NIM : 856058212
JAWABAN NO 1
Pengertian kurikulum pada dimensi pertama mengandung makna bahwa pada dasarnya kurikulum
itu terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh siswa. Dalam hal ini, kurikulum selalu
berorientasi pada penguasaan isi atau materi pelajaran sebagai sasaran akhir proses pendidikan
(content oriented). Isi atau materi pelajaran yang harus dikuasai siswa tersebut pada hakikatnya
merupakan ilmu pengetahuan yang terkait dengan setiap mata pelajaran. Dimensi pengertian
kurikulum sebagai mata pelajaran ini dianggap merupakan pandangan yang terlalu sempit dan
sederhana, namun demikian, pada kenyataannya masih banyak diterapkan dalam praktik
pelaksanaan pendidikan dewasa ini.
Pengertian kurikulum pada dimensi kedua tidak dibatasi hanya sebagai Sejumlah mata pelajaran
saja, tetapi mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami siswa dan
memengaruhi perkembangan Pribadinya. Dengan demikian, pengertian kurikulum itu mencakup
seluruh Kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Ahli kurikulum yang berpendapat seperti Itu, di
antaranya Harold B. Alberty (1965). Ia memandang kurikulum sebagai Semua kegiatan yang
diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab Sekolah (all of the activities that are provided for
the students by the school). Kurikulum tidak dibatasi pada kegiatan di dalam kelas saja, tetapi
mencakup Juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar kelas. Pendapat Yang senada dan
menguatkan pengertian tersebut dikemukakan oleh Saylor, Alexander, dan Lewis (1974) yang
menganggap kurikulum sebagai segala Upaya sekolah untuk memengaruhi siswa supaya belajar, baik
dalam ruangan Kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah. Dimensi pengertian Kurikulum
sebagai pengalaman belajar ini dianggap merupakan pandanganYang terlalu luas karena sekolah
dalam hal ini guru tidak mungkin dapat Mengontrol dan mengukur segala bentuk perilaku siswa,
khususnya yang Terjadi di luar sekolah. Selain itu, makna kurikulum itu sendiri menjadi kabur Dan
tidak fungsional.
Pengertian kurikulum pada dimensi ketiga mengandung makna bahwa Kurikulum tersebut
merupakan suatu program atau rencana belajar (a plan forLearning). Pengertian kurikulum pada
dimensi ini nampaknya untuk Menjembatani pandangan mengenai pengertian kurikulum yang
terlalu Sempit dan pandangan yang terlalu luas.
JAWABAN NO .2
2 ) A. pengertian Landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum ialah suatu landasan dalam
proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya
serta gejala yang berkaitan dengan aspek kurikulum pribadi manusia serta tahapan usia
perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi anak didik.
Landasan Psikologis Pendidikan menyajikan beberapa prinsip psikologi yang relevan dengan
pembelajaran dan pengajaran. Ini menyajikan jawaban alternatif untuk masalah bifurkasi psikologi
umum dan pendidikan dalam kurikulum persiapan guru.
Implikasi bagi semua elemen diatas yaitu ketika mau megadakan pengembangan kurikulum
pembuat kebijakan harus memahami peserta didik, harus sesuai dengan karakteristik peserta didik,
baik penyesuaian dari segi kemampuan yang harus dicapai, materi atau bahan yang harus
disampaikan, proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari segi evaluasi
pembelajaran. Sedangkan tenaga pendidik menempatkan dirinya terhadap perkembangan dengan
memberikan metode atau cara pengajaran yang sesuai dengan tahap atau fase perkembangan
individu yang akan di didiknya.
Contoh implikasinya
Ketika seorang guru mengajar TK maka Strategi dan metode belajar mengajar yang digunakan harus
berbeda dengan ketika mengajar anak SMA, biasanya strategi dan metode untuk anak TK yaitu
belajar sambil bermain .
Landasan yang pertama adalah landasan filosofis. Filsafat membahas segala permasalahan manusia,
termasuk pendidikan, yang disebut filsafat pendidikan. Filsafat memberikan arah dan metodologi
terhadap praktik-praktik pendidikan. Kemudian, praktik-praktik pendidikan memberikan bahan-
bahan bagi pertimbangan filosofis. Keduanya sangat berkaitan erat. Hal inilah yang menyebabkan
landasan filosofis menjadi landasan penting dalam pengembangan kurikulum.
Dalam proses pendidikan yang tejadi adalah proses interaksi antar individu. Manusia berbeda
dengan makhluk lainnya karena kondisi psikologisnya. Kondisi psikologis sebenarnya merupakan
karakter psikofisik seseorang sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku
interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hidayat (2015, hlm. 36), psikologi merupakan salah satu
azas dalam pengembangan kurikulum yang harus dipertimbangkan oleh para pengembang
kurikulum. Hal ini dikarenakan posisi kurikulum dalam proses pendidikan memegang peranan
sentral. Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antarmanusia , yaitu antara siswa dengan
pendidik,dan juga antara siswa dengan manusia lainnya. Artinya, landasan piskologi harus melandasi
penyusunan kurikulum karna psikologi berkaitan dengan perilaku manusia. Dalam pengembangan
kurikulum, minimal ada dua landasan psikologi yang mempengaruhinya, yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya diperlukan untuk merumuskan tujuan, memilih dan
menyusun bahan ajar, serta memilih metode dan teknik penilaian.
Kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan pada suatu negara atau wilayah tertentu.
Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan masyarakat-masyarakat yang tidak asing dengan
masyarakat. Dengan pendidikan, diharapkan lahir manusia-manusia yang bermutu, mengerti, dan
mampu membangun masyarakat. Oleh sebab itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kondisi, karakteristik, kekayaan, dan perkembangan masyarakat setempat.
Sekolah merupakan institusi yang berperan utama untuk menciptakan arah masyarakat. Namun,
para pekerja kurikulum merupakan kunci penting untuk menentukan isi, pengalaman dan lingkungan
pendidikan. Untuk menjadi mesyarakat yang maju, peserta didik bisa belajar di lingkungan
masyarakat atau di lingkungan keluarga. Sukamadinata) 2011, hlm. 57) mengataakan bahwa
pendidikan itu awalnya diterima secara informal dan non formal. Sebelum mengenal sekolah atau
pendidikan formal, peserta didik dipastikan sudah mendapatkan pendidikan di lingkungan keluarga
dan di lingkungan masyarakat.
Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik (siswa) menghadapi lingkungan hidup yang
mengalami perubahan yang semakin pesat. Perubahan masyarakat mencakup nilai yang disepakati
oleh masyarakat tersebut. Sedangkan masyarakat mencakup nilai yang disepakati oleh masyarakat
dapat pula disebut sebagai kebudayaan. Oleh karena itu kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu
konsep yang memiliki kompleksitas tinggi (Zais, 1976:157). Akan tetapi, terdapat tiga nilai yang ada
dalam masyarakat untuk dikembangkan melalui proses pendidikan, yaitu; pikiran (logika), perasaan
(estetika), dan kemauan (etika). Ilmu pengetahuan teknologi adalah nilai-nilai yang bersumber pada
pikiran atau logika, sedangkan seni bersumber pada perasaan atau estetika.
JAWABAN NO. 3
B. jenis prinsip umum yang dilakukan guru pada fenomena di atas adalah
Kurikulum sebagai suatu sistem yang memiliki komponen tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Pengembangan kurikulum harus berorientasi pada tujuan, prinsip ini menegaskan bahwa tujuan
merupakan arah bagi pengembangan komponen- komponen lainnya dalam pengembangan Tujuan
kurikulum harus dapat dipahami dengan jelas oleh para pelaksana kurikulum kurikulum. untuk dapat
dijabarkan menjadi tujuan-tujuan lainnya yang lebih spesifik dan operasional. Tujuan kurikulum juga
harus komprehensif, yakni meliputi berbagai aspek domain tujuan baik kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
2. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal maupun
secara horizontal. Khususnya kesinambungan materi kurikulum pada jenis dan jenjang pendidikan
mulai dari SD, SMP,SLTA,SMU/SMK sampai ke PT (Perguruan Tinggi). Materi kurikulum harus
memiliki hubungan hierarkis fungsional. Dalam pengembangan materi kurikulum minimal dua aspek
kesinambungan yaitu:
a. materi kurikulum yang diperlukan pada sekolah tingkat atas harus sudah diberikan pada
sekolah tingkat bawah
b. materi kurikulum yang sudah diberikan pada sekolah tingkat yang ada di bawah tidak perlu lagi
diberikan pada sekolah tingkat atas. Dengan demikian dapat dihindari pengulangan materi
kurikulum, yang mengakibatkan kebosanan pada siswa dan agar tidak terjadi tumpang tindih materi,
dan untuk menghindari hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menyusun scope dan sequence.
3. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur dan tidak kaku, terutama dalam hal
pelaksanaannya, dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar apa yang dihasilkan memiliki
sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-
penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta
kemampuan dan latar belakang peserta didik.
Para pengembang kurikulum perlu memikirkan bahwa implementasi kurikulum pada tataran yang
sebenarnya akan terkait dengan keragaman kemampuan sekolah untuk menyediakan tenaga dan
fasilitas bagi berlangsungnya suatu kegiatan yang harus dilaksanakan. Prinsip fleksibel juga terkait
dengan adanya kebebasan siswa dalam memilih program studi yang dipilih. Pengembangan
kurikulum atau sekolah harus mampu menyediakan berbagai program pilihan bagi siswa, siswa
diperkenankan memilih sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan kebutuhannya. Fleksibel juga
diberikan kepada guru, yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk
mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada, asalkan tidak
menyimpang jauh dari apa yang telah digariskan dalam kurikulum.
4. Prinsip Integritas
Dalam realitas empiris, semua keterampilan tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Tindakan
individu merupakan paduan aspek fisik, mental, emosional, dan intelektual.
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
JAWABAN NO . 4
1. Ranah kognitif
2. Ranah Afektif
3. Ranah psikomotorik
1. Ranah Kognitif
Tujuan kognitif atau ranah kognitif adalah segala upaya yang mencakup kegiatan mental (otak).
Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir antara lain:
a. Pengetahuan (Knowledge)
Kemampuan mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Contoh: menyatakan kebijakan.
b. Pemahaman (Comprehension)
Kemampuan memahami materi tertentu. Contoh: menuliskan kembali atau merangkum materi
pelatihan.
c. Penerapan (Application)
d. Analisa (Analysis)
e. Sintesis (Synthesis)
Kemampuan untuk memproduksi. Contoh: Menyusun kurikulum pelatihan dengan
mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan menilai ‘manfaat’ suatu benda/hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang
jelas. Contoh: membandingkan hasil ujian peserta pelatihan dengan kunci jawaban
2. Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai,
penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap. Ranah Afektif dibagi dalam lima kategori
yaitu:
a. Penerimaan (Receiving)
b. Responsive (Responding)
Kemampuan berpartisipasi aktif dalam pelatihan dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi
dan mengambil tindakan atas suatu kejadian. Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas.
Kemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk membedakan mana yang baik dan kurang
baik terhadap suatu kejadian/obyek yang diekspresikan dalam perilaku. Contoh: mengusulkan
kegiatan Corporate Social Responsibility sesuai nilai yang berlaku dan komitmen perusahaan.
d. Organisasi (Organization)
e. Karakterisasi (Characterization)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup seseorang. Kemampuan memperbaiki hubungan
intrapersonal, interpersonal dan sosial. Contoh: menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja
sendiri, kooperatif dalam aktivitas kelompok.
3 . Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan
kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut
dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam
ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit yaitu: persepsi,
kesiapan, respon terpimpin, mekanisme, respon tampak yang kompleks, penyesuaian dan
penciptaan.
Dengan menggunakan Taksonomi Bloom untuk menetapkan tujuan pelatihan, maka pimpinan dan
jajaran manajemen dapat memberikan pelatihan yang tepat untuk karyawan, sekaligus mampu
menghasilkan output dari pelatihan yang berkualitas untuk kemajuan perusahaan.