bahaa. Bahasa tidak dipelajari dalam kondisi hampa sosial.Sebagian
besar anak menerima sangat banyak masukan bahasa sejak dini.
Para peneliti juga telah menemukan bahwa perkembangan kosa kata anak
memiliki kaitan dengan status sosioekonomi keluarganya dan tipe percakapan
yang diarahakan orang tua terhadap anaknya. Penelitian lain mencoba mengaitkan
seberapa banyak ibu berbicara dengan bayinya dan menggunakan kosa kata.
Salah satu komponen yang menarik dari loingkungan linguistic adalah CHILD
DIRECTED SPEECH, bahasa yang diucapkan dalam nada yang lebih tinggi
dibandingkan nada normal dan menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat
sederhana. Child directed sulit dilakukan apa bila tidak ada bayi dalam hadapan
kita, namun ketika ada bayi kita akan spontan menggunakannya. Child direct
memiliki fungsi penting untuk menangkap perhatian dan mempertahankan
komunikasi dengan bayi. Orang dewasa sering kali menggunakan startegi selain
Child Directed dalam usaha meningkatkan kemahiran berbahasa anaknya,
mencakup menyusun ulang, memperluas dan memberi nama.
25
kesejahteraanya. Sering kali emosi melibatkan komunikasi antara individu dan
dunianya. Meski emosi lebih dari sekedar komunikasi. Komunikasi adalah aspek
emosi yang mengemuka di masa bayi. Para psikolog telah mengklasifikasikan emosi
melalui berbagai cara, namun hampir semua klasifikasi itu membedakan emosi
sebagai positif atau negatif (lzard,2009). Emosi positif dapat mencakup antusiasme,
kegembiraan, dan cinta. Emosi negatif dapat mencakup kecemasan, kemarahan, rasa
bersalah, dan kesedihan.
Pengaruh biologis dan lingkungan emosi di pengaruhi oleh dasar biologis
maupun pengalaman seseorang. Pentingnya peranan biologi bagi emosi juga terlihat
pada perubahan kapasitas emosi seorang bayi (Kagan, 2010). Daerah-daerah tertentu
di otak yang berkembang di masa awal kehidupan (seperti batang otak, hipokampus,
dan amigdala) berperan terhadap munculnya kesedihan, kegembiraan, dan kemarahan;
bahkan bayi juga memperlihatkan emosi-emosi ini (Buss&Goldsmith, 2007).
Meskipun demikian, faktor-faktor biologis ini hanyalah sebagian dari seluruh
kisah mengenai emosi. Emosi memiliki fungsi yang penting dalam relasi kita (Stern,
2010; Thompson, 2010).
Selanjutnya, relasi sosial menjadi tempat bagi perkembangan berbagai emosi
(Kopp, 2011; Thompson, 2010). Ketika seorang balita mendengar orang tuanya
bertengkar, mereka seringkali menjadi sedih dan segan bermain. Keluarga yang
berfungsi dengan baik mampu membuat anggota-anggota keluarganya tertawa dan
mengembangkan suasana hati yang ringan yang dapat meredakan konflik. Evolusi
biologis telah menganugrahimenusia dengan sifat emosional, namun kelekatan dalam
relasi dengan orang lain memberikan variasi pengalaman emosional
(Thompson&Virmani, 2010). Sebagai contoh, para peneliti telah menemukan bahwa
bayi-bayi Asia Timur lebih jarang menunjukkan emosi serta lebih sedikit
menunjukkan emosi positif dan negatif dibandingkan bayi-bayi kulit putih non Latin
(Cole & Tan, 2007).
Emosi-emosi awal ahli terkemuka di bidang perkembangan emosional bayi,
Michael Lewis (2007,2008) membedakan antara emosi primer dan emosi sadar-diri.
Emosi primer adalah emosi yang dimiliki oleh manusia dan binatang; emosi-emosi ini
diekspresikan dalam enam bulan pertama kehidupan bayi manusia. Emosi primer
mencakup terkejut, tertarik, gembira, marah, sedih, takut, dan jijik. Dalam klasifikasi
(Rizky Aulia Amanda)
26
Lewis, emosi sadar diri (self-consciousemotion) memerlukan kewaspadaan diri yang
melibatkan kesadaran dan rasa " keaukuan". Emosi sadar diri mencakup cemburu,
empati, malu, menyesal, rasa bersalah, dan bangga sebagai emosi sadar orang lain
karena melibatkan reaksi-reaksi emosional dari orang lain ketika emosi ini muncul
( Saarni& kawan-kawan, 2006). Contohnya, persetujuan orang tua berkaitan dengan
balita yang mulai menunjukkan rasa bangga ketika berhasil menyelesaikan tugas
tertentu.
Para peneliti seperti Joseph Campos (2005) dan Michael Lewis (2007)
memperdebatkan mengenai seberapa awalkah emosi-emosi sepeti di atas muncul
pertama kali dalam masa bayi dan balita, dan bagaimanakah urutannya. Sebagai
indikasi dari kontroversi mengenai kapan pertama kalinya suatu emosi diperlihatkan
oleh bayi, perhatikan rasa cemburu. Beberapa peneliti berargumen bahwa rasa
cemburu tidak muncul hingga sekitar usia 18 bulan (Lewis,2007), sementara para
peneliti lain menyatakan bahwa emosi ini diperlihatkan lebih awal (Draghi-Lorenz,
2007; Draghi-Loranz, Reddy&Costall, 2001). Perhatikan sebuah studi riset yang
meneliti bayi berusia 6 bulan yang melihat ibunya memberikan atensi pada sebuah
boneka bayi yang mirip aslinya (memeluk atau membuai boneka itu misalnya) atau
sebuah buku (Hart & Carrington, 2002). Ketika para ibu memusatkan atensi pada
boneka, bayinya cenderung memperlihatkan emosi negatif, misalnya marah atau sedih
yang mungkin mengindikasikan rasa cemburu. Sebaliknya, ekspresi marah dan sedih
mereka mungkin mencerminkan rasa frustasi karena tidak dapat ikut bermain dengan
boneka yang baru dilihatnya itu. Debat mengenai awal munculnya suatu emosi seperti
rasa cemburu ini mengilustrasikan kompleksitas dan kesulitan dalam mengindeks
emosi-emosi awal. Jadi, beberapa menyimpulkan karena belum matangnya otak bayi
secara struktural maka emosi-emosi yang memerlukan pemikiran seperti rasa
bersalah, bangga, tak berdaya, rasa bersalah, empati, dan cemburu cenderung belum
dapat muncul di tahun pertama.
Ekspresi emosi dan relasi sosial ekspresi emosi memiliki peran dalam relasi
bayi yang pertama. Kemampuan bayi untuk mengkomunikasikan emosi
memungkinkan interaksi yang terkoordinasi dengan pengasuhnya dan merupakan
awal suatu ikatan emosional di antara mereka (Thompson, 2010). Bukan hanya orang
tua yang mengubah ekspresi emosi mereka sebagai respons terhadap ekspresi emosi
bayi, namun bayi juga memodifikasi ekspresi emosinya terhadap ekspresi emosinya
(Rizky Aulia Amanda)
27
terhadap ekspresi emosi orang tua (Bridgett& dan kawan-kawan, 2009). Dengan kata
lain, interaksi-interaksi ini bersifat timbal balik. Karena adanya koordinasi seperti itu,
interaksi ini dinyatakan bersifat resiprokal atau sinkron, ketika semuanya berlangsung
baik.
Tangisan menangis adalah mekanisme paling penting yang di kembangkan
oleh bayi baru lahir untuk berkomunikasi dengan dunianya. Tangisan pertama bayi
membuktikan adanya udara dalam paru-paru bayi. Tangisan juga dapat memberikan
informasi mengenai kesehatan sistem saraf sentral dari bayi yang baru lahir. Bayi baru
lahir cenderung berespons dengan cara menangis dan memperlihatkan ekspresi wajah
yang negatif ketika mereka mendengar bayi lain menangis (Dondi, Simion, &Caltran,
1999).
Bayi setidaknya memiliki tiga jenis tangisan, yakni:
a) tangisan dasar (basiccry). Suatu pola berirama yang biasanya terdiri dari satu
tangisan, diikuti oleh diam sesaat, di teruskan dengan satu siulan kecil pendek
dengan nada agak lebih tinggi dibandingkan dengan tangisan utama, kemudian
satu lagi masa diam singkat sebelum tangisan berikutnya. Beberapa ahli mengenai
tangisan bayi yakin bahwa rasa lapar adalah salah satu kondisi yang mendorong
tangisan dasar.
b) Tangisan kemarahan (angercry). Suatu variasi dari tangisan dasar dengan lebih
banyak udara yang di keluarkan melalui tali suara.
c) Tangisan kesakitan (paincry) suatu tangisan awal panjang dan tiba-tiba yang di
ikuti menahan napas; tanpa rintihan/erangan pendahuluan. Tangisan kesakitan di
rangsang oleh stimulus berintensitas tinggi.
28
a) Senyuman refleksif, suatu senyuman yang tidak terjadi sebagai respons terhadap
stimuli eksternal dan muncul selama satu bulan pertama setelah kelahiran,
biasanya selama tidur.
b) Senyuman sosial, suatu senyuman yang terjadi sebagai respons terhadap stimulasi
eksternal, biasanya terhadap wajah yang dilihat oleh bayi. Senyuman sosial sudah
terjadi ketika bayi berusia dua bulan.
Daniel Massinger (2008) baru-baru ini mendeskripsikan jalur perkembangan
senyuman bayi. Sejak 2 hingga 6 bulan setelah kelahiran, senyuman sosial bayi
jauh bertambah banyak, berupa senyuman mandiri dan juga sebagai respons
terhadap senyuman orang lain. Di usia 6 hingga 12 bulan, senyuman yang muncul
bersama penanda Duchenne (menyipitnya mata) dan terbukanya mulut muncul di
tengah interaksi dan permainan menyenangkan dengan orang tua. Di tahun kedua,
senyuman terus muncul dalam situasi positif bersama orang tua, dan dalam
banyak kesempatan terjadi senyuman yang lebih lebar ketika berinteraksi dengan
sebaya. Juga di tahun kedua, balita semakin waspada terhadap arti sosial dari
senyuman, terutama dalam hubungannya dengan orang tua.
Bayi juga dapat menunjukkan senyuman antisipatoris, sebagai cara
mengkomunikasikan emosi positif yang sudah di rasakannya dengan cara
tersenyum pada suatu objek kemudian mengalihkan senyuman itu kepada orang
dewasa di dekatnya. Studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa senyuman
antisipatoris di usia 9 bulan memiliki hubungan dengan peringkat yang di berikan
oleh orang tua sang bayi dalam bidang kompetensi sosial di usia 2 1/2 tahun
(Parlade dan kawan-kawan).
Rasa takut salah satu emosi bayi yang paling awal adalah rasa takut, yang
biasanya muncul pertama kali di usia sekitar 6 bulan dan mencapai puncaknya di usia
18 bulan. Namun, bayi yang mengalami kekerasan dan di abaikan dapat
memperlihatkan emosi takut pada usia 3 bulan (Campos, 2005). Para peneliti telah
menemukan bahwa rasa takut bayi memiliki hubungan dengan rasa bersalah, empati,
dan agresi rendah di usia 6 hingga 7 tahun (Rothbart, 2007).
Ekspresi takut yang paling sering diperlihatkan oleh bayi adalah kecemasan
terhadap orang asing (Strangeranxiety) yakni bayi menunjukkan rasa takut dan
29
khawatir terhadap orang asing. Takut terhadap orang asing biasanya muncul secara
bertahap. Awalnya rasa takut ini muncul pada usia sekitar 6 bulan dalam bentuk
reaksi khawatir. Pada usia 9 bulan, takut terhadap orang asing seringkali berkembang
menjadi lebih kuat, terus meningkat hingga ulang tahun pertama bayi, kemudian
menurun.(Scher&Harel 2008).
Bayi tidak terlalu memperlihatkan emosi takut terhadap orang asing Apabila
mereka berada dalam lingkungan yang sudah dikenalnya. sebagai contoh dalam
sebuah studi, bayi berusia 10 bulan memperlihatkan sedikit emosi takut terhadap
orang asing Apabila mereka berjumpa dengan orang asing di rumahnya , namun
emosi takut ini akan jauh lebih besar Apabila mereka berjumpa orang asing dalam
laboratorium penelitian (Sroufe, Waters, &Matas, 1974). Dengan demikian,
tempatnya apabila bayi merasa aman maka Mereka cenderung kurang
memperlihatkan rasa takut terhadap orang asing.
Siapakah orang asing itu dan bagaimana cara orang asing itu berperilaku juga
mempengaruhi rasa takut baik terhadapnya. Baik asing tidak begitu menimbulkan rasa
Takut dibandingkan orang dewasa asing. Bayi juga cenderung kurang takut
berhadapan dengan orang asing yang terlihat bersahabat, ramah, dan tersenyum,
dibandingkan orang asing yang pasif dan tidak tersenyum (Brethenton,
Stolbergm&Kreye, 1981).Selain terhadap orang asing, bayi juga takut jika dipisahkan
dari pengasuhnya. Hasilnya adalah protes terhadap pemisahan (separationprotest)
menangis apabila pengasuh meninggalkannya titik untuk bayi-bayi A.S,, protes
terhadap pemisahan cenderung meningkat ketika mereka berusia sekitar 15 bulan titik
pada kenyataannya, sebuah studi menemukan bahwa protes terhadap pemisahan di
sejumlah budaya mencapai puncaknya di usia sekitar 13 hingga 15 bulan (Kagan,
Kearsley, &Zalazo, 1978).
30
intensitas dan lamanya reaksi emosi mereka (Kopp, 2008). Sejak awal masa bayi, bayi
bayi menghisap jempolnya untuk menenangkan diri titik namun, awalnya para baik
terutama tergantung pada pengasuh untuk membantu mereka menenangkan emosi
emosinya, seperti ketika seorang pengasuh membuat bayi agar tertidur, menyanyikan
Nina Bobo, secara lembut mengusapnya dan sebagainya.
31
Watson, sebagai akibatnya orangtua dapat memperkuat dan meningkatkan frekuensi
tangisan bayinya. Belakangan, seorang ahli perilaku Jacob Gewirtz (1977)
menemukan bahwa respons pengasuh yang dengan cepat menenangkan bayi akan
meningkatkan tangisan bayi titik sebaliknya, ahli bayi Mary Ainsworth (1979) dan
John Bowlby (1989) menekankan bahwa anda tidak mungkin terlalu banyak
berespons kepada bayi yang menangis di tahun pertama kehidupannya. Mereka
berpendapat bahwa respons yang segera diberikan untuk membuat bayi merasa
nyaman dapat menjadi unsur yang penting bagi pengembangan ikatan yang kuat
antara bayi dan pengasuhnya. Dalam studi Ainsworth, bayi yang ibunya berespon
secara cepat ketika mereka menangis di usia 3 bulan akan lebih sedikit menangis di
usia 1 tahun pertama kehidupannya (Bell &Ainsworth, 1972).
2. Temperamen
Mendeskripsikan dan mengklasifikasikan temperamen Klasifikasi menurut chess dan
Thomas mengidentifikasikan tiga tipe Dasar atau dasar dari temperamen:
a) Anak bertemperamen mudah adalah anak yang pada umumnya memiliki suasana
hati yang positif, cepat membangun rutinitas pada masa baik Oma dan mudah
beradaptasi dengan pengalaman-pengalaman baru.
b) anak bertemperamen sulit bereaksi secara negatif dan sering menangis, melibatkan
diri dalam hal-hal rutin sehari-hari secara tidak teratur, dan lambat menerima
pengalaman-pengalaman baru.
c) Anak bertemperamen lambat memiliki tingkat aktivitas rendah, agak negatif, dan
memperlihatkan suasana hati yang intensitasnya rendah.
32
anak-anak yang mereka pelajari dapat diklasifikasikan sebagai anak-anak terang
tempramen mudah, 10% sebagai anak barat temperamen sulit dan 15% sebagai anak
yang bertemperamen lambat. Perhatikan bahwa terdapat 35% anak yang tidak cocok
untuk digolongkan ke dalam salah satu dari ketiga bola tersebut. Para peneliti telah
menemukan bahwa ketiga kelompok dasar temperamen ini cukup stabil sepanjang
masa anak-anak. Sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa anak-anak kecil
yang memiliki temperamen yang sulit dibandingkan anak-anak bertempelan mudah,
akan menunjukkan lebih banyak masalah ketika menerima perawatan yang
berkualitas rendah dan lebih sedikit masalah ketika menerima perawatan berkualitas
tinggi.
33
b) efektivitas negatif meliputi "takut, frustasi sedih, dan tidak nyaman". Anak-anak
ini mudah tertekan; mereka mungkin sering cemas dan menangis. Anak-anak yang
oleh kagan dinyatakan memiliki inhibisi akan dimasukkan dalam kategori ini.
c) kendali yang diupayakan (regulasi-diri) atau effortfulcontrol (selfregulation)
meliputi "memfokuskan dan mengalihkan perhatian, control inhibisi, kepekaan
perseptual dan kesenangan berintensitas rendah". Bayi yang tinggi dalam
effortfulcontrol memperlihatkan kemampuan untuk menjaga agar keteguhannya
tidak menjadi terlalu tinggi dan memiliki strategi-strategi untuk menenangkan diri
mereka titik sebaliknya, bayi yang memiliki kendali yang diupayakan tingkat
rendah seringkali tidak dapat mengontrol ketergugahan mereka sehingga mudah
gelisah dan sangat emosional.
Poin penting mengenai klasifikasi temperamen seperti menurut chess dan Thomas,
Rothbart, serta Bates adalah untuk tidak hanya mengklasifikasikan baik ke satu
dimensi temperamen saja, Misalnya "sulit" atau "ber afektif atas negatif". Strategi
yang baik dalam usaha klasifikasi tempe sebaiknya adalah dengan memandang
tempramen anak sebagai berdimensi majemuk titik misalnya, seorang anak mungkin
ekstrover, menunjukkan negativitas emosional rendah, dan memiliki regulasi diri
rendah.
34
yang diupayakan Ini sementara anak yang lain tidak titik lagipula, perbedaan
individual diri setiap anak inilah yang menjadi inti dari temperamen itu sendiri.
Gender, budaya, dan temperamen gender dapat menjadi sebuah faktor penting
yang membentuk konteks dan mempengaruhi hasil akhir temperamen titik orang tua
dapat bereaksi secara berbeda terhadap temperamen seorang bayi, bergantung pada
Apakah bayi tersebut laki-laki atau perempuan titik sebagai contoh dalam suatu studi,
Ibu lebih responsif terhadap tangisan Anak perempuan yang lekas marah
dibandingkan terhadap tangisan Anak laki-laki yang juga lekas marah.
Demikian pula, reaksi terhadap temperamen seorang bayi dapat dipengaruhi oleh
35
budaya. Sebagai contoh perilaku inhibisi lebih dihargai di Cina dibandingkan di
Amerika Utara dan para peneliti telah menemukan bahwa anak-anak Cina juga lebih
menunjukkan inhibisi dibandingkan bayi-bayi kan ada titik perbedaan budaya dalam
temperamen berkaitan dengan sikap dan perilaku orangtua. Para ibu di Kanada dari
anak-anak berusia 2 tahun kurang menerima temperamen inhibisi dari bayinya,
sementara para ibu di Cina lebih dapat menerima.
Tingkatnya, terdapat banyak aspek dari lingkungan anak yang dapat mendorong
atau mengurangi bertahannya karakteristik temperamen. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk memikirkan mengenai relasi ini adalah penerapannya dengan konsep
goodness-of-fit yang akan dikaji di bawah ini.
3. Perkembangan kepribadian
Emosi dan temperamen membentuk aspek-aspek penting kepribadian titik
(Rizky Aulia Amanda)
36
yakni karakteristik-karakteristik yang menetap dalam individu. Rasa percaya menurut
Erik Erikson, 1 tahun pertama dalam kehidupan ditandai oleh tahap perkembangan
rasa percaya versus rasa tidak percaya. Bayi tadinya merasakan adanya kehidupan
yang teratur, hangat, dan terlindungi dalam kandungan ibu, kemudian sang bayi
menghadapi sebuah dunia yang kurang aman. Erikson berpendapat bahwa bayi
mempelajari rasa percaya jika mereka diasuh secara konsisten dan hangat jika bayi
tidak diberi makan dengan baik dan tidak ditempatkan dalam suasana hangat secara
konsisten maka bayi cenderung mengembangkan rasa tidak percaya.
Rasa percaya versus rasa tidak percaya tidaklah sama sekali berakhir dalam 1
tahun pertama kehidupan rasa percaya versus rasa tidak percaya Muncul lagi dalam
perkembangan selanjutnya. Sebagai contoh. Anak-anak yang meninggalkan masa bayi
dengan rasa percaya masih dapat memiliki rasa tidak percaya yang muncul pada tahap
berikutnya yang mungkin dapat terjadi apabila orang tua mereka berpisah atau
bercerai karena konflik berkepanjangan.
a) Perkembangan penghayatan diri
Menurut ahli terkemuka Ross Thompson, studi mengenai diri pada bayi
merupakan hal yang sulit dilakukan karena bayi belum dapat mengatakan kepada
kita bagaimana mereka mengalami dirinya sendiri bayi tidak dapat
mengekspresikan pandangan mereka mengenai dirinya dalam bahasa verbal
mereka juga belum mampu memahami instruksi yang kompleks dari peneliti titik
salah satu strategi cerdik yang digunakan oleh psikolog untuk menentukan apakah
seorang bayi mampu mengenali dirinya sendiri secara visual adalah menggunakan
cermin sebagai alat bantu titik Ibu memberi setitik gincu di hidung bayi titik
selanjutnya bayi ditempatkan di depan Cermin Dan pengamat mendeteksi Apakah
tindakan menyentuh hidung meningkat Mengapa? Gagasannya, meningkatnya
sentuhan ke hidung mengindikasikan bahwa bayi itu mengenali dirinya di cermin
dan mencoba untuk menyentuh atau menghapus gincu karena keberadaan gincu
itu menyimpang dari pandangan sang baik mengenai dirinya. Meningkatnya
sentuhan mengindikasikan bahwa bayi menyadari bahwa sosok yang terlihat di
cermin tidaklah seperti dirinya yang sebenarnya tidak memiliki bercak merah.
Tanda-tanda dari pengenalan diri mulai muncul pada beberapa baik ketika
mereka berusia 15 hingga 18 bulan titik ketika berusia 2 tahun kebanyakan anak dapat
(Rizky Aulia Amanda)
37
mengenali dirinya di cermin singkatnya bayi mulai mengembangkan pemahaman diri
yang disebut pengenalan diri pada usia sekitar 18 bulan. Namun, tidak semua bayi di
berbagai budaya terbiasa dengan cermin. Sehingga pengenalan diri secara fisik
mungkin lebih penting di budaya budaya barat dibandingkan non-barat titik sebagai
dukungan terhadap pandangan budaya ini sebuah studi mengungkapkan bahwa balita
usia 18 hingga 20 bulan dari keluarga-keluarga Urban dengan SES menengah di
Jerman lebih mungkin mengenali diri sendiri di cermin dibanding balita dari keluarga
petani di pedesaan Kamerun.
Di akhir tahun kedua dan awal tahun ketiga, balita memperlihatkan bentuk lain
dari kesadaran diri yang mencerminkan penghayatan mengenai "saya" titik sebagai
contoh, mereka merujuk dirinya dengan mengatakan "saya besar"; mereka melabeli
pengalaman internal seperti emosi; mereka memonitor dirinya sendiri seperti ketika
berkata, "melakukan itu sendiri"; dan menyatakan bahwa benda-benda tertentu adalah
kepunyaannya.
b) Kemandirian
Erik Erikson mengedepankan bahwa kemandirian merupakan isu yang penting
pada tahun kedua kehidupan titik Ericsson menggambarkan tahap kedua
perkembangan sebagai tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu otonomi
dibangun seiring dengan berkembangnya kemampuan mental dan motorik pada
tahap ini bayi tidak hanya mampu berjalan, namun mereka juga mampu
memanjat, membuka dan menutup, menjatuhkan, mendorong dan menarik, serta
memegang dan melepaskan. Bayi merasa bangga dengan semua prestasi ini dan
ingin melakukan segala sesuatunya sendiri, apakah itu menyiram toilet membuka
bungkusan paket atau memutuskan Apa yang hendak dimakan titik penting bagi
orang tua untuk mengenali motivasi balita dalam melakukan apa yang dapat
dilakukan sesuai dengan kemampuan mereka. Mereka dapat belajar
mengendalikan otot dan dorongan dorongan mereka titik namun, ketika pengasuh
tidak sadar dan melakukan hal-hal yang sebetulnya dapat dilakukan oleh balita itu
sendiri maka yang berkembang adalah rasa malu dan ragu-ragu. Setiap orang tua
membuat anaknya menjadi terburu-buru dari waktu ke waktu titik Apabila orang
tua selalu bersikap terlalu melindungi anaknya ataupun terlalu banyak mengkritik
kecelakaan kecelakaan kecil yang terjadi misalnya kencing di celana, bermain
(Rizky Aulia Amanda)
38
tanah, menumpahkan, atau memecahkan anak tersebut akan mengembangkan rasa
malu dan ragu-ragu yang berlebihan mengenai kemampuan mereka untuk
mengendalikan diri sendiri dan dunianya. Sebagaimana yang akan didiskusikan di
babak selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tahap otonomi versus rasa malu
dan ragu-ragu memiliki implikasi penting bagi perkembangan individu di masa
depan.
39
sifat positif dan interaksi antara bayi dan pengasuh tersebut di atas
(Legerstee,1997).
Bayi juga mempelajari dunia sosial melalui konteks alih-alih melalui
aktivitas bermain bertatapan muka bersama pengasuhnya. Meski bayi
sejak usia 6 bulan sudah menunjukkan minat terhadap bayi lain interaksi
sebaya meningkat jauh di paruh kedua dari tahun kedua titik antara usia 18
hingga 24 bulan, anak-anak banyak meningkatkan permainan berulang dan
resiprokal diantara mereka contohnya dengan menirukan tindakan
nonverbal seperti melompat dan berlari. Sebuah studi baru-baru ini
terhadap anak-anak berusia 1 hingga 2 tahun melibatkan tugas kerjasama
sederhana berupa tindakan menarik tuas demi mendapatkan mainan yang
menarik.
b) Lokomosi
Ingat kembali dari bab terdahulu mengenai pentingnya kemandirian
bagi bayi pertama di tahun kedua kehidupannya. Seiring bayi
mengembangkan kemampuan merangkak, berjalan dan berlari, mereka
mampu mengeksplorasi dan memperluas dunia sosialnya. Keterampilan-
keterampilan lokomotorik yang baru dikembangkan dan diraih secara
mandiri ini memungkinkan bayi untuk secara mandiri lebih sering
memulai interaksi-interaksi sosial.
Usaha bayi dan balita demi kemandirian juga mungkin dipacu oleh
perkembangan keterampilan lokomotorik(campos, 2009). Implikasi
lokomosi terhadap motivasi juga penting (Thompson, 2008). Begitu bayi
mampu bergerak sesuai usaha berarah tujuan, penghargaan dari usaha
seperti ini akan mendorong usaha lebih lanjut untuk bereksplorasi dan
mengembangkan keterampilan.
c) Intensi dan Perilaku Berarahan-Tujuan
Mempersepsikan bahwa setiap orang melakukan perilaku sesuai intensi
dan arahan Tujuan merupakan pencapaian kognitif sosial yang penting dan
pertama kali muncul di sekitar akhir tahun pertama (Laible dan Thompson,
2007: Thompson, 2006). atensi bersama dan mengikuti arah pandangan
akan membantu bayi untuk memahami bahwa orang lain memiliki
maksud.
(Rizky Aulia Amanda)
40
d) Referensi sosial
satu lagi pencapaian kognitif sosial yang penting di masa bayi adalah
pengembangan kemampuan “membaca” emosi orang lain. Referensi sosial
adalah istilah untuk tindakan “membaca” tanda-tanda emosi orang lain
demi membantu menentukan bagaimana bertindak dalam situasi tertentu
titik perkembangan referensi sosial membantu bayi dalam menentukan
interpretasikan situasi situasi yang ambigu agar menjadi jelas, seperti
ketika mereka berjumpa dengan orang asing dan perlu mengetahui apakah
seharusnya merasa takut atau tidak terhadap orang itu (Thomson, 2006).
Di akhir tahun pertama, ekspresi wajah ibu tersenyum atau takut akan
mempengaruhi apakah seorang bayi akan mengeksplorasi lingkungan yang
baru dikenalnya.
e) Kompleksitas sosial dan wawasan bayi
Kesimpulannya, para peneliti menemukan bahwa bayi lebih kompleks dan
berwawasan secara sosial dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Kompleksitas dan wawasan ini dicerminkan melalui persepsi bayi bahwa
tindakan orang lain dimotivasi oleh maksud tertentu dan arahan tujuan
serta motivasi baik untuk berbagi dan berpartisipasi dalam maksud
tersebut di sekitar ulang tahun pertamanya titik keterampilan-keterampilan
kognitif sosial yang lebih maju dari bayi mungkin akan mempengaruhi
pemahaman dari kewaspadaan bayi mengenai kelekatannya kepada
pengasuh.
41
mereka diasuh oleh “Ibu” wali (pengganti). Salah satu dari “Ibu” itu terbuat dari
kawat. Sementara yang lain terbuat dari kain. Setengah dari keseluruhan bayi-bayi
kera itu diberi makan “Ibu” kawat setengahnya lagi oleh “Ibu” kain. Secara
periodik, jumlah waktu yang dihabiskan oleh baik erat dengan kedua baik itu
dihitung titik tanpa memandang apakah mereka diberi makan oleh ibu kawat atau
Ibu kain, baik-baik erat ternyata menghabiskan waktu jauh lebih banyak dengan
ibu kain. Bahkan apabila Ibu kawat yang memberikan makanan alih-alih ibu bayi
kera tetap meluangkan lebih banyak waktu dengan ibu kain.
Kenyamanan fisik juga memainkan peranan penting dalam pandangan Erik
Erikson(1968) mengenai perkembangan bayi titik menurut Erikson, 1 tahun
pertama kehidupan merupakan tahap munculnya kepercayaan versus ketidak
kepercayaan. Kenyamanan fisik dan perawatan yang merupakan hal yang esensial
untuk mencapai kepercayaan dasar pada bayi. Selanjutnya, kepercayaan pada
masa bayi merupakan basis bagi kedekatan dan harapan seumur hidup bahwa
dunia akan menjadi tempat yang lebih baik dan menyenangkan untuk dihuni.
Kelekatan tidak timbul secara tiba-tiba namun berkembang melalui
serangkaiantahapan,didasarkan pada konsep kelekatan menurut Bowlby(Schaffer,
1996):
a) Tahap 1: dari lahir hingga usia 2 bulan. Secara insting bayi menjalin kedekatan
dengan manusia. orang asing, saudara, dan orang tua memiliki peluang yang sama
untuk membangkitkan senyuman atau tangisan dari bayi.
b) Tahap 2: dari usia 2 hingga 7 bulan titik kelekatan menjadi berfokus pada satu
individu, biasanya kepada pengasuh utama, kebersamaan dengan baik belajar serta
bertahap membedakan antara orang yang dikenal dan tidak dikenalnya.
c) Tahap 3: dari usia 7 hingga 24 bulan. Kelekatan yang khusus berkembang. ketika
keterampilan lokomotor meningkat, bayi harus aktif secara berusaha menjalin kontak
secara teratur dengan para pengasuh, seperti ibu atau ayah.
d) Tahap 4: dari usia 24 bulan dan seterusnya. Anak-anak menjadi lebih menyadari
perasaan, tujuan, dan rencana orang lain, serta mulai mempertimbangkan hal-hal ini
dalam menentukan tindakannya sendiri.
(Rizky Aulia Amanda)
42
3. Perbedaan individual dalam kelekatan
Meskipun kelekatan dengan pengasuh meningkat di pertengahan jalan selama
tahun pertama, mungkinkah beberapa bayi memiliki pengalaman kelekatan yang
lebih positif dibandingkan dengan bayi lainnya? Mary Ainseorth (1979)
berpendapat demikian bahwa ainsworth menciptakan situasi asing yakni suatu
metode observasi untuk mengukur kelekatan bayi berupa serangkaian perkenalan,
perpisahan dan reuni dengan pengasuh dan orang dewasa asing dalam urutan
tertentu. Melalui situasi asing, para peneliti berharap bahwa pengamatan mereka
akan memberikan informasi mengenai motivasi bayi untuk berdekatan dengan
pengasuhnya dan sejauh mana kehadiran pengasuh memberikan rasa aman dan
keyakinan kepada bayi tersebut.
Berdasarkan respons bayi dalam situasi asing titik para peneliti
mendeskripsikan bayi memiliki kedekatan aman atau kelekatan tidak aman (dalam
tiga jenis kelekatan tidak aman) terhadap pengasuh:
a) Bayi dengan kelekatanaman memanfaatkan pengasuh sebagai basis aman untuk
mengeksplorasi lingkungannya. ketika pengasuhnya hadir, bayi dengan kelekatan
aman akan mengeksplorasi ruangan penelitian dan memeriksa mainan yang
diletakkan dalam ruangan itu titik ketika pengasuh meninggalkannya, bayi dengan
kelekatan aman mungkin akan protes sedikit. Ketika pengasuh hadir kembali maka
bayi ini akan menjalin interaksi yang positif lagi dengannya, mungkin dengan
tersenyum atau memanjat ke pangkuannya. Selanjutnya, mereka seringkali
melanjutkan bermain dengan mainan di ruangan itu.
b) Bayi dengan kelekatan tidak aman dan menghindarmemperlihatkan kelekatan tidak
aman melalui tindakan menghindar dan pengasuh titik dalam situasi asing baik ini
tidak hanya berinteraksi dengan pengasuh, tidak terasa tertekan ketika pengasuh
meninggalkan ruangan, biasanya tidak menjalin kontak kembali ketika pengasuh hadir
kembali di hadapannya, dan bahkan mungkin membelakangi pengasuh tersebut.
c) Bayi dengan kedekatan tidak aman dan menolak seringkali melekat pada
pengasuhnya kemudian menolaknya, mungkin dengan cara menendang atau
mendorong pergi titik dalam situasi asing, bayi-bayi ini seringkali bersandar dengan
cemas kepengasuhnyadan tidak mengeksplorasi ruangan. Ketika pengasuhnya
kembali untuk menenangkannya, bayi itu justru mendorongnya pergi.
(Rizky Aulia Amanda)
43
d) Bayi dengan Kelekatan tidak aman dan tidak teratur memiliki karakteristik tidak
teratur dan disorientasi. Dalam situasi asing, bayi-bayi ini mungkin terlihat linglung,
bingung, dan takut. Untuk dapat diklasifikasikan sebagai bayi tidak teratur harus
terdapat pola menghindar dan menolak yang kuat atau memperlihatkan spesifik
tertentu, seperti merasa sangat takut ketika berada di dekat pengasuhnya.
Evaluasi terhadap situasi asing Sebagai suatu cara untuk mengukur
kelekatan. situasi asing mungkin mengandung biasa buat budaya. Sebagai contoh:
bayi-bayi Jerman dan Jepang sering kali lebih memperlihatkan pola kelekatan
dibanding bayi-bayi Amerika. bye-bye Jerman cenderung lebih memperlihatkan pola
kelekatan menghindar sementara bayi-bayi Jepang tidaklah memperlihatkan pola ini
sebanyak yang diperlihatkan oleh bayi-bayi Amerika (Van Ijzendoorn dan
kroonenbeg, 1988). Pola menghindar pada bayi-bayi Jerman lebih banyak terjadi
karena para pengasuhnya mendorong mereka untuk mandiri. Selain itu, dibandingkan
dengan bayi-bayi Amerika terdapat lebih banyak bayi-bayi Jepang yang dikategorikan
sebagai bayi yang menolak. Hal ini mungkin lebih berkaitan dengan situasi asing itu
sendiri sebagai suatu metode untuk mengukur kedekatan alih-alih kelekatan tidak
aman. Para ibu Jepang jarang membiarkan orang yang tidak familiar untuk merawat
bayinya. Dengan demikian, situasi asing mungkin dapat menciptakan lebih banyak
stres untuk bayi-bayi Jepang dibandingkan untuk bayi-bayi Amerika yang lebih
terbiasa dipisahkan dari ibunya (Miyake, Chen, dan Campos, 1985).meskipun
terhadap variasi budaya dalam klasifikasi kelekatan, sampai sejauh ini klasifikasi
yang paling sering dijumpai di berbagai budaya adalah kelekatan aman ( Thompson,
2006; Van Ijzendoom dan Kroonenberg, 1988).
Interpretasi terhadap perbedaan Kelekatan Ainsworth yakin bahwa
Kelekatan yang aman dalam satu tahun pertama kehidupan memberikan basis yang
penting bagi perkembangan psikologis di kehidupan selanjutnya titik bayi dengan
kelekatan aman dapat menjauh secara bebas dari ibunya namun masih tetap secara
rutin memeriksa keberadaan ibunya titik bayi dengan kelekatan aman berespons
positif ketika digendong oleh orang lain dan ketika diletakkan kembali ia dapat
menjawab secara bebas untuk bermain. sebaliknya, seorang bayi dengan kelekatan
tidak aman akan menghindar atau bersikap ambivalen terhadap ibunya takut terhadap
orang asing dan bingung pada setiap perpisahan kecil.
(Rizky Aulia Amanda)
44
Apabila kelekatan di masa awal dengan pengasuh merupakan hal yang penting
tentunya hal tersebut berkaitan dengan perilaku sosial anak di kemudian hari titik bagi
berapa anak,kelekatan di masa awal agaknya memberi gambaran bagaimana ia
berfungsi di kemudian hari titik dalam sebuah studi longitudinal berskala luas yang
dilakukan oleh Alan Sroufe dan rekan-rekannya (2005), kelekatan aman di masa awal
(diukur dengan situasi asing pada usia 12 dan 18 bulan) berkaitan dengan kesehatan
emosional tingginya harga diri, dan keyakinan diri, serta berkompetisi dalam interaksi
sosial dengan kawan guru, konselor kampus, dan kekasih pada masa remaja.
C. Konteks Sosial
a) Keluarga
Keluarga dapat dianggap sebagai satu konstelasi berisi berbagai subsistem
suatu kesatuan kompleks yang tersusun atas bagian-bagian yang paling berkaitan
dan berinteraksi didefinisikan menurut generasi, gender dan peran. Setiap anggota
berkeluarga berpartisipasi dalam beberapa subsistem (Park dkk, 2008). Ayah dan
anak adalah sebuah subsistem, ibu dan ayah juga adalah sebuah subsistem, ibu-
ayah -anak adalah sebuah subsistem lainnya, demikian seterusnya.
Subsistem-subsistem ini memiliki pengaruh timbal balik satu sama lain
sebagaimana yang ditampilkan Jay Belskymenyatakan bahwa relasi perkawinan
pengasuhan, serta perilaku dan perkembangan bayi dapat memiliki dampak
(Muh. Nh. Yaomil Fatrah)
45
langsung ataupun tidak langsung terhadap satu sama lain. Contohnya dari dampak
langsung adalah pengaruh dari perilaku orang tua terhadap anak. Dampak tidak
langsung adalah bagaimana relasi di antara pasangan dapat mempengaruhi cara
orang tua bertindak terhadap anak.
b) Transisi menjadi orang tua
Para individu menjadi orang tua karena hamil, melakukan adopsi, atau
menjadi orangtua angkat, mereka menghadapi ketidakseimbangan dan harus
beradaptasi terhadap perubahan itu titik orangtua ingin mengembangkan
kedekatan yang kuat dengan bayinya namun mereka masih ingin mempertahankan
kelekatan yang kuat dengan pasangan dan kawan-kawannya dan bahkan
meneruskan karirnya. Orang tua bertanya-tanya kepada dirinya sendiri mengenai
bagaimana status yang baru ini akan mengubah kehidupan mereka titik kehadiran
bayi dapat memberikan batasan-batasan baru di atas pasangan mereka tidak bisa
begitu saja pergi ke bioskop kemudian dana keuangan yang dapat digunakan
untuk berlibur dan menikmati kemewahan juga menjadi lebih terbatas.
Dalam sebuah penyelidikan longitudinal terhadap pasangan diantara akhir
kehamilan hingga bayi mereka berusia 3¹/² tahun, diketahui bahwa pasangan lebih
menikmati relasi perkawinan yang positif sebelum bayi lahir dibandingkan
sesudahnya. Sementara itu hampir sepertiga dari mereka memperlihatkan
peningkatan kepuasan perkawinan titik sejumlah pasangan menyatakan bahwa
bayi membuat mereka lebih dekat dan sekaligus membuat mereka lebih jauh titik
mereka menyatakan bahwa menjadi orangtua meningkatkan penghayatan sebagai
pasangan dan memberi mereka identitas baru serta lebih stabil sebagai pasangan
titik bayi menyadarkan laki-laki untuk lebih memperhatikan relasi karib serta
mengharapkan pada tuntutan untuk memenuhi beban pekerjaan yang tinggi.
Program Bringinghomebaby merupakan sebuah workshop bagi para orangtua
baru yang berfokus pada peningkatan relasi pasangan, memahami dan
mengakrabkan diri dengan baik, menyelesaikan konflik, dan mengembangkan
keterampilan pengasuhan orang tua.
c) Sosialisasi timbal balik
Selama bertahun-tahun, sosialisasi di antara orang tua dan anak-anak
dipandang sebagai proses satu arah: anak-anak dianggap sebagai produk dari
(Muh. Nh. Yaomil Fatrah)
46
teknik sosialisasi orang tua.Timbal balik adalah sosialisasi yang bersifat dua arah
artinya, anak-anak mensosialisasikan orang tua seperti halnya orang tua
mensosialisasikan anak-anak sebagai contoh interaksi dari ibu dengan bayi
bayinya dapat diumpamakan sebagai sebuah tarian atau dialog yang mengandung
serangkaian aksi diantara pelaku yang terkoordinasi dengan baik titik dapat
dikatakan juga, di antara pelaku terdapat aksi timbal balik, misalnya ketika pelaku
yang satu meniru senyuman pelaku lainnya akan ketika mereka tersenyum satu
sama lain.
sebuah bentuk yang penting dari sosialisasi timbal balik adalah Scaffolding,
yakni orang tua berinteraksi sedemikian rupa sehingga bayi memiliki pengalaman
bergiliran dengan orang tuanya. Scaffolding meliputi perilaku orangtua yang
mendukung usaha anak-anak, memungkinkan mereka untuk lebih terampil
dibandingkan apabila mereka hanya bergantung pada kemampuan mereka sendiri
( Field, 2007).
d) Perawatan dari ibu dan perawatan dari ayah
Semakin banyak ayah yang beraktifitas di rumah sepanjang hari bersama
anak-anak mereka terdapat peningkatan sebesar 300% lebih dari jumlah ayat yang
aktivitas di rumah dari tahun 1996 hingga 2006. Kebanyakan kan ayah purna
waktu itu berpasangan dengan ibu berkarir penuh yang menjadi sumber utama
keuangan keluarga. Studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa para ayah yang
beraktifitas di rumah sama puasnya terhadap pernikahan mereka dibanding orang
tua tradisional.
Apakah ayah dapat merawat bayi sebaik ibu? Primata laki-laki terkenal kurang
berminat terhadap keturunannya, namun apabila mereka harus hidup bersama
bayinya karena pengasuh perempuan tidak hadir maka orang dewasa laki-laki
dapat merawat bayi secara competent. Observasi terhadap ayah dan bayinya
memperlihatkan bahwa ayah memiliki kemampuan untuk bertindak secara peka
dan responsif terhadap bayinya seperti hal ibunya ( Lamb, 2010; Parkedkk, 2008).
Dalam sebuah studi, peneliti mewawancarai para ayah mengenai tanggung
jawab merawat anak-anak ketika berusia 6, 15, 24 dan 36 bulan. Berapa dari ayat
tersebut direkam ke dalam kaset video ketika bermain dengan anaknya di usia 6
hingga 36 bulan titik keterlibatan ayah dalam perawatan memandikan, menyuapi,
(Muh. Nh. Yaomil Fatrah)
47
mendandani, membawa ke klinik anak, dan sebagainya akan lebih besar apabila
jam kerja ayah lebih sedikit dan jam kerja ibu lebih banyak apabila usia ayah dan
ibu lebih muda apabila Ibu menyatakan perkawinannya lebih tinggi, dan apabila
anaknya adalah laki-laki.
e) Tempat penitipan anak
kini banyak anak-anak yang memiliki banyak pengasuh titik kebanyakan
mereka tidak memiliki orang tua yang beraktivitas di rumah untuk merawatnya
anak-anak itu memperoleh jenis pengasuhan yang diberikan oleh orang lain atau
“Tempat Penitipan Anak”. banyak orangtua khawatir bahkan penitipan anak akan
mengurangi kelekatan emosional bayi dengan mereka, memperlambat
perkembangan kognitif, gagal mengajarkan kepada mereka mengenai bagaimana
cara mengontrol amarah dan membiarkan mereka terlalu banyak dipengaruhi oleh
kawan sebaya.
f) Cuti orang tua
Kini jumlah anak-anak yang berada di tempat penitipan anak lebih banyak
dibandingkan di masa sebelumnya. Saat ini terdapat sekitar 2 juta anak-anak
Amerika serikat yang mendapatkan perawatan anak formal dan berijazah, dan
jutaan anak-anak lainnya mendapatkan perawatan anak yang tidak memiliki
ijazah. meskipun demikian terdapat banyak variasi kebijakan dalam hal cuti orang
tua di berbagai negara dalam hal ini kriteria.
Eropa memimpin menyusun standar baru mengenai cuci orang tua uni Eropa
pada tahun 1992 memberi hak kepada ibu untuk tetap memperoleh gaji ketika cuti
selama 14 minggu titik kebanyakan negara Eropa masa kini para orang tua karir
yang mengambil cuti menerima 70% gaji hingga gaji penuh dengan rata-rata cuti
selama 16 Minggu.
g) Variasi tempat penitipan anak
Karena Amerika serikat tidak memiliki kebijakan yang mengatur cuti
pengasuh anak dengan gaji, maka perawatan anak di Amerika serikat menjadi
salah satu masalah nasional yang utama. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi dampak dan perawatan anak, meliputi usia anak jenis perawatan
anak yang didapatkannya, dan kualitas dari program tersebut.
Di Amerika serikat, sekitar 15% anak berusia 5 tahun dan lebih mudah
(Muh. Nh. Yaomil Fatrah)
48
mengalami lebih dari satu jenis perawatan anak. Studi baru-baru ini terdapat anak
berusia 2 hingga 3 tahun mengungkapkan peningkatan jumlah jenis perawatan
anak yang dialami mereka berkaitan dengan peningkatan masalah perilaku dan
penurunan perilaku prososial.
Jenis penitipan anak juga bervariasi titik perawatan anak dapat diberikan di
suatu fasilitas besar dan lengkap ataupun di rumah pribadi titik beberapa fasilitas
penitipan anak bersifat komersial: sementara lainnya merupakan fasilitas
pendidikan non politik yang diselenggarakan oleh Gereja pusat pelayanan
masyarakat dan karyawan.
Para perawat mendorong anak-anak agar berpartisipasi aktif dalam berbagai
aktivitas, memiliki interaksi yang sering dan positif dan mencakup senyuman,
sentuhan komandan dengan, pembicaraan dalam jangkauan pandangan anak,
berespon secara baik terhadap pertanyaan atau permintaan anak dan mendorong
anak-anak untuk membicarakan pengalaman serta perasaan dan ide-ide mereka.
anak-anak lebih mungkin mengalami kualitas tempat penitipan anak yang buruk
apabila mereka berasal dari keluarga yang hanya memiliki sedikit sumber daya
psikologis sosial dan ekonomi. Banyak peneliti telah menelaaah peran kemiskinan
terhadap kualitas tempat penitipan sebuah studi yang dilakukan baru-baru ini
menemukan, tempat penitipan anak yang ekstensif hanya dapat membahayakan
anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah apabila tempat itu memiliki
kualitas yang buruk (Votruba-Drzal,Coley, Chase-Landsdale, 2004).
(Muh. Nh. Yaomil Fatrah)
49
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi adalah cara yang indah untuk memulai manusia. Sebagai bayi baru lahir,
kita bukanlah makhluk hidup tanpa kemampuan. Kita memiliki beberapa refleks
dasar, antara lain menangis, menendang, meski senyum dan batuk. Kita banyak tidur,
dan terkadang kita tersenyum, pertama kita tidak benar-benar jelas artinya. Kita
makan dan kita bertumbuh. Kita merangkak kemudian kita berjalan, perjalanan ribuan
mil yang berawal dari satu langkah. Terkadang kita menyesuaikan diri dan terkadang
orang lain menyesuaikan diri terhadap kita. Perkembangan diri kita merupakan
penciptaan secara kontinu atas bentuk-bentuk yang lebih kompleks. Keberadaan kita
yang tidak berdaya memerlukan kasih sayang dari orang lain. Kita berusaha
mewujuakan keinginan kita dengan menjadi apa pun yang kita inginkan. Dari itulah
kita harus mengetahui "Perkembangan Fisik di Masa Bayi,Perkembangan Kognitif di
Masa Bayi, dan "Perkembangan Sosioemosi di Masa Bayi" .
B. Saran
Masa Bayi merupakan dasar periode kehidupan yang sesunggahnya karena pada saat
itu banyak pola perilaku , sikap, dan pola ekspresi emosi terbentuk. Oleh karena itu di
harapkan para orang tua dapat memahami segala aspek yang berkembang pada masa
ini, dan memahami segala ekspresi yang diperlihatkan oleh bayi karena seorang bayi
belum dapat menungkapkan apa yang diinginkanya melalui berbicara.
50
DAFTAR PUSTAKA
BUKU LIFE SPAN DEVELOPMENT : PERKEMBANGAN MASA HIDUP / Edisi
Ketigabelas Jilid 1
Fahyuni, E. F. & Istikomah, I. Psikologi Belajar & Mengajar (kunci sukses guru dalam
interaksi edukatif). (2016).
51
52