Anda di halaman 1dari 5

GLOBAL MEGATREND 2045

Pada tahun 2045, perekonomian dunia diperkirakan tidak lagi bergantung pada
pergerakan ekonomi Amerika Serikat (AS). Namun diperkirakan pusat ekonomi akan
bergerak ke Asia, seperti China, India, Korea Selatan, dan Jepang. Hal ini karena kawasan
Asia terbantu oleh bonus/dividen demografi. Ketercapaian megatren dunia 2045 akan
ditandai oleh oleh beberapa faktor penentu antara lain demografi dunia, urbanisasi global,
perdagangan internasional, keuangan global, kelas pendapatan menengah, persaingan sumber
daya alam, perubahan iklim, kemajuan teknologi, perubahan geopolitik, dan perubahan
geoekonomi.

Dari sepuluh megatren yang mempengaruhi


dunia, terdapat lima megatren yang paling
mempengaruhi dunia. Pertama, megatrend
demografi, ditandai dengan semakin tingginya
migrasi antar negara (borderless society), dan
peningkatan proporsi penduduk usia lanjut.
Dalam 30 tahun ke depan, pertumbuhan
penduduk dunia diperkirakan melambat. Hal ini
membawa konsekuensi pada penyesuaian sektor
produksi untuk menjawab kebutuhan hidup
masyarakat dengan life span yang semakin
panjang.

Pergeseran demografi ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di


beberapa kawasan dunia, sedangkan di kawasan lain terjadi penurunan jumlah penduduk.
Dalam kondisi seperti ini, sebagian negara akan mempunyai penduduk usia tua dengan
masalah khusus, sementara negara lain memiliki jumlah penduduk usia muda yang menuntut
penciptaan peluang kerja yang sangat besar. Penduduk usia muda dan populasi yang terus
tumbuh menuntut pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, serta lapangan
kerja. Di negara yang ekonominya sudah maju, kelompok tenaga kerja yang sudah mulai
lanjut usianya perlu belajar keterampilan baru. Tenaga kerja perlu dididik dan dilatih kembali
secara periodik agar memiliki keterampilan yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Kedua, megatrend urbanisasi. Pada 2045, PBB


memperkirakan sekitar 69,1 persen penduduk dunia akan
tinggal di perkotaan dibanding pada tahun 2010 yang
hanya sebesar 49,9% dengan 95 persen pertambahannya
terjadi di emerging economies. Konsekuensinya, peranan
perkotaan dalam pembangunan semakin penting, sebagai
ruang bagi berkembangnya eksternalitas positif dari
aglomerasi industri dan tenaga kerja terlatih.
Akibat urbanisasi yang cepat, pada tahun 2045 penduduk kota akan mencapai 72%, dan
sebagian besar pertumbuhan penduduk kota itu akan terjadi di Asia dan Afrika. Pertumbuhan
penduduk kota akan menuntut terciptanya investasi yang besar untuk menciptakan
infrastruktu

Di tahun 60-an jumlah anakanak


rata-rata dari setiap perempuan
berkurang setengahnya. Ini adalah
dampak perkembangan dan program
keluarga berencana yang berhasil.
Akibat perkiraan bahwa jumlah anak
dari setiap perempuan di negara-
negara paling miskin di dunia akan
terus berkurang, pakar demografi
dari Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) memperhitungkan jumlah
penduduk dunia akan menjadi 10 milyar tahun 2100 mendatang. Namun demikian, jika
jumlah rata-rata kelahiran dari setiap perempuan meningkat setengahnya saja, di akhir abad
ini akan hidup 16 milyar orang di bumi. Itu adalah perhitungan tertinggi, yang dipandang
realistis oleh para pakar PBB. Perhitungan terrendah, yaitu setengah lebih sedikit dari jumlah
anak ratarata setiap perempuan, penduduk bumi hanya akan berjumlah 6 milyar. Jadi bahkan
lebih sedikit dari jumlah saat ini.

PBB memperkirakan jumlah penduduk dunia akan mencapai 8,5 miliar pada 2030. Tambahan
penduduk paling banyak berasal dari negara-negara berkembang. Jumlah penduduk akan
meningkat lagi menjadi 9,7 miliar pada 2050, dan 11 miliar pada 2100. India diperkirakan
melampaui Tiongkok sebagai negara dengan penduduk terbesar di dunia, pada tujuh tahun
mendatang. Sementara Nigeria diperkirakan melampaui Amerika Serikat yang kini berada di
posisi ketiga negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Berdasarkan laporan PBB tersebut,
selama periode 2015 – 2050, setenagh dari pertumbuhan penduduk dunia akan terkonsentrasi
pada sembilan negara yakni India, Nigeria, Pakistan, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia,
Tanzania, Amerika Serikat, Indonesia, dan Uganda.

Indonesia berpeluang masuk ke 5 negara di dunia dengan ekonomi terbesar pada tahun 2045
mendatang. Pada tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia mencapai 309 juta orang degan
angka Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mencapai 29 ribu dolar AS per tahun. Dengan
kondisi ini, Indonesia mempunyai peluang untuk dapat menikmati ‘bonus demografi’, yaitu
percepatan pertumbuhan ekonomi akibat berubahnya struktur umur penduduk yang ditandai
dengan menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk non-usia kerja
kepada penduduk usia kerja. Perubahan struktur ini memungkinkan bonus demografi tercipta
karena meningkatnya suplai angkatan kerja (labor supply), tabungan (saving), dan kualitas
sumber daya manusia (human capital). Di Indonesia, rasio ketergantungan telah menurun dan
melewati batas di bawah 50 persen pada tahun 2012 dan mencapai titik terendah sebesar 46,9
persen antara tahun 2028 dan 2031. Indonesia mempunyai potensi untuk memanfaatkan
bonus demografi baik secara nasional maupun regional. Penduduk usia produktif Indonesia
sendiri menyumbang sekitar 38 persen dari total penduduk usia produktif di ASEAN.
Tingginya jumlah dan proporsi penduduk usia kerja Indonesia selain meningkatkan angkatan
kerja dalam negeri juga membuka peluang untuk mengisi kebutuhan tenaga bagi negara-
negara yang proporsi penduduk usia kerjanya menurun seperti Singapura, Korea, Jepang dan
Australia.

Bonus demografi yang dialami Indonesia juga disertai dengan dinamika kependudukan lain
yang juga berdampak luas, yaitu: (1) meningkatnya jumlah penduduk; (2) penuaan penduduk
(population ageing) yang ditandai dengan meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia; (3)
urbanisasi yang ditandai dengan meningkatnya proporsi penduduk perkotaan; dan (4) migrasi
yang ditandai dengan meningkatnya perpindahan penduduk antardaerah.

Ketiga, megatren perdagangan internasional. Kawasan Asia Pasifik diyakini tetap mampu
menjadi poros perdagangan dan investasi dunia. Namun dengan adanya Trump effects
diperkirakan akan mendorong keseimbangan baru, termasuk dalam konsep peningkatan
global production network. Antisipasi industri nasional terhadap dampak dari perubahan ini
dapat diupayakan melalui penguatan kerja sama internasional serta perdagangan dan investasi
dalam kawasan. Dalam pasar tenaga kerja yang terus tumbuh dan berkembang, terutama di
negara yang ekonominya baru berkembang, permintaan dan penawaran tenaga kerja
seringkali tidak seimbang. Kekuatan ekonomi di negara barat akan diimbangi oleh kekuatan
ekonomi secara global. Hal ini mengakibatkan munculnya persaingan baru sebagai dampak
dari masalah geografis dan sumber daya alam, sehingga mendorong munculnya profil pelaku
ekonomi yang berbeda dengan profil pelaku ekonomi sebelumnya.

Keempat, megatrend kemunculan kelas menengah di emerging market economies (EMEs) di


kawasan Asia dan Amerika Latin. Secara ekonomi, kelas menengah akan menjadi penggerak
pertumbuhan ekonomi karena meningkatnya pendapatan per kapita akan mendorong
pengeluaran serta meningkatkan tabungan dan investasi. Khusus Indonesia, penduduk yang
tergolong consuming class pada 2015 adalah sebanyak 45 juta, dan akan terus meningkat
sehingga pada 2045 mencapai 258 juta orang atau 80 persen dari penduduk Indonesia. Untuk
itu, kemampuan menguasai pasar domestik sangat penting, dengan melihat industri apa yang
diperlukan untuk 258 juta consuming class Indonesia.

Kelima, megatren dalam persaingan sumber daya alam (SDA) dan geostrategis. Persaingan
memperebutkan SDA ke depan akan tetap tinggi seiring dengan bertambahnya penduduk
dunia, meningkatnya kegiatan ekonomi,
serta perubahan gaya hidup. Kondisi ini
membawa konsekuensi bahwa
pengembangan industri nasional
diarahkan untuk menjaga dan mengelola
SDA dengan inovasi dan teknologi.
Indonesia tengah mengalami bonus demografi yang ditandai dengan banyaknya penduduk
usia muda dan produktif. Bonus demografi itu harus segera dioptimalkan dengan investasi
lebih besar pada pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).

Menurut proyeksi penduduk


tahun 2035 berbasis sensus 2010
diketahui masa maksimum bonus
demografi ini terjadi pada 2028,
2029, 2030 dan 2031. Selama itu,
prosentase penduduk usia muda
dan produktif mencapai 46.7
persen. Melihat dari proyeksi ini,
Indonesia memiliki peluang
hingga 2030, jadi selama 16 tahun
mendatang, Indonesia harus
investasi habis-habisan di SDM.

Investasi SDM itu memang butuh dana besar namun lebih cepat return-nya. Misalnya saja,
Indonesia berpotensi menaikan GDP sekitar 1 persen dengan growth ekonomi mencapai 7
persen. Skenario MP3I pada 2025 pertumbuhannya 7 persen. Ini artinya, sangat mungkin
pertumbuhannya diatas 7 persen, yakni 10 persen bila investasi dilakukan. Untuk
memanfaatkan bonus demografi maka anak-anak harus dibentuk kualitasnya sejak sekarang.
Pada tahun 2025 nanti anak-anak sudah dewasa dan termasuk dalam usia produktif. Untuk
itu, mulai saat ini, generasi muda harus mempersiapkan diri agar mampu bersaing meraih
kesempatan kerja, dan bersaing dengan negara-negara lain di seluruh dunia. Artinya mulai
sekarang, anak-anak harus meningkatkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan spiritual secara optimal.

Keenam, megatren revolusi industri yang ke depan akan memasukan fase Industry 4.0. Pada
fase ini, internet of things atau otomatisasi dan penerapan teknologi yang bertumpu pada
internet dan pertukaran data (big data) akan menjadi tren manufaktur yang memungkinkan
adanya proses yang lebih efisien dalam proses manufaktur (smart factory) dan pengelolaan value
chain.

Anda mungkin juga menyukai