Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Aspek-Aspek Psikologi Dalam Haji

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Psikologi Agama

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Andre Bangsawan ( 2001040007 )


Andre Irawan ( 2001040001 )
Eka Pratiwi ( 2001040006 )
Muhammad Noor Fahmi ( 2001040021 )
Puspa Dewi ( 2001040029 )

Dosen Pengampu:
Syahrizal, M. Psi.

SEMESTER III
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM
2022
KATA PENGANTAR

ِ ‫ب ِۡس ِم ٱهَّلل ِ ٱلر َّۡح ٰ َم ِن ٱلر‬


‫َّحيم‬

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt, telah memberikan kekuatan dan
kemampuan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Selanjutnya, sholawat berangkaikan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad
saw, yang telah memperjuangkan ajaran Islam hingga Islam tetap jaya sampai saat
ini.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas makalah dari mata kuliah
Psikologi Agama pada program studi Manajemen Pendidikan Islam di Institut
Agama Islam Daar Al Uluum.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penyusunannya. Oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan.Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis itu sendiri.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Kisaran, 06 Januari 2022

Penulis (Kelompok 5)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................2

A. Pengertian Haji.................................................................................2
B. Pengertian Dampak Psikologi .........................................................3
C. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Haji...................................................4

BAB III PENUTUP....................................................................................7

A. Kesimpulan......................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Haji merupakan ibadah yang sejarahnya kembali kepada nabi Ibrahim,


bapaknya para nabi.1 Ibadah haji adalah rukun islam yang ke-lima. Hukum
melaksanakan ibadah haji yaitu wajib sekali seumur hidup bagi yang mampu. 2
Kewajiban untuk berhaji, minimal sekali dalam hidup itu, dibebankan hanya
kepada seorang muslim yang mampu dalam arti luas, yaitu mampu secara jasmani
maupun rohani. Selain itu, “mampu” berarti juga mampu secara finansial, dalam
arti memiliki dana yang diperlukan untuk menjalankan ibadah haji yang
dilaksanakan di tempat jauh. Ibadah haji juga merupakan bentuk ritual tahunan
yang dilaksanakan kaum muslim sedunia dengan berkunjung dan melaksanakan
beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi.

Dalam realita saat ini selalu muncul doktrin-doktrin yang mengajarkan dan
memberi pemahaman bahwa ibadah haji hanya merupakan ibadah fisik dengan
melupakan segala aspek batiniyah yang didapat dalam prosesi ibadah haji. Yang
menjadi fokus hanyalah ibadah fisik, finansial yang banyak, dan cenderamata
sepulang dari tanah suci. Pemahaman seperti ini banyak terjadi di kalangan
masyarakat awam yang tidak memiliki pemahaman psikis mengenai ibadah haji.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Haji?
2. Apa Itu Dampak Psikologis?
3. Apa Saja Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Haji?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Haji.
2. Untuk Mengetahui Pengertian dari Dampak Psikologi
3. Untuk Mengetahui Apa saja Nilai Nilai Pendidikan Dalam Haji.
1
Elly Damaiwati, Kuketuk Pintu Rahmat-Mu Ya Allah. 2009. (Surakarta: Indiva Pustaka) , hlm. 7
2
Moh. Rifa’I, Fiqih. 1986. (Semarang: Wicaksono), hlm. 76

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji

Haji menurut bahasa artinya sengaja untuk mengunjungi. Sedangkan


menurut para ‘alim ‘ulama haji berarti mengunjungi ka’bah untuk beribadah
kepada Allah dengan rukunrukun tertentu dan syarat-syarat tertentu serta pada
waktu tertentu. Haji adalah rukun islam yang ke-lima yang wajib dikerjakan oleh
semua umat islam apabila telah memenuhi segala syarat dan kewajiban haji.
Ibadah haji wajib sekali seumur hidup.3

Firman Allah tentang kewajiban haji bagi umat Islam terdapat dalam Q.S
Al-Baqarah 197

‫ق َواَل‬ َ َ‫ض فِ ْي ِه َّن ْال َح َّج فَاَل َرف‬


َ ‫ ْو‬Z ‫ث َواَل فُ ُس‬ َ ‫ر‬Z َ Zَ‫ت ۚ فَ َم ْن ف‬ ٌ ٰ‫وم‬Zْ Zُ‫هُ ٌر َّم ْعل‬Z ‫اَ ْل َحجُّ اَ ْش‬
ۗ ُ ‫ هُ هّٰللا‬ZZZ‫ر يَّ ْعلَ ْم‬ZZZْ ْ ُ‫ا تَ ْف َعل‬ZZZ‫ َدا َل فِى ْال َحجِّ ۗ َو َم‬ZZZ‫ِج‬
ٍ ‫وا ِم ْن َخي‬ZZZ
ِ ‫َوتَ َز َّو ُد ْوا فَاِ َّن َخي َْر ال َّزا ِد التَّ ْق ٰو ۖى َواتَّقُ ْو ِن ٰيٓاُولِى ااْل َ ْلبَا‬
‫ب‬
(Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi.
Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah
dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan
ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya.
Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan
bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.

Allah juga berfirman dalam Q.S Al-Imran Ayat 97

‫هّٰلِل‬ ٌ ۢ ‫فِ ْي ِه ٰا ٰي‬


ِ َّ‫ا ۗ َو ِ َعلَى الن‬ZZً‫ان ٰا ِمن‬Z
ُّ‫اس ِحج‬ َ Z‫هٗ َك‬ZZَ‫ت َّمقَا ُم اِب ْٰر ِه ْي َم ەۚ َو َم ْن َد َخل‬ ٌ ‫ت بَي ِّٰن‬
‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع اِلَ ْي ِه َسبِ ْياًل ۗ َو َم ْن َكفَ َر فَاِ َّن هّٰللا َ َغنِ ٌّي َع ِن ْال ٰعلَ ِمي َْن‬ ِ ‫ْالبَ ْي‬
Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam
Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara)
3
Moh. Rifa’i. Fiqih. 1986. (Semarang: Wicaksono), hlm. 76

2
kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah,
yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.

Ada beberapa rukun dalam ibadah haji yang harus dilaksanakan. Rukun-
rukun tersebut adalah sebagai berikut: 4

1. Ihram, yaitu berpakaian serba putih, bagi laki-laki hanya dua lembar
kain tanpa jahitan. Serta berniat ihram dan haji.
2. Wukuf, yaitu hadirnya seseorang yang ber-ihram untuk haji setelah
tergelincir matahari pada tanggal sembilan Dzulhijjah.
3. Thawaf, yaitu kegiatan mengitari ka’bah ketika baru sampai di tanah
haram.
4. Sa’I, yaitu lari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
5. Tahallul, yaitu menggunting rambut sedikitnya tiga helai untuk
kepntingan ihram.
6. Tertib.

Semua rukun-rukun tersebut harus dilaksanakan dengan sempurna dan


harus berurutan. Apabila salah satu rukun ditinggalkan, maka hajinya tidak sah.

B. Pengertian Dampak Psikologis

Dampak psikologis berarti dampak yang berkenaan dengan sisi psikologi


seseorang. Psikologi adalah ilmu tentang kejiwaan, mental, dan perilaku. Jadi
dampak psikologis adalah dampak yang berhubungan dengan kejiwaan, mental,
dan perilaku seseorang.
Sementara ahli beranggapan, psikologi hanya tertarik pada perilaku yang
tampak saja.5 Seperti dalam definisi Morgan dan Hilgert yang berpendapat bahwa
“psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan”,
sedangkan yang lain tidak dapat mengabaikan peristiwa-peristiwa mental. Sebagian

4
Moh. Rifa’i, Fiqih. 1986. (Semarang: Wicaksono), hlm. 77
5
Alex Sobur, PsikologiUmum. 2013. (Bandung: Pustaka Setia), hlm. 33

3
psikolog hanya ingin mendeskripsikan apa yang dilakukan orang sebagian lainnya
ingin meramlkan apa yang akan dilakukan orang, yang lainnya lagi mengatakan
bahwa psikologi baru dikatakan sebgai ilmu bila sudah mampu mengendalikan
perilaku orang.

Dampak psikologis dari prosesi ibadah haji sangat besar. Dapat mengubah
perilaku seseorang bahkan hingga 180 derajat. Dari awalnya kurang baik menjadi
baik, yang tercela menjadi terpuji, dan sebagainya. Menjalani proses ibadah haji
berarti menjalani proses pelatihan psikis yang menguras tenaga dan emosi. Betapa
tidak? Kegiatan fisik dilakukan di daerah yang sangat panas, dengan suhu di atas 40
derajat celcius. Banyak antrean yang menguras emosi. Semua itu dapat melatih jiwa
seseorang yang kurang baik agar menjadi lebih baik.

C. Nilai Nilai Pendidikan Jiwa Dalam Haji


Beberapa nilai pendidikan jiwa yang diperoleh dalam pelaksanaan ibadah
haji di antaranya:6
Pertama, kesadaran terhadap persamaan derajat di hadapan Allah. Ibadah
haji yang dimulai dengan niat kemudian mengenakan pakaian ihram yang
berwarna putih dan tidak berjahit. Pakaian tersebut menyadarkan pemakainya
bahwa mereka tidak berbeda satu dengan lainnya. Persamaan pakaian ini dapat
memberi pengaruh psikologis pada pemakainya. Di Miqat Makany di tempat
dimana ritual ibadah haji dimulai, semua perbedaan dan pembedaan yang
berkaitan dengan profesi, harta, ras, dan kedudukan harus ditinggalkan. Semua
harus memakai pakaian yang sama. Tinggalkan semua itu di Miqat dan
berperanlah sebagai manusia yang sesungguhnya.

Kedua, kepatuhan terhadap larangan Allah. Penggunaan pakaian ihram


berlanjut dengan kepatuhan meninggalkan larangan Allah bagi pelaku ibadah haji.
Jangan menyakiti binatang, jangan membunuh, jangan menumpahkan darah dan
jangan mencabut pepohonan.

6
Masganti Sit, Psikologi Agama, (Medan: Perdana Publishing, 2011), hlm. 150-153

4
Ketiga, Pasrah terhadap kehendak Allah. Ka’bah yang dikunjungi
mengandung pelajaran yang amat berharga dari segi kemanusiaan. Kisah Hijr
Ismail yang arti harfiahnya pangkuan Ismail merupakan pelajaran yang sangan
berharga dalam mengajarkan manusia arti kepasrahan terhadap perintan Allah. Di
Mekkah lah Ibrahim harus meninggalkan isterinya, Siti Hajar, yang sedang
mengandung Ismail. Hajar harus ditinggalkan Ibrahim di Mekkah karena dia tidak
ingin ribut dengan isterrinya yang lain, Siti Sarah. Seorang perempuan berkulit
hitam, miskin bahkan budak, rela ditinggal suaminya di Mekkah karena yakin
bahwa hal tersebut perintah Allah.

Keempat, kesuciaan, ketegaran, pemaaf, murah hati dan menghargai


orang lain. Ketika melakukan thawaf yang menjadikan pelakunya larut dan
berbaur bersama manusia-manusia lain, serta memberi kesan kebersamaan menuju
satu tujuan yang sama yakni berada dalam lingkungan Allah swt.

Kelima, ke’arifan dan pengenalan diri. di Arafah, padang yang luas lagi
gersang itu seluruh jamaah wuquf (berhenti) sampai terbenamnya matahari. Di
sanalah mereka seharusnya menemukan ma’rifat pengetahuan sejati tentang jati
dirinya, akhir perjalanan hidupnya, serta di sana pula ia menyadari langkah
langkahnya selama ini, sebagaimana ia menyadari pula betapa besar dan agungnya
Tuhan. Padang Arafah merupakan miniatur padang Mahsyar yang akan
mengantarkan jamaah haji pada kesadaran-kesadaran untuk menjadi ‘arif atau
sadar dan mengenal diri.
Keenam, keikhlasan. Para jamaah haji dari Arafah ke Mudzdalifah
mengumpulkan senjata menghadapi musuh utama yaitu setan, kemudian
melanjutkan perjalanan ke Mina dan di sanalah para jamaah haji melampiaskan
kebencian dan kemarahan mereka masing-masing terhadap musuh yang selama ini
menjadi penyebab segala kegetiran yang dialaminya. Mereka mengikuti jejak
Hajar yang melempar syetan-syetan yang membujuk manusia untuk ingkar kepada
perintah Allah.

5
Ketujuh, meningkatkan keimanan kepada Allah Swt. dengan melihat dan
menyaksikan secara langsung tempat-tempat suci terutama ka’bah yang menjadi
kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia dalam melaksanakan shalat.

Kedelapan, memperoleh maghfirah dan ampunan dari dosa- dosa yang


telah dilakukan, sehingga setelah selesai melaksanakan ibadah haji bagi orang
yang memperoleh predikat haji mabrur dapat meraih kesu-cian diri dari noda dan
dosa, sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah Saw. dalam sebuah hadits
shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim: “Barang siapa
melaksanakan ibadah haji, kemudian tidak berkata yang kotor dan tidak
melakukan kejahatan, maka akan kembali sebagaimana bayi yang baru dilahirkan
ibunya.”

Kesembilan, memperoleh balasan surga, tempat kenikmatan dan


kebahagiaan yang abadi, sebagaimana telah disabdakan Rasulullah Saw. dalam
hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim sebagai berikut;
“Balasan bagi haji mabrur, tiada lain kecuali surga.”

Semua pendidikan jiwa di atas hanya akan diperoleh orang yang


melaksanakan ibadah haji dengan keimanan dan keikhlasan. Bahkan mereka yang
tidak dapat mengamalkan ibadah haji karena keterbatasan kemampuan dana, dapat
memperoleh pahala yang besar pada hari raya Idul Adha dengan menyembelih
kurban di tempatnya masing-masing. Aisyah menuturkan dari Rasulullah saw
bahwa beliau bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam
(manusia) pada hari raya Idul Adha lebih dicintai Allah daripada menyembelih
binatang. Karena binatang itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-
tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah binatang itu akan
sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. karenanya, lapangkanlah jiwamu
untuk melakukannya.” (HR. al-Tirmidzi dengan kualitas hasan)

6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Haji adalah rukun islam yang ke-lima yang wajib dikerjakan oleh semua
umat islam apabila telah memenuhi segala syarat dan kewajiban haji. Ibadah haji
wajib sekali seumur hidup.

Dalam proses ibadah haji adalah ibadah yang di dalamnya penuh dengan
edukasi fisik dan psikis. Pelajaran fisik seperti perintah berjalan kaki, berlari,
bermalam di bawah langit, dan sebagainya. Adapun edukasi psikisnya di antaranya
adalah mengingat Allah, orientasi pada Allah, tujuan hidup pada Allah dan
sebagainya.

Ibadah haji mampu memperbaiki pribadi seseorang apabila ibadah haji


dilakukan dengan sungguh-sungguh, serius, telaten, dan dihayati dengan sepenuh
hati. Penghayatan dengan hati akan membawa pengaruh yang dalam pada hati dan
perilaku seseorang. Maka, persiapkan diri dan persiapkan hati kita untuk menghayati
ibadah haji agar kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Sobur, Alex . PsikologiUmum. 2013. Bandung: Pustaka Setia.

Damaiwati, Elly. Kuketuk Pintu Rahmat-Mu Ya Allah. 2009. Surakarta: Indiva


Pustaka.

Rifa’I, Moh. Fiqih. 1986. Semarang: Wicaksono.

Sit, Masganti . Psikologi Agama. 2011. Medan: Perdana Publishing.

Anda mungkin juga menyukai