Anda di halaman 1dari 15

UJIAN TENGAH SEMSTER

MIKOLOGI DAN MIKOTOKSIN

OLEH

NAMA : MARIA FEBRIANA MITE

NIM : 1904060098

DOSEN PA : Ir. Titik Sri Harini, MP

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

KUPANG

2022
1. Jelaskan pengertian dan perkembangan mikologi !
Jawab :
a. Pengertian mikologi
Kata ‘mikologi (mycology’) berasal dari kata Yunani (Greek) yaitu mykes yang
berarti jamur (fungi), dan logos yang berarti tulisan atau kajian. Secara etimologi,
mikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jamur (Alexopoulos, 1996).
b. Perkembangan mikologi
 Mikologi mulai berkembang secara sistematik sejak ditemukannya mikroskop
oleh Antony van Leeuwenhoek pada abad XVII. Orang yang dianggap
sebagai penemu ilmu pengetahuan tentang jamur tersebut adalah Pieŕ Antonio
Michelli. Dalam bukunya, Michelli menyertakan penelitiannya tentang jamur
(Alexopoulos, 1996). Dengan percobaannya tersebut Michelli membantah
teori generatio spontanea yang dianggap benar saat itu melalui percobaannya
menginokulasi buah melon segar dengan spora jamur Aspergillus, Botrytis
dan Mucor, dan menyimpulkan bahwa jamur tersebut menyebabkan buah
melon menjadi busuk, bukan busuk yang menyebabkan jamur tersebut ada.
Michelli juga menyusun sistematika jamur disertai dengan kunci identifikasi
dan memberi nama genera jamur Clathrus, Mucor, Poluporus dan Tuber
(Mudita, 1996).
 Pada awalnya perkembangan mikologi mengarah kepada taksonomi. Tokoh
penting dalam bidang taksonomi jamur adalah Christian Hendrik Persoon
(1761-1836) asal Afrika Selatan yang kemudain bermukim di Paris, dan Elian
Magnus Fries (1794-1878). Salah satu buku yang ditulis Persoon, ‘Synopsis
Methodica Fungorum’ (1801) dijadikan dasar kajian sistematika oleh Fries.
Fries menulis banyak buku, dan dijuluki sebaga ’Linnaeus’ dalam bidang
mikologi terutama setelah menulis buku ‘Systema Mycologicum’ dalam tiga
volume (1821-1832), yang menjadi dasar taksonomi jamur karena
menggunakan prinsip tatanama seperti yang digunakan Linnaeus untuk
tumbuhan tingkat tinggi (Mudita, 1996).
 Selanjutnya dalam Mudita (1996), dinyatakan bahwa mikologi modern
dimulai oleh Heinrich Anton de Bary (1831-1888), seorang dokter Jerman
yang kemudian menjadi guru besar botani (mikologi) di Universitas
Strassburg. Buku yang ditulis oleh de Bary antara lain adalah Die Branpilze
(1853), Die Mycetozoen (1859), dan Morphologie und Physiologie der Pilze
(1866). Berbeda dengan mikologiwan sebelumnya, de Bary mulai
memberikan perhatian pada aspek morfologi dan fisiologi jamur.

2. Jelaskan karakteristik jamur !


Jawab :
Karakteristikr jamur :
a. Cara memperoleh nutrisi
Jamur tidak berklorofil untuk berfotosintesis serta tidak berpigmen untuk
melakukan kemosintesis seperti yang dilakukan oleh bakteri tertentu. Dengan
demikian jamur tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri, sehingga hidup
sepenuhnya tergantung pada nutrien yang dihasilkan oleh mahluk hidup golongan
lain. Cara memperoleh makanan yang demikian disebut heterotrofik, dan cara
pengambilan nutrien melalui penyerapan.
b. Habitat
Tersebar luas sebagai saprofit, simbion, parasit atau hiperparasit. Sebagai
heterotrof, jamur dapat bersifat saprofitik, yaitu mengambil sisa nutrien dari mahluk
hidup yang telah mati, maupun parasitik, yaitu mengambil nutrien dari mahluk hidup
yang masih hidup dan dijadikan inang.
c. Tubuh jamur
Tubuh jamur dapat bersifat plasmodial yang berada pada atau di dalam substrat,
atau berada dalam substrat, baik uniseluler, pseudomiselial atau filamentous
(miselia); Miselium (jamak miselia) merupakan gabungan sejumlah sel memanjang,
bersekat (septat) atau tidak (non-septat), menyerupai benang yang masing-masing
disebut hifa (jamak hifae).; umumnya tidak dapat bergerak (non-motil) walaupun fase
motil bisa saja terbentuk, misalnya zoospora. Tubuh jamur dapat terdiri atas susunan
hifa, tetapi belum terdeferensiasi seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Struktur tubuh
demikian disebut talus (jamak tali).
d. Dinding sel
Berupa kitin, sedangkan dinding sel Oomycetes adalah selulosa. Ada beberapa
jenis jamur yang tidak mempunyai dinding sel.
e. Status inti sel
Jamur mempunyai membran inti (eukaryotik) dan membran inti ini tidak lenyap
ketika inti mengalami meiosis, multinukleat, miseliumnya homokaryotik atau
heterokaryotik, haploid, dikaryotik, atau diploid. Fase diploid biasanya dalam jangka
waktu yang terbatas.
f. Daur hidup
Dari yang sederhana sampai yang kompleks.
g. Seksualitas/perkembangbiakan
Aseksual atau seksual, homotalik atau heterotalik. Jamur dapat berbiak dengan
berbagai cara, namun struktur perbiakan yang khas pada jamur adalah spora. Spora
jamur sangat beraneka ragam, dan dapat dibentuk secara seksual maupun secara
aseksual dan merupakan ciri penting untuk mengidentifikasi jamur.
h. Distribusi : kosmopolitan.

3. Jelaskan struktur somatik dan koloni jamur !


Jawab :
a. Struktur somatik
Struktur somatik (Yunani. Soma, somatos = tubuh) jamur dapat berupa plasmodial,
uniseluler, pseudomiselial, atau miselial. Struktur plasmodial terjadi karena sel
kehilangan membran selnya. Struktur uniseluler dan pseudomiselial hanya dimiliki
oleh khamir, yang perubahan dari uniseluler ke pseudomiselial atau sebaliknya
(dimorfisme) sangat tergantung pada kondisi lingkungan. Struktur pseudomiselial
terjadi akibat pertunasan sel khamir yang tidak berlanjut ke pemisahan sel tunas.
Sebagian besar jamur berstruktur miselial, yaitu terdiri dari benang-benang atau
filamen yang disebut hifa.
plasmodial

uniseluler

miselial coenocytic

pseudomiselial,
miselial coenocytic
dan miselial septat

Struktur somatik khusus :


 Struktur translokasi, dapat berupa jalinan miselial dan rhizomorf.
 Struktur pertahanan diri, dibentuk oleh jamur jika jamur berada dalam
keadaan yang tidak menguntungkan. Struktur pertahanan diri lain dapat
berupa sklerotium dan pseudosklerotium (jamak sklerotia dan
pseudosklerotia).
 Struktur infeksi, dapat dibedakan menjadi struktur pra-penetrasi dan pasca-
penetrasi. Struktur pra-penetrasi yaitu apresorium (ujung hifa yang
menggelembung), hifopodium (struktur benjolan berlekuk/lobed structure),
dan struktur ujung hifa yang bercabang secara berulang (infection cushion).
b. Koloni jamur
 Struktur koloni jamur dapat dicirikan dengan morfologi koloni dan pigmentasi
hifa dan koloni.
 Perbedaan morfologi koloni diakibatkan oleh tipe percabangan yang khas
pada jamur.
 Morfologi tepi koloni dapat bergelombang (sinuate), berombak (crenate),
beriak (crenulate), bergigi (dentate), bergerigi (serate), atau berlekuk
(lacinate). Morfologi tepi koloni seperti ini terutama dapat diamati pada
biakan.
 Warna koloni jamur umumnya sangat beragam, kadang-kadang tergantung
warna hifa pada spesies jamur. Pada umumnya, bagian hifa yang lebih tua
berwarna lebih gelap daripada bagian hifa yang lebih muda sehingga koloni
cenderung memperlihatkan pola melingkar dengan warna yang lebih terang
pada bagian tepi koloni.

4. Jelaskan fase-fase pertumbuhan dan perbiakan jamur !


Jawab :
a. Fase pertumbuhan jamur
 Pertumbuhan apikal hifa
Hifa jamur tumbuh hanya pada bagian ujung/apikal (pertumbuhan apikal),
sedangkan bagian hifa lainnya hanya dapat mengalami penebalan dinding sel
tanpa perubahan ukuran diameter hifa secara berarti. Pertumbuhan hifa
menyebabkan perpanjangan miselium, dan perpanjangan miselium ini dapat
tidak terbatas jika hifa dapat terus menjangkau permukaan yang mengandung
nutrien bagi pertumbuhannya. Dari daerah batas pertumbuhan (growing
margin) suatu miselium, dijumpai empat daerah (zona) yang berbeda sesuai
dengan perbedaan umur atau tingkat perkembangan miselium (Jennings dan
Lysek, 1996). Keempat zona itu adalah :
 Zona pertumbuhan apikal dengan ujung hifa yang memanjang dan
daerah yang berbatasan dengannya yang menyediakan bahan-bahan
dan organel-organel yang dibutuhkan untuk perpanjangan hifa.
 Zona absorbsi, yaitu daerah penyerapan nutrien. Biasanya zona ini
tumpang tindih dengan zona pertumbuhan apikal.
 Zona penyimpanan, yaitu tempat menyimpan sebagian nutrien sebagai
cadangan makanan.
 Zona penuaan (senescence), yaitu bagian tertua dari miselium, yang
dicirikan dengan adanya pigmen berwarna gelap, dan adanya lisis
(kerusakan sel).
 Percabangan hifa
 Struktur tubuh kebanyakan jamur, termasuk struktur vegetatif dan
reproduktif, didasarkan atas diferensiasi dari percabangan hifa.
Umumnya pertumbuhan hifa jamur adalah monopodial, yaitu dengan
satu sumbu utama dari potensi pertumbuhan yang tidak terbatas.
 Percabangan terjadi pada jarak tertentu yang jauh dari apex,
menandakan adanya suatu dominansi apikal yang mengatur
percabangan tersebut. Adanya apex utama menghambat perkembangan
cabang lateral di dekatnya. Percabangan dichotomous jarang terjadi,
kecuali pada Allomyces. Pada jamur bersepta, percabangan lateral
terbentuk tepat di belakang septa. Percabangan pada hifa vegetatif
berupa percabangan tunggal, sedangkan pada struktur reproduktif
dapat terjadi percabangan yang membentuk alur berputar-putar
(percabangan yang terjadi dekat titik yang sama) (Webster & Weber,
2007). Hal ini senada dengan penjelasan Jennings dan Lysek (1996)
bahwa dalam lingkungan yang homogen, pertumbuhan apikal hifa dan
percabangannya menghasilkan perluasan koloni yang berbentuk bola
(spherical).
 Percabangan disebabkan oleh de-diferensiasi dari dinding hifa, yang
dihasilkan dari penipisan dan pelunakan struktur dinding sel. Bagian
dinding sel yang telah menjadi lunak tersebut menggelembung ke luar
sebagai akibat tekanan turgor dari protoplas, dan memanjang sebagai
apex baru. Percabangan hifa ini diatur secara internal secara genetis
maupun secara eksternal (Webster & Weber, 2007).
 Teori lain mengenai percabangan hifa jamur menurut Deacon (1984)
didasarkan atas volume kebutuhan sitoplasma oleh satu satuan apikal.
Teori ini menyatakan bahwa setiap daerah apikal memerlukan satu
satuan volume sitoplasma sehingga jika volume sitoplasma telah
melebihi kebutuhan maka harus dibentuk satuan apikal baru melalui
percabangan.
 Pertumbuhan koloni jamur
 Spesies-spesies jamur dapat tumbuh dengan mudah pada medium
padat ataupun medium cair, dan pertumbuhan dapat dihitung pada
tingkatan koloni atau pada tingkatan hifa. Untuk spesies-spesies
uniselular seperti khamir (yeast) lebih bermanfaat jika dilakukan
pengukuran jumlah sel, dan hal ini dapat dipermudah dengan
menumbuhkan populasi jamur tersebut pada medium cair. Untuk
jamur yang berbentuk filamen, yang tidak terjadi pemisahan sel-
selnya, maka penghitungan berat kering jamur pada interval-interval
tertentu yang dilakukan dengan cara destruktif, memungkinkan
pengamatan terhadap perubahan berat kering jamur tersebut.
Pertumbuhan koloni tersebut berbentuk kurva sigmoid yang khas.
 Segera setelah inokulasi, sel-sel mulai beradaptasi dengan
lingkungannya, sehingga perkembangbiakan dan peningkatan jumlah
massa masih sangat terbatas, dan fase ini disebut sebagai ‘lag phase’.
Laju pertumbuhan meningkat secara bertahap dan jika laju
pertumbuhan maksimum untuk kondisi tersebut telah tercapai, maka
populasi tersebut berada pada pertumbuhan eksponensial (Exponential
growth). Pada taraf ini seluruh nutrien tersedia secara berlebihan, dan
laju pertumbuhan konstan yang disebut spesific growth rate.
 Nutrisi jamur
Jamur adalah organisme heterotrof, memperoleh nutrien berupa bahan
organik dari lingkungan sekitarnya dengan cara penyerapan langsung. Nutrien
bagi jamur tersebut dapat diperoleh dari berbagai macam substrat dengan
struktur molekul kompleks. Sebelum dapat diserap oleh jamur, substrat
tersebut perlu diuraikan secara enzimatik oleh enzim hidrolitik yang bekerja di
luar tubuh jamur. Hasil peruraian yang berupa molekul-molekul yang lebih
sederhana dan lebih kecil, kemudian ditransportasikan ke dalam sel untuk
diubah menjadi energi ataupun digunakan untuk proses sintesis dalam tubuh
jamur (Isaac, 1992).
 Proses-proses dalam metabolisme seperti respirasi
Energi untuk metabolisme diperoleh melalui oksidasi bahan organik.
Tahap pertama dari proses oksidasi ini disebut glikolisis, yaitu perubahan
glukosa menjadi asam piruvat yang menghasilkan energi dalam bentuk
adenosine triphosphate (ATP). Proses glikolisis tersebut dapat melalui salah
satu dari tiga rangkaian reaksi, yaitu :
 Rangkaian Embden-Meyerhof-Parnas (EMP), merupakan rangkaian
yang paling umum digunakan oleh jamur. Sebagian besar karbon
mengalami metabolisme melalui rangkaian ini yang menghasilkan
ATP dan asam piruvat.
 Rangkaian pentose-phosphate (PP), merupakan rangkaian yang juga
banyak ditemukan pada berbagai jamur namun merupakan rangkaian
yang kurang penting. Rangkaian ini merupakan cabang dari jalur
rangkaian EMP yang menghasilkan NADPH untuk proses-proses
sintesis lainnya. Sekumpulan phosphate terbentuk dari rangkaian ini
yang akan digunakan untuk sintesis lipid dan polisakarida dinding sel.
Selain itu, jalur ini juga membentuk ribose untuk digunakan dalam
sintesis asam nukleat.
 Rangkaian Entner-Doudoroff (ED), merupakan rangkaian yang paling
sedikit dijumpai pada berbagai spesies jamur (Isaac, 1992).
 Fermentasi
Fermentasi adalah proses yang tidak efisien dalam menghasilkan energi,
yang menghasilkan 2 mol ATP per mol glukosa, dibandingkan dengan proses
yang berlangsung dalam kondisi aerob yang dapat menghasilkan 36 mol ATP.
Rangkaian EMP berlaku bagi katabolisme gula baik dalam keadaan aerobik
maupun anaerobik (Cochrane, 1976, dalam Isaac, 1992). Selanjutnya
dijelaskan bahwa dalam keadaan tanpa oksigen, asam piruvat diubah menjadi
ethanol (alkohol) dan karbondioksida. Hal ini kebanyakan dilakukan oleh
spesies-spesies khamir, dan juga oleh beberapa spesies jamur lainnya. Selain
itu, beberapa jamur tingkat rendah mampu memfermentasi asam piruvat
menjadi asam laktat. Beberapa spesies sudah dibuktikan mampu melakukan
kedua jalur fermentasi tersebut di atas (contoh: Rhizopus spp.).
 Metabolisme primer dan sekunder
 Saat nutrien menjadi terbatas (khususnya nitrogen dan fosfor) senyawa
antara (intermediates) dari metabolisme primer akan terakumulasi di
dalam sel, pertumbuhan menjadi terhambat, dan aktivitas rangkaian
sekunder (anabolic) mulai terinduksi. Jika rangkaian metabolik primer
sudah diputuskan, maka rangkaian sekunder mulai berlangsung dan
menghambat pembentukan senyawa antara metabolik primer lebih
lanjut, dan akibatnya metabolit sekunder mulai terbentuk. Hasil
metabolisme sekunder ini dilepaskan dari hifa. Metabolit sekunder ini
nampaknya tidak mempunyai pengaruh langsung dalam metabolisme
dari jamur yang memproduksinya (Bell, 1981 dalam Isaac, 1992).
Metabolisme sekunder dapat pula dianggap sebagai suatu bentuk dari
diferensiasi biokemikal pada biakan yang sudah tua seiring dengan
diferensiasi morfologi (Moss, 1984 dalam Isaac, 1992).
 Jamur menghasilkan banyak jenis metabolit sekunder yang secara
biokemikal berbeda. Metabolit sekunder tersebut termasuk antibiotik
(penicillin dan griseofulvin), hormon tumbuhan (gibberellin, cytokinin
dan ethylene), toksin, ergot alkaloid, asam lisergat, aflatoksin dan
pigmen. Kebanyakan komponen tersebut mempunyai arti penting bagi
manusia baik yang bermanfaat maupun yang merugikan. Secara
umum, senyawa metabolit sekunder ini merupakan senyawa baru dan
spesifik dihasilkan oleh suatu spesies jamur tertentu.
b. Perbiakan jamur
 Perbiakan Asexual
 Reproduksi asexual tidak melibatkan penggabungan organ sex
(gametangia), sel-sel sex (gamet) atau inti sel. Spora asexual yang
terbentuk adalah mitospora, bukan zygote atau meiospora. Mitospora
terbentuk dari nukleus yang mengalami mitosis. Nukleus terbelah
menjadi dua anak inti yang masing-masing memiliki kromosom yang
identik yang terbentuk melalui pembelahan longitudinal kromosom
nukleus asal. Sel anak yang terbentuk memiliki susunan genetis yang
sama dengan sel induknya. Reproduksi asexual terjadi jika salah satu
atau kedua anak sel tersebut dilepaskan, mungkin sebagai spora, dan
kemudian tumbuh menjadi individu baru.
 Reproduksi sexual
 Melibatkan penyatuan dua nuklei yang kompatibel yang dapat terbawa
dalam gamet yang motil ataupun non-motil, dalam gametangia atau
dalam sel somatik. Ada tiga tahapan dalam proses reproduksi sexual,
yaitu plasmogami, karyogami dan meiosis.
 Plasmogami adalah proses anastomosis dari dua sel dan
penggabungan/fusi protoplasma sehingga dua nuklei haploid dari dua
hifa (mating type) yang bersebrangan tersebut menyatu di dalam satu
sel. Plasmogami dapat berlangsung dengan berbagai cara, meliputi
konjugasi (kopulasi), kontak gametangial, spermatisasi dan
somatogami.

5. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perbiakan jamur.


Jawab :
 Factor air
 Sebagaimana semua makhluk hidup lainnya, jamur memerlukan air
untuk pertumbuhannya. Dalam keadaan persediaan air yang terbatas,
jamur membentuk spora berdinding tebal. Selain itu terdapat pula
organ multiseluler seperti badan buah, rhizomorph dan sclerotia yang
mempunyai lapisan luar yang berdinding tebal. Hal ini diasumsikan
bahwa dinding yang tebal tersebut merupakan bentuk adaptasi untuk
mengurangi kehilangan air, namun di lain pihak ada pula jamur yang
dapat hidup dan bertahan dalam lingkungan yang sangat kering tanpa
adaptasi morfologis seperti tersebut di atas.
 Lingkungan yang kering tidak saja diartikan sebagai suatu keadaan
tanpa air, namun juga sebagai keadaan di mana air mungkin masih
terdapat dalam jumlah yang cukup, namun tidak terdapat dalam bentuk
yang dapat dimanfaatkan oleh jamur tersebut. Ketidaktersediaan air
tersebut kebanyakan disebabkan oleh adanya substansi yang larut
dalam air, menyebabkan tekanan osmotik di dalam medium menjadi
tidak sesuai bagi pertumbuhan jamur, sehingga mempersulit absorbsi
air oleh jamur.
 Factor temperature
 Jamur dapat tumbuh pada kisaran temperatur tertentu, yang disebut
temperatur fisiologis, yang memungkinkan pertumbuhan miselium dan
terjadinya reproduksi.
 Berdasarkan adaptasinya terhadap temperatur, jamur dibedakan
menjadi mesofilik (suka temperatur sedang), termofilik (suka
temperatur tinggi), dan psikrofilik (suka temperatur rendah). Kisaran
temperatur normal dan temperatur optimum jamur mesofilik adalah
10-40oC dan 25-35oC, jamur termofilik adalah 20-50oC (maksimum
58oC) dan 40oC, sedangkan psikrofilik adalah sampai di bawah 0oC.
 Factor cahaya
 Seringkali kebutuhan jamur akan cahaya kurang mendapat perhatian.
Jamur ditumbuhkan secara rutin di laboratorium dalam keadaan gelap,
serta di alam jamur sering ditemukan tumbuh dalam keadaan tanpa
cahaya. Walaupun demikian, telah diketahui bahwa antara jamur dan
cahaya terdapat hubungan yang kompleks dalam Daur terang-gelap
harian, khususnya berkaitan dengan inisiasi reproduksi.
 Telah diketahui bahwa gelombang cahaya yang efektif bagi jamur
adalah cahaya gelombang pendek, biru muda, sedangkan cahaya
dengan panjang gelombang yang lebih panjang tidak efektif. Cahaya
merah tidak berpengaruh, sehingga dapat digunakan sebagai cahaya
yang aman dalam percobaan yang membutuhkan inokulasi dan
menumbuhkan jamur dalam biakan pada kondisi gelap.
 Factor oksigen
Oksigen sangat dibutuhkan dalam proses pemanjangan hifa. Pembuatan
prekursor dan pemeliharaan polaritas pada ujung hifa memerlukan energi
untuk metabolisme yang dihasilkan melalui oksidasi (yang berhubungan
dengan respirasi) bahan-bahan yang mengandung karbon. Peranan oksigen
mempengaruhi semua tingkatan perkembangan dan diferensiasi. Di lain pihak,
jamur dapat tumbuh di lingkungan yang bertekanan oksigen rendah atau tanpa
oksigen, seperti pada lapisan tanah yang dalam atau di dalam batang kayu
yang besar, pada kompos atau kotoran hewan.

6. Jelaskan karakteristik jamur Ascomycetes !


Jawab :
Karakteristik umum Ascomycota :
 Umumnya membentuk Ascus yang berisi 8 ascocpora. Asci terbentuk di
dalam badan buah.
 Ada 4 jenis badan buah yaitu cleistothecium, perithecium, apothecium dan
ascostroma atau pseudothecium. Miseliumnya haploid, mempunyai septa
dengan pori sederhana yang di dekatnya terdapat woronin bodies, yaitu suatu
struktur berbentuk spherical atau bulat dan berwarna gelap.
 Perkembangbiakan secara aseksual dapat terjadi melalui fisi atau pembelahan
sel, fragmentasi, serta melalui pembentukan spora aseksual berupa konidia.
Umumnya pada spesies-spesies patogenik, fase parasit aktif terjadi dalam fase
aseksual (anamorph). Fase seksual (teleomorph) biasanya terbentuk pada
jaringan-jaringan mati tanaman inangnya, misalnya pada musim dingin atau
winter. Di tempat-tempat yang iklimnya relatif hangat, fase seksual jarang
terbentuk, dan reproduksi dan penyebaran spesies tersebut tetap berlangsung
secara aseksual.

Klasifikasi ascomycota dahulu didasarkan atas penataan asci di dalam badan


buah. Sekarang karakteristik ascus dan proses perkembangan pembentukan badan
buah lebih dipentingkan dalam klasifikasi ascomycota.
 Ada 5 tipe utama pembentukan tubuh buah, yaitu :
 Tanpa ascocarp : asci tidak terlindungi. Di antara khamir dan
kebanyakan Hemiascomycetes, ascus dibentuk secara langsung
dari sell zygote hasil konjugasi gametangial. Setiap ascus
dihasilkan dari satu peristiwa konjugasi. Pada khamir, gametangia
adalah berupa sel talus yang uniselular, dan ascus yang terbentuk
berupa sel bebas.
 Cleistothecium, ascocarp berbentuk bulat dan tertutup rapat, tidak
mempunyai celah alamiah, tetapi akan pecah secara tidak teratur
ketika sudah masak.
 Perithecium adalah ascocarp yang berbentuk seperti bejana, yang
membuka sebelum atau pada saat masak melalui ostiole atau pori
pembuka, dan memiliki peridium yang terdiri dari jaringan khusus
yang membungkus centrum. Centrum dan peridium terbentuk
secara simultan/bersamaan.
 Ascostroma : asci terbentuk di dalam lubang/rongga (ascolocules)
dalam badan buah yang dikenal sebagai ascostroma. Tubuh buah
ini terdiri dari hifa somatik yang mengalami modifikasi menjadi
pseudoparenchyma. Stroma atau struktur tempat berkembangnya
asci terbentuk terlebih dahulu sebelum terbentuknya asci. Asci
berupa bitunicate, ascolocule tidak mengandung paraphyses atau
periphyses, tetapi mengandung pseudoparenchyma atau
pseudoparaphyses. Jika ascostroma berkurang menjadi hanya
terdiri dari satu locule dengan atau tanpa paraphyses, sehingga
menyerupai perithecium, maka badan buahnya dikenal sebagai
pseudothecium yang membuka melalui ostiole/pori/slit.
 Apothecium adalah ascocarp terbuka dengan hymenium yang
mendukung asci. Apothecium umumnya berbentuk seperti cangkir,
memiliki himenium yang membengkok membentuk cekungan
yang dalam pada apothecia, yang akhirnya (pada tipe yang
terbentuk di bawah tanah;Tuberales) digantikan oleh terbentuknya
badan buah yang padat dan tertutup. Hymenium dapat
membengkok ke arah yang berlawanan (ke arah luar) membentuk
badan buah seperti pentungan atau tongkat pemukul dengan
hymenium tersebar di permukaan luar, atau terbatas pada bagian
atas yang fertil yang disebut pileus, yang tumbuh pada sebuah
tangkai.
 Berdasarkan struktur dindingnya, secara umum asci dapat digolongkan
menjadi dua tipe, yaitu bitunicate asci dan unitunicate asci. Bitunicate
ascus adalah asci yang memiliki dua lapis dinding yang berbeda yang
saling terpisah. Unitunicate ascus mempunyai satu lapis dinding ascus.
Berdasarkan cara membukanya, dibedakan dua macam asci, yaitu
operculate dan inoperculate. Pada tipe operculate, asci mempunyai
operculum pada ujungnya. Pada tipe inoperculate asci dapat berupa
indehiscent yaitu tidak mempunyai tempat pembukaan alamiah, atau
dehiscent yaitu mempunyai tempat pembukaan berupa apical pore atau
celah.
 Menurut Hawksworth et al. (1995) dalam Fungal Biology S (5715) (1998),
Divisio Ascomycota diklasifikasikan menjadi lima kelas, yaitu:
 Hemiascomycetes: terdiri dari ordo Saccharomycetales dan
Taphrinales.
 Plectomycetes: terdiri dari ordo Eurotiales, Erysiphales.
 Pyrenomycetes: terdiri dari ordo Clavicipitales.
 Discomycetes: terdiri dari ordo Leotiales, Pezizales, Tuberales
 Loculoascomycetes: terdiri dari ordo Ascolocules.

Anda mungkin juga menyukai