Anda di halaman 1dari 37

 

Laboratorium Obsetri dan Ginekologi Laporan Kasus


F akultas K edokteran
Universitas Mulawarman 

PREEKLAMPSIA BERAT + IMPENDING EKLAMPSIA

Oleh
Irvana Fatimah Sudrajat
1710029016

Dosen Pembimbing Klinik


dr. Hj. Alfiani Rachmiputeri, Sp.OG (KFER)

LAB / SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab
Sjahranie

2018
1
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus tentang “Preeklampsia
Berat dengan Impending Eklampsia”. Laporan kasus ini disusun dalam rangka
tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Obstetri Dan Ginekologi Rumah Sakit
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. 
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan tutorial klinik ini tidak
lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1.   dr. Ika Fikriah, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Mulawarman.
2.   dr. Soehartono, Sp. THT-KL, selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
3.   Dr. dr. Novia Fransiska Ngo, Sp.OG selaku Kepala Laboratorium Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
4.   dr. Hj. Alfiani Rachmiputeri, Sp.OG (KFER) selaku dosen pembimbing selama

 penulis menjalani co-assistance.


5.   Dosen-dosen klinik dan preklinik FK Universitas Mulawarman khususnya staf

 pengajar Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi, terima kasih atas ilmu yang telah
diajarkan kepada penulis.
6.   Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD

AWS/FK Universitas Mulawarman dan semua pihak yang telah membantu,


 baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu
 persatu.
Penulis menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam penulisan, sehingga
 penyusun mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnan tutorial klinik ini.
Akhir kata, semoga tutorial klinik ini berguna bagi penyusun sendiri dan para
 pembaca.
Samarinda, Mei 2018

Penulis

2
 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 4
1.2. Tujuan .............................................................................................................5
BAB II LAPORAN KASUS ...................................................................................6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................15
3.1 Preeklampsia.......................................................................................................15

3.1.1 Definisi............................................................................................................ 15

3.1.2 Epidemiologi................................................................................................... 15

3.1.3 Faktor Resiko.................................................................................................. 15

3.1.4 Patofsiologi......................................................................................................16

3.1.5 Perubahan Sistem dan Organ............................................................................ 17

3.2. Preeklampsia Berat...........................................................................................21

3.2.1 Definisi............................................................................................................ 21

3.2.2 Diagnosis......................................................................................................... 21

3.2.3. Tatalaksana.................................................................................................... 22
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................27
BAB V PENUTUP..................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................32

3
 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Preeklampsia adalah penyakit dengan manifestasi klinis berupa hipertensi dan


 proteinuria yang timbul karena kehamilan akibat vasospasme dan aktivasi endotel
saat usia kehamilan di atas 20 minggu (Cunningham, 2012). Berbagai penelitian
telah dilakukan untuk mengetahui penyebab preeklamsi dan banyak teori telah
dikemukakan tentang terjadinya preeklamsi sehingga disebut sebagai disease of
theory, namun tidak ada satupun yang dianggap mutlak benar ( National Institute
 for Health and Clinical Excellence, 2011). Beberapa teori tersebut termasuk
 perkembangan abnormal, hipoksia plasenta, dan disfungsi endotel (Prawirohardjo,
2011).
Preeklampsia terjadi pada 3,9% dari semua wanita hamil di seluruh dunia.
Kehamilan yang disertai preeklampsia tergolong kedalam kehamilan berisiko
tinggi karena preeklampsia merupakan penyebab dari 30% - 40% kematian
maternal dan 30%-50% kematian perinatal (Denantika, Serudji, & Revilla, 2015).
WHO memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara
 berkembang daripada di negara maju. Prevalensi preeklampsia di Negara maju
adalah 1,3% - 6%, sedangkan di Negara berkembang adalah 1,8% - 18%. Insiden
 preeklampsia di Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%.
Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir ini tidak terlihat adanya
 penurunan yang nyata terhadap insiden preeklampsia (Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran [PNPK], 2016).
Preeklampsia tidak hanya berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan,
namun juga menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi endotel di
 berbagai organ, seperti risiko penyakit kardiometabolik dan komplikasi lainnya
(PNPK, 2016). Dampak jangka panjang juga dapat terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia, seperti berat badan lahir rendah akibat
 persalinan prematur atau mengalami pertumbuhan janin terhambat, serta turut
menyumbangkan besarnya angka morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyakit

4
 

hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab tersering kedua morbiditas dan


mortalitas perinatal. Bayi dengan berat badan lahir rendah atau mengalami
 pertumbuhan janin terhambat juga memiliki risiko penyakit metabolik pada saat
dewasa (Ngoc, 2006).

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang Preeklampsia Berat dengan Impending Eklampsia dan


 perbandingan antara teori dengan kasus nyata Preeklampsia Berat dengan
Impending Eklampsia.
1.2.2. Tujuan Khusus

  Mengetahui teori tentang Preeklampsia Berat yang mencakup definisi,


epidemiologi, faktor risiko, patofsiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan

 
 Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus nyata Preeklampsia
Berat yang terjadi di Ruang VK dan Nifas Mawar RSUD Abdul Wahab
Syahranie Samarinda. Mengkaji ketepatan penegakkan diagnosis dan
 penatalaksanaan dalam kasus ini.

5
 

BAB II
LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 4 April 2018 pukul
22.20 WITA di ruang VK Mawar RSUD AW. Sjahranie Samarinda. 
2.1 Anamnesis

a)   Identitas Pasien

 Nama : Ny.I
Usia : 40 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Lambung Mangkurat, Samarinda
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 04 April 2018, pukul 22.20 WITA
b)   Identitas Suami

 Nama : Tn. AA
Usia : 29 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Lambung Mangkurat, Samarinda
c)   Keluhan Utama:

Pandangan kabur sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit


d)   Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD AWS dengan keluhan pandangan kabur sejak
3 hari yang lalu. Keluhan lainnya adalah kepala pusing dan sakit kepala
yang dirasakan tidak berkurang sejak ± 2 minggu sebelum masuk RS.
Pasien juga merasakan nyeri pada ulu hatinya. Pasien mengatakan jika
sebelumnya tekanan darah nya tidak pernah tinggi selama kehamilan ini.

6
 

Keluhan ini tidak disertai dengan penurunan kesadaran (-), kejang (-),
mual (-), muntah (-), keluar lendir darah (-), dan keluar air-air (-).
e)   Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami hal serupa saat kehamilan anak ke 3 dan ke 4.


Hipertensi (-), diabetes mellitus (-), penyakit jantung (-), riwayat menjalani
operasi (-)
f)   Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi (+), diabetes mellitus (+), penyakit jantung (-).


g)   Riwayat Haid


Menarche : usia 13 tahun

Lama haid : 7 hari

Banyaknya perdarahan : 3-4x ganti pembalut/hari

HPHT : 20 September 2017

TP : 27 Juli 2018
h)   Riwayat Pernikahan

Menikah 2 kali 
Lamanya menikah dengan suami sekarang : 11 tahun
Menikah pertama usia : 22 tahun
i)   Riwayat Obstetri

G5P4005A0

Tahun Tempat Umur Jenis Keadaan


 No Penolong Penyulit JK/ BB
Partus Partus Kehamilan Partus Anak

1 2001 RS Aterm Spontan Bidan - L/3100 Hidup


 pervaginam gram
Spontan P/3100
2 2005 Bidan Aterm Bidan - Hidup
 pervaginam gram
L/2700
Spontan gram
3 2008 RS Aterm Bidan Pre-Eklampsia Hidup
 pervaginam L/2800
gram
4 2010 Bidan Aterm Spontan Bidan Pre-Eklampsia P/3000 Hidup

7
 

 pervaginam gram
52018 Hamil Ini

 j)  Riwayat Antenatal Care


Trimester I : Praktek dr. Sp. OG
Trimester II : Praktek dr. Sp.
OG Trimester III : Praktek dr. Sp. OG
k)  Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan IUD selama 5 tahun.
3.2 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Berat badan : 73 kg
Tinggi badan : 153 cm
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis (GCS E4V5M6)
Tanda Vital
Tekanan Darah : 180/110 mmHg
 Nadi : 115 x/menit, reguler, kuat angkat
Pernapasan : 22 x/menit, teratur
Suhu : 36,9 °C

Kepala dan Leher


Kepala : Normochepali

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)


THT : tidak ditemukan kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-), struma dan kelainan lain
(-)
Thorax
Pulmo
Inspeksi : bentuk dada normal dan gerak pernapasan simetris
Palpasi : fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru

Auskultasi : vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

8
 

Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas kanan ICS II parasternal line dextra
 batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-),CRT> 2 detik

Status Obstetri
Status Lokalis
 Inspeksi : Perut membesar arah memanjang, linea nigra (+), striae
albicans (+), sikatrik (-).
  Pemeriksaan Palpasi

  TFU : 22 cm, TBJ: 1550 gram


  Leopold I : teraba bagian lunak, bokong

  Leopold II : punggung janin di kiri sisi ibu

  Leopold III : letak kepala

   Leopold IV : belum masuk PAP


  Vaginal toucher (VT): tidak dilakukan
  Denyut jantung janin : 144 kali/menit
  His : tidak ada

 
3.3 Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 4 April 2018 :

Jenis Pemeriksaan Hasil Lab Nilai Normal


Darah Lengkap
Hb 11,5 mg/dl 12,0-16,00 mg/dl
Hct 37.4 % 37-54%
BT 3’ 1-6’
CT 9’ 1-15’
Leu 9.640 sel/mm3 4800-10.800 sel/mm3

9
 

Tr 211.000 sel/mm3  150.000-450.000 sel/mm3 

Kimia Darah
GDS 116 mg/dl 70-140 mg/dl
Ur 25.1 mg/dL 17.0-43.0 mg/dl
Cr 0,8 mg/dL 0,6-1,1 mg/dl
 Na 138 mmol/L 135-155 mmol/L
K 15 mmol/L 3.6-5.5 mmol/L
Cl 0,6 mmol/L 98-108 mmol/L

Serologi

HbsAg NR Negatif
Ab HIV NR Negatif

Urinalisa

Berat Jenis 1.005 1.003-1.300

Hemoglobin/ Darah - Negatif


Protein +3 Negatif
Bilirubin - Negatif
Leukosit 5-10 0-1
Eritrosit 1-2 0-1

3.4 Diagnosis

G5P4005A0 gravid 26-27 minggu + Janin Tunggal Hidup Intra Uteri + Belum
Inpartu + Pre Eklampsia Berat (Impending Eklampsia) + TBJ 1550 gram

3.5 Penatalaksanaan
Konsul dr. Sp. OG

  Memberikan MgSO4 sesuai protap


   Nifedipin 3x10mg PO
  Metildopa 3x500mg PO
  Observasi Tekanan darah, nadi, laju pernafasan, temperature →  2 jam
lapor

10
 

FOLLOW UP
Tanggal Follow up Penatalaksanaan
05/04/2018 S : Pasien mengatakan pandangan mata P :
07.00 kabur, pusing, sakit kepala, nyeri ulu   Memberikan

WITA hati berkurang MgSO4 sesuai protap


O : KU Sakit sedang,    Nifedipin 3x10mg PO

Kesadaran komposmentis   Metildopa


 3x500mg
TD: 160/100mmHg, N: 105 kali/menit PO
RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,1oC
DJJ: 128x/menit HIS: -
A  : G5P4005A0 gravid 26-27 minggu +
Janin Tunggal Hidup Intra Uteri +
Belum Inpartu + Pre Eklampsia Berat
dengan Impending Eklampsia
06/04/2018 S : Pasien mengatakan pandangan mata P :
07.00 kabur, pusing (+), sakit kepala (+),   Memberikan

WITA nyeri ulu hati (-) MgSO4 sesuai protap

O : KU Sakit sedang,    Nifedipin 3x10mg PO


Kesadaran komposmentis   Metildopa


 3x500mg
TD: 160/110mmHg, N: 101 kali/menit PO
RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,2oC
DJJ: 140x/menit
A : G5P4005A0 gravid 26-27 minggu +
Janin Tunggal Hidup Intra Uteri +
Belum Inpartu + Pre Eklampsia Berat
dengan Impending Eklampsia
07/04/2018 S : Pasien mengatakan pandangan mata P :

07.00 kembali normal, pusing & sakit kepala   Memberikan


WITA  berkurang MgSO4 sesuai protap

O : KU Sakit sedang,    Nifedipin 3x10mg PO


Kesadaran komposmentis   Metildopa


 3x500mg
TD: 170/110mmHg, N: 100 kali/menit
PO

11
 

RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,9oC


DJJ: 138x/menit
A : G5P4005A0 gravid 26-27 minggu +
Janin Tunggal Hidup Intra Uteri +
Belum Inpartu + Pre Eklampsia Berat
dengan Impending Eklampsia

08/04/2018 S : Pasien mengatakan pandangan mata P :


07.00 kembali normal, pusing berkurang   Memberikan

WITA O : KU Sakit sedang, MgSO4 sesuai protap


Kesadaran komposmentis     Nifedipin 3x10mg PO
TD: 150/90mmHg, N: 85 kali/menit   Metildopa
 3x500mg
RR: 21 kali/menit, Suhu : 36,9oC PO
DJJ: 128x/menit
A : G5P4005A0 gravid 26-27 minggu +
Janin Tunggal Hidup Intra Uteri +
Belum Inpartu + Pre Eklampsia Berat
dengan Impending Eklampsia

09/04/2018 S : Pusing (+), sakit kepala, pandangan P :

07.00 mulai kabur   Memberikan


WITA O : KU Sakit sedang, MgSO4 sesuai protap

Kesadaran komposmentis     Nifedipin 3x10mg PO


TD: 180/120mmHg, N: 94 kali/menit    Metildopa 3x500mg
RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,4 oC
PO
DJJ: 148x/menit    Konsul Jantung
A : G5P4005A0 gravid 26-27 minggu +
Janin Tunggal Hidup Intra Uteri +
Belum Inpartu + Pre Eklampsia Berat
dengan Impending Eklampsia

09/04/2018 S : Pusing (+), sakit kepala, penglihatan P :

19.20 kembali kabur   Memberikan


WITA O : KU Sakit sedang, misoprostol 100 mcg

Kesadaran komposmentis  pervaginam terbagi

12
 

TD: 180/110mmHg, N: 104 kali/menit dalam 2 dosis,


RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,4 oC diberikan dengan jeda
DJJ: 150x/menit 6 jam
A : G5P4005A0 gravid 26-27 minggu +    Inj. Dexametason 2x6
Janin Tunggal Hidup Intra Uteri + mg
Belum Inpartu + Pre Eklampsia Berat    Memberikan
dengan Impending Eklampsia MgSO4 sesuai protap

    Nifedipin 4x10mg PO
   Metildopa 3x500mg
PO
10/04/2018 S : Pusing (+), pandangan kabur (+), P :
08.00  perut mules   Memberikan

WITA O : KU Sakit sedang, Kesadaran MgSO4 sesuai protap


komposmentis
TD: 150/100mmHg, N: 95 kali/menit
  Inj. Dexamethason
2x6mg
RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,0 oC   Misoprostol 50 mcg

DJJ: 128x/menit  pervaginam


A : G5P4005A0 gravid 26-27 minggu +    Nifedipin 4x10mg PO

Janin Tunggal Hidup Intra Uteri +   Metildopa


 3x500mg
Belum Inpartu + Pre Eklampsia Berat PO
dengan Impending Eklampsia

10/04/2018 S : Pusing (+), pandangan kabur (+), P :


09.00  perut mules   Memberikan

WITA O : KU Sakit sedang, MgSO4 sesuai protap


kesadaran komposmentis     Nifedipin 4x10mg PO
TD: 150/100mmHg, N: 95 kali/menit   Metildopa
 3x500mg
RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,0 oC PO
DJJ: 115x/menit; HIS: (-)
Pembukaan 1 jari sempit
A : G5P4005A0 gravid 26-27 minggu +
Janin Tunggal Hidup Intra Uteri +

13
 

Inpartu Kala I Fase Laten + Pre


Eklampsia Berat dengan Impending
Eklampsia
10/04/2018 S : Pusing (+), pandangan kabur (+), P:
11.00  perut mules, gerak janin tidak teraba Observasi kemajuan
WITA O : KU Sakit sedang, kesadaran  persalinan
komposmentis
TD: 150/100mmHg, N: 96 kali/menit
RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,1 oC
DJJ: (-); HIS: 3 x 10’ → 25”-30”
Bloodyslime (+), Pembukaan 3 cm,
Ketuban (-), Portio lunak
A : G5P4005A0 gravid 26-27 minggu +
Janin Tunggal Hidup Intra Uteri +
Inpartu Kala I Fase Laten + Pre
Eklampsia Berat dengan Impending
Eklampsia
10/04/2018 S : Ibu merasa perut sakit, ingin P:
13.25 mengejan Observasi kemajuan
WITA O : KU Sakit sedang, kesadaran  persalinan
komposmentis
TD: 150/100mmHg, N: 98 kali/menit
RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,5 oC
DJJ: (-); HIS: 4 x 10’ → 40”-45”
Bloodyslime (+), HIS (+) kuat,
Pembukaan 8 cm, Ketuban (-), Portio
lunak, Kepala H III
A : G5P4005A0 gravid 26-27 minggu +
Janin Tunggal Hidup Intra Uteri +
Inpartu Kala I Fase Aktif + Pre
Eklampsia Berat dengan Impending

Eklampsia

14
 

10/04/2018 Bayi lahir spontan pervaginam, presentasi kepala, tidak menangis,


13.30 A/S 1/0, JK: Perempuan, BB: 700 gram, PB: 23 cm, A/C +/-
WITA
10/04/2018   Plasenta lahir lengkap secara spontan.

13.40   Kontraksi uterus baik


WITA   Perdarahan dalam batas normal


  Laserasi perineum (-)


10/04/2018 S : Nyeri berkurang, pusing (+), P:


13.50  pandangan kabur (+)    Memberikan
WITA O : KU Sakit sedang, MgSO4 sesuai protap
kesadaran komposmentis     Nifedipin 4x10mg PO
TD: 180/100mmHg, N: 94 kali/menit    Metildopa 3x500mg
RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,0 oC PO

TFU sepusat, perdarahan ± 10 cc


  Paracetamol 3x500mg

A : P5105A0 Post Partum Spontan + Pre    Cefadroxil 3x500mg


Eklampsia Berat dengan Impending    Biosanbe 1x1 tab
Eklampsia
   Cek DL 2 jam PP

Hasil Laboratorium Darah 2 jam PP

  Hb : 10,1 gr/dL

  Leu : 16.500 sel/mm3


  Hct : 32%

  PLT : 172.000 sel/mm  


11/04/2018 S : Pusing berkurang P:


07.00 O : KU Sakit sedang,    Memberikan
WITA kesadaran komposmentis MgSO4 sesuai protap
TD: 160/100mmHg, N: 90 kali/menit     Nifedipin 4x10mg PO
RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,5 oC    Metildopa 3x500mg
TFU sepusat, perdarahan ± 10 cc PO
A : P5105A0 Post Partum Spontan H-1 +    Paracetamol 3x500mg
Pre Eklampsia Berat dengan Impending    Biosanbe 1x1 tab

15
 

14.30 Eklampsia   Cefadroxil 3x500mg


WITA
   Konsul jantung

Dari Sp.JP :
Concor 1x2,5 mg
12/04/2018 Pasien pindah ke ruang nifas P:
07.00 S : Pusing berkurang   Memberikan MgSO4 

WITA O : KU Sakit sedang, sesuai protap


kesadaran komposmentis    Nifedipin 4x10mg PO

TD: 160/90mmHg, N: 94 kali/menit   Metildopa


 3x500mg
RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,0 oC PO
TFU sepusat, perdarahan ± 10 cc   Paracetamol 3x500mg

A : P5105A0 Post Partum Spontan H-2 +   Biosanbe 1x1 tab


Pre Eklampsia Berat dengan Impending


  Cefadroxil 3x500mg

Eklampsia   Concor 1x2,5 mg


13/04/2018 S : Pusing berkurang P:


07.00 O : KU Sakit sedang,   Memberikan

WITA kesadaran komposmentis MgSO4 sesuai protap


TD: 150/100mmHg, N: 92 kali/menit    Nifedipin 4x10mg PO

RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,6 oC   Metildopa


 3x500mg
A : P5105A0 Post Partum Spontan H-3 + PO
Pre Eklampsia Berat dengan Impending   Biosanbe 1x1 tab

Eklampsia   Paracetamol 3x500mg


  Cefadroxil 3x500mg

  Concor 1x2,5 mg

14/04/2018 S : Kadang-kadang pusing P:


07.00 O : KU Sakit sedang,    Nifedipin 4x10mg PO

WITA kesadaran komposmentis   Metildopa


 3x500mg
TD: 150/90mmHg, N: 99 kali/menit PO
RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,9 oC   Biosanbe 1x1 tab

A : P5105A0 Post Partum Spontan H-4 +   Paracetamol 3x500mg


16
 

Pre Eklampsia Berat dengan Impending   Cefadroxil 3x500mg


Eklampsia   Concor 1x2,5 mg


  Aff infus

15/04/2018 S : Kadang-kadang pusing, pandangan P:


 

07.00 normal Pasien boleh pulang


WITA O : KU Sakit sedang, kesadaran    Nifedipin 4x10mg PO

komposmentis   Metildopa
 3x500mg
TD: 140/90mmHg, N: 92 kali/menit PO
RR: 20 kali/menit, Suhu : 36,4 oC   Biosanbe 1x1 tab

A : P5105A0 Post Partum Spontan H-5 +   Paracetamol 3x500mg


Pre Eklampsia Berat dengan Impending PO


Eklampsia   Cefadroxil 3x500mg

PO

17
 

BAB III
TINJAUN
PUSTAKA

3.1  PREEKLAMPSIA

3.1.1 Definisi

Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya


 perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel (Cunningham, 2012).
Preeklampsia biasanya terjadi setelah usia kehamilan >20 minggu, paling sering
saat umur kehamilan mendekati aterm, dan dapat bertumpang tindih dengan
 penyakit hipertensi lainnya (ACOG, 2013).

3.1.2 Epidemiologi

Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak


faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi,
tingkat pendidikan, dan lain-lain. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia
sekitar 3-10%, sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian
 preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan, yaitu 23,6 kasus per 1.000
kelahiran. Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila
dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda, Sudinaya (2000)
mendapatkan angka kejadian preeklampsia dan eklampsia di RSU Tarakan
Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1431 persalinan selama periode 1
Januari 2000 sampai 31 Desember 2000, dengan preeklampsia sebesar 61 kasus
(4,2%) dan eklampsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada
usia 20-24 tahun dengan primigravida (17,5%). Diabetes melitus, mola hidatidosa,
kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia (Indriani, 2011).

18
 

3.1.3 Faktor Resiko

Wanita yang memiliki risiko sedang terhadap terjadinya preeklampsia,


memiliki salah satu kriteria dibawah ini ( National Institute for Health and
Clinical Excellence, 2011).

1)   Primigravida

2)   Umur ≥ 40 tahun

3)   Interval kehamilan ≥ 10 tahun

4)   BMI saat kunjungan pertama ≥35 kg/m2 

5)   Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia

6)  Kehamilan ganda


Wanita yang memiliki risiko tinggi terjadinya preeklampsia adalah yang
memiliki salah satu dari kriteria dibawah ini:
1)   Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya

2)   Penyakit ginjal kronik

3)   Penyakit autoimun seperti SLE atau sindrom antifosfolipid

4)  Diabetes mellitus tipe 1 atau tipe 2


5)  Hipertensi kronik

3.1.4 Patofisiologi

1)   Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklampsia dijumpai kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga


sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang,
sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat.Sekresi tromboksan
oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi
aldosteron menurun.Perubahan aktivitas tromboksan memegang peranan sentral
terhadap ketidakseimbangan prostasiklin dan tromboksan.Hal ini mengakibatkan
 pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi, dan penurunan volume
 plasma (Manuaba, et al ., 2010).
2)  Peran Imunologi
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan
 pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak

19
 

sempurna.Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi


komplemen.Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria
(Manuaba, et al ., 2010).
3)  Peran Genetik
Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada penderita
 preeklampsia adalah peningkatan Human leukocyte antigen (HLA). Menurut
 beberapa peneliti,wanita hamil yang mempunyai HLA dengan haplotipe A 23/29,
B 44 dan DR 7 memiliki resiko lebih tinggi menderita preeklampsia dan
 pertumbuhan janin terhambat (Manuaba, et al. , 2010).
4)  Disfungsi Endotel
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan pada terjadinya
 preeklampsia.Kerusakan endotel vaskular pada preeklampsia dapat menyebabkan
 penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivitas agregasi trombosit dan
fibrinolisis,kemudian diganti oleh trombin dan plasmin. Trombin akan
mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan A2 dan serotonin sehingga terjadi
vasospasme dan kerusakan endotel (Manuaba, et al ., 2010).

3.1.5 Perubahan Sistem dan Organ

1)   Volume Plasma

Pada hamil normal volume plasma meningkat untuk memenuhi kebutuhan


 pertumbuhan janin. Peningkatan tertinggi volume plasma pada hamil normal
terjadi pada umur kehamilan 32-34 minggu. Pada preeklampsia terjadi penurunan
volume plasma 30-40% dibanding hamil normal. Hipovolemia diimbangi dengan
vasokonstriksi, sehingga terjadi hipertensi (Prawirohardjo S. , 2011).
2)   Hipertensi

Pada preeklampsia peningkatan reaktivitas vaskular dimulai pada umur


kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada trimester II.
Tekanan darah pada preeklampsia bersifat labil dan mengikuti irama sirkadian
normal. Tekanan darah menjadi normal pada beberapa hari setelah persalinan
(Prawirohardjo S. , 2011).
3)   Fungsi Ginjal

20
 

Pada preeklampsia, perfusi ginjal dan laju filtrasi glomelurus menurun.


Oliguria dan anuria dapat terjadi karena hipovolemia sehingga penurunan aliran
darah ke ginjal menurun Konsentrasi asam urat  plasma biasanya meningkat ≥ 5
mg/cc. Penurunan laju filtrasi glomelurus terjadi akibat berkurangnya volume
 plasma sehingga kadar kreatinin plasma meningkat hampir dua kali lipat
(Cunningham, 2012).
4)   Proteinuria

Kerusakan sel glomelurus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas


membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria.
Pengukuran proteinuria dilakukan dengan:
a)   urin dipstik: 100mg/l atau +1, sekurang- kurangnya diperiksa 2 kali urin acak

selang 6 jam dan


 b)   pengumpulan proteinuria dalam 24 jam.
Dianggap patologis bila besaran proteinuria ≥300 mg/24 jam (Prawirohardjo S. ,
2011).
Peningkatan permeabilitas terjadi pada protein dengan berat molekul tinggi,
maka juga terjadi peningkatan eksresi albumin, hemoglobin, globulin, dan
transferin (Cunningham, 2012).
5)   Elektrolit

Kadar elektrolit total sama seperti hamil normal. Pada preeklampsia berat
yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan keseimbangan asam
 basa. Kadar natrium dan kalium pada preeklampsia sama dengan kadar hamil
normal (Prawirohardjo S. , 2011).
6)   Tekanan Osmotik Koloid Plasma / Tekanan Onkotik

Osmolaritas serum dan tekanan onkotik menurun pada umur kehamilan 8


minggu. Pada preeklampsia, tekanan onkotik makin menurun karena kebocoran
 protein dan peningkatan permeabilitas vaskular(Prawirohardjo S. , 2011).
7)  Koagulasi dan Fibrinolisis
Gangguan koagulasi pada preeklampsia, misalnya trombositopenia. Pada
 preeklampsia terjadi peningkatan produk degradasi fibrin (FDP), sedangkan kadar
fibrinogen plasma tidak berbeda dengan kehamilan normal (Cunningham, 2012).

21
 

Pada preeklampsia juga terjadi penurunan antitrombin III dan peningkatan


fibrokinektin (Prawirohardjo S. , 2011).
8)   Viskositas Darah

Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro (fibrinogen


dan hematokrit). Pada preeklampsia viskositas darah meningkat, mengakibatkan
meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya aliran darah ke organ.
9)   Hematokrit

Pada hamil normal hematokrit menurun karena hipervolemia, kemudian


meningkat ladi pada trimester III akibat peningkatan produksi urin. Pada
 preeklampsia hematokrit meningkat karena hipovolemia yang menggambarkan
 beratnya preeklampsia.
10) Edema
Edema dapat terjadi pada kehamilan normal. Edema pada preeklampsia
terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler. Edema yang
 patologik adalah edema yang nondependen pada muka dan tangan, atau edema
generalisata, dan biasanya disertai dengan berat badan yang cepat (Prawirohardjo
S. , 2013).
11)  Hematologi

Perubahan hematologi disebabkan oleh hipovolemia akibat vasospasme,


hipoalbuminemia hemolisis mikroangiopati akibat spasme arteriol dan hemolisis
akibat kerusakan endotel arteriole, perubahan tersebut dapat berupa peningkatan
hematokrit akibat hipovolemia, peningkatan viskositas darah, trombositopenia,
dan gejala hemolisis mikroangiopati.
12)  Hepar

Dasar perubahan pada hepar adalah vasospasme, iskemia, dan perdarahan.


Bila terjadi perdarahan pada sel periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis sel
hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat meluas hingga dibawah
kapsula hepar dan disebut subkapsular hematoma. Subkapsular hematoma
menimbulkan rasa nyeri di daerah epigastrium dan menimbulkan ruptur hepar
sehingga membutuhkan pembedahan (Prawirohardjo S. , 2011).
13)   Neurologi

Perubahan neurologi dapat berupa:

22
 

a)    Nyeri kepala akibat hiperperfusi otak

 b)  Gangguan visus akibat spasme arteri retina dan edem retina. Ganguan
visus dapat berupa pandangan kabur, skotoma, amaurosis yaitu kebutaan
tanpa jelas adanya kelainan dan ablasio retina.
c)   Hiperrefleksi

d)   Kejang eklamptik. Penyebabnya belum diketahui jelas. Faktor  –  faktor

yang dapat menimbulkan kejang adalah edema serebri, vasospasme


serebri, dan iskemia serebri.
e)   Perarahan intrakranial

14)  Kardiovaskular

Perubahan kardiovaskular disebabkan oleh peningkatan afterload  akibat


hipertensi dan penurunan preload akibat hipovolemia(Cunningham, 2012).
15)  Paru

Penderita eklampsia berat mempunyai risiko besar untuk terjadinya edem


 paru. Edem paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan endotel
 pada pembuluh darah kapiler paru, dan menurunnya diuresis.
16) Janin
Dampak preeklampsia dan eklampsia pada janin adalah:
a)    Intrauterine growth restriction (IUGR) dan oligohidramnion

 b)  Kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat
intrauterine growth restriction, prematuritas, oligohidramnion dan
solusio plasenta.

3.2  PREEKLAMPSIA BERAT

3.2.1 Definisi

Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah ≥160/110


dengan proteinuria berat (≥ 5 g/hr atau tes urin dipstik ≥ positif 2), atau disertai
dengan keterlibatan organ lain. Kriteria lain preeklampsia berat yaitu bila
ditemukan gejala dan tanda disfungsi organ, seperti kejang, edema paru, oliguria,
trombositopeni, peningkatan enzim hati, nyeri perut epigastrik atau kuadran kanan
atas dengan mual dan muntah, serta gejala serebral menetap (sakit kepala,

23
 

 pandangan kabur, penurunan visus atau kebutaan kortikal dan penurunan


kesadaran(Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia [POGI], 2015)

3.2.2  Diagnosis 

Diagnosis pre-eklampsia berat adalah sebagai berikut


1.   Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu.

2.   Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan protein

kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24 jam


3.  Atau disertai keterlibatan organ lain:

  Trombositopenia(<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati

  Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas

  Sakit kepala, skotoma penglihatan

  Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion


 
Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
  Oliguria (<500ml/24jam), kreatinin >1,2mg/dl (KEMENKES,
2013) Impending eklampsia bila dijumpai tanda/ gejala berikut :
1.    Nyeri kepala hebat

2.  Gangguan visual


3.  Muntah-muntah
4.   Nyeri epigastrium
5.  Tekanan darah naik secara progresif

3.2.3   Tatalaksana
Tatalaksana perawatan eklampsia berat sama halnya dengan perawatan
 preeklampsia ringan, dibagi menjadi dua unsur, yaitu sikap terhadap penyakitnya,
yaitu pemberian obat obatan atau terapi medisinalis dan sikap terhadap kehamilan.
3.2.3.1 Sikap Terhadap Penyakit
1)   Rawat inap dan tirah baring sebelah kiri

Monitoring input cairan (oral maupun infus) dan output cairan harus
dilakukan pengukuran secara tepat. Bila terjadi tanda-tanda edem paru segera
dilakukan koreksi cairan. Cairan yang diberikan dapat berupa:

24
 

 
 5% Ringer-deskstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan: < 125 cc/jam
atau

  Infus dekstrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus ringer laktat

(60-125 cc/jam) 500cc.


Dipasang kateter foley untuk mengukur pengeluaran urin. Diberikan antasida
untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang dapat
menghindari aspirasi lambung. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak,
dan garam(Prawirohardjo S. , 2011).
2)   Pemberian Obat anti kejang:

Obat anti kejang dapat berupa MgSO4 ataupun obat lain yang dapat dipakai
seperti diazepam dan fenitoin
Pemberian magnesium sulfat sebagai anti kejang lebih efektif dibanding
fenioin berdasar Cochrane Review terhadap enam uji klinik yang melibatkan 897
 penderita eklampsia. Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar
asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi
neuromuskular dengan menggeser kalsium pada sinaps sehingga terjadi kompetitif
inhibition antara masgnesium sulfat dengan kalsium.
a)   Cara Pemberian:

  Loading dose (initial dose):


4 gram Mg4  : intravena, (40% dalam 10cc) selama 15 menit.

  Maintenance dose:

Diberikan infus 6 gram Mg4  dalam larutan Ringer/ 6jam; atau

diberikan 4 atau 5 gram i.m. selanjutnya maintenance dose diberikan


4 gram i.m. tiap 4-6 jam
 b)  Syarat-syarat pemberian Mg4: 

  Tersedia antidotum Mg4 , yaitu kalsium glukonas, bila terjadi


intoksikasi berikan kalsium glukonas 10% = 1 g (10% dalam 10 cc)


diberikan i.v. 3 menit.

  Refleks patela (+) kuat


  Frekuensi napas > 16 kali/menit, tidak ada tanda tanda distres napas

c)  Mg4  dihentikan apabila ada tanda tanda intoksikasi dan setelah 24

 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir.


25
 

3)   Diuretikum

Diuretik diberikan apabila ada edem paru, payah jantung kongestif atau
anasarka. Diuretik yang dipakai adalah furosemide.
4)   Antihipertensi

Di RSU dr. Pirngadi Medan, antihipertensi diberikan jika tekanan sistolik ≥


160 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
a)   Antihipertensi Lini Pertama

 Nifedipine
Dosis 10-20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg
dalam 24 jam. Tidak boleh diberikan secara sublingual karena efek
vasodilatasi sangat cepat maka hanya boleh diberikan per oral.
 b)  Antihipertensi Lini Kedua
  Sodium nitroprusside: 0,25 μg i.v./kg/menit, infuse; ditingkatkan

0,25 μg i.v./kg/5 menit. 


  Diazokside: 30-60 mg mg i.v./5 menit; atau i.v infuse 10

mg/menit dititrasi

  Metil dopa 0,5-3 gr/hari terbagi menjadi 3 dosis.


5)   Glukokortikoid

Glukokortikoid diberikan untuk pematangan paru janin pada kehamilan 32-


34 minggu, 2 x 24 jam dan pada sindrom HELLP.

3.2.3.2  Sikap terhadap kehamilan:

Menurut Cunningham (2012), ditinjau dari umur kehamilan dan


 perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama perawatan, maka sikap
terhadap kehamilannya dibagi menjadi:
1)   Perawatan Aktif (agresif)

Perawatan aktif berarti kehamilan segera diakhiri/terminasi bersamaan


dengan pemberian pengobatan medikamentosa. Indikasi perawatan aktif ialah:
a)   Ibu:

  Umur kehamilan ≥37 minggu.


  Adanya tanda-tanda atau gejala-gejala impending eklampsia


26
 

  Kegagalan terapi perawatan konservatif, yaitu keaadan klinik


dan laboratorik memburuk

  Diduga solusio plasenta


  Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan.


 
 b) Janin:
  Adanya tanda-tanda fetal distress 

  Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction (IUGR)


   NST nonreaktif dengan profil lipid biofisik abnormal


  Oligohidramnion

c)  Laboratorik

  Adanya tanda-tanda sindroma HELLP, khususnya menurunnya


trombosit dengan cepat


Indikasi terminasi kehamilan dan perawatan konservatif menurut Persatuan

Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) pada Pedoman Nasional Pelayanan


Kedokteran tahun 2015 adalah sebagai berikut

Gambar 3.1 Indikasi Terminasi Kehamilan dan Manajemen Konservatif Menurut


POGI

27
 

2)   Perawatan Konservatif

Indikasi perawatan konservatif ialah apabila kehamilan preterm ≤37 minggu


tanpa disertai tanda-tanda impending eclamsia dengan keadaan janin baik
(Prawirohardjo S. , 2011). Berdasarkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran tahun 2015 oleh Persatuan Ob
26 - 34 minggu yang bertujuan untuk memperbaiki luaran perinatal. Manajemen

konservatif tidak meningkatkan kejadian morbiditas maternal seperti gagal ginjal,


sindrom HELLP, angka seksio sesar, atau solusio plasenta. Sebaliknya dapat

memperpanjang usia kehamilan, serta mengurangi morbiditas perinatal seperti


 penyakit membran hialin, necrotizing enterocolitis, kebutuhan perawatan intensif

dan ventilator serta lama perawatan. Berat lahir bayi rata – rata lebih besar pada
manajemen konservatif, namun insiden pertumbuhan janin terhambat juga lebih

 banyak. Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada


 pengelolaan secaraaktif.Selama perawatan konservatif, sikap terhadap

kehamilannya hanya observasi dan evaluasi, kehamilan tidak diakhiri.


Magnesiumsulfatdihentikanbilaibusudahmencapaitanda-tanda

 preeklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bilsa setelah 24


 jam tidak ada perbaikan, keadaan ini dianggap sebagai kegagalan medikamentosa

dan harus diterminasi. Penderia boleh dipulangkanbila penderita kembali ke


gejala-gejala atau tanda-tanda preeklampsia ringan (Prawirohardjo S. , 2011).

28
 

BAB
IV PEMBAHASAN

Pasien Ny. I usia 40 tahun datang ke IGD Rumah Sakit A.W. Sjahranie
Samarinda tanggal 4 April 2018 pukul 22.20 WITA dengan keluhan utama
 pandangan kabur sejak ± 3 hari sebelum masuk RS. Setelah melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan
diagnosis G5P4005A0 gravid 26-27 minggu + Janin Tunggal Hidup Intra Uteri +
Belum Inpartu + Pre Eklampsia Berat (Impending Eklampsia) + TBJ 1550
gram. 4.1
Anamnesis
ANAMNESIS
Kasus Teori
-  Ny. I, usia 45 tahun, multipara, usia
-  Preeklampsia biasanya terjadi setelah

kehamilan 26-27 minggu


-  Keluhan: pandangan kabur sejak ± 3 usia kehamilan >20 minggu, dan
 paling sering saat umur kehamilan
hari sebelum masuk RS. Pasien juga
mendekati aterm.
mengeluhkan kepala pusing dan
-  Faktor risiko preeklampsia:
nyeri kepala sejak ± 2 minggu
a)  Primipara
sebelum masuk RS.
b)   Riwayat preeklampsia pada
-  Pasien mengatakan jika
kehamilan sebelumnya
sebelumnya tekanan darah nya tidak
c)   Hipertensi kronik atau penyakit
 pernah tinggi selama kehamilan ini. ginjal kronik atau keduanya
   
- Keluhan ini tidak disertai dengan d) Riwayat trombofilia
 penurunan kesadaran (-), kejang (-), e)   Fertilisasi in vitro
nyeri ulu hati (-), pandangan kabur f)   Riwayat preeklampsia pada
(-), mual (-), muntah (-), keluar keluarga
lendir darah (-), dan keluar air-air g)   Diabetes melitus tipe I atau II

(-). h)   Obesitas

-  Riwayat preeklampsia pada i)  Systemic lupus erythematosus


kehamilan ke-3 dan ke-4, riwayat (SLE)
HT (-), riwayat DM (-).  j)  Usia >40 tahun

29
 

k)   Kehamilan multipel

30
 

-  Impending eklampsia bila dijumpai


tanda/ gejala berikut :
1.   Nyeri kepala hebat

2.  Gangguan visual


3.  Muntah-muntah
4.    Nyeri epigastrium

5.   TD naik secara progresif

PEMERIKSAAN FISIK
Kasus Teori
Status Generalis
-  Obesitas merupakan salah satu faktor
-  Komposmentis (GCS E4V5M6)
risiko terjadinya preeklampsia. BMI
-  BMI: 31.0 kg/m  (Obesitas I)
2
saat kunjungan pertama ≥35 kg/m2.

Tanda Vital  
-  Tekanan darah: 180/110 mmHg - Pada preeklampsia berat, didapatkan
TD ≥160/110
-   Nadi: 115x/menit reguler, kuat
-  Edema pada preeklampsia terjadi
angkat
karena hipoalbuminemia atau
-  Pernapasan: 22x/menit
kerusakan sel endotel kapiler.
-  Suhu: 36,9 °C

Pemeriksaan Fisik
-  Edema (-/-) 

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kasus Teori

Hematologi :   Pada preeklampsia perubahan


-  Leukosit 9640 sel/mm3 
hematologi disebabkan oleh hipovolemia
-  Hematorkit 37.4%
akibat vasospasme, hipoalbuminemia
-  Trombosit 211.000 sel/mm   3
hemolisis mikroangiopati akibat spasme
-  Hb 11,5 g/dL
arteriol dan hemolisis akibat kerusakan
Kimia klinik :
endotel arteriole, perubahan tersebut
-
  Ureum: 25.1 mg/dL  
dapat berupa peningkatan hematokrit
-
  Creatinin 0.8 mg/dL  
akibat hipovolemia, peningkatan
31
 

Urinalisis : viskositas darah, trombositopenia, dan


-
  Protein : +3  gejala hemolisis mikroangiopati.
  Pada preeklampsia, perfusi ginjal dan
laju filtrasi glomelurus menurun.
Konsentrasi asam urat plasma biasanya
meningkat ≥ 5 mg/cc. Kadar kreatinin
 plasma meningkat hampir dua kali lipat
 

Peningkatan permeabilitas terjadi pada
 protein dengan berat molekul tinggi,
maka juga terjadi peningkatan eksresi
albumin, hemoglobin, globulin, dan
transferin.
 

Pada preeklampsia berat, tes celup urin
menunjukkan proteinuria ≥2+ atau
 pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >5 g/24 jam 

PENATALAKSANAAN
Kasus Teori
  Memberikan MgSO4  sesuai
  Pemberian Obat anti kejang:
 protap
-  MgSO4
   Nifedipin 3x10mg PO
-  Obat lain yang dapat dipakai adalah
  Metildopa 3x500mg PO
diazepam dan fenitoin
 
Observasi Tekanan darah,  
nadi, laju pernafasan, Obat anti hipertensi lini pertama
 Nifedipine dosis 10-20 mg per oral,
temperature → 2 jam lapor
diulangi setelah 30 menit, maksimum
120 mg dalam 24 jam.
  Perawatan aktif berarti kehamilan segera
diakhiri/terminasi bersamaan dengan
 pemberian pengobatan medikamentosa.
Indikasi perawatan aktif ialah, indikasi
 pada ibu, janin, atau laboratorik, seperti

32
 

usia kehamilan ≥37 minggu,

adanya

33
 

tanda-tanda atau gejala-gejala impending eklampsia, adanya tanda  fetal distress, tanda sindrom HELLP, dan lain

34
 

BAB
V PENUTUP

5.1   Kesimpulan

Telah dilakukan sebuah studi kasus pada Ny. I, 40 tahun. Berdasarkan hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan: pasien mengeluhkan pandangan
kabur sejak 3 hari sebelum masuk RS, ditambah dengan keluhan kepala pusing
dan nyeri kepala sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, tekanan darah
180/110 mmHg, pemeriksaan urin menunjukkan hasil protein +3. Saat akhir
 pasien didiagnosa P5105A0 Post Partum Spontan + Pre Eklampsia Berat
(Impending Eklampsia). Pasien mendapat terapi Nifedipine 3x10 mg, Metildopa
3x500mg secara oral, drip MgSO4 dan terminasi kehamilan setelah kurang lebih
lima hari tidak ada perbaikan pada pasien.

5.2   Saran
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian Ibu selama
kehamilan. Oleh karenanya penulis dan pembaca, sebagai calon-calon dokter
 penanganan pertama mengetahui tanda dan gejala serta tatalaksana awal dari
 preeklampsia. Semakin cepat tertangani maka perburukan akan dapat dihindari.
Pembelajaran mengenai hipertensi dalam kehamilan sangat penting untuk
menunjang kemampuan penulis bekerja sebagai dokter nantinya.

35
 

DAFTAR PUSTAKA

ACOG. (2013).  Hypertension in Pregnancy.  Washington, DC: The American


College of Obstetricians and Gynecologist.
Cunningham, F. G. (2012). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Denantika, O., Serudji, J., & Revilla, G. (2015). Hubungan Status Gravida dan
Usia Ibu Terhadap Kejadian Preeklampsia di RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2012-2013. Jurnal Kesehatan Andalas, 212-217.
Indriani, N. 2011.  Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
 Preeklampsia/Eklampsia pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
 Kardinah Kota Tegal. 
Kemenkes. (2013).  Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
 Dasar dan Rujukan . Jakarta: KEMENKES.
Kemenkes. (2015). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes.
Manuaba, I. A., Manuaba, I. B., & Manuaba, I. B. (2010).  Buka Ajar Penuntun
 Kuliah Ginekologi. Jkarta: Trans Info Media.
 Nasional., B. P. (2010).  Report on the achievement of millennium development
 goals Indonesia. Jakarta: Bappenas.
 National Institute for Health and Clinical Excellence. 2011.  Hypertension in
 pregnancy : The management of hypertensive disorders during pregnancy.
Available at http://www.nice.org.uk/guidance/cg107/resources/
guidance-hypertension-in-pregnancy-pdf.
 Ngoc, N. (2006). Causes of stillbirths and early neonatal deaths: data from 7993
 pregnancies in six developing countries.  Bulletin of World Health
Organization (84), 699-705.
Pampus, M., & Aarnoudse, J. (2005). Long term outcomes after preeklampsia.
Clinical Obstetrics and Gynecology (48), 489-494.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK). 2016. Diagnosis Dan Tata
Laksana Pre-Eklampsia Diagnosis. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal.

36
 

POGI. (2015).  Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Jakarta: Perkumpulan


Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Prawirohardjo, S. (2011).  Ilmu Kandungan.  Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

37

Anda mungkin juga menyukai