“Ulama Ahlu Sunnah Wal Jamaah Menolak Faham Syiah, Khawarij, Qadariyah, Jabariah,
Mutazilah, Ahmadiyah, dan Wahabi”
Page | 1
DI SUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita berbagaimacam nikmat,
rahmat serta hidayahNya. Terima kasih kepada Dosen sertateman-teman sekalian yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, baik bantuan berupa moril maupun materiil, sehingga
Page | 2 makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh darikesempurnaan
serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasamaupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian,untuk itu besar harapan penulis jika
ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan lagi makalah ini.H
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini adalah mudah-mudahan apa
yang penulis susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi ataumengambil hikmah dari judul ini
Kolaka,November 2021
Penulis
BAB I
PEMBUKAAN
A. Latar Belakang
Page | 3 Pada masa Rasulullah SAW. masih hidup, istilah Aswaja sudah pernah ada tetapi tidakmenunjuk
pada kelompok tertentu atau aliran tertentu. Yang dimaksud dengan Ahlus sunnahwal Jamaah adalah
orang-orang Islam secara keseluruhan. Dalam pembahasan keagamaan dan keilmuan, terminologi sunni
digunakan untuk menyebut kelompok Ahlusunnah, yakni suatu mazhab dalam Islam yang mendasrkan
struktur keagamaan, sistem nilai afektif dan ritual-ritual praksisnya diatas nash-nash Al-Qur’an, sunnah
Nabi SAW, sunnah para sahabat dan generasi para tabiin-tabiin.
Dengan sendirinya dalam pembahasan ini kita menggunakan istilah Sunni untuk menyebut
sebuah kelompok sebagaimana defenisi diatas. Dalam pengertian yang kita singgung diatas,
penggunaan dan interpretasi nash-nash agama haruslah dimaknai secara umum, karena ketiadaan
pembatasan jalur periwayatan nash (utamanya sunnah Nabi saw) yang disepakati secara
ijma’(consensus) dan dianggap baku oleh ulama-ulama mazhab Ahlussunah. Mereka umumnya
memiliki metode verifikasi tertentu yang melaluinya mereka mendefenisiskan nas-nas yang mereka
anggap otoritatif.
Arti Ahlussunnah ialah Penganut Sunnah Nabi. Dan arti wal Jama’ah ialah Kaum Ahlussunnah
wal Jama’ah ialah kaum yang menganut i’tiqad sabagai i’tiqad yang dianut oleh Nabi Muhammad saw,
dan sahabat-sahabat beliau. Pada akhir abad ke III Hijriyah timbullah golongan yang bernama Kaum
Ahlussunnah wal Jama’ah, yang dikepalai oleh dua orang Ulama besar dalam Ushuluddin yaitu Syeikh
Abu Hasan ‘Ali al Asy’ari dan Syeikh Abu Mansur al Maturidi. Perkataan Ahlussunnah wal Jama’ah
kadang-kadang dipendekkan menyebutnya dengan Ahlussunnah saja, atau Sunni saja dan kadang-
kadang disebut ‘Asya’ri atau Asya’irah, dikaitkan kepada guru besarnya yang pertama Abu Hasan ‘Ali
al Asy’ari. Sejarah rinkas guru besar ini ialah: Nama lenkap beliau adalah Abu Hasan ‘Ali bin Ismail,
bin Basyar, Ishaq bin Salim, bin Isma’il, bin Abdillah, bin Musa, bin Bilal, bin Abi Burdah, bin Abi
Musa al ‘Asy’ari.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa Ulama Ahlusunnah Waljamaah menolak faham syiah?
2. Mengapa Ulama Ahlusunnah Waljamaah Menolak Faham Khawarij, Qadariyah, dan
Jabariyah?
C. Tujuan
1. Apa tujuan Ulama Ahlusunnah Waljamaah menolah faham Syiah
2. Apa tujuan Ulama Ahlusunnah Waljamaah Menolak Faham Khawarij, Qadariyah, dan
Jabariyah
3. Apa tujuan Ulama Ahlusunnah Waljamaah Menolak faham Mutazilah, Ahmadiyah, dan
Wahabi
BAB II
PEMBAHASAN
Page | A.
4 Ahlu Sunnah Wal Jama’ah Menolak Faham Syiah
Kata Syiah menurut bahasa adalah pendukung atau pembela. Syiah Ali adalah pendukung atau
pembela Ali, Syiah Muawiyah adalah pendukung atau pembela Muawiyah. Pada zaman Abu Bakar,
Umar dan Utsman kata Syiah dalam arti nama kelompok orang Islam belum dikenal dan barulah kata
Syiah muncul sebagai nama kelompok umat Islam ketika terjadi peperangan antara Ali dan Muawiyah.
Tetapi bukan hanya pendukung Ali yang disebut Syiah Ali, ada Syiah Muawiyah. Adapun faham dan
aqidahnya, kedua belah pihak sama, karena besumberkan dari kitabullah dan sunnah Rasulullah.
Selanjutnya Syiah mengalami perkembangan dan bahkan perpecahan, terutama ketika imam
mereka meninggal dunia. Dan semakin jauh perpecahan mereka semakin banyak pula ajaran dan faham
baru, dimana tidak jarang ajaran Syiah dalam suatu periode bertentangan dengan ajaran mereka pada
periode sebelumnya. Karena setiap imam memberikan ajaran bahwa perkataan Imam adalah sama dengan
perkataan Nabi bahkan ada yang beranggapan sama dengan perkataan Allah. Maka perpecahan Syiah dari
masa ke masa semakin banyak sehingga menurut al-Muqrizi bahwa jumlah firqah Syiah mencapai 300
firqah. Tetapi yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah aqidah dan ajaran Syiah Imamiyah yang
percaya dengan munculnya imam terakhir yaiti Muhammad bin al-Hasan Abdul Qasim al-Mahdi.
Ajaran Syiah yang bertentangan dengan ajaran Ahlu Sunnah wal Jama’ah Syiah mengkafirkan
para sahabat Nabi saw dan semua orang Islam yang mengikuti sahabat Nabi saw. Berkata al-Majlisi:
“Bahwa mereka (Abu Bakar, Umar dan Utsman) adalah perampok-perampok yang curang dan murtad,
keluar dari agama, semoga Allah melaknat mereka dan semua orang yang mengikuti mereka dalam
bertindak jahat terhadap keluarga Nabi, baik orang-orang dahulu maupun orang-orang belakangan”.
Abu Bashir berkata: ”Sesungguhnya penduduk Makkah telah kufur kepada Allah secara terang-terangan
dan bahwa penduduk Madinah lebih jelas daripada penduduk Makkah, bahkan lebih jelek 70 kali
daripada penduduk Makkah”.[2]
Abu Jakfar berkata: “Semua manusia (kaum muslimin) menjadi ahlu jahiliyah (murtad) kecuali 4 orang
saja: Ali, Miqdad, Salman dan Abu Dzar. Aku Rawi berkata: “Ammar termasuk? Abu Jakfar berkata:
“Kalau kamu bermaksud yang murni/bersih sama sekali, maka mereka bertiga itu saja”.[3]
Demikianlah, maka dari data tersebut di atas jelas bagi kita bahwa ulama-ulama besar Syiah, bahkan
pemimpin Syiah kharismatik zaman modern ini masih menghukumi kafir kepada para sahabat Nabi yang
mulia dan sekalian orang Islam di dunia yang tidak menganut ajaran Syiah Rafidhah.
1. Persoalan Khilafiyah
kaum khawarij mengakui khalifah abu bakar dan umar dan separuh zaman pemerintahan Usman
bin Affan.
kepercayaan ini seperti Aswaja Akan tetapi separuh yg akhir ,dari khalifah usman ,tidak diakui
mereka lagi kerana bagi mereka (khawarij) Usman menyeleweng..
begitu juga dengan khalifah Ali.mulanya perlantikannya sah ,tetapi kemudian membuat kesilapan
besar,iaitu menerima tahkim,dan Ali menjadi Kafir kerna menerima Tahkim
orang yang melakukan dosa besar adalah Kafir, bagi i'tiqad khawarij.
pada Ahlusunnah waljamaah, pegangan khawarij ini adalah di tentang. ini kerana, walaupun
penyelewengan yang berlaku (sekiranya betul Ali menyeleweng) tidaklah menggugurkan pangkat
khalifah.
yg menggugurkan pangkat khalifah menurut Aswaja ialah kalau khalifah itu telah tajahur
(dihadapan umum berbuat maksiat) dan menganjurkan Rakyat mengikutnya..
3. Kafir
kaum khawarij cepat mengkafirkan orang yang tidak sependapat dengan mereka.
Aswaja sangat berhati-hati dalam menuduh orang lain kafir,harus difikir masak-masak,harus
difikir risikonya
4. Ibadat/iman
kaum khawarij berpendapat bahawa yg dikatakan iman itu bukan pengakuan dalam hati dan
ucapan dengan lisan sahaja,tetapi amal ibadat itu menjadi rukun iman pula.
barangsiapa yang tidak solat,puasa zaakat,dan lain2...maka orang itu jadi kafir inilah pendapat
khawarij.
oleh kerana saiyyidina muawiyah sudah berdosa dengan melawan saiyyidina Ali..maka
saiyyidina muawiyah menjadi kafir.
Aisyah juga menjadi kafir kerana melawan khalifah Ali,inilah pendirian khawarij
adapun pada ASWJ berpendrian bahawa rukun iman itu hanyalah 2 sahaja,iaitu membenarkan
didalam hati,dan mengikrarkan dengan LISAN,seorang yg mmbenar dalam hati dan ikrar dengan
Page | 6 lidah sudah dikira beriman,dan berlaku atasnya sekalian hukum yg berkaitan dengan orang
mukmin.
adapun amal ibadat,sseperti solat,puasa,zakat dan lain2 adalah untuk kesempurnaan iman
yang kafir bagi aswajaialah orng yg mengi'tiqadkan bahawa solat,puasa,zakat itu tidak wajib
baginya
Kaum qodariyah beri’tiqad bahwa perbuatan manusia di ciptakan oleh manusia sendiri
dengan qodrat yang telah di berikan Tuhan kepadanya sedari mereka lahir ke dunia. Kaum
Qodariyah mengemukakan dahlil-dahlil ‘akal dan dahlil-dahlil naqal (Quran dan hadist) untuk
memperkuat pendirian mereka, mengapa mereka di beri pahala kalau berbuat baik dan di siksa
kalau berbuat maksiat, pada hal yang membuat atau menciptakan hal itu adalah Allah swt, dan
mereka juga mengatakan kalau Tuhan itu tidak adil.
Beberapa dahlil yang di kemukakan oleh kaum Qodariyah tanpa memperhatikan tafsir-
tafsir nabi dan sahabat nabi ahli tafsir.“Bahwasannya Allah tidak bisa merubah nasib suatu kaum,
kalau tidak mereka sendiri yang merubahnya.” (Ar-Ra’d; 11).
Kaum Qodariyah menyatakan pada ayat tadi bahwa Tuhan “ Tidak Bisa” atau “Tidak
Kuasa merubah nasib manusia kecuali mereka sendiri yang merubahnya. Nampak jelas sekali
Page | 7
bahwa kepercayaan kaum Qodariyah ini sama dengan kaum Mu’ tajillah, hanya perlainannya
kaum Mu’tajzillah mengatakan “ Bahwa pekerjaan Manusia yang baik di jadikan Tuhan” .
Sedangkan kaum Qodariyah “ baik dan buruk tidak di jadikan oleh tuhan”.
Fatwa kaum Qodariyah di Mu’tajzillahini tidak sesuai dan di tentang oleh Ahlusunah
waljama’ah, yang di imami oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari, Kaum Ahlussunnah
mengemukakan, Tuhan berfirman dalam Al-Quran : “Dan Tuhan yang menjadikan kamu dan
apa- apa yang kamu kerjakan” (As-shaffat : 96). Terang bahwa dalam ayat ini yang menjadikan
mausia dan yang menjadikan pekerjaan manusia adalah Tuhan, Bukan manusia. Jadi takdir sudah
tertulis dalam izal sebelum manusiadilahirkan. “Dan tidak bisa kamu menghendaki, kecuali kalau
Tuhan menghendaki” (Ali Imran : 30).
Takdir Ilahi itu menurut Ahlusunnsah wal jamaah ada 4, yaitu :
1. Takdir dalam ilmu Tuhan tidak berubah-ubah lagi
2. Takdir yang di tuliskan pada luh Mahfuzh ini bisa berubah kalau Tuhan menghendaki.
3. Takdir dalam rahim ibu itu sesuai dengan luh mahfuzh.
4. Takdir dalam kenyataan, yakin di jadikan sesuatu dalam kenyataanya menurut takdir yang
telah di tetapkan.
Taham selain penggerak jabariyah, juga pemimpin ajaran yang mengatakan bahwa Allah
ta’ala itu tiada mempunyai sifat-sifat. Menurut Taham, Tuhan hanyalah mempunyai zat saja dan
dia mengatakan bahwa Allah itu sekali-kali tidak mungkin dapat terlihat oleh manusia walaupun
di akhirat kelak.
Faham jabariyah dan Qodariyah adalah dua faham yang sangat bertolak belakang satu
dengan yang lain. Jabariyah adalah faham yang menyatakan bahwa segala perbuatan manusia
adalah semua karena ditakdirkan Allah dan manusia tidak mempunyai kuasa sedikitpun dalam
menciptakan tindakan-tindakannya sendiri. Lain halnya dengan faham Qodariyah yang
menganggap segala perbuatan manusia adalah kuasa dari manusia itu sendiri tanpa campur tangan
Allah SWT.
Dari kedua faham diatas dapat dinilai bahwa keduanya memiliki jalan fikiran yang kaku
dan hanya menggunakan satu dalil saja yang menjadi dasar pemikiran mereka. Sedangkan sudah
dijelaskan bahwa semua ayat-ayat Al-Quran itu tidak ada satupun yang saling bertentangan.
Namun kesemuanya itu memiliki hubungan yang erat baik secara harfiyah ataupun maknawiyah.
Ahlulsunnah Wal Jamaah memandang kedua faham ini adalah sesat dan wajib untuk
ditinggalkan. Bila faham yang tersebut di atas terus dibiarkan, maka akan sesatlah jalan hidup
manusia di dunia ini bagi siapa saja yang mengikutinya. Untuk itu, kita harus kembali merujuk
pada dasar pedoman kita yaitu Al-Quran dan As-Sunnah dengan tidak memotong-motong ayat-
ayat atau hadis hanya demi kepentingan yang tidak dibenarkan dalam Islam.
Sejarah Lahirnya Mu’tazilah Kelompok pemuja akal ini muncul di kota Bashrah (Irak)
pada abad ke-2 Hijriyah, antara tahun 105-110 H, tepatnya di masa pemerintahan khalifah Abdul
Malik bin Marwan dan khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk
Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha’ Al-Makhzumi Al-
Ghozzal. Ia lahir di kota Madinah pada tahun 80 H dan mati pada tahun 131 H. Di dalam
menyebarkan bid’ahnya, ia didukung oleh ‘Amr bin ‘Ubaid (seorang gembong Qadariyyah kota
Bashrah) setelah keduanya bersepakat dalam suatu pemikiran bid’ah, yaitu mengingkari taqdir
dan sifat-sifat Allah.
Page | 9
Seiring dengan bergulirnya waktu, kelompok Mu’tazilah semakin berkembang dengan sekian
banyak sektenya. Hingga kemudian para dedengkot mereka mendalami buku-buku filsafat yang banyak
tersebar di masa khalifah Al-Makmun. Maka sejak saat itulah manhaj mereka benar-benar terwarnai oleh
manhaj ahli kalam (yang berorientasi pada akal dan mencampakkan dalil-dalil dari Al Qur’an dan As
Sunnah).
Oleh karena itu, tidaklah aneh bila kaidah nomor satu mereka berbunyi: “Akal lebih didahulukan
daripada syariat (Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’) dan akal lah sebagai kata pemutus dalam segala hal.
Bila syariat bertentangan dengan akal menurut persangkaan mereka maka, sungguh syariat tersebut harus
dibuang atau ditakwil. Ini merupakan kaidah yang batil, karena kalaulah akal itu lebih utama dari syariat
maka Allah akan perintahkan kita untuk merujuk kepadanya ketika terjadi perselisihan. Namun
kenyataannya Allah perintahkan kita untuk merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, Kalaulah akal itu
lebih utama dari syariat maka Allah tidak akan mengutus para Rasul pada tiap-tiap umat dalam rangka
membimbing mereka menuju jalan yang benar.
Kesesatan kaum Mu’tazilah:
1. Mentiadakan sifat-sifat Allah yang Qodim seperti ; Sifat Ilmu, Kudrot, Hayat dan lain-lain.
Dan mereka meyakini bahwa Allah maha mengetahui, hidup, berkuasa semata-mata dengan dzat-
Nya dan bukan dengan sifat.
2. Meyakini bahwa Al Qur’an adalah mahluk yang berupa huruf dan suara.
3. Meyakini bahwa kelak di akhirat, Allah tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
4. Mewajibkan penta’wilan terhadap Ayat-Ayat Mustasyabihat (ayat yang belum jelas
dilalahnya).
5. Meyakini bahwa segala perbuatan manusia berasal dari dirinya sendiri (baik atau buruk). Oleh
karenanya di akhirat ia wajib mendapat pahala atau siksa akibat perbuatan tersebut.
6. Allah Wajib berbuat baik terhadap mahluknya, sebab jika tidak demikian maka berarti Allah
telah berbuat dholim.
7. Meyakini bahwa orang yang melakukan dosa besar yang meninggal sebelum bertaubat maka ia
akan selama-lamanya ( hulud ) di neraka.
8. Mengingkari adanya siksa kubur.
9. Meyakini adanya tempat diantara Surga dan Neraka ( Manzilun Bainal Manzilataini ).
Akan tetapi kerajaan Inggris yang saat itu menguasai India menyokong gerakakan Ahmadiyah
ini, karena diantara fatwanya ada yang sangat disukai oleh penjajah Inggris ketika itu, yaitu :
jihad dalam Islam bukan dengan senjata, akan tetapi dengan lisan saja. Oleh karenanya fatwa ini
sangat disukai oleh Inggris yang tengah menjajah India saat itu.
Di Indonesia sendiri faham ini mulai muncul sesudah perang dunia pertama, sehingga terdapat
cabang-cabang gerakan Ahmadiayah di Jakarta, di Medan, di Padang dan lain-lain. Tapi faham
ini di Indosneia kurang mendapat tanggapan dari masyarakat karena terus menerus ditentang oleh
ulama-ulama Islam, khususnya ulama ahlussunnah wal jamaah.
Pandangan Ahlusunnah wal Jama’ah
a) pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dan Rasul ditolak oleh jumhurul ulama, dan
dikatakan sebuah kesesatan yang nyata!. Ahlussunnah wal jama’ah memberikan tafsiran surat As
Saf : 6 sebagai berikut : bahwa yang dimaksud pada lafal “Ahmad” di ayat tersebut adalah
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin qosoei bin Qilab Alquraisy bukan selainnya!
Hal ini diperkuat dengan firman Allah Surat Al Ahzab :40.
ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﻤﺪ ﺃﺑﺎ ﺃﺣﺪ ﻣﻦ ﺭﺟﺎﻟﻜﻢ ﻭﻟﻜﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﻪﻠﻟﺍ ﻭ ﺧﺎﺗﻢ ﺍﻟﻨﺒﻴﻴﻦ
Artinya : “Nabi Muhammad itu bukan bapak seorang pun diantara anak laki-laki diantara kamu,
tetapi beliau Rasulallah dan nabi penutup. Dan Tuhan Maha Tahu Atas segala sesuatu” (al
Ahzab :40)
b) pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Al Mahdi Al Mau’hud juga ditolak oleh
Ahlussunnah wal jama’ah dan kelompok syi’ah, menurut kepercayan Ahlussunnah wal jama’ah
bahwa nabi Isa As tidak dapat disalib oleh musuh dan yang disalip adalah orang yang
diserupakan dengan nabi Isa As. Dan pengakuan tersebut juga bertentangan dengan Hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Sebagai berikut :
ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻧﻔﺴﻰ ﺑﻴﺪﻩ ﻟﻴﻮﺷﻜﻦ ﺃﻥ ﻳﻨﺰﻝ ﻓﻴﻜﻢ ﺍﺑﻦ ﻣﺮﻳﻢ ﺣﻜﻤﺎ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﻪﻠﻟﺍ ﺻﻠﻰ ﻪﻠﻟﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﺎﻡ: ﻋﻦ ﺃﺑﻰ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻰ ﻪﻠﻟﺍ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ
) ( ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ. ﻋﺪﻻ ﻓﻴﻜﺴﺮ ﺍﻟﺼﻠﻴﺐ ﻭﻳﻘﺘﻞ ﺍﻟﺤﻨﺰﻳﺮ ﻭﻳﺼﻨﻊ ﺍﻟﺤﺮﺏ ﻭﻳﻔﻴﺾ ﺍﻟﺪﻣﻊ ﺣﺘﻰ ﻻﻳﻘﺒﻠﻪ ﺃﺣﺪ
Artinya : Dari Abu Hurairah Ra. Berkata, Rasululullah Saw. bersabda :Demi Tuhan yang diriku
ditangan-Nya, akan turun Isa ibnu Maryam kepadamu menjadi hakim ‘adil, maka ia memecah
Page | 11 salib, membunuh babi, menghentikan peperangan dan melimpahkan harta yang banyak sehingga
tak ada lagi yang akan menerimanya. (HR. Bukhori-Sahih Bukhori II hal, 174)
Dari hadits diatas telah jelas bahwa Allah akan menurunkan Isa Ibnu Maryam bukan Mirza GA
Ibnu Maryam. Dan juga dijelaskan bahwa Isa akan membunuh sekalian babi dan merusak salib, ia
akan menegakkan keadilan dan mensejahterakan umat manusia dalam bentuk melimpahkan harta
kekayaannya. Sepanjang sejarah Mirza GA sudahkah melakukan itu?
c) pengakuan Mirza Ghulam Ahmad bahwa ia dan keturunannya menerima wahyu jelas
bertentangan dengan ajaran Islam yang suci, karena Rasul Muhammad Saw telah menyatakan
bahwa nabi dan kenabian sudah tidak ada lagi setelahnya. Karena wahyu hanya Allah turunkan
kepada para nabi dan Rasul-Nya saja, maka dengan tidak adanya nabi lagi maka tidak ada wahyu
yang disalahgunakan.
d) pernyataan Mirza Ghulam Ahmad bahwa ia sebagai penyempurna syari’at Islam adalah
bertentangan dengan Firman Allah Surat Al Ma’idah : 3 yang artinya :
ﺃﻟﻴﻮﻡ ﺃﻛﻤﻠﺖ ﻟﻜﻢ ﺩﻳﻨﻜﻢ ﻭﺃﺗﻤﻤﺖ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻧﻌﻤﺘﻰ ﻭﺭﺿﻴﺖ ﻟﻜﻢ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺩﻳﻨﺎ
“Hari ini telah aku sempurnakan agamamu untukmu, telah aku cukupkan nikmatKu bagimu dan
Aku telah meridloi Islam sebagai agamamu”.
e) soal pernyataan Mirza GA bahwa ia lebih mulia dari abu Bakar dan pernah bermimpi menjadi
Tuhan jelas sebuah kebohongan yang tidak terbantahkan menurut Ahlusunnah wal jama’ah.
Karena Ahlusunnah wal jama’ah meyakini bahwa yang mulia disisi Allah setelah Rasulullah
Muhammad Saw. adalah para Rasul-rasul ke mudian para nabi-nabi yang lain sesudah itu para
malaikat dan selanjutnya baru manusia. Sementara Mirza GA tidak ada pada deretan nabi dan
rasul sehingga tidak terbukti pengakuannya tersebut.
Page | 12
Para ulama Wahabi memiliki ajaran dan pendapat yang bertentangan dengan ajaran Rasulullah
Saw , para sahabat, dan para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah . Misalnya;
1. Dalam kitab karangan Abdullah Ibnu Zaid, ulama Wahabi, yang berjudul al-Iman bi al-
Anbiya’i Jumlatan (Beriman Kepada Semua Kitab) disebutkan kalau Adam a,s. bukanlah nabi
dan juga bukan rasul Allah.
2. Dalam buku al-Qaulu al-Mukhtar li Fana’i an-Nar karangan Abdul Karim al-Humaid, ulama
Wahabi, disebutkan bahwa neraka tidak kekal dan orang-orang kafir tidak diazab selamanya di
neraka karena akan dipindahkan ke surga.
3. Dalam buku kaum Wahabi yang berjudul Fatawa al-Mar’ah disebutkan bahwa menceraikan
istri ketika haid tidak menyebabkan jatuhnya talak (padahal ‘ijma ulama mengatakan, seorang
suami yang menceraikan istrinya ketika sang istri sedang haid, maka talaknya tetap sah dan si
istri menjadi haram bagi suaminya).
4. Dalam buku berjudul Fatawa al-Mar’ah juga disebutkan bahwa perempuan tidak boleh
menyetir mobil (‘Ijma ulama mengatakan, perempuan boleh mengendarai mobil selagi tidak ada
fitnah dan tetap terjaga aurat serta kehormatannya).
5. Dalam buku berjudul Fatawa al-Mar’ah juga disebutkan bahwa suara wanita di sisi lelaki
ajnabi (bukan mahram atau orang yang boleh dinikahi) adalah aurat yang haram untuk didengar
suaranya. Dengan kata lain, wanita haram berbicara di sisi laki-laki (di zaman Rasulullah Saw,
perempuan dapat bertanya langsung kepada beliau tentang urusan agama. Ini berarti, dalam
Islam, tak apa-apa perempuan berbicara di sisi laki-laki).
6. Dalam buku Halaqat Mamnu’ah karangan Hisyam al-Aqqad, ulama Wahabi, disebutkan bahwa
mengucap zikir la illaha ilallah sebanyak seribu kali adalah sesat dan musyrik (padahal dalam Al
Qur’an surah al-Azhab ayat 41 Allah berfirman; “Wahai orang-orang yang beriman berzikirlah
dengan menyebut nama Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.”)
7. Ibnu Utsaimin, ulama Wahabi, berkata; “ Ziarah kubur bagi wanita adalah haram, termasuk
dosa besar, meskipun ziarah ke makam Rasulullah.” (padahal dalam ajaran Islam tak ada larangan
wanita melakukan ziarah kubur, termasuk menziarahi makam Rasulullah Saw).
8. Dalam buku at-Tahqiq wa al-Idhah li Katsirin min Masa’il al-Haj wa al-Umrah karangan
Abdul Aziz ibnu Abdullah ibnu Baz disebutkan bahwa memotong jenggot, apalagi mencukurnya,
hukumnya haram (padahal Islam tidak melarang memendekkan jenggot agar kelihatan rapih,
bahkan dianjurkan, karena Allah SWT mencintai keindahan)
9. Ibnu Baz dalam majalah ad- Dakwah edisi 1493 Hijriyah (1995 Masehi) yang diterbitkan Saudi
Arabiah menyatakan, haram bagi perempuan muslim mengenakan celana panjang, meskipun di
depan suami dan celana panjang itu lebar serta tidak ketat (Islam tidak melarang wanita memakai
celana panjang. Apalagi di hadapan suami).
10 . Dalam kitab al-Ishabah, al-Juwaijati, imam Masjid Jami’ ar-Raudhah, Damaskus, Syiria,
disebutkan, ketika berada di Masjid ad-Daqqaq, Damaskus, salah seorang ulama Wahabi
mengatakan, shalawat kepada Rasulullah Saw dengan suara nyaring setelah adzan hukumnya
Page | 14 sama seperti seorang anak yang menikahi ibu kandungnya (Islam tidak melarang umatnya
bershalawat setelah adzan).
11 . Ibnu Baz mengatakan, mengucapkan kalimat shadaqallahu al-adzim (maha Benar Allah
dengan segala firman-Nya) setelah selesai membaca Al Qur’an adalah bid’ah sesat dan haram
hukumnya (Islam justru menganggap baik mengucapkan kalimat itu karena mengandung pujian
kepada Allah, dan sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur’an surah Ali-Imran ayat 95
yang bunyinya; “ Katakanlah shadaqallahu (Maha Benar Allah (dengan segala firman-Nya).”)
Wahabi adalah sekte dengan ajaran yang bahkan oleh para ulama pengikut mazhab yang empat ,
yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali dianggap sebagai AJARAN SESAT . Pendirinya,
Muhammad bin Abdul Wahab, adalah seorang pria arogan, kasar, dan telah dicuci otak oleh
Kementerian Persemakmuran melalui salah seorang agen mata-matanya, Hempher, sehingga
telah menyimpang jauh dari ajaran Islam. Ulama-ulamanya pun, termasuk Ibnu Taimiyah,
mengeluarkan fatwa-fatwa yang ganjil, nyeleneh dan juga tidak sesuai dengan ajaran Islam. Lalu,
bagaimana mereka dapat mengajak setiap Mukmin kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw
yang dijabarkan dan dijelaskan para ulama dalam hadist? Al Qur’an dan Sunnah yang mana yang
mereka maksud? Ibnu Taimiyah sendiri, karena fatwa-fatwanya yang nyeleneh dan menyimpang
dari Islam, ditangkap, disidang, di penjara di Damaskus, dan meninggal di penjara itu. Sejarah
mencatat, sedikitnya ada 60 ulama, baik yang hidup di zaman Ibnu Taimiyah maupun yang
sesudahnya, yang mengungkap kejanggalan dan kekeliruan fatwa-fatwa ulama Wahabi itu dan
juga ajaran Wahabi .
Penggunaan nama salafi, sehingga kini Wahabi menjadi Salafi Wahabi pun wajib dipertanyakan,
karena salafi merupakan sebuah bentuk penisbatan kepada as-salaf yang jika ditinjau dari segi
bahasa bermakna orang-orang yang mendahului atau hidup sebelum zaman kita. Sedang dari segi
terminologi, as-salaf adalah generasi yang dibatasi oleh sebuah penjelasan Rasulullah Saw dalam
hadistnya; “ Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang mengikuti
mereka (tabi’in), kemudian yang mengikuti mereka (tabi at-tabi’in) .” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi, berdasarkan hadist ini, as-salaf adalah para sahabat Rasulullah Saw, tabi’in (pengikut Nabi
setelah masa sahabat) dan tabi at-tabi’in (pengukut Nabi setelah masa tabi’in, termasuk di
dalamnya para imam mazhab karena mereka hidup di tiga abad pertama setelah Nabi saw. wafat).
Maka jangan heran jika dalam bukunya as-Syalafiyah Marhalah Zamaniyah Mubarokah La
Madzhab Islami, Prof. Dr. Sa’id Ramadhan al-Buthi menyebut kalau sebagian muslimin
menyebut Salafi Wahabi sebagai Salafi Palsu atau mutamaslif .
Yang juga perlu diwaspadai, kadangkala penganut ajaran Wahabi juga menyebut diri mereka
Ahlus Sunnah , namun biasanya tidak diikuti dengan wal Jama’ah untuk mengkamuflasekan diri
agar umat Islam yang awam tentang aliran-aliran/sekte-sekte/golongan-golongan dalam Islam,
masuk ke dalam golongannya tanpa tahu sekte ini menyimpang, dan mengamini ajarannya
sebagai ajaran yang benar. Karena itu penting bagi setiap Muslim untuk mempelajari sejarah
agamanya, dan sekte-sekte yang berada di dalamnya.Faham Salafi Wahabi masuk Indonesia pada
awal abad 19 Masehi. Menurut buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, faham sesat ini
dibawa oleh segelintir ulama dari Sumatera Barat yang bersinggungan dengan sekte ini ketika
sedang menunaikan ibadah haji di Mekah.
Namun demikian, para ulama ini tidak menelan mentah-mentah ajaran Wahabi, melainkan hanya
mengambil spirit pembaharuannya saja. Buku karya Syaikh Idahram itu bahkan menyebut, spirit
Page | 15 yang diambil ulama Sumatera Barat dari faham Wahabi kemudian menjelma menjadi gerakan
untuk melawan penjajah Belanda yang berlangsung pada 1803 hingga sekitar 1832 yang kita
kenal dengan nama gerakan Kaum Padri dimana salah satu tokohnya adalah Tuanku Imam Bonjo
l. Gerakan ini tidak sekeras dan sekaku Wahabi karena dikulturisasi dengan budaya lokal,
sehingga mudah diterima masyarakat.Keberadaan Wahabi di Indonesia semakin nyata ketika
pada awal 1980-an berdatangan elemen-elemen pergerakan dakwah Islam dari luar negeri,
sehingga muncul kelompok-kelompok dakwah seperti Tarbiyah (Ikhwanul Muslimin), Hizbut
Tahrir, dan Jama’ah Islamiyah (JI). BahkanJI , menurut Polri, adalah pelaku serangkaian aksi
teror bom di Tanah Air, termasuk Bom Bali I dan II, dimana Noor Din M Top , DR. Azahari , dan
Imam Samudera cs berada di dalamnya. Pemimpin JI, menurut Polri, salah satunya adalah Abu
Bakar Ba’asyir .
Masih menurut buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, pada 1995 Wahabi mulai memiliki
media cetak di Indonesia dengan terbitnya Majalah Salafi yang dibidani Ja’far Umar Thalib dan
kawan-kawan. Ja’far Umar Thalib juga kita ketahui sebagai Panglima Laskar Jihad.
Page | 16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Page | 17
DAFTAR PUSTAKA
https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/04/01/akidah-39-sejarah-singkat-faham-wahabi-dan-itiqad-
wahabi-yang-bertentangan-dengan-itiqad-aswaja/
https://ahmadbinhanbal.com/ajaran-syiah-yang-bertentangan-dengan-ajaran-ahlu-sunnah-wal-jamaah-
islam-tentang-sahabat-al-quran-dan-hadits-2/
http://islam-dimensi.blogspot.com/2013/02/itiqad-kaum-khawarij-yang-bertentangan.html?m=1
https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/03/31/akidah-34-sejarah-singkat-qodariyah-dan-jabariyah-dan-
itiqadnya-yang-bertentangan-dengan-itiqad-aswaja/
https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/04/01/akidah-41-sejarah-singkat-ahmadiyah-dan-itiqad-
ahmadiyah-yang-bertentangan-dengan-itiqad-aswaja/